35
THALASEMIA A. Definisi Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitikdimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembluh darah sehingga umur erirosit menjadi pendek ( kurang dari 100 hari ). Thalasemia merupakan penyakit anemua hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif, secara molekuler dibedakan menjadi thalasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan menjadi thalasemia mayor dan minor ( Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 497 ) B. Proses patologi Hemoglobin pasca kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alfa dan beta polipeptide. Dalam beta thalasemia, ada penurunan sebagian atau keseluruhan dalam proses sintesis molekul hemoglobin rantai beta, Konsekuensi adanya peningkatan compensatory dalam proses pensintesisan rantai alfa dan produksi rantai gamma tetap aktif, dan menyebabkan ketidaksempurnaan formasi hemoglobin. Polipeptida yang tidak seimbang ini sangat tidak stabil, mubah terpisah dan merusak sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia yang parah. Untuk 1

ASKEP THALASEMIA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ASKEP THALASEMIA

Citation preview

THALASEMIA

A. Definisi

Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitikdimana terjadi

kerusakan sel darah merah didalam pembluh darah sehingga umur erirosit

menjadi pendek ( kurang dari 100 hari ).

Thalasemia merupakan penyakit anemua hemolitik herediter yang

diturunkan secara resesif, secara molekuler dibedakan menjadi thalasemia alfa

dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan menjadi thalasemia mayor dan

minor ( Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 497 )

B. Proses patologi

Hemoglobin pasca kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alfa dan

beta polipeptide. Dalam beta thalasemia, ada penurunan sebagian atau

keseluruhan dalam proses sintesis molekul hemoglobin rantai beta,

Konsekuensi adanya peningkatan compensatory dalam proses pensintesisan

rantai alfa dan produksi rantai gamma tetap aktif, dan menyebabkan

ketidaksempurnaan formasi hemoglobin. Polipeptida yang tidak seimbang ini

sangat tidak stabil, mubah terpisah dan merusak sel darah merah yang dapat

menyebabkan anemia yang parah. Untuk menanggulangi proses hemolitik, sel

darah merah dibentuk dalam jmlah yang banyak, atau setidaknya sumsum

tulang ditekan dengan proses trannfusi. Kelebihan Fe dari penambahan RBCs

dalam transfusi serta kerusakan yang cepat dari sel defectif disimpan dalam

berbagai organ ( hemosiderosis )

C. Pathways

1

Hemoglobin post natal ( Hb A )

Rantai alfa Rantai beta

Defisiensi rantai beta

Thalassemia beta Defisiensi sintesa rantai beta

Hiperplasia Menstimuli Hemopoiesis Sintesa rantai alfa

Sumsum tulang eritropoiesis extramedular

Perubahan SDM rusak Splenomegali Kerusakan pem

Skeletal limfadenopati bentukan Hb

Anemia Hemolisis Hemokromatosis Hemolisis

Maturasi Sexual Hemosiderosis Fibrosis Anemia berat

& pertumbuhan

Terganggu Kulit kecoklatan Pembentukan eritrosit

oleh sumsum tulang

disuplay dari transfusi

Fe meningkat

Hemosiderosis

Jantung Liver Kandung empedu pancreas limpa

Gagal Sirosis Kolelitiasis Diabetes Splenomegali

Jantung

D. Manifestasi klinis

2

Letargi

Pucat

Kelemahan

Anorexia

Diare

Sesak nafas

Pembesaran limfa dan hepar

Ikterik ringan

Penipisan kortex tulang panjang, tangan dan kaki.

Penebalan tulang kranial

E. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium darah :

- Hb :

Kadar Hb 3 – 9 g%

- Pewarnaan SDM :

Anisositosis, poikilositosis, hipokromia berat,target cell, tear drop

cell.

Gambaran sumsum tulang

eritripoesis hiperaktif

Elektroforesis Hb :

- Thalasemia alfa : ditemukan Hb Bart’s dan Hb H

- Thalasemia beta : kadar Hb F bervariasi antara 10 – 90 % ( N : <=

1 % )

F. Fokus pengkajian

3

1. Pengkajian fisik

a. melakukan pemeriksaan fisik

b. kaji riwayat kesehatan, terutama yang berkaitan dengan anemia

(pucat, lemah, sesak, nafas cepat, hipoksia, nyeri tulang, dan dada,

menurunnya aktivitas, anorexia, epistaksis berlang )

c. Kaji riwayat penyakit dalam keluarga.

2. Pengkajian umum

a. Pertumbuhan yang terhambat

b. Anemia kronik

c. Kematangan sexual yang tertunda.

3. Krisis vaso Occlusive

a. Sakit yang dirasakan

b. Gejala yang dirasakan berkaitan denganischemia daerah yang

berhubungan:

- Ekstrimitas : kulit tangan dan kaki yang mengelupas

disertai rasa sakit yang menjalar.

- Abdomen : terasa sakit

- Cerebrum : troke, gangguan penglihatan.

- Liver : obstruksi, jaundice, koma hepaticum.

- Ginjal : hematuria

c. Efek dari krisis vaso occlusive adalah:

Cor : cardiomegali, murmur sistolik.

Paru – paru : ganguan fungsi paru, mudah terinfeksi.

Ginjal : Ketidakmampuan memecah senyawa urine,

gagal ginjal.

Genital: terasa sakit, tegang.

Liver : hepatomegali, sirosis.

Mata :Ketidaknormalan lensa yang

mengakibatkan gangguan penglihatan, kadang

4

menyebabkan terganggunya lapisan retina dan dapat

menimbulkan kebutaan.

Ekstrimitas : Perubahan tulang – tulang terutama

menyebabkan bungkuk, mudah terjangkit virus Salmonella,

Osteomyelitis.

G. Diagnosa Keperawatan:

1. Perubahan perfusi jaringan b.d berkurangnya komponen selular yang

penting untuk menghantakan oksigen murni ke sel.

2. Intoleransi aktivitas b.d tidak seimbangnya kebutuhan pemakaian dan

suplay oksigen.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang selera

makan.

4. Koping keluarga inefektif b.d dampak penyakit anak terhadap fungsi

keluarga.

H. Fokus intervensi

1. Tingkatkan oksigenasi jaringan, pantau adanya tanda – tanda hipoksia,

sianosis, hiperventilasi, peningkatan denyut apex, frekwensi nafas dan

tekanan darah.

2. Berikan periode istirahat yang sering untuk mengurangi pemakaian

oksigen.

3. Pantau peggunaan produk darah, kaji tanda reaksi transfusi ( demam,

gelisah, disritmia jantung, menggigil, mual, muntah, nyeri dada, urine

merah / hitam, sakit kepala, nyeri pinggang, tanda – tanda shock /

gagal ginjal ).

4. Pantau adanya tanda – tanda kelebihan cairan sirkulasi ( duispnea,

naiknya frekwensi pernafasan, sianosis, nyeri dada, batuk kering )

5. Minimalkan atau hilangkan nyeri.

6. Cegah infeksi, kaji tanda infeksi, demam, malaise, jaringan lunak dan

limfonodus meradang / bengkak.

5

7. Pantau tanda komplikasi : Kolaps vaskuler dan shock, splenomegali,

infark tulang dan persendian, ulkus tungkai, stroke, kebutaan, nyeri

dada, dispnea, pertumbuhan dan perkembagan yang tertunda.

8. Berikan penjelasan kepada anak sesuai usia dan tentang prosedur

perawatan di rumah sakit.

9. Beri dukungan kepada anak dan keluarga.

10. Anjurkan anggota keluarga melakukan screening BBL dan anggota

keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

6

1. Cecilly L Betz, Buku saku keperawatan pediatri, Ed 3. EGC Jakarta;2002

2. Doenges, Moorhouse, Geissler, Rencana asuhan keperawatan, pedoman

untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pesien. EGC

Jakarta;2000

3. Mansjoer, Kapita selekta kedokteran Ed 3, jilid 2 Media Aesculapius

Jakarta : 1999

7

Senin, 10 Juni 2013

ASKEP THALASEMIA PADA ANAK

BAB I

TINJAUAN TEORI

THALASEMIA PADA ANAK

1.1  DEFINISI

Thalassemia adalah suatu kelompok anemia hemolitik kongenital herediter yang

diturunkan secara autosomal, disebabkan oleh kekurangan sintesis rantai

polipeptid yang menyusun molekul globin dalam hemoglobin.

Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh ) pada

haemoglobin.(suryadi,2001)

1.2  ETIOLOGI

Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein

yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin sebagaimana mestinya.

Hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang berada di dalam sel darah

9

merah dan berfungsi sangat penting untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke

seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya sebagai energi. Apabila produksi

hemoglobin berkurang atau tidak ada, maka pasokan energi yang dibutuhkan

untuk menjalankan fungsi tubuh tidak dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun

terganggu dan tidak mampu lagi menjalankan aktivitasnya secara

normal.Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan

akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam

amino yang membentuk hemoglobin. Thalasemia adalah penyakit yang sifatnya

diturunkan. Penyakit ini, merupakan penyakit kelainan pembentukan sel darah

merah.

Adapun etiologi dari thalasemia adalah faktor genetik (herediter). Thalasemia

merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah

didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek(kurang dari 100

hari). Penyebab kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal

(hemoglobinopatia) dan kelainan hemoglobin ini karena adanya gangguan

pembentukan yang disebabkan oleh :

a)      Gangguan struktur pembentukan hemoglobin (hb abnormal)

b)      Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin seperti pada

Thalasemia)

Penyebab Thalasemia β mayor.

Thalasemia mayor terjadi apabila gen yang cacat diwarisi oleh kedua orang

tua. Jika bapa atau ibu merupakan pembawa thalasemia,mereka boleh

menurunkan thalasemia kepada anak-anak mereka. Jika kedua orang tua

membawa ciri tersebut maka anak-anak mereka mungkin pembawa atau mereka

akan mnderita penyakit tersebuat

1.3  TANDA DAN GEJALA

Gejala Klinis Thalasemia mayor, gejala klinik telah terlihat sejak anak baru

berumur kurang dari 1 tahun, yaitu:

a.       Lemah

b.      Pucat

c.       Perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur

10

d.      Berat badan kurang

e.       Tidak dapat hidup tanpa transfusi

Thalasemia intermedia : ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk heterozigot.

Thalasemia minor/thalasemia trait : ditandai oleh splenomegali, anemia berat,

bentuk homozigot.

Pada anak yang besar sering dijumpai adanya:

a)      Gizi buruk

b)      Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba

c)      Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati (Hepatomegali ), Limpa

yang besar ini mudah ruptur karena trauma ringan saja.

Gejala khas adalah:

a)      Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal hidung, jarak antara

kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar.

b)      Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya menjadi kelabu

karena penimbunan besi.

1.4  PATOFISIOLOGI

2        Molekul globin terdiri atas sepasang rantai dan sepasang rantai lain yang

menentukan jenis Hb. Pada orang normal terdapat 3 jenis Hb, yaitu Hb A

(merupakan  > 96% dari Hb total, tersusun dari 2 rantai dan 2 rantai Hb dan

HbA2.Kelainan produksi dapat terjadi pada ranta thalassemia, rantai thalassemia

rantai thalassemia, rantai thalassemia, maupun kombinasi kelainan rantai dan

rantai thalassemia.

3        Pada thalassemia, kekurangan produksi rantai beta menyebabkan kekurangan

pembentukan (Hb A); kelebihan rantai akan berikatan dengan rantai yang secara

kompensatoir  Hb F meningkat; sisanya dalam jumlah besar diendapkan pada

membran eritrosit sebagai Heinz bodies dengan akibat eritrosit mudah rusak

(ineffective erythropoesis).

1.5 MANIFESTASI KLINIS DAN KOMPLIKASINYA

a)    Kelesuan

11

b)    Bibir,lidah,tangan,kaki berwarna pucat mulanya tidak jelas , biasanya menjadi

lebih berat dalam tahun pertama kehidupan dan pada kasus yang berat terjadi

dalam beberapa minggu setelah lahir.

c)    Sesak nafas

d)   Hilang selera makan dan bengkak dibagian abdomen

Pada thalasemia mayor gejala klinik telah terlihat sejak umur kurang dari 1

tahun gejalah yang tampak adalah anak lemah,pucat,perkembangan fisik tidak

sesuai dengan umur,berat badan kurang. Pada anak yang besar sering dijumpai

adanya gisi buruk,perut membuncit,karena adanya pembesaran limfa dan hati.

Adanya pembesaran limfa dan hati mempengharui gerak sipasien karena

kemampuan terbatas. Limfa yang besar akan mudah ruptur.gejalah ini adalah

bentuk muka yang mongoloid dan hidung pesek tanpa pangkal hidung,jarak antara

kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar,hal ini disebabkan karena adanya

gangguan perkembangan ketulang muka dan tengkorak.

Keadaan kulit pucat kekuning-kuningan jika pasien telah sering dapat tranfusi

darah,kulit menjadi kelabu seperti besi akibat penimbunan besi dalam kuli, seperti

pada jaringan tubuh yaitu limfa,hati,jantun sehingga menyebabkan gangguan pada

alat-alat tersebut (hemokromatosis)

Komplikasi yang dapat terjadi pada Klien Dengan Thalasemia

a)    Fraktur patologis

b)    Hepatosplenomegali

c)    Gangguan Tumbuh Kembang

d)   Disfungsi organ

e)    Gagal jantung

f)     Hemosiderosis

g)    Hemokromatosis

h)    Infeksi

1.6 Pemeriksaan penunjang

1.      Darah tepi :

a.       Hb rendah dapat sampai 2-3 g%

12

b.      Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis

berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling,

benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas.

c.       Retikulosit meningkat.

2.      Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :

a.       Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil.

b.      Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.

3.      Pemeriksaan khusus :Hb F meningkat : 20%-90% Hb total

a.       Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.

b.      Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan trait

(carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb total).

4. Pemeriksaan lain :

a.       Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar

dengan trabekula tegak lurus pada korteks.

b.      Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga

trabekula tampak jelas.

1.7 PENATALAKSANAAN

1. Medikamentosa

a.       Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin

serum sudah mencapai 1000 g/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-

20 kali transfusi darah.

Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa

infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai

transfusi darah.

b.      Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan

efek kelasi besi

c.       Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.

d.      Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang

umur sel darah merah.

2.Bedah

Splenektomi, dengan indikasi:

13

a.       limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan

peningkatan  tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur

a.       hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau

kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu

tahun.

3. Suportif

Transfusi darah :

a.       Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini

akan memberikan supresi sumsum tualang yang adekuat, menurunkan tingkat

akumulasi besi,  dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan

penderita.

b.      Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap

kenaikan Hb 1 g/dl.

4. Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya )

Tumbuh kembang, kardiologi, Gizi, endokrinologi, radiologi, Gigi

PEMANTAUAN

1.Terapi

a.       Pemeriksaan kadar feritin setiap 1-3 bulan, karena kecenderungan kelebihan besi

sebagai akibat  absorbsi besi meningkat  dan transfusi darah berulang.

b.      Efek samping kelasi besi yang dipantau: demam, sakit perut, sakit kepala, gatal,

sukar bernapas. Bila hal ini terjadi kelasi besi dihentikan.

2.Tumbuh Kembang

Anemia kronis memberikan dampak pada proses tumbuh kembang, karenanya

diperlukan perhatian dan pemantauan tumbuh kembang penderita.

3. Gangguan jantung, hepar dan endokrin

Anemia kronis dan kelebihan zat besi dapat menimbulkan gangguan fungsi

jantung (gagal jantung), hepar (gagal hepar), gangguan endokrin (diabetes

melitus, hipoparatiroid) dan fraktur patologis.

BAB II

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN

14

1. Asal Keturunan / Kewarganegaraan

Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa di sekitar laut Tengah (Mediteranial)

seperti Turki, Yunani, dll. Di Indonesia sendiri, thalasemia cukup banyak

dijumpai pada anak, bahkan merupakan penyakit darah yang paling banyak

diderita.

2. Umur

Pada penderita thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala telah terlihat

sejak anak berumur kurang dari 1 tahun, sedangkan pada thalasemia minor

biasanya anak akan dibawa ke RS setelah usia 4 tahun.

3. Riwayat Kesehatan Anak

Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran pernapasan atas atau infeksi

lainnya. Ini dikarenakan rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport.

4. Pertumbuhan dan Perkembangan

Seirng didapatkan data adanya kecenderungan gangguan terhadap tumbang sejak

masih bayi. Terutama untuk thalasemia mayor, pertumbuhan fisik anak, adalah

kecil untuk umurnya dan adanya keterlambatan dalam kematangan seksual,

seperti tidak ada pertumbuhan ramput pupis dan ketiak, kecerdasan anak juga

mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia minor, sering terlihat

pertumbuhan dan perkembangan anak normal.

5. Pola Makan

Terjadi anoreksia sehingga anak sering susah makan, sehingga BB rendah dan

tidak sesuai usia.

6. Pola Aktivitas

Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya. Anak lebih banyak

tidur/istirahat karena anak mudah lelah.

7. Riwayat Kesehatan Keluarga

Thalasemia merupakan penyakit kongenital, jadi perlu diperiksa apakah orang tua

juga mempunyai gen thalasemia. Jika iya, maka anak beresiko terkena talasemia

mayor.

8. Riwayat Ibu Saat Hamil (Ante natal Core – ANC)

15

Selama masa kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor

resiko talasemia. Apabila diduga ada faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan

resiko yang mungkin sering dialami oleh anak setelah lahir.

9. Data Keadaan Fisik Anak Thalasemia

a.     KU = lemah dan kurang bergairah, tidak selincah anak lain yang seusia.

b.    Kepala dan bentuk muka. Anak yang belum mendapatkan pengobatan

mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan muka mongoloid (hidung

pesek tanpa pangkal hidung), jarak mata lebar, tulang dahi terlihat lebar.

c.     Mata dan konjungtiva pucat dan kekuningan

d.    Mulut dan bibir terlihat kehitaman

e.     Dada, Pada inspeksi terlihat dada kiri menonjol karena adanya pembesaran

jantung dan disebabkan oleh anemia kronik.

f.     Perut, Terlihat pucat, dipalpasi ada pembesaran limpa dan hati (hepatospek

nomegali).

g.    Pertumbuhan fisiknya lebih kecil daripada normal sesuai usia, BB di bawah

normal

h.    Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas tidak tercapai

dengan baik. Misal tidak tumbuh rambut ketiak, pubis ataupun kumis bahkan

mungkin anak tidak dapat mencapai tapa odolense karena adanya anemia kronik.

i.      Kulit, Warna kulit pucat kekuningan, jika anak telah sering mendapat transfusi

warna kulit akan menjadi kelabu seperti besi. Hal ini terjadi karena adanya

penumpukan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).

2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman O2 ke sel.

Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam , pasien

mampu mempertahankan perfusi jaringan adekuat ditandai Dengan Kriteria hasil :

Nadi perifer teraba,kulit hangat,tidak terjadi sianosis

Intervensi :

a) Awasi tanda vital,palpasi nadi perifer

16

b) Lakukan pengkajian neurofaskuler periodik misalnya sensasi,gerakan

nadi,warna kulit atau suhu

c) Berikan oksigen sesuai indikasi

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

O2 dan kebutuhan.

Tujuan : Stlah dlakukan asuhan kep slama 1x24 jam diharapkan klien mampu

mlakukan aktifitas shari2 dgn kriteria hasil: anak bermain dan beristirahat dgan

tnang srta dapat mlakukan aktivitas esuai kemampuan

Intervensi :

a)    .Kaji toleransi fisik anak dan bantu dlam aktivitas yg mlebihi toleransi anak

b)    Berikan anak aktifitas pengalihan mis’ bermain

c)    3.Berikan anak periode tidur sesuai kondisi dan usia

Rasional :

a)      Menentukan kemampuan atau kebutuhan klien

b)      Aktifitas pgalihan dpat membantu anak mlakukan aktivitas sesuai kemampuan

c)      Istirahat yg cukup berguna untuk mempercepat pemulihan kemanpuan anak

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna

makanan/absorbsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah

merah normal.

Tujuan : menunjukkan pemahaman pentingnya nutrisi

Kriteria hasil :

-mununjukan peningkatan bb progresif sesuai yang di inginkan

-tidak adanya malnutrisi (kekurangan nutrisi)

Intervensi:

a)      Pantau jumlah dan jenis intake dan output pasien

b)      Timbang berat badan klien

c)      Beri Health Education tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh

d)     Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasional:

17

a)      Untuk mengetahui jenis dan jumlah asupan nutrisi yang penting bagi pasien

b)      Membantu menentukan keseimbangan nutrisi yang tepat

c)      Untuk membantu pasien dan keluarga memahami pentingnya nutrisi bagi tubuh

d)     Untuk memberikan diet yang adekuat sesuai dengan kebutuhan pasien yang

mendukung proses penyembuhan.

4. Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi dan

neurologis.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat,

penurunan Hb, leukopenia atau penurunan granulosit.

6. Kurang pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber

informasi.

2.3 Intervensi Keperawatan

1. Dx 1 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman O2 ke sel.

Kriteria hasil :

a)      Tidak terjadi palpitasi

b)      Kulit tidak pucat

c)      Membran mukosa lembab

d)     Keluaran urine adekuat

e)      Tidak terjadi mual/muntah dan distensil abdomen

f)       Tidak terjadi perubahan tekanan darah

g)      Orientasi klien baik.

Rencana keperawatan / intervensi :

a.       Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/ membran mukosa,

dasar kuku.

b.      Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi (kontra indikasi pada pasien

dengan hipotensi).

c.       Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.

18

d.      Kaji respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori,

bingung.

e.       Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan, dan tubuh hangat sesuai

indikasi.

f.       Kolaborasi pemeriksaan laboratorium, Hb, Hmt, AGD, dll.

g.      Kolaborasi dalam pemberian transfusi.

h.      Awasi ketat untuk terjadinya komplikasi transfusi.

Rasional:

a)                   Indikator umum status sirkulasi dan keadekuatan sirkulasi

b)                  Untuk mengetahui ststus kesadaran pasien

c)                   Untuk mensuplai kebutuhan organ tubuh

2. Dx. 2 intoleransi aktivitas berhubungan degnan ketidakseimbangan antara

suplai O2 dan

kebutuhan.

Kriteria hasil :

Menunjukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi, misalnya nadi, pernapasan

dan Tb masih dalam rentang normal pasien.

Intervensi :

a)      Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas, catat kelelahan dan kesulitan

dalam beraktivitas.

b)      Awasi tanda-tanda vital selama dan sesudah aktivitas.

c)      Catat respin terhadap tingkat aktivitas.

d)     Berikan lingkungan yang tenang.

e)      Pertahankan tirah baring jika diindikasikan.

f)       Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.

g)      Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat.

h)      Pilih periode istirahat dengan periode aktivitas.

i)        Beri bantuan dalam beraktivitas bila diperlukan.

j)        Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, tingkatkan aktivitas sesuai

toleransi.

k)      Gerakan teknik penghematan energi, misalnya mandi dengan duduk.

19

Rasional:

a)      Menentukan kemampuan atau kebutuhan klien

b)      Aktifitas pgalihan dpat membantu anak mlakukan aktivitas sesuai kemampuan

c)      Istirahat yg cukup berguna untuk mempercepat pemulihan kemanpuan anak

3. Dx. 3 perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna / ketidakmampuan mencerna makanan / absorbsi

nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal.

Kriteria hasil :

a)       Menunjukkan peningkatan berat badan/ BB stabil.

b)       Tidak ada malnutrisi.

Intervensi :

a)       Berikan makanan yang bergisi.

b)       Berikan minuman yang bergisi misalnya susu

c)       Beri makanan sedikit tapi sering.

d)       Berikan suplemen atau vitamin pada anak

e)       Berikan lingkungan yang menyenangkan

Rasional :

a) Untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan mempercepat pemuluhan

b) untuk memenuhi kebutuhan kalori

c) merangsang nafsu makan

d) memudahkan absorsi makanan

e) meningkatkan nafsu makan

4. Dx. 4 Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan

sirkulasi dan novrologis.

Kriteria hasil :

a)      Kulit utuh.

Intervensi :

a)      Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, aritema dan

ekskoriasi.

b)      Ubah posisi secara periodik.

c)      Pertahankan kulit kering dan bersih, batasi penggunaan sabun.

20

a)      Rasional :

b)      Memberikan informasi dasar tentang peneneman dan kemungkinan petunjuk

tentang sirkulasi darah.

c)      Menurunkan risiko infeksi infrak.

d)     Gerakan jaringan dibawa dapat merubah posisi dan dapat mempengharui

penyembuhan optimal.

e)      Perbaikan nutrisi akan mempercepat penyembuhan luka pada anak

f)       Mengurangi jumlah Fe dalam tubuh.

g)      Untuk mengi,bangi jumlah Fe yang tinggi dalam darah

5. Dx. 5. resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat:

a)      Kriteria hasil :

a.       Tidak ada demam

b.      Tidak ada drainage purulen atau eritema

c.       Ada peningkatan penyembuhan luka

Intervensi :

a)      Pertahankan teknik septik antiseptik pada prosedur perawatan.

b)      Dorong perubahan ambulasi yang sering.

c)      Tingkatkan masukan cairan yang adekuat.

d)     Pantau dan batasi pengunjung.

e)      Pantau tanda-tanda vital.

f)       Kolaborasi dalam pemberian antiseptik dan antipiretik.

6. Dx. 6. Kurang pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan salah interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber

informasi.

a)      Kriteria hasil :

a.       Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostika rencana

pengobatan.

b.      Mengidentifikasi faktor penyebab.

c.       Melakukan tindakan yang perlu/ perubahan pola hidup.

a)      Intervensi :

a.       Berikan informasi tentang thalasemia secara spesifik.

21

b.      Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya thalasemia.

c.       Rujuk ke sumber komunitas, untuk mendapat dukungan secara psikologis.

d.      Konseling keluarga tentang pembatasan punya anak/ deteksi dini keadaan janin

melalui air ketuban dan konseling perinahan: mengajurkan untuk tidak menikah

dengan sesama penderita thalasemia, baik mayor maupun minor.

2.4 Evaluasi

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan oksigenasi ke sel-sel

ditandai dengan pasien mengatakan kepala terasa pusing, warna kulit pucat,bibir

tampak kering, nadi 70x/menit, R:45x/menit.

DAFTAR PUSTAKA

Posted by admin bisnis online in Artikel kesehatan

http://id.wikipedia.org/wiki/talasemia

Diposkan oleh widha widhari di 11.59 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

@widhawidhari

TO WIDHA

"Bila kau sekarang sedang menunggu seseorang untuk menjalani kehidupan menuju Ridha-Nya, bersabarlah dengan keindahan. Wallahi, dia tidak datang karena ketampanan, kecantikan, kepintaran ataupun kekayaan, tapi Allah-lah yg menggerakan. Jangan tergesa-gesa mengekspresikan cinta kepadanya sebelum Allah mengizinkan. Belum tentu yang kau cintai adalah yang terbaik untukmu. Simpanlah segala bentuk ungkapan & derap hati rapat-rapat, karena Allah akan menjawabnya dengan indah di saat yg tepat" "keep calm becaouse i LoVe ALLAH" MUTIARA HATI WIDHA :-) Ada banyak cerita tentang kita kawan.. Jalani saja dulu setiap episode hidup ini (beserta NANO-NANOnya), nantinya, semua akan menjadi sejarah dan kenangan yang mengukir senyum di bibir :). Dan kita benar2 tersadar bahwa itu semua tidak akan bisa terulang lagi. :-)Mungkin ALLAH ingin kita bertemu dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan

22

orang yang tepat. Hemmm… HIDUP INI MEMANG PENUH RAHASIA DAN MISTERI, tapi tetap dikemas dengan INDAH. Banyak kejutan di dalamya. So, ENJOY YOUR LIFE guyss :D :-)Mungkin kau bukan yang terbaik untukku, tapi kau telah menjadi yang terindah dalam hidupku.” :) :-)Aku Bukan Wanita Biasa, karena aku ingin menjadi LUAR BIASA di mata ALLAH.” *Ingin sekali rasanya menjadi wanita yang SEDERHANA tapi LUAR BIASA di mata Tuhan. Menjadi wanita sederhana dengan berpenampilan apa adanya (tidak menonjol ataupun nyentrik) sesuai dengan jati diri kita, menjadi wanita sederhana dengan kepribadian yang anggun, menjadi wanita sederhana dengan bersahabat dan bergaul dengan semua orang, menjadi wanita sederhana dengan menjadi diri sendiri. Dan menjadi wanita yang luar biasa di mata ALLAH dengan CINTA kepadaNya dan melakukan segala sesuatunya karena Dia.. hoaaaaaam ngantuuk,,

add Me on Fb

Weydha LuVh LadyGakarian

Buat Lencana Anda

Google+ Badge

WidhaOhNice

widha widhari i'm just ordinary girl,, :-)nothing special in my life guYzz,,

Arsip Blog ►   2014 (11)

▼   2013 (11) o ►   08/18 - 08/25 (1) o ▼   06/09 - 06/16 (2)

SKALA YAUMIL MIMI ASKEP THALASEMIA

PADA ANAKo ►   06/02 - 06/09 (2)

23

soo be your self,,

   dont ever mention to boring in the studying, if you want to rich for your ambition,, because knowladge is power,, ^_^

 just it's guyyyz

Lihat profil lengkapku

o ►   05/26 - 06/02 (1) o ►   05/05 - 05/12 (3) o ►   04/28 - 05/05 (1) o ►   03/17 - 03/24 (1)

►   2012 (11)

move like jeger

free music at divine-music.info

widhawidhari

widhawidhari

@widhawidhari

Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

http://widhawidhari.blogspot.com/2013/06/askep-thalasemia-pada-anak.html

24