23
BAB I PENDAHULUAN Ulkus diabetikum, sesuai dengan namanya, adalah ulkus yang terjadi pada kaki penderita diabetes dan merupakan komplikasi kronik yang diakibatkan oleh penyakit diabetes itu sendiri. Diabetes Melitus (DM) memiliki berbagai macam komplikasi kronik dan yang paling sering dijumpai adalah kaki diabetik (diabetic foot). Di Amerika Serikat, penderita kaki diabetik mendekati angka 2 juta pasien dengan diabetes setiap tahunnya.2 Sekitar 15% penderita DM di kemudian hari akan mengalami ulkus pada kakinya. Insiden ulkus diabetikum setiap tahunnya adalah 2% di antara semua pasien dengan diabetes dan 5 – 7,5% di antara pasien diabetes dengan neuropati perifer. Meningkatnya prevalensi diabetes di dunia menyebabkan peningkatan kasus amputasi kaki karena komplikasi diabetes. Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya. Ini berarti, setiap 30 detik ada kasus amputasi kaki karena diabetes di seluruh dunia. Sebanyak 85% amputasi pada ekstremitas bawah pada pasien diabetes didahului oleh ulkus pada kaki. Oleh sebab itu, pencegahan dan manajemen yang tepat dari lesi-lesi kaki merupakan hal yang terpenting. Ulserasi disebabkan oleh interaksi beberapa faktor, tetapi terutama adalah neuropati.

Askep Ulkus Diabetikum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Askep Ulkus Diabetikum

Citation preview

Page 1: Askep Ulkus Diabetikum

BAB I

PENDAHULUAN

Ulkus diabetikum, sesuai dengan namanya, adalah ulkus yang terjadi pada kaki

penderita diabetes dan merupakan komplikasi kronik yang diakibatkan oleh penyakit

diabetes itu sendiri. Diabetes Melitus (DM) memiliki berbagai macam komplikasi

kronik dan yang paling sering dijumpai adalah kaki diabetik (diabetic foot). Di

Amerika Serikat, penderita kaki diabetik mendekati angka 2 juta pasien dengan

diabetes setiap tahunnya.2 Sekitar 15% penderita DM di kemudian hari akan

mengalami ulkus pada kakinya.

Insiden ulkus diabetikum setiap tahunnya adalah 2% di antara semua pasien dengan

diabetes dan 5 – 7,5% di antara pasien diabetes dengan neuropati perifer.

Meningkatnya prevalensi diabetes di dunia menyebabkan peningkatan kasus

amputasi kaki karena komplikasi diabetes. Studi epidemiologi melaporkan lebih dari

satu juta amputasi dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya. Ini berarti,

setiap 30 detik ada kasus amputasi kaki karena diabetes di seluruh dunia.

Sebanyak 85% amputasi pada ekstremitas bawah pada pasien diabetes didahului

oleh ulkus pada kaki. Oleh sebab itu, pencegahan dan manajemen yang tepat dari

lesi-lesi kaki merupakan hal yang terpenting. Ulserasi disebabkan oleh interaksi

beberapa faktor, tetapi terutama adalah neuropati.

Page 2: Askep Ulkus Diabetikum

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi Pankreas

Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5

cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram.

Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.

Pankreas juga merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh

baik hewan maupun manusia. Bagian depan ( kepala ) kelenjar pankreas terletak

pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung.

Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah

limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi

perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari

lapisan epitel yang membentuk usus (Tambayong, 2001).

Fungsi pankreas ada 2 yaitu :

1.) Fungsi eksorin yaitu membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan elektrolit.

2.) Fungsi endokrin yaitu sekelompok kecil atau pulau langerhans, yang bersama-

sama membentuk organ endokrin yang mensekresikan insulin. Pulau langerhans

manusia mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :

a. Sel-sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20-40 % ; memproduksi glukagon yang

manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin like

activity”.

b. Sel-sel B (betha), jumlahnya sekitar 60-80%, membuat insulin.

c. Sel-sel D (delta), jumlahnya sekitar 5-15 %, membuat somatostatin yang

menghambat pelepasan insulin dan glukagon .

(Tambayong, 2001).

b. Fisiologi

Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar, pankreas,

adenohipofisis dan adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan diintestin

dialirkan ke hepar melalui vena porta, sebagian glukosa akan disimpan sebagai

glikogen. Pada saat ini kadar glukosa di vena porta lebih tinggi daripada vena

hepatica, setelah absorsi selesai gliogen hepar dipecah lagi menjadi glukosa,

sehingga kadar glukosa di vena hepatica lebih tinggi dari vena porta. Jadi hepar

Page 3: Askep Ulkus Diabetikum

berperan sebagai glukostat. Pada keadaan normal glikogen di hepar cukup untuk

mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa hari, tetapi bila fungsi hepar

terganggu akan mudah terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi. Sedangkan peran

insulin dan glukagon sangat penting pada metabolisme karbonhidrat. Glukagon

menyebabkan glikogenolisis dengan merangsang adenilsiklase, enzim yang

dibutuhkan untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk

gliogenolisis. Bila cadangan glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan

lebih aktif.

Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang dipergunakan oleh

jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologis beberapa hormon antara

lain :

a. Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin. Kerja insulin

yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan cara membantu

glukosa darah masuk kedalam sel.

1). Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau lengerhans.

2). Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromafin.

3). Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal.

4). Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.

b. Glukogen, epineprin, glukokortikoid, dan growth hormone membentuk suatu

mekanisme counfer-regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat

pengaruh insulin.

c. Anatomi kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan

organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat

tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter

persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak,

umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus

dan kulit bagian medikal lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak

tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.

1) Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel

berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, langerhans dan merkel.

Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal terletak

pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh

ketebalan kulit.

Page 4: Askep Ulkus Diabetikum

Fungsi Epidermis : proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,

pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi ( melanosit) dan pengenalan allergen

(sel langerhans ).

2) Dermis

Merupakan bagian yang paling penting dikulit yang sering dianggap sebagai “True

Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya

dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki

sekitar 3 mm.

Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu :

a) Lapisan papiler : tipis mengandung jaringan ikat jarang.

b) Lapisan retikuler : tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

Fungsi dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan

shearing forces dan respon inflamasi.

3) Subkutis

Merupakan lapisan dibawah dermis atau hypodermis yang terdiri dari lapisan lemak.

Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan

jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di

tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis

untuk regenerasi.

Fungsi Subkutis / hypodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan

kalori control bentuk tubuh dan mechanical shock absorver.

4) Vaskularisasi kulit

Arteri yang member nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan

papiler dan retikuler dermis selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang

kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis

punya satu arteri asenden dan satu cabang vena.

d. Fisiologi kulit.

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah

memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagaibarier infeksi,

mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.

Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma

mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi

telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba

karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari.

Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit.

Page 5: Askep Ulkus Diabetikum

Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses

keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa

bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit.

Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh

akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara

mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada

temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian

akan mempertahankan panas.

Luka dapat terjadi pada trauma, pembedahan, neuropatik, vaskuler, penekanan dan

keganasan Luka diklasifikasikan dalam 2 bagian :

a) Luka akut : merupakan luka trauma yang biasanya segera mendapat penanganan

dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi.

b) Luka kronik : luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali (rekuren)

dimana terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya disebabkan

oleh masalah multifaktor dari penderita.

2. Pengertian

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus

adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya

kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga

merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati

perifer, (Andyagreeni, 2010).

Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab

utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar LDL yang

tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya

Ulkus Diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh

darah, (zaidah 2005).

Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas

akibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi serius akibat

Diabetes, (Andyagreeni, 2010).

3. Penyebab

Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi menjadi

faktor endogen dan ekstrogen.

a. Faktor endogen

1.) Genetik, metabolik.

2.) Angiopati diabetik.

3.) Neuropati diabetik.

Page 6: Askep Ulkus Diabetikum

b. Faktor ekstrogen

1) Trauma.

2) Infeksi.

3) Obat.

Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum adalah angipati,

neuropati dan infeksi.adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau

menurunnya sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa

yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan

mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang

menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada

pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada

tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.

Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi,

oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh

(Levin, 1993) infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai Ulkus Diabetikum

akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angipati dan infeksi

berpengaruh terhadap penyembuhan Ulkus Diabetikum.(Askandar 2001).

4. Patofisiologi

Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada

pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan

kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular)

disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut

mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar

dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses

pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf

perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik

terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar.

Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang

mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya

terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit

menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal manghalangi

resolusi.

Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang

inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi

sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke

jaringan sekitarnya, (Anonim 2009).

Page 7: Askep Ulkus Diabetikum

5. Manifestasi Klinik

Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun

nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan

biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses mikroangipati menyebabkan

sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis

5 P yaitu :

a. Pain (nyeri).

b. Paleness (kepucatan).

c. Paresthesia (kesemutan).

d. Pulselessness (denyut nadi hilang)

e. Paralysis (lumpuh).

Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine:

a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).

b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten

c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.

d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).

Smeltzer dan Bare (2001: 1220).

Klasifikasi :

Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan, yaitu:

Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai

kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.

Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.

Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.

Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.

Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik pada ulkus diabetikum adalah

a. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

Denervasi kulit menyebabkan produktivitas keringat menurun, sehingga kulit kaki

kering, pecah, rabut kaki / jari (-), kalus, claw toe

Ulkus tergantung saat ditemukan ( 0 – 5 )

2) Palpasi

a) Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal

Page 8: Askep Ulkus Diabetikum

b) Klusi arteri dingin,pulsasi ( – )

c) Ulkus :kalus tebal dank eras.

b. Pemeriksaan fisik

1) Penting pada neuropati untuk cegah ulkus

2) Nilon monofilament 10 G

3) Nilai positif : nilon bengkok, tetapi tidak terasa

4) Positif 4 kali pada 10 tempat berbeda : spesifisitas (97%), sensitifitas (83%).

c. Pemeriksaan vaskuler

Tes vaskuler noninvasive : pengukuran oksigen transkutaneus, ankle brachial index

(ABI), absolute toe systolic pressure. ABI : tekanan sistolik betis dengan tekanan

sistolik lengan.

d. Pemeriksaan Radiologis : gas subkutan, benda asing, osteomielitis

e. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

1) Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan

dua jam post prandial > 200 mg/dl.

2) Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan

dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada

urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

3) Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan

jenis kuman.

7. Penatalaksanaan Medik

1. Medis

Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien dengan

Diabetes Mellitus meliputi:

a. Obat hiperglikemik oral (OHO).

Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :

1) Pemicu sekresi insulin.

2) Penambah sensitivitas terhadap insulin.

3) Penghambat glukoneogenesis.

4) Penghambat glukosidase alfa.

b. Insulin

Insulin diperlukan pada keadaan :

1) Penurunan berat badan yang cepat.

Page 9: Askep Ulkus Diabetikum

2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.

3) Ketoasidosis diabetik.

4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

c. Terapi Kombinasi

Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk

kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.

2. Keperawatanan

Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain dengan

antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus dengan

larutan klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium

permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat

ortopedi yang secara mekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang

luka amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM.

Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan utama penatalaksanaan terapi

pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa

darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya

komplikasi. Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan Ulkus Diabetik:

a. Diet

Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua

unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa

darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.

b. Latihan

Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan

kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan

memperbaiki pemakaian kadar insulin.

c. Pemantauan

Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan

pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.

3. Terapi (jika diperlukan)

Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan kenaikan

kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.

4. Pendidikan

Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan

dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan mampu menghindari

komplikasi dari diabetes itu sendiri.

Page 10: Askep Ulkus Diabetikum

5. Kontrol nutrisi dan metabolik

Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan luka.

Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh dalam proses

penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 12 gram/dl dan pertahankan albumin

diatas 3,5 gram/dl. Diet pada penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan

protein tinggi yaitu dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%.

Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar.

Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau infeksi dapat membantu

mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita dengan hiperglikemia yang tinggi,

kemampuan melawan infeksi turun sehingga kontrol gula darah yang baik harus

diupayakan sebagai perawatan pasien secara total.

6. Stres Mekanik

Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi weight

bearing meliputi bedrest, memakai crutch, kursi roda, sepatu yang tertutup dan

sepatu khusus. Semua pasien yang istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki

harus dilindungi serta kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan

karena kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi

trauma berulang ditempat yang sama menyebabkan bakteri masuk pada tempat

luka.

7. Tindakan Bedah

Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan pengobatan

atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:

a. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.

b. Derajat I – V : pengelolaan medik dan bedah minor.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Menurut Doenges (2000: 726), data pengkajian pada pasien dengan Diabetes

Mellitus bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan

pengaruh fungsi pada organ, data yang perlu dikaji meliputi :

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot

Tanda : Penurunan kekuatan otot, latergi, disorientasi, koma

b. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, IM akut

Tanda : Nadi yang menurun, disritmia, bola mata cekung

Page 11: Askep Ulkus Diabetikum

c. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuri ), nyeri tekan abdomen

Tanda : Urine berkabut, bau busuk ( infeksi ), adanya asites.

d. Makanan / cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, penurunan BB, haus

Tanda : Turgor kulit jelek dan bersisik, distensi abdomen

e. Neurosensori

Gejala : Pusing, sakit kepala, gangguan penglihan

Tanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas kejang

f. Nyeri / kenyamanan

Gejala : Nyeri tekan abdomen

Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi

g. Pernafasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batu dengan / tanpa sputum

Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasn

h. Seksualitas

Gejala : Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita

i. Penyuluhan / pembelajaran

Gejala : Faktor resiko keluarga DM, penyakit jantung, strok, hipertensi

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan Diabetes Millitus secara teori mnurut (Carpenito, Lyna juall.

2000).

a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya

aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.

b. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada

ekstrimitas.

c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.

d. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

e. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake makanan yang kurang.

f. Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan tingginya

kadar gula darah.

g. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

h. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

Page 12: Askep Ulkus Diabetikum

3. Fokus Intrvensi dan Rasional

a. Diagnosa no. 1

Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke

daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.

Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.

Kriteria Hasil :

a. Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler

b.Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosi.

c. Kulit sekitar luka teraba hangat.

d. Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.

e. Sensorik dan motorik membaik

Rencana tindakan :

1). Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi

Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.

2). Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :

Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat),

hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di

belakang lutut dan sebagainya.

Rasional: meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi

oedema.

3). Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :

Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan

penggunaan obat vasokontriksi.

Rasional: kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok

dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk

mengurangi efek dari stres.

4). Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,

pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).

Rasional: pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah

sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah

secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk

memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.

b. Diagnosa no. 2

Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.

Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.

Kriteria hasil :

a. Berkurangnya oedema sekitar luka.

Page 13: Askep Ulkus Diabetikum

b. Pus dan jaringan berkurang

c. Adanya jaringan granulasi.

d. Bau busuk luka berkurang.

Rencana tindakan :

1) Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.

Rasional: Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan

membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.

2) Rawat luka dengan baik dan benar : Membersihkan luka secara abseptik

menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada

luka dan nekrotomi jaringan yang mati.

Rasional: Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan

larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan

jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.

3) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus

pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.

Rasional: insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk

mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan

kadar gula darah untuk mengetahui perkembangan penyakit.

c. Diagnosa no. 3

Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.

Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang

Kriteria hasil :

a. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang atau hilang.

b. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi nyeri.

c. Elspresi wajah klien rileks.

d. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.(S : 36 – 37,5 0C, N: 60

– 80 x /menit, T : 120/80mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).

Rencana tindakan :

1). Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

2). Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.

Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan

mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama

dalam melakukan tindakan.

3). Ciptakan lingkungan yang tenang.

Rasional: Rangasang yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa

nyeri.

Page 14: Askep Ulkus Diabetikum

4). Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang

dirasakan pasien.

5).Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot

untuk relaksasi seoptimal mungkin.

6). Lakukan massage saat rawat luka.

Rasional : Massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus.

7). Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

Rasional : Obat-obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.

d. Diagnosa no. 4

Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.

Kriteria Hasil :

a. Pergerakan paien bertambah luas

b. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan ( duduk, berdiri,

berjalan ).

c. Rasa nyeri berkurang.

d.Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan

kemampuan.

Rencana tindakan :

1). Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.

Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.

2). Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar

gula darah dalam keadaan normal.

Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam

tindakan keperawatan.

3). Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesuai

kemampuan.

Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.

4). Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.

5). Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan

tenaga fisioterapi.

Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk

melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.

Page 15: Askep Ulkus Diabetikum

e. Diagnosa no. 5

Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake makanan yang kurang.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

Kriteria hasil :

a. Berat badan dan tinggi badan ideal.

b. Pasien mematuhi dietnya.

c. Kadar gula darah dalam batas normal.

d. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.

Rencana Tindakan :

1). Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.

Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien

sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.

2).Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.

Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya

hipoglikemia/hiperglikemia.

3). Timbang berat badan setiap seminggu sekali.

Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan

salah satu indikasi untuk menentukan diet ).

4). Identifikasi perubahan pola makan.

Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang

ditetapkan.

5). Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.

Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam

jaringan sehingga gula darah menurun, pemberian diet yang sesuai dapat

mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.

f. Diagnosa no. 6

Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan tinggi kadar

gula darah.

Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).

Kriteria Hasil :

a. Tanda-tanda infeksi tidak ada.

b. Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S: 36 -37,50C )

c. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.

Rencana tindakan :

1). Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.

Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat

Page 16: Askep Ulkus Diabetikum

membantu menentukan tindakan selanjutnya.

2). Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri

selama perawatan.

Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah

infeksi kuman.

3). Lakukan perawatan luka secara aseptik.

Rasional : Untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.

4) Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang

ditetapkan.

Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya tahan

tubuh, pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil

kemungkinan terjadi penyebaran infeksi.

5). Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.

Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin akan menurunkan

kadar gula dalam darah sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat.

g. Diagnosa no. 7

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.

Kriteria Hasil:

a. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya

dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.

b.Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang

diperoleh.

Rencana Tindakan :

1). Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan gangren.

Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu

mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui

pasien/keluarga.

2). Kaji latar belakang pendidikan pasien.

Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-

kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.

3).Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien

dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.

Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak

menimbulkan kesalahpahaman.

4).Jelasakan prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan

Page 17: Askep Ulkus Diabetikum

pasien didalamnya.

Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secara langsung dalam tindakan

yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.

5).Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika

ada/memungkinkan).

Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah

diberikan.

Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan

yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan

sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan

ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan

efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan

psikologis.

4. Evaluasi

Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang

sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien. Evaluasi merupakan tahap terakhir

dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang

telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan

dalam perencanaan.

Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:

1. Berhasil prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang

ditetapkan di tujuan.

2. Tercapai sebagian pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang

ditentukan dalam pernyataan tujuan.

3. Belum tercapai pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang

diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

Page 18: Askep Ulkus Diabetikum

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ulkus Diabetikum adalah Ulkus diabetik merupakan komplikasi kronik dari diabetes

melitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita

diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus

diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah.

(Zaidah, 2005).

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan ulkus diabetikum adalah faktor endogen

(genetik metabolik, angiopati diabetik, neuropati diabetik) dan faktor estrogren

(trauma, infeksi, obat).

Ada dua teori tentang patofisiologi ulkus diabetikum, yaitu teori sorbitol

(penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu, dapat mentransport

glukosa tanpa insulin) dan teori glikosilasi (glikosilasi pada semua protein, terutama

yang mengandung senyawa lisin).

Manifestasi klinik untuk ulkus diabetikum adalah 1. secara akut : pain (nyeri),

paleness (kepucatan), paresthesia (kesemutan), pulselessness (denyut nadi hilang),

paralysis (lumpuh) 2. sumbatan kronik : stadium I (asimptomatis atau gejala tidak

khas (kesemutan)), stadium II (terjadi klaudikasio intermiten), stadium III (timbul

nyeri saat istitrahat), stadium IV (terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia

(ulkus)) 3. menurut berat ringannya : derajat 0 (tidak ada lesi terbuka, kulit masih

utuh dengan kemungkinan disertai dengan kelainan bentuk kaki “claw,callus”),

derajat I (ulkus superficial terbatas pada kulit), derajat II (ulkus dalam, menembus

tendon atau tulang), derajat III (abses dalam dengan atau tanpa osteomilitas),

derajat IV (ulkus pada jari kaki atau bagian distal kaki atau tanpa selulitas), derajat V

(ulkus pada seluruh kaki atau sebagian tungkai).

Pemeriksaan dignostik yang dapat dilakukan pada ulkus diabetikum yaitu

pemeriksaan fisik (inspeksi dan palpasi), pemeriksaan sensorik, pemeriksaan

vaskuler, pemeriksaan radiologis (subkutan, benda asing, osteomielisis),

pemerisaan lab (darah,urin,kultur pus).

Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada ulkus diabetikum yaitu 1.

pengendalian DM (langkah awal penanganan pasien ulkus diabetikum adalah

dengan melakukan manajemen medis terhadap penyakit diabetes secara sistemik

karena kebanyakan pasien dengan ulkus diabetikum juga menderita malnutrisi,

penyakit ginjal kronis dan infeksi kronis) 2. strategi pencegahan (edukasi kepada

pasien, perawatan kulit, kuku dan kaki serta pengunaan alas kaki yang dapat

melindungi. Pada penderita dengan resiko rendah boleh menggunakan sepatu

Page 19: Askep Ulkus Diabetikum

hanya saja sepatu yang digunakan jangan sampai sempit atau sesak. Perawatan

kuku yang dianjurkan pada penderita resiko tinggi adalah kuku harus dipotong

secara tranversal untuk mencegah kuku yang tumbuh kedalam dan merusak

jaringan sekitar), 3. penanganan ulkus diabetikum : tingkat 0 ( penanganan pada

tingkat ini meliputi edukasi kepada pasien tentang bahaya dari ulkus dan cara

pencegahan), tingkat I (memerlukan debrimen jaringan nekrotik atau jaringan yang

infeksi usus, perawatan lokal luka dan pengurangan beban), tingkat II (memerlukan

debrimen antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, perawatan luka dan

pengurangan beban yang lebih berarti), tingkat III (memerlukan debrimen yang

sudah menjadi gangren, amputasi sebagian, imobilisasi yang lebih ketat dan

pemberian antibiotik parenteral yang sesuai dengan kultur), tingkat IV (pada tahap

ini biasanya memerlukan tindakan amputasi sebagaian atau seluruh kaki).

B. Saran

1. Untuk klien diharapkan mengontrol gula darah dan control ke dokter atau rumah

sakit setiap bulan dengan teratur, melakukan perawatan luka, memperhatikan pola

makan, olahraga dan minum obat dengan teratur.

2. Untuk perawat ruangan agar masalah yang teratasi sebagian dapat melanjutkan

intervensi keperawatan selanjut nya, sehingga klien sembuh guna mencapai

keberhasilan perawatan dan pengobatan.

3. Untuk institusi pendidikan diharapkan dapat melengkapi atau menambah buku-

buku yang berkaitan dengan penentuan kriteria hasil, waktu dan tujuan sehingga

mahasiswa memperoleh kemudahan dalam penyusunan makalah ilmiah.