20
Kajian Stimulus Collective Memory Terhadap Bangunan–Bangunan Kolonial Di Sekitar Lapangan Merdeka Studi Kasus : Bangunan–Bangunan Kolonial Di Sekitar Lapangan Merdeka Medan WAHYU UTAMI SALMINA W. GINTING FIRMAN EDDY Jurusan Teknik Arsitek Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Ungkapan "Place without old building is like a person without a memory" sangat relevan untuk mengungkapkan betapa pentingnya makna sejarah pada bangunan di suatu tempat, terlebih bangunan itu selain mempunyai sejarah juga mempunyai locus, makna ataupun nilai yang tinggi. Oleh karena itu dengan adanya point of view urban structure, urban history yang akan sangat berguna dalam penelitian tentang suatu kota yang menitikberatkan pada perbedaan antara waktu lampau dan mendatang dengan pertimbangan pada fakta masa lampau yang mempengaruhi masa saat ini dan mungkin ini juga akan memberi arti permanensi. Bangunan sebagai elemen kota adalah sesuatu yang mempunyai masa lampau namun tetap memberi pengaruh. Kawasan lapangan merdeka merupakan bagian awal terbentuknya kota Medan yang diawali sebagai daerah perkebunan Tembakau Deli. Bangunan- bangunan yang ada sampai saat ini merupakan cerita masa lalu yang bisa diangkat kembali untuk dijadikan identitas kawasan yang diambil dari awal kota Medan sebagai kota perkebunan dankota Medan sebagai kota kolonial dalam perkembangnnya. Beberapa bangunan sampai saat ini masih terlihat kontinuitasnya dan persistensinya misalnya Gedung London Sumatera, Kantor Pas, Stasiun Kereta Api dan beberapa bangunan yang mempunyai histori yang kuat yang ikut membentuk Lapangan Merdeka sebagai kawasan kolonial saat itu. Keberadaan bangunan yang berada di sekitar Lapangan Merdeka dipertegas dengan beberapa lorong yang ada di sekitar Lapangan Merdeka dengan kekentalan style kolonialnya. Kontinuitas bangunan yang ada di Lapangan Merdeka dilihat dari segi fungsi pada beberapa bangunan yang masih bertahan dengan fungsi aslinya yang paling tidak mempunyai dimensi waktu yaitu masa perkebunan, masa kolonial dan masa sekarang dan diharapkan mampu mempertahankan kemenerusannya di masa mendatang.Bangunan-bangunan yang acta sebagai artefak di Lapangan Merdeka membentuk suatu kawasan yang diharapkan mampu memunculkan kenangan masa lalu sejarah Medan yang kuat dan tegas. Selain dari segi fungsi kontinuitas atau yang lebih spesifik dengan istilah kontinuitas bentuk dilihat dengan mempertimbangan keberadaan bangunan yang mampu bertahan walaupun fungsinya sudah berubah. Seperti dikatakan Utami, 2001 bahwa bangunan bisa dikatakan sebagai elemen domican (primer) jika bangunan tersebut mampu mempertahankan locus, fungsi dan bentuk bangunan sesuai yang asli, mampu bertahan dari segi bentuk, mempunyai nilai locus yang sangat tinggi sehingga mempengaruhi keberadaan elemen kota yang lain ataupun peranan bangunan e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 1

Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

Kajian Stimulus Collective Memory Terhadap Bangunan–Bangunan Kolonial Di Sekitar Lapangan Merdeka

Studi Kasus : Bangunan–Bangunan Kolonial Di Sekitar Lapangan Merdeka Medan

WAHYU UTAMI

SALMINA W. GINTING FIRMAN EDDY

Jurusan Teknik Arsitek

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

Ungkapan "Place without old building is like a person without a memory" sangat relevan untuk mengungkapkan betapa pentingnya makna sejarah pada bangunan di suatu tempat, terlebih bangunan itu selain mempunyai sejarah juga mempunyai locus, makna ataupun nilai yang tinggi. Oleh karena itu dengan adanya point of view urban structure, urban history yang akan sangat berguna dalam penelitian tentang suatu kota yang menitikberatkan pada perbedaan antara waktu lampau dan mendatang dengan pertimbangan pada fakta masa lampau yang mempengaruhi masa saat ini dan mungkin ini juga akan memberi arti permanensi. Bangunan sebagai elemen kota adalah sesuatu yang mempunyai masa lampau namun tetap memberi pengaruh.

Kawasan lapangan merdeka merupakan bagian awal terbentuknya kota Medan yang diawali sebagai daerah perkebunan Tembakau Deli. Bangunan-bangunan yang ada sampai saat ini merupakan cerita masa lalu yang bisa diangkat kembali untuk dijadikan identitas kawasan yang diambil dari awal kota Medan sebagai kota perkebunan dankota Medan sebagai kota kolonial dalam perkembangnnya. Beberapa bangunan sampai saat ini masih terlihat kontinuitasnya dan persistensinya misalnya Gedung London Sumatera, Kantor Pas, Stasiun Kereta Api dan beberapa bangunan yang mempunyai histori yang kuat yang ikut membentuk Lapangan Merdeka sebagai kawasan kolonial saat itu. Keberadaan bangunan yang berada di sekitar Lapangan Merdeka dipertegas dengan beberapa lorong yang ada di sekitar Lapangan Merdeka dengan kekentalan style kolonialnya.

Kontinuitas bangunan yang ada di Lapangan Merdeka dilihat dari segi fungsi pada beberapa bangunan yang masih bertahan dengan fungsi aslinya yang paling tidak mempunyai dimensi waktu yaitu masa perkebunan, masa kolonial dan masa sekarang dan diharapkan mampu mempertahankan kemenerusannya di masa mendatang.Bangunan-bangunan yang acta sebagai artefak di Lapangan Merdeka membentuk suatu kawasan yang diharapkan mampu memunculkan kenangan masa lalu sejarah Medan yang kuat dan tegas. Selain dari segi fungsi kontinuitas atau yang lebih spesifik dengan istilah kontinuitas bentuk dilihat dengan mempertimbangan keberadaan bangunan yang mampu bertahan walaupun fungsinya sudah berubah. Seperti dikatakan Utami, 2001 bahwa bangunan bisa dikatakan sebagai elemen domican (primer) jika bangunan tersebut mampu mempertahankan locus, fungsi dan bentuk bangunan sesuai yang asli, mampu bertahan dari segi bentuk, mempunyai nilai locus yang sangat tinggi sehingga mempengaruhi keberadaan elemen kota yang lain ataupun peranan bangunan

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 1

Page 2: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

sebagai elemen kota mampu menjadi pemacu dalam perkembangan elemen berikutnya walaupun bangunan atau elemen ini merupakan sesuatu yang baru. Dalam kajian collective memory hanya akan mengambil elemen yang berperan sebagai elemen primer dengan melihat pada kontinuitas pada fungsi dan bentuk ataupun hanya bentuknya saja. 1.1 Lokus dan fokus Amatan

Penelitian mengambil fokus amatan di Pusat Kota Medan, tepatnya di Lapangan Merdeka dan sekitarnya dengan diperjelas beberapa lorong di sekitar Lapangan Merdeka Sedangkan focus amatan yaitu pada fasade bangunan yang dijadikan amatan dan tidak melihat bangunan dan dua dimensinya dari atas.

Gambar. 1 Foto udara Lapangan merdeka tahun 1930 dengan peta Kunci Kota (sumber : katalog BWS, 2000)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Rossi ( 1982) mengacu pada teori permanensi dan Poete dan Lavedan melihat

kota sebagai sejarah, yang terdiri atas dimensi waktu masa lalu, masa kini dari masa mendatang. Teori Poete dijelaskan dalam Rossi ( 1982) mcnggunakan dasar historical theory yang memfokuskan pada fenomena persistance (berlangsung secara terus menerus atau dapat bertahan), Kebertahanan ini dihubungkan dengan monumen, tanda- tanda fisik masa lampau yang terlihat pada lay out dari rencana dasar kola.Kadangkala artefak ini bertahan dengan tidak berubah, berlangsung terus dan di suatu waktu mereka menghilang dan hanya tinggal permanensinya pada bentuk-bentuknya, tanda - tanda fisiknya atau berupa sisa yang ada pada lokusnya. Oleh karena itu Rossi kemudian membuat rumusan tentang Man Made Object. Antara lain dikatakan bahwa pembangunan kota mempunyai dimensi 'temporal' yaitu dimensi masa lalu, kini dan yang akan datang dan pembangunan kota mempunyai 'Spatial Continuity' /kesinambungan spatial.

Dikatakan lebih lanjut oleh Rossi (1982) bahwa ditengah-tengah perubahan suatu kota kita masih dapat menyaksikan kehadiran nilai-nilai lama di masa kini. Nilai - nilai lama ini dapat kita saksikan dengan melihat elemen - elemen kota yang

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 2

Page 3: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

ada yang mampu menghadirkan masa lalu kola tersebut, misalnya dari segi fasade, Radjiman (2000) mengatakan bangunan tua mengekspresikan kesinambungan dan simbolis dari keadaan permanensi "place without old building is like a person without a memory", Setiap kota mempunyai sejarah yang menghubungkannya kepada asal-usul. Tanda-tanda yang terlihat Juri sejarah tersebut dapat menentukan segi-segi utama rupa kota, sedangkan untuk daerah baru mengikuti simbol-simbol yang terlihat Juri kepribadian kota lama yang memberikan kontinuitas dan karakter pada daerah baru.

Rossi (1982) mengatakan lebih lanjut, bahwa sekilas awal akan terlihat bahwa permanensi memuat semua kontinuitas Juri urban artefak namun kenyataannya ini tidak dominan, karena kenyataanya tidak ada sesuatupun yang bertahan dalam suatu kota, Oleh karena itu dalam teori permanensi ini bisa dikatakan dipergunakan untuk menerangkan urban artifak yang mempunyai kekuatan dalam menerangkan suatu kola dengan melihat kola saat ini. Teori ini menggunakan metode historis sebagai pembatasnya. Metode ini digunakan tidak hanya untuk membedakan permanensinya saja, tapi untuk lebih memfokuskan pengujian apakah kola itu selalu dapat diindikasikan dengan melihat perbedaan waktu lalu dengan sekarang.

Papageogeon (1969) mengatakan dalam suatu kota vang mempunyai sejarah, pasti memiliki historic urban cenlers yang merupakan kawasan atau bagian kota yang memiliki nilai sejarah yang sampai saat ini masih tetap ada dengan bentuk yang asli dan merupakan pembentuk struktur kota. Suatu elemen yang walaupun dari sisi fungsi telah berubah namun bentuk aslinya tetap ada karena ini akan mengkaitkan sejarah yang terdahulu yang membentuk kota. Setiap pemerintahan pada setiap periode membawa bentukan wajah kota sendiri-sendiri yang memacu perjalanan pertumbuhan kota dan elemen kola itu ikut menentukan nilai kota tadi. Dengan demikian melihat dan menghuni kota tidak saja hanya dari wujud elemen kota pada hari ini saja, tapi juga wujud nilai sejarah yang ikut hadir pada masa kini. Melihat sejarahyang ada,berbagai macam bentuk-bentuk bangunan dan alam dapat memberikan nilai sejarah yang muncul. Kita dapat melihat atau menemukan sejarah kota dengan melihat unit-unit independendan komponen-komponen penting perkotaan. Lebih lanjut dikatakan perubahan tersebut tidak berhenti tapi selalu berdampak lanjut, sedangkan menurut Sudaryono (1996) perubahan elemen kota yang ideal dijumpai pada kontinuitas/kemenerusan dari seluruh nilai-nilai lama dari artefak perkotaan (walaupun ini sangat sulit dijumpai). Atau dengan kata lain perubahan yang bersifat minor tetapi tidak secara keseluruhan. Dalam hasil penelitian Utami, tahun 2001 dikatakan bahwa elemen dominan datum kota bisa dilihat dari kontinuitas dan persistensinya datum perkembangan kota. Elemen dominan ini dijadikan araban datum perkembangan kawasan yang sering menuntut perubahan dan kemajemukan.

Collective memory sendiri menurut Riossi (1982) adalah segala sesuatu khususnya menyangkut elemen fisik kota yang mampu memberikan kesan tertentu atau mengingatkan pada pengamat akan suatu peristiwa tertentu baik secara visual maupun non visual. Menurutnya the city is the theater of human events. Diperjelas dalam buku yang diterbitkan oleh Badan Warisan Sumatera (BWS) bangunan-bangunan yang mempunyai nilai histories adalah gudang penyimpanan memori social yang menjadi sumber yang paling baik untuk menginteprestasikan pengalaman masa lalu dan bangunan itu mempunyai kekuatan untuk membangkitkan memori social visual.

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 3

Page 4: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

BAB III TINJAUN DAN MANFAAT PENELlTIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah mengkaji bangunan-bangunan kolonial yang ada di sekitar Lapangan Merdeka untuk dapat memberikan kesan collective memory yang dapat dijadikan elemen dominan dan araban dalam perkembangan kawasan dan perkembangan kota Medan.

Sementara tujuan umum pada penelitian ini agar penelitian ini dapat memberikan araban bagi perencanaan dan pengembangan kota Medan dengan mengambil araban Lapangan Merdeka sebagai pusat kota dan awal berkembangnya kota yang mempunyai nilai histories yang tinggi 3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan bagi kalangan akademis khususnya dalam bidang perencanaan kota dan lingkungan baik bagi kalangan staf pengajar maupun bagi mahasiswa. Selain itu dengan penelitian ini bisa bermanfaat untuk pemerintah kota dalam rangka pengkajian kembali makna histories kota Medan.

BAB IV

METODE PENELlTIAN 4.1 Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah blok plan kawasan Lapangan Merdeka saat ini.Peta - peta ini akan bermanfaat untuk melihat perletakan elemen - elemen dominan yang ada. Acuan data juga berasal dari data- data atau dokumen - dokumen bersejarah yang dapat memberi gambaran pada masa lalu sampai sekarang dan disatu sisi gambar - gambar atau foto yang dapat memperjelas gambaran bangunan - bangunan yang ada di Lapangan Merdeka. 4.2 Metode Penelitian

Penelitian dengan melihat obyek penelitian sebagai daerah amatan dan melihat bangunan sebagai focus amatan secara langsung. Dalam hal ini bangunan-bangunan di Lapangan Merdeka dijadikan obyek penelitian yang akan dieksplorasi secara keseluruhan untuk mendapatkan hasil data berupa identifikasi elemen bangunan. lni sangat berhubungan dengan melihat stimulus yang terjadi di tiap-tiap bangunan dan dijadikan identifikasian awal. Penelitian collective memory melihat bangunan dalam dua dimensi sebagai gambaran awal dan tiga dimensi sebagai eksplorasinya yang difokuskan pada fasade bangunan dan elemen bangunan. Ada beberapa elemen yang akan dianalisa berdasarkan bentuk bangunannya namun hanya sebagai penjelas analisa saja (dalam hal ini terkait peranan dominan dengan menggunakan konsep bentuk bangunan). Dari data eksplorasi kondisi kota yang kemudian diidentifikasi berdasarkan kelompoknya masing-masing dan dianalisa dengan teori yang ada akan memunculkan hasil analisa berupa stimulus collective memory pada bangunan di Lapangan Merdeka dan sekitarnya. 4.3 Proses Penelitian (1)Study Dokumen

Mempelajari dokumen - dokumen bersejarah berupa tulisan - tulisan maupun foto-foto yang dapat menggambarkan keadaaan Lapangan Merdeka dari waktu ke waktu dengan tinjauan elemen pembentuknya. Tulisan dan foto selain diperoleh dari

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 4

Page 5: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

literture cetakan juga dilakukan pencarian ke situs - situs yang ada untuk mencari data sebanyak-banyaknya yang berfungsi sebagai cross ceck atas data terdahulu. Studi dokumen ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran awal terjadinya kota Medan khususnya Lapangan Merdeka dan sekitarnya sebagai pusat kota saat ini. Selain itu juga mencari informasi tentang bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai elemen dominan melalui tahun pembangunan, fungsi pada saat pembangunan dan fungsi sekarang ini. (2) Studi Lapangan Studi Lapangan ini dilakukan dengan cara : (a) Wawancara

Dilakukan kepada orang - orang yang mampu memberikan informasi/data baik dari instansi maupun orang awam dengan tetap berdasarkan sumber tertulis yang ada. Dengan wawancara dari beberapa sumber dan dilakukan cross check yang diharapkan dapat saling memperkuat data tertulis yang ada. Wawancara yang dilakukan untuk mendapatkan informasi seperti pacta studi dokumen dengan menggunakan metode cross nara sumber (ini untuk memperkuat wawancara yang dihasilkan). (b)Observasi

Dilakukan untuk mendapatkan data fisik tentang elemen - elemen pembentuk bangunan yang dapat dijadikan analisa awal collective memory pada bangunan dan juga pada kawasan.

Dalam observasi dilakukan pengambilan gambar dari lapangan dengan mempertimbangkan dari segi fasade, perspektif maupun detil-detil bangunan yang mampu memberikan data bagi pengidentifikasian elemen bangunan dan juga pengidentifikasian bangunan-bangunan yang ada, dilakukan pengidentifikasian berdasarkan style bangunan yaitu kolonial Belanda, Kolonial Inggirs dan bangunan baru yang dibangun dengan style local dan dibangun bukan pada masa kolonial.

Observasi juga dilakukan sebagai cross ceck atas data awal yang dapat dan literature atau data terdahulu yang dijadikan pertimbangan dalam penelitian ini.

BAB V

HASIL DAN PEMBARASAN 5.1 Bangunan-Bangunan Kolonial di Lapangan Merdeka

Perkembangan kota Medan ditentukan keberhasilan Labuhan Deli sebagai daerah pekebunan yang dikenal dengan perkebunan Tembakau Deli. Diakhir abad ke19 Labuhan Deli sudah tidak nyaman lagi sebagi pusat perkebunan karena selain posisinya tidak berada di tengah perkebunan yang acta saat itu juga karena pertimbangan posisi tanah dengan ketinggian air taut. Dari alasan ini cikal bakal kota Medan yang saat itu masih bagian dari kampung kecil yang dikenal dengan Kampung Medan Putri menjadi berkembang pesat khususnya di Kesawan. Dalam bukunya yang berjudul Sejarah Medan Tempo Doeleo, Luckman Sinar mengatakan bahwa Kesawan berasal dari kata "Kesawahan", pergi kesawah. Tulang punggung tata kota Medan mulai terbentuk pada 1880-1n dan jejak-jejak fisiknya sampai saat ini masih ada. Para pemilik perkebunan dan swasta Cina yang membuat Medan berkembang pesat melalui serangkaian interkasi yang bergolak, sementara pihak adminstrasi Belanda hanya sebagai lapisan kedua dalam perkembangan kota.

Menurut Cor, Passchir, 1995, cikal bakal grid kota Medan dipengaruhi oleh keberadaan perkebunan Deli yang berkembang pesat di akhir abad ke-19. Berbagai fasilitas dibangun sebagai pusat administrasi Perkebunan Deli di daerah Kesawan

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 5

Page 6: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

khususnya di sekitar Lapangan Merdeka. Lapangan Merdeka pada awalnya dikenal dengan Esplanade merupakan bagian dari perkebunan tembakau. Di sekitar Lapangan Merdeka secara bertahap dibangun gedung-gedung untuk mewadahi kebutuhan perkebunan saat itu. Jika kita lihat hampir keseluruhan bangunan yang ada di sekitar Lapangan Merdeka merupakan bagian dari fasilitas penunjang perkebunan dan fasilitas pendukung bagi masyarakat kolonial baik Inggris maupun Belanda saat itu. Selain dibangunannya beberapa kantor dan gedung penunjang di sekitar Lapangan Merdeka juga dibangun bangunan-bangunan penunjang di beberapa lorong disekitar Lapangan Merdeka yang mempunyai akses ke pusat kota saat itu bahkan sampai saat ini.

Lapangan Merdeka saat ini dikelilingi bangunan-bangunan lampau atau bangunan kolonial namun seiring dengan perkembangan jaman dibangun beberapa bangunan dengan bentuk yang baru untuk menunjang kebutuhan masayarat masa kini.

Bangunan-bangunan yang bertahan dari segi fungsi dan bentuk bangunan antara lain yaitu Kantor Pos dan Stasiun Kereta Api. Juga terjadi peruhahan fungsi pada beberapa bangunan yang ada saat ini karena fungsi awal sudak tidak relevan misalnya Bank Mandiri yang ada di sebelah Barat Lapangan Merdeka. Adanya bangunan Asuransi Jasindo, beberapa bangunan yang digunakan sebagi perkantoran juga memanfaatkan bentuk bangunan lama. Kesan kolonial di pusat kola juga ada di jalan Pemuda yang masih sangat kuat kesan kolonialnya dan Jalan Ahmad Yani yang merupakan terdapat bangunan style Cina dan style kolonial Belanda. Kondisi bangunan – bangunan yang ada disekitar Lapangan Merdeka jika dipetakan adalah sebagai berikut :

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 6

Page 7: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

Gambar 7 . Pengelompokan Bangunan di Sekitar lapangan Merdeka (sumber : survey lapangan, 2003)

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 7

Page 8: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

Jika dibuat tabel adalah sebagai berikut :

Kondisi Fungsi Bentuk No. Bangunan Lama Baru Berubah Tetap lokal Kolonial

Inggris Kolonial Belanda

1. Kantor pos • • • 2. BCA • • 3. Kantor BCA • • 4. Kantor ET dkk • • 5. Bank Niaga • • 6. Sta. KA • • • • 7. Titi Gantung • • • • 8. Bank Mandiri

1 • •

9. Bank Panin • • 10. Asuransi

Jasindo • • • •

11. London Sumatera

• • •

12. Bank Mandiri 2

• •

13. Kantor Perkebunan

• • • •

14. Kantor Perpakiran

• • • •

15. Kantor Perkebunan

• • • •

16. Bank Mandiri 3

• • •

17. Balai Kota • • • 18. Bank

Indonesia • • •

19. Hotel Dharma Deli

• • •

Tabel 1. Identifikasi Bangunan di sekitar lapangan merdeka (sumber : data lapangan, 2003)

Melihat tabel dan blok plan di atas bisa dikatakan dari sejumlah elemen fisik yang ada di Lapangan Merdeka atau dari 19 jenis pengelompokan bangunan ada 12 elemen fisik yang bertahan dari fungsi atau bentuknya. Ini memperlihatkan kesan collective memory masih sangat kental dan sangat penting dilakukan untuk dijadikan pertimbangan dan juga arahan dalam pertimbangan perencanaan Lapangan Merdeka selanjutnya. 5.2 Hasil temuan dan kajian Collective memory 5.2.1 Kantor Pos Terletak di jalan Balai Kota dengan arsitek bernama SNUYF yang di bangun tahun 1909.Kantor Pos yang ada di Medan menggunakan style kolonial Belanda dengan tower segi enam diatasnya.

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 8

Page 9: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

Penggunaan tower di atas bangunan banyak dilakukan arsitek Belanda di Indonesia mulai tahun 1900-an samai tahun 1940-an (Hadinoto 1996). Tower yang dipaki di Kantor Pos berbentuk segi enam dengan towernya sendiri diberi buka – bukaan kecil sebagai ornamen dan juga penyesuaian terhadap iklim local Indonesia khususnya Medan.

Atap pada bangunan Kantor Pos ada dua jenis yaitu atap local dengan bentuk segi enam yang dipadu dengan tower dan dilengkapi dengan dormer pada atap tower dan atap dengan jenis gevel pada atap yang menghadap ke sisi lain. Kedua jenis atap ini mengadopsi bentukan dari kolonial Belanda yang diakulturasi dengan elemen local.

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 9

Page 10: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

Gambar 10. Detil Bukaan pada Kanfor Pos (sumber : Data lapangan)

Bukaan di Kantor Pos juga ada dua jenis pertama yang bentuk persegi

panjang dengan memanjang ke atas ini dimaksudkan agar udara dan sinar yang masuk ke dalam bangunan tidak terlalu besar. Sementara bentuk kedua dengan bukaan yang diberi bentukan lengkungan di bagian atas. Di tiap-tiap bukaan selalu dilengkapi dengan kisi-kisi dimaksudkan agar tidak terlalu banyak cahaya yang masuk ke dalam.

Dari uraian tentang Kantor Pos dapat dikatakan bangunan Kantor Pos Medan bertahan dengan kontinuitas baik fungsi maupun bentuk sementara persistensinya tidak mutlak karena pemah dilakukan renovasi kecil namun tidak mengganggu fasade aslinya. Detil-detil banyak menggunakan elemen kolonial namun tetap tidak meninggalkan elemen-elemen local walaupun tidak sepenuhnya elemen tradisional Sumatera khususnya Melayu atau Batak. Penggunaan elemen local lebih bersifat generalisasi bentukan local Indonesia. 5.2.2 London Sumatera Awalnya gedung “Julianagebouw” yang diambil alih oleh perasaan Inggris “Horrisons & crossfield “ltd. Dan sekarang diambil alih oleh style kolonial Inggris dan berbentuk segi tiga. Bangunan ini merupakan bangunan pertama di Sumatera yang menggunakan lift.

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 10

Page 11: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

London Sumatera sebagai salah satu landmark yang ada di pusat kota Medan karena mempunyai karakteristik yang berbeda dengan bangunan-bangunan disekitarnya walaupun dari segi bentukan sama dengan bangunan lain. Gedung ini mempunyai skala yang sangat besar dan bentuknya unik dengan bentuk segi tiga yang diletakkan di simpang jalan. Entranse menghadap ke simpang jalan.

Bukaan-bukaan yang ada menunjukkan bentukan kolonial dengan penyempitan di arah samping dan pelebaran ke arah alas dengan tujuan pengurangan intensitas matahari dan angin yang datang ke arah bangunan tersebut.

Jenis atap yang digunakan merupakan penggabungan atap tag dan penggunaan gevel di entrance utamanya. Berbeda dengan bangunan yang lain gedung ini banyak menggunakan bukaan yang diletakkan di setiap lantai dengan irama yang sering. Ini menjadi ciri khas tersendiri bagi gedung yang sekarang ada perubahan fungsi yang tidak terlalu significant. 5.2.3 Bank Mandiri

Bangunan Bank Mandiri di sekitar Lapangan Merdeka ada tiga tempat. Namun yang mengunakan bangunan lama tanpa melakukan perubahan bentuk secara significant yang terletak di jalan Balai Kota.

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 11

Page 12: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

Style yang digunakan pada bangunan Bank Mandiri adalah kolonial Belanda dengan penggunaan elemen atau detil bangunan keseluruhan menggunakan bentukan kolonial termasuk dalam hal ini bentuk bukaan yang tinggi serta menyempit ke samping. Berbeda dengan bukaan pada bangunan lain di bangunan Bank Mandiri tidak dibagi datum bukaan-bukaan kecil tapi langsung satu bukaan di liar ketinggian lantai.

Elemen kolom cukup menonjol dengan bentukan kolonial yaitu penggunaan kolom yang dimensinya besar yang mencerminkan kekuasaan kolonial saat itu. Ini seperti bangunan-bangunan kolonial yang berfungsi penting di Jawa misalnya kantor residen atau gedung-gedung pertemuan. lni menunjukkan bangunan ini sepenuhnya melayani masyarakat kolonial saat itu.

Penggunaana atap daag merupakan pencerminan bentulkan kolonial dari style Eropa dun dipadu dengan penggunaan gevel di bagian samping merupakan bentukan kolonial Eropa. Gevel digunakan pada bagian samping bangunan karena posisi gedung ini yang strategis terletak di simpang jalan atau dipertigaan jalan yang menghubungkan jalan Balai Kota dan lorong ke dalam. 5.2.4 Balai Kota Kanlor Balai Kota terletak di Jalan Balai Kota dibangun tahun 1908 dan direkomendasikan tahun 1923 dengan desainnya oleh Bito Amitek Hulswit. Bangunan ini masih tetap fungsinya sampai saat ini hanya perubahan nama yang dahulu bernama Gemeentehuis.

Balaikota saat pemerintahan Belanda merupakan salah satu unsur pemerintahan kolonial dibawah Karesidenan. Sehingga penggunaannya lebih ke masyarakat Belanda dan yang mendukung keberadaannya. Ini akan mempengaruhi jenis ataupun bentukan bangunannya seperti yang banyak terjadi kota-kota kolonial lainnya di Indonesia.

Elemen bangunan pada gedung Balai Kota menggunakan style kolonial dengan penggunaan tower di atap puncaknya yang dilengkapi dengan ormanen-omamen kolonialnya. Penggunaan dormer pada atap tower semakin memperkuat bentukan kolonial eropanya. Sementara bukaan menggunakan bentukan kolonial yang disesuaikan dengan alam local yaitu dengan adanya level di tiap bukaaan. Ini dimaksudkan agar sinar matahari atau jika terjadi hujan tidak menganggu pengguna bangunan. Di bukaan bangunan banyak menggunakan ornamen kolonial eropa.

Jam besar yang ada di bangunan ini dibangun tahun 1913 peembahan milioner CinaTjong A Fie yang saat itu dapat mengeluarkan bunyi carillon. 5.2.5 Bank Indonesia

Bank Indonesia awalnya adalah Javasehe Bank yang dibangun tahun 1970 oleh biro arsitek Hulswit/Fermont & Ed.Cuypers.

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 12

Page 13: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

Gedung ini dominan menggunakan bentukan kolonial hanya detilnya agak berbeda dengan bangunan lainnya yang ada disekitarnya. Bukaan selain tinggi juga dimensinya cukup besar untuk ukuran local. Elemen bangunan dibangian depan berupa bukaan ini lebih mencerminkan kekuasaan yang ada dan ini salah satu ciri bangunan kolonial murni tanpa campuran unsure local. Penggunaan atap gevel hanya dibagian depan yang berjumlah satu sementara sebagian besar atapnya adalah daag. Sementara untuk bukaan disamping menggunakan bukaan yang relatif sama dengan bangunan lain yaitu tinggi dan sempit. Pada bukaan tidak diselesaikan dengan penggunakan elemen local Indonesia seperti dibangunan lainnya dengan menggunakan tritisan ataupun level. Pada bangunan ini bukaannya polos berbentuk persegi empat.

Elemen-elemen bangunan lainnya yang merupakan ciri bangunan kolonial adalah penguatan pada lekukan-lekukan tembok atau dinding dan juga pengguaan pintu melengkung dengan karakter yang sangat kuat 5.2.6 Hotel Dharma Deli

Menurut Lukman Sinar, 1996, Hotel Dharma Deli yang terletak di Jalan Bali Kota awalnya adalah Hotal De Boer dengan pemiliknya bernama Aeint Herman De Boer. Seperti bangunan hotel kolonial yang adadi Indonesia, Hotel Dharma Deli mempunyai elemen bangunan berupa bukaan yang sangat banyak dan mengadopsi bentukan kolonial muri tanpa adanya penyesuaian dengan elemen local. 5.2.7 Stasiun Kereta Api Dibangun tahun 1885 sebagai sarana transportasi penumpang maupun barang.

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 13

Page 14: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

Bentukan Kereta api tidak terlalu berbeda dengan kota-kota lain yaitu memanjang dan elemen bukaannya sangat banyak. Hal ini terkait dengan fungsi stasiun yang banyak menampung penumpang dan mengadopsi bentuk kereta api yang memanjang. Elemen yang berbeda dengan stasiun yang lain adanya penonjolan di bagian depan gedung berupa bukaan yang cukup besar dan dilengkapi dengan kaca sehingga pengguna bisa melihat ke bahwah ataupun keluar dan juga adanya elemen jam.

Gambar 16, Jam yang terdapat di Luar stasiun (sumber : data lapangan)

5.2.8 gedung asuransi Jasindo

Gedung asuransi Jasindo menggunakan bangunan lama yang tldak terlalu dominan bentukan kolonial.Bentukan ini cenderungan bentukan bangunan indis yang merupakan bangunan kolonial yang telah banyak mengalami penyesuaian dengan elemen lokal. Ini biasanya untuk bangunan–bangunan yang memang fungsinya lebih cenderung ke masyarakat local atau pribumi atau negara lain.

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 14

Page 15: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

Bangunan ini banyak mendapat pengaruh local khususnya arsitektur tropis. Ini terlihat pada penggunaan atap local walaupun untuk menunjukkan kepuasaan pemerintah kolonial saat itu diberikan gevel dibagian depannya. Ini biasa digunakan oleh pemerintah kolonial untuk mengambil hati masyarakat pribumi dengan penyediaan fasilitas. Bukaan-bukaan juga cenderung menggunakan bentukan local yang dilengkapi krepyak dibagian alas pintu dan jendela. Kemudian di bagian depan atas terdapat tujuh bukaan kecil yang dilengkapi dengan kaca tembus cahaya. Kolom yang digunakan dibangunan ini tidak terlalu kuat karakternya hanya penambahan dimensi keluar dari dimensi temboknya sehingga tidak terlalu kentara.

Elemen kolonial hanya pada penggunaan gevel dan karakter penonjolan dinding yang kuat sebagai salah satu ciri bangunan kolonial. Penggunaan ornamen di bagian atap merupakan pemberian elemen kolonial ke dalam bangunan yang ditujukan bentukan local. 5.2.9 Bangunan-Bangunan Baru

Di sekitar Lapangan Merdeka mulai dimasuki bangunan-bangunan baru yang dikhawatirkan agar merusak kekuatan lapangan Merdeka sebagai historic urban center dalam memberikan gambaran masa lalu. Ini terlihat dengan munculnya bangunan-bangunan baru yang ada di sekitar bangunan bernilai sejarah yang tinggi. Bangunan Bank Central Asia (BCA) perwakilan, Kantor ACA, Deretan Perkantoran kecil yang antara lain gedung ET45 serta Gedung Bank Niaga yang terletak di seberang Utara Lapangan Merdeka satu deretan dengan Kantor Pos yang sangat kental nilai historisnya.

Di sebelah Selatan Lapangan Merdeka mengalami pergantian bangunan jenis baru yang sama sekali tidak menggunakan elemen dominan bangunan di kawasan ini yaitu perpaduan elemen kolonial dari local. Sementara bangunan di sebelah Timur dari Barat masih menunjukkan kontinuitas baik dari segi fungsi dari beberapa dari

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 15

Page 16: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

bentuk. Dalam waktu beberapa bulan ini di Lapangan Merdekanya sendiri mengalami beberapa perubahan yang sangat mengganggu keberadaan Lapangan Merdeka sebagai lokus bersejarah dengan penambahan elemen baru, yaitu adanya panggung dengan bentuk Melayu dari kumpulan kios buku pindahan dari titi gantung. Hal ini sangat merusak kesan yang ada.

5.10 Penguatan Collective Memory Bangunan di Sekitar Lapangan Merdeka

Seperti dijelaskan di bagian depan dalam rangka mengkaji stimulus collective memory perlu adanya penguntan dari beberapa segi dalam hal ini adanya dua lorong jalan di sekitar Lapangan Merdeka yang mempunyai keterkaitan dengan aktivitas Kawasan Lapangan Merdeka masa kolonial, yaitu Jalan Pemuda dan Jalan Ahmad Yani.

Dari kedua gambar diatas nampak jelas bahwa kedua jalan ini masih

mempunyai kesan yang sangat kuat terhadap masa lalunya yaitu pemerintahan kolonial Belanda dengan mendapat perpaduan bentuk local dan Cina. Bentukan atap yang menggunakan dormer, gevel dan juga pada jalan pemuda di sudut simpang menggunakan tower segi enam yang sangat menarik.

Bukaan-bukaan jendela yang ada menggunakan bentukan kolonial yang sudah dipadu dengan bentukan local dan disesuaikan dengan iklim tropis, bentuk kolonial dengan bukaan yang tinggi dan menyempit menjadi ciri khas bangunan-bangunan yang ada di kedua jalan tersebut.

Pada dan lorong jalan ini sebagian besar bangunan-bangunan yang ada masih mempertahankan bentuk aslinya. Perubahan terjadi hanya pada fungsi bangunan

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 16

Page 17: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

karena sudah tidak relevan lagi dengan masa sekarang. Di jalan Pemuda beberapa bangunan tidak digunakan dan dibiarkan kosong dalam waktu cukup lama.

Di jalan Abmad Yani bangunan-bangunan mendapatkan perpaduan bentukan dari Cina karena pada masa lalu jalan Pemuda dikuasai milioner Cina yang benama Tjong A Fie yang salah satu rumahnya masih berdiri megah di jalan Pemuda.

Gambar 21. Posisi Jalan Pemuda dan Jalan ahmad Yani terhadap Lapangan Merdeka

(sumber : data lapangan,2003)

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 17

Page 18: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

5.11 Elemen-Elemen Dominan sebagai Penguatan Collective Memory di Lapangan Merdeka, Medan sebagai Arahan mengembangkan Kota

Sejarah satu sangat bermanfaat bagi masa yang akan datang berhubungan

dengan identitas lokasi tersebut yang dapat bermanfaat sebagai salah satu arahan dalam perencanaan dan perancangan elemen berikutnya. Seperti dikatakan Utami, 2001, elemen dominan dalam hal ini bangunan dan lokasi yang mempunyai tingkat kontinuitas yang tinggi dapat dijadikan salah satu kaca mata dalam melihat perkembangan suatu kota dan untuk perencanaan ke depan. Ini dilakukan agar untuk lokasi-lokasi di dalam kota yang mempunyai karakter khusus bisa dimanfaatkan tanpa harus meninggalkan kebutuhan masa depan. Jika dalam pelaksanaan teryata membutuhkan adanya suatu pembongkaran akreca sudah tidak layak dalam arti bangunan atau elemen fisik ini lebih bersifat patologis, agar bisa mengambil arahan pemakaian elemen bangunan yang sudah ada di dalam kawasan tersebut.

Demikian juga dengan bangunan-bangunan yang ada di Lapangan Merdeka, perlu adanya satu perhatian tersendiri agar nilai historiesnya tidak hilang termakan oleh bangunan-bangunan baru yang tidak memperhatikan elemen-elemen dominannya.Misalnya terjadi pembongkaran karena alasan yang sangat tepat (misalnya bangunan rusak atau akan runtuh) perlu dipertimbangkan pendirian bangunan berikutnya mengikuti pola arahan atau bahkan dijadikan replica bangunan yang hancur dengan fungsi yang berbeda dan maintenance yang lebih bisa diterima masyarakat sekarang. Hal di atas perlu dilakukan agar nilai-nilai historisnya tidak hilang dan kesan collective memory tetap ada.

Adapun elemen-elemen dominan yang bisa dijadikan arahan antara lain bentukan atap dengan penggunaan dolmer, gevel ataupun tower yang bisa disesuaikan dengan kondisi arsitektur saat ini dan masa mendatang. Selain itu karakter yang ada harus mencerminkan kekuatan suatu pemerintahan. Bukaan-bukaan dengan bentuk kolonial yang dipadu elemen local juga sebagai salah satu kesan kuat pada bangunan kolonial di kota Lapangan Merdeka dan juga generalisasi bentukan elemen kolonial di Indonesia.

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 18

Page 19: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

Lapangan Merdeka sebagai salah satu lokasi di kota Medan yang mempunyai

karakter yang sangat kuat khususnya dalam hal ini adalah bentukan kolonial perlu dilakukan pertimbangan dalam perencanaan dan pengembangan di masa mendatang. Pertimbangan ini terkait dengan sudah banyak bangunan-bangunan baru yang mulai merusak kesan sejarah di lokasi ini. Hal ini akan meusak cerita yang bisa dibaca dari visual bangunan untuk generasi mendatang.

Ada baiknya jika perlu dilakukan penataan kembali dan pengkajian kembali bangunan-bangunan baru yang ada. Ini dimaksudkan agar Lapangan Merdeka sebagai bagian dan kawasan bersejarah bagi Kota Medan menjadi hilang tanpa adanya arahan sebagai identitas diri.

DAFTAR PUSTAKA Aminuddin, Sandi, 1990. The Architecture Of A City In Development. Bandung :

Katholieke Universiteit Leuven Darban, Ahmad Adaby, 2000. Sejarah Kauman, Menguak Identitas Kampung.

Tarawang, Yogyakartan :Muhammadiyah. Daroko, Atyanto, 2000. Mata Kuliah Perumahan Urban. Yogyakarta : Program Studi

Teknik Arsitektur, Universitas Gadjah Mada. Departemen P&K, 1999. Inventarisasi Bangunan Kolonial Di Magelang. Magelang :

[s.n] Dinas Pariwisata Kota Magelang, 2000. Magelang Tempo Dulu. Magelang : [s.n] Djuliati, 2000. Eksploitasi Kolonial Abad XIX, Kerja Wajib Di Keresidenan Kedu 1800-

1890. Yogyakarta : Yayasan Untuk Indonesia Yogyakarta. Handinoto, 1996. Perkembangan Kota Dan Arsitektur Kolonial Di Surabaya 1870-

1940.Yogyakarta : Andi Offset Handinoto; Soehargo, H Paulus, 1996. Perkembangan Kota Dan Arsitektur Kolonial

Belanda Di Malang.Yogyakarta : Andi Offset. Moehkardi, 1988. Catatan Bahasan Atas Makalah Drs.Soekimin Adiwiratmoko

"Penelususran Nama Don Hari Lahir Kota Magelang". Magelang Nessel : [s.n]

Nessel Van Lissa, 1930. Vit Het Verleden Van. Magelang: [s.n] Papageorgeou, Alexander, 1969. Continuity And Change. New York: Praeger

Publishers, Pemerintah daerah Kota Magelang, 1998. Hari Jadi Kota Magelang. Rapoport, Amos, 1982, The Meaning Of The Built Environment. New Delhi : Sage

Publications.

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 19

Page 20: Arsitektur disekitar lapangan merdeka medan wahyu

Radjiman, Gunung, 2000. Mata Kuliah Preservasi Dan Komervasi. Yogyakarta:

Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Gadjah Mada. Rossi, Aldo, 1982. The Architecture Of The City London. England :MIT Press, BPS Jawa Tengah, 1990. Selayang Pandang Jawa Tengah 1990. Semarang :[s.n] Sudaryono, 1996, Mata Kuliah Arsitektur Kota. Yogyakata: Program Studi Teknik

Arsitektur, Universitas Gadjah Mada. Soekiman, Ojoko, 2000. Kebudayaan India. Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya, Utami, W., Suryasari, N.,2000. Sejarah Perkembangan Kota Magelang. Yogyakarta:

Mata Kuliah Sejarah dan Arsitektur Urban, Program Studi Teknik Arsitektur Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada.

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 20