12
Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini 1 KETERTARIKAN ANTAR PRIBADI: Dari Kesan Pertama Hingga Hubungan Erat APA YANG MENYEBABKAN KETERTARIKAN? Ellen Berscheid (Berscheid, 1985; Berscheid & Peplau 1983; Berscheid & Reis, 1998) menyatakan bahwa apa yang membuat orang-orang dari berbagai usia merasa bahagia, dari daftar jawaban yang ada, yang tertinggi atau mendekati tertinggi adalah membangun dan mengelola persahabatan dan memiliki hubungan yang positif serta hangat. Tiadanya hubungan yang bermakna dengan orang-orang lain membuat individu merasa kesepian, kurang berharga, putus asa, tak berdaya, dan keterasingan. Ahli Psikologi Sosial, Arthur Aron menyatakan bahwa motivasi utama manusia adalah ’ekspresi diri’ (self expression). Pada bab ini didiskusikan penyebab keteratrikan, dimulai dari awal rasa suka hingga cinta berkembang dalam hubungan yang erat. 1. Efek Kedekatan Salah satu yang menentukan ketertarikan interpersonal adalah kedekatan (proximity, propinquity). Orang yang mempunyai kesempatan paling sering kita lihat dan kita jumpai, sangat mungkin menjadi sahabat kita atau kita cintai (Berscheid & Reis, 1998). Pada tahun 1950, satu tim psikolog sosial (Leon Festinger, Stanley Schachter, dan Kurt Back) meneliti efek kedekatan di sebuah apartemen besar yang dikenal sebagai Westgate West. Apartemen ini memiliki 17 bangunan terpisah dua lantai, masing- masing memiliki 10 apartemen. Penghuni apartemen adalah mahasiswa MIT yang telah berkeluarga. Mereka menempati apartemen tsb secara acak, tidak memilih sendiri, sehingga tidak saling mengenal pada awalnya. Dalam penelitian tersebut para penghuni diminta menyebutkan 3 orang teman dekatnya yang ada di sekitar tempat tinggalnya (apartemen). Hasilnya menunjukkan adanya propinquity effect: Sebanyak 65% menyebutkan sahabat yang tinggal dalam gedung yang sama, meskipun gedung yang lain tidak jauh.

Bab 10. Daya Tarik Interpersonal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jbnbmb kjkbkkk

Citation preview

Page 1: Bab 10. Daya Tarik Interpersonal

Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini

1

KETERTARIKAN ANTAR PRIBADI:

Dari Kesan Pertama Hingga Hubungan Erat

APA YANG MENYEBABKAN KETERTARIKAN?

Ellen Berscheid (Berscheid, 1985; Berscheid & Peplau 1983; Berscheid & Reis, 1998)

menyatakan bahwa apa yang membuat orang-orang dari berbagai usia merasa bahagia,

dari daftar jawaban yang ada, yang tertinggi atau mendekati tertinggi adalah

membangun dan mengelola persahabatan dan memiliki hubungan yang positif serta

hangat. Tiadanya hubungan yang bermakna dengan orang-orang lain membuat

individu merasa kesepian, kurang berharga, putus asa, tak berdaya, dan keterasingan.

Ahli Psikologi Sosial, Arthur Aron menyatakan bahwa motivasi utama manusia adalah

’ekspresi diri’ (self expression). Pada bab ini didiskusikan penyebab keteratrikan, dimulai

dari awal rasa suka hingga cinta berkembang dalam hubungan yang erat.

1. Efek Kedekatan

Salah satu yang menentukan ketertarikan interpersonal adalah kedekatan

(proximity, propinquity). Orang yang mempunyai kesempatan paling sering kita lihat dan

kita jumpai, sangat mungkin menjadi sahabat kita atau kita cintai (Berscheid & Reis,

1998).

Pada tahun 1950, satu tim psikolog sosial (Leon Festinger, Stanley Schachter, dan

Kurt Back) meneliti efek kedekatan di sebuah apartemen besar yang dikenal sebagai

Westgate West. Apartemen ini memiliki 17 bangunan terpisah dua lantai, masing-

masing memiliki 10 apartemen. Penghuni apartemen adalah mahasiswa MIT yang telah

berkeluarga. Mereka menempati apartemen tsb secara acak, tidak memilih sendiri,

sehingga tidak saling mengenal pada awalnya. Dalam penelitian tersebut para penghuni

diminta menyebutkan 3 orang teman dekatnya yang ada di sekitar tempat tinggalnya

(apartemen). Hasilnya menunjukkan adanya ‚propinquity effect‛: Sebanyak 65%

menyebutkan sahabat yang tinggal dalam gedung yang sama, meskipun gedung yang

lain tidak jauh.

Page 2: Bab 10. Daya Tarik Interpersonal

Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini

2

Lebih khusus, pola persahabatan di dalam gedung dapat digambarkan sbb:

mereka yang merupakan teman dekat, sebanyak 41% tinggal bersebelahan; 22%

tinggalnya terpisah dua pintu, dan hanya 10 persen yang tinggal di ujung lorong

berlawanan.

Festinger dkk (1950) menunjukkan bahwa ketertarikan dan kedekatan hubungan

tidak hanya tergantung pada jarak fisik yang nyata, melainkan juga karena ‘jarak

fungsional’. Jarak fungsional menunjuk pada aspek desain arsitektur yang

memungkinkan beberapa orang bertemu lebih sering.

Efek keakraban terjadi karena familiaritas (efek eksposur semata-mata). Semakin

sering kita mengalami eksposur suatu stimulus, semakin besar kecenderungan kita

menyukainya.

Komputer: Keakraban Jarak Jauh

Komputer merupakan media komunikasi yang memberikan tempat baru bagi

pengaruh keakraban. Kenyataannya, seseorang dengan jarak ribuan mil menjadi tidak

berarti dengan adanya internet walau tidak bisa bertemu. Keakraban dan jarak

fungsional ditentukan oleh layar komputer. Apakah terdapat perbedaan antara

hubungan yang dijalin via computer dibanding dengan yang dibentuk dalam kehidupan

sehari-hari? Berbagai riset telah dilakukan untuk menjawab pertanyaan tsb.

Dalam salah satu penelitian, partisipan secara random dirancang untuk bertemu

dengan salah satu cara: bertatap muka atau melalui internet. Surprise, hasilnya

menunjukkan bahwa mereka yang berkenalan melalui internet lebih saling tertarik

dibanding mereka yang berjumpa secara langsung (tatap muka). Bagaimanapun, ketika

berjumpa melalui internet, ketertarikan berkembang melalui kualitas percakapan,

sedangkan mereka yang berjumpa secara langsung dengan tatap muka ketertarikannya

lebih tergantung pada daya tarik fisik (Mc Kenna, Green, & Gleason, 2002).

Jika kita bertemu dengan orang baru secara tatap muka kita segera melihat

penampilan fisiknya. Sebaliknya, ketika orang bertemu online, mereka dapat

menyembunyikan tampangnya dan ciri lain yang mungkin menurunkan daya tariknya,

seperti rasa gugup saat berada dalam situasi sosial. Anonimitas internet dapat

memudahkan orang untuk mengungkapkan informasi personalnya. Sebagai akibatnya,

individu mungkin merasa bahwa mereka lebih mampu mengekspresikan aspek-aspek

penting dari diri riil mereka saat berinteraksi melalui internet. Katelyn McKenna dan

rekannya (2002) memperkirakan bahwa orang mungkin menjalin persahabatan awal

dengan cepat secara online ketimbang melalui tatap muka.

2. Kesamaan

Bagaimana awal berkembangnya suatu hubungan? Para peneliti membedakan

adanya dua jenis situasi sosial: situasi yang tertutup (close-field situations) atau situasi

yang terbuka (open-field situations) yang mendukung perkembangan hubungan. Close-

field situations: situasi yang mendorong orang untuk berinteraksi satu sama lain.

Misalnya, di kompleks perumahan, di tempat kerja, dsb. Open-field situations : situasi di

Propinquity effect: Semakin sering kita melihat dan berinteraksi dengan

seseorang, semakin besar kemungkinan orang itu menjadi sahabat kita.

Page 3: Bab 10. Daya Tarik Interpersonal

Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini

3

mana orang bebas untuk merinteraksi maupun tidak, sesuai pilihan pribadi mereka.

Bagaimanapun situasinya, kadang dibutuhkan hal yang dapat melumasi hubungan

untuk berkembang menjadi lebih erat atau menjadi hubungan percintaan. ‛Minyak

pelumas‛ itu adalah kesamaan, seperti kesamaan kepribadian, minat, dsb.

Kesamaan Opini dan Kepribadian

Berbagai hasil eksperimen telah menunjukkan bahwa bila kita mengetahui

pendapat/opini seseorang mengenai suatu isu, meskipun kita belum pernah bertemu,

semakin sama opini tsb dg opini kita (misalnya, Birne & Nelson, 1965). Bagaimana bila

dalam kondisi bertemu? Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kesamaan demografis,

nilai-nilai, sikap, dan kepribadian, merupakan hal yang menentukan ketertarikan untuk

mengembangkan hubungan lebih lanjut, menuju persahabatan ataupun hubungan

percintaan.

Kesamaan Gaya Interpersonal

Kita juga cenderung tertarik dengan orang yang memiliki gaya interpersonal dan

keterampilan komunikasi seperti kita. Hasil penelitian Burleson dan Samter (1996)

menunjukkan bahwa orang-orang cenderung tertarik dengan teman sepermainan yang

sama dalam berpikir mengenai orang-orang dan bagaimana mereka menyukai

percakapan mengenai hubungan antar pribadi. Orang yang memiliki keterampilan

interpersonal tinggi (fokus pada aspek psikologis relasi sosial dan memandang relasi

sosial sebagai hal yang kompleks) merasa cocok dengan orang yang keterampilan

interpersonalnya juga tinggi, demikian pula orang yang memiliki keterampilan

interpersonal rendah (fokus pada aspek instrumental/ apa yang terjadi secara aktual)

merasa cocok dengan orang yang keterampilan interpersonalnya rendah.

Kesamaan Minat dan Pengalaman

Berbagai riset menunjukkan bahwa kita cenderung menyukai orang yang

memiliki minat dan pengalaman yang sama. Misalnya, penelitian Kubitscheck dan

Hallinan (1998) mengenai pola persahabatan pada mahasiswa, mereka cenderung lebih

memilih teman yang memiliki pengalaman dan minat yang sama dengannya dibanding

yang berbeda.

3. Kesukaan Timbal-balik

Kita semua merasa senang disukai. Hal ini cukup kuat menimbulkan

ketertarikan, tanpa harus ada kesamaan. Kesukaan timbal-balik kadang terjadi karena

self-fulfilling prophecy. Hal ini ditunjukkan dalam eksperimen yang dilakukan oleh Curtis

dan Miller (1986) dengan subjek mahasiswa. Partisipan dipasangkan dengan orang yang

belum dikenal sebelumnya, dan selanjutnya salah satu diantaranya menerima pesan

khusus: sebagian partisipan diberi pesan yang meyakinkan dirinya bahwa mahasiswa

pasangannya (dalam eksperimen) menyukainya, dan sebagian partisipan lainnya diberi

pesan yang meyakinkan dirinya bahwa mahasiswa pasangannya tidak menyukainya.

Ketika kemudian pasangan tersebut diberi kesempatan untuk bertemu kembali, satu

sama lain saling berbicara, hasilnya seperti yang diduga, yaitu bahwa mereka yang

yakin disukai pasangannya berperilaku dengan cara yang lebih disukai pasangannya,

lebih membuka diri, lebih sedikit ketidaksetujuan dalam mendiskusikan suatu isu, lebih

hangat, dan lebih menyenangkan dibanding dengan individu yang berpikir dirinya

Page 4: Bab 10. Daya Tarik Interpersonal

Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini

4

tidak disukai. Akibatnya, mahasiswa yang yakin dirinya disukai menjadi jauh lebih

disukai oleh pasangannya bila dibanding mahasiswa yang yakin dirinya tidak disukai.

4. Ketertarikan Fisik dan Kesukaan

Selain kedekatan (propinquity), kesamaan, dan rasa suka timbal-balik,

keteratrikan juga ditentukan oleh penampilan fisik. Seberapa penting penampilan fisik

dalam menentukan kesan pertama kita mengenai seseorang? Suatu penelitian klasik

yang dilakukan oleh Walster, Aronseon, Abrahams, dan Rottman (1996) menunjukkan

pentingnya penampilan fisik dalam pembentukan kesan pertama. Penelitian dilakukan

dengan memasangkan secara acak (random) 752 mahasiswa baru di Unversitas

Minesota, dalam acara dansa pada masa orientasi mahasiswa baru. Pada malam ’kencan

buta’ tersebut tiap pasangan mendapat kesempatan beberapa jam untuk berdansa dan

mengobrol. Setelah itu kencan mereka dievaluasi untuk mengetahui seberapa besar

keinginan mereka untuk kembali berkencan dengan orang yang sama. Beberapa hal

yang menjadi alasan keinginan berkencan antara lain kecerdasan, kemandirian,

sensitivitas (kepekaan), atau ketulusan, namun yang paling utama adalah ketertarikan

fisik.

Daya tarik fisik merupakan hal yang menentukan kesan pertama baik pada laki-

laki maupun perempuan. Namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa dibanding

perempuan, laki-laki menilai daya tarik fisik lebih penting. Hasil penelitian meta-analisis

(penelitian yang menganalisis lebih lanjut berbagai hasil penelitian yang topiknya sama)

yang dilakukan oleh Feingold, 1990) menunjukkan bahwa bila yang diukur sikapnya,

dibanding pada perempuan pada umumnya laki-laki menilai penampilan fisik leih

penting; bagaimanapun juga bila yang diukur adalah perilaku aktual, antara laki-laki

dan perempuan memberikan respon yang sama terhadap daya tarik fisik pihak lain.

Apakah yang Menarik?

Ciri-ciri fisik seperti apakah yang menimbulkan daya tarik? Media massa telah

mendikte kita untuk mendefinisikan apa yang disebut cantik (beauty) dan tampan

(handsome). Misalnya, dalam film atau buku anak-anak, tokoh yang menjadi pahlawan

perempuan, selalu digambarkan serupa: mungil, hidung mancung, mata lebar, bibir

yang indah, langsing, tubuh atletis, yang secara keseluruhan seperti boneka-boneka

barbie.

Pada orang dewasa, hasil penelitian kreatif yang dilakukan oleh Cunningham

(1986) menunjukkan kriteria dari yang disebut cantik dan tampan pada budaya Barat. Ia

meminta mahasiswa laki-laki untuk menilai (rating) daya tarik 50 foto wajah perempuan

yang diambil dari buku tahunan kampus dan juga dari kontes-kontes kecantikan.

Hasilnya menunjukkan bahwa penilaian tinggi diberikan untuk wajah perempuan yang

memiliki ciri-ciri: mata besar, hidung mungil, dagu kecil, tulang

pipi menonjol, pipi sempit, alis tinggi, pupil mata besar, dan senyum lebar.

Penelitian pada subjek perempuan (Cunningham dkk, 1990), dengan meminta

mereka menilai daya tarik fisik foto-foto wajah laki-laki, hasilnya menunjukkan kriteria

wajah laki-laki yang tampan adalah sbb: mata lebar, tulang pipi menonjol, dagu besar,

dan senyum yang lebar.

Page 5: Bab 10. Daya Tarik Interpersonal

Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini

5

Standar Budaya Mengenai Keindahan

Persepsi mengenai wajah cantik dan ganteng antar berbagai budaya apakah

sama? Hasil penelitian lebih lanjut oleh Cunningham (1995) maupun beberapa

penelitian lain memberikan jawaban ’ya’, bahwa dalam berbagai budaya terdapat

kesamaan persepsi mengenai kriteria cantik dan ganteng. Hal ini diperkuat dengan hasil

meta-analisis oleh Judith Langlois dkk (2000).

Kekuatan dari Familiaritas (familiarity)

Salah satu variabel yang menentukan ketertarikan adalah familiaritas

(banyaknya eksposur). Hal ini perlu dicatat sebagai hal yang menentukan ketika

partisipan memberikan rating terhadap sekumpulan foto wajah. Mereka memilih satu

wajah yang nampak secara tipikal, familiar, dan menarik secara fisik.

Asumsi Mengenai Orang yang Menarik

Pada umumnya kita menyukai keindahan. Hal ini dapat menimbulkan

ketidakseimbangan dalam menilai seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai

penelitian menemukan bahwa ketertarikan fisik mempengaruhi atribusi orang mengenai

apa yang menarik. Secara khusus, orang cenderung memberikan atribut kualitas yang

positif (yang tidak ada hubungannya dengan apa yang terlihat) terhadap orang yang

nampak cantik/tampan. Hal ini disebut sebagai stereotip ’apa yang baik dari

keindahan’.

Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa ketertarikan fisik berpengaruh sangat

besar terhadap subjek laki-laki maupun perempuan ketika melakukan penilaian

terhadap kompetensi seseorang: Mereka yang lebih menarik secara fisik dianggap lebih

mampu bersosialisasi, ekstrovert, dan populer dibanding yang kurang menarik. (Eagly

dkk, 1991; Faingold, 1992b). Mereka juga dinilai lebih menarik secara seksual, lebih

bahagia, dan lebih asertif.

Namun demikian, menarik bahwa stereotip di atas menjadi kenyataan. Berbagai

penelitian menunjukkan bahwa mereka yang lebih menarik (secara fisik) juga

mengembangkan keterampilan sosial yang lebih baik dan memiliki kepuasan lebih

tinggi dalam interaksi sosial bila dibanding mereka yang kurang menarik. Mengapa

demikian? Tidak diragukan lagi, hal ini terjadi melalui self-fulfilling prophecy: cara kita

memperlakukan seseorang mempengaruhi bagaimana ia berperilaku dan juga

bagaimana ia mempersepsi dirinya.

TEORI-TEORI KETERTARIKAN INTERPERSONAL

Di atas telah diuraikan mengenai penentu ketertarikan antara pribadi yang

memperhatikan aspek situasi (propinquity, familiarity), atribut-atribut (daya tarik fisik,

kesamaan, self-esteem), dan perilaku individu (kesukaan). Selanjutnya, berikut ini

diuraikan mengenai teori-teori ketertarikan antar pribadi.

Social Exchange Theory

Teori ini mengacu pada pernyataan sederhana bahwa relasi berlangsung

mengikuti model ekonomi ‘costs and benefits’ seperti kondisi pasar, yang telah diperluas

oleh para psikolog dan sosiolog menjadi teori pertukaran sosial (social exchange theory)

yang lebih kompleks.

Teori pertukaran sosial menyatakan bahwa perasaan orang tentang suatu

hubungan tergantung pada persepsinya mengenai hasil positif (rewards) dan ongkos

Page 6: Bab 10. Daya Tarik Interpersonal

Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini

6

(costs) hubungan, jenis hubungan yang mereka jalani, dan kesempatan mereka untuk

memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

Konsep-konsep dasar teori pertukaran sosial terdiri dari rewards, costs, outcomes,

dan comparison level.

- Rewards adalah aspek positif yang memuaskan dalam hubungan, yang

memberikan manfaat dan memperkuat hubungan tsb.

- Costs adalah sisi lain dari rewards yang ada dalam semua hubungan persahabatan

maupun hubungan romantik, misalnya berhadapan dengan kebiasaan dan

karakteristik negatif pada orang lain.

- Outcomes (perolehan) dalam hubungan merupakan selisih antara rewards dan

costs. Bila rewards dikurangi cost hasilnya minus, maka hubungan cenderung

berakhir.

- Comparison level (standar pembanding), yaitu harapan individu mengenai tingkat

rewards dan costs yang mereka inginkan dalam hubungan tertentu. Banyak orang

memiliki standar pembanding yang tinggi dengan banyak rewards dan sedikit

costs. Jika apa yang diterima dalam hubungan tidak sesuai dengan standar

pembanding, maka individu akan kecewa dalam hubungan. Sebaliknya bila

standar pembanding rendah, maka individu cenderung bahagia dengan berbagai

hubungan yang dijalin.

Equity Theory

Beberapa peneliti mengritik teori pertukaran sosial yang mengabaikan

pentingnya keadilan atau keseimbangan dalam hubungan. Para pendukung teori ini

berpendapat bahwa orang tidak sekedar berusaha mendapatkan rewards sebanyak-

banyaknya dan mengurangi costs, melainkan juga peduli mengenai keseimbangan

dalam hubungan, yaitu bahwa rewards dan costs yang mereka alami dan kontribusi yang

mereka berikan dalam hubungan tersebut kira-kira seimbang dengan pihak lain. Teori

ini menggambarkan bahwa hubungan yang seimbang adalah yang membahagiakan dan

relatif stabil.

HUBUNGAN ERAT

Mendefinisikan Cinta

Apakah yang dimaksud dengan ’cinta’? Usaha awal yang dilakukan ahli

psikologi sosial untuk mendefinisikan cinta adalah membedakan antara ’cinta’ dengan

Social Exchange Theory: Gagasan bahwa perasaan orang tentang suatu

hubungan tergantung pada persepsinya mengenai hasil positif (rewards) dan

ongkos (costs) hubungan, jenis hubungan yang mereka jalani, dan kesempatan

mereka untuk memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

Equity Theory: Gagasan bahwa orang akan bahagia dengan hubungan yang

dijalinnya bila pengalaman rewards dan costs dan kontribusi antara dua belah

pihak diperkirakan seimbang.

Page 7: Bab 10. Daya Tarik Interpersonal

Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini

7

’suka’ (Rubin, 1970). Seorang psikolog sosial, Zick Rubin (1970, 1973) telah

mengembangkan dua kuesioner, masing-masing untuk mengukur kondisi suka dan

cinta. Menurut Rubin :

- Kesukaan, lebih didasarkan pada afeksi dan respek. Item-item skala ini dikaitkan

dengan kesepakatan tentang kualitas positif seorang teman dan kebutuhan untuk

menjadi sama dengan teman tersebut.

- Kecintaan, bersandar pada keintiman, kelekatan, dan peduli terhadap kesejahteraan

pihak lain. Item untuk skala ini dihubungkan dengan kesedihan karena tidak adanya

seseorang yang dicintai, pemaafan terhadap kesalahan, dan tingginya tingkat

keterbukaan diri.

Selanjutnya dalam mendefinisikan cinta secara umum membedakan antara

companionate love dan passionate love (Hartfield, 1988; Hardfield & Rapson, 1993; Hardfild &

Walster, 1978).

Companionate love adalah keintiman dan afeksi yang dirasakan seseorang ketika

ia sangat peduli terhadap seseorang yang lain, tetapi tidak mengalami gairah atau

bangkitan fisiologis (arousal) saat kehadiran orang lain tsb.

Passionate love adalah kerinduan yang sangat kuat yang dirasakan seseorang,

disertai arousal; bila cinta itu berbalas maka ada rasa kepenuhan yang sangat besar,

tetapi bila tak berbalas maka terjadi rasa sedih dan putus asa.

Penelitian lintas budaya yang membandingkan budaya Amerika Serikat

(individualistik) dan China (kolektivistik) menunjukkan bahwa pasangan di Amerika

cenderung menghargai psionate love daripada pasangan China, dan pasangan China

cenderung menghargai companionate love daripada pasangan Amerika (Gao, 1993;

Jankowiak, 1995; Ting-Toomey & Chung, 1996). Di sisi lain, pasangan di Kenya, Afrika

Timur menilai keduanya secar se.imbang, mereka mengonsepkan cinta romantik sebagai

kombinasi psionate love dan companionate love. Mereka beranggapan gabungan keduanya

merupakan jenis cinta yang terbaik, dan menjadi tujuan utama dalam masyarakat (Bell,

1995).

CINTA DAN RELASI SOSIAL

Apakah penyebab cinta sama dengan penyebab saat ketertarikan awal? Adakah

variabel lain yang ikut menentukan ketika kita mengembangkan dan mengelola

hubungan erat?

Pendekatan Evolusioner dalam hal Cinta: Memilih Pasangan

Pendekatan evolusioner ini merupakan konsep biologis yang diterapkan untuk

perilaku sosial oleh para ahli psikologi. Evolutionary Psychology didefinisikan sebagai

usaha untuk menjelaskan perilaku sosial dalam konteks faktor genetik yang berevolusi

sepanjang waktu sesuai dengan prinsip seleksi alami. Evolutionary psychology

berpandangan bahwa manusia berevolusi untuk memaksimalkan kesuksesan

reproduksi, bahwa laki-laki dan perempuan memiliki agenda yang berbeda atas peran

yang berbeda dalam menghasilkan keturunan.

Dalam dunia binatang, kesuksesan reproduksi pejantan diukur dari kuantitas

keturunannya sehingga mereka sering berganti pasangan untuk itu. Di sisi lain

kesuksesan reproduksi makhluk betina bergantung pada kesuksesan meningkatkan

tiap-tiap keturunanya menuju kematangan sehingga mereka hanya berpasangan

dengan pejantan pilihan, mengingat bahwa untuk mematangkan tiap keturunan

Page 8: Bab 10. Daya Tarik Interpersonal

Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini

8

memerlukan ongkos yang tinggi (Berkow, 1989; Symons,1979). Pendekatan evolusioner

dalam hal cinta dikembangkan berdasarkan konsep ini.

Pendekatan evolusioner dalam hal cinta merupakan teori yang diturunkan dari

teori biologi evolusioner yang mendukung pandangan bahwa laki-laki dan perempuan

tertatrik satu sama lain dengan karakteristik yang berbeda: laki-laki tertarik pada

penampilan fisik perempuan; perempuan tertarik pada sumber daya yang dimiliki laki-

laki. Hal ini untuk memaksimalkan kesuksesan reproduksi.

Beberapa penelitian hasilnya mendukung pendekatan evolusioner tersebut.

Misalnya hasil penelitian Bush dkk (Bus 1989; Buss dkk, 1990) dengan subjek dari 37

negara yang menanyakan berbagai kriteria pemilihan pasangan (untuk menikah) dan

seberapa penting kriteria tsb, pada umumnya perempuan menilai kriteria ambisius,

rajin, penghasilan yang baik lebih tinggi (penting) daripada subjek laki-laki, dan subjek

laki-laki menilai lebih penting daya tarik fisik. Bagaimanapun perlu dicatat bahwa

berbagai penelitian menyatakan bahwa karakteristik paling tinggi pada laki-laki

maupun perempuan adalah kejujuran, dapat dipercaya, dan kepribadian yang baik.

Gaya Kelekatan dalam Hubungan Erat

Teori lain mengenai cinta menyatakan bahwa relasi kita pada masa dewasa

didasari oleh pengalaman pada awal kehidupan kita (masa kanak-kanak) dengan orang

tua atau pengasuh kita. Pendekatan ini berfokus pada gaya kelekatan (attachment style)

dan bersandar pada karya John Bowlby (1969, 1973, 1980) dan Mary Ainsworth

(Ainsworth dkk, 1978) mengenai bagaimana bayi membentuk ikatan dengan

pengasuhnya (orang tua, dsb). Menurut teori gaya kelekatan, jenis kelekatan yang kita

bentuk pada awal kehidupan memengaruhi jenis kelekatan yang kita bentuk pada masa

dewasa.

Ainsworth (1978) mengidentifikasi adanya tiga tipe hubungan antara bayi dan

pengasuhnya: secure attachment style, avoidant attachment style, dan anxious attachment

style.

- Secure attachment style adalah gaya kelekatan yang ditandai oleh rasa percaya, tidak

kuatir ditinggalkan, dan memandang dirinya layak dan disukai.

- Avoidant attachment style adalah gaya kelekatan yang ditandai dengan menekan

(suppression) kebutuhan kelekatan, karena upaya untuk intim telah ditolak; orang-

orang dengan gaya ini sulit untuk membangun hubungan intim.

- Anxious attachment style adalah gaya kelekatan yang ditandai oleh kekhawatiran

bahwa orang lain tidak akan membalas keinginan diri untuk intiman, dihasilkan oleh

kecemasan yang cenderung tinggi.

Hasil survei yang dilakukan oleh Hazan dan Shaver (1987) dengan responden

orang dewasa menunjukkan bahwa 56% responden memiliki secure style, 25% avoidant

style, dan 19% anxious style. Hasil-hasil penelitian lain (Feeney dkk, 2000; Hazan &

Shaver, 1994a, 1994b; Shaver dkk, 1998; Simpson & Rholes, 1994) menggambarkan

bahwa responden dengan secure style mengaku diri mereka mudah untuk menjalin

hubungan dekat dengan orang lain, mudah percaya, dan memiliki hubungan romantik

yang memuaskan. Responden dengan avoidant style mengaku dirinya tidak nyaman

menjalin hubungan dekat dengan orang lain, sulit untuk memercayai orang lain, dan

kurang puas dalam hubungan romantik. Responden dengan anxious/ambivalent style

cenderung memiliki hubungan yang tidak memuaskan, namun dengan gambaran

Page 9: Bab 10. Daya Tarik Interpersonal

Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini

9

khusus: cenderung obsesif dan asyik dalam menjalin hubungan, takut bahwa

pasangannya tidak menginginkan keintiman seperti dirinya menginginkan.

Adanya teori kelekatan tidak berarti bahwa orang yang memiliki hubungan

tidak membahagiakan dengan orang tuanya akan mengulang ketidakbahagiaan tsb

dalam tiap-tiap hubungan (Slimms, 2002). Hasil penelitian longitudinal (beberapa

peneliti kembali menghubungi partisipan penelitiannya dalam hitungan bulan atau

tahun setelah penelitian awalnya dan kembali mengukur gaya kelekatan mereka)

menunjukkan bahwa 25-30% partisipan telah berubah gaya kelekatannya (Feeney &

Noller, 1996; Kirkpatrick & Hazan, 1994). Hal tersebut terjadi karena pengalaman

mereka dalam hubungan membantu mereka untuk mempelajari perilaku yang lebih

sehat.

Pertukaran Sosial dalam Relasi Jangka Panjang

Teori pertukaran sosial menjelaskan bahwa kelangsungan hubungan ditentukan

oleh perolehan (outcomes) dalam hubungan, dan bahwa rewards merupakan hal yang

penting menentukan outcomes. Teori ini mendapatkan dukungan hasil-hasil penelitian

mengenai hubungan erat pada masyarakat yang berbeda budaya seperti Taiwan dan

Belanda (Lin & Rusbult, 1995; Rusbuld & Van Lange, 1996; Van Lange, 19970. Beberapa

hasil penelitian yang dilakukan dengan partisipan pasangan mahasiswa menunjukkan

bahwa tiga bulan pertama dalam hubungan mereka banyak diwarnai dengan rewards,

namun makin lama makin berkurang, dan semakin banyak costs. Akibatnya, banyak

hubungan yang semula intim kemudian berakhir. Tetapi bagaimanapun kita

mengetahui bahwa banyak orang tidak meninggalkan pasangannya meskipun

hubungannya tidak memuaskan, dan nampak memiliki alternatif yang menarik.

Berkaitan dengan kenyataan tersebut, para ahli mempertimbangkan adanya

faktor tambahan untuk memahami hubungan erat, yaitu tingkat investasi (level

investment) dalam hubungan (Impett dkk, 2001-2002; Rusbult dkk, 2001; Rusbult dkk,

1998). Dalam model teori investasi (investmen model) mengenai hubungan erat ini

Cheryl Rusbult (1983) mendefinisikan investasi sebagai segala sesuatu yang telah

dimasukkan seseorang ke dalam hubungan dengan orang lain, yang akan hilang jika

mereka meninggalkan hubungan tsb. Investasi mencakup sesuatu yang tangible (dapat

dilihat) seperti sumber daya finansial dan kepemilikan (misalnya rumah), maupun yang

intangible (tak dapat dilihat) seperti kesejahteraan emosi anak, waktu dan energy emosi

untuk membangun hubungan, dan rasa integritas pribadi, yang akan hilang bila terjadi

perpisahan.

Investmen Model: Teori yang menyatakan bahwa komitmen seseorang

untuk sebuah hubungan tidak hanya tergantung pada kepuasan dalam

hal imbalan (rewards), biaya (costs), dan tingkat perbandingan (level

comparison), dan tingkat perbandingan alternatif, melainkan juga seberapa

banyak mereka telah berinvestasi dalam hubungan yang akan hilang bila ia

meninggalkan hubungan itu.

Page 10: Bab 10. Daya Tarik Interpersonal

Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini

10

Berikut ini gambar lengkap model teori investasi dalam hubungan erat (The

Investment Model of Commitement, diadaptasi dari Rusbult, 1983):

Hasil penelitian Rusbult (1983):

Equity dalam Relasi Jangka Panjang

Apakah teori keadilan/keseimbangan (equity theory) berlaku untuk hubungan

jangka panjang sama seperti yang berlaku dalam hubungan yang baru atau kurang erat?

Menurut Margaret Clark dan Judson Mills, interaksi antara orang yang baru saling

mengenal berlangsung dengan kepedulian terhadap keadilan/keseimbangan yang

disebut hubungan pertukaran (exchange relationship). Dalam hubungan pertukaran,

orang melacak, siapa memberikan kontribusi apa, dan merasa dimanfaatkan ketika ia

merasa memberi lebih daripada yang mereka dapatkan dari hubungan itu.

Di sisi lain, dalam hubungan dengan teman dekat, anggota keluarga, dan

pasangan romantik, norma keadilan/keseimbangan kurang berlaku dan lebih

dipengaruhi kebutuhan untuk saling membantu saat dibutuhkan. Dalam hubungan

komunal (communal), orang memberikan respon terhadap kebutuhan pihak lain,

terlepas apakah mereka dibayar kembali (Clark, 1994, 1986; Clark & Mills, 1993; Milss &

Clark, 1982,1994, 2001; Vaananen dkk, 2005).

Page 11: Bab 10. Daya Tarik Interpersonal

Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini

11

BERAKHIRNYA HUBUNGAN ERAT

Di berbagai belahan dunia (Amerika, Inggris, Indonesia, dsb), kasus perceraian

semakin lama semakin banyak. Bagaiamana terjadinya perpisahan dijelaskan sbb:

Proses Putus Hubungan

Duck (1982) menjelaskan bahwa perceraian merupakan proses dengan beberapa

tahap: fase interpersonal, fase dyadic, fase sosial, dan fase interpersonal:

Page 12: Bab 10. Daya Tarik Interpersonal

Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini

12

Pengalaman Perpisahan

Akert (1998) dan yang lain menemukan bahwa peran orang dalam perpisahan

menentukan bagaimana perasaan mereka tentang hal ini: mereka yang diputus

(breakees) yang paling sedih-bingung, pemutus (breakers) hanya sedikit sedih-bingung,

dan bila timbal-balik (saling memutus) kesediahan-kebingungannya menengah.

Wanita mengalami emosi negatif agak lebih daripada laki-laki. Bila perpisahan itu

keputusan bersama, dua belah pihak ini lebih mungkin untuk tetap

berteman setelah hubungan berakhir.

.

________________________________________________________________________

Sumber: Aronson, E., Wilson. T.D., & Akert, R.M. (2007). Social Psychology (6th edition).

Singapore: Pearson Prentice Hall.