29
PENGARUH TERAPI RELAKSASI SENAM TERA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN BARENG KOTA MALANG Oleh : Rizna Oktria Viaiudiana NIM. 0910720080 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Bab 1 bner

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab 1 bner

PENGARUH TERAPI RELAKSASI SENAM TERA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN

DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN BARENG KOTA MALANG

Oleh :

Rizna Oktria Viaiudiana

NIM. 0910720080

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

Page 2: Bab 1 bner

BAB I

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Hipertensi

menyerang lebih dari 700 juta penduduk dunia dengan angka mortalitas 7 juta

jiwa dan morbiditas 64 juta jiwa pertahun.

Sekitar 20% dari semua orang dewasa menderita hipertensi dan menurut

statistik angka ini terus meningkat. Dan Sekitar 40% dari semua kematian

dibawah usia 65 tahun adalah akibat hipertensi. (Wolff Peter Hanns.2006)

Prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8.3%. Survei faktor risiko penyakit

kardiovaskular oleh WHO di Jakarta, menunjukkan angka prevalensi hipertensi

dengan tekanan darah 160/90 masing-masing pada pria 12,1% dan pada wanita,

angka prevalensi mencapai12,2%.

Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya jika tidak

ditangani dengan baik. Komplikasi hipertensi diantaranya: penyakit jantung

koroner (PJK), infark miokard, stroke, dan gagal ginjal, aneurisma dan retinopati

hipertensi. Hipertensi juga merupakan resiko utama terjadinya perdarahan otak,

yang merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia.

Stroke dan serangan jantung yang fatal mempunyai peluang dua kali lebih

besar pada orang yang menderita hipertensi yang tidak diobati dibandingkan pada

mereka yang memiliki tekanan darah normal di usia yang sama. Beberapa

penyebab hipertensi dikarnakan asupan makanan yang tinggi sodium,stress

psikilogi, kegelisahan dan hiperaktivitas. (Wolff Peter Hanns.2006)

Pengobatan hipertensi secara farmakoterapi dapat dilakukan dengan

pemberian diuretika, penyekat reseptor beta adrenergic, penyekat saluran

kalsium, inhibitor Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) atau penyekat reseptor

alfa adrenergic. Pengobatan tersebut bergantung pada pertimbangan klien

termasuk mengenai biaya, karakteristik demografik, penyakit penyerta, dan

kualitas hidup. Pengobatan hipertensi saat ini belum efektif karena hanya

menurunkan prevalensi sebesar 8%, harganya mahal, sering terjadi kekambuhan

dan menimbulkan efek samping yang lebih berbahaya (Price dan Wilson, 2005).

Tren pengobatan hipertensi saat ini yaitu dengan menggunakan terapi

alternatif dan komplementer, Pengobatan Komplementer dan Alternatif (CAM =

Page 3: Bab 1 bner

Complementary and Alternative Medicine) akhir-akhir ini menjadi lebih populer di

masyarakat dan mendapatkan kredibilitas dalam dunia Biomedis kesehatan.

Salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk menurunkan hipertensi adalah

terapi relaksasi dengan pendekatan senam Tera. Senam tera merupakan latihan

fisik dan mental, memadukan gerakan bagian-bagian tubuh dengan teknik dan

irama pernapasan melalui pemusatan pemikiran yang dilaksanakan secara

teratur, serasi, benar dan berkesinambungan. Senam ini bersumber dari senam

pernapasan Tai Chi yaitu senam yang mepunyai dasar olah pernapasan yang

dipadukan seni bela diri, yang di Indonesia dikombinasikan dengan gerak

peregangan dan persendian jadilah sebagai olah raga kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menetapkan rumusan

masalah yaitu : Apakah Terapi Relaksasi Senam Tera Berpengaruh Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Kelurahan Bareng

Kota Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh Terapi Relaksasi Senam Tera Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Kelurahan Bareng

Kota Malang

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah

dilakukan terapi senam tera di Kelurahan Bareng.

b. Mengidentifikasi pengaruh terapi senam tera terhadap perubahan

tekanan darah.

Page 4: Bab 1 bner

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis.

a. Sebagai bahan literatur dalam kegiatan proses belajar mengajar

mengenai pengaruh terapi relaksasis tera terhadap penurunant darah

pada penderita hipertensi di kelurahan bareng kota malang

b. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai

Pengobatan Hipertensi.

2. Manfaat Praktis.

a. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat atau petugas

kesehatan lainnya mengenai pengaruh terapi relaksasis tera terhadap

penurunant darah pada penderita hipertensi di kelurahan bareng kota

malang

Page 5: Bab 1 bner

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Hipertensi

1.1 Pengertian

Hipertensi di definisikan sebagai tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90

mmHg dapat di klasifikasikan sesuai derajat keparahnnya, mempunyai rentang dari

tekanan darah normal sampai hipertensi maligna. Keadaan ini di kategorikan

sebagai primer dan sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang

dapat di kenali, sering kali dapat di perbaiki. (Joint National Committee On

Detection, Evaluation and Treatment Of High Blood Plessure VI/JIVC VI, 2001)

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah lebih dari

140/90 mmHg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah mencapai

160/95 mmHg unutk usia diatas 50 tahun. Dan harus dilakukan pengukuran

tekanan darah minimal sebanyak dua kali unutk lebih memastikan keadaan

tersebut (WHO, 2001)

Hipertensi dapat di artikan sebagai tekanan darah persistem di mana tekanan

darahnya diatas 140/90 mmHg. Pada manula hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan sistoliknya 160 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg ( Brunner dan

Suddarth, 2001)

Hipertensi adalah keadaan dimana peningkatan tekanan darah yang memberi

gejala yang akan berlanjut untuk suatu organ target seperti stroke pada otak,

penyakit jantung koroner pada pmbuluh darah jantung dan ventrikel kiri hipertensi

pada otot jantung (Guyton and Hall, 2007)

1.2 Klasifikasi Hipertensi

a. Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :

Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten tekanan

arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol

homeostatik normal, Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan

mencakup + 90% dari kasus.

Page 6: Bab 1 bner

Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar

kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan

ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi. (Price,Wilson, 2005).

b. Berdasarkan bentuk hipertensi,yaitu hipertensi diastolic,campuran,dan sistolik.

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan

diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada

anak-anak dan dewasa muda.Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang

meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol. Hipertensi

sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan sistolik

tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya ditemukan pada usia

lanjut. (Gunawan, 2001)

Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And The Treatment Of High

Blood Pressure)

Klasifikasi hipertensi menurut WHO dan ISHWG (International Society Of Hypertension Working Group)

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal NormalHipertensi Ringan (stadium 1)Sub grup: perbatasanHipertensi Sedang (stadium 2)Hipertensi Berat (stadium 3)Hipertensi sistol terisolasiSub grup: perbatasan

< 120<130

140-159140-149160-179

180-209 mmHg> 140

140-149

< 80< 85

90-9990-94

100-109110-119 mmHg

> 90<90

1.3 Epidemiologi Hipertensi

Page 7: Bab 1 bner

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi

gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit

jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini

telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia

maupun di beberapa negara yang ada di dunia (Armilawaty, 2007). Semakin

meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi

kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan

kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639

juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025

(Yogiantoro, 2006).

Di Indonesia sendiri hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah

stroke dan tuberkulosis, yakni 6,8% dari populasi kematian pada semua umur.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan (Balitbangkes) tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara

nasional mencapai 31,7% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

Menurut Setiawan (2004), prevalensi hipertensi khususnya di Pulau Jawa

mencapai 41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi 36,6%- 47,7%.

Prevalensi di perkotaan 39,9% (37,0%-45,8%) dan di perdesaan 44,1% (36,2%-

51,7%) (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008).

1.4 Faktor Resiko

Hipertensi merupakan penyakit yang timbul karena interaksi berbagai faktor

risiko. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan tingkat keparahan dari

faktor risiko yang dapat dikontrol seperti stres, obesitas, nutrisi serta gaya hidup;

serta faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti genetik, usia, jenis kelamin dan

etnis.

1. Usia

Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh

karenainteraksi berbagai faktor risiko yang dialami seseorang. Pertambahan usia

mengakibatkan berbagai perubahan fisiologis dalam tubuh seperti penebalan

dinding arteri akibat penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga

pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku yang dimulai

pada usia 45 tahun. Selain itu juga terjadi peningkatan resistensi perifer dan

aktivitas simpatik serta kurangnya sensitivitas baroreseptor (pengatur tekanan

Page 8: Bab 1 bner

darah) dan peran ginjal aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun

(Kumar, et al., 2005).

2. Keturunan

Orang-orang dengan riwayat keluarga yang mempunyai penyakit tidak

menular lebih sering menderita penyakit yang sama. Menurut Nurkhalida riwayat

keluarga dekat yang mempunyai riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko

hipertensi sebesar 4 kali lipat. Dari data statistik terbukti bahwa seseorang memiliki

kemungkinan lebih besar mendapatkan penyakit tidak menular jika orang tuanya

penderita PTM (Nurkhalida,2003). Jika seorang dari orang tua menderita PTM,

maka dimungkinkan sepanjang hidup keturunannya mempunyai peluang 25%

terserang penyakit tersebut. Jika kedua orang tua mempunyai penyakit tidak

menular maka kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%

(Gunawan-Lany,2005).

3. Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular

tertentu, yang banyak dicetuskan oleh hipertensi dimana wanita lebih banyak

menderita hipertensi dibandingkan pria. Pria dan wanita menapouse berpengaruh

terhadap terjadinya hipertensi (Bustan, 2007).

4. Obesitas

Obesitas sangat erat kaitannya dengan pola makan yang tidak seimbang. Di

mana seseorang lebih banyak mengkonsumsi lemak dan protein tanpa

memperhatikan serat. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terjadinya

penyakit kardiovaskular karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin

banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan

tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi

meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri (Khomsan-

Ali,2003). Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan

kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan

natrium dan air (Hull-Alison,1996).

Penelitian Alison Hull menunjukkan adanya hubungan antara berat badan

dan hipertensi, bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal maka risiko

hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi juga membuktikan bahwa

obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi(Hull-Alison,1996).

Pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung dan volume darah sirkulasi

Page 9: Bab 1 bner

pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita

yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang setara

(Suryono,2001). Obesitas mempunyai korelasi positif dengan hipertensi. Anak-

anak remaja yang mengalami kegemukan cenderung mengalami hipertensi. Ada

dugaan bahwa meningkatnya berat badan normal relatif sebesar 10 %

mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7 mmHg. Pada penderita hipertensi

ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih (Jan,2000).

5. Olahraga atau Aktifitas Fisik

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,

karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan

menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga

menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat

karena adanya kondisi tertentu (Slamet Suryono,2001). Olahraga juga dikaitkan

dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan

meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga

bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi. Orang yang tidak aktif juga

cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot

jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan

sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada

arteri (Sheps,2005).

6. Kebiasaan Merokok

Selain dari lamanya merokok, risiko akibat merokok terbesar tergantung pada

jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari

menjadi 2 kali lebih rentan dari pada mereka yang tidak merokok (Bustan, 2007).

Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui

rokok, masuk kedalam aliran darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah

arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi (Bustan, 2007).

7. Konsumsi Garam

Garam atau unsur natrium merupakan salah satu bahan pangan yang harus

dikurangi seseorang jika ingin terhindar dari hipertensi (darah tinggi). Kendati

masyarakat paham akan hal itu, konsumsi garam di masyarakat Indonesia masih

terbilang tinggi. Perhimpunan Hipertensi Indonesia mencatat, konsumsi garam

rata-rata orang Indonesia tiga kali lebih besar dari anjuran badan kesehatan dunia

(WHO,2004) yang maksimal 5 gram atau satu sendok teh seharian. Garam

Page 10: Bab 1 bner

merupakan faktor penting dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak

pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal.

Asupan garam kurang dari 3 gram/hari prevalensi hipertensinya rendah,

sedangkan asupan garam antara 5-15 gram/hari prevalensi hipertensi meningkat

menjadi 15-20% (Anggraini, 2008).

8. Stres

Stres adalah salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi. Berbagai cara

seperti duduk berdiam diri, membaca, berkebun, meditasi, yoga, hipnotis, dan

melakukan hobi, dapat menjadi alternatif untuk menciptakan keadaan relaks.

Menurut Sarafindo yang dikutip oleh Bart Smet, stres adalah suatu kondisi

disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan

persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber

daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres adalah yang kita

rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi

daya dan kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif. Namun harus

dipahami bahwa stres bukanlah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar itu.

Stres adalah respon kita terhadap pengaruh-pengaruh dari luar itu (Wahyudi,

2008).

Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan,

murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang

kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut

lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres

berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian

sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul

berupa hipertensi atau penyakit maag. Stress juga memiliki hubungan dengan

hipertensi. Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan

darah secara intermiten. Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan

peninggian tekanan darah yang menetap (Slamet Suryono,2001). Stres dapat

meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila stres sudah hilang

tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa yang mendadak yang menyebabkan

stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun akibat stress berkelanjutan yang

dapat menimbulkan hipertensi belum dapat dipastikan (Nurkhalida,2003).

1.5 Etiologi

Page 11: Bab 1 bner

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.

Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui (essensial atau

hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat

dikontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai

penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab

hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi

sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat

disembuhkan secara potensial (Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,

2006).

Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang

dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal,

Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup ± 90% dari kasus

hipertensi. Pada umumnya hipertensi esensial tidak disebabkan oleh faktor

tunggal, melainkan karena berbagai faktor yang saling berkaitan. Salah

satu faktor yang paling mungkin berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi

esensial adalah faktor genetik karena hipertensi sering turun temurun

dalam suatu keluarga. (Price, 2005).

Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder. Prevalensinya hanya sekitar 5-8 % dari seluruh

penderita hipertensi. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh penyakit ginjal

(hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan lain-

lain.

Hipertensi renal dapat berupa:

a. Hipertensi renovaskular, adalah hipertensi akibat lesi pada

arteri ginjal sehingga menyebabkan hipoperfusi ginjal.

b. Hipertensi akibat lesi pada parenkim ginjal menimbulkan

gangguan fungsi ginjal.

Hipertensi endokrin terjadi misalnya akibat kelainan korteks adrenal,

tumor di medulla adrenal, akromegali, hipotiroidisme, hipertiroidisme,

hiperparatiroidisme, dan lain-lain.

Penyakit lain yang dapat menimbulkan hipertensi adalah koarktasio

aorta, kelainan neurogik, stres akut, polisitemia, dan lain-lain.

Page 12: Bab 1 bner

1.6 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras

saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna

medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor di hantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui

sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan melepaskannya norepinefrin mengakibatkan

kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor.

Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak di

ketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Brunner & Suddart, 2001)

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagi respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal memsekresi

epineprin, yang menyebabkan vasokontriksi. Konteks adrenal mensekresi kortisol

dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokontriktor pembuluh

darah. Vasokontriktor merangsang pembentukkan angiostensin I yang kemudian di

ubah menjadi angiostensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan

retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, meyebabkan peningkatan volume

intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan hipertensi. (Brunner

& Suddarth, 2001)

1.7 Manifestasi klinis

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala

sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan

vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang

divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada

ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam

hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin].

Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan

iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu

sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma,2000 ).

Page 13: Bab 1 bner

Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis

timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat

terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan

darah intrakranial,Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat

hipertensi,Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf

pusat,Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

Menurut Sylvia Anderson (2005) gejala hipertensi sebagai berikut:

a. Sakit kepala bagian belakang dan kaku kuduk.

b. Sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala pusing.

c. Dada berdebar-debar.

d. Lemas, sesak nafas, berkeringat, dan pusing.

Gejala hipertensi yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis,

marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-

kunang, dan pusing (Mansjoer, 2001).

1.8 Pengobatan

Pengobatan farmako.

1) Diuretik thiazide biasaanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk

mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air,

yang akan mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga

menurutnkan tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran

pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air,

sehingga harus diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium.

2) Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-

blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang mengambat efek

system saraf simpatis. System saraf simpatis adalah system saraf yang

dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara

meningkatkan tekanan darah.

3) Angiotensin Conferting Enzyme Inhibitor (ACE-Inhibitor) menyebabkan

penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.

4) Angiotensin II Blocker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan

suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.

Page 14: Bab 1 bner

5) Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan

mekanisme yang benar-benar berbeda.

6) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari

golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti

hipertensi lainnya.

7) Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang

menurunkan tekanan darah tinggi dengan segara. Beberapa obat bisa

menurutnkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan

secara intravena:

a. Diazoxide

b. Nitroprusside

c. Nitroglycerin

d. Labetalol

Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat

dan bisa diberikan per-oral, tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi,

sehingg pemberiannya harus diawasi secara ketat.

Pengobatan Non-farmako

Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan

untuk mencegah terjadinya komplikasi. Langkah awal biasanya adalah

merubah gaya hidup penderita (Lim. 2009):

a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan

untuk menurutnkan berat badannya sampai batas ideal.

b. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar

kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari

2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai

dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan

mengurangi alkohol.

c. Olah raga teratur yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial

tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.

Selain meningkatkanya perasaan sehat dan kemampuan untuk mengatasi

stress, keuntungan senam yang teratur adalah meningkatnya kadar HDL-

C, menurunnya kadar LDL_C, menurunnya tekanan darah, berkurangnya

obesitas, berkurangnya frekuensi denyut jantung saat istirahat dan

konsumsi oksigen miokardium (MVO2), dan menurunnya resistensi insulin

(Sylvia Price, 2005).

Page 15: Bab 1 bner

d. Berhenti merokok karena merokok dapat merusak jantung dan sirkulasi

darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

2. TEKHNIK RELAKSASI

Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan fungsi fisik dan

mental sehingga menjadi rileks (Suryani,2000).

Relaksasi adalah suatu jenis terapi untuk penanganan kegiatan mental dan

menjauhkan tubuh dan pikiran dari rangsangan luar untuk mempersiapkan

tercapainya hubungan yang lebih dalam dengan pencipta, yang dapat dicapai

dengan metode hypnosis, meditasi yoga, dan bentuk latihan-latihan yang ada

hubungannya dengan penjajakan pikiran ( Albert GO Sumapouw, 2003 )

Di dalam sistem saraf manusia terdapat sistem saraf pusat dan sistem saraf

otonom. Sistem saraf pusat berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan yang

dikehendaki, misalnya gerakan tangan, kaki, leher, dan jari-jari. Sistem saraf

otonom berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan yang otomatis, misalnya

fungsi digestif, proses kardiovaskuler dan gairah seksual. Sistem saraf otonom ini

terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf simpatetis dan sistem saraf

parasimpatetis yang kerjanya saling berlawanan. Jika sistem saraf simpatetis

meningkatkan rangsangan atau memacu organ-organ tubuh, memacu

meningkatnya denyut jantung dan pernafasan, serta menimbulkan penyempitan

pembuluh darah tepi (peripheral) dan pembesaran pembuluh darah pusat, maka

sebaliknya sistem saraf parasimpatetis menstimulasi turunnya semua fungsi yang

dinaikkan oleh sistem saraf simpatetis dan menaikkan semua fungsi yang

diturunkan oleh sistem saraf simpatetis (Utami, 2002).

Pada saat individu mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja

adalah sistem saraf simpatetis, sedangkan saat rileks yang bekerja adalah sistem

saraf para simpatetis. Jadi relaksasi dapat menekan rasa tegang dan cemas

dengan cara resiprok, sehingga timbul counter conditioning dan penghilangan

(Prawitasari, 1988).

Teknik relaksasi berasal dari berbagai benua dan kebudayaan yang ada

sejak beberapa ribuan tahun yang lalu, seperti teknik pernafasan diafragma,

yoga, meditasi, terapi massase (pemijatan) yang dapat merileksasikan pikiran

dan organ – organ dalam tubuh (National safety council, 2003)

Tujuan pokok teknik relaksasi adalah untuk menahan terbentuknya respon

stres, terutama dalam sistem saraf dan hormon. Pada akhirnya, teknik relaksasi

Page 16: Bab 1 bner

dapat membantu mencegah atau meminimalkan gejala fisik akibat stres ketika

tubuh bekerja berlebihan dalam menyelesaikan masalah sehari-hari. (National

safety council, 2003)

Manfaat terapi relaksasi

Ada beberapa manfaat dari penggunaan teknik relaksasi. Burn (dikutip oleh

Beech dkk, 1982) melaporkan beberapa keuntungan yang diperoleh dari latihan

relaksasi, antara lain:

Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang

berlebihan karena adanya stress.

Masalah-masalah yang berhubungan dengan stress seperti hipertensi,

sakit kepala, insomnia dapat dikurangi atau diobati dengan relaksasi.

Mengurangi tingkat kecemasan.

Mengurangi kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan stress

dan mengontrol anticipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan

kecemasan, seperti pada pertemuan penting, wawancara atau

sebagainya.

Meningkatkan penampilan kerja, sosial, dan penampilan fisik.

Kelelahan, aktivitas mental dan atau latihan fisik yang tertunda dapat

diatasi dengan menggunakan ketrampilan relaksasi.

Kesadaran diri tentang keadaan fisiologis seseorang dapat meningkat

sebagai hasil dari relaksasi, sehingga memungkinkan individu untuk

menggunakan ketrampilan relaksasi untuk timbulnya rangsangan fisiologis.

Relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu

dalam operasi, seperti pada persalinan yang alami, relaksasi tidak hanya

mengurangi kecemasan tetapi juga memudahkan pergerakan bayi melalui

cervix.

Konsekuensi fisiologis yang penting dari relaksasi adalah bahwa tingkat

harga diri dan keyakinan diri individu meningkat sebagai hasil kontrol yang

meningkat terhadap reaksi stress.

Meningkatkan hubungan antar personal.

Jenis Teknik Relaksasi

Ada bermacam-macam teknik relaksasi. Penelitian ini secara khusus akan

menitik beratkan pada relaksasi otot. Relaksasi otot bertujuan untuk mengurangi

ketegangan dan kecemasan dengan cara melemaskan otot-otot badan.

Termasuk dalam relaksasi otot adalah:

Page 17: Bab 1 bner

1. Relaxation via tension-Relaxation. Metode ini digunakan agar individu

dapat merasakan perbedaan antara saat-saat otot tubuhnya tegang dan

saat otot dalam keadaan lemas. Selain itu individu dilatih untuk

melemaskan otot-otot yang tegang tersebut sehingga dapat mencapai

keadaan rileks. Otot yang dilatih adalah otot lengan, tangan, biceps, bahu,

leher, wajah, perut, dan kaki.

2. Relaxation via Letting Go. Metode ini biasanya merupakan tahap

berikutnya dari pelatihan Relaxation via Tension-Relaxation yaitu latihan

untuk lebih memperdalam dan menyadari relaksasi. Pada metode ini

diharapkan individu dapat lebih peka terhadap ketegangan dan lebih ahli

dalam mengurangi ketegangan.

3. Differential Relaxation. Relaksasi diferensial merupakan salah satu

penerapan ketrampilan relaksasi progresif. Dalam pelatihan relaksasi

diferensial ini individu tidak hanya menyadari kelompok otot yang

diperlukan untuk melakukan aktivitas tertentu saja tetapi juga

mengidentifikasi dan lebih menyadari lagi otot-otot yang tidak perlu untuk

melakukan aktivitas tersebut.

Lichstein (1988), mengemukakan jenis-jenis teknik relaksai antara lain:

1. Autogenic Training yaitu suatu prosedur relaksasi dengan membayangkan

(imagery) sensasi-sensasi yang meyenagkan pada bagian-bagian tubuh

seperti kepala, dada, lengan, punggung, ibu jari kaki atau tangan, pantan,

pergelangan tangan. Sensasi-sensasi yang dibayangkan itu sepert rasa

hangat, lemas atau rileks pada bagian tubuh tertentu, juga rasa lega karena

nafas yang dalam dan pelan. Sensasi yang dirasakan ini diiringi dengan

imajinasi yang meyenangkan misalnya tentang pemandangan yang indah,

danau, yang tenang dan sebagainya.

2. Progressive Training adalah prosedur teknik relaksasi dengan melatih otot-

otot yang tegang agar lebih rileks, terasa lebih lemas dan tidak kaku. Efek

yang diharapkan adalah proses neurologis akan berjalan dengan lebih baik.

Karena ada beberapa pendapat yang melihat hubungan tegangan otot

dengan kecemasan, maka dengan mengendurkan otot-otot yang tegang

diharapkan tegangan emosi menurun dan demikian sebaliknya.

3. Meditation adalah prosedur klasik relaksasi dengan melatih konsentrasi atau

perhatian pada stimulus yang monoton dan berulang (memusatkan pikiran

pada kata/frase tertentu sebagai focus perhatiannya ), biasanya dilakukan

dengan menutup mata sambil duduk, mengambil posisi yang pasif dan

berkonsentrasi dengan pernafasan yang teratur dan dalam. Ketenangan diri

Page 18: Bab 1 bner

dan perasaan dalam kesunyian yang tercipta pada waktu meditasi harus

menyisakan suatu kesadaran diri ynag tetap terjaga, meskipun nampaknya

orang yang melakukan meditasi sedang berdiam diri/terlihat pasif dan tidak

bereaksi terhadap lingkungannya.Selain ketiga jenis di atas relaksasi juga

dapat menggunakan media aroma, suara, cita rasa makanan, minuman,

keindahan panorama alam dan air. Semua itu merupakan teknik relaksasi

fisik/tubuh.

3. SENAM TERA

Senam Tera Indonesia merupakan latihan fisik dan mental, memadukan

gerakan bagian-bagian tubuh dengan teknik dan irama pernapasan melalui

pemusatan pemikiran yang dilaksanakan secara teratur, serasi, benar dan

berkesinambungan. Senam ini bersumber dari senam pernapasan Tai Chi yaitu

senam yang mepunyai dasar olah pernapasan yang dipadukan seni bela diri,

yang di Indonesia dikombinasikan dengan gerak peregangan dan persendian

jadilah sebagai olah raga kesehatan. "Tera" berasal dari kata "terapi" yang

mempunyai arti penyembuhan/pengobatan.

Secara umum Senam Tera Indonesia akan meningkatkan derajat kesehatan

jasmani dan rohani tubuh manusia.

Secara khusus / jasmani bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kondisi

dan fungsi : jantung dan peredaran darah ; sistem pernafasan, sistem susunan

syaraf, pencernakan makanan, kelenjar endokrin, kekuatan dan daya tahan otot,

kelenturan otot dan sendi, keseimbangan dan koordinasi dan proses

metabolisme.

Secara rohani : memelihara kestabilan penguasan diri, mengurangi dan

menghilangkan stress/ketegangan mengurangi/menghilangkan ketergantungan

obat, melatih konsentrasi, meningkat kepekaan, memupuk rasa kebersamaan

dan kekeluargaan.

Bagian dari senam Tera

Senam Tera Indonesia terdiri dari :

a. Gerakan Peregangan : 17 gerakan

b. Gerakan Persendian : 25 gerakan

c. Gerakan Pernapasan : 20 gerakan

1. Gerakan pereganggan

Page 19: Bab 1 bner

Gerakan Peregangan terdiri dari 17 gerakan, diawali dengan pemanasan

(lari di tempat) dan di akhiri pelemasan. Pemanasan sebagai penyesuaian

kondisi tubuh sebelum melakukan kegiatan latihan senam inti. Peregangan

bertujuan untuk meningkatkan kegiatan metabolisme, meningkatkan denyut

jantung secara bertahap sehingga jantung lebih siap menerima beban

latihan serta meningkatkan aliran darah ke otot-otot, meningkatkan suhu otot

secara bertahap untuk mencegah terjadinya cedera. Gerak Peregangan ini

kalau kita lakukan akan memakan waktu antara 4 – 5 menit

2. Gerakan persendian

Gerakan dari Senam persendian ini terdiri dari 25 macam gerakan

yang mempunyai nilai aerobik yang cukup tinggi yang sangat bermanfaat

bagi kesehatan mental atau semangat kerja.

3. Gerakkan pernafasan

Senam Pernafasan adalah inti dari Senam Tera Indonesia yaitu

gabungan gerakan tubuh, pernafasan dan konsentrasi yang dilakukan

secara berkesinambungan tidak terputus antara satu gerakan dengan

gerakan berikutnya, secara benar dan mengikuti aba-aba musik pengiring,

dilakukan dengan konsentrasi pada gerakan dan imajinasi sesuai gerakan

yang kita mainkan.

BAB III

KERANGKA KONSEP dan HIPOTESA

Page 20: Bab 1 bner

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan yang akan diteliti adalah

pengaruh Terapi Relaksasi Senam Tera Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada

Penderita Hipertensi di Kelurahan Bareng Kota Malang.

Gambar 3.1 kerangka konsep

2. Hipotesis

Sesuai dengan judul penelitian yang diambil yaitu Pengaruh terapi relaksasi

senam tera terhadap perubahan status mental penderita skizofrenia di RS A. Maka

hipotesa penelitian ini adalah :

Ada pengaruh Terapi Relaksasi Senam Tera Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Pada Penderita Hipertensi di Kelurahan Bareng Kota Malang.

HIPERTENSI

Pengobatan Dengan terapi Non Farmakologi : teknik

relaksasi Senam Tera

Pengobatan Farmakologi :

Diuretik ACE inhibitor Andregenik Blocker

Etiologi : Usia Genetik Obesitas Konsumsi garam

berlebihan Olah raga Merokok stres

Penurunan Tekanan Darah

Variabel Yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti