28
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk sabun mandi telah berkembang menjadi kebutuhan primer di masyarakat dunia saat ini. Produk tersebut digunakan setiap hari oleh semua kalangan masyarakat. Industri sabun mandi pun berlomba-lomba untuk menciptakan produk sabun mandi inovatif dan bermanfaat, serta bervariasi dari segi bentuk, warna, maupun aroma. Dalam buku yang dikarang Sears mengemukakan bahwa produk sabun mandi berbasis bahan alami masih jarang ditemukan di pasaran. Kebanyakan menggunakan bahan sintetik sebagai bahan aktifnya. Bahan aktif sintetik ini memiliki efek negatif terhadap kulit manusia karena berpotensi menimbulkan iritasi pada konsumen yang memiliki kulit sensitif. Contoh bahan aktif sintetik yang berbahaya bagi kulit manusia adalah diethanolamine (DEA), Sodium Lauryl Sulfate (SLS), serta triclosan yang terdapat hampir di semua sabun mandi di pasaran. Menurut Mukiyo apabila triclosan terakumulasi dalam lemak di tubuh manusia, maka akan berpotensi menimbulkan disfungsi tiroid, tentu hal ini sangat berbahaya apabila digunakan sebagai bahan aktif pada sabun mandi sehingga diperlukan suatu inovasi pengganti bahan aktif sabun yang lebih alami. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan mikroalga Chlorella pyrenoidosa yang lebih dikenal sebagai salah satu sumber pangan alami yang mempunyai sifat antibakteri. Mikroalga ini memiliki protein sebanyak 30%, lemak 15%, serta vitamin dan mineral sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan aktif sabun. Sabun mandi yang terdapat di pasaran saat ini berupa sabun mandi batang, cair, dan gel. Masing-masing jenis sabun mandi tersebut memiliki keunggulan tersendiri seperti aroma, bentuk, dan fungsi yaitu baik sebagai pemutih, pelembut kulit, ataupun sebagai antibakteri. Pada penelitian ini peneliti memilih pembuatan sabun mandi berbentuk gel dipilih dengan alasan bentuknya yang unik, menarik,

Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produk sabun mandi telah berkembang menjadi kebutuhan primer di

masyarakat dunia saat ini. Produk tersebut digunakan setiap hari oleh semua

kalangan masyarakat. Industri sabun mandi pun berlomba-lomba untuk

menciptakan produk sabun mandi inovatif dan bermanfaat, serta bervariasi dari

segi bentuk, warna, maupun aroma.

Dalam buku yang dikarang Sears mengemukakan bahwa produk sabun

mandi berbasis bahan alami masih jarang ditemukan di pasaran. Kebanyakan

menggunakan bahan sintetik sebagai bahan aktifnya. Bahan aktif sintetik ini

memiliki efek negatif terhadap kulit manusia karena berpotensi menimbulkan

iritasi pada konsumen yang memiliki kulit sensitif. Contoh bahan aktif sintetik

yang berbahaya bagi kulit manusia adalah diethanolamine (DEA), Sodium Lauryl

Sulfate (SLS), serta triclosan yang terdapat hampir di semua sabun mandi di

pasaran. Menurut Mukiyo apabila triclosan terakumulasi dalam lemak di tubuh

manusia, maka akan berpotensi menimbulkan disfungsi tiroid, tentu hal ini sangat

berbahaya apabila digunakan sebagai bahan aktif pada sabun mandi sehingga

diperlukan suatu inovasi pengganti bahan aktif sabun yang lebih alami.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan

mikroalga Chlorella pyrenoidosa yang lebih dikenal sebagai salah satu sumber

pangan alami yang mempunyai sifat antibakteri. Mikroalga ini memiliki protein

sebanyak 30%, lemak 15%, serta vitamin dan mineral sehingga berpotensi untuk

dijadikan sebagai bahan aktif sabun.

Sabun mandi yang terdapat di pasaran saat ini berupa sabun mandi batang,

cair, dan gel. Masing-masing jenis sabun mandi tersebut memiliki keunggulan

tersendiri seperti aroma, bentuk, dan fungsi yaitu baik sebagai pemutih, pelembut

kulit, ataupun sebagai antibakteri. Pada penelitian ini peneliti memilih pembuatan

sabun mandi berbentuk gel dipilih dengan alasan bentuknya yang unik, menarik,

Page 2: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

2

dan praktis untuk dibawa kemana saja. Selain itu, dari segi estetika, sabun mandi

gel dapat memiliki variasi yang beragam.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti ingin memanfaatkan

Chlorella pyrenoidosa sebagai pengganti bahan aktif pembuatan sabun mandi gel

alami.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka identifikasi masalah

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah sabun mandi yang beredar di pasaran saat ini sudah tidak aman lagi?

2. Mengapa sabun mandi yang beredar saat ini sudah tidak aman lagi?

3. Bagaimana cara mengatahui sabun mandi yang berbahaya?

4. Apa inovasi yang ditawarkan untuk mengurangi bahaya bahan aktif sabun

mandi sintetik?

5. Bagaimana cara memanfaatkan mikroalga sebagai bahan aktif sabun mandi?

6. Bagaimana cara memanfaatkan mikroalga Chlorella pyrenoidosa sebagai

bahan aktif sabun mandi?

1.3 Pembatasan Masalah

Saat ini, sabun mandi yang berbasis bahan alami sangat jarang ditemukan di

pasaran. Produsen sabun mandi lebih memilih untuk menggunakan bahan aktif

yang berbasis sintetis. Padahal banyak bahan alami yang dapat dijadikan sebagai

pengganti bahan aktif yang berbasis sintetik salah satunya mikroalga jenis

ganggang hijau seperti Chlorella pyrenoidosa yang biasa digunakan sebagai salah

satu sumber pangan alami karena memiliki protein sebanyak 30%, lemak 15%,

dan vitamin serta mineral yang dapat digunakan sebagai bahan aktif sabun.

Berdasarkan pernyataan di atas peneliti membatasi penelitian ini hanya pada

pemanfaatan serbuk Chlorella pyrenoidosa sebagai bahan aktif alami sabun

mandi berbentuk gel.

Page 3: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

3

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Chlorella pyrenoidosa layak digunakan sebagai bahan aktif sabun

mandi gel alami?

2. Bagaimana proses pembuatan sabun mandi gel alami dengan menggunakan

bahan aktif Chlorella pyrenoideosa?

3. Bagaimana kelayakan sabun mandi gel alami berbahan aktif Chlorella

pyrenoidosa menurut SNI?

4. Apakah kelebihan dan kekurangan Chlorella pyrenoidosa sebagai bahan

aktif pembuatan sabun mandi gel alami?

1.5 Definisi Istilah

Menurut Komaruddin (1994) definisi istilah adalah pengertian yang lengkap

tentang sesuatu istilah yang mencakup semua unsur yang menjadi ciri utama

istilah itu.

1.5.1 Penelitian

Penelitian merupakan pemeriksaan yang teliti, cermat, seksama, dan hati-

hati, penyelidikan atau meneliti (memeriksa, menyelidiki dan sebagainya dengan

cermat) yang biasanya dilakukan oleh seorang peneliti (Desy, 2009)

1.5.2 Publikasi

Publikasi merupakan penyiaran buku-buku dan sebagainya, dan

dilakukan dalam berbagai media (Desy, 2009)

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah pengertian yang menjelaskan istilah-istilah yang

ada dalam penelitian yang bertujuan agar terdapat kesamaan persepsi antara

penulis dan pembaca tentang istilah-istilah atau variabel-variabel yang diajukan

oleh penulis. Penjelasan definisi operasional melahirkan indikator-indikator yang

akan diteliti yang kemudian akan dijabarkan dalam instrumen penelitian.

Page 4: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

4

1.6.1 Penelitian Algae Chlorella pyrenoidosa

Suatu kegiatan yang dilakukan oleh para peneliti untuk memeriksa,

menyelidiki, dan meneliti suatu masalah mengenai algae Chlorella pyrenoidosa.

Dalam penelitian ini algae Chlorella pyrenoidosa dimanfaatkan sebagai bahan

aktif pembuatan sabun mandi gel.

1.6.2 Publikasi

Suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga untuk

memperkenalkan suatu objek kepada orang banyak, dengan memanfaatkan

berbagai macam media demi mendukung proses itu dengan tampilan yang

sangat menarik dan berinovasi.

1.7 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui alasan Chlorella pyrenoidosa dapat dijadikan sebagai

bahan aktif sabun mandi berbentuk gel.

2. Untuk mengetahui proses pembuatan sabun mandi gel alami dengan

menggunakan bahan aktif Chlorella pyrenoidosa.

3. Untuk mengetahui kelayakan sabun mandi gel alami berbahan aktif

Chlorella pyrenoidosa menurut SNI.

4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Chlorella pyrenoidosa sebagai

bahan aktif pembuatan sabun mandi gel alami.

1.8 Manfaat Penelitian

1.8.1 Manfaat dari Penelitian untuk Peneliti

1. Memberikan sikap ilmiah bagi peneliti.

2. Penelti mendapatkan pengetahuan yang luas tentang Chlorella

pyrenoidosa dan bahan aktif pembuat sabun mandi.

3. Memberikan pengalaman bereksperimen bagi peneliti.

4. Memberikan pola fikir yang rasional, inovatif dan kreatif bagi peneliti.

Page 5: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

5

1.8.2 Manfaat dari Penelitian untuk Masyarakat

1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu pengetahuan

khususnya mengenai pemanfaatan Chlorella pyrenoidosa sebagai

bahan aktif sabun mandi.

2. Memberikan sumbangan informasi kepada masyarakat tentang produk

alamiah sabun mandi berbentuk gel.

3. Mendapatkan varian baru pada industri sabun mandi.

1.8.3 Manfaat dari Penelitian untuk Pemerintah

1. Memberikan alternatif produk bagi produsen dalam negeri.

2. Dapat menerapkan konsep back to nature sehingga potensi kekayaan

alam Indonesia dapat dimanfaatkan secara bijak.

3. Sebagai sebuah sumber data penelitian yang cukup akurat, karena

berdasarkan pada sebuah penelitian yang telah dilakukan secara

ilmiah.

Page 6: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Chlorella

Chlorella termasuk salah satu jenis ganggang hijau. Ganggang atau alga

merupakan satu kumpulan tumbuhan bersel satu, berkoloni atau bersel banyak,

tidak mempunyai akar, batang, atau daun sebenarnya. Tumbuhan air-tawar

khusus, bersel tunggal dan mikroskopik ini berisi sekumpulan besar zat

pembangun bergizi dan menyehatkan.

Nama Chlorella diberikan karena kandungan klorofil (chlorophyll)

tumbuhan ini sangat tinggi, bahkan yang tertinggi diantara semua jenis tumbuh-

tumbuhan. Disamping klorofil, Chlorella juga mengandung vitamin, mineral,

serat makanan, asam nukleat, asam amino, berbagai macam enzim, dan zat-zat

lainnya.

Salah satu Chlorella yang bermanfaat bagi manusia adalah spesies Chlorella

pyrenoidosa. Chlorella pyrenoidosa adalah spesies yang sering dimanfaatkan

untuk memenuhi kebutuhan gizi manusia.

2.1.1 Taksonomi Chlorella pyrenoidosa

Kingdom : Plantae

Divisi : Chlorophyta

Kelas : Trebouxiophyceae

Order : Chlorellales

Famili : Chlorellaceae

Genus : Chlorella

Spesies : Chlorella pyrenoidosa

Chlorella pyrenoidosa adalah ganggang hijau bersel satu. Algae ini

berbentuk bulat sekitar 2 – 10 pM dan tidak memiliki flagela. Chlorella

pyrenoidosa masih berkerabat dengan Chlorella minustissima, Chlorella

variabilis dan Chlorella vulgaris.

Page 7: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

7

2.1.2 Morfologi Chlorella pyrenoidosa

Chlorella pyrenoidosa adalah ganggang hijau bersel tunggal yang hidup

di air bersih selama lebih dari 2,5 milyar tahun yang lalu (T. Paul, 2000).

Tumbuhan ini terdiri dari lebih dari 40% protein dan memiliki kandungan

klorofil dan asam nukleat yang paling tinggi di antara tumbuhan. Studi klinis dan

riset medis (T. Paul, 2000) menunjukan bahwa Chlorella dapat merangsang

sistem kekebalan. Chlorella merangsang produksi interferon, makrofagus, dan

sel T yang berfungsi sebagai stimulan terhadap kekebalan tubuh.

Chlorella pyrenoidosa juga mempunyai suatu kemampuan menyembuhkan

dalam cakupan luas, seperti menyembuhkan luka, mengatasi pankreatitis,

pendarahan gusi dan gigi lepas, radang sendi, aterosklerosis, tekanan darah

tinggi, sembelit, sindrom kelelahan kronis, kanker, penyakit jantung, dan banyak

penyakit langka dan umum (R. Pratt, 1948).

2.1.3 Kandungan Nutrisi Chlorella pyrenoidosa

Sekitar 60% kandungan gizi Chlorella pyrenoidosa terdiri dari protein

dan sekitar 20% karbohidrat dan lemak. Protein Chlorella pyrenoidosa

mengandung asam amino yang penting bagi manusia maupun hewan. Dalam hal

ini komposisi asam amino, kualitas protein Chlorella pyrenoidosa setara dengan

protein hewani, hanya kandungan metionin agak rendah. Namun, pada kasus

tertentu seperti kanker ini justru menguntungkan karena pertumbuhan banyak

kanker tergantung pada metionin.. Vitamin yang terdapat dalam Chlorella

Gambar 2.1 Sel Chlorella pyrenoidosa

Sumber : Nurhadi, 2012

Page 8: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

8

pyrenoidosa antara lain vitamin C, provitamin A, tiamin, riboflavin, piridoksin,

niasin, asam pantotenat, asam folat, vitamin B12, biotin, kholin, vitamin K, asam

lipoat, inositol, dan para-amino benzoat.

Tabel 2.1 Komposisi Serbuk Chlorella pyrenoidosa Sumber : Anonim (2011)

No. Komposisi Satuan Jumlah 1. Air % 3,6 2. Protein % 60,5 3. Lemak % 11 4. Karbohidrat % 20,1 5. Serat makanan % 0,2 6. Abu % 4,6 7. Kalori Kcal/100 g 421 8. Betakaroten mg/100 g 180,8 9. Vitamin A IU/100 g 55.500 10. Vitamin B1 mg/100 g 3.1 11. Vitamin B2 mg/100 g 4.8 12. Vitamin B6 mg/100 g 1.7 13. Vitamin B12 mg/100 g 125,9 14. Vitamin C mgc/100 g 12,4 15. Vitamin E mg/100 g <1 16. Kalsium mg/100 g 203 17. Fosfor mg/100 g 989 18. Magnesium mg/100 g 315 19. Besi mg/100 g 167 20. Seng mg/100 g 71 21. Asam Amino Lisin % 3,46 22. Asam Amino Histidin % 1,29 23. Asam Amino Arginin % 3,64 24. Asam Amino Aspartik % 5,20 25. Asam Amino Glisin % 3,40 26. Asam Amino Valin % 3,64 27. Asam Amino Leusin % 5,26 28. Asam Amino Serin % 2,78 29. Asam Lemak Tak Jenuh % 81,8 30. Asam Lemak Jenuh % 18,2%

Kandugan zat gizi yang demikian tinggi memungkinkan Chlorella

pyrenoidosa dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat gizi untuk masyarakat yang

Page 9: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

9

kurang gizi. Selain itu, Chlorella pyrenoidosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan

aktif sabun mandi berbentuk gel.

2.1.4 Manfaat Chlorella pyrenoidosa

Menurut Roki, keampuhan dan manfaat Chlorella secara umum adalah

sebagai senyawa penstabil kesehatan, kebugaran, dan kekuatan, memiliki fungsi

aktif sebagai anti tumor dan antibakteri, terutama bakteri patogen dan E. coli dan

berfungsi aktif sebagai anti jamur, jamur yang dikategorikan disini adalah seperti

panu, kadas, kurap, dan ketombe. Sifat antibakteri di dalam sel Chlorella

diakibatkan adanya aktivitas senyawa chlorellin, yaitu senyawa antibiotik yang

dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen (R. Abedin dan H. M. Taha,

2008).

Selain itu, menurut Kusmiati, mikroalga Chlorella adalah organisme

fototrop oksigenik yang dapat hidup hampir di semua tempat yang memiliki

cukup sinar matahari, air, dan CO2. Chlorella pyrenoidosa diketahui sebagai

penghasil bermacam-macam jenis karotenoid, seperti β-karoten, α-karoten,

anthaxanthin, neoxhantin, zeaxhantin, dan lutein. Chlorella juga mudah

dibiakkan (R. Pratt, 1948). Diperkirakan Chlorella mampu menghasilkan

minyak 200 kali lebih banyak dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan penghasil

minyak seperti kelapa sawit, jarak pagar, dan lain-lain pada kondisi terbaiknya

(O. Rachmaniah, 2010). Semua jenis Chlorella memiliki komposisi kimia sel

yang terdiri dari protein, karbohidrat, asam lemak dan asam nukleat.

Aplikasi dari pemanfaatan Chlorella pyrenoidosa sendiri belum pernah

dilakukan pada kulit manusia. Tetapi, untuk pemanfaatan alga pada produk

kosmetik sudah banyak dilakukan, contohnya pada krim pelembab wajah,

losion, bedak, sabun, dan lain-lain karena alga memiliki fungsi melembabkan

didukung oleh senyawa glukosa dan gliserol yang dihasilkan. Namun, karena di

dalam Chlorella terdapat senyawa antibakteri chlorellin dan juga klorofil yang

berfungsi sebagai bakteriostatik, pembersih, serta regenarator (R. Pratt, 1948)

sehingga Chlorella menjadi bahan yang memiliki prospek baik untuk

mendukung khasiat antibakteri pada sabun.

Page 10: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

10

Gambar 2.2 Sabun Mandi Gel Sumber : Anonim, 2012

2.2 Sabun

Sabun adalah surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan dengan air

untuk mencuci dan membersihkan lemak. Sabun memiliki struktur kimiawi

dengan panjang rantai karbon C12 dan C16. Sabun bersifat ampifilik, yaitu pada

bagian kepalanya memiliki gugus hidrofilik sedangkan pada bagian ekornya

memiliki gugus hidrofobik akan mengikat. Oleh sebab itu, dalam fungsinya,

gugus hidrofobik akan mengikat molekul lemak dan kotoran, yang kemudian akan

ditarik oleh gugus hidrofilik yang dapat larut di dalam air.

Sabun terbuat dari garam alkali asam lemak dan dihasilkan menurut reaksi

asam basa. Proses pembuatan sabun disebut saponifikasi (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 1996). Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak dan

basa alkali seperti yang terlihat pada reaksi di bawah ini (J. Hicks, 1981):

Page 11: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

11

Pada reaksi di atas, bahan baku utama yang dibutuhkan untuk pembuatan

sabun adalah minyak hewani atau minyak sayur (minyak zaitun, minyak kelapa,

dan lain-lain) dan basa alkali, yaitu natrium hidroksida untuk pembuatan sabun

padat atau kalium hidroksida untuk pembuatan sabun cair. Reaksi antara lemak

dan alkali menghasilkan sabun dan gliserol. Dalam reaksinya, tidak semua alkali

bereaksi dengn lemak sehingga terkadang produk sabun dan gliserol. Penambahan

asam, misalnya asam sitrat dapat menetralkan kelebihan alkali yang tertinggal

selama pembuatan sabun.

Dalam reaksi pembuatan sabun, senyawa gliserol juga terbentuk. Gliserol

adalah senyawa gliserida yang paling sederhana dengan hidroksil yang bersifat

hidrofilik dan higroskopik (Sunsmart, 1998). Gliserol merupakan komponen yang

menyusun berbagai macam lipid, termasuk trigliserida. Gliserol juga berfungsi

untuk mengikat minyak karena struktur gliserol menyerupai struktur molekul

minyak.

Sabun mandi gel sudah cukup banyak dijual di pasaran Eropa, namun tidak

banyak literatur yang menyebutan tentang komposisi dan proses pembuatan sabun

mandi gel tersebut. Menurut salah satu forum kimia, Peacock menyebutkan

mengenai proses pembuatan sabun mandi yang diawali dengan penambahan

komposisi terdiri dari minyak biji bunga matahari, minyak kelapa, KOH, K2CO3,

dan akuades. K2CO3 berfungsi untuk mempermudah pengadukan sabun.

Selanjutnya, sabun mandi cair tersebut diolah kembali sehingga menjadi sabun

mandi gel. Pengolahan sabun dengan menambahkan bahan-bahan sabun mandi

gel. Pengolahan sabun dengan menambahkan bahan-bahan berupa sepimax zen

yaitu agen pengenatal yang terbuat dari bungan zen, akuades, dan bahan aktif

Gambar 2.3 Saponifikasi

Sumber : Nurhadi, 2012

Page 12: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

12

berfungsi untuk membentuk struktur lentur dan lembut pada sabun. Bahan aktif

lain yang ditambahkan dapat berupa ekstrak bahan alam, yang memberi warna

dan aroma pada sabun.

2.2.1 Langkah Pembuatan Sabun Mandi Gel

Metode pembuatan sabun mandi gel alami dibagi menjadi 2 tahap, yaitu

pembuatan sabun mandi cair terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan proses

perubahan sabun mandi cair menjadi sabun mandi gel. Di bawah ini adalah tabel

komposisi sabun mandi gel alami.

Tabel 2.2 Komposisi Sabun Mandi Gel Alami Sumber : Peacock, 2003

No. Bahan Jumlah

1. Minyak zaitun 85 gr

2. Minyak kelapa (VCO) 36 gr

3. KOH 28 gr

4. K2CO3 5 gr

5. Akuades 2527 gr

6. Sepimax zen 18 gr

7. Serbuk Chlorella pyrenoidosa 5 gr

8. Minyak atsiri Lavender 5 ml

9. Vitamin E 10 ml

Page 13: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

13

Berikut ini langkah kerja dari pembuatan sabun mandi gel alami tahap 1.

Belum

Mencampurkan minyak zaitun dan minyak kelapa ke dalam crock pot

(campuran minyak dipanaskan dahulu hingga suhu 800)

Pencampuran larutan alkali: Mencampurkan KOH dan K2CO3 pada 300 gr akuades pada gelas

beaker hingga larut

Penimbangan bahan-bahan: - 85 gr minyak zaitun - 36 gr minyak kelapa

- 28 gr KOH - 5 gr K2CO3

- 1027 gr akuades

Mencampurkan minyak zaitun dan minyak kelapa ke dalam crock pot

(campuran minyak dipanaskan dahulu hingga suhu 800)

Pencampuran larutan alkali: Mencampurkan KOH dan K2CO3 pada 300 gr akuades pada gelas

beaker hingga larut

Menuangkan larutan alkali ke dalam campuran minyak di crock pot (sedikit demi sedikit) sambil diaduk (kecepatan

250 rpm) hingga menyusut

Menutup crock pot, lalu melakukan pengaturan suhu 700C

Mengecek pasta sabun dan melakukan pengadukan (kecepatan 250 rpm)

dengan interval waktu 20 menit selama 2,5 – 3 jam

Apakah pasta sabun sudah mencapai tahap vaseline?

Sudah

Page 14: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

14

Berikut ini langkah kerja dari pembuatan sabun mandi gel alami tahap 2.

Tambahkan pasta sabun ke dalam air yang sudah mendidih, diaduk perlahan, lalu tutup panci dan matikan kompor

Membiarkan sabun larut dengan air

Dinginkan sabun

Didihkan 1500 ml akuades

Larutkan sepimax zen dengan cara menuangkan akuades panas sedikit

demi sedikit ke dalam 18 gr sepimax zen pada wadah sambil diaduk rata

Masukan sepimax zen yang telah didilusikan ke dalam sabun cair sedikit

demi sedikit

Atur putaran sampai 250 rpm

Lakukan pengadukan sabun mandi gel alami selama kurang lebih 60 menit

Masukan Chlorella pyrenoidosa sebanyak 5 gr dan minyak atsiri

sebanyak 5 ml dan 10 ml vitamin E

Lakukan pengadukan

Sabun mandi gel siap dikemas

Page 15: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

15

2.3 Bakteri dan Kulit Manusia

Pada kulit manusia selalu terdapat kolonisasi bakteri. Adanya kolonisasi

bakteri disebabkan permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan yang

berguna untuk pertumbuhan mikroorganisme seperti lemak, nitrogen, mineral

yang merupakan hasil proses keratinisasi kulit dan apendiksnya (G. Susilowarno,

2000). Bakteri ini ada yang bersifat komensal, yaitu bakteri positif yang

memberikan pengaruh baik terhadap kulit manusia, dan ada yang dapat

menimbulkan penyakit pada kulit (Sunsmart, 1998). Frekuensi kontaminasi

bakteri untuk menimbulkan penyakit pada kulit bergantung pada virulensi

organisme, besarnya inokulasi bakteri, tempat masuk kuman, dan imunitas kulit

manusia.

Melihat adanya bakteri yang dapat menimbulkan penyakit pada kulit

manusia, maka kulit perlu dilindungi. Perlindungan kulit terhadap mikrooganisme

dapat dilakukan dengan berbagai mekanisme. Pada kulit normal, terdapat

mikrooganisme baik yang menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat

pertumbuhan mikroorganisme merugikan (N. Hidayat, dkk, 2009). Merchionini

dalam mengemukakan adanya “acid mantle” yaitu kesamaan kulit yang berfungsi

dalam mekanisme pertahanan kulit manusia terhadapa mikroorganisme

merugikan. Acid mantle terbentuk ketika derajat keasaman kulit manusia berada

pada rentang pH 5,5 – 7,0 (Sunsmart, 1998)

Namun, karena jumlah mikroorganisme baik (komensal) terbatas apabila

dibandingkan dengan lemak-lemak yang disekresikan oleh kulit, maka sabun

dibutuhkan untuk mengangkat kotoran-kotoran berupa asam-asam lemak. Dengan

demikian fungsi mikroorganisme komensal dapat tertolong. Sabun yang memiliki

tingkat basa yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kulit kering, karena pH kulit

akan naik sehingga secara otomatis mematikan bakteri-bakteri komensal pada

kulit. Oleh sebab itu, diperlukan sabun yang memiliki pH yang mendekati pH

kulit sehat manusia sekaligus berada dalam rentang SNI untuk mutu pH sabun

mandi dan menjaga kelembapan kulit agar mendukung kehidupan mikoorganisme

komensal.

Page 16: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

16

2.4 Kerangka Berpikir

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, maka dapat disimpulakan bahwa:

1. Chlorella pyrenoidosa digunakan sebagai sumber pangan yang lengkap

sehingga sangat berguna dalam bidang pangan.

2. Chlorella pyrenoidosa memiliki kemampuan menghasilkan minyak 200 kali

lebih banyak dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan penghasil minyak

(kelapa sawit, jarak pagar, dan lain-lain) pada kondisi terbaiknya sehingga

memiliki potensi untuk dijadikan bahan aktif sabun mandi gel.

3. Pengolahan Chlorella pyrenoidosa untuk dijadikan sabun mandi gel

memiliki 2 tahap yakni pembuatan sabun mandi cair dan pengubahan sabun

mandi cair menjadi gel.

Page 17: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

17

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan

rancangan penelitian. Berikut ini adalah tabel 3.1 yang menjelaskan mengenai

pelaksanaan penelitian.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Persiapan Penelitian

No. Kegiatan Tanggal Lokasi

1. Studi Pendahuluan 8 – 10 September 2012 Perpustakaan Nasional

dan Perpustakaan UI

2. Penyusunan Rancangan 11 September 2012 Rumah Peneliti

3. Konsultasi ke Pembimbing 12 September 2012 SMA Negeri 38

4. Perbaikan Rancangan 12 September 2012 SMA Negeri 38

Pelaksanaan Penelitian

1. Penulisan Bab 1 13 – 14 September 2012 Rumah Peneliti

2. Konsultasi ke Pembimbing 15 September 2012 SMA Negeri 38

3. Penulisan Bab 2 16 – 19 September 2012 Perpustakaan Nasional

4. Studi Pustaka 20 – 22 September 2012 Perpustakaan Nasional

dan Perpustakaan UI

5. Penulisan Bab 3 23 – 24 September 2012 Rumah Peneliti

6. Konsultasi ke Pembimbing 25 September 2012 SMA Negeri 38

7. Penulisan Bab 4 25 September 2012 Rumah Peneliti

8. Pengolahan Data 25 September 2012 Rumah Peneliti

9. Penulisan Bab 5 26 September 2012 Rumah Peneliti

10. Konsultasi ke Pembimbing 27 September 2012 SMA Negeri 38

11. Perbaikan dan Finalisasi 28 September 2012 SMA Negeri 38

Page 18: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

18

3.2 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan dan pengumpulan data ilmiah ini

adalah dengan menggunakan konsep penulisan deskriptif analisis. Metode

penelitian dan penulisan karya ilmiah dengan konsep deskriptif analisis lebih

mengedepankan pencarian fakta berdasarkan penelitian yang ada dengan

interpretasi penelitian yang tepat, yang mempelajari berbagai macam

permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif analisis bertujuan untuk

membuat sebuah deskripsi dari penelitian yang dilakukan, penggambaran secara

sistematis, relevan, faktual, dan memiliki keakuratan mengenai fakta, sifat, serta

hubungan sebab-akibat terhadap fenomena atau objek yang sedang diteliti.

3.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian studi

pustaka. Penelitian studi pustaka adalah penelitian yang menghimpun informasi

yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Topik

yang diteliti dalam penelitian ini adalah pemanfaatan Chlorella pyrenoidosa

sebagai sabun mandi berbentuk gel.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pemngumpulan data karya tulis peneliti menggunakan teknik studi

literatur dengan data sekunder. Dalam teknik pengumpulan data studi literatur

dengan data sekunder peneliti mencari landasan toeri dari berbagai referensi, baik

kajian pustaka maupun kajian multimedia. Kajian dilakukan untuk mendapatkan

teori tentang variabel dan menentukan indikator yang mempengaruhi variabel.

3.5 Teknik Analisa Data

Dalam karya tulis ini, penulis memuat analisis SWOT. Adapun yang

termasuk dalam analisis SWOT tersebut adalah sebagai berikut:

1. S atau Strenght

Strength adalah analisis yang dititikberatkan pada kekuatan dari karya tulis

ini.

Page 19: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

19

2. W atau Weakness

Weakness adalah analisis yang dititikberatkan pada kelemahan dari karya

tulis ini.

3. O atau Oppurtunity

Oppurtunity adalah analisis yang dititikberatkan pada peluang dari karya

tulis ini.

4. T atau Treaty

Treaty adalah analisis yang dititikberatkan pada ancaman atau kendala dari

karya tulis ini.

Page 20: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

20

BAB 4

HASIL dan PEMBAHASAN

Dalam pengumpulan data tentang sabun mandi gel berbahan aktif Chlorella

pyrenoidosa tergolong cukup sulilt karena jarang sekali penelitian yang

memanfaatkan Chlorella pyrenoidosa sebagai bahan dasar kosmetik dalam bidang

farmasi. Namun, dari beberapa referensi yang telah ditemukan cukup membantu

peneliti dalam mengumpul data-data yang ditemukan. Adapun dari data tersebut

akan dijelaskan pada subbab selanjutnya.

4.1 Uji Kelayakan Kandungan Nutrisi Chlorella pyrenoidosa

Chlorella pyrenoidosa mempunyai beberapa vitamin yang mencakup

vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, E dan lain-lain. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Kandungan Nutrisi Chlorella pyrenoidosa

No. Komposisi Satuan Jumlah 31. Air % 3,6 32. Protein % 60,5 33. Lemak % 11 34. Karbohidrat % 20,1 35. Serat makanan % 0,2 36. Abu % 4,6 37. Kalori Kcal/100 g 421 38. Betakaroten mg/100 g 180,8 39. Vitamin A IU/100 g 55.500 40. Vitamin B1 mg/100 g 3.1 41. Vitamin B2 mg/100 g 4.8 42. Vitamin B6 mg/100 g 1.7 43. Vitamin B12 mg/100 g 125,9 44. Vitamin C mgc/100 g 12,4 45. Vitamin E mg/100 g <1 46. Kalsium mg/100 g 203 47. Fosfor mg/100 g 989 48. Magnesium mg/100 g 315 49. Besi mg/100 g 167 50. Seng mg/100 g 71 51. Asam Amino Lisin % 3,46 52. Asam Amino Histidin % 1,29

Page 21: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

21

53. Asam Amino Arginin % 3,64 54. Asam Amino Aspartik % 5,20 55. Asam Amino Glisin % 3,40 56. Asam Amino Valin % 3,64 57. Asam Amino Leusin % 5,26 58. Asam Amino Serin % 2,78 59. Asam Lemak Tak Jenuh % 81,8 60. Asam Lemak Jenuh % 18,2%

Selain itu, Chlorella pyrenoidosa diketahui sebagai penghasil bermacam-

macam jenis karotenoid, seperti β-karoten, α-karoten, anthaxanthin, neoxhantin,

zeaxhantin, dan lutein. Chlorella juga mudah dibiakkan (R. Pratt, 1948).

Diperkirakan Chlorella pyrenoidosa mampu menghasilkan minyak 200 kali lebih

banyak dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan penghasil minyak (kelapa sawit,

jarak pagar, dan lain-lain) pada kondisi terbaiknya (O. Rachmaniah, 2010).

Semua jenis Chlorella pyrenoidosa memiliki komposisi kimia sel yang

terdiri dari protein, karbohidrat, asam lemak dan asam nukleat dan mempunyai

sifat antibakteri terhadap kulit manusia sehingga Chlorella pyrenoidosa layak

dijadikan sebagai bahan aktif sabun mandi gel.

4.2 Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel

Proses pembuatan sabun mandi gel alami mengikuti langkah-langkah yang

telah dijabarkan. Berikut adalah dokumentasi hasil studi literatur yang dilakukan.

Pembuatan sabun mandi gel alami berawal dari pencampuran minyak-

minyak yang digunakan ke dalam crock pot sambil dipanaskan dapat dilihat

Gambar 4.1 Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel

Page 22: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

22

pada gambar A, lalu pencampuran larutan alkali (KOH dan K2CO3) dengan

akuades pada wadah yang lain. Selanjutnya, larutan akali tersebut dituangkan ke

dalam campuran minyak sambil diaduk hingga mencapai tahap trace (suhu

diatur hingga mencapai 700C) dapat dilihat pada gambar B. Tahap trace adalah

tahap ketika sabun menyusut, lalu mengental dan membentuk padatan dapat

dilihat pada gambar C. Setelah itu, pengadukan harus terus dilakukan dengan

interval waktu 20 menit selama 2,5 – 3,0 jam. Ketika pasta sabun telah mencapai

tahap vaseline (padat dan lunak) seperti pada gambar D dan E, maka pasta sabun

siap untuk didilusikan dengan air agar menjadi sabun cair. Air ditambahkan

sedikit demi sedikit untuk menjaga sabun tetap homogen sehingga menghasilkan

sabun cair seperti pada gambar H.

Setelah sabun menjadi cair dan sudah dingin, tahap selanjutnya adalah

mengubah sabun cair tersebut menjadi sabun gel. Sabun cair yang sudah dingin

dimasukkan ke dalam campuran tersebut sedikit demi sedikit sambil terus

diaduk perlahan. Tahap selanjutnya adalah menunggu sabun tersebut hingga

dingin, lalu masukan bahan aktif alami. Hasil dari pembuatan sabun gel alami ini

dpaat dilihat pada gambar J.

Tabel 4.2 Penjelasan Tahapan Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami

No. Waktu

(Menit ke-) Tahap Suhu Kondisi Visual

1. 0 – 20 A 800C Cair

2. 20 B 800C Cair dan belum tercampur

3. 20 – 100 C 700C Kental dan mulai homogen

4. 100 – 160 D 700C Krim

5. 160 – 200 E 700C Padat dan lunak

6. 200 – 220 F 500C Padat dan lunak

7. 220 – 240 G 1000C Cair dan belum tercampur

8. 240 – 300 H Suhu ruang Cair

9. 300 – 360 I Suhu ruang Gel dan mulai homogen

10. 360 J Suhu ruang Gel dan homogen

Page 23: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

23

Gambar 4.1 dan Tabel 4.2 di atas telah cukup menjelaskan proses

pembuatan sabun mandi gel alami. Namun, masih terdapat beberapa faktor

penting yang harus diperhatikan ketika pembuatan sabun mandi berlangsung.

Karena temperatur perlakuan pada setiap tahapan berbeda, maka keberadaan

termometer sangatlah mutlak diperlukan untuk menjaga agar suhu tetap berada

pada kondisi stabil yang diinginkan. Sabun mandi harus dibuat dalam kondisi

perlakuan pemanasan yang berlangsung cukup lama (±200 menit), hal ini

bertujuan agar campuran minyak zaitun dan kelapa yang dicampurkan bersama

larutan alkali terhidrolisis sempurna (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

1996). Faktor penting lainnya adalah faktor pengadukan. Untuk mendapatkan

hasil sabun mandi gel alami yang sempurna secara homogenitas, pengadukan

harus dilakukan searah jarum jam dengan kecepatan konstan (250 rpm).

Pengadukan pembuatan sabun cair dilakukan secara manual, sedangkan

pengadukan pembuatan sabun gel menggunakan pengaduk magnetik.

4.3 Uji Sifat Fisik dan Kimia

Analisis sifat fisik dan kimia sabun mandi gel alami secara SNI berfungsi

untuk menjamin keamanan dan kelayakan produk ketika dipasarkan di kalangan

masyarakat. Tabel 4.3 di bawah ini menunjukkan hasil pengujian kualitas produk

sabun mandi gel alami berdasarkan persyaratan yang ada pada SNI.

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Sifat Fisik dan Kimia

No. Paramaeter Uji Persyaratan Hasil Pengujian

1. Viskositas 500 – 20.000 cP 3.783 cP

2. pH 8 – 11 8,760

3. Bobot Jenis (250) 1,01 – 1,10 1,037

4. Cemaran Mikroba Maks 1x105 koloni/gr < 10 koloni/gr

5. Bentuk Cairan Homogen Cairan Homogen

6. Aroma Khas Lavender

7. Warna Khas Hijau Kekuningan

Dalam tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil pengujian sabun mandi gel alami

terhadap kelima parameter uji sabun mandi gel alami telah masuk ke dalam

persyaratan SNI. Hal ini dapat disimpulkan sementara bahwa pemanfaatan

Page 24: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

24

Chlorella pyrenoidosa sebagai bahan aktif pembuatan sabun mandi gel alami

dapat dikatakan layak karena memenuhi persyaratan SNI.

4.4 Identifikasi Kelebihan dan Kekurangan Chlorella pyrenoidosa

Berdasarkan hasil penelitian yang diujikan menunjukan bahwa Chlorella

pyrenoidosa mengandung nutrisi yang cukup untuk pembuatan bahan aktif sabun

mandi gel alami. Hal ini dapat ditunjukan bahwa Chlorella pyrenoidosa

mengandung asam lemak, asam amino, sifat antibakteri yang dapat mendukung

pembentukkan sabun mandi gel alami.

Kelebihan sabun mandi gel alami ini terletak pada bahan yang alami

sehingga lebih aman digunakan dan memiliki sedikit efek samping. Selain itu,

sabun mandi ini mempunyai sifat antibakteri alami pada kulit hal ini dapat

dikarenakan Chlorella pyrenoidosa memiliki sifat antibakteri. Chlorella

pyrenoidosa memiliki banyak kandungan nutrisi yang cukup sehingga dapat

mempermudah proses pembuatan sabun mandi gel alami. Dengan adanya

penggunaan Chlorella pyrenoidosa ini juga produsen sabun mandi akan lebih

inovatif dalam pembuatan sabun mandi gel alami dengan memanfaatkan

mikroalga.

Kekurangan pada sabun mandi gel alami ini adalah pada proses

pembuatannya. Pada proses pembuatan sabun mandi gel alami ini harus

diperhatikan mengenai langkah kerja serta jumlah bahan yang dibutuhkan. Jika

hal ini tidak diperhatikan maka sabun mandi gel alami akan mengalami kegagalan

dalam pembuatan.

4.5 Pembahasan

Chlorella pyrenoidosa adalah salah satu mikroalga yang dimanfaatkan

sebagai tambahan nutrisi yang tinggi. Chlorella pyrenoidosa adalah ganggang

hijau bersel satu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif sabun mandi gel

alami karena dapat menghasilkan minyak 200 kali lebih banyak dari minya kelapa

sawit, minyak jarak, dan lain-lain.

Hasil uji kelayakan Chlorella pyrenoidosa menunjukkan hasil yang positif.

Hal ini dikarenakan Chlorella pyrenoidosa memiliki banyak kandungan nutrisi

Page 25: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

25

yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif alami pengganti bahan aktif sintetik

yang berbahaya seperti diethanolamine (DEA), Sodium Lauryl Sulfate (SLS),

serta triclosan.

Hasil uji sifat fisika dan kimia sabun mandi gel alami berbahan aktif

Chlorella pyrenoidosa juga menunjukkan hasil yang positif. Parameter uji yang

pertama adalah viskositas atau kekentalan sabun, dimana sabun mandi gel alami

yang dibuat memiliki nilai viskositas awal sebesar 3.783 cP, yang artinya telah

masuk ke dalam rentang standar sabun gel (500 < 3.783 < 20.000 cP). Untuk

parameter uji yang kedua adalah nilai pH, dimana sabun mandi gel alami

memiliki nilai pH awal sebesar 8,760, yang artinya juga masuk ke dalam rentang

standar SNI (8 < 8,760 < 11). Sedangkan, parameter uji yang ketiga adalah bobot

jenis awal di suhu 250C yang juga telah masuk standar SNI, yaitu sebesar 1,037

(1,01 < 1,037 < 1,10).

Parameter uji yang keempat adalah nilai Angka Lempeng Total (ALT)

dimana didapatkan hasil pengujian <10 koloni/gram sabun mandi, yang artinya

juga telah masuk ke dalam standar SNI (10 < 1x105 koloni/gram). Dan parameter

uji yang terakhir adalah keadaan sabun mandi gel alami yang dilihat dari

bentuknya, aromanya, dan juga warnanya. Seluruh parameter keadaan sabun juga

telah masuk ke dalam standar SNI. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sabun

mandi gel alami berbahan aktif Chlorella pyrenoidosa aman digunakan.

Page 26: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

26

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Chlorella pyrenoidosa layak dimanfaatkan sebagai bahan aktif sabun mandi

gel alami

2. Proses pembuatan sabun mandi gel alami berbahan aktif Chlorella

pyrenoidosa memiliki 2 tahap, tahap pertama adalah pembuatan sabun

mandi cair terlebih dahulu dilanjutkan sengan proses pembuatan sabun

mandi cair menjadi sabun mandi gel alami.

3. Hasil pengujian sifat fisika dan kimia sabun mandi gel alami berbahan aktif

Chlorella pyrenoidosa menunjukkan layak untuk digunakan karena telah

memenuhi SNI sehingga aman untuk dipakai.

4. Kelebihan sabun mandi gel alami ini terletak pada bahan yang alami

sehingga lebih aman digunakan, memiliki sedikit efek samping, dan

mempunyai sifat antibakteri alami pada kulit

5. Kekurangan pada sabun mandi gel alami ini adalah pada proses

pembuatannya karena harus sesuai dengan jumlah takaran bahan yang

diperlukan.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kesukaan

masyarakat terhadap produk sabun mandi gel alami berbahan aktif Chlorella

pyrenoidosa.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji stabilitas sabun pada

suhu ruang dengan perlakuan suhu dan kelembaban yang terkondisikan.

Page 27: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

27

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

A. Boeck dan B. Stnechack. Comsetic and Toiletries Development, Production and Use, 1st Ed. New York : Prentice Hall.

Aryulina, Diah, dkk. 2006. Biologi SMA/MA Kelas X. Jakarta : Esis

G. Susilowarno, dkk. 2000. Biologi SMA/MA Kelas X. Jakarta : Grasindo

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Mutu dan Cara Uji Sabun Mandi. Jakarta : Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.

H. S. S. Imron. 1985. Sediaan Kosmetik. Jakarta : Direktorat Pembinaaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Haryanto, Tri. 1990. Membuat Sabun dan Detergen. Jakarta : Penebar Swadaya.

J. Hicks. 1981. Comphrensive Chemistry SI Edition. London : The Macmillan Press Ltd.

Pratiwi, D.A. 2007. Bilogi untuk SMA kelas X. Jakarta : Erlangga.

R. Voight. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada

Roki. 2005. Chlorella Dapat Mencegah Kanker dan Tumor. Malang : Universitas Negeri Malang

Sears. 2001. Pure Radiance. London : Blackie Academe and Professional.

Steenblock, David, dkk. 1999. Chlorella : Makanan Sehat Alami. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sunsmart. 1998. Anatomy of The Skin. New York : SunSmart Inc.

T. Bird. 1987. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta : PT. Gramedia

W. H. Schmitt. 1996. Skin Care Products. London : Blackie Academe Professional.

Wirosaputro, Sukiman. 1998. Chlorella : Makanan Kesehatan Global Alami. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

Page 28: Ayik Abdillah SMAN 38 Jakarta Pemanfaatan Chlorella Pyrenoidosa Sebagai Bahan Aktif Sabun Mandi Berbetuk Gel 2-Libre

28

Jurnal :

A. I. Suryani, dkk. 2000. Teknologi Emulsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Erfiza, Novia Mehra, dkk. 2008. Pemurnian Minyak Jelantah Sebagai Bahan Baku Sabun Dengan Menggunakan Lidah Buaya Dan Limbah Kulit Jeruk Nipis. Malang : Universitas Negeri Malang. hal. 34

Fitri, Kurnia. 2011. Peran Chlorella vulgaris Dalam Pengelolaan Lingkungan : Kajian Penggunaannya Untuk Menurunkan Nitrogen Amonia Air Limbah Domestik Dan Potensinya Sebagai Bahan Minyak Biodesel. Malang : Universitas Negeri Malang. hal. 47

Mukiyo. 2011. Zat-zat Berbahaya Yang Terdapat Dalam Produk Kosmetik. Malang : Universitas Negeri Malang. hal. 28

Nurhadi, Seily Cicilia. 2012. Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami dengan Bahan Aktif Mikroalga Chlorella dan Minyak Atsiri Lavandula latifolia Chaix. Malang : Universitas Ma Chung. hal. 21

O. Rachmaniah, dkk. 2010. Pemilihan Metode Ektraksi Minyak Alga dari Chlorella pyrenoidosa dan Prediksinya Sebagai Biodiesel. Surabaya : Institut Teknik Surabaya. hal.15 – 20

Poerwanto. 1992. Identifikasi artribut sabun mandi. Jember : Pusat Penelitian Universitas Jember. hal. 20 – 21

R. Abedin dan H.M. Taha. 2008. Antibacterial and Antifungal Activity of Cyanobacteria and Green Microalgae. Global Journal of Biotechnology Biochemistry. hal. 22 – 23

Link :

http://www.pikiranrakyat.com/ diakses 28 September 2012 19:09:08

http://kampungtki.com/ diakses 24 September 2012 02:04:12

http://mudhzz.wordpress.com/Kitosan/ diakses 21 September 2012 19:09:08

www.psr.usm.edu diakses 24 September 2012 00:09:12

http://www.anneahira.com/ diakses 28 September 2012 20:17:02

http://www.farmasiku.com/ diakses 28 September 2012 19:09:08