35
Minggu, 21 Maret 2010 ASKEP PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR TERBUKA A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Fraktur terbuka adalah patah tulang dimana fragmen tulang yang bersangkutan sedang atau pernah berhubungan dengan dunia luar. 2. Etiologi a. Trauma : out in : penyebab ruda paksa merusak kulit, jaringan lumak dan tulang. In out : fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulit b. Patologis ( penyakit pada tulang ) c. Degenerasi spontan 3. Klasifikasi Menurut Gustilo Anderson, fraktur terbuka dibagi menjadi: a. Derajat I b. Derajat II c. Derajat III : • III A • III B • III C 4. Manifestasi Klinis Terdapat tanda-tanda patah tulang dengan luka di daerah tersebut. Darah yang keluar berwarna lebih kehitaman, bercampur butiran lemak dan selalu merembes, disertai nyeri dan perdarahan. 5. Pemeriksaan a. Pemeriksaan Fisik • Look ( lihat ) : warna kulit, pembengkakan, Deformitas. • Feel ( sentuhan ) : suhu, tegang lokal, nyeri tekan, krepitasi, pulsasi arteri dari distal, dari daerah yang

askep fraktur

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: askep fraktur

Minggu, 21 Maret 2010

ASKEP PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR TERBUKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. PengertianFraktur terbuka adalah patah tulang dimana fragmen tulang yang bersangkutan sedang atau pernah berhubungan dengan dunia luar.

2. Etiologia. Trauma :out in : penyebab ruda paksa merusak kulit, jaringan lumak dan tulang.In out : fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulitb. Patologis ( penyakit pada tulang )c. Degenerasi spontan

3. KlasifikasiMenurut Gustilo Anderson, fraktur terbuka dibagi menjadi:a. Derajat Ib. Derajat IIc. Derajat III :• III A• III B• III C4. Manifestasi KlinisTerdapat tanda-tanda patah tulang dengan luka di daerah tersebut. Darah yang keluar berwarna lebih kehitaman, bercampur butiran lemak dan selalu merembes, disertai nyeri dan perdarahan.

5. Pemeriksaana. Pemeriksaan Fisik• Look ( lihat ) : warna kulit, pembengkakan, Deformitas.• Feel ( sentuhan ) : suhu, tegang lokal, nyeri tekan, krepitasi, pulsasi arteri dari distal, dari daerah yang mengalami fraktur.• Move ( gerak ) : gerak yang abnormalb. Pemeriksaan Diagnostik• Dengan sinar X• Ct Scan tulang

6. Penatalaksanaana. Live savingIngat ABCb. Mengurangi nyeric. Propilaksis antibiotika & anti tetanusd. Debridement & irigasi

Page 2: askep fraktur

e. Fixasi & imobilisasif . Penutupan lukag. Rehabilitasi

B. KONSEP DASAR ASKEP DENGAN FRAKTUR TERBUKA

1. Pengkajiana. Data subjectif• Mengeluh sakit• Bebal / kesemutan• Mengeluh kehilangan fungsi pada bagian yang fraktorb. Data objectif• Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian fraktur• Meringis kesakitan• Kadang-kadang hipertensi (respon terhadap nyeri)• Kadang hipotensi• Takikardi (respon stres, hivopoterta)• Penurunan atau tidak ada nadi pada bagian distal yang terkena cedera• Pucat pada bagian cedera• Bengkak & hematum pada sisi yang cedera• Krepitasi depormitas lokal• Laserasi kulit / adanya luka• Pendarahan

2. Diagnosa keperawatana. Nyeri badan reflek spasme otot , gerakan prakmen tulang yang patah yang ditandai dengan pasien meringis kesakitanb. Resiko disfungsi nenro faskurel badan DB konsimuitas jarinya tl / jarinya sekitarc. Resiko fungsi kerusakan pertukaran gas badan perubahan aliran darah atau emboli lemak.d. Kerusakan imegritas kulit badan cedera / trauma pada jaringan (fraktur terbaik)

e. Resiko infeksi badan ketidak adekuatan kemampuan primer, sisi masuk organisme sekunder, kerusakan kulit.f. Kerusakan mobilitas fisik badan kekuatan & ketahanan sekunder akibat fraktur, & nyeri.g. Kurang pengetahuan badan kurang terpajangnya terhadap informasi, dampak hospitalisasi, kemampuan intelektual yang kecilh. Pk emboli lemaki. Pk shock hypovolemikj. Pk anemik. Pk sindrom kompartemen

3. Rencana tindakan evaluasia. Diagnosa keperawatan IKriteria evaluasi :

Page 3: askep fraktur

• Menyatakan nyeri hilang / terkontrol• Menunjukan tindakan santai mampu berpartisipasi dalam aktifitas / tidur istirahat dengan cepat.• Menunjukan panggunaan ketrampilan relaksasi aktifitas terapeutik sesuai motivasi untuk situasi individual.Interversi :• Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips• Tinggikan dan dukung ektremitas yang terkena.• Evaluasi keluhan nyeri, pertahankan lokasi dan karakteristik nyeri termasuk intervensi (skala 0-10) pertahankan nyeri, non verbal .• Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera.• Berikan alternatif tindakan kenyamanan (massage)• Selidiki adanya keluhan nyeri yang tiba-tiba / buruk tidak hilang dengan analgetik

• Beri kompres dingin es 24 – 48 jam pertama sesuai kemampuan• Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi

b. Diagnosa keperawatan 2Kriteria evaluasi :• Mempertahankan perpusi jaringan dibuktikan oleh terabanya nadi ,kulit hangat / kering,sensasi normal,sensasi biasa,tanda vital stabil dan haluaran urine adequatIntevensi :• Lepaskan perhiasan dari ektremitas yang sakit• Evaluasi adanya kualitas nadi perifer distal terhadap cedera melalui palpasi doppler.• Kaji aliran darah perifer dengan menusuk pada kedua selaputantara ibu jari pertama dari dan kedua.• Awasasi posisi atau lokasi cincin penyongkok beban• Pertahankan peninggian ekstrimitas kecuali dikontraindikasikan• Kaji keseluruhan panjang ekstrimitas• Perhatian keluihan nyeri• Dorong pasien untuknrutin latihan jari atau sendi distal• Awas tanda vital• Berikan kompres es sekitar fraktur sesui indikasi• Beban / buat spalk sesuai dengan kebutuhan•c. Diagnosa keperawatan 3Kriteria evaluasi :• Mempertahankan fungsi pernafasan adekuat dibuktikan oleh tidak adanya dispnea/sianosis, frekuensi pernafasan dan DGA dalam batas normal

Intervensi :• Awasi frekuensi pernafasan dalam upayanya• Auskultasi bunyi nafas, perhatikan terjadinya ketidaksamaan bunyi,sesak,mengi,ngorok.• Instruksikan dan bantu latihan nafas dalam dan batuk.• Perhatikan peningkatan kegelisahan• Observasi sputum untuk tanda adanya darah

Page 4: askep fraktur

• Beri tambahan oksigen bila / sesuai indikasi

d. Diagnosa keperawatan 4Kriteria evaluasi :• Menyatakan ketidaknyamanan hilang• Menunjukan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi• Mencapai penyambutan luka sesuai waktu/penyembuhan luka terjadiIntervensi :• Kaji kulit untukluka terbuka, benda asing, kemerahan , perdarahan dan bengkak.• Ubah posisi dengan sering• Massage kulit dengan sering• Rawat luka bekas operasi pemasangan pen• Lakukan penggunaan gips dan perawatan kulit• Observasi luka setiap hari

e. Diagnosa keperawatan 5Kriteria evaluasi :• Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebes drainage purulen atau eritema dan deman

Intervensi• Inspeksi kulit adanya iritasi atau robekan• Kaji sisi pen atau kulit perhatikan keluhan nyeri• Instruksikan pasien untuk tidak menyebutkan sisi miring• Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi, dan perubahan warna kulit• Kaji tonus otot, refleks tendon dan kemampuan wicara• Berikan irigasi luka / tulang dan berikan sabun basah/hangat sesuai indikasi

f. Diagnosa keperawatan 6Kriteria evaluasi :• Memperlihatkan penggunaan alat-alat yang adaptif untuk meningkatkan mobilitas• Menggunakan tindakan pengamanan untuk meminimalkan kemungkinan terhadap cedera• Memperhatikan tindakan untuk meningkatkan mobilitas• Melaporkan adanya peningkatan mobilitasIntervensi• Rujuk pada sindrom disuse untuk intervensi pencegahan komplikasi mobilitas• Ajarkan untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada anggota gerak yang sehat• Posisi dalam kesejajaran tubuh untuk mencegah komplikasi• Berikan mobilisasi progresif secara bertahap• Ajarkan individu tindakan kewaspadaan keamanan• Beri dorongan penggunaan lengan yang sakit jika memungkinkan

g. Diagnosa keperawatan 7Kriteria evaluasi :

Page 5: askep fraktur

• Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis dan pengobatan• Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan tindakanIntervensi :• Kaji ulang patologis, prognosis dan harapan yang akan datang• Kaji ulang perawatan pen / luka yang tepat• Jelaskan setiap prosedur keperawatan yang akan dilaksanakan• Diskusikan dengan klien hal-hal yang belum jelas• Berikan informasi yang jelas dan adekuath. Pk emboli lemak• Pantau pernafasan tadicardi, hypertensi, takipnea, demami. Pk shock hypovodemik• Pantau jumlah pendarahan• Pantu vital signj. Pk anemi• Pantau jumlah pendarahank. Pk sindrom kompartemen• Pantau pendrahan oedem yang menekan otot,saraf, dan pembuluh darah• Pantau nadi distal yang fraktur

4. Evaluasi• Ds menyatakan nyeri berkurang / hilang / terkontrol• Mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh terabanya nadi , kulit hangat / kering, tanda vital stabil• Tidak adanya dispnea / sianosis frkuensi nafas & AGD normal• Luka sembul• Adanya peningkatan mobilitasn• Menyatakan pemahaman mobilitas kondisi prognosis & pengobatan Diposkan oleh Heri Saputra di Minggu, Maret 21, 2010 Label: ASKEP KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Page 6: askep fraktur

Minggu, 16 Januari 2011

ASKEP DENGAN FRAKTUR HUMERUS

A. KONSEP DASAR1. Pengertiana FrakturAdalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam buku Luckman and Sorensen’s Medical Surgical Nursing.b Patah Tulang TertutupDidalam buku Kapita Selekta Kedokteran tahun 2000, diungkapkan bahwa patah tulang tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Pendapat lain menyatidakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).c Patah Tulang HumerusAdalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus yang terbagi atas :1) Fraktur Suprakondilar Humerus2) Fraktur Interkondiler Humerus3) Fraktur Batang Humerus4) Fraktur Kolum HumerusBerdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :1) Tipe EkstensiTrauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi.2) Tipe FleksiTrauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi.(Mansjoer, Arif, et al, 2000)d PlattingAdalah salah satu bentuk dari fiksasi internal menggunakan plat yang terletidak sepanjang tulang dan berfungsi sebagai jembatan yang difiksasi dengan sekrup.Keuntungan :1) Tercapainya kestabilan dan perbaikan tulang seanatomis mungkin yang sangat penting bila ada cedera vaskuler, saraf, dan lain-lain.2) Aliran darah ke tulang yang patah baik sehingga mempengaruhi proses penyembuhan tulang.3) Klien tidak akan tirah baring lama.4) Kekakuan dan oedema dapat dihilangkan karena bagian fraktur bisa segera digerakkan.Kerugian :1) Fiksasi interna berarti suatu anestesi, pembedahan, dan jaringan parut.2) Kemungkinan untuk infeksi jauh lebih besar.3) Osteoporosis bisa menyebabkan terjadinya fraktur sekunder atau berulang.

Page 7: askep fraktur

2. Anatomi Dan Fisiologia Struktur TulangTulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi mereka masih punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut Periosteum dimana terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan dibawah periosteum mengikat tulang dengan benang kolagen disebut benang sharpey, yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap sistem terdiri atas kanal utama yang disebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari matriks tulang disebut Lamellae, ruangan sempit antara lamellae disebut Lakunae (didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli. Tiap sistem kelihatan seperti lingkaran yang menyatu. Kanal Haversian terdapat sepanjang tulang panjang dan di dalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang melalui Kanal Volkman. Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa metabolisme keluar tulang. Lapisan tengah tulang merupakan akhir dari sistem Haversian, yang didalamnya terdapat Trabekulae (batang) dari tulang.Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat sehingga disebut Tulang Spon yang didalam nya terdapat bone marrow yang membentuk sel-sel darah merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua macam yaitu bone marrow merah yang memproduksi sel darah merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan Fat Embolism Syndrom (FES).Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru. Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast adalah sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang daengan pembuluh darah. Selain itu, didalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras.sedangkan aliran darah dalam tulang antara 200 – 400 ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang (Black,J.M,et al,1993 dan Ignatavicius, Donna. D,1995).b Tulang PanjangAdalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya bundar dan sering menahan beban berat (Ignatavicius, Donna. D, 1995). Tulang panjang terdiriatas epifisis, tulang rawan, diafisis, periosteum, dan medula tulang. Epifisis (ujung tulang) merupakan tempat menempelnya tendon dan mempengaruhi kestabilan sendi. Tulang rawan menutupi seluruh sisi dari ujung tulang dan mempermudah pergerakan, karena tulang rawan sisinya halus dan licin. Diafisis adalah bagian utama dari tulang panjang yang memberikan struktural tulang. Metafisis merupakan bagian yang melebar dari tulang panjang antara epifisis dan diafisis. Metafisis ini merupakan daerah pertumbuhan tulang selama masa pertumbuhan. Periosteum merupakan penutup tulang sedang rongga medula (marrow) adalah pusat dari diafisis (Black, J.M, et al, 1993)c Tulang HumerusTulang humerus terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaput (ujung atas), korpus, dan ujung bawah.

Page 8: askep fraktur

1) KaputSepertiga dari ujung atas humerus terdiri atas sebuah kepala, yang membuat sendi dengan rongga glenoid dari skapla dan merupakan bagian dari banguan sendi bahu. Dibawahnya terdapat bagian yang lebih ramping disebut leher anatomik. Disebelah luar ujung atas dibawah leher anatomik terdapat sebuah benjolan, yaitu Tuberositas Mayor dan disebelah depan terdapat sebuah benjolan lebih kecil yaitu Tuberositas Minor. Diantara tuberositas terdapat celah bisipital (sulkus intertuberkularis) yang membuat tendon dari otot bisep. Dibawah tuberositas terdapat leher chirurgis yang mudah terjadi fraktur.2) KorpusSebelah atas berbentuk silinder tapi semakin kebawah semakin pipih. Disebelah lateral batang, tepat diatas pertengahan disebut tuberositas deltoideus (karena menerima insersi otot deltoid). Sebuah celah benjolan oblik melintasi sebelah belakang, batang, dari sebelah medial ke sebelah lateral dan memberi jalan kepada saraf radialis atau saraf muskulo-spiralis sehingga disebut celah spiralis atau radialis.3) Ujung BawahBerbentuk lebar dan agak pipih dimana permukaan bawah sendi dibentuk bersama tulang lengan bawah. Trokhlea yang terlatidak di sisi sebelah dalam berbentuk gelendong-benang tempat persendian dengan ulna dan disebelah luar etrdapat kapitulum yang bersendi dengan radius. Pada kedua sisi persendian ujung bawah humerus terdapat epikondil yaitu epikondil lateral dan medial. (Pearce, Evelyn C, 1997)d Fungsi Tulang1) Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.2) Tempat mlekatnya otot.3) Melindungi organ penting.4) Tempat pembuatan sel darah.5) Tempat penyimpanan garam mineral.(Ignatavicius, Donna D, 1993)3. Etiologi1) Kekerasan langsungKekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.2) Kekerasan tidak langsungKekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.3) Kekerasan akibat tarikan ototPatah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.(Oswari E, 1993)4. PatofisiologiTulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall,

Page 9: askep fraktur

1995). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et al, 1993)a. Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur1) Faktor EkstrinsikAdanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.2) Faktor IntrinsikBeberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.( Ignatavicius, Donna D, 1995 )b. Biologi penyembuhan tulangTulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:1) Stadium Satu-Pembentukan HematomaPembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.2) Stadium Dua-Proliferasi SelulerPada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.3) Stadium Tiga-Pembentukan KallusSel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat padapermukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.4) Stadium Empat-KonsolidasiBila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-

Page 10: askep fraktur

celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.5) Stadium Lima-RemodellingFraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.(Black, J.M, et al, 1993 dan Apley, A.Graham,1993)c. Komplikasi fraktur1) Komplikasi Awala) Kerusakan ArteriPecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.b) Kompartement SyndromKompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.c) Fat Embolism SyndromFat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.d) InfeksiSystem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.e) Avaskuler NekrosisAvaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.f) ShockShock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.2) Komplikasi Dalam Waktu Lamaa) Delayed UnionDelayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karenn\a penurunan supai darah ke tulang.b) NonunionNonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya

Page 11: askep fraktur

pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.c) MalunionMalunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.(Black, J.M, et al, 1993)5. Klasifikasi FrakturPenampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:a. Berdasarkan sifat fraktur.1). Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.2). Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.b. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.1). Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.2). Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma.1). Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.2). Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.3). Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.4). Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.5). Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.d. Berdasarkan jumlah garis patah.1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.1). Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum nasih utuh.2). Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:a) Dislokai ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan

Page 12: askep fraktur

overlapping).b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).f. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.g. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman sindroma kompartement.(Apley, A. Graham, 1993, Handerson, M.A, 1992, Black, J.M, 1995, Ignatavicius, Donna D, 1995, Oswari, E,1993, Mansjoer, Arif, et al, 2000, Price, Sylvia A, 1995, dan Reksoprodjo, Soelarto, 1995)6. Dampak MasalahDitinjau dari anatomi dan patofisiologi diatas, masalah klien yang mungkin timbul terjadi merupakan respon terhadap klien terhadap enyakitnya. Akibat fraktur terrutama pada fraktur hunerus akan menimbulkan dampak baik terhadap klien sendiri maupun keada keluarganya.a Terhadap Klien1) BioPada klien fraktur ini terjadi perubahan pada bagian tubuhnya yang terkena trauma, peningkatan metabolisme karena digunakan untuk penyembuhan tulang, terjadi perubahan asupan nutrisi melebihi kebutuhan biasanya terutama kalsium dan zat besi2) PsikoKlien akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari fraktur, perubahan gaya hidup, kehilangan peran baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat, dampak dari hospitalisasi rawat inap dan harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru serta tuakutnya terjadi kecacatan pada dirinya.3) SosioKlien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam masyarakat karena harus menjalani perawatan yang waktunya tidak akan sebentar dan juga perasaan akan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan seperti kebutuhannya sendiri seperti biasanya.4) SpiritualKlien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan keyakinannya baik dalam jumlah ataupun dalam beribadah yang diakibatkan karena rasa nyeri dan ketidakmampuannya.b Terhadap KeluargaMasalah yang timbul pada keluarga dengan salah satu anggota keluarganya terkena fraktur adalah timbulnya kecemasan akan keadaan klien, apakah nanti akan timbul kecacatan atau akan sembuh total. Koping yang tidak efektif bisa ditempuh keluarga, untuk itu peran perawat disini sangat vital dalam memberikan penjelasan terhadap keluarga. Selain tiu, keluarga harus bisa menanggung semua biaya perawatan dan operasi

Page 13: askep fraktur

klien. Hal ini tentunya menambah beban bagi keluarga.Masalah-masalah diatas timbul saat klien masuk rumah sakit, sedang masalah juga bisa timbul saat klien pulang dan tentunya keluarga harus bisa merawat, memenuhi kebutuhan klien. Hal ini tentunya menambah beban bagi keluarga dan bisa menimbulkan konflik dalam keluarga.B. ASUHAN KEPERAWATANDi dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan system atau metode proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.1. PengkajianPengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:a. Pengumpulan Data1) Anamnesaa) Identitas KlienMeliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.b) Keluhan UtamaPada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:(1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi nyeri.(2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.(3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.(4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.(5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.(Ignatavicius, Donna D, 1995)c) Riwayat Penyakit SekarangPengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).d) Riwayat Penyakit DahuluPada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk

Page 14: askep fraktur

menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D, 1995).e) Riwayat Penyakit KeluargaPenyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995).f) Riwayat PsikososialMerupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).g) Pola-Pola Fungsi Kesehatan(1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup SehatPada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak.(Ignatavicius, Donna D,1995).(2) Pola Nutrisi dan MetabolismePada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.(3) Pola EliminasiUntuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. (Keliat, Budi Anna, 1991)(4) Pola Tidur dan IstirahatSemua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Doengos. Marilynn E, 1999).(5) Pola AktivitasKarena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).(6) Pola Hubungan dan Peran

Page 15: askep fraktur

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap (Ignatavicius, Donna D, 1995).(7) Pola Persepsi dan Konsep DiriDampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image) (Ignatavicius, Donna D, 1995).(8) Pola Sensori dan KognitifPada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur (Ignatavicius, Donna D, 1995).(9) Pola Reproduksi SeksualDampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya (Ignatavicius, Donna D, 1995).10) Pola Penanggulangan StressPada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif (Ignatavicius, Donna D, 1995).11) Pola Tata Nilai dan KeyakinanUntuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien (Ignatavicius, Donna D, 1995).2) Pemeriksaan FisikDibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.a) Gambaran UmumPerlu menyebutkan:(1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti:(a) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan klien.(b) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.(c) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.(2) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin(a) Sistem IntegumenTerdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.(b) KepalaTidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.(c) LeherTidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.

Page 16: askep fraktur

(d) MukaWajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.(e) MataTidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan)(f) TelingaTes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.(g) HidungTidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.(h) Mulut dan FaringTak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.(i) ThoraksTak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.(j) Paru(1) InspeksiPernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.(2) PalpasiPergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.(3) PerkusiSuara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.(4) AuskultasiSuara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.(k) Jantung(1) InspeksiTidak tampak iktus jantung.(2) PalpasiNadi meningkat, iktus tidak teraba.(3) AuskultasiSuara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.(l) Abdomen(1) InspeksiBentuk datar, simetris, tidak ada hernia.(2) PalpasiTugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.(3) PerkusiSuara thympani, ada pantulan gelombang cairan.(4) AuskultasiPeristaltik usus normal ± 20 kali/menit.(m) Inguinal-Genetalia-AnusTak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.b) Keadaan LokalHarus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:(1) Look (inspeksi)

Page 17: askep fraktur

Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:(a) Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi).(b) Cape au lait spot (birth mark).(c) Fistulae.(d) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.(e) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal).(f) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)(g) Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)(2) Feel (palpasi)Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.Yang perlu dicatat adalah:(a) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.(b) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar persendian.(c) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal,tengah, atau distal).Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.(3) Move (pergeraka terutama lingkup gerak)Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.(Reksoprodjo, Soelarto, 1995)3) Pemeriksaan Diagnostika) Pemeriksaan RadiologiSebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:(1) Bayangan jaringan lunak.(2) Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga rotasi.(3) Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.(4) Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:

Page 18: askep fraktur

(1) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.(2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.(3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.(4) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.b) Pemeriksaan Laboratorium(1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.(2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.(3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.c) Pemeriksaan lain-lain(1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.(2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.(3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.(4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan.(5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.(6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.(Ignatavicius, Donna D, 1995)b. Analisa DataData yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan dianaisa untuk menemukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokkannya dibagi menjadi dua data yaitu, data sujektif dan data objektif, dan kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul.2. Diagnosa KeperawatanMerupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual maupun potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien yang menjadi tanggung jawabnya.3. Perencanaan4. Pelaksanaan5. EvaluasiDAFTAR PUSTAKAApley, A. Graham , Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika, Jakarta, 1995.Black, J.M, et al, Luckman and Sorensen’s Medikal Nursing : A Nursing Process Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company, 1995.Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999.Dudley, Hugh AF, Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II, FKUGM, 1986.Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta, 1991.

Page 19: askep fraktur

Henderson, M.A, Ilmu Bedah untuk Perawat, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta, 1992.Hudak and Gallo, Keperawatan Kritis, Volume I EGC, Jakarta, 1994.Ignatavicius, Donna D, Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, W.B. Saunder Company, 1995.Keliat, Budi Anna, Proses Perawatan, EGC, Jakarta, 1994.Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Edisi 3 EGC, Jakarta, 1996.Mansjoer, Arif, et al, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius FKUI, Jakarta, 2000.

Page 20: askep fraktur

Selasa, 12 Mei 2009

Penanganan patah tulang terbuka grade 1,2,3

Patah Tulang Terbuka

a. Definisi

Patah tulang dimana terdapat kerusakan kulit sehingga bakteri dari luar dapat

menginfeksi hematoma yang disebabkan oleh patah tulang tersebut

b.Ruang lingkup

Jaringan lunak Jaringan tulang Fiksasi dalam dan luar

c. Indikasi Operasi (tidak ada)

d. Kontra indikasi operasi (tidak ada)

e. Diagnosis Banding (tidak ada)

f. Pemeriksaan penunjang

Rontgen foto

Klasifikasi patah tulang terbuka: menurut Gustilo

Tipe I

Page 21: askep fraktur

Luka kecil kurang dan 1 cm, terdapat sedikit kerusakan jaringan, tidak

terdapat tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringan lunak. Fraktur yang

terjadi biasanya bersifat simpel, tranversal, oblik pendek atau komunitif

Tipe II

Laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak terdapat kerusakan jaringan yang

hebat atau avulsi kulit. Terdapat kerusakan yang sedang dan jaringan

Tipe III

Terdapat kerusakan yang hebat pada jaringan lunak termasuk otot, kulit dan

struktur neovaskuler dengan kontaminasi yang hebat. Dibagi dalam 3 sub

tipe:

1. tipe IIIA : jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah

2. tipe IIIB : disertai kerusakan dan kehilangan janingan lunak, tulang tidak

dapat do cover soft tissue

3. tipe IIIC : disertai cedera arteri yang memerlukan repair segera

Penanggulangan fraktur terbuka:

1. Obati sebagai suatu kegawatan2. Evaluasi awal dan diagnosis kelainan yang mungkin akan menjadi

penyebab kematian3. Berikan antibiotik dalam ruang gawat darurat, di kamar operasi dan

setelah operasi4. Segera lakukan debridement dan irigasi yang baik5. Ulangi debridemen 24-72 jam berikutnya6. Stabilisasi fraktur7. Biarkan luka terbuka antara 5-7 hari8. Lakukan bone graft autogenous secepatnya9. Rehabilitasi anggota gerak yang terkena

Tahap pengobatan patah tulang terbuka

Page 22: askep fraktur

1. Pembersihan luka2. Eksisi jaringan yang mati dan disangka mati3. Pengobatan patah tulang dan penentuan jenis traksi4. Penutupan kulit5. Pemberian antibiotik6. Pencegahan tetanus

Komplikasi patah tulang terbuka

1. perdarahan, syok septik kematian2. septikemi, toksemia oleh karena infeksi piogenik3. tetanus4. gangren5. non union dan ma union6. kekakuan sendi7. perdarahan sekunder8. osteomielitis kronik9. delayed union

Perawatan lanjut dan rehabilitasi patah tulang terbuka

1. Hilangkan nyeri2. Mendapatkan dan mempertahankan posisi yang memadai dan flagmen

patah tulang3. Mengusahakan terjadinya union 4. Mengembalikan fungsi secara optimal dengan mempertahankan fungsi

otot dan sendi dan pencegahan komplikasi.5. Mengembalikan fungsi secara maksimal dengan fisioterapi.

Prinsip Operasi

Prinsip debridement adalah untuk membersihkan kontaminasi yang terdapat

di sekitar fraktur dengan melakukan pengangkatan terhadap jaringan yang

non viabel dan material asing, seperti pasir yang melekat pada jaringan

lunak. Dilakukan penilaian pada sekitar jaringan sekitar tulang, cedera

pembuluh darah, tendon, otot, saraf. Debridement jaringan otot

dipertimbangkan jika otot terkontaminasi berat dan kehilangan kontraktilitas.

Debridement pada tendon mempertimbangkan kontraktilitas tendon,

sedangkan debridement pada kulit dilakukan hingga timbul perdarahan. Pada

Page 23: askep fraktur

fraktur terbuka grade IIIb dan IIIc dilakukan serial debridement yang diulang

dalarn selang waktu 24-72 jam untuk tercapainya debridement definitif.

Tehnik Operasi

Sebelum dilakukan debridement, diberikan antibiotik profilaks yang dilakukan

di ruangan emergency. Yang terbaik adalah golongan sefalosforin. Biasanya

dipakai sefalosforin golongan pertama. Pada fraktur terbuka Gustilo tape III,

diberikan tambahan berupa golongan aminoglikosida, seperti tobramicin atau

gentamicin. Golongan sefalosforin golongan ketiga dipertimbangkan di sini.

Sedangkan pada fraktur yang dicurigai terkontaminasi kuman clostridia,

diberikan penicillin.

Peralatan proteksi diri yang dibutuhkan saat operasi adalah google, boot dan

sarung tangan tambahan.

Sebelum dilakukan operasi, dilakukan pencucian dengan povine iodine, lalu

drapping area operasi. Penggunaan tidak dianjurkan, karena kita akan

melakukan pengamatan terhadap perdarahan jaringan. Debridement

dilakukan pertama kali pada daerah kulit. Kemudian rawat perdarahan di

vena dengan melakuan koagulasi. Buka fascia untuk menilai otot dan tendon.

Viabilitas otot dinilai dengan 4C, “Color, Contractility, Circulation and

Consistency. Lakukan pengangkatan kontaminasi canal medullary dengan

saw atau rongeur. Curettage canal medulary dihindarkan dengan alasan

mencegah infeksi ke arah proksimal. Irigasi dilakukan dengan normal saline.

Penggunaan normal saline adalah 6-10 liter untuk fraktur terbuka grade II dan

III. Tulang dipertahankan dengan reposisi. Bisa digunakan ekternal fiksasi

pada fraktur grade III4.

Penutupan luka dilakukan jika memungkinkan. Pada fraktur tipe III yang tidak

bisa dilakukan penutupan luka, dilakukan rawat luka terbuka, hingga luka

dapat ditutup sempurna.

Page 24: askep fraktur

Komplikasi Operasi

Komplikasi debridement hampir tidak ada. Komplikasi terjadi berupa infeksi

pada jaringan lunak dan tulang hingga sepsis pasca operasi.

Mortalitas

Berhubungan dengan syok hemoragik dan adanya fat embolism

Perawatan Pasca Bedah

Antibiotika post operasi dilanjutkan hingga 2-3 hari pasca debridement. Kultur

pus, jika ada pus, lakukan kultur pus. Pada fraktur terbuka grade yang

memerlukan debridement ulangan, maka akan dilakukan debridement

ulangan hingga jaringan cukup sehat dan terapi definitive terhadap tulang

bisa dimulai. Pada penutupan luka yang tertunda, dilakukan pemasangan

split thickness skin flap, vascularized pedicle flaps (seperti gastrocnemeus

flap) dan free flaps seperti fasciocutaneus flaps atau myocutaneus flaps.

Follow-Up

Dilakukan penilaian terhadap kondisi jaringan setiap hari dan pemberian

antibiotika, hingga jaringan sehat dan terapi definitif terhadap tulang bisa dimulai.

Label: Keperawatan Bedah ( Orthopedi )

Diposkan oleh mas_ajats di 11:22