52
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Faktorisasi matriks merupakan cara untuk menyatakan hubungan sebuah matriks sebagai perkalian dari matriks-matriks lain. Sedangkan matriks itu sendiri adalah suatu susunan berbentuk persegi panjang dari entri-entrinya. Selanjutnya, terdapat berbagai macam tipe matriks berdasarkan pengamatan ukuran maupun karakteristik dari entri matriks tersebut. Dengan adanya berbagai macam tipe matriks menimbulkan pula berbagai macam cara untuk memfaktorkan suatu matriks, diantaranya dikenal sebagai: faktorisasi Cholesky, faktorisasi LU, faktorisasi SVD, faktorisasi QR dan faktorisasi Loewner-Neville. Penggunaan masing-masing faktorisasi ini tergantung pada tipe matriks yang difaktorkan ataupun tipe matriks sebagai faktor pada perkalian. Disamping cara memfaktorkan matriks tersebut, terdapat suatu cara lain yang dinamakan faktorisasi matriks ekuivalen bertanda positif total yakni cara memfaktorkan suatu matriks persegi dalam bentuk perkalian matriks-matriks ekuivalen bertanda positif total. Matriks ekuivalen bertanda positif total itu sendiri adalah suatu matriks yang dapat dinyatakan sebagai 2 1 QD D , dimana Q adalah matriks positif total, 1 D dan 2 D masing-masing merupakan matriks diagonal dengan entri diagonal utama 1 . Sebuah fakta pada faktorisasi Loewner-Neville bahwa setiap matriks riil persegi merupakan perkalian dari matriks-matriks bidiagonal. Fakta ini sebagai gagasan pokok yang digunakan oleh Daniel Hershkowitz dan Allan Pinkus (2006) dalam artikel On Nonnegative Sign Equivalent and Sign Similar Factorizations of

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah · memahami pembahasan tentang masalah faktorisasi pada matriks ekuivalen ... yang memenuhi sifat tersebut dinamakan invers A ditulis

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Faktorisasi matriks merupakan cara untuk menyatakan hubungan sebuah

matriks sebagai perkalian dari matriks-matriks lain. Sedangkan matriks itu sendiri

adalah suatu susunan berbentuk persegi panjang dari entri-entrinya. Selanjutnya,

terdapat berbagai macam tipe matriks berdasarkan pengamatan ukuran maupun

karakteristik dari entri matriks tersebut.

Dengan adanya berbagai macam tipe matriks menimbulkan pula berbagai

macam cara untuk memfaktorkan suatu matriks, diantaranya dikenal sebagai:

faktorisasi Cholesky, faktorisasi LU, faktorisasi SVD, faktorisasi QR dan

faktorisasi Loewner-Neville. Penggunaan masing-masing faktorisasi ini

tergantung pada tipe matriks yang difaktorkan ataupun tipe matriks sebagai faktor

pada perkalian.

Disamping cara memfaktorkan matriks tersebut, terdapat suatu cara lain yang

dinamakan faktorisasi matriks ekuivalen bertanda positif total yakni cara

memfaktorkan suatu matriks persegi dalam bentuk perkalian matriks-matriks

ekuivalen bertanda positif total. Matriks ekuivalen bertanda positif total itu

sendiri adalah suatu matriks yang dapat dinyatakan sebagai 21

QDD , dimana Q

adalah matriks positif total, 1D dan

2D masing-masing merupakan matriks

diagonal dengan entri diagonal utama 1 .

Sebuah fakta pada faktorisasi Loewner-Neville bahwa setiap matriks riil

persegi merupakan perkalian dari matriks-matriks bidiagonal. Fakta ini sebagai

gagasan pokok yang digunakan oleh Daniel Hershkowitz dan Allan Pinkus (2006)

dalam artikel On Nonnegative Sign Equivalent and Sign Similar Factorizations of

Matrtices pada suatu teorema bahwa setiap matriks riil persegi adalah perkalian

dari matriks-matriks ekuivalen bertanda positif total.

Akhirnya penelitian ini dimaksudkan sebagai penegasan tentang matriks

ekuivalen bertanda positif total dan bukti dari teorema tersebut dengan

menunjukkan bahwa setiap matriks riil berukuran nn , 2n dapat difaktorkan

menjadi perkalian matriks-matriks ekuivalen bertanda positif total.

1.2. Perumusan Masalah

Diberikan matriks riil A berukuran n x n dengan ,2n bagaimana

memfaktorkan matriks A sedemikian sehingga matriks A merupakan perkalian

dari matriks – matriks ekuivalen bertanda positif total.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menunjukkan bahwa faktorisasi matriks persegi

riil merupakan perkalian dari matriks-matriks ekuivalen bertanda positif total

dengan membuktian suatu teorema yang berkaitan dengan hal tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

- Menambah pengetahuan penulis mengenai faktorisasi pada matriks persegi

riil khususnya pada matriks ekuivalen bertanda positif total.

- Sebagai bahan masukan untuk peneliti selanjutnya dalam mengembangkan

dan memperluas cakupan penelitian ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan dikemukakan pengertian dan konsep dasar yang dapat

digunakan dalam menunjukkan serta untuk memperoleh fakta dan bukti dari

teorema bahwa setiap matriks riil merupakan faktorisasi dari matriks-matriks

ekuivalen bertanda positif total. Teori dasar matriks serta faktorisasi pada

matriks merupakan landasan teori yang sangat penting digunakan dalam

memahami pembahasan tentang masalah faktorisasi pada matriks ekuivalen

bertanda positif total.

Berikut ini disajikan definisi yang mendukung untuk pembahasan masalah

pada penelitian ini.

2.1. Teori Dasar Matriks

Definisi 2.1.1 (Anton, 1988)

Sebuah matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan.

Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks.

Suatu matriks mempunyai ukuran yang diperoleh berdasarkan banyaknya baris

dan kolom dalam matriks tersebut. Suatu matriks A yang berukuran m x n

disimbolkan dengan Amxn dan dapat ditulis sebagai:

A =

mnmm

n

n

aaa

aaa

aaa

21

22221

11211

dimana aij menyatakan entri yang terletak pada baris ke-i dan kolom ke-j dari

matriks A, dengan i = 1,2,…,m dan j = 1,2,…,n.

Definisi 2.1.2. (Leon, 2001)

Suatu matriks persegi D merupakan matriks diagonal jika entri – entri 0ij

d

untuk ji .

Matriks berikut merupakan matriks diagonal:

nnd

d

d

d

D

000

000

000

000

33

22

11

Definisi 2.1.3. (Leon, 2001)

Matriks identitas adalah matriks I = ji

a berorde n x n, dimana

jijika

jijikaaij

0

1

ija adalah entri-entri dari matriks yang terletak dibaris ke i dan kolom ke j.

Misalnya

100

010

001

I

Definisi 2.1.4. (Zwillinger, 2003)

Matriks segitiga adalah matriks persegi yang entri dibawah atau diatas garis

diagonal utama adalah nol. Matriks segitiga bawah adalah matriks persegi yang

entri diatas diagonal utama adalah nol. Matriks segitiga atas adalah matriks

persegi yang entri dibawah diagonal utama adalah nol

Misalkan matriks ijaA berukuran nn maka A disebut matriks segitiga

bawah jika 0ija untuk ji disajikan sebagai:

nnnnaaa

aa

a

A

21

2221

11

0

00

dan A disebut matriks segitiga atas jika 0ija untuk ji disajikan sebagai:

nn

n

n

a

aa

aaa

A

00

0222

11211

Definisi 2.1.5. (Golub & Loan , 1996)

Suatu matriks persegi ij

dD merupakan matriks bidiagonal jika entri-entri

yang mungkin tak nol adalah ii

d dengan ni ...,,1 , dan 1, jj

d (atau jj

d,1

),

dengan j= 1,2,........n – 1. Khususnya jika entri 1iid , untuk ni ,,1

dinamakan matriks bidiagonal elementer (elementary bidiagonal Matrices).

Berdasarkan definisi tersebut, maka matriks bidiagonal berukuran n x n dapat

disajikan sebagai berikut:

1). Kemungkinan entri 0ii

d dan 0)1( jj

d dengan ni ,...,1 dan 1,...,1 nj

nn

nnnn

d

dd

dd

dd

D

000

000

00

00

)1()1)(1(

2322

1211

2). Kemungkinan entri 0ii

d dan 0)1( jj

d dengan ni ,...,1 dan 1,...,1 nj

nnnn

nnnn

dd

dd

dd

d

D

)1(

)1)(1()2)(1(

2221

11

000

000

00

000

Definisi 2.1.6. ( Leon, 2001).

Suatu matriks A berukuran n x n disebut simetris jika AT = A

Misalnya untuk matriks simetris berukuran n x n dapat ditulis sebagai:

nnnn

n

n

aaa

aaa

aaa

A

21

22221

12111

Definisi 2.1.7. ( Zwilinger, 2003).

Transpos suatu matriks A berukuran m x n dilambangkan dengan TA adalah suatu

matriks berukuran n x m dengan baris dan kolom saling berganti sedemikian

sehingga komponen baris ke-i kolom ke-j dari matriks A adalah komponen baris

ke-j kolom ke-i dari matriks TA dan .)()(

ijijji

TaAA

Sebagai contoh, perhatikan matriks berikut:

232221

131211

aaa

aaaA

maka

2313

2212

2111

aa

aa

aa

AT

Definisi 2.1.8. ( Zwilinger, 2003).

Misalkan ijaA merupakan matriks berukuran m x n dan

jkbB matriks

berukuran n x p; ( bahwa banyak kolom matriks A sama dengan banyak baris

matriks B ), maka AB adalah matriks berukuran m x p yakni matriks ijcC

dengan elemen pada baris ke-i kolom ke-j ditentukan oleh rumus:

njinjiji

n

k

kjikijbabababac

2211

1

dengan mi ,...,1 dan pj ,...,1 .

Definisi 2.1.9. ( Zwillinger, 2003).

Suatu matriks A berukuran n x n dikatakan nonsingular atau invertibel jika

terdapat suatu matriks B sedemikian sehingga:

BAIABn

Setiap matriks B yang memenuhi sifat tersebut dinamakan invers A ditulis 1A .

Jika A tidak memiliki invers maka A dinamakan matriks singular.

Contoh 1: Matriks non singular atau invertibel.

Untuk matriks 21

32A terdapat

21

32B sedemikian sehingga :

IBAAB10

01

21

32

21

32

21

32

21

32

Contoh 2: Matriks singular.

42

63A dan

111

135

124

B

Karena 0)det( A dan 0)det( B maka 1A dan 1

B tidak ada. Sehingga kedua

matriks adalah matriks singular.

Invers suatu matriks A dirumuskan sebagai:

)det(

)(1

A

AAdjA

dengan )(AAdj adalah adjoin dari matriks A sedangkan )det( A merupakan

determinan matriks A.

Definisi 2.1.10. (Zwillinger, 2003)

Adjoin suatu matriks ijaA berukuran nn ditulis )(AAdj adalah matriks

berukuran nn yang disajikan sebagai:

nnnn

n

n

AAA

AAA

AAA

AAdj

21

22212

12111

)(

dimana ij

A merupakan kofaktor ij

a .

Definisi 2.1.11. . (Hager, 1988)

Suatu matriks A disebut matriks ortogonal jika hasilkali A dan transposnya yaitu

TA adalah matriks identitas atau IAAAA

TT dengan I matriks identitas.

Sebagai contoh untuk 5/35/4

5/45/3A maka

5/35/4

5/45/3TA

IAAT

10

01

4/35/4

5/45/3

5/35/4

5/45/3

Jelas bahwa A merupakan matriks ortogonal.

Definisi 2.1.12 (Jacob, 1990)

Operasi baris elementer pada suatu matriks adalah penerapan diantara hal berikut

pada matriks:

(i). Mengalikan salah satu baris dengan suatu bilangan skalar tak nol.

(ii). Menjumlahkan suatu hasilkali dari salah satu baris pada baris lainnya.

(iii). Mempertukarkan dua baris.

Definisi 2.1.13 (Jacob, 1990)

Matriks elementer nn adalah suatu matriks yang diperoleh dari matriks

identitas nn dengan menggunakan operasi baris elementer tunggal.

Misalnya pada matriks identitas 33 , yakni:

100

010

001

I

(1). Dengan operasi tipe pertama yakni salah satu baris dikali bilangan skalar a ,

diperoleh:

100

010

00a

,

100

00

001

a , atau

a00

010

001

(2). Dengan operasi tipe kedua yakni salah satu baris dikali bilangan skalar a tak

nol dijumlahkan dengan baris lainnya, diperoleh:

100

010

01 a

,

100

010

01 a

,

100

10

001

a ,

10

010

001

a

,

10

010

001

a

,

10

010

001

a

(3). Dengan operasi tipe ketiga yakni salah satu baris dipertukarkan dengan baris

lainnya diperoleh:

100

001

010

,

001

010

100

, atau

010

100

001

2.2. Minor dan Determinan Matriks

Definisi 2.2.1. ( Leon, 2001).

Minor baris ke-i kolom ke-j (ditulis ij

M ) adalah determinan matriks berukuran

)1()1( nn dari suatu matriks berukuran n x n tanpa entri baris ke-i dan entri

kolom ke-j.

Sebagai contoh pada matriks berukuran 33 , yaitu:

333231

232221

131211

aaa

aaa

aaa

A

Minor-minor yang terdapat pada matriks A masing-masing adalah:

32233322

3332

2322

11aaaa

aa

aaM

31233321

3331

2321

12aaaa

aa

aaM

31223221

3231

2221

13aaaa

aa

aaM

32133312

3332

1312

21aaaa

aa

aaM

31133311

3331

1311

22aaaa

aa

aaM

31123211

3231

1211

23aaaa

aa

aaM

22132312

2322

1312

31aaaa

aa

aaM

21132311

2321

1311

32aaaa

aa

aaM

21122211

2221

1211

33aaaa

aa

aaM

Definisi 2.2.2. (Zwillinger, 2003)

Kofaktor baris ke-i kolom ke-j dari matriks persegi ijaA berukuran nn

ditulisij

A adalah hasil kali ij

jiM1 dimana

ijM merupakan determinan dar

matriks A dengan menghapus elemen baris ke-i dan elemen kolom ke-j (ij

M

biasa disebut minor dari ij

a ) .

Misalnya pada matriks berukuran 33 :

332331

232221

131211

aaa

aaa

aaa

A

Kofaktor-kofaktor pada matriks A tersebut adalah :

32233322

3332

2322

11

11

11)1( aaaa

aa

aaMA

)()1(31233321

3331

2321

12

21

12aaaa

aa

aaMA

31223221

3231

2221

13

31

13)1( aaaa

aa

aaMA

)()1(32133312

3332

1312

21

12

21aaaa

aa

aaMA

31133311

3331

1311

22

22

22)1( aaaa

aa

aaMA

)(131123211

3231

1211

23

32

23aaaa

aa

aaMA

22132312

2322

1312

31

13

31)1( aaaa

aa

aaMA

)()1(21132311

2321

1311

32

23

32aaaa

aa

aaMA

21122211

2221

1211

33

33

33)1( aaaa

aa

aaMA

Definisi 2.2.3. (Strang, 1988).

Determinan dari matriks persegi ij

aA berukuran n x n biasa ditulis A atau

det(A) dapat dibedakan oleh formula berikut:

a. Matriks persegi berukuran 2 x 2: 2221

1211

aa

aaA , maka deteminan dari A

adalah:

det(A) = 21122211

aaaa ..... (1.1)

b. Matriks persegi ukuran n (dengan n > 2)

Misalkan A merupakan matriks persegi ukuran n x n, dengan n > 2 ditulis

ijaA dimana

ija adalah entri pada baris ke i dan kolom ke j untuk

ni ,,1 dan nj ,,1 maka determinannya dapat dihitung dengan ekspansi

kofaktor dari salah satu baris atau salah satu kolom.

Dengan ekspansi kofaktor baris ke-i , maka determinan matriks A adalah:

ininiiii

n

j

ijijAaAaAaAaA

2211

1

)det( ..... (1.2)

Dengan ekspansi kofaktor kolom ke-j, maka determinan matriks A adalah:

njnjjjjj

n

i

ijijAaAaAaAaA

2211

1

)det( ..... (1.3)

Sebagai contoh matriks berukuran 3 x 3 ,

332331

232221

131211

aaa

aaa

aaa

A

Dengan persamaan (1.2) pada baris pertama diperoleh determinan A , yaitu:

det(A) = 3231

2221

13

3331

2321

12

3332

2322

11aa

aaa

aa

aaa

aa

aaa

2.3. Faktorisasi dalam matriks

Definisi 2.3.1. (Hager, 1988) .

Faktorisasi Cholesky adalah faktorisasi suatu matriks persegi H yang dinyatakan

sebagai bentuk perkalian matriks TKKH dengan K adalah matriks segitiga

bawah yang disebut segitiga Cholesky (Cholesky triangle).

Sebagai ilustrasi, misalkan matriks H sebagai berikut:

nnnn

n

n

hhh

hhh

hhh

H

21

22221

11211

dengan jiij

hh (i = 1,...,n dan j = 1,...,n).

Ambil

nnnn

ii

kkk

kk

k

K

21

22210

00

maka

nn

n

nii

T

k

kk

kkk

K

00

0222

121

Bentuk faktorisasi Cholesky dari matriks H berukuran nn adalah:

nnnn

n

n

hhh

hhh

hhh

21

22221

11211

nnnn

ii

kkk

kk

k

21

22210

00

nn

n

nii

k

kk

kkk

00

0222

121

..... (2.1)

Dengan menyelesaikan (2.1) diperoleh:

i

1p

2

ipiikh ..... (2.2)

ji

p

jpipijkkh

,min

1

, dengan ji ..... (2.3)

Misalnya untuk matriks berukuran 33 yaitu:

333231

232221

131211

aaa

aaa

aaa

A

Misalkan

333231

2221

11

0

00

kkk

kk

k

K .

Berdasarkan persamaan (2.2) dan (2.3) diperoleh:

2

1111ka ; 2

22

2

2122kka ; 2

33

2

32

2

3133kkka ;

21112112kkaa ;

31113113

kkaa ; 322231213223kkkkaa .

Definisi 2.3.2. (Hager, 1988).

Faktorisasi LU adalah suatu bentuk perkalian dari suatu matriks A yang

dinyatakan sebagai hubungan A = LU dimana L adalah matriks segitiga bawah

dan U merupakan matriks segitiga atas.

Khususnya, jika matriks A berukuran 3 x 3, yakni:

333231

232221

131211

aaa

aaa

aaa

A

maka hubungan pada faktorisasi LU menjadi:

333231

232221

131211

aaa

aaa

aaa

333231

2221

11

0

00

lll

ll

l

33

2322

131211

00

0

u

uu

uuu

..... ( 2.4)

dimana

333231

2221

11

0

00

lll

ll

l

L , dan

33

2322

131211

00

0

u

uu

uuu

U

Persamaan (2.4) berakibat:

111111ula ,

121112ula dan

131113ula atau

13

13

12

12

11

11

11u

a

u

a

u

al

112121ula ,

2222122122ulula dan

2322132123ulula

113131ula ,

2232123132ulula dan

33332332133133ululula

Sebagai contoh pehatikan matriks

22186

774

222

A

Dengan Operasi Baris elementer:

22186

774

222

13

12

3

2

RR

RR

16120

330

222

23

4 RR

400

330

222

Dalam hal ini diperoleh:

400

330

222

U .

Selanjutnya dimisalkan L =

333231

2221

11

0

00

lll

ll

l

, maka diperoleh persamaan:

400

330

222

0

00

22186

774

222

333231

2221

11

lll

ll

l

..... (2.5)

Dengan menyeleaikan persamaan matriks (2.5) diperoleh:

111l , 2

21l , 1

22l , 3

31l , 4

32l dan 1

33l

Sehingga faktorisasi ditulis sebagai:

400

330

222

123

012

001

22186

774

222

Definisi 2.3.3. (Hager, 1988).

Suatu faktorisasi QR dari suatu matriks persegi A yang riil adalah suatu bentuk

perkalian matriks yang dinyatakan sebagai A = QR dimana Q merupakan matriks

ortogonal dan R matriks segitiga atas.

Sebagai contoh, perhatikan matriks berikut:

330

440

7012

2609

A

maka dengan menggunakan MATLAB diperoleh:

05/30

05/40

5/305/4

5/405/3

Q ,

2500

550

10015

R

Jadi, faktorisasi dinyatakan sebagai:

330

440

7012

2609

A

05/30

05/40

5/305/4

5/405/3

QR

2500

550

10015

Definisi 2.3.4. (Fiedler & Markham, 1997)

Suatu faktorisasi dari matriks persegi A berukuran n x n disebut faktorisasi

Loewner-Neville jika A dapat dinyatakan sebagai:

A = BDC ..... (2.6)

dimana D adalah matriks diagonal, B dan C masing-masing adalah hasilkali dari

matriks-matriks bidiagonal yaitu:

121 n

BBBB ..... (2.7)

dan

121CCCC

nn ..... (2.8)

dengan iB dan

iC untuk 11 ni ,, disajikan sebagai:

1

1

10

10

1

11

ni

in

i

b

b

B

,

..... (2.9)

dan

1

1

1

0

1

01

11

in

ini

c

cC

, ..... (2.10)

Sebagai contoh perhatikan matriks berukuran 33 berikut:

333231

232221

131211

aaa

aaa

aaa

A

Sesuai definisi (2.3.4), ambil matriks diagonal:

3

2

1

00

00

00

d

d

d

D ,

Sesuai hubungan (2.9) dan (2.10) matriks bidiagonal:

10

010

001

31

1

b

B ,

10

01

001

32

212

b

bB ,

dan

100

10

001

131cC ,

100

10

01

23

12

2c

c

C

Dengan menyelesaikan persamaan (2.7) dan (2.8) diperoleh:

1

01

001

32313121

21

bbbb

bB dan

100

10

1

2313

131212

cc

ccc

C

Sehingga faktorisasi Loewner-Neville dari matriks A dinyatakan dengan:

333231

232221

131211

aaa

aaa

aaa

1

01

001

32313121

21

bbbb

b

3

2

1

00

00

00

d

d

d

100

10

01

23

12

c

c

333231

232221

131211

..... (2.11)

dimana:

111d ,

12112cd ,

1312113ccd ,

21121bd ,

12211222cbdd ,

)(23132131221123ccdccbd ,

3121131bbd , )(

32312123121132bbdcbbd ,

323133231213123121133))(( dccbbdccbbd ..... (2.12)

BAB III

METODOLOGI PENILITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada perpustakaan jurusan Matematika Universitas

Andalas, dan Pustaka Digital (Digital Library) dari berbagai situs matematika

sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan berlangsung sejak Desember

2007 sampai April 2008.

3.2. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan analitik yang

menggunakan analisa teori yang relevan dengan masalah yang dibahas dan

berlandaskan pada studi kepustakaan. Dalam melakukan penelitian ini penulis

memulai dengan meninjau permasalahan, mengumpulkan teori-teori yang didapat

sebagai penunjang untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dan terakhir

menarik kesimpulan dari permasalahan yang telah dibahas.

Langkah - langkah kerja yang dilakukan pada penelitian adalah:

1. Meninjau konsep-konsep dasar matriks

2. Meninjau konsep-konsep faktorisasi pada matriks.

3. Meninjau tentang matriks positif total dan matriks ekuivalen bertanda positif

total .

4. Menyelesaikan masalah faktorisasi matriks ekuivalen bertanda positif total

dengan teori-teori dan algoritma yang berhubungan dengan pemecahan

masalah tersebut.

5. Menyimpulkan hasil yang diperoleh.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum memfaktorkan suatu matriks dalam bentuk perkalian antara

matriks-matriks ekuivalen bertanda positif total, maka terlebih dahulu akan

diperkenalkan beberapa pengertian tentang matriks ekuivalen bertanda positif

total.

4.1. Matriks Positif Total

Definisi 4.1.1. (Hershkowitz & Pinkus, 2007)

Suatu matriks A dinamakan matriks positif total jika setiap minor dari matriks A

adalah nonnegatif.

Secara khusus, jika A matriks berukuran 2 x 2, yakni:

2221

1211

aa

aaA

maka A merupakan matriks positif total jika:

0)det(21122211aaaaA ..... (3.1)

dan jika A matriks berukuran 3 x 3, yakni:

333231

232221

131211

aaa

aaa

aaa

A

maka A adalah matriks positif total jika setiap nilai minornya adalah nonnegatif

yakni:

032233322

3332

2322

11aaaa

aa

aaM , 0

31233321

3331

2321

12aaaa

aa

aaM ,

031223221

3231

2221

13aaaa

aa

aaM , 0

32133312

3332

1312

21aaaa

aa

aaM ,

031133311

3331

1311

22aaaa

aa

aaM , 0

31123211

3231

1211

23aaaa

aa

aaM ,

022132312

2322

132`1

31aaaa

aa

aaM , 0

21132311

2321

1311

32aaaa

aa

aaM , dan

021122211

2221

1211

33aaaa

aa

aaM ..... (3.2)

Sebagai contoh diberikan 41

52A , akan diselidiki apakah A adalah matriks

positif total.

Karena 03)det( A maka sesuai (3.1) A adalah matriks positif total.

Contoh lainnya misalkan

421

232

011

A , akan diselidiki apakah A adalah

matriks positif total.

Dengan memeriksa minor-minor dari A yaitu:

842

23

11M , 6

41

22

12M , 1

21

32

13M , 4

42

01

21M ,

441

01

22M , 1

21

11

23M , 2

23

01

31M , 2

22

01

32M ,

132

11

33M .

Karena 0ij

M untuk 3,2,1i dan 3,2,1j , maka sesuai (3.2) jelas A adalah

matriks positif total.

Beberapa tipe matriks khusus yang termasuk kelompok matriks positif total

berdasarkan definisi (4.1.1), diantaranya adalah:

1). Matriks Identitas

a. Ukuran 22 : 10

01I

karena 01)det( I berarti matriks ini adalah matriks positif total.

b. Ukuran nn dengan 2n

Sesuai definisi minor pada baris ke-i kolom ke-j )(ij

M dari suatu matriks,

maka minor matriks identitas berukuran nn tersebut adalah:

0

1

ijM

untuk

untuk

ji

ji

Dengan hasil ini diperoleh bahwa setiap minor dari matriks identitas

berukuran nn adalah nonnegatif. Menurut definisi (4.1.1), jelas bahwa matriks

identitas termasuk matriks positif total.

2). Matriks diagonal

Sesuai definisi (2.1.2), maka matriks diagonal D dapat disajikan sebagai:

nd

d

d

D

00

00

00

2

1

dengan mengambil entri diagonal 0di

dimana ni ,...,1 maka semua minor

matriks D adalah nonnegatif. Sesuai definisi (4.1.1), D dengan kondisi tersebut

merupakan matriks positif total.

3). Matriks Bidiagonal

Berdasarkan definisi (2.1.5), maka matriks bidiagonal )(ijdD berukuran

n x n adalah:

a). Untuk entri-entri yang bukan iid , ni ,...,1 dan

)1( jjd , 1,...,1 nj adalah

nol dapat disajikan sebagai:

nn

nnnn

d

dd

dd

dd

D

000

000

00

00

)1()1)(1(

2322

1211

Dengan mengambil kondisi entri 0iid , ni ,...,1 dan 0

)1( jjd ,

1,...,1 nj , jelas bahwa semua nilai minornya adalah nonnegatif. Menurut

definisi (4.1.1), maka matriks bidiagonal dengan kondisi tersebut merupakan

matriks positif total.

b). Untuk entri-entri yang bukan iid , ni ,...,1 dan

jjd

)1(, 1,...,1 nj adalah

nol dapat disajikan sebagai:

nnnn

nnnn

dd

dd

dd

d

D

)1(

)1)(1()2)(1(

2221

11

000

000

00

000

Dengan mengambil kondisi entri 0iid , ni ,...,1 dan 0

)1( jjd ,

1,...,1 nj jelas bahwa semua nilai minornya adalah nonnegatif. Menurut

definisi (4.1.1), maka matriks bidiagonal dengan kondisi tersebut merupakan

matriks positif total.

4). Matriks segitiga

a). Matriks segitiga bawah

Sesuai definisi (2.1.4), matriks segitiga bawah berukuran nn dapat

disajikan sebagai:

nnnnlll

ll

l

L

21

2221

11

0

00

Dengan mengambil kondisi entri 0ijl , ji jelas bahwa semua nilai

minor ijl adalah nonnegatif. Sesuai definisi (4.1.1), matriks segitiga bawah

dengan kondisi tersebut adalah matriks positif total.

b). Matriks segitiga atas

Sesuai definisi (2.1.4), matriks segitiga atas berukuran nn dapat disajikan

sebagai:

nn

n

n

u

uu

uuu

U

00

0222

11211

Dengan mengambil konidisi 0iju untuk ji jelas semua nilai minor

iju

adalah nonnegatif. Sesuai definisi (4.1.1), maka matriks segitiga atas dengan

kondisi tersebut merupakan matriks positif total.

4.2. Matriks Ekuivalen Bertanda Positif Total

Definisi 4.2.1. (Hershkowitz & Pinkus, 2007)

Suatu matriks persegi A disebut matriks ekuivalen bertanda positif total jika A

dapat dinyatakan sebagai:

21

QDDA ….. (4.1)

dimana Q adalah matriks positif total, 1

D dan 2

D merupakan matriks-matriks

diagonal dengan entri diagonal utama adalah 1 .

Karena 1D dan

2D merupakan matriks diagonal dengan entri pada diagonal 1

maka 1

D dan 2

D merupakan matriks nonsingular yakni 1

1D dan 1

2D ada.

Apabila persamaan (4.1) dikali dari kiri dengan 1

1D dan dari kanan dengan 1

2D

diperoleh:

1

2

1

1ADDQ ..... (4.2)

Kasus 1: Matriks riil A berukuran 22 , yaitu:

2221

1211

aa

aaA

Untuk menyelidiki apakah A merupakan matriks ekuivalen bertanda positif total

dapat dipilih 2

1

10

0

d

dD , dan

2

1

20

0D dengan 1,1,,,

2121dd .

Berdasarkan definisi (4.2.1), pilih 2221

1211

qq

qqQ matriks positif total maka A

merupakan matriks ekuivalen bertanda positif total jika memenuhi hubungan

persamaan (4.1), yaitu:

2221

1211

aa

aa

2

1

0

0

d

d

2221

1211

qq

qq

2

1

0

0

Perhatikan 2

1

10

0

d

dD dan

2

1

20

0D adalah matriks-matriks

nonsingular maka :

2

1

1

2

21

1

1/10

0/1

0

01

d

d

d

d

ddD

dan

2

1

1

2

21

1

2/10

0/1

0

01D

Karena 1,1,,,2121

dd jelas 1

1

1d

d,

2

2

1d

d ,

1

1

1, dan

2

2

1

akibatnya ,

1

2

1

2

11

10

0

/10

0/1D

d

d

d

dD

dan

2

2

1

2

11

20

0

/10

0/1DD

Sehingga dengan hubungan persamaan (4.2) diperoleh:

21

ADDQ ..... (4.3)

atau

2221

1211

qq

qq

2

1

0

0

d

d

2221

1211

aa

aa

2

1

0

0

22222122

12211111

adad

adad ..... (4.4)

Dari hubungan (4.4) ,diperoleh:

111111adq ,

122112adq ,

211221adq dan

222222adq

Karena 1,1,,,2121

dd , maka 11

d 1, 21

d 1, 12

d 1 dan

22d 1.

Karena 21

ADDQ maka )det()det(21

ADDQ ,

atau

)(21122211212121122211aaaaddqqqq ..... (4.5)

Perhatikan bahwa 2221

1211

qq

qqQ merupakan matriks positif total berarti:

0)(21122211212121122211aaaaddqqqq

Karena ,,21dd 1,1,

21, maka

2121dd 1.

Untuk menentukan apakah 2221

1211

aa

aaA merupakan matriks ekuivalen bertanda

positif total dilakukan dengan memilih Q , 1

D dan 2

D sebagai berikut:

(1). Jika 0)det(21122211aaaaA , maka ,,

21dd

21, memenuhi

2121dd 1.

(2). Jika 0)det(21122211aaaaA , maka

2121,,, dd memenuhi

2121dd 1.

Untuk kedua hal tersebut ditentukan Q yang memenuhi definisi (4.1.1) dengan

menggunakan hubungan (4.3).

Dengan demikian jika A adalah matriks riil berukuran 22 maka ada 3 matriks

disamping matriks identitas yang dapat dipilih sebagai 1

D dan 2

D untuk

memeriksa apakah A adalah matriks ekuivalen bertanda positif total , yaitu:

10

01 ,

10

01 , dan

10

01 .

Contoh: Akan diperiksa apakah matriks 23

65A adalah matriks ekuivalen

bertanda positif total.

Karena 083.62.5)det( A maka 12121

dd dengan 1,1,21dd dan

1,1,21

, dapat dipilih : 10

01

1D dan

10

01

2D .

Dalam hal ini : 11d , 1

2d , 1

1 dan 1

2.

Akibatnya , 511q , 6

12q , 3

21q dan 2

22q .

Dengan hubungan (4.3) diperoleh:

23

65Q

yaitu matriks yang memenuhi definisi (4.1.1).

Jadi,

23

65A

10

01

23

65

2110

01QDD

Dari hasil ini menurut definisi (4.2.1), maka 23

65A merupakan matriks

ekuivalen bertanda positif total.

Kasus 2 : Matriks riil A berukuran 33 , yaitu:

333231

232221

131211

aaa

aaa

aaa

A

Dalam hal ini, untuk menyelidiki apakah A merupakan matriks ekuivalen

bertanda positif total dipilih

3

2

1

1

00

00

00

d

d

d

D , dan

3

2

1

2

00

00

00

D , dimana

,,,321ddd 1,1,,

321.

Berdasarkan definisi (4.2.1), pilih

333231

232221

131211

qqq

qqq

qqq

Q yang memenuhi definisi

(4.1.1) sebagai matriks positif total sedemikian sehingga A matriks ekuivalen

bertanda positif total jika memenuhi hubungan persamaan (4.1) yaitu:

333231

232221

131211

aaa

aaa

aaa

3

2

1

00

00

00

d

d

d

333231

232221

131211

qqq

qqq

qqq

3

2

1

00

00

00

Perhatikan bahwa

3

2

1

1

00

00

00

d

d

d

D dan

3

2

1

2

00

00

00

D adalah matriks-

matriks nonsingular yaitu 1

11D dan 1

2D ada.

Sesuai definisi (2.1.9) yang dirumuskan maka invers 1

D dan 2

D masing-masing

adalah:

)()det(

11

1

1

1Dadj

DD dan )(

)det(

12

2

1

2Dadj

DD

Dengan menggunakan hubungan (1.2) pada baris pertama diperoleh determinan

1D dan

2D yaitu:

321

2

33

2

1100

0)0(

0

00)0(

0

0)det( ddd

d

dd

ddD

dan

321

2

33

2

1200

0)0(

0

00)0(

0

0)det( D .

sementara berdasarkan definisi (2.2.1), (2.2.2) dan (2.1.10) diperoleh:

21

31

32

2

112

1

3

1

3

233

2

1

00

00

00

0

0

00

0

00

0

00

0

0

0

0

00

0

00

0

00

0

0

)(

dd

dd

dd

d

ddd

d

d

d

d

ddd

d

DAdj

dan

21

31

32

2

112

1

3

1

3

233

2

2

00

00

00

0

0

00

0

00

0

00

0

0

0

0

00

0

00

0

00

0

0

)(DAdj .

Akibatnya ,

3

2

1

1

1

/100

0/10

00/1

d

d

d

D dan

3

2

1

1

2

/100

0/10

00/1

D

Karena ,,,321ddd 1,1,,

321 maka

1

1

1d

d,

2

2

1d

d,

3

3

1d

d,

1

1

1,

2

2

1dan

3

3

1.

Akibatnya , 1

1

1DD dan

2

1

2DD

Sehingga dengan hubungan persamaan (4.2) diperoleh:

333231

232221

131211

qqq

qqq

qqq

3

2

1

00

00

00

d

d

d

333231

232221

131211

aaa

aaa

aaa

3

2

1

00

00

00

333332233113

233222222112

133112211111

adadad

adadad

adadad

..... (4.6)

Dari hubungan (4.6) diperoleh:

ijjiij

adq , dengan }1,1{,ji

d ..... (4.7)

dimana 3,2,1i dan 3,2,1j .

Perhatikan bahwa

333231

232221

131211

qqq

qqq

qqq

Q merupakan matriks positif total berarti

(i). 0

33333223

23322222

3332

2322

11adad

adad

qq

qqM

0)(32233322323232233322aaaaddqqqq

(ii). 0

33333113

23322112

3331

2321

12adad

adad

qq

qqM

0)(32233321313231233321aaaaddqqqq

(iii). 0

32233113

22222112

3231

2221

13adad

adad

qq

qqM

0)(31223221213232223221aaaaddqqqq

(iv). 0

33333223

13311221

3332

1312

21adad

adad

qq

qqM

0)(32133312323132133312aaaaddqqqq

(v). 0

33333113

13311111

3331

1311

22adad

adad

qq

qqM

0)(31133311313131133311aaaaddqqqq

(vi). 0

32233113

12211111

3231

1211

23adad

adad

qq

qqM

0)(31123211213132123211aaaaddqqqq

(vii). 0

23322222

13311221

2322

1312

31adad

adad

qq

qqM

0)(22132312322122132312aaaaddqqqq

(viii). 0

23322112

13311111

2321

1311

32adad

adad

qq

qqM

0)(21132311312121132311aaaaddqqqq

(ix). 0

22222112

12211111

2221

1211

33adad

adad

qq

qqM

0)(21122211212121122211aaaaddqqqq

Karena ,,,321ddd 1,1,,

321 maka hasilkali diantara ,d,d,d

321 321,,

adalah 1 .

Dengan demikian jika A matriks riil berukuran 33 , maka terdapat 7

matriks yang dapat dipilih disamping matriks identitas sebagai 1

D dan 2

D yang

digunakan untuk memeriksa apakah A merupakan matriks ekuivalen bertanda

positif total atau bukan. Matriks-matriks tersebut adalah:

100

010

001

,

100

010

001

,

100

010

001

,

100

010

001

,

100

010

001

,

100

010

001

, dan

100

010

001

.

Secara umum, untuk memeriksa apakah matriks riil ijaA berukuran

nn adalah matriks ekuivalen bertanda positif total atau bukan, cukup dengan

memeriksa setiap kemungkinan matriks ijqQ berdasarkan (4.3) yaitu matriks

yang memenuhi definisi (4.1.1). Dalam hal ini, matriks 1

D dan 2

D yang

digunakan dipilih dari kemungkinan penyajian matriks diagonal:

100

010

001

.

Banyaknya 1D dan

2D yang mungkin dalam penyelidikan apakah suatu matriks

berukuran nn merupakan matriks ekuivalen bertanda positif total sebanyak

12n matriks diagonal disamping matriks identitas.

Sebagai contoh untuk matriks berukuran 3 x 3:

513

130

232

A

Berdasarkan hubungan (4.3), diperoleh bahwa:

513

130

232

100

010

001

513

130

232

100

010

001

Q

Dengan minor-minor dari Q adalah:

1611

M , 312

M , 913

M , 1321

M , 422

M ,

723

M , 931

M , 232

M , 633

M .

Karena semua minor Q adalah nonnegatif maka menurut definisi (4.1.1) jelas Q

adalah matriks positif total.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa:

21

100

010

001

513

130

232

100

010

001

QDDA

Menurut definisi (4.2.1), maka A adalah matriks ekuivalen bertanda positif total.

Selanjutnya dari hasil penyelidikan yang dilakukan atas sebuah matriks

persegi disimpulkan bahwa tidak setiap matriks persegi merupakan matriks

ekuivalen bertanda positif total.

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan penyelidikan yang dilakukan adalah

atas salah satu matriks ukuran 3 x 3, yakni:

1098

765

432

A

Dengan mengoperasikan Microsoft Excel yaitu memeriksa Q berdasarkan

hubungan (4.3) untuk setiap kemungkinan dari 1

D dan 2

D diperoleh bahwa tidak

satupun matriks Q yang dihasilkan akan memenuhi definisi (4.1.1).

Jadi,

1098

765

432

A

bukan merupakan matriks ekuivalen bertanda positif total.

4.3. Faktorisasi Matriks Ekuivalen Bertanda Positif Total

Suatu faktorisasi matriks A merupakan hubungan dari matriks A yang

sebagai:

kFFFA ......

21 ..... (5.1)

dengan matriks iF , ki ,,1 memenuhi kondisi-kondisi tertentu.

Sesuai dengan definisi faktorisasi Cholesky, faktorisasi LU, faktorisasi QR

dan faktorisasi Loewner-Neville maupun faktorisasi-faktorisasi lainnya maka

secara umum dapat dikatakan bahwa faktorisasi matriks merupakan hubungan

suatu matriks sebagai perkalian dari matriks-matriks lain sesuai dengan

karakteristik matriks yang diberikan maupun karakteristik matriks yang dilibatkan

pada perkalian.

Berdasarkan pengertian umum tersebut, maka hubungan matriks persegi

riil A sebagai perkalian dari 1

D dan 2

D yakni matriks diagonal dengan entri

diagonal utama 1 , serta matriks Q yaitu matriks persegi dengan semua nilai

minornya adalah nonnegatif memenuhi 21

QDDA dapat disebut sebagai

faktorisasi matriks A. Hubungan ini, oleh Daniel Hershkowitz dan Allan Pinkus

(2007) dalam artikelnya disebut sebagai definisi matriks ekuivalen bertanda

positif total. Hal ini telah diuraikan pada bagian pembahasan sebelumnya.

Selanjutnya, berdasarkan rumusan masalah pada penelitian yang dilakukan

ini yaitu jika diberikan matriks riil A berukuran n x n dengan 2n , maka A

dapat difaktorkan masing-masing menjadi perkalian dari matriks – matriks

ekuivalen bertanda positif total akan ditunjukkan dengan membuktikan suatu

teorema.

Teorema 4.3.1.

Setiap matriks persegi riil dapat dinyatakan sebagai perkalian dari matriks-matriks

ekuivalen bertanda positif total.

Bukti :

Misalkan )(ijaA matriks berukuran nn akan ditunjukan bahwa A dapat

dinyatakan sebagai:

kAAAA ......

21 ..... (5.2)

dimana iA , ki ,,2,1 adalah matriks-matriks ekuivalen bertanda positif total.

Karena iA , ki ,,2,1 adalah matriks-matriks ekuivalen bertanda positif total

berarti:

21DQDAii

dimana:i

Q , ki ,,2,1 masing-masing adalah matriks positif total,

1D ,

2D masing-masing merupakan matriks diagonal dengan entri

diagonal utama 1 .

Berdasarkan suatu fakta dari faktorisasi Loewner-Neville bahwa setiap

matriks persegi merupakan hasilkali matriks-matriks bidiagonal, yaitu untuk

)(ijaA berukuran nn yang memenuhi yang hubungan (2.6) yakni:

BDCA

dengan D matriks diagonal , B dan C memenuhi persamaan (2.7), (2.8), (2.9)

dan (2.10).

Berdasarkan hubungan (2.7) dan (2.8) maka hubungan (2.6) dapat ditulis sebagai

hubungan:

A ........121DBBB

n 121...... CCC

nn ..... (5.3)

Dari hubungan (5.3) dapat dianalisis matriks-matriks pada sisi kanan sebagai

berikut:

Karena D matriks diagonal maka menurut definisi (2.1.2) dapat ditulis sebagai:

nd

d

d

D

00

00

00

2

1

Kasus 1: Jika 0id , ni ,,2,1 maka D merupakan matriks positif total

karena semua minornya adalah nonnegatif. Maka, jelas bahwa D merupakan

matriks ekuivalen bertanda positif total.

Kasus 2: Jika terdapat 0id maka D dinyatakan sebagai:

2

2

1

1

2

1

00

0

00

00

00

00

00

D

d

d

d

D

d

d

d

D

nn

..... (5.4)

Dalam hal ini 1D dan

2D adalah matriks diagonal dengan entri pada diagonal

utama 1 dan 01d , yang berarti bahwa:

nd

d

d

00

0

00

00

2

1

adalah matriks positif total. Akibatnya, menurut definisi (4.2.1) D adalah matriks

ekuivalen bertanda positif total.

Karena iB dan

iC matriks-matriks bidiagonal, berarti dapat dinyatakan sebagai:

i) ijibB , dengan 1

iib , ni ,...,1 ; 0

,1 jjb , 1,...,1 nj ; dan entri

ijb lainnya adalah nol.

ii). ijicC , dengan 1

iic , ni ,,2,1 ; 0

1, jjc , 1,,2,1 nj ; dan entri

ijc lainnya adalah nol.

Kasus 1: 0,1 jj

b , 1,,2,1 nj dan 01, jj

c , 1,,2,1 nj .

Dalam hal ini minor-minor dari matriks ijibB dan

ijicC adalah nonnegatif.

Sehingga menurut definisi (4.1.1) ijibB dan

ijicC adalah matriks positif

total dan tentu saja merupakan matriks ekuivalen bertanda positif total.

Kasus 2: Ada 0,1 jj

b , 1,,2,1 nj atau 01, jj

c , 1,,2,1 nj .

Dalam hal ini, matriks-matriks ijibB dan

ijicC masing-masing dapat

dinyatakan sebagai:

21DBDbB

iiji, dengan

ijibB dan 0

,1 jjb untuk 1,,2,1 nj

21DCDcC

iiji, dengan

ijicC dan 0

1, jjc untuk 1,,2,1 nj .

Dalam hal ini1D dan

2D merupakan matriks diagonal dengan entri diagonal utama

adalah 1 .

Dari kasus 1) dan 2) tentang ijibB dan

ijicC maka B dan C masing-

masing merupakan perkalian matriks-matriks ekuivalen bertanda positif total.

Perhatikan pada sisi kanan hubungan (5.2) merupakan perkalian sebanyak 12n

dari matriks-matriks ekuivalen bertanda positif total.

Selanjutnya pada sisi kanan hubungan (5.4) merupakan perkalian sebanyak k

matriks-matriks ekuivalen bertanda positif total.

Dengan mengambil 12nk akan diperoleh bahwa hubungan persamaan (5.2)

dan persamaan (5.3) adalah analog, yaitu:

faktork

k

faktorn

nnnAAACCDCBBBA

21

12

121121 .....(5.5)

Dengan demikian suatu matriks riil A berukuran nn , 2n merupakan

hasilkali dari matriks-matriks ekuivalen bertanda positif total.

Berdasarkan hubungan persamaan (5.5) terdapat k yang menyatakan banyaknya

matriks sebagai faktor dalam faktorisasi.

Sebagaimana pada faktorisasi matriks bidiagonal bahwa banyaknya faktor

minimal pada faktorisasi masih merupakan pertanyaan terbuka demikian pula

halnya pada faktorisasi matriks ekuivalen bertanda positif total.

Sebagai contoh akan ditunjukkan bahwa matriks:

01

10A

adalah hasilkali tepat dari tiga matriks-matriks ekuivalen bertanda positif total dan

tidak kurang dari itu.

Untuk menunjukkan bahwa cukup tiga yang memenuhi pada matriks A tersebut

dapat diambil faktorisasi:

10

11

11

01

10

11

01

10 ..... (5.6)

Pada hubungan kesamaan (5.6) dapat diverifikasi bahwa setiap faktor pada sisi

sebelah kanan dari faktorisasi tersebut merupakan matriks-matriks ekuivalen

bertanda positif total yaitu:

a. Untuk Matriks 10

11, pilih

1D

10

01 dan

10

01

2D yang

masing-masing merupakan matriks diagonal , maka terdapat

10

11Q

yang merupakan matriks positif total sedemikian sehingga:

10

01

10

11

10

01

10

11

21QDD ..... (5.6a)

b. Untuk Matriks 11

01, pilih

1D

10

01 dan

10

01

2D yang masing-

masing merupakan matriks diagonal, maka terdapat:

10

11Q

yang merupakan matriks positif total sedemikian sehingga

10

01

10

11

10

01

10

11

21QDD ..... (5.6b)

c. Untuk matriks 10

11, pilih

1D

10

01 dan

10

01

2D masing-

masing merupakan matriks diagonal, maka terdapat:

10

11Q

yang merupakan matriks positif total sedemikian sehingga:

10

01

10

11

10

01

10

11

21QDD ..... (5.6c)

Dari (5.7a), (5.7b) dan (5.7c) menurut definisi (4.2.1) maka matriks-matriks:

10

11,

11

01 dan

10

11

adalah matriks-matriks ekuivalen bertanda positif total.

Sekarang akan ditunjukkan bahwa A tidak dapat difaktorkan sebagai hasilkali

dari dua matriks ekuivalen bertanda positif total.

Andaikan A dapat difaktorkan sebagai hasilkali dari dua matriks ekuivalen

bertanda positif total, yakni:

321

CDBDDA ….. (5.7)

dimana 21

, DD dan 3

D matriks – matriks diagonal dengan entri diagonal utama

adalah + 1, sementara B dan C merupakan matriks-matriks positif total.

Selanjutnya dengan perkalian dari kiri oleh 1

D dan perkalian dari kanan oleh 3

D

pada persamaan (5.7) diperoleh:

3321131

)( DCDBDDDADD33211

)( DDCBDDD ..... (5.8)

Karena 21

, DD dan 3

D merupakan matriks –matriks diagonal dengan elemen-

elemen diagonal sama dengan + 1 berarti invers masing masing adalah dirinya

sendiri atau 1

1

1DD ,

2

1

2DD dan

3

1

3DD akibatnya:

IDD11

, IDD22

dan IDD33

.

Sehingga persamaan (5.8) menjadi:

ICBDIADD )(231

CBD2

..... (5.9)

akhirnya dapat diperiksa bahwa:

0

0

2

1

31EADD ,dimana 1,1,

21 .

Karena E, B dan C adalah non singular maka ada 1E , 1

B dan 1C sehingga

(5.9) menjadi:

1

2

11

2

1)( BDCCBDE ,

atau

1

2

1

2

11)( BDBDCCCE ,

atau

1

2

1

22)( CEDBDD

yang berakibat bahwa :

1

2

1CEDB

Misalkan :

2221

12111

gg

ggB

Karena B adalah matriks positif total maka 0)det( B akibatnya 0)det(1

B ,

0,2211

gg dan 0,2112

gg .

Ambil 2

1

20

0

d

dD ,

2221

1211

cc

ccC

Karena 0

0

2

1E berarti

01

10

0

01

1

2

2

1

21

1E

dan

karena 1,1,21

berarti 1

1

1 dan

2

2

1

akibatnya

0

0

1

21E

Sehingga diperoleh

0

0

0

0

1

2

2221

1211

2

11

2cc

cc

d

dCED

21222212

11211211

cdcd

cdcd

Karena C adalah matriks positif total dan nonsingular maka diperoleh :

0,2211

cc , 0,2112

cc dan 0)det(21122211ccccC ..... (5.10)

Selanjutnya, dari bentuk 1

2

1CEDB diperoleh 1

2211dd sementara

11221

dd .

Akibatnya :

0)det()det(2211211221122211

1

2

1ccccggggCEDB ….. (5.11)

Dengan demikian hubungan (5.10) dan (5.11) merupakan suatu kontradiksi.

Dalam bagian sebelumnya telah dikenal berbagai faktorisasi pada matriks.

Faktorisasi tersebut dapat dihubungkan dengan faktorisasi pada matriks ekuivalen

bertanda positif total dengan mengambil contoh kasus pada matriks berukuran

22 sebagai berikut:

1). Untuk Faktorisasi Cholesky

Untuk kasus matriks berukuran 22 Faktorisasi Cholesky dinyatakan dengan :

22

2111

2221

11

2221

1211

0

0

k

kk

kk

k

hh

hh

Sesuai definisi faktorisasi Cholesky matriks segitiga bawah yang disebut segitiga

Cholesky jelas setiap elemen segitiga adalah positif, berarti 0kii

, 0ki2

dan

0k22

.

Akibatnya ,

00

0

2211

22

2111

2221

11kk

k

kk

kk

k.

Ambil 2

1

10

0

d

dD dan

2

1

20

0D dengan ,,

21dd 1,1,

21

Perhatikan matriks sisi kanan sesuai hubungan pada faktorisasi Cholesky dengan

menggunakan hubungan (4.4) yakni :

2221

1211

qq

qq

2

1

0

0

d

d

2221

110

kk

k

2

1

0

0

22222212

11110

kdkd

kd

diperoleh:

111111kdq ; 0q

12 ;

211221kdq ;

222222kdq .

Sesuai definisi (4.2.1), bahwa 2221

1211

qq

qq merupakan matriks positif total, maka

02211212121122211kkddqqqq yang berarti 1

2121dd .

Sehingga dapat diambil 2 diantara entri diagonal utama 1

D dan 2

D adalah 1 dan

entri diagonal utama lainnya adalah 1.

Salah satu pasangan 1

D dan 2

D yang dapat dipilih adalah:

10

01 dan

10

01 .

Dengan mengambil Q = 2221

110

kk

k merupakan matriks positif total maka

21

2221

11

2221

11

10

010

10

010QDD

kk

k

kk

k

Menurut definisi (4.2.1), maka 2221

110

kk

k adalah matriks ekuivalen bertanda

positif total.

Tanpa mengurangi keumuman dapat disimpulkan bahwa 22

2111

0 k

kk juga

merupakan matriks ekuivalen bertanda positif total.

Jadi, pada matriks yang dapat difaktorkan dengan cara faktorisasi Cholesky

berlaku juga faktorisasi matriks ekuivalen bertanda positif total.

2). Untuk Faktorisasi LU

Untuk kasus matriks A berukuran 22 dengan faktorisasi LU dinyatakan

sebagai:

22

2111

2221

11

2221

1211

0

0

u

uu

ll

l

aa

aa ….. (5.12)

Ambil 2

1

10

0

d

dD dan

2

1

20

0D dengan 1,1,

21dd dan

1,1,21

Perhatikan matriks-matriks sisi kanan faktorisasi (5.12), yakni:

2

1

2221

1211

2

1

2221

11

0

0

0

00

qq

qq

d

d

ll

l ..... (5.12a)

dengan ,,21dd 1,1,

21.

Dengan menggunakan hubungan (4.4) diperoleh:

22222112

1111

2

1

2221

11

2

1

2221

12110

0

00

0

0

ldld

ld

ll

l

d

d

qq

qq .....(5.12b)

dimana 02211212121122211llddqqqq .

a. Untuk 02211ll berarti untuk matriks

1D dan

2D dapat diambil 2 diantara

entri diagonal utama adalah – 1 dan entri diagonal utama yang lain adalah 1.

Satu pasangan matriks 1

D dan 2

D yang dapat dipilih adalah

10

01 dan

10

01.

Dengan mengambil matriks Q = 2221

110

ll

l yang merupakan matriks positif

total, maka

21

2221

11

2221

11

10

010

10

010QDD

ll

l

ll

l …..(5.12c)

b. Untuk 02211ll berarti untuk matriks

1D dan

2D dapat diambil 3 diantara

elemen bernilai –1 dan elemen diagonal lain 1.

Diantara kemungkinan dari 1

D dan 2

D yang dapat dipilih adalah:

10

01 dan

10

01

dengan mengambil Q = 2221

110

ll

l yang merupakan matriks positif total maka:

21

2221

11

2221

11

10

010

10

010QDD

ll

l

ll

l ….. (5.12d)

Dari (5.12c) dan (5.12d) menurut definisi (4.2.1) maka 2221

110

ll

l adalah matriks

ekuivalen bertanda positif total.

Dengan cara yang sama untuk matriks segitiga atas 22

2111

0 u

uu dapat

dikonstruksi sedemikian sehingga 21

22

2111

0QDD

u

uu dengan Q matriks positif

total, 1

D dan 2

D matriks diagonal dengan elemen diagonal 1.

Sesuai definisi maka 22

2111

0 u

uu adalah matriks ekuivalen bertanda positif total.

3). Untuk Faktorisasi QR

Sebagaimana pada faktorisasi Cholesky dan faktorisasi LU maka pada

faktorisasi QR dapat pula bahwa pada matriks persegi riil yang merupakan

hasilkali matriks ortogonal Q dan matriks segitiga atas R yang juga berbentuk

matriks persegi dapat dikonstruksi sebagai hasil kali dari matriks-matriks

ekuivalen bertanda positif total.

Dalam kasus matriks berukuran 22 pada faktorisasi QR dengan

memeriksa determinan matriks ortogonal Q dan matriks segitiga atas R,

sedemikian sehingga hubungan QRA sebagai faktorisasi QR juga merupakan

faktorisasi matriks ekuivalen bertanda positif total.

Berikut ini beberapa contoh sederhana menunjukkan berlakunya teorema

(4.3.1) sebagai berikut:

Contoh 1: 42

53A

Dengan langkah operasi baris elementer (OBE):

1). 211bbb

Diperoleh 42

11 dengan matriks elementer

10

11

1E

Nyatakan 10

111

11EB adalah matriks ekuivalen bertanda positif total.

2). 122

2 bbb

Diperoleh 73

11

3B yang merupakan matriks ekuivalen bertanda positif

total dengan matriks elementer 21

01

2E

Nyatakan 2/12/1

011

22EB merupakan matriks ekuivalen bertanda

positif total.

Dari 1) dan 2) maka: 42

53

10

11

2/12/1

01

73

11

Ketiga matriks disisi kanan adalah matriks ekuivalen bertanda positif total.

Contoh 2: 42

32B

Dengan langkah operasi baris elementer (OBE):

1). 122

3 bbb

Diperoleh 98

32 dengan matriks elementer

31

01

1E

Nyatakan 3/13/1

011

1

EC merupakan matriks ekuivalen bertanda

positif total.

2). 211

2 bbb

Diperoleh 98

154 yang merupakan matriks ekuivalen bertanda positif total

dengan matriks elementer 10

12

2E

Nyatakan 10

2/12/11

2ED merupakan matriks ekuivalen bertanda

positif total.

Dari 1) dan 2) maka: 42

32

3/13/1

01

10

2/12/1

98

154

Contoh 3: 12

43A

Dengan menggunakan faktorisasi Loewner-Neville yakni:

BDCA

Ambil 2

1

0

0

d

dD

B dan C menurut hubungan (2.9) dan (2.10) adalah sebagai:

1

01

21b

B , 10

112c

C

sehingga diperoleh hubungan:

10

1

0

0

1

01

12

4312

2

1

21

c

d

d

b212211211

1211

dcbdbd

cdd ….. (6.1)

Dengan menyelesaikan hubungan persamaan (6.1) diperoleh:

31d , 3/5

2d , 3/2

21b , 3/4

12c

berarti, 13/2

01B dan

10

3/41C jelas adalah matriks positif total

Karena B dan C matriks positif total tentu pula merupakan matriks ekuivalen

bertanda positif total.

Selanjutnya, 3/50

03D dapat dinyatakan sebagai:

2110

01

3/50

03

10

01

3/50

03QDDD

Dalam hal ini 10

01

1D ,

10

01

1D merupakan matriks diagonal sesuai

definisi (4.2.1) dan 3/50

03Q merupakan matriks positif total.

Sesuai definisi(4.2.1) maka:

3/50

03D

adalah matriks ekuivalen bertanda positif total.

Jadi A dapat difaktorkan menjadi perkalian matriks-matriks ekuivalen bertanda

positif total, yaitu:

10

3/41

3/50

03

13/2

01

12

43

Contoh 4 :

113

204

131

A

Misalkan 54321AAAAAA , dengan 5,...,1, kA

k merupakan matriks-matriks

ekuivalen bertanda positif total.

Dengan faktorisasi Loewnner- Neville hubungan (5.3), yakni:

1221CDCBBA

maka menurut (2.9) dan (2.10) diperoleh:

14/30

010

001

11BA ,

1120

014

001

4

3

22BA ,

2600

0120

001

3DA ,

100

6/110

031

24CA , dan

100

3/110

001

15CA .

Untuk tiap-tiap matriks yang diperoleh tersebut dapat dinyatakan sebagai:

i).

14/30

010

001

1A

100

010

001

14/30

010

001

21

100

010

001

QDD ,

dimana

14/30

010

001

Q adalah matriks positif total.

ii).

1120

014

001

4

3

2A

100

010

001

1120

014

001

4

3

21

100

010

001

QDD ,

dimana

1120

014

001

4

3

Q merupakan matriks positif total.

iii).

2600

0120

001

3A

100

010

001

2600

0120

001

21

100

010

001

QDD

dimana

2600

0120

001

Q merupakan matriks positif total.

iv).

100

6/110

031

4A

100

010

001

100

6/110

031

21

100

010

001

QDD ,

dimana

100

6/110

031

Q adalah matriks positif total.

v).

100

3/110

001

5A

100

010

001

100

3/110

001

21

100

010

001

QDD ,

dimana

100

3/110

001

Q adalah matriks positif total.

Karena 1D ,

2D untuk i), ii), iii), iv) dan v) adalah matriks diagonal dengan entri

diagonal utama adalah 1 , maka sesuai definisi (4.2.1) jelas 1A ,

2A ,

3A ,

4A , dan

5A adalah matriks-matriks ekuivalen bertanda positif total.

Akibatnya, A dapat difaktorkan menjadi perkalian dari matriks-matriks ekuivalen

bertanda positif total yaitu:

113

204

131

14/30

010

001

1120

014

001

4

32600

0120

001

100

6/110

031

100

3/110

001

Berdasarkan uraian dan contoh serta bukti teorema tersebut diatas maka

untuk setiap matriks riil ijaA berukuran nn , 2n difaktorkan menjadi:

kAAAA ...

21

dengan iA , ki ,,1 merupakan matriks-matriks ekuivalen bertanda positif total.

Untuk memeriksa apakah matriks - matriks iA , ki ,,1 merupakan matriks -

matriks yang memenuhi definisi (4.2.1) cukup dengan memeriksa matriks-matriks

iQ , ki ,...,1 sebagai matriks-matriks yang memenuhi definisi (4.1.1) ber -

dasarkan persamaan yang memenuhi hubungan (4.3), yakni:

21

DADQii

, ki ,...,2,1 ...... (6.2)

dimana 1D dan

2D adalah matriks diagonal dengan entri diagonal utama 1 .

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang dilakukan tentang matriks positif total, matriks

ekuivalen bertanda positif total dan faktorisasi pada matriks bertanda positif total

dengan pembuktian teorema yang berhubungan dengan faktorisasi matriks

ekuivalen bertanda positif total, maka dapat disimpulkan:

1). Suatu matriks riil )(ijaA berukuran nn , dengan 2n merupakan matriks

positif total apabila setiap minornya adalah nonnegatif.

a). Untuk 2n , matriks riil A merupakan matriks positif total jika

0)det( A .

b). Untuk 2n , matriks riil A merupakan matriks positif total jika setiap

minor ij

a ditulis ij

M dengan ni ,...,1 dan n,...,1j adalah nonnegatif.

2). Suatu matriks riil )a(Aij

berukuran nn , dengan 2n merupakan matriks

ekuivalen bertanda positif total jika dapat dinyatakan sebagai 21

QDDA ,

dengan Q adalah matriks positif total, 1

D dan 2

D merupakan matriks

diagonal dengan entri diagonal utama ± 1. Hubungan ini disajikan sebagai:

nnnnn

n

n

nnnnn

n

n

qqq

qqq

qqq

d

d

d

aaa

aaa

aaa

00

00

00

00

00

00

2

1

21

22221

11211

2

1

21

22221

11211

dengan 1,1,kk

d untuk nk ,...,1 .

atau:

nnnnn

n

n

nnnnn

n

n

aaa

aaa

aaa

d

d

d

qqq

qqq

qqq

00

00

00

00

00

00

2

1

21

22221

11211

2

1

21

22221

11211

dengan ijjiijadq , ni ,...,1 ; nj ,...,1 dan }1,1{,

jid .

3). Matriks-matriks 1

D dan 2

D yang dapat dipilih untuk memeriksa suatu

matriks berukuran nn sebagai matriks ekuivalen bertanda positive total

sebanyak: 12n kemungkinan matriks disamping matriks identitas yakni

matriks-matriks diambil dari kemungkinan penyajian matriks diagonal:

100

010

001

4). Faktorisasi dari matriks A merupakan hubungan kesamaan matriks A dengan

perkalian matriks-matriks lain yakni:

kFFFA .....

21,

dengan matriks iF , ki ,...,1 memenuhi kondisi-kondisi tertentu.

5). Setiap matriks riil A berukuran nn , dengan 2n dapat difaktorkan menjadi

hasilkali matriks-matriks ekuivalen bertanda positif total ditulis sebagai:

kAAAA ......

21 ,

dengan iA , ki ,...,1 matriks-matriks ekuivalen bertanda positif total.

Hal ini ditunjukkan berdasarkan sebuah fakta pada faktorisasi Loewner-

Neville bahwa setiap matriks persegi adalah hasilkali dari matriks-matriks

bidiagonal.

B. Saran

Pada penelitian ini, pembahasan faktorisasi pada matriks ekuivalen bertanda

positif total hanya pada matriks riil persegi dan dasar utama untuk membuktikan

bahwa setiap matriks berukuran nn , 2n merupakan perkalian dari matriks-

matriks ekuivalen bertanda positif total digunakan fakta pada faktorisasi Loewner-

Neville yaitu setiap matriks persegi merupakan hasilkali matriks-matriks

bidiagonal. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada matriks

yang lebih umum dan cara pembuktian yang lain.

Penerapan atas berlakunya teorema faktorisasi matriks ekuivalen bertanda

positif total pada penelitian ini hanya dihubungkan dengan faktorisasi: Cholesky,

LU dan QR, maka diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada

faktorisasi matriks lainnya.

Selanjutnya, permasalahan tentang banyaknya matriks minimum yang

dilibatkan sebagai faktor pada faktorisasi matriks ekuivelen bertanda positif total

masih merupakan pertanyaan terbuka. Diharapkan pada penelitian berikutnya

akan memperoleh jawaban terhadap masalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anton, H. 1988. Aljabar Linier Elementer Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta

Fiedler, M & Markham, T.L.1997. Consecutive Column and Row properties of

Matrices and the Loewner-Neville factorization. Linear Algebra and its

Applications, 266: 243 – 259. Elsevier Science Inc. New York.

Gasca, M & Peña, J.M. 1996. On Factorizations of Totally Positive Matrices,

Total Positivity and Its Applications, pp. 1-3 Kluwer Academic Publisher.

Dordrecht.

Golub, G. H dan Loan, C. F. 1996. Matrix Computations (Third edition). The

John Hopkins University Press. Baltimore London.

Hager, W. W. 1988. Applied Linear Algebra.Prentice Hall.Inc. Englewood Cliff,

New Jersey.

Harville, D. A. 1997. Matrix Algebra From A Statiscian Perspektive. Springer-

Verleg. Inc. New York.

Hershkowitz, D. & Pinkus, A. 2007. On Nonnegative Sign Equivalent and Sign

Similar Factorizations of Matrices. Electronics Journal of Linear Algebra

(ELA). ISSN 1081-3810. Volume 16. pp. 162-170.

Horn, R.A & Johnson , C.R. 1985. Matrix Analysis. Cambridge University Press.

Jacob, B. 1990. Linear Algebra. W. H. Freeman and Company. New York.

Johnson, C.R, Olesky, D.D & Driessche, P.v. 1999. Elementary Bidiagonal

Factorizations, Linear Algebra and Its Applications, 292:233-234.

Elsevier Science Inc. New York.

Leon,S.J.2001. Aljabar Linier dan Aplikasinya(Terjemahan). Erlangga. Jakarta.

Polyanin, A.D. & Manzhirov, A.V. 2007. Mathematics for Engineers and

Scientists. Chapman & Hall. New York.

Riley, K.F, Hobson, M.P & Bence,S.J. 2006. Mathematical Methods for Physics

and Engineering. Cambridge University Press.

Strang, G. 1988. Linear Algebra and Its Applications. Harcourt Brace Jovanovich.

Sandiego.

Zwilinger, D. 2003. Standard Mathematical Tables and Formulae. Chapman &

Hall /CRC Press Company. New York.