4
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya suatu negara mempengaruhi perkembangan pembangunan infrastrukturnya. Berbagai infrastruktur dibangun untuk memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan masyarakat. Beton merupakan bahan konstruksi yang paling sering digunakan dalam pembangunan. Beton memiliki keunggulan kuat tekan yang baik namun memiliki kuat tarik yang rendah. Berat jenis beton sebesar 2200- 2400 kg/m 3 mempengaruhi berat dari struktur bangunan. Untuk mengurangi beban pada bangunan diperlukan pengurangan berat dari beton. Penggunaan beton yang terus meningkat menyebabkan berkembangnya penelitian terhadap campuran beton. Penelitian beton ringan pun menjadi salah satu penelitian yang telah dilakukan. Penggunaan styrofoam atau expanded polystyrene pada campuran beton menjadi salah satu cara untuk mengurangi berat jenis beton. Styrofoam adalah bahan yang memiliki ketahan baik terhadap suhu, berat jenisnya rendah dan memiliki kemampuan menyerap air yang sangat kecil. Hal ini menjadi pertimbangan penggunaan styrofoam dalam campuran beton ringan. Beton yang dihasilkan dari campuran limbah styrofoam ini cenderung lebih ringan dibandingkan beton biasa karena styrofoam digunakan sebagai subtitusi agregat halus dalam beton. Sehingga beton ini dapat dimanfaatkan sebagai beton ringan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, dengan penambahan styrofoam nilai kuat tekan dan tarik dari campuran beton berkurang secara linier terhadap penambahan jumlah styrofoam. Hal ini menyebabkan diperlukannya penambahan material untuk menambah nilai kuat tekan dan kuat tarik dari beton, walaupun beton memiliki berat jenis yang lebih rendah akibat penambahan styrofoam. Material yang digunakan untuk menambah kuat tekan dan kuat tarik dari campuran beton adalah serat bambu. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, serat bambu mampu menambah kuat tekan dan kuat tarik dibandingkan beton normal. Harganya yang ekonomis dan mudah didapat, menjadikan serat bambu menjadi alternatif material penambah kuat tekan dan tarik dari beton. Untuk mengetahui seberapa besar penurunan berat jenis beton dengan campuran styrofoam dan penambahan kuat tekan dan tarik dari penambahan serat bambu diperlukan penelitian lebih lanjut.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanglibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2014-2-02358-SP Bab1001.… · Perencanaan campuran beton berdasarkan SNI 03-2834-2000 (Tata Cara Pembuatan

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkembangnya suatu negara mempengaruhi perkembangan pembangunan

infrastrukturnya. Berbagai infrastruktur dibangun untuk memenuhi kebutuhan dan

mengikuti perkembangan masyarakat. Beton merupakan bahan konstruksi yang

paling sering digunakan dalam pembangunan. Beton memiliki keunggulan kuat tekan

yang baik namun memiliki kuat tarik yang rendah. Berat jenis beton sebesar 2200-

2400 kg/m3 mempengaruhi berat dari struktur bangunan. Untuk mengurangi beban

pada bangunan diperlukan pengurangan berat dari beton.

Penggunaan beton yang terus meningkat menyebabkan berkembangnya

penelitian terhadap campuran beton. Penelitian beton ringan pun menjadi salah satu

penelitian yang telah dilakukan. Penggunaan styrofoam atau expanded polystyrene

pada campuran beton menjadi salah satu cara untuk mengurangi berat jenis beton.

Styrofoam adalah bahan yang memiliki ketahan baik terhadap suhu, berat jenisnya

rendah dan memiliki kemampuan menyerap air yang sangat kecil. Hal ini menjadi

pertimbangan penggunaan styrofoam dalam campuran beton ringan. Beton yang

dihasilkan dari campuran limbah styrofoam ini cenderung lebih ringan dibandingkan

beton biasa karena styrofoam digunakan sebagai subtitusi agregat halus dalam beton.

Sehingga beton ini dapat dimanfaatkan sebagai beton ringan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, dengan penambahan styrofoam nilai kuat

tekan dan tarik dari campuran beton berkurang secara linier terhadap penambahan

jumlah styrofoam. Hal ini menyebabkan diperlukannya penambahan material untuk

menambah nilai kuat tekan dan kuat tarik dari beton, walaupun beton memiliki berat

jenis yang lebih rendah akibat penambahan styrofoam.

Material yang digunakan untuk menambah kuat tekan dan kuat tarik dari

campuran beton adalah serat bambu. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, serat

bambu mampu menambah kuat tekan dan kuat tarik dibandingkan beton normal.

Harganya yang ekonomis dan mudah didapat, menjadikan serat bambu menjadi

alternatif material penambah kuat tekan dan tarik dari beton. Untuk mengetahui

seberapa besar penurunan berat jenis beton dengan campuran styrofoam dan

penambahan kuat tekan dan tarik dari penambahan serat bambu diperlukan penelitian

lebih lanjut.

1.2 Identifikasi Masalah

Beton ringan memiliki keunggulan berat jenisnya yang lebih rendah

dibandingkan beton normal. Berat jenis yang lebih rendah ini dapat dimanfaatkan

untuk pembangunan gedung bertingkat atau infrastruktur lain. Berat jenis yang lebih

rendah dapat mengurangi beban pada struktur bangunan tanpa mengurangi kekuatan

dari beton. Pengurangan beban ini dapat mengurangi dimensi struktur dan

memangkas biaya sehingga biaya pembangunan lebih ekonomis.

Untuk membuat beton ringan dapat dipergunakan styrofoam untuk mengganti

agregat halus. Berat jenis styrofoam yang lebih ringan dibandingkan agregat halus

membuat berat jenis beton berkurang. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian untuk

mengetahui besar penurunan berat jenis beton jika menggunakan styrofoam sebagai

pengganti agregat halus.

Penggunaan styrofoam dapat mengurangi kuat tekan dan kuat tarik dari beton.

Untuk mengetahui besar penurunan kuat tarik dan tekan beton dengan styrofoam ini

dibandingkan beton normal perlu dilakukan pengujian dan penelitian. Dan untuk

mengatasi penurunan nilai kuat tekan dan tarik dari beton dengan styrofoam

ditambahkan serat bambu. Penambahan serat bambu ini akan dianalisa apakah

berpengaruh pada kuat tekan dan tarik dari beton dengan styrofoam ini.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini ada batasan-batasan permasalahan yang telah ditentukan

sebelumnya untuk membatasi ruang lingkup penelitian. Batasan-batasan tersebut

adalah:

1. Perencanaan campuran beton berdasarkan SNI 03-2834-2000 (Tata Cara

Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal).

2. Kuat tekan beton rencana (f’c) pada umur 28 hari adalah 20 MPa.

3. Benda uji yang digunakan berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi

30 cm. Jumlah benda uji sebanyak 108 sampel, yang terdiri dari 9 sampel untuk

tiap persentase, nilai kuat tarik dan kuat tekan yang diambil sebagai data masing-

masing adalah 3 sampel.

4. Pengujian yang dilakukan adalah uji tarik dan tekan. Pengujian akan dilakukan

pada umur 28 hari dan 50 hari.

5. Bahan campuran yang digunakan:

• Semen Portland tipe I.

• Agregat kasar berupa batu pecah.

• Agregat halus berupa pasir alam.

• Air bersih dari Laboratorium Teknik Sipil Universitas Bina Nusantara.

• Styrofoam berdiameter 1 mm sampai 2 mm.

• Kulit bambu yang diserut secara manual dengan ukuran hasil serutan rata-rata

panjang 20 mm, lebar 0,5 mm sampai 1 mm dan ketebalan 0,5 mm.

6. Persentase styrofoam yang digunakan adalah 0%, 15% dan 30% dari volume

agregat halus.

7. Persentase serat bambu yang digunakan adalah 0%, 1%, 1,5%, dan 2% dari berat

semen.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran beton dengan

penggantian agregat halus dengan styrofoam dan penambahan serat bambu. Dari

sampel beton akan ditinjau berat jenis beton, kuat tarik, dan kuat tekan terhadap

beton normal.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah menghasilkan beton yang

lebih ringan dengan kuat tekan dan tarik yang lebih baik dibandingkan beton dengan

styrofoam saja.

1.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah dengan penambahan serat bambu dan

pensubtitusian agregat halus dengan styrofoam akan mengurangi berat jenis beton

dan meningkatkan kuat tekan dan tarik dibandingkan beton dengan campuran

styrofoam saja.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan laporan ini disajikan dalam beberapa bab, yaitu:

• BAB 1 Pendahuluan

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, identifikasi masalah,

ruang lingkup masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis penelitian, dan

sistematika penulisan.

• BAB 2 Landasan Teori

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai material tambahan pada campuran beton,

yaitu styrofoam dan serat bambu. Akan dijelaskan juga mengenai tinjauan

pustaka yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

• BAB 3 Metodologi Penelitian

Pada bab ini akan dijelaskan prosedur penelitian, metode perancangan, dan

langkah pembuatan benda uji, dan metode pengujian benda uji.

• BAB 4 Analisis dan Bahasan

Pada bab ini akan disajikan hasil perhitungan mix design, data hasil pengujian

penelitian dan perbandingan hasil data perhitungan kuat tekan dan kuat tarik dari

penelitian dan data hasil perhitungan disajikan dalam tabel dan grafik.

• BAB 5 Simpulan Dan Saran

Pada bab ini akan dijelaskan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan

saran-saran untuk penelitian selanjutnya.