21
i DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 RUMUSAN MASALAH 1.3 TUJUAN 1.4 METODE PENGUMPULAN DATA BAB II PEMBAHASAN RUMAH ADAT SUKU MINANGKABAU 1. ASAL-USUL 2. BAHAN DAN TENAGA 3. PEMILIHAN TEMPAT 4. TAHAPAN PEMBANGUNAN RUMAH GADANG 5. BAGIAN-BAGIAN RUMAH GADANG 6. PELENGKAP RUMAH GADANG 7. RAGAM HIAS 8. NILAI-NILAI RUMAH ADAT SUKU MENTAWAI 1. SEJARAH SUKU MENTAWAI 2. KESETIMBANGAN: INDIVIDUALITAS LALEP & KEBERSAMAAN UMA BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN 3.2 SARAN DAFTAR PUSTAKA ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI nusantaraknowledge.blogspot.com

Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Arsitektur Minangkabau dan MentawaiDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 RUMUSAN MASALAH 1.3 TUJUAN 1.4 METODE PENGUMPULAN DATABAB II PEMBAHASAN RUMAH ADAT SUKU MINANGKABAU 1. ASAL-USUL 2. BAHAN DAN TENAGA 3. PEMILIHAN TEMPAT 4. TAHAPAN PEMBANGUNAN RUMAH GADANG 5. BAGIAN-BAGIAN RUMAH GADANG 6. PELENGKAP RUMAH GADANG 7. RAGAM HIAS 8. NILAI-NILAI RUMAH ADAT SUKU MENTAWAI 1. SEJARAH SUKU MENTAWAI 2. KESETIMBANGAN: INDIVIDUALITAS LALEP & KEBERSAMAAN UMABAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN 3.2 SARANDAFTAR PUSTAKA

Citation preview

Page 1: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

i

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG1.2 RUMUSAN MASALAH1.3 TUJUAN1.4 METODE PENGUMPULAN DATA

BAB II PEMBAHASANRUMAH ADAT SUKU MINANGKABAU1. ASAL-USUL2. BAHAN DAN TENAGA3. PEMILIHAN TEMPAT4. TAHAPAN PEMBANGUNAN RUMAH GADANG5. BAGIAN-BAGIAN RUMAH GADANG6. PELENGKAP RUMAH GADANG7. RAGAM HIAS8. NILAI-NILAIRUMAH ADAT SUKU MENTAWAI1. SEJARAH SUKU MENTAWAI2. KESETIMBANGAN: INDIVIDUALITAS LALEP & KEBERSAMAAN

UMABAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 2: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Arsitektur Indonesia memiliki beraneka ragam ciri khas, biasanya

menyesuaikan dengan adat istiadat, kebiasaan serta kebudayaan dari masing-masing

daerah. Sebagai contoh arsitektur Rumah Gadang merupakan refleksi dari kebudayaan

masyarakat Padang, Sumatera Barat. Keunikannya antara lain bentuk atap yang

menyerupai tanduk kerbau dibuat dari bahan ijuk dan halaman depan Rumah Gadang

biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang yang digunakan sebagai

tempat untuk menyimpan padi, bangunan rangkiang memiliki kesamaan fungsi

dengan jineng yang merupakan tempat penyimpanan padi di Bali. Berbeda dengan

arsitektur Bali yang keunikannya terlihat pada peletakan-peletakan tiap-tiap bangunan

yang menyesuaikan dengan fungsinya, serta style ukiran-ukiran bali yang menonjol

pada bangunannya.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja kebudayaan yang terdapat pada Suku Minangkabau dan Suku

Mentawai?

2. Bagaimana Bentuk rumah adat Suku Minagkabau dan Mentawai?

3. TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengetahui budaya-

budaya serta rumah adat di Indonesia. Dalam makalah ini kami akan

membahas rumah suku Minangkabau dan Mentawai.

4. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode yang digunakan untuk menyusun laporan ini adalah metode pengumpulan

data. Dimana data-data ini kami dapatkan dari berbagai sumber dan media baik

dari buku referensi dan internet.

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 3: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

2

BAB II

PEMBAHASAN

RUMAH ADAT MINANGKABAU

1. Asal-Usul

Masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia, menganut falsafah

hidup “alam takambang jadi guru”. Mereka menjadikan alam sebagai guru untuk

membangun kebudayaan mereka. Orang-orang Minangkabau menganut paham

dialektis, yang mereka sebut “bakarano bakajadian” (bersebab dan berakibat),

sebagaimana dinamika alam, yaitu selaras dan dinamis. Pengejawantahan dari

paham tersebut salah satunya dapat dilihat dari arsitektur rumahnya, Rumah Gadang.

Gaya seni bina, pembinaan, hiasan bagian dalam dan luar, dan fungsi rumah

merupakan aktualisasi falsafah hidup orang Minangkabau.

Harmonis dan dinamis sebenarnya merupakan konsepsi yang berlawanan.

Harmonis berkaitan dengan keselarasan, dan dinamis berkait dengan pertentangan.

Hanya saja, ketika harmonis dan dinamis dipahami dalam konteks “bakarano

bakajadian”, maka kedua hal tersebut menghasilkan sebuah kebudayaan yang

menakjubkan. Bentuk badan Rumah Gadang yang segi empat dan membesar ke atas

(trapesium terbalik), atapnya melengkung tajam seperti bentuk tanduk kerbau,

sisinya melengkung ke dalam, bagian tengahnya rendah seperti perahu, secara

estetika merupakan komposisi yang dinamis. Jika dilihat pula dari sebelah sisi

bangunan (penampang), maka segi empat yang membesar ke atas ditutup oleh atap

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 4: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

3

berbentuk segi tiga yang melengkung ke dalam, semuanya membentuk suatu

keseimbangan estetis, harmonis.

Disebut Rumah Gadang (Gadang = besar), bukan karena bentuk fisiknya

yang besar, melainkan karena fungsinya. Sebagaimana diungkapkan dalam syair:

Rumah gadang basa batuah,

Tiang banamo kato hakikaik,

Pintunyo basamo dalia kiasannya,

Banduanyo sambah-manyambah,

Bajanjang naiak batanggo turun,

Dindiangnyo panutuik malu,

Biliaknyo aluang bunian.

Artinya:

Rumah gadang besar bertuah,

Tiangnya bernama kata hakikat,

Pintunya bernama dalil kiasan,

Bendulnya sembah-menyembah,

Berjenjang naik, bertangga turun,

Dindingnya penutup malu,

Biliknya alung bunian.

Rumah Gadang disamping sebagai tempat tinggal, juga sebagai tempat

musyawarah keluarga, tempat mengadakan upacara-upacara, pewarisan nilai-nilai

adat, dan representasi budaya matrilenial. Sebagai tempat tinggal, Rumah Gadang

memiliki tata aturan yang unik. Perempuan yang telah bersuami mendapat jatah satu

kamar. Perempuan yang paling muda mendapat kamar yang paling ujung dan akan

pindah ke tengah jika ada perempuan lain, adiknya, yang bersuami. Perempuan tua

dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh

kamar bersama pada ujung yang lain. Sedangkan laki-laki tua, duda, dan bujangan

tidur di surau milik kaumnya masing-masing.

Rumah Gadang juga merupakan tempat bermusyawarah untuk mencari kata

mufakat antar anggota keluarga. Di tempat ini setiap persoalan dibicarakan dan

dicarikan jalan keluarnya. Dengan cara ini, keselarasan dan keharmonisan antar

angggota keluarga dibangun. Selain itu, Rumah Gadang merupakan tempat menjaga

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 5: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

4

martabat. Di tempat ini, penobatan penghulu dilakukan, perjamuan penting

diadakan, dan para penghulu menerima tamu-tamu yang dihormati.

Oleh karena itu, tidak heran jika Rumah Gadang sangat dimuliakan, bahkan

dipandang suci oleh masyarakat Minangkabau. Status Rumah Gadang yang begitu

tinggi melahirkan beragam tata aturan. Setiap orang yang hendak naik ke Rumah

Gadang terlebih dahulu harus mencuci kakinya di bawah tangga. Biasanya di bawah

tangga tersebut terdapat sebuah batu ceper yang lebar (batu telapakan), sebuah

tempat air dari batu (cibuk meriau), dan sebuah timba air dari kayu (taring

berpanto).

Jika ada perempuan yang datang bertamu, sebelum masuk dan masih berada

di halaman, maka ia terlebih dahulu harus menanyakan apakah di rumah tersebut ada

orangnya. Kalau yang datang laki-laki, ia harus mendeham terlebih dahulu di

halaman sampai ada sahutan dari dalam rumah. Laki-laki yang boleh datang ke

rumah itu bukan orang lain tetapi keluarga penghuni rumah itu sendiri, mungkin

mamak, orang semenda, atau laki-laki yang lahir di rumah tersebut tetapi telah

bertempat tinggal di rumah lain.

Jika yang datang bertamu itu tungganai, ia didudukkan di lanjar terdepan

pada ruang sebelah ujung di depan kamar gadis-gadis. Kalau yang datang itu ipar

atau besan, mereka ditempatkan di lanjar terdepan di depan kamar istri laki-laki

yang menjadi kerabat tamu itu. Kalau yang datang itu ipar atau besan dari

perkawinan kaum laki-laki di rumah itu, mereka ditempatkan di depan kamar para

gadis di bagian lanjar tengah. Kaum lelaki yang hendak membicarakan suatu hal

dengan ahli rumah yang laki-laki, seperti semenda atau mamak rumah, tidak lazim

melakukannya di dalam Rumah Gadang. Pertemuan antara laki-laki tempatnya di

masjid atau surau, di pemedanan atau gelanggang, di balai atau di kedai. Jika ada

kaum laki-laki yang membawa tamu laki-lakinya berbincang-bincang di dalam

rumah kediamannya, maka ia dianggap tidak tahu diri.

Aturan juga berlaku ketika anggota keluarga penghuni Rumah Gadang

hendak makan. Walaupun para anggota keluarga hidup dan tinggal dalam satu

rumah, tetapi mereka tidak makan bersamaan kecuali pada acara kenduri (upacara).

Perempuan yang tidak bersuami makan di ruangan dekat dapur. Para perempuan

yang sudah bersuami makan bersama suami masing-masing di depan kamarnya

sendiri-sendiri. Kalau banyak orang semenda di atas rumah, maka mereka akan

makan di dalam kamar masing-masing. Kalau ada ipar atau besan yang datang

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 6: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

5

bertamu, mereka akan selalu diberi makan. Waktu makan para tamu tidaklah

ditentukan. Semua tamu harus diberi makan sebelum mereka pulang ke rumah

masing-masing. Yang menemani tamu pada waktu makan ialah kepala rumah

tangga, yaitu perempuan yang dituakan di rumah itu. Perempuan yang menjadi istri

saudara atau anak laki-laki tamu itu bertugas melayani. Sedangkan perempuan

lainnya duduk pada lanjar bagian dinding kamar menemani tamu tersebut.

2. Bahan dan Tenaga

Rumah Gadang Minangkabau merupakan rumah milik bersama sebuah kaum

(keluarga besar). Oleh karena itu, pembangunan rumah yang dibangun di atas tanah

kaum ini dilakukan secara bergotong-royong. Namun demikian, yang

bertanggungjawab dalam proses pembangunannya adalah tukang ahli. Tukang yang

dikatakan sebagai tukang ahli adalah tukang yang dapat memanfaatkan setiap bahan

yang tersedia menurut kondisinya atau biasanya disebut indak tukang mambuang

kayu (tidak tukang membuang kayu). Sebab, setiap kayu ada manfaatnya dan dapat

digunakan secara tepat jika tukangnya adalah tukang ahli.

Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Rumah Gadang di

antaranya adalah:

Kayu

Kayu merupakan unsur terpenting untuk membangun Rumah Gadang,

khususnya untuk tonggak tuo. Oleh karena tonggak tuo merupakan penentu

kokoh tidaknya Rumah Gadang, maka kayu yang digunakan adalah kayu-

kayu pilihan yang pengadaannya selalu didasarkan pada adat-istiadat

masyarakat.

Ijuk. Ijuk digunakan untuk membuat atap rumah.

Jerami. Selain ijuk, jerami juga digunakan untuk membuat atap rumah.

Bambu. Bambu digunakan untuk membuat dinding pada bagian belakang

rumah.

Papan. Papan merupakan kayu yang dibelah tipis sekitar 3-5 cm dan

digunakan untuk membuat dinding.

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 7: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

6

3. Pemilihan Tempat

Oleh karena Rumah Gadang dimiliki bersama oleh suatu kaum, maka tanah

yang digunakan adalah tanah kaum. Lokasi di mana tanah kaum berada, menentukan

arsitektur bangunan yang boleh dibangun, misalnya: Rumah Gadang bergonjong

empat atau lebih hanya boleh didirikan pada perkampungan yang berstatus nagari

atau koto; untuk ukuran dusun, hanya boleh bergonjong dua; dan di teratak tidak

boleh didirikan rumah bergonjong.

4. Tahapan Pembangunan Rumah Gadang

Pembangunan Rumah Gadang Minangkabau membutuhkan waktu yang

cukup lama, bertahun-tahun, bahkan kadang-kadang sampai belasan tahun. Adapun

prosesnya adalah sebagai berikut:

a. Persiapan

1) Musyawarah

Proses paling awal pembangunan Rumah Gadang adalah musyawarah, adok-

adok, antara sesama saudara pada suatu kaum, dan dilanjutkan musyawarah dengan

seluruh kaum dalam pesukuan itu. Dalam musyawarah ini, dikaji letak yang tepat,

ukuran rumah, dan kapan waktu untuk mulai mengerjakannya. Hasil musyawarah

disampaikan kepada penghulu suku. Kemudian penghulu suku menyampaikan

rencana mendirikan Rumah Gadang itu kepada penghulu suku yang lain (para ninik-

mamak dalam nagari) sampai ditemukan kata mufakat bahwa niat mendirikan

rumah dapat diterima. Persetujuan terhadap rencana pembangunan rumah biasanya

tercapai karena telah sesuai dengan adat istiadat yang berlaku di masyarakat,

batuanglah tumbuh dimato (apa yang telah diputuskan itu pada tempatnya).

2) Mengumpulkan bahan

Setelah terdapat mufakat antara ninik-mamak, maka proses selanjutnya

adalah pengumpulan bahan. Pengumpulan bahan merupakan tahap pembangunan

yang paling sulit dan membutuhkan waktu paling lama. Dalam mengumpulkan

bahan harus berpegang pada aturan adat yang berlaku, misalnya tidak boleh

menebang kayu yang sedang berbunga. Adapun prosesnya sebagai berikut:

1. Pengumpulan bahan diawali dengan mencari tonggak tuo (tiang tua) di hutan.

Ketika waktu yang telah ditentukan dalam musyawarah tiba, berangkatlah orang-

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 8: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

7

orang ke hutan. Namun sebelum berangkat, diadakan upacara yang bertujuan

agar tujuan ke hutan tercapai. Upacara tersebut diakhiri dengan makan bersama.

2. Bila kayu yang dicari sudah didapat, maka kayu tersebut diberi tanda (dikatuah).

Tujuannya adalah untuk memberitahukan kepada kelompok lain bahwa kayu

tersebut sudah ada yang punya. Cara ini dilakukan karena belum tentu kayu yang

cocok dapat ditebang pada saat itu juga. Menurut pengetahuan lokal masyarakat

Minangkabau, menebang kayu untuk membangun rumah tidak boleh dilakukan

pada saat pohon itu sedang berbunga. Mereka berkeyakinan bahwa setua apapun

kayunya, jika ditebang pada saat berbunga, maka kayu tersebut akan dimakan

rayap.

3. Kemudian kayu tersebut dipotong-potong (ditarah) sesuai dengan kegunaannya.

4. Setelah itu, seluruh anggota kaum secara beramai-ramai membawanya ke tempat

di mana Rumah Gadang itu akan didirikan. Orang-orang dari kaum dan suku lain

akan ikut membantu sambil membawa alat bunyi-bunyian untuk memeriahkan

suasana. Sedangkan kaum perempuan membawa makanan. Peristiwa ini disebut

maelo kayu (menghela kayu).

5. Setelah tiba di kampung, kayu tersebut direndam ke dalam lunau atau lumpur

yang airnya mengalir. Demikian juga bambu dan ruyung yang akan digunakan.

Tujuannya agar kayu, bambu, dan ruyung tersebut awet, tidak mudah lapuk, dan

tahan rayap. Setelah kayu direndam, diadakan upacara syukuran dan diakhiri

dengan makan bersama.

6. Sedangkan papan (kayu yang dibelah atara 3-5 cm) dikeringkan tanpa kena sinar

matahari.

7. Tahap selanjutnya adalah mencari kayu-kayu lain (untuk tiang dan papan) yang

tidak lagi disertai dengan upacara-upacara.

b. Pembangunan

Apabila bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mendirikan rumah sudah

tersedia, maka dimulailah tahap pengolahan kayu. Tahap pertama adalah mancatak

tunggak tuo, yaitu membuat tiang utama. Pembuatan tunggak tuo ini diawali dengan

mengadakan kenduri. Kenduri ini bertujuan agar pembangunan rumah berjalan

dengan lancar dan rumah yang dibangun memberikan ketentraman bagi

penghuninya.

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 9: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

8

Setelah tunggak tuo selesai, maka para tukang mulai membuat bagian-bagian

rumah yang lain sesuai dengan keahliannya. Hanya saja yang perlu diperhatikan

adalah bahwa para tukang harus mempunyai kesadaran bahwa setiap kayu ada

manfaatnya apabila digunakan secara cermat dan tepat. Menurut sebuah ungkapan

disebutkan:

Nan kuaik ka jadi tonggak,

Nan luruih jadikan balabeh,

Nan bungkuak ambiak ka bajak,

Nan lantiak jadi bubuangan,

Nan satampok ka papan tuai,

Panarahan ka jadi kayu api,

Abunyo ambiak ka pupuak.

Maksudnya:

Yang kokoh akan jadi tonggak,

Yang lurus jadikan penggaris,

Yang bungkuk gunakan untuk bajak,

Yang lentik dijadikan bubungan,

Yang setapak jadikan papan tuas,

Penarahannya akan jadi kayu api,

Abunya gunakan untuk pupuk.

Jika pembuatan bagian-bagian rumah telah selesai, maka dilanjutkan dengan

menegakkan dan merangkai bagian-bagian tersebut. Pekerjaan yang membutuhkan

banyak tenaga dilakukan secara gotong-royong, seperti ketika batagak tunggak

(menegakkan tiang), yaitu tahap menegakkan seluruh tiang dan merangkainya

dengan balok-balok yang tersedia. Proses batagak tunggak biasanya diawali dengan

acara kenduri dan diakhiri dengan makan bersama.

Setelah semua tunggak telah terangkai (tersambung) dengan bagian-bagian

lain, maka dilanjutkan dengan membuat bagian tengah rumah, diantaranya adalah

pemasangan lantai dan dinding. Kemudian dilanjutkan dengan membuat bagian atas

Rumah Gadang. Pembangunan bagian atas Rumah Gadang ditandai dengan

manaikkan kudo-kudo (menaikkan kuda-kuda). Pada saat manaikkan kudo-kudo,

tuan rumah biasanya mengadakan kenduri. Tujuan praktis dari pelaksanaan kenduri

ini adalah mengumpulkan orang-orang untuk melaksanakan gotong royong

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 10: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

9

manaikkan kudo-kudo. Pembangunan bagian atas Rumah Gadang diakhiri dengan

pemasangan atap.

Apabila pembangunan rumah sudah selesai, maka pemilik rumah sebelum

menempatinya terlebih dahulu mengadakan kenduri manaiki rumah. Kenduri ini

dihadiri oleh semua orang yang terlibat dalam pembangunan rumah. Oleh karena

kenduri ini merupakan upacara syukuran dan tanda terima kasih kepada semua orang

yang telah membantu, maka dalam perjamuan ini semua tamu tidak membawa apa-

apa.

(Proses pembangunan Rumah Gadang secara detail masih dalam proses

pengumpulan data)

5. Bagian-Bagian Rumah Gadang

Rumah gadang terbagi atas bagian-bagian yang masing-masing mempunyai

fungsi khusus. Seluruh bagian dalam merupakan ruangan lepas, kecuali kamar tidur.

Bagian dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang dibatasi oleh tiang. Tiang itu

berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari

depan ke belakang disebut lanjar yang jumlahnya tergantung kepada besarnya

rumah. Sedangkan tiang dari kiri ke kanan dibentuk sebagai ruang yang jumlahnya

selalu ganjil.

Jika dilihat dari jumlah lanjarnya, terdapat tiga tipe Rumah Gadang, yaitu:

pertama, Rumah Gadang yang hanya mempunyai dua lanjar disebut Rumah Gadang

Rajo Babandiang. Rumah tipe ini dinamai rumah Lipat Pandan. Kedua, Rumah

Gadang yang mempunyai tiga lanjar disebut dengan Rumah Gadang

bapaserek/surambi papek. Rumah tipe ini dinamai rumah Belah Rebung. Ketiga,

Rumah Gadang yang mempunyai empat lanjar disebut dengan Rumah Gadang

Gajah Maharam.

Pembagian dan fungsi ruang pada Rumah Gadang tipe Gajah Maharram

adalah sebagai berikut:

Lanjar belakang terletak pada bagian dinding sebelah belakang. Lanjar ini

biasanya digunakan untuk kamar-kamar. Jumlahnya tergantung pada jumlah

perempuan yang tinggal di dalam Rumah Gadang tersebut. Kamar-kamarnya

berukuran kecil, karena hanya berisi sebuah tempat tidur, lemari dan sedikit ruangan

untuk bergerak. Kamar memang digunakan untuk tidur dan berganti pakaian saja.

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 11: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

10

Kamar itu tidak mungkin dapat digunakan untuk keperluan lain, karena keperluan

lain harus menggunakan ruang atau tempat yang terbuka.

Lanjar kedua merupakan tempat khusus penghuni kamar. Misalnya, untuk

tempat mereka makan dan menanti tamu masing-masing.

Lanjar ketiga disebut juga lanjar tengah pada rumah berlanjar. Sebagai lanjar

tengah, ia digunakan untuk tempat menanti tamu penghuni kamar masing-masing

yang berada di ruang itu.

Lanjar tepi. Lanjar tepi terletak di bagian depan dinding depan, merupakan

lanjar terhormat yang lazimnya digunakan sebagai tempat tamu laki-laki bila

diadakan perjamuan.

Sedangkan menurut letak ruangannya, maka struktur Rumah Gadang tipe Gajah

Maharram adalah sebagai berikut:

Ruang depan. Ruangan ini merupakan ruang besar yang dipakai sebagai ruang

keluarga, tempat mengadakan musyawarah, menerima tamu, mengadakan upacara,

dan lain sebagainya.

Ruang tengah. Ruangan ini terdiri dari kamar-kamar yang digunakan sebagai

tempat tidur penghuni wanita bersama suaminya.

Ruang Anjungan. Lantai ruangan ini lebih tinggi dari ruang depan. Sisi kanan

dan sisi kiri ruangan ini digunakan untuk tempat tidur para wanita yang baru

menikah.

Ruang Belakang. Lantainya sejajar dengan ruang depan. Ruang ini berfugsi

sebagai dapur.

6. Pelengkap Rumah Gadang

Bagian-bagian pelengkap bangunan Rumah Gadang di antaranya adalah:

tabuh larangan, lesung, kincir, pancuran dan pedati. Halaman Rumah Gadang

dilengkapi dengan puding berwarna kuning, perak, hitam dan batang kemuning

sebagai pagar hidup.

Setiap Rumah Gadang biasanya dilengkapi dengan rangkiang atau lumbung

padi. Keberadaan bangunan ini berfungsi untuk menopang kehidupan sosial dan

ekonomi orang-orang yang hidup di Rumah Gadang. Rangkiang biasanya dibangun

di depan atau di samping Rumah Gadang.

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 12: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

11

Arsitektur rangkiang hampir sama dengan Rumah Gadang. Atapnya

bergonjong dan dibuat dari ijuk. Tinggi tiang penyangganya sama dengan Rumah

Gadang. Pintunya kecil dan terletak pada bagian atas dan salah satu dinding singkok

(singkap). Tangga untuk menaiki rangkiang dapat dipindah-pindahkan, dan bila

tidak digunakan disimpan di bawah kolong Rumah Gadang. Bentuk dan jenis

rangkiang/lumbung padi ada empat macam, yaitu:

Si tinjau lauik (si tinjau laut). Bangunan ini digunakan sebagai tempat

menyimpan padi yang akan dijual untuk keperluan bersama atau pos pengeluaran

adat. Rangkiang ini, berbentuk langsing, bergonjong dan berukir dengan empat tiang

penyangga, dan letaknya di tengah rangkiang yang lain.

Sibayau-bayau, yaitu tempat menyimpan padi yang akan digunakan untuk

makan sehari-hari. Tipenya gemuk dan berdiri di atas enam tiang. Letaknya di

sebelah kanan Rumah Gadang.

Si tangguang lapa (si tanggung lapar), yaitu tempat untuk menyimpan padi

cadangan yang akan digunakan pada musim paceklik. Tipenya bersegi dan berdiri di

atas empat tiangnya.

Rangkiang Kaciak (rangkiang kecil), yaitu tempat menyimpan padi abuan yang

akan digunakan untuk benih dan biaya mengerjakan sawah pada musim berikutnya.

Atapnya tidak bergonjong dan bangunannya lebih kecil dan rendah. Ada kalanya

bentuknya bundar.

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 13: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

12

7. Ragam Hias

Bagian-bagian dari Rumah Gadang biasanya dipenuhi oleh ukiran (hiasan).

Sesuai dengan ajaran falsafah Minangkabau yang bersumber dari alam, alam

takambang jadi guru, maka ukiran-ukiran pada Rumah Gadang juga merupakan

simbolisasi dari alam. Secara garis besar, ragam hias pada Rumah Gadang terdiri

dari: motif flora, akar, kombinasi (biasanya berbentuk binatang), dan pengganti:

a. Motif flora

Motif flora ada beberapa macam, yaitu:

Motif daun. Daun yang biasanya dijadikan motif ukiran di antaranya adalah:

daun sirih, sakek (anggrek), kacang, dan bodi.

Motif bunga. Bunga yang biasanya dijadikan motif ukiran adalah cengkih,

mentimun, lada, kundur, dan kapeh.

Motif buah. Buah yang biasanya dijadikan motif ukiran adalah buah

manggis, keladi, rumbia, dan rambai.

Motif baris. Ukiran berbentuk geometri bersegitiga disebut pucuk rebung

atau si tinjau lauik. Ukiran segi empat dinamakan siku. Ukiran segi empat jajaran

genjang disebut sayat gelamai karena bentuknya seperti potongan gelamai yang

disayat berbentuk jajaran genjang.

b. Motif akar

Nama dari motif akar biasanya disesuaikan dengan polanya. Misalnya akar

yang berjalin karena seperti alat penangkap hewan, maka disebut jala terkakar

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 14: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

13

(terhampar), jerat terkakar atau tangguk terkakar. Sedangkan akar yang saling

berkaitan dinamakan seluk laka. Pemberian nama pada motif akar biasanya terdiri

dari dua kata, misalnya: akar cina (akar terikat), akar berpilin, akar berayun, akar

segagang, dan akar dua gagang (kembang manis).

c. Motif Kombinasi

Ada juga ukiran yang merupakan kombinasi dari ukiran-ukiran tersebut di

atas, biasanya mengunakan nama hewan, seperti: tupai, kucing, harimau, kuda, ular

dan rama-rama. Nama hewan-hewan itu lazimnya ditambah dengan satu kata yang

melukiskan keadaan, seperti rama-rama bertangkap, kucing tidur, kijang balari,

gajah badorong, dan kelelawar bergayut.

d. Motif Pengganti

Motif pengganti merupakan motif yang digunakan sebagai pengganti motif

utama. Motif pengganti ada dua macam, yaitu motif perhiasan dan motif hewan.

Motif perhiasan digunakan sebagai pengganti motif bunga atau buah. Motif

perhiasan yang sering digunakan di antaranya adalah: manik, jambul, mahkota, tirai-

tirai, bintang, dan kipas. Sedangkan motif hewan digunakan sebagai pengganti motif

daun. Hewan yang sering dijadikan motif adalah: itik, tetadu, kumbang, dan bada

(ikan).

8. Nilai-Nilai

Sebagai suku bangsa yang menganut falsafah alam sebagai guru, keberadaan

Rumah Gadang secara nyata merupakan pengejawantahan dari hasil pembelajaran

dan pemahaman masyarakat Minangkabau terhadap alam. Jika kita secara cermat

mengamati dan memahaminya, maka kita akan menemukan dan mengetahui

samudra kearifan lokal (local wisdom) masyarakat Minangkabau.

Secara fisik, arsitektur maupun bentuk Rumah Gadang menunjukkan

keselarasan adaptasi terhadap lingkungannya. Atapnya yang lancip merupakan

adaptasi terhadap kondisi alam tropis. Dengan alat lancip, maka niscaya air tidak

akan mengendap. Oleh karena itu, walaupun hanya terbuat dari ijuk yang berlapis-

lapis, Rumah Gadang tidak akan bocor. Demikian juga arsitektur rumah yang

membesar ke atas. Tujuannya adalah agar bagian dalam rumah tidak basah karena

tempias air hujan yang dibawa angin.

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 15: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

14

Bentuk rumah yang berkolong juga tidak semata-mata untuk menghindar

dari serangan binatang buas, tetapi juga sebagai bentuk penyikapan pada kondisi

alam tropis yang panas. Kolong yang tinggi memungkinkan penghuninya

mendapatkan hawa segar. Selain itu, pembangunan Rumah Gadang yang

memanjang dari utara ke selatan akan menghindarkan penghuninya dari panas

matahari dan hembusan angin secara langsung. Dapat dikatakan bahwa arsitektur

Rumah Gadang merupakan pengejawantahan kearifan lokal masyarakat yang

mengandung nilai-nilai kesatuan, kelarasan, dan keseimbangan dengan alam.

Selain itu, Rumah Gadang merupakan media untuk mewariskan nilai-nilai

adat Minangkabau. Melalui Rumah Gadang, tindak-tanduk para kerabat diatur,

seperti kesopanan, tata pergaulan, cara makan, dan bagaimana melakukan interaksi

dengan anggota kaum ataupun pihak luar. Selain itu, fungsi utama dari Rumah

Gadang adalah sebagai simbol untuk menjaga dan mempertahankan sistem budaya

matrilineal--sistem kekerabatan dari garis ibu. Melalui Rumah Gadang inilah, orang-

orang Minangkabau menjamin lestarinya sistem matrilineal.

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 16: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

15

RUMAH ADAT SUKU MENTAWAI

Mentawai, kepulauan yang terletak di Barat Sumatra, terdiri atas pulau-pulau

Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan. Pulau Siberut merupakan yang

terbesar tapi berpenduduk paling sedikit dibandingkan dengan ketiga pulau yang

lainnya. Sulitnya komunikasi dan transportasi menyebabkan Pulau Siberut agak

terbelakang perkembangannya. Kepulauan Mentawai diperkirakan terpisah dari

daratan Sumatra sejak 500.000 tahun lalu pada zaman Pleistocene, oleh naiknya

permukaan air laut. Sejak itu pula pulau ini terisolasi.

1. Sejarah Suku Mentawai

Bila sejarah alam Mentawai masih kabur, demikian pula tentang asal-usul

orang Mentawai, ada beberapa pandangan. Sebagian ahli berpandangan mereka

termasuk suku bangsa Melayu tua atau Proto Melayu, sebagian yang lain menduga

bangsa Mentawai masih masuk dalam lingkungan bangsa Polinesia. Ada pula yang

berpendapat bahwa orang Mentawai adalah Proto-Malayan yang bermigrasi dari

lokalitas yang dekat, mengingat beberapa kemiripan antropologi ragawi dan

kosmologinya dengan Nias

Dusun-dusun di Siberut didirikan di tepian sungai yang berfungsi sebagai

sarana lalu lintas, membelah hutan lebat yang sebagian tergenag rawa. Sebuah dusun

biasanya berpenduduk puluhan sampai ratusan jiwa. Dusun biasanya terdiri dari

beberapa uma (rumah komunal untuk beberapa keluarga) sebagai pusat, sedangkan

rumah lalep (rumah individual untuk satu keluarga) dan rumah rusuk (rumah

sementara untuk pasangan suami istri muda) yang sederhana mengelilinginya

Mata pencaharian orang Mentawai, khususnya di Pulau Siberut adalah

berkebun dan berladang di pinggir hutan yang berawa-rawa. Meski demikian, hutan di

masa lalu pasti menjadi sumber penghidupan dengan berburu. Pada dinding uma dan

para-para, digantungkan puluhan tengkorak babi hutan, monyet dan kulit ibat laut

(kura-kura) yang menandakan berapa kali pesta diadakan di uma itu. Ikatan sosial

sangat nyata ketika mereka mendapat hasil buruan, betitu pula pola konsumsi mereka

yang secara tidak langsung tetap menjaga keseimbangan alam. Begitu hasil buruan

tiba di uma, obbuk dan bolobok ―sejenis alat musik dari kayu― dibunyikan untuk

mengumpulkan saudara sesuku. Daging hasil buruan pun harus dibagi sesuai aturan;

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 17: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

16

pelanggaran dianggap bisa mendatangkan petaka: akan terkutuk menjadi buaya,

lambang ketamakan. Maka, jumlah buruan pun menjadi terbatas sesuai kebutuhan.

Secara etis mereka harus membagi daging hasil buruan kepada suku tetangganya, jika

pembagian daging buruan di lingkungan suatu suku, diketahui suku tetangganya.

Demikian pula, pengaturan sosial antara penghuni asli dan pendatang, dijaga

tradisi. Di Siberut ada pelapisan antara penduduk asli (sibakkat laggai) dan pendatang

(si toi). Pemilikan tanah secara adat di sekitar kampung adalah milik sibakkat laggai.

Pendatang diijinkan mengusahakan hutan yang belum dibuka di selitar kampung,

asalkan dia mau membayar beberapa upeti kepada penduduk asli

2. Kesetimbangan: individualitas lalep & kebersamaan uma

Di Siberut, pernikahan resmi memerlukan kesiapan pihak lelaki. Lelaki dimintai

pertanggung-jawaban yang cukup berat untuk kelangsungan hidup calon istrinya.

Pihak lelaki mesti membayar mahar yang bernilai tinggi. Hubungan muda-mudi

sebagai pasangan rumah tangga dapat diterima secara sosial dalam “hubungan rusuk”,

yaitu suatu perkawinan yang belum diresmikan adat. Kedua muda-mudi pasangan

rumah tangga harus mendirikan rumah secara sederhana, sementara si suami berusaha

mencari nafkah yang lebih baik dan kesiapan materi yang lebih memadai.

(Sumber: Asri 12/1984; foto: Lantang, www.indomedia. com/intisari/ 2001/)

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 18: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

17

(Sumber: Asri 12/1984; foto: Lantang, www.indomedia. com/intisari/ 2001/)

Gambar-gambar atas: Uma Mentawai yang makin jarang dijumpai. Di dalamnya

dapat berhuni empat sampai lusinan keluarga (Sumber: Asri 12/1984; foto: Lantang,

www.indomedia. com/intisari/ 2001/)

Jika pihak laki-laki dipandang telah cukup mampu bertanggung-jawab secara

materi dengan kepemilikan atas ladang, peralatan rumah tangga, pohon sagu dan babi,

maka perkawinan bisa langsung diresmikan secara adat. Sejak itu mereka diakui

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 19: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

18

sebagai pasangan yang “dewasa” secara sosial. Ini adalah tanda bahwa pasangan

muda tersebut masuk dalam sistem sosial, masuk ke dalam kebersamaan adat.

Hubungan ini disebut hubungan lalep. Mereka bisa tinggal di uma ayah si suami atau

bila dia cukup mampu mendirikan rumah sendiri yang disebut rumah lalep. Seseorang

akan menjadi terhormat kedudukannya jika dia telah tinggal di rumah lalep, yang

berarti pernikahannya telah diresmikan adat

Dengan demikian di Siberut dikenal tiga jenis rumah. Rusuk: rumah tinggal

sementara dari pasangan muda. Uma, didiami oleh beberapa keluarga dalam satu

suku; pasangan yang pernikahannya telah diresmikan bisa bergabung dan tinggal di

uma ayah dari sang suami. Lalep: rumah individual yang didirikan oleh lelaki kepala

rumah tangga bila uma orang tuanya penuh. Sebuah uma bisa didirikan bersama-sama

oleh beberapa keluarga. Jika rumah rusuk merupakan rumah sementara dari satu

pasangan muda yang dibanguna secara sederhana, maka lalep dibangun lebih baik dan

bersifat permanen. Di masa lalu keluarga dari beberapa lalep masih berusaha untuk

mendirikan sebuah uma baru. Hal itu tampaknya sudah jarang dilakukan saat ini.

Agama asli orang Mentawai adalah Sabulungan yang percaya bahwa segala

sesuatu mempunyai roh masing-masing yang sama sekali terpisah dari raganya dan

bebas berkeliaran di alam luas. Kepercayaan asli ini mulai berangsur-angsur

digantikan oleh agama Islam dan Kristen. Walau demikian masih ada juga yang tetap

menganut agama asli atau setidak-tidaknya masih mempercayai tentang adanya roh-

roh gaib. Hal ini tercermin dalam pola kegiatan mereka sehari-hari yang erat

berhubungan dengan punen (pesta-pesta suci) maupun syarat-syarat persembahan

yang harus dilakukan sebelum mendirikan rumah, berburu, membuka lading dan

sebagainya.

Pola budaya mereka mulai berubah, apalagi dengan masuknya intervensi

budaya dari luar yang membuat pola hidup komunal mereka mulai goyah. Adanya

program “resettlement” yang dilakukan oleh pemerintah sejak tahun 1980-an, dengan

rumah standar beratap seng untuk dihuni satu keluarga batih, ikut memudarkan pola

hidup bersama di dalam uma. Itulah salah satu sebab kenapa uma semakin sulit

ditemukan di Siberut Utara

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 20: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

19

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Di Indonesia terdapat berbagai macam budaya yang berbeda-beda. Misalnya

saja pada rumah Minangkabau dan Mentawai. Pada Minagkabau pewarisan rumah

diwariskan kepada pihak wanita, sedangkan pada suku Mentawai pewarisan diberikan

pada pihak laki-laki. Selain itu perbedaan letak geografis daerah juga mempengaruhi

budaya, bahasa, serta rumah adat dari suku-suku tersebut. Rumah adat di Indonesia,

biasanya menggunakan bahan material alami, hal tersebut dikarenakan Negara

Indonesia yang kaya akan sumber daya alamnya dan juga masyarakat pada masa itu

menganggap alam sebagai guru.

3.2 SARAN

Kita sebagai orang yang mewarisi kebudayaan nenek moyang, haruslah

memiliki kesadaran akan pentingnya kebudayaan sebagai jati diri bangsa, dengan cara

menjaga dan melestarikan kebudayaan.

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com

Page 21: Arsitektur Minangkabau Dan Mentawai - Paper

20

DAFTAR PUSTAKA

www.geocities.com/tattoosind-tribal/artikel.htmwww.astudio.id.or.id/artkhus55mentawai.htmwww.geocities.com/tattoosind/seni-tatoo.htmwww.indomedia.com/intisari/19972uni/mentawai.htmwww.id.wikipedia.orgwww.warsi.or.idwww.encarta.comFakultas Teknik Universitas Udayana, Sejarah dan Perkembangan ArsitekturIndonesia, Denpasar-Bali

ARSITEKTUR MINANGKABAU & MENTAWAI

nusa

ntar

akno

wle

dge.

blog

spot

.com