32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya Angka Kematian Ibu merupakan masalah besar yang terjadi dalam bidang kesehatan. Angka kematian ibu di Indonesia masih tertinggi di ASEAN dan Indonesia. Persalinan merupakan hal yang sangat di tunggu oleh ibu hamil. Tapi dalam persalinan dan setelah melahirkan adalah suatu yang sangat rawan bagi ibu untuk mengalami perdarahan yang begitu hebat dan perdarahan tersebut adalah salah satu faktor tertinggi penyebab kematian pada ibu. Perdarahan yang terjadi pada ibu diantaranya diakibatkan oleh terhambatnya kelahiran plasenta melebihi dari 30 menit. Hal ini di akibatkan karena tertinggalnya sebagian sisa plsenta di dalam uterus ibu karena perlekatan yang begitu erat. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu prioritas utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Propenas serta strategi Making Pregnancy Safer (MPS) atau kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari program Safe Motherhood dengan tujuan untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir (MDG’s, 2010), dalam pernyataan yang diterbitkan di situs resmi WHO dijelaskan bahwa untuk mencapai target Millennium Development Goal’s, penurunan angka kematian ibu dari tahun 1990 sampai dengan 2015 haruslah mencapai 5,5 persen pertahun (antaranews, 2007).

Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya Angka Kematian Ibu merupakan masalah besar yang terjadi dalam bidang

kesehatan. Angka kematian ibu di Indonesia masih tertinggi di ASEAN dan Indonesia.

Persalinan merupakan hal yang sangat di tunggu oleh ibu hamil. Tapi dalam persalinan

dan setelah melahirkan adalah suatu yang sangat rawan bagi ibu untuk mengalami

perdarahan yang begitu hebat dan perdarahan tersebut adalah salah satu faktor tertinggi

penyebab kematian pada ibu. Perdarahan yang terjadi pada ibu diantaranya diakibatkan

oleh terhambatnya kelahiran plasenta melebihi dari 30 menit. Hal ini di akibatkan karena

tertinggalnya sebagian sisa plsenta di dalam uterus ibu karena perlekatan yang begitu erat.

Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan

derajat kesehatan masyarakat. Salah satu prioritas utama dalam pembangunan sektor

kesehatan sebagaimana tercantum dalam Propenas serta strategi Making Pregnancy Safer

(MPS) atau kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari program Safe Motherhood

dengan tujuan untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru

lahir (MDG’s, 2010), dalam pernyataan yang diterbitkan di situs resmi WHO dijelaskan

bahwa untuk mencapai target Millennium Development Goal’s, penurunan angka

kematian ibu dari tahun 1990 sampai dengan 2015 haruslah mencapai 5,5 persen pertahun

(antaranews, 2007).

Perdarahan bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu, salah satu penyebab

kematian ibu sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas yang terjadi karena

retensio plasenta, sehingga perlu dilakukan upaya penanganan yang baik dan benar yang

dapat diwujudkan dengan upaya peningkatan ketrampilan tenaga kesehatan khususnya

dalam pertolongan persalinan, peningkatan manajemen Pelayanan Obstetric Neonatal

Emergensi Dasar dan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Komprehensif,

ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan yang merupakan prioritas dalam

pembangunan sektor kesehatan guna pencapaian target MDG’s tersebut.

Rentensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan, perdarahan merupakan penyebab

kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Berdasarkan data

kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan di Indonesia adalah

sebesar 43%. Menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio

plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran. Dibandingkan dengan

Page 2: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

resiko-resiko lain dari ibu bersalin, perdarahan post partum dimana retensio plasenta salah

satu penyebabnya dapat mengancam jiwa dimana ibu dengan perdarahan yang hebat akan

cepat meninggal jika tidak mendapat perawatan medis yang tepat (PATH, 2002).

Data WHO menunjukkan sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan

atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara

berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran

bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51

negara persemakmuran (WHO, 2010).

Angka Kematian Ibu di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan

negara-negara anggota ASEAN. Berdasarkan data WHO untuk tahun 2010 Rasio

kematian ibu (MMR) selama kehamilan dan melahirkan atau dalam 42 hari setelah

melahirkan, per 100.000 kelahiran hidup untuk negara Indonesia sebesar berkisar antara

140-380/100.000 kelahiran hidup sedangkan untuk sesama negara ASEAN seperti

Thailand berkisar antara 32-36/100.000 Kelahiran Hidup dan Malaysia 14-68/100.000

kelahiran hidup. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan

bahwa AKI di Indonesia untuk periode lima tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar

228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2009). 

B. Tujuan

Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan maternitas retensio plasenta

Tujuan Khusus

1. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada maternitas retensio plasenta.

2. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan maternitas retensio

plasenta.

3. Dapat membuat perencanaan pada maternitas retensio plasenta.

4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang

telah dilakukan pada maternitas retensio plasenta.  

Page 3: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Retensio Placenta adalah tertahannya atau keadaan dimana placenta belum lahir

dalam waktu satu jam setelah bayi lahir.  Pada proses persalinan, kelahiran placenta

kadang mengalami hambatan yang dapat berpengaruh bagi ibu bersalin. Dimana terjadi

keterlambatan bisa timbul perdarahan yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu

pada masa post partum. Apabila sebagian placenta lepas sebagian lagi belum, terjadi

perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada batas

antara dua bagian itu. Selanjutnya apabila sebagian besar placenta sudah lahir, tetapi

sebagian kecil masih melekat pada dinding uterus, dapat timbul perdarahan masa nifas.

Disamping kematian, perdarahan post partum akibat retensio placenta memperbesar

kemungkinan terjadinya infeksi puerperal karena daya tahan penderita yang kurang. Oleh

karena itu sebaiknya penanganan kala III pada persalinan mengikuti prosedur tetap yang

berlaku.

B. Anatomi

Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan

tebal lebih kurang 2.5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan

plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis).

Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu

dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka

plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili koriales yang

berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.

Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di

desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air

mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari

kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua vili koriales dan kembali

perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.

Plasenta berfungsi sebagai alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa

metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta

penyalur berbagai antibodi ke janin.

Page 4: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

C. Etiologi

Penyebab terjadinya Retensio Placenta adalah :

a. Placenta belum lepas dari dinding uterus

Placenta yang belum lepas dari dinding uterus. Hal ini dapat terjadi karena :

1. kontraksii uterus kurang kuat untuk melepaskan placenta, dan

2. placenta yang tumbuh melekat erat lebih dalam.

Pada keadaan ini tidak terjadi perdarahan dan merupakan indikasi untuk

mengeluarkannya. 

b. Placenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Keadaan ini dapat terjadi karena atonia

uteri dan dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan adanya lingkaran

konstriksi pada bagian bawah rahim. Hal ini dapat disebabkan karena :

1. penanganan kala III yang keliru/salah dan

2. terjadinya kontraksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi placenta

(placenta inkaserata).

Menurut tingkat perlekatannya, retensio placenta dibedakan atas beberapa tingkatan

yaitu sebagai berikut :

a. Placenta Adhesiva : placenta melekat pada desidua endometrium lebih dalam 

b. Placenta Inkreta : placenta melekat sampai pada villi khorialis dan tumbuh lebih

dalam menembus desidua sampai miometrium.

c. Placenta Akreta : placenta menembus lebih dalam kedalam miometrium tetapi

belum mencapai lapisan serosa.

d. Placenta Perkreta : placenta telah menembus mencapai serosa atau peritonium

dinding rahim.

e. Placenta Inkarserata : adalah tertahannya di dalam kavum uteri karena kontraksi

ostium uteri.

D. Patofisiologi

Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi

otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel

miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan

kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum

uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai

mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta.

Page 5: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat

berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya

menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan

plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara

serat-serat otot miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini

menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit

serta perdarahan berhenti.

Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan

ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga

persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:

1)      Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta,

namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.

2)      Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat

(dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).

3)      Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya

dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding

uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara

plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta,

yang mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di

lapisan spongiosa.

4)      Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak

turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di

dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan

plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan

normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan

ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari

tempat implantasinya. Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering ada semburan

darah yang mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin padat,

uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah berjalan turun masuk

ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah plasenta terpisah dari

tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan

plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina. Kadang-kadang,

plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan inter-abdominal. Namun,

wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan

Page 6: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk

menyempurnakan persalinan kala IV. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan

menekan secara bersamaan dengan tarikan ringan pada tali pusat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta: Kelainan dari uterus sendiri,

yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus,

kontraksi yang kuat dari uterus, serta pembentukan constriction ring. Kelainan dari

plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa dan adanya plasenta akreta.

Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu

sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik,

pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks

kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan

kontraksi uterus.

E. Gejala Klinis

1. Waktu hamil

a. Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal

b. Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya menyertai

plasenta previa

c. Terjadi persalinan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh perdarahan

d. Kadang terjadi ruptur uteri

2. Persalinan kala I dan II

Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal

3. Persalinan kala III

a. Retresio plasenta menjadi ciri utama

b. Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat perlekatan

plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter kebidanan ketika ia

mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara manual

c. Komplikasi yang sering tetapi jarang dijumpai yaitu invertio uteri, keadaan ini

dapat tejadi spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-usaha untuk

mengeluarkan plasenta

d. Ruptura uteri, biasanya terjadi saat berusaha mengeluarkan plasenta

F. Tanda Dan Gejala Retensio Plasenta

1. Plasenta Akreta Parsial / Separasi

Page 7: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

a. Konsistensi uterus kenyal

b. TFU setinggi pusat

c. Bentuk uterus discoid

d. Perdarahan sedang – banyak

e. Tali pusat terjulur sebagian

f. Ostium uteri terbuka

g. Separasi plasenta lepas sebagian

h. Syok sering

2. Plasenta Inkarserata

a. Konsistensi uterus keras

b. TFU 2 jari bawah pusat

c. Bentuk uterus globular

d. Perdarahan sedang

e. Tali pusat terjulur

f. Ostium uteri terbuka

g. Separasi plasenta sudah lepas

h. Syok jarang

4. Plasenta Akreta

a. Konsistensi uterus cukup

b. TFU setinggi pusat

c. Bentuk uterus discoid

d. Perdarahan sedikit / tidak ada

e. Tali pusat tidak terjulur

f. Ostium uteri terbuka

g. Separasi plasenta melekat seluruhnya

h. Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat.

(Prawirohardjo, S. 2002 : 178)

5. Komplikasi

1. Perdarahan

Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan hingga

kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup.

Page 8: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

2. Infeksi

Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan

pertumbuhan bakteri dibantu dengan port d’entre dari tempat perlekatan plasenta.

3. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus sedangkan kontraksi

pada ostium baik hingga yang terjadi.

4. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami infeksi sekunder

dan nekrosis Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat

berubah menjadi patologik (displastik-diskariotik) dan akhirnya menjadi karsinoma

invasif. Sekali menjadi mikro invasive atau invasive, proses keganasan akan berjalan

terus.

Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa

perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal dari serangkaian

perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan

kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan prekanker,

yang bisa berubah menjadi kanker.

5. Syok haemoragik

6. Pemeriksaan diagnostik

1. Hitung darah lengkap :

Untuk menentukan tingkat hemoglogin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat adanya

trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi,

leukosit biasanya meningkat.

2. Menentukan adanya gangguan koagulasi :

Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin Time (PT)

dan Activated Partial Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk

menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain

7. Penatalaksanaan

1. Penanganan Umum

a. Jika placenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan. Jika  anda

dapat merasakan placenta dalam vagina, keluarkan placentaa tersebut.

b. Pastikan kandung kemih sudah kosong.

c. Jika placenta belum keluar, berikan oksitoksin 10 unti i.m. Jika belum dilakukan

pada penanganan aktif kala III.

Page 9: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

d. Jika uterus berkontraksi, lakukan PTT.

e. Jika PTT belum berhasil cobalah untuk melakukan pengeluaran placenta secara

manual.

2. Penanganan Khusus

2) Retensio placenta dengan separasi parsial :

a) Tentukan jenis retensio yang terjadi.

b) Regangan tali pusat dan minta klien untuk mengedan, bila ekspulsi placenta

tidak terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat.

c) Pasang infus oksitoksin 20 unit dalam 500 ml cairan dengan 40 tetes/menit.

d) Bila traksi terkontrol gagal, lakukan manual placenta.

e) Transfusi jika perlu.

f) Beri antibiotik dan atasi komplikasi.

3) Placenta inkaserata :

A. Tentukan diagnosa kerja

B. Siapkan alat dan bahan untuk menghilangkan konstriksi serviks dan

melahirkan plasenta.

C. Siapkan anastesi serta infus oksitoksin 20 ui dalam 500 ml dengan 40

tetes/menit.

D. Pemantauan tanda vital, kontraksi uterus, TFU, perdarahan pasca tindakan.

4) Placenta akreta :

A. Tentukan diagnosis

B. Stabilitas pasien

C. Rujuk klien ke RS karena tindakan kasus ini perlu dioperasi.

5) Placenta manual :

A. Kaji ulang indikasi dan persetujuan tindakan.

B. Kaji ulang prinsip perawatan dan pasang infus.

C. Berikan sedativa, analgetik, dan antibiotik dengan dosis tunggal.

D. Pasang sarung tangan DTT.

E. Jepit tali pusat, tegangkan sejajar lantai.

F. Masukan tangan secara obstetrik menelusuri tali pusat dan tangan lain

menahan fundus uteri.

G. Cari insersi pinggir placenta dengan bagian lateral jari-jari tangan.

H. Buka tangan obstetrik seperti memberi salam dan jari-jari dirapatkan, untuk

menentukan tempat implantasi.

Page 10: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

I. Gerakan tangan secara perlahan bergeser kekranial sehingga semua

permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.

J. Jika tidak terlepas kemungkinan akreta. Siapkan untuk laparatomi.

K. Pegang plasenta, keluarkan tangan beserta plasenta secara pelahan.

L. Pindahkan tangan luar kesupra simphisis untuk menahan uterus saat placenta

dikeluarkan, dan periksa placenta.

M. Berikan oksitoksin 10 iu dalam 500 ml cairan dengan 60 tts/menit.

N. Periksa dan perbaiki robekan jalan lahir.

O. Pantau tanda vital dan kontrol kontraksi uterus dan TFU.

P. Teruskan infus dan transfusi jika perlu.

Page 11: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM

RETENSI SISA PLASENTA

A. Pengkajian

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan retensio

placenta adalah sebagai berikut :

1. Identitas klien

Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat

penyakit keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas),

dan pola kegiatan sehari-hari sebagai berikut :

1) Sirkulasi :

a. Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkintidak tejadi sampai kehilangan

darah bermakna)

b. Pelambatan pengisian kapiler

c. Pucat, kulit dingin/lembab

d. Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaa tertahan)

e. Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan

f. Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan darah.

2) Eliminasi :

a. Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas vagina

3) Nyeri/Ketidaknyamanan :

a. Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri tekan abdominal (fragmen

placenta tertahan) dan nyeri uterus lateral.

4) Keamanan :

a. Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin

tersembunyi) dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan terlihat

pada labia mayora/labia minora, dari muara vagina ke perineum; robekan luas

dari episiotomie, ekstensi episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan

pada serviks.

5) Seksualitas :

a. Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol

(fragmen placenta yang tertahan)

Page 12: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

b. Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi multipel,

polihidramnion, makrosomia), abrupsio placenta, placenta previa.

2. Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan obstetrik

(inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi). Pemeriksaan laboratorium. (Hb 10 gr%).

B. Diagnosa, rencana intervensi keperawatan

1. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan melalui vaskuler yang

berlebihan.

Intervensi : 

a. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatiakan faktor-

faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi (misalnya laserasi, fragmen

plasenta tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amnion atau retensi

janin mati selama lebih dari 5 minggu)

Rasional : Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan

memberikan kesempatan untuk mencegah dan membatasi terjadinya komplikasi.

b. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut,

simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh perawat.

Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arteial versus vena, dan adanya bekuan-

bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan

penggantian.

c. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraksilitas uterus. Dengan perlahan masase

penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua diatas

simpisis pubis.

Rasional : Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding.

Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan darah.

Penempatan satu tangan diatas simphisis pubis mencegah kemungkinan inversi

uterus selama masase.

d. Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis

dasar kuku, membran mukosa dan bibir.

Rasional : Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan terjadinya syok.

Perubahan pada tekanan darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah

menurun sampai 30 - 50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.

e. Pantau parameter hemodinamik seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji

arteri pulmonal bila ada.

Page 13: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

Rasional : Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan

kebutuhan penggantian. 

f. Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal.

Rasional : Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi aktivitas.

Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik vena, menjamin

persediaan darah keotak dan organ vital lainnya lebih besar. 

g. Pantau masukan dan keluaran, perhatikan berat jenis urin.

Rasional : Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan.

Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan dengan keluaran 30 – 50 ml/jam atau

lebih besar.

h. Hindari pengulangan/gunakan kewaspadaan bila melakukan pemeriksaan vagina

dan/atau rektal

Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal atau

perineal atau hematoma terjadi.

i. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis

Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas dan kebutuhan

metabolik.

j. Kaji nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina. Berikan tekanan

balik pada laserasi labial atau perineal.

Rasional : Haematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut pada

laserasi jalan lahir.

k. Pantau klien dengan plasenta acreta (penetrasi sedikit dari myometrium dengan

jaringan plasenta), HKK atau abrupsio placenta terhadap tanda-tanda KID

(koagulasi intravascular diseminata).

Rasional : Tromboplastin dilepaskan selama upaya pengangkatan placenta secara

manual yang dapat mengakibatkan koagulopati.

l. Mulai Infus 1 atau 2 i.v dari cairan isotonik atau elektrolit dengan kateter !8 G

atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah (plasma,

kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi.

Rasional : Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah

untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.

m. Berikan obat-obatan sesuai indikasi :  Oksitoksin, Metilergononovin maleat,

Prostaglandin F2 alfa.

Page 14: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

Rasional : Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang menonjol dan

miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan menghentikan hemoragi pada

adanya atonia.

2. Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan. 

Intervensi : 

a. Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik perawatan diri. Tinjau

ulang cara yang tepat untuk menangani dan membuang material yang

terkontaminasi misalnya pembalut, tissue, dan balutan.

Rasional : Mencegah kontaminasi silang/penyebaran organinisme infeksious..

b. Perhatikan perubahan pada tanda vital atau jumlah SDP

Rasional : Peningkatan suhu dari 100,4 ºF (38ºC) pada dua hari beturut-turut

(tidak menghitung 24 jam pertama pasca partum), tachikardia, atau leukositosis

dengan perpindahan kekiri menandakan infeksi.

c. Perhatikan gejala malaise, mengigil, anoreksia, nyeri tekan uterus atau nyeri

pelvis.

Rasional : Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan sistemik, kemungkinan

menimbulkan bakterimia, shock, dan kematian bila tidak teratasi.

d. Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti pernapasan (perubahan pada

bunyi napas, batuk produktif, sputum purulent), mastitis (bengkak, eritema, nyeri),

atau infeksi saluran kemih (urine keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi, nyeri).

Rasional : Diagnosa banding adalah penting untuk pengobatan yang efektif.

e. Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan suplemen zat besi sesuai indikasi.

Rasional : Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat pemulihan dan

merusak sistem imun.

3. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan.

Intervensi : 

a. Tentukan karakteristik, tipe, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji klien terhadap nyeri

perineal yang menetap, perasaan penuh pada vagina, kontraksi uterus atau nyeri

tekan abdomen.

Rasional : Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan metode tindakan.

Ketidaknyamanan berkenaan dengan hematoma, karena tekanan dari hemaoragik

tersembunyi kevagina atau jaringan perineal. Nyeri tekan abdominal mungkin

sebagai akibat dari atonia uterus atau tertahannya bagian-bagian placenta. Nyeri

berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat terjadi dengan inversio uterus.

Page 15: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

b. Kaji kemungkinan penyebab psikologis dari ketidaknyamana.

Rasional : Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan ansietas, yang

memperberat persepsi ketidaknyamanan.

c. Berikan tindakan kenyamanan seperti pemberian kompres es pada perineum atau

lampu pemanas pada penyembungan episiotomi.

Rasional : Kompres dingan meminimalkan edema, dan menurunkan hematoma

serta sensasi nyeri, panas meningkatkan vasodilatasi yang memudahkan resorbsi

hematoma.

d. Berikan analgesik, narkotik, atau sedativa sesuai indikasi

Rasional : Menurunkan nyeri dan ancietas, meningkatkan relaksasi.

4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovalemia

Intervensi : 

a. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah. Kaji status nutrisi,

tinggi dan berat badan.

Rasional : Nilai bandingan membantu menentukan beratnya kehilangan darah.

Status yang ada sebelumnya dari kesehatan yang buruk meningkatkan luasnya

cedera dari kekurangan oksigen.

b. Pantau tanda vital; catat derajat dan durasi episode hipovolemik.

Rasional : Luasnya keterlibatan hipofisis dapat dihubungkan dengan derajat dan

durasi hipotensi. Penigkatan frekuensi pernapasan dapat menunjukan upaya untuk

mengatasi asidosis metabolik.

c. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan prilaku.

Rasional : Perubahan sensorium adalah indikator dini dari hipoksia, sianosis,

tanda lanjut dan mungkin tidak tampak sampai kadar PO2 turun dibawah 50

mmHg.

d. Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi dan lidah, perhatikan suhu kulit.

Rasional : Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ vital, sirkulasi pada

pembuluh darah perifer diperlukan yang mengakibatkan sianosis dan suhu kulit

dingin.

e. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan

Rasional : Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transpor sirkulasi

kejaringan.

f. Pasang jalan napas; penghisap sesuai indikasi

Rasional : Memudahkan pemberian oksigen.

Page 16: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

5. Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan.

Intervensi : 

a. Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian hemoragii pasca

partum. Klarifikasi kesalahan konsep.

Rasional : Membantu dalam menentukan rencana perawatan. Persepsi klien

tentang kejadian mungkin menyimpang, akan memperberat ancietasnya.

b. Evaluasi respon fisiologis pada hemoragik pasca partum; misalnya tachikardi,

tachipnea, gelisah atau iritabilitas.

Rasional : Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin karena respon

fisiologis, ini dapat diperberat atau dikomplikasi oleh faktor-faktor psikologis.

c. Sampaikan sikap tenang, empati dan mendukung.

Rasional : Dapat membantu klien mempertahankan kontrol emosional dalam

berespon terhadap perubahan status fisiologis. Membantu dalam menurunkan

tranmisi ansietas antar pribadi. 

d. Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ansietas, berikan kesempatan pada

klien untuk mengungkapkan perasaan.

Rasional : Pengungkapan memberikan kesempatan untuk memperjelas informasi,

memperbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan perspektif, memudahkan

proses pemecahan masalah.

e. Beritahu kepada klien tujuan dari setiap tindakan yang akan dilakukan

Rasional : Kecemasan klien akan berkurang bila sebelum sebuah tindakan

dilakukan oleh perawat.

6. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang diperoleh.

Intervensi : 

a. Jelaskan faktor predisposisi atau penyebab dan tindakan khusus terhadap

penyebab hemoragi.

Rasional : Memberikan informasi untuk membantu klien/pasangan memahami dan

mengatasi situasi.

b. Kaji tingkat pengetahuan klien, kesiapan dan kemampuan klien untuk belajar.

Dengarkan, bicarakan dengan tenang, dan berikan waktu untuk bertanya dan

meninjau materi.

Rasional : Memberikan informasi yang perlu untuk mengembangkan rencana

perawatan individu. Menurunkan stress dan ancietas, yang menghambat

Page 17: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

pembelanjaran, dan memberikan klarifikasi dan pengulangan untuk meningkatkan

pemahaman.

c. Diskusikan implikasi jangka pendek dari hemoragi pasca partum, seperti

perlambatan atau intrupsi pada proses kedekatan ibu-bayi (klien tidak mampu

melakukan perawatan terhadap diri dan bayinya segera sesuai keinginannya).

Rasional : Menurunkan ansietas dan memberikan kerangka waktu yang realistis

untuk melakukan ikatan serta aktivitas-aktivitas perawatan bayi.

d. Diskusikan implikasi jangka panjang hemoragi pasca partum dengan tepat,

misalnya resiko hemoragi pasca partum pada kehamilan selanjutnya, ataonia

uterus, atau ketidakmampuan untuk melahirkan anak pada masa datang bila

histerektomie dilakukan.

Rasional : Memungkinan klien untuk membuat keputusan berdasarkan informasi

dan mulai mengatasi perasaan tentang kejadian-kejadian masa lalu dan sekarang.

C. Evaluasi

Dari intervensi yang dilakukan beberapa hasil yang kita harapkan adalah sebagai berikut :

1. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan

2. Berkurangnya resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

3. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan dapat terkontrol.

4. Kurangnya efek perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovalemia

5. Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan dapat

diatasi.

6. Bertambahnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang diperoleh

D. Penkes

1. Pencegahan resiko plasenta adalah dengan cara mempercepat proses separasi dan

melahirkan plasenta dengan memberikan uterotonika segera setelah bayi lahir dan

melakukan penegangan talipusat terkendali. Usaha ini disebut juga penatalaksanaan

aktif kala III

2. Mengamati dan melihat kontraksi uterus

Page 18: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai

berikut:

Retensio placenta adalah keadaan dimana uri/placenta belum lahir dalam waktu satu

jam setelah bayi lahir

Ada dua keadaan yang menyebabkan terjadinya retensio placenta yaitu :

1. placenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat lebih dalam, dan

2. placenta telah terlepas tetapi belum dapat dikeluarkan yang terjadi akibat penanganan

kala III yang salah.

Masalah keperawatan yang dapat terjadi pada atonia uteri adalah defisit volume cairan

tubuh, resiko terjadi infeksi, nyeri, gangguan perfusi jaringan, ancietas, dan kurangnya

pengetahuan klien tentang keadaannya.

B. Saran 

Hemoragi pasca partum biasanya didefenisikan sebagai kehilangan darah lebih dari

500 ml selama dan/atau setelah kelahiran. Ini adalah salah satu penyebab tersering

kematian pada ibu. Mudah-mudahan makalah ini memberikan wawasan kepada kita

tentang retensio sebagai salah satu penyebab perdarahan post partum. Dan kepada ibu

dosen pembimbing mata kuliah ini kiranya dapat memberikan masukan, kritik dan saran

guna melengkapi pengetahuan tentang retensio placenta terutama yang berkaitan dengan

asuhan keperawatan secara lebih khusus pada ibu yang mengalami retensio placenta.

Page 19: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, Delvita. 2012. “Retensio Plasenta” (online), (http://delvita-

pratiwi.blogspot.com/2012/06/retensio-plasenta.html, diunduh tanggal 2 Maret

2013)

Prabowo, Eko. 2012. “Retensi Plasenta” (online),

(http://samoke2012.wordpress.com/2012/10/30/retensi-plasenta/, diunduh

tanggal 2 Maret 2013)

Rasyid, Abu. 2013. “ Askep Maternitas Retensio Plasenta” (online),

(http://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2013/03/askep-maternitas-

retensio-plasenta.html, diunduh tanggal 2 Maret 2013)

Page 20: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta

ASUHAN KEPERAWATAN IBU POST PARTUM

DENGAN RESIKO TINGGI

RETENSI SISA PLASENTA

( Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas )

Dosen Pengampu : Wiwi Kustio P, A.Kep.MPH

Disusun oleh :

1. Yeni Dwi Lestari ( 2220111975/ 09 )

2. Yeni Puspitasari ( 2220111976/ 10 )

3. Yenri Noor Vitasari ( 2220111977/ 11 )

4. Agam Suwaskito ( 2220111978/ 12 )

5. Anggraeni Wahyuningtyas ( 2220111979/ 13 )

6. Arum Tirta Ratnasari ( 2220111980/ 14 )

7. Danan Setianta ( 2220111981/ 15 )

8. Dani Dewi Ichtiarini ( 2220111982/ 16 )

Kelas 2C

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2012/ 2013

Page 21: Askep Ibu Post Partum Retensi Sisa Plasenta