19
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Dalam pabrik (manufacturing), persediaan dapat terdiri dari: persediaan bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan persediaan suku cadang. Dalam sebuah organisasi, seperti rumah sakit, salon kecantikan, hotel, kebanyakan memilki persediaan agar mampu memberikan pelayanan yang terbaik pada pelanggan. Toko pengecer seperti pasar swalayan, harus mempertahankan persediaan barang jadi, agar dapat memenuhi permintaan pelanggan. Jadi persediaan sangat penting artinya untuk setiap perusahaan baik perusahaan yang menghasilkan suatu barang atau jasa. Dengan kata lain persediaan adalah barang-barang yang harus ada sebelum diperlukan. 2.1.1 Fungsi dan Tujuan Persediaan Ada 3 alasan perlunya persediaan bagi perusahaan maupun organisasi (Zulian Yamit, 2003): 1. Adanya unsur ketidakpastian permintaan (permintaan mendadak) 2. Adanya unsur ketidakpastian pasokan dari supplier 3. Adanya unsur ketidakpastian tenggang waktu pemesanan.

BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Persediaan

Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi

bisnis. Dalam pabrik (manufacturing), persediaan dapat terdiri dari: persediaan bahan

baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan

persediaan suku cadang. Dalam sebuah organisasi, seperti rumah sakit, salon

kecantikan, hotel, kebanyakan memilki persediaan agar mampu memberikan

pelayanan yang terbaik pada pelanggan. Toko pengecer seperti pasar swalayan, harus

mempertahankan persediaan barang jadi, agar dapat memenuhi permintaan

pelanggan.

Jadi persediaan sangat penting artinya untuk setiap perusahaan baik perusahaan

yang menghasilkan suatu barang atau jasa. Dengan kata lain persediaan adalah

barang-barang yang harus ada sebelum diperlukan.

2.1.1 Fungsi dan Tujuan Persediaan

Ada 3 alasan perlunya persediaan bagi perusahaan maupun organisasi (Zulian

Yamit, 2003):

1. Adanya unsur ketidakpastian permintaan (permintaan mendadak)

2. Adanya unsur ketidakpastian pasokan dari supplier

3. Adanya unsur ketidakpastian tenggang waktu pemesanan.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

12

Menghadapi ketiga unsur ketidakpastian tersebut, pihak perusahaan harus melakukan

manajemen persediaan proaktif, dalam arti mampu untuk mengantisipasi keadaan

maupun menghadapi tantangan dalam manajemen persediaan.

Tantangan manajemen persediaan dapat berasal dari luar maupun dari dalam

perusahaan. Tantangan tersebut berkait erat dengan tujuan diadakannya persediaan,

yaitu:

1. Untuk memberikan layanan yang terbaik pada pelanggan

2. Untuk memperlancar proses produksi

3. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan

(stokout)

4. Untuk menghadapi fluktuasi harga

Pencapaian tujuan tersebut, menimbulkan konsekuensi bagi perusahaan, yaitu harus

menanggung biaya maupun resiko yang berkaitan dengan keputusan persediaan. Oleh

karena itu, sasaran akhir dari manajemen persediaan adalah menghasilkan keputusan

tingkat persediaan, yang menyeimbangkan tujuan diadakannya persediaan dengan

biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain, sasaran akhir manajemen persediaan

adalah meminimumkan total biaya dalam perubahan tingkat persediaan.

2.1.2 Jenis Permintaan

Perhatian utama suatu perusahaan adalah permintaan pelanggan atau pengguna

barang. Pelanggan disini dapat berarti pelanggan internal (pabrik, bagian teknik, dan

sebagainya) atau pelanggan external (orang-orang yang membeli hasil perusahaan

tersebut) yang merupakan pelanggan sebenarnya. Pada dasarnya ada dua jenis

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

13

permintaan, yaitu permintaan independent (bebas) dan permintaan dependent

(tergantung atau tidak bebas). Permintaan dependent timbul apabila kebutuhan dipicu

oleh kejadian spesifik. Di pabrik, kejadian spesifik ini berupa keperluan suatu rakitan

(assembly) yang menggunakan barang dimaksud. Contoh yang dapat diberikan disini

misalnya rakitan bolpoin yang terdiri dari komponen:

1. Lower barrel

2. Ink cartridge

3. Upper barrel

Permintaan terhadap lower barrel atau ink cartridge atau upper barrel adalah

permintaan dependent, karena tergantung dari kebutuhan bolpoin. Permintaan

independent, dipihak lain, timbul apabila kebutuhan barang tersebut tidak

berhubungan dengan barang lain atau kejadian tertentu. Contohnya adalah permintaan

atas bolpoin dalam hal diatas. Permintaan ini bersifat independent. Beberapa

karakteristik dan contoh dari kedua permintaan ini dapat dilihat dalam tabel 2.1

Tabel 2.1 Karakteristik Permintaan Independent dan Dependent

Independent Dependent Definisi Permintaan yang tidak

berhubungan dengan kejadian lain

Permintaan yang berkaitan dengan atau sebagai akibat dari kejadian lain

Peramalan Dihitung secara rata-rata Diperhitungkan dari kebutuhan Contoh Bolpoin

Upper barrel dari bolpoin Lower barrel Ink cartridge

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

14

2.1.3 Sistem Pemesanan Kembali

Sebagaimana telah dinyatakan bahwa, sasaran akhir dari manajemen persediaan

adalah meminimumkan biaya dalam perubahan tingkat persediaan. Untuk

mempertahankan tingkat persediaan yang optimum, maka diperlukan suatu keputusan

mengenai kapan dan berapa jumlah yang harus dipesan yang tergantung kepada

waktu dan tingkat persediaan.

Pendekatan sistem pemesanan kembali, antara lain (Zulian Yamit, 2003) adalah:

1. Pendekatan titik pemesanan kembali (reorder point approach)

Dalam pendekatan ini dikehendaki jumlah persediaan yang tetap setiap kali

melakukan pemesanan. Apabila persediaan mencapai jumlah tertentu, maka

pemesanan kembali harus dilakukan seperti diperlihatkan pada gambar 2.1

Q Q

L L

Waktu

R

Sedi

aan

di ta

ngan

R = titik pemesanan ulang (reorder point / ROP)Q = quantity order (diperoleh dari EOQ)L = tenggang waktu (lead time)

Gambar 2.1 Reorder Point (ROP)

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

15

Dalam gambar 2.1 ditunjukan bahwa ROP dilakukan apabila persediaan

cukup untuk memenuhi kebutuhan selama tenggang waktu (lead time).

Jumlah yang harus dipesan berdasarkan pada economic order quantity (EOQ).

2. Pendekatan tinjauan periodik (periodic review approach)

Dalam pendekatan tinjauan periodik, tingkat persediaan ditinjau pada interval

waktu yang sama. Pada setiap tinjauan dilakukan pemesanan kembali agar

tingkat persediaan mencapai jumlah yang diinginkan.

Diagram periodic review approach di tunjukan pada gambar 2.2 berikut

Sedi

aan

di ta

ngan

Q1

Q1

T

Q2

Q2

Q3

Q3

L L L

p p p

Waktu

T = target tingkat sediaan (max)Q = quantity orderL = tenggang waktu (lead time)p = interval waktu pemesanan

Gambar 2.2 Periodic Review Approach

Dalam gambar 2.2 ditunjukan bahwa periode peninjauan selalu tetap dengan

jumlah yang dipesan selalu bervariasi

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

16

3. Material requirement planning approch (MRP)

Jika jenis dari permintaan merupakan dependent demand, maka secara

optimum model pemesanan kembali adalah menggunakan alat analisis yang

disebut dengan Material Requirement Planning (MRP).

2.1.4 Biaya Keputusan Persediaan

Terdapat lima kategori biaya yang dikaitkan dengan keputusan persediaan yaitu

(Zulian Yamit, 2003):

1. Biaya pemesanan (order cost)

Biaya pemesanan (order cost) adalah biaya yang dikaitkan dengan usaha

untuk mendapatkan bahan atau barang dari luar. Biaya pemesanan dapat

berupa: biaya penulisan pemesanan, biaya proses pemesanan, biaya materai

atau perangko, biaya faktur, biaya pengetesan, biaya pengawasan, dan biaya

transportasi. Sifat biaya pemesanan adalah semakin besar frekuensi pembelian

semakin besar biaya pemesanan.

2. Biaya penyimpanan (carrying cost)

Komponen utama dari biaya simpan terdiri dari:

a. Biaya modal, meliputi: opportunity cost, atau biaya modal yang

diinvestasikan dalam persediaan, gedung, dan peralatan yang

diperlukan untuk mengadakan dan memelihara persediaan.

b. Biaya simpan, meliputi: biaya sewa gudang,perawatan dan perbaikan

bangunan, listrik, gaji personel keamanan, pajak atas persediaan, pajak

dan asuransi peralatan, biaya penyusutan, biaya pengawasan, dan

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

17

biaya perbaikan peralatan. Biaya tersebut ada yang bersifat tetap

(fixed), variabel, semi fixed atau semi variabel.

c. Biaya resiko, meliputi: biaya keusangan, asuransi persediaan, biaya

susut secara fisik, dan resiko kehilangan.

Beberapa komponen biaya penyimpanan secara relatif sangat kecil, tetapi

secara total biaya penyimpanan ini cukup besar. Sebagian besar biaya

penyimpanan merupakan biaya modal atau opportunity cost.

Sifat biaya penyimpanan adalah semakin besar frekuensi pembelian

bahan, semakin kecil biaya penyimpanan.

3. Biaya kekurangan persediaan

Biaya kekurangan persediaan (stockout) terjadi apabila persediaan tidak

tersedia di gudang ketika dibutuhkan untuk produksi atau ketika pelanggan

memintanya. Biaya yang dikaitkan dengan stockout meliputi: biaya penjualan

atau permintaan yang hilang (biaya ini sangat sulit dihitung), biaya yang

dikaitkan dengan proses pemesanan kembali seperti, biaya ekspedisi khusus,

penanganan khusus, biaya penjadwalan kembali produksi, biaya penundaan,

dan biaya bahan pengganti.

4. Biaya yang dikaitkan dengan kapasitas

Biaya ini terjadi karena perubahan dalam kapasitas produksi. Perubahan

kapasitas produksi diperlukan perusahaan karena untuk memenuhi fluktuasi

dalam permintaan. Perubahan kapasitas produksi, menghendaki adanya

perubahan dalam persediaan. Biaya yang dikaitkan dengan kapasitas dapat

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

18

berupa: biaya kerja lembur untuk meningkatkan kapasitas, latihan tenaga kerja

baru, dan biaya perputaran tenaga kerja (labour turn over).

5. Biaya bahan atau barang

Biaya bahan atau barang adalah harga yang harus dibayar atas item yang

dibeli. Biaya ini akan dipengaruhi oleh besarnya potongan harga yang

diberikan oleh supplier. Oleh karena itu biaya bahan atau barang akan

bermanfaat dalam menentukan apakah perusahaan sebaiknya menggunakan

potongan harga atau tidak.

2.2 Material Requirement Planning

Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu set teknik yang dipakai untuk

merencanakan pembuatan atau pembelian Sub-Assembly, komponen dan bahan baku

yang diperlukan untuk melaksanakan Jadwal Produksi atau Master Production

Schedul (MPS).

MRP merupakan sistem yang dirancang secara khusus untuk situasi permintaan

bergelombang, yang secara tipikal karena permintaan tersebut dependent. Oleh

karena itu tujuan sistem MRP adalah:

1. Menjamin tersedianya material, item atau komponen pada saat dibutuhkan

untuk memenuhi jadwal produksi, dan menjamin tersedianya produk jadi bagi

konsumen

2. Menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum

3. Merencanakan aktivitas pengiriman, penjadwalan dan aktivitas pembelian

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

19

2.2.1 MRP sebagai Alat Pengendalian Persediaan

Perencanaan dengan MRP adalah tipikal perencanaan dalam suatu usaha

manufaktur, khususnya mengenai penjadwalan aliran. Yang dimaksud dengan barang

disini adalah barang baik yang berupa barang jadi atau keluaran dari proses

pembuatan maupun barang dalam bentuk bahan baku atau bahan setengah jadi, yang

merupakan masukan proses pembuatan barang.

Tabel 2.2 Perbedaan Sistem Konvensional dan MRP

Sistem Konvensional Sistem MRP • Dihitung berdasarkan

permintaan independent • Dihitung berdasarkan

permintaan perolehan (derived demand) atau permintaan dependent

• Pemesanan kembali hanya untuk penggantian barang yang dipakai

• Didasarkan atas pemakaian yang laludan keperluan yang akan datang

• Perencanaan lebih

didasarkan atas suatu keperluan yang telah berlalu

• Lebih didasarkan atas keperluan yang akan datang

• Pemesananan dimaksudkan untuk pengisian kembali persediaan

• Pemesanan dimaksudkan untuk keperluan nyata

• Peramalan dilakukan untuk semua barang persediaan

• Peramalan dilakukan untuk barang yang dijadwalkan

• Tinjauan persediaan atas dasar titik pemesanan

• Tinjauan persediaan atas dasar berkala

• Untuk berjaga-jaga (just-in-case)

• Diperlukan secara tepat waktu (just-in-time)

• Berorientasi pada setiap barang

• Berorientasi pada rencana produksi atau rencana pemeliharaan

Dari segi lain, perencanaan dan penjadwalan arus barang disebut pula sebagai

pengendalian manajemen persediaan, sepanjang barang itu dikelola melalui suatu

proses pengadaan, pengangkuatan, dan penyimpanan barang. Namun, pengertian

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

20

persediaan barang itu tidak lagi hanya barang yang betul-betul secara fisik ada di

gudang, tetapi seringkali termasuk juga barang yang sedang dipesan atau barang yang

sedang diangkut dan sebagainya, termasuk juga pengertian persediaan maya (virtual

inventory). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa MRP juga merupakan suatu

teknik atau metoda pengendalian persediaan.

MRP sebenarnya adalah teknik pengendalian persediaan yang dikembangkan

untuk memperbaiki teknik atau sistem pengendaliaan persediaan konvensional, yang

memiliki perbedaan-perbedaan seperti pada tabel 2.2.

Karakteristik dari manajemen persediaan sistem MRP adalah sebagai berikut:

1. Perhatian terhadap kapan akan dibutuhkan

Integrasi pemikiran antara fungsi pengawasan produksi dan manajemen

persediaan mengakibatkan pergeseran perhatian terhadap kapan dibutuhkan

ketimbang perhatian terhadap kapan melakukan pemesanan. Jika manajer

operasi memiliki informasi tunggal permintaan, maka pemesanan dan

penjadwalan komponen untuk merakit produk merupakan masalah kapan

dibutuhkan.

2. Perhatian terhadap prioritas pemesanan

Adanya kesadaran bahwa semua pesanan konsumen tidak memiliki prioritas

yang sama. Produk yang satu lebih penting jika dibandingkan dengan produk

yang lain. Hal ini memungkinkan dilakukannya penjadwalan untuk memenuhi

prioritas pesanan.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

21

3. Penundaaan pengiriman permintaan

Konsekuensi dari prioritas pesanan menghasilkan konsep penundaan

pengiriman yaitu menunda produksi atau pesanan terhadap item yang telah

dijadwal, untuk memaksimumkan keseluruhan operasi.

4. Fungsi integrasi

Pengawasan produksi dan manajemen persediaan dipandang sebagai fungsi

yang terintegrasi.

2.2.2 Arus Informasi Sistem MRP

Arus informasi dalam sistem MRP di lukiskan dalam gambar 2.1 dimana dalam

proses MRP membutuhkan tiga sumber informasi, yaitu:

Gambar 2.3 Proses Kerja MRP

1. Jadwal Produksi

Jadwal Produksi merupakan ringkasan jadwal produksi produk jadi untuk

periode mendatang yang dirancang berdasarkan pesanan pelanggan atau

Bill Of Material Jadwal induk

produksi Item

Master

Perencanaan kebutuhan material

Rencana produksi jangka pendek

Rencana pembelian

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

22

ramalan permintaan. Sistem MRP mengasumsikan bahwa pesanan yang

dicatat dalam Jadwal Produksi adalah pasti, kendatipun hanya merupakan

ramalan.

2. Bill Of Material (BOM)

BOM adalah daftar dari semua material, parts, sub-assemblies, serta kuantitas

dari masing-masing yang diperlukan untuk memproduksi satu unit.

3. Item Master

Item Master merupakan suatu file yang berisi informasi status tentang

material, parts, subassemblies, dan produk-produk yang menunjukkan

kuantitas on-hand, kuantitas yang dialokasikan (allocated quantity), waktu

tunggu yang direncanakan (planned lead time), ukuran lot (lot size), stok

pengaman, kriteria lot sizing, toleransi untuk scrap atau hasil, dan berbagai

informasi penting lainnya yang berkaitan dengan suatu item.

2.2.3 Format MRP

Penjelasan yang berkaitan dengan format tampilan horizontal dari MRP seperti

pada gambar 2.2 adalah sebagai berikut:

• Part No, merupakan informasi dari kode material

• Level, merupakan informasi struktur BOM antara produk akhir dan bahan

bakunya

• BOM Parts, merupakan informasi komponen pembentuk dari Part Number

beserta kuantitasnya.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

23

• Lead Time, merupakan jangka waktu yang dibutuhkan sejak MRP

menyarankan suatu pesanan sampai item yang dipesan itu siap digunakan.

• Lot Size, merupakan kuantitas pesanan (order quantity) dari item yang

memberitahukan MRP berapa banyak kuantitas yang harus dipesan serta

teknik lot-sizing apa yang dipakai.

Part No Period Past Due 1 2 3 Level Gross Requirements BOM Parts Scheduled Receipts Lead Time Projected On-hand Lot Size Projected Available Safety Stock Net Requirements Planned Order Receipts Planned Order Release

Gambar 2.4 Tampilan Horizontal dari MRP (Paul A. Jensen 2004 – Internet)

• Safety stock, merupakan stok pengaman yang ditetapkan oleh perencana MRP

untuk mengatasi fluktuasi dalam permintaan (demand) dan atau penawaran

(supply). MRP merencanakan untuk mempertahankan tingkat stock pada level

ini (safety stock level) pada semua periode waktu.

• Planning Horizon, merupakan banyaknya waktu ke depan (masa mendatang)

yang tercakup dalam perencanaan. Dalam praktek, horizon perencanaan harus

ditetapkan paling sedikit sepanjang waktu tunggu kumulatif dari sekumpulan

item yang terlibat dalam proses manufakturing.

• Gross Requirement, merupakan total dari semua kebutuhan, termasuk

kebutuhan kebutuhan yang diantisipasi (anticipated requirements), untuk

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

24

setiap periode waktu. Suatu part tertentu dapat mempunyai kebutuhan kotor

(gross requirements) yang mencakup dependent dan independent demand.

Sebagai contoh, proses pembuatan komputer yang menggunakan disk drives,

keyboards, dan power supplies secara langsung ke pelanggan sebagai parts

pengganti (indpendent demand). Dalam contoh ini: disk drives, keyboards,

dan power supplies merupakan dependent dan independent demand.

• Scheduled Receipt, adalah jumlah item yang akan diterima pada suatu periode

tertentu berdasarkan pesanan yang telah dibuat.

• Projected On-Hand, merupakan projected avaliable balance (PAB), dan tidak

termasuk planned orders. Projected on-hand dihitung berdasarkan formula

(Vincent Gaspersz, 2005):

Projected On-Hand = On-hand pada awal periode + Scheduled Receipts –

Gross Requirements.

• Projected Available, merupakan kuantitas yang diharapkan ada dalam

inventori pada akhir periode, dan tersedia untuk penggunaan dalam periode

selanjutnya. Projected avaliable dihitung berdasarkan formula berikut

(Vincent Gaspersz, 2005):

Projected Avaliable = On-Hand pada awal periode (atau Projected Available

periode sebelumnya) + Scheduled Receipts periode sekarang + Planned Order

Receipts periode sekarang – Gross Requirements periode sekarang.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

25

• Net Requirements, merupakan kekurangan material yang diproyeksikan untuk

periode ini, sehingga perlu diambil tindakan ke dalam perhitungan planned

order receipts agar menutupi kekurangan material pada periode itu. Net

Requirements dihitung berdasarkan formula berikut (Vincent Gaspersz, 2005):

Net Requirements = Gross Requirements + Allocations + Safety Stock –

Scheduled Receipts – Projected Available pada akhir periode lalu.

Allocations adalah item material yang telah dialokasikan untuk keperluan

produksi spesifik di masa mendatang tetapi belum dipergunakan. Item ini

sering disebut sebagai allocated items.

• Planned Order Receipts, merupakan kuantitas pesanan pengisian kembali

(pesanan manufakturing dan atau pesanan pembelian) yang telah

direncanakan oleh MRP untuk diterima pada periode tertentu guna memenuhi

kebutuhan bersih (net requirements). Apabila menggunakan teknik lot-for-lot,

maka planned order receipts dalam setiap periode selalu sama dengan net

requirements pada periode itu. Jika planned order di modifikasi melalui

kebijaksanaan lot sizing, maka planned orders dapat melebihi net reqirements.

Setiap kelebihan diatas net requirements akan dimasukkan ke dalam projected

avaliable inventory untuk penggunaan pada periode berikutnya.

• Planned Order Release, merupakan kuantitas planned orders yang

ditempatkan atau dikeluarkan dalam periode tertentu, agar item yang dipesan

itu akan tersedia pada saat dibutuhkan. Item yang tersedia pada saat

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

26

dibutuhkan itu tidak lain adalah kuantitas planned order receipts yang

ditetapkan menggunakan lead time offset.

2.2.4 Langkah-Langkah MRP

Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang selanjutnya keempat langkah ini

harus diterapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada setiap item.

Langkah-langkah tersebut adalah:

1. Netting, adalah menentukan kebutuhan bersih, merupakan selisih antara

kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan atau on hand yang sedang

diperiksa

2. Lotting, yaitu menentukan besarnya pesanan individu yang optimal

berdasarkan kebutuhan bersih.

3. Offsetting, adalah menentukan kapan suatu order harus sudah di-released atau

di manufaktur, kapan suatu order harus di-released ditetapkan berdasarkan

lead time period sebelum saat dibutuhkan.

4. Exploison, adalah perhitungan untuk kebutuhan kotor untuk tingkat yang lebih

rendah dalam struktur produk berdasarkan rencanan pemesanan.

2.2.5 Teknik Lotting

Teknik lotting adalah proses menentukan ukuran pemesanan. Pemesanan ini harus

tersedia di awal periode produksi. Adapaun permintaan yang terjadi tidak setiap

periode. Terdapat banyak alternatif untuk menghitung ukuran lot. Beberapa teknik

diarahkan untuk menyeimbangkan ongkos set up dan ongkos simpan, ada juga yang

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

27

bersifat sederhana dengan menggunakan konsep jumlah atau periode pemesanan yang

tetap.

Beberapa alternatif dari teknik lotting yang biasa digunakan, antara lain (Eddy

Herjanto, 2006) adalah:

1. Lot for Lot (LFL)

Metode Lot untuk Lot (Lot for Lot, LFL), atau dikenal juga sebagai metode

persediaan minimal, berdasarkan pada ide menyediakan persediaan (atau

memproduksi) sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan

diusahakan seminimal mungkin. Jumlah pesanan sesuai dengan jumlah yang

sesungguhnya diperlukan (lot untuk lot) ini menghasilkan tidak adanya

persediaan yang disimpan. Sehingga, biaya yang timbul berupa biaya

pemesanan saja.

Metode ini mengandung resiko, yaitu jika terjadi keterlambatan dalam

pengiriman barang. Jika persediaan itu berupa bahan baku, mengakibatkan

terhentinya produksi. Jika persediaan itu berupa barang jadi, menyebabkan

tidak terpenuhinya permintaan pelanggan. Namun, bagi perusahaan tertentu,

seperti yang menjual barang yang tidak tahan lama (perishable products),

metode ini merupakan pilihan yang terbaik.

2. Economic Order Quantity (EOQ)

Penetapan ukuran lot dengan teknik ini sangat populer sekali dalam sistem

persediaan tradisional. Dalam teknik ini besarnya ukuran lot adalah tetap.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

28

Untuk menghitung EOQ secara matematik menggunakan rumus sebagai

berikut:

HDSEOQ 2

=

Dimana:

D = jumlah kebutuhan barang (unit/tahun)

S = biaya pemesanan atau biaya set-up (rupiah/pesanan)

h = biaya penyimpanan (% terhadap nilai barang)

C = harga barang (rupiah/unit)

H = h x C = biaya penyimpanan (rupiah/unit/tahun)

3. Period Order Quantity (POQ)

Metode POQ sering disebut juga sebagai metode Uniform Order Cycle,

merupakan pengembangan dari metode EOQ untuk jumlah permintaan yang

tidak sama dalam beberapa periode. Perhitungan dengan metode POQ

menggunakan rumus sebagai berikut:

usageweeklyaverageEOQPOQ=

Rata-rata kebutuhan mingguan = Jumlah kebutuhan selama 1 tahun / Jumlah

minggu dalam 1 tahun

Hasil dari perhitungan POQ ini menunjukan jumlah periode waktu yang

dicakup dalam setiap kali pemesanan.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00562 Bab2.pdf · baku, bahan pembantu, barang dalam proses (work in proses), barang jadi, dan ... Dengan

29

4. Part Period Balancing (PPB)

Metode PPB merupakan salah satu pendekatan dalam menentukan ukuran lot

untuk suatu kebutuhan material yang tidak seragam, yang bertujuan

memperkecil biaya total persediaan. Meskipun tidak menjamin diperolehnya

biaya total yang minimum, metode ini memberikan pemecahan yang cukup

baik.

Seperti model EOQ, metode ini berusaha untuk membuat biaya penyimpanan

sama dengan biaya pemesanan. Namun, berbeda dengan model EOQ, metode

ini dapat menggunakan jumlah pesanan yang berbeda untuk setiap pesanan,

yang dikarenakan jumlah permintaan setiap periode tidak sama, ukuran lot

dicari dengan menggunakan pendekatan sebagian periode ekonomis

(economic part period, EPP) yaitu membagi biaya pemesanan (biaya set-up

untuk kasus produksi) dengan biaya penyimpanan per unit per periode

periodeunitpernpenyimpanabiayapemesananbiayaEPP

/=

Kebutuhan diakumulasi periode demi periode sampai mendekati nilai EPP.

Akumulasi persediaan yang mendekati nilai EPP merupakan ukuran lot yang

dapat memperkecil biaya persediaan.