33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tangan merupakan media yang sangat mudah untuk penyebaran penyakit dan infeksi pada manusia karena tangan manusia sangat sering melakukan kontak dengan lingkungan, serta kontak dengan area mata, hidung maupun mulut yang sangat rentan untuk jalan infeksi bakteri (1). Manusia terus menerus terpapar patogen berbahaya sepanjang hidup mereka yang mengakibatkan berbagai macam penyakit dan dampak besar pada kesehatan mereka. Banyak cara dilakukan untuk menghindarkan diri dari beberapa paparan patogen tersebut, salah satunya adalah dengan menjaga kebersihan tangan (2). Salah satu cara yang paling sederhana dan paling umum dalam menjaga kebersihan tangan adalah mencuci tangan dengan sabun (3). Sabun merupakan produk yang dihasilkan dari reaksi antara asam lemak dengan basa kuat yang berfungsi untuk mencuci dan membersihkan lemak (Kotoran). Selain dapat membersihkan kulit dari kotoran, sabun juga dapat digunakan untuk membebaskan kulit dari bakteri (4). Sediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi gel yang mengandung zat aktif alami dari ekstrak tanaman. Gel merupakan sistem semi padat yang terdiri dari suspensi partikel anorganik kecil atau molekul organik besar terpenetrasi oleh suatu cairan.Sediaan gel lebih banyak digunakan karena tampilannya yang transparan dan menarik (5). Salah satu faktor penting dalam formulasi gel adalah gelling agent. Gelling agent bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

  • Upload
    others

  • View
    36

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tangan merupakan media yang sangat mudah untuk penyebaran penyakit

dan infeksi pada manusia karena tangan manusia sangat sering melakukan kontak

dengan lingkungan, serta kontak dengan area mata, hidung maupun mulut yang

sangat rentan untuk jalan infeksi bakteri (1).

Manusia terus menerus terpapar patogen berbahaya sepanjang hidup

mereka yang mengakibatkan berbagai macam penyakit dan dampak besar pada

kesehatan mereka. Banyak cara dilakukan untuk menghindarkan diri dari

beberapa paparan patogen tersebut, salah satunya adalah dengan menjaga

kebersihan tangan (2). Salah satu cara yang paling sederhana dan paling umum

dalam menjaga kebersihan tangan adalah mencuci tangan dengan sabun (3).

Sabun merupakan produk yang dihasilkan dari reaksi antara asam lemak

dengan basa kuat yang berfungsi untuk mencuci dan membersihkan lemak

(Kotoran). Selain dapat membersihkan kulit dari kotoran, sabun juga dapat

digunakan untuk membebaskan kulit dari bakteri (4). Sediaan sabun dapat berupa

emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi gel

yang mengandung zat aktif alami dari ekstrak tanaman. Gel merupakan sistem

semi padat yang terdiri dari suspensi partikel anorganik kecil atau molekul

organik besar terpenetrasi oleh suatu cairan.Sediaan gel lebih banyak digunakan

karena tampilannya yang transparan dan menarik (5). Salah satu faktor penting

dalam formulasi gel adalah gelling agent. Gelling agent bermacam-macam

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

jenisnya, biasanya berupa turunan dari selulosa seperti Carboxy metil selulosa

(CMC-Na) dan ada juga yang berasal dari polimer sintetik seperti carbopol.

Masing masing gelling agent memiliki karakteristik tersendiri (6).

CMC-Na merupakan basis gelling agent yang memiliki sifat fungsional

pengemulsi dan stabilisator ( pengental) yang memberikan kekentalan yang stabil

pada sediaan (6). Carbopol merupakan basis gel hidrofilik yang sangat umum

digunakan pada produk kosmetik dan obat yang mempunyai sifat mudah

didispersikan dengan menggunakan konsentrasi 0,5%- 2% (7).

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai antibakteri adalah

tanaman kecombrang (Etlingera elatior (Jack)) adalah salah satu jenis tanaman

rempah-rempah yang berasal dari keluarga zingiberaceae yang sejak lama telah

dikenal dan dimanfaatkan sebagai obat-obatan dan berkhasiat sebagai

pengobatluka dan penghilang bau badan (8). Kandungan yang terdapat pada daun

adalah saponin,flavonoid dan asam klorogenat (9).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan (Ningtyas,2010) telah diteliti

uji antioksidan dan antibakteri ekstrak air daun kecombrang (Etlingera elatior

(Jack)), sebagai pengawet alami terhadap Eschericia coli dan Staphylococcus

aureusdapat diketahui bahwa terkandung senyawa antibakteri didalamnya. Hasil

uji aktivitas antibakteri menunjukkan ekstrak daun kecombrang memiliki

kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri dengan zona hambat 8,663

mmdengan konsentrasi 20% (10).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan (kusumawati,2015) telah

diteliti uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kecombrang Etlingera elatior

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

(Jack) R.M.Sm terhadap Salmonella thypi. Hasil uji aktivitas antibakteri

menunjukkan ekstrak etanol daun kecombrang memiliki kemampuan

menghambat pertumbuhan bakteri dengan zona hambat sebesar 9,28 mm pada

konsentrasi 100% (31).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan (Halim,2015) telah diteliti uji

efek penyembuhan luka sayat ekstrak etanol daun kecombrang (Etlingera elatior)

dalam bentuksediaan gel terhadap kelinci (Oryctolagus cuniculus). Hasil uji efek

penyembuhan luka sayat menunjukkan bahwa formula gel sekstrak etanol daun

kecombrang mempunyai efektivitas dalam penyembuhan luka sayat pada kelinci

sebesar 9% (32).

Berdasarkan potensi dan pemanfaatan daun kecombrang dalam bidang

medis secara empiris serta penelitian yang menunjukkan adanya antibakteri secara

ilmiah, maka tanaman ini memiliki potensi untuk diolah lebih lanjut dalam bentuk

sediaan topikal agar dapat digunakan secara meluas sebagai sabun tangan

(Handsoap). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang formulasi sediaan Handsoap gel ekstrak etanol daun

kecombrang (Etlingera elatior (Jack)). Adapun parameter untuk sediaan yang

dibuat meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH dan uji tinggi busa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian yaitu:

1. Apakah ekstrak daun kecombrang (Etlingera elatior (Jack)), dapat

diformulasikan kedalam sediaan handsoap dalam bentuk gel?

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

2. Jenis basis gel manakah yang dapat menghasilkan sediaan handsoapgel

ekstrak etanol daun kecombrang ( Etlingera elatior (Jack)) berdasarkan uji

parameter yang dilakukan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bahwa ekstrak daun kecombrang (Etlingera elatior

(Jack)) dapat diformulasikan kedalam sediaan handsoap gel.

3. Untuk mengetahui jenis basis gel mana yang dapat menghasilkan

sediaanhandsoap gel ekstrak etanol daun kecombrang (Etlingera elatior

(Jack))berdasarkan uji parameter yang dilakukan.

1.4 Manfaat Penelitian

Untuk menambah informasi dan pengetahuan pemanfaatan ekstrak daun

kecombrang (Etlingera elatior (Jack)), sebagai handsoap dalam bentuk gel.

1.5 Hipotesis

1. Ekstrak daun kecombrang (Etlingera elatior (Jack)), dapat diformulasikan

kedalam sediaan handsoap gel.

2. Jenis basis gel Carbopol yang dapat menghasilkan sediaan ekstrak etanol

daun kecombrang (Etlingera elatior (Jack)) berdasarkan uji parameter

yang dilakukan.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

1.6. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian

Ekstrak daun kecombrang ( Etlingera elatior (Jack)

Dengan variasi gelling agent:

CMC 1,3%

Carbopol 1%

Kontrol positif (Yuri Handsoap gel®)

Organoleptis

Homogenitas

pH

Uji Organoleptis

(bentuk, warna dan bau)

Uji Homogenitas

(ada /tidaknya butiran kasar)

Uji pH

(tingkat asam dan basa)

Tinggi Busa

Uji Tinggi Busa

(mengetahui tingginya busa )

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman Kecombrang

Uraian tanaman meliputi habitat tanaman sistematika tanaman, nama

sinonim, morfologi tanaman, kandungan dan manfaat tanaman.

2.1.1. Habitat Tanaman Kecombrang

Kecombrang (Etlingera elatior (Jack)) merupakan salah satu keluarga

Zingberaceae yang asli Indonesia. Tanaman ini dikenal dengan berbagai nama

antara lain “kencong” atau “kincung” di Sumatera Utara, “Kecombrang” di jawa,

“honje” di Bali, ‘sambuang” di Sumatera Barat dan “bunga kantan” di Malaysia.

Kecombrang merupakan salah satu jenis tanaman rempah-rempahyang

sejak lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia sebagai obat-obatan (11).

Gambar 2.1 Tanaman kecombrang ( Etlingera elatior (Jack))

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

2.1.2. Klasifikasi Tanaman Kecombrang

Klasifikasi dari tanaman kecombrang adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Etlingera

Spesies : Etlingera elatiorJack (12).

2.1.3. Sinonim Tanaman Kecombrang

Tanaman Kecombrang memiliki banyak sinonim diantaranya, seperti

Nicolaiaspeciosa, Nicolaia elatior Horan, Etlingera elatior (Jack)), Phaeomeria

maggnifica,Phaemoria spesiosa, P.intermedia Valet (10).

2.1.4. Morfologi Tanaman Kecombrang

Tanaman kecombrang (Etlingera elatior(Jack)) merupakan tanaman yang

tumbuh di daerah tropis dan termasuk ke dalam tanaman aromatik, karena

mempunyai aroma yang khas. Tanaman ini memiliki akar,batang, daun, bunga,

buah dan biji. Sepintas ciri morfologi tanaman kecombrang sebagai berikut:

1. Akar

Tanaman kecombrang mempunyai akar berbentuk serabut dan berwarna

kuning gelap.

2. Batang

Tanaman kecombrang mempunyai batang berbentuk semu bulat membesar

dipangkalanya. Tumbuh tegak, berpelepah,batang saling berdekat-dekatan

membentuk rimpang.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

3. Daun

Tanaman kecombrang mempunyai daun tunggal, lanset tersusun dalam

dua baris berselang-seling, di batang semu helaian daun berbentuk lonjong

dengan panjang 20-30 cm dan lebar 5-15 cm. Tepinya bergelombang dan

ujungnya meruncing. Tulang daun menyirip dan berwarna hijau.

4. Bunga

Tanaman kecombrang mempunyai bunga majemuk berbentuk bongkol,

bertangkai 40-80 cm, panjang dengan ukuran ± 7 ½ cm dengan pelindung

berbentuk jorong 7-18 cm x 1-7 cm berwarna merah jambu hingga merah

terang berdaging.Mahkota berbentuk tabung berwarna merah jambu.

5. Buah

Tanaman kecombrang mempunyai buah berbentuk kotak dengan bulat

telur berwarna hijau dan ketika masak warnamya menjadi merah .

6. Biji

Tanaman kecombrang mempunyai bji banyak berwarna coklat kehitaman

(13).

2.1.5. Kandungan dan Manfaat Tanaman Kecombrang

Hampir seluruh bagian dari tumbuhan ini dapat dimanfaatkan. Dalam

kecombrang terkandung zat aktif seperti saponin, flavonoida, dan polifenol. Zat

aktif tersebut dikenal sebagai deodorant alami yang akan mengurangi bau badan

yang kurang enak bagi orang yang mengkomsumsinya.

Kecombrang juga kaya vitamin dan mineral. Khasiat lain dari kecombrang

adalah memperbanyak ASI, dan pembersih darah. Hal ini sangat baik bagi ibu

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

yang sedang menyusui. Di beberapa kalangan masyarakat, kecombrang dipercaya

sebagai penetral kolesterol. Hal ini tidaklah mengejutkan mengingat adanya

beberapa hasil penelitian yang menunjukkan kandungan senyawa- senyawa dari

tanaman ini seperti antibakteri, antioksidan, dan antikanker.

Hasil penelitian Ningtyas (2010) menguji ekstrak air daun kecombrang

dalam kemampuannya untuk membunuh bakteri Escherichia coli dan

Staphylococcus aureus. Hasil penelitian menunjukkan adanya aktivitas antibakteri

terhadap Staphylococcus aureus dengan zona hambat 8,663 mm dan terhadap

Esherichia coli dengan zona hambat 10 mm (10).

2.2 Kulit

2.2.1. Definisi Kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang terletak paling luar yang

melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan hidup manusia dan merupakan alat

tubuh yang terberat dan terluas ukurannya yaitu kra-kira 15% dari berat tubuh dan

luas kulit orang dewasa1,5 m2. Kulit merupakan organ esensial dan vital serta

merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.Kulit juga sangat kompleks, elastik

dan sensitif serta sangat bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga

bergantung pada lokasi tubuh.Struktur kulit manusia dapat dilihat pada gambar

2.2 (14).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

Gambar 2.2 Struktur Kulit Manusia

2.2.2. Fungsi kulit

Kulit mempunyai fungsi bermacam –macam untuk menyesuaikan dengan

lingkungan. Adapun fungsi utama kulit adalah :

a. Fungsi proteksi: menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik

seperti gesekan dan tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan

iritasi seperti radiasi. Kulit juga merupakan alat proteksi rangsangan kimia

karena stratum korneum ini bersifat impermeable terhadap zat kimia dan

air.

b. Fungsi absorpsi: Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan

benda padat tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap yang

diserap ( kulit bersifat permeabel terhadap O2, CO2 dan uap air), begitu

juga yang larut dalam lemak. Penyerapan terjadi melalui celah antar sel

menembus sel-sel epidermis dan saluran kelenjar.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

c. Fungsi ekskresi: Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna

lagi atau sisa metabolism dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan

ammonia.

d. Fungsi persepsi: Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis

dan subkutis sehingga kulit mampu mengenali rangsangan yang diberikan.

e. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi): Kulit melakukan fungsi ini

dengan cara mengekskresikan keringat dan mengerutkan (otot

berkontraksi) pembuluh darah kulit. Di waktu suhu dingin, peredaran

darah di kulit berkurang guna mempertahankan suhu badan. Pada waktu

suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan

keringat dan kelenjar keringat sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak

terlalu panas.

f. Fungsi pembentukan pigmen: Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak

di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Melanosid membentuk

warna kulit, enzim melanosom dibentuk aparatus golgi dengan bantuan

tiroksinase meningkatkan metabolisme sel, Ion Cu dan Oksigen. Sinar

matahari mempengaruhi melanosom, pigmen yang terbesar di epidermis

melalui tangan- tangan dendrit.

g. Fungsi keratinisasi: sel basal akan berpindah ke atas dan berubah bentuk

menjadi sel spinosum. Keratinosid melalui proses sintesis dan generasi

menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira-kira 14-21 hari (14).

2.2.3 Anatomi Kulit secara hispatologik

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

1. Epidermis

Epidermis merupakan bagian kulit yang paling luar. Ketebalan epidermis

berbeda- beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1

misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki.

Lapisan epidermis terdiri atas :

a. Lapisan tanduk (Stratum korneum) adalah lapisan kulit yang paling

luar dan terdiri atas beberapa lapis sel- sel gepeng yang mati, tidak

berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).

b. Lapisan lusidum (Stratum lusidum) terdapat langsung di bawah lapisan

korneum merupakan lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel

gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein

yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak

tangan dan kaki.

c. Lapisan Keratolin (Stratum Granulosum) merupakan 2 atau 3 lapis sel-

sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti

diantaranya. Butir- butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa

biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga

tampak jelas ditangan tangan dan kaki.

d. Lapisan Malphigi (Stratum spinosum) merupakan lapisan epidermis

yang paling kuat dan tebal. Terdiri dari beberapa lapis sel yang

berbentuk polygonal yang besarnya berbeda-beda akibat adanya

mitosis serta sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng

bentuknya. Pada lapisan ini banyak mengandung glikogen.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

e. Lapisan basal (Stratum germinativum) merupakan lapisan epidermis

paling bawah dan berbatas dengan dermis. Dalam lapisan basal

terdapat melanosit. Melanosit adalah sel yang membentuk melanin

yang berfungsi melindungi kulit terhadap sinar matahari.

2. Dermis

Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal

daripada epidermis.Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat

dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi

menjadi dua yaitu:

a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis , berisi ujung

serabut saraf dan pembuluh darah .

b. Pars retikulare, yaitu bagian dibawahnya yang menonjol kearah

subkutan. Bagian ini terdiri atas serabut- serabut penunjang seperti

serabut kolagen, elastin dan retikulin.

3. Subkutis

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat

longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya.Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar,

dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Jaringan

subkutan mengandung syaraf, pembuluh darah dan limfe, kantung rambut dan di

lapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar keringat.Fungsi jaringan subkutan

adalah penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat penumpukan energi

(14).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

2.3 Ekstrak (Extracta)

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelrut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (15).

2.4 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari bagian tanaman obat

yang bertujuan untuk menarik komponen k imia yang terdapat dalam bagian

tanaman obat tersebut (16).

Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses perpindahan massa dari

komponen zat padat yang terdapat pada simplisia ke dalam pelarut organik yang

digunakan (16).

Hasil dari ekstraksi disebut ekstrak yaitu sediaan pekat yang diperoleh

dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut

diuapkan dan massa atau serbuk diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku

yang telah ditetapkan (16).

2.4.1. Metode Ekstraksi

Beberapa metode ekstraksi yang sering diigunakan antara lain yaitu :

a) Ekstraksi secara dingin

Metode ekstraksi secara dingin bertujuan untuk mengekstrak senyawa-

senyawa yang terdapat dalam simlisia yang tidak tahan terhadap panas atau

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

bersifat termolabil. Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara

berikut ini :

1. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan hanya

dengan cara merndam simplisia dalam satu atau campuran pelarut

selama waktu tertentu pada temperatur kamar dan terlindung dari

cahaya.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian zat aktif secara dingin dengan cara

mengalirkan pelarut secara kontinu pada simplisia selama waktu

tertentu

b) Ekstraksi secara Panas

Metode panas digunakan apabila senyawa- senyawa yang terkandung

dalam simplisia sudah dipastikan tahan panas, metode ekstraksi yang

membutuhkan panas diantaranya :

1. Seduhan

Seduhan merupakan metoda ekstraksi paling sederhana hanya dengan

merendam simplisia dengan air panas selama waktu tetentu (5-10

menit).

2. Coque (penggodokan)

Coque merupakan proses penyarian dengan cara menggodok simplisi

menggunakan api langsung dang hasilnya dapat langsung digunakan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

sebagai obat baik secara keseluruhan termasuk ampasnya atau hanya

hasil godokannya saja tanpa ampas.

3. Infusa

Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari

simplisia nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 15 menit.

4. Digestasi

Digestasi adalah proses ekstraksi yang cara kerjanya hampir sama

dengan maserasi, hanya saja digesti menggunakan pemanasan rendah

pada suhu 30-40ºC. Metoda ini biasanya digunakan untuk simplisia

yang tersari baik pada suhu biasa.

5. Dekokta

Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia

nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 30 menit.

6. Refluks

Refluks adalah proses ekstraksi dengan pelarut pada tiitik didih pelarut

selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin

balik (kondensor). Proses ini umumnya dilakukan 3-5 kali pengulangan

pada residu pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi yang cukup

sempurna.

7. Soxhletasi

Proses soxhletasi merupakan proses ekstraksi panas menggunakan kalat

khusus berupa ekstraktor soxhlet. Suhu yang digunakan lebih rendah

dibandingkan dengan suhu pada metoda refluks (16).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

2.5 Pelarut

Pelarut pada umumnya adalah zat berada pada larutan dalam jumlah yang

besar, sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat terlarut. Pelarut yang

digunakan pada proses ekstraksi haruslah merupakan pelarut terbaik untuk zat

aktif yang terdapat dalam sampel atau simplisia, sehingga zat aktif dapat

dipisahkan dari simplisia dan senyawa lainnya yang ada dalam simplisia tersebut.

1. Macam-macam Pelarut

a. Air

Air merupakan salah satu pelarut yang mudah, murah dan dipakai

secara luas oleh masyarakat. Pada suhu kamar, air merupakan pelarut

yang baik untuk melarutkan berbagai macam zat seperti : Garam-

garam alkaloida, glikosida, asam tumbuh-tumbuhan, zat warna dan

garam-garam mineral lainnya. Selain itu, air dapat mengembangkan

simplisia sedemikian rupa, sehingga akan menyulitkan dalam

ekstraksi terutama dengan metode perkolasi.

b. Etanol

Berbeda dengan air yang dapat melarutkan berbagai macam zat aktif,

etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu saja seperti alkaloida,

glikosida, damar-damar dan minyak atsiri. Keuntungan dari

penggunaan etanol sebagai pelarut adalah ekstrak yang dihasilkan

lebih spesifik, dapat bertahan lama karena disamping sebagai pelarut,

etanol juga berfungsi sebagai pengawet.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

c. Gliserin

Gliserin digunakan sebagai pelarut terutama untuk menarik zat aktif

dari simplisia yang mengandung zat samak. Disamping itu, gliserin

juga merupakan pelarut yang baik untuk golongan tanin dan hasil-

hasil oksidannya, berbagai jenis gom dan albumin.

d. Eter

Eter merupakan pelarut yang sangat mudah menguap sehingga tidak

dianjurkan untuk pembuatan sediaan obat yang akan disimpan dalam

jangka waktu yang lama.

e. Heksana

Heksana adalah yang berasal dari hasil penyulingan minyak bumi.

Heksana merupakan pelarut yang baik untuk lemak dan minyak.

Pelarut ini biasanya dipergunakan untuk menghilangkan lemak

pengotor dari simplisia sebelum simplisia tersebut dibuat sediaan

galenik.

f. Aceton

Aceton memiliki kemampuan hampir sama dengan heksana dimana

aceton mampu melarutkan dengan bak berbagai macam lemak,

minyak atsiri dan damar. Akan tetapi aceton tidak dipergunakan untuk

sediaan galenik untuk pemakaian dalam.

g. Chloroform

Chloroform tidak dipergunakan untuk sediaan dalam, karena secara

farmakologi, chloroform mempunyai efek toksik. Chloroform

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

biasanya digunakan untuk menarik bahan-bahan yang mengandung

basa alkaloida, damar, minyak lemak, dan minyak atsiri.

2. Pelarut berdasarkan kepolaran

a. Pelarut polar

Pelarut polar adalah senyawa yang memiliki rumus umum R-OH dan

menunjukkan adanya atom hydrogen yang menyerang atom

elektronegatif (oksigen). Pelarut dengan tingkat kepolaran yang tinggi

merupakan pelarut yang cocok baik untuk semua jenis zat aktif

(universal) karena disamping menarik senyawa yang bersifat polar,

pelarut polar juga tetap dapat menarik senyawa-senyawa dengan

tingkat kepolaran lebih rendah. Contoh pelarut polar diantaranya

adalah : air, methanol, etanol, asam asetat.

b. Pelarut non polar

Pelarut non polar merupakan senyawa yang memiliki konstanta

dielektrik yang rendah dan tidak larut dalam air. Pelarut ini baik

digunakan untuk menarik senyawa-senyawa sekali tidak larut dalam

pelarut polar seperti minyak. Contoh pelarut non polar adalah :

heksana, chloroform, dan eter.

c. Pelarut semi polar

Pelarut semi polar adalah yang memiliki molekul yang tidak

mengandung ikatan O-H. Pelarut dalam kategori ini, semuanya

memilik ikatan dipole yang besar. Ikatan dipole ini merupakan ikatan

rangkap antara karbon dengan oksigen atau nitrogen. Pelarut semi

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

polar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan

dengan pelarut polar. Pelarut ini baik digunakan untuk melarutkan

senyawa-senyawa yang juga bersifat semi polar dari tumbuhan.

Contoh pelarut semi polar adalah : Aseton, etil asetat dan Dikloro

metan (16).

2.6 Sabun Pencuci Tangan ( Handsoap)

2.6.1. Pengertian Sabun

Sabun adalah garam natrium dan kalium dari asam lemak yang berasal dari

minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang di gunakan sebagai pembersih

dapat berwujud padat (keras), lunak dan cair (DSN,1994). Sabun merupakan

pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara kalium dan natrium dengan

asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani dengan diereaksikan dengan

alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80-100 °C melalui suatu

proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa,

menghasilkan gliserol sabun mentah (17).

2.6.2 Reaksi Penyabunan

Sabun adalah garam alkali dari asam lemak dan dihasilkan menurut reaksi

asam lemak.Basa alkali yang umum digunakan untuk membuat sabun adalah

natrium (NaOH) dan amonia (NH4OH) sehingga rumus molekul selalu dinyatakan

sebagai RCOONa, RCOOK atau RCOONH4.

Proses pembuatan sabun dikenal dengan istilah saponifikasi. Saponifikasi

adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah/kuat. Berikut

merupakan reaksi saponifikasi (18):

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

CH3COCR CH2OH | | CHOCOR + 3NaOH 3RCOONa + CHOH | | CH2OCOR CH2OH

Lemak Alkali Sabun Gliserol

2.7 Gel

Gel disebut jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang

dibuat dari partikel dari anorganik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika

massa gel terdiri dari dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan

sebagai system dua fase. Dalam dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi

relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma (misalnya

magma bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk

semipadatjika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus

dikocok dulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas.

Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serta

sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara

moleku makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dapat

dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya karbomer) atau dari gom alam

(misalnya tragakan). Sediaan tragakan disebut juga musilago. Walaupun gel-gel

ini umunya mengandug air, etanol, dan minyak dapat digunakan sebagai fase

pembawa (19).

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

2.7.1. Basis Gel

Berdasarkan komposisinya, basis gel dapat dibedakan menjadi basis gel

liofobik dan basis gel liofilik

1. Basis gel liofobik

Basis gel liofobik (tidak suka dengan pelarut) umumnya terdiri dari

partikel- partikel anorganik.Apabila ditambahkan kedalam fase pendispersi,

bilamana ada, hanya sedikit sekali interaksi terjadi antara kedua fase.Berbeda

dengan bahan liofilik, bahan liofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi harus

dirangsang dengan prosedur yang khusus.

Basis gel liofobik antara lain protelatum, mineral oil/gel polythilen,

plastibase, aluminium stearat, dan carbowax.Basis gel hidrofobik biasanya terdiri

dari paraffin cair dengan polietilen atau minyak lemak dengan koloid

silica.Minyak-minyak non polar seperti minyak zaitun, paraffin cair, atau isoprofil

miristat dapat membentuk basis gel dengan penambahan bahan penebal colloidal

silicon dioxide (aerosol).Basis gel yang dibuat dari bahan ini menghasilkan gel

yang transparan.Pembentuk gel hidrofobik memberikan kontribusi dalam

meningkatkan adhesi pembawa.

2. Basis gel liofilik

Basis gel liofilik umumnya adalah molekul-molekul organik yang besar

dan dapat larut atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi.Istilah

hidrofilik berarti suka pada pelarut.Daya tarik menarik atau tidak adanya daya

tarik menarik antara fase terdispersi dengan medium pendispersinya

mempengaruhi kemudahan pembuatan dispersi koloid.Jika fase pendispersi

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

berinteraksi ini diistilahkan sebagai liofilik dengan fase pendispersi pada

umumnya.Karena daya tarik menarik pada pelarut bahan-bahan liofilik kebalikan

dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik, sisitem koloid

hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih

besar.

Basis gel liofilik antara lain bentonit, tragakan, derivate selulosa,

karbomer/karbopol, polivinil alkohol, alginat.

Keuntungan gel liofilik antara lain: daya sebarnya pada kulit baik, efek

dingin yang ditimbulkan akibat lambatnya penguapan air pada kulit, tidak

menghambat fungsi fisiologis kulit khususnya respiration sensibilis oleh karena

tidak melapisi permukaan kulit secara kedap dan tidak menyumbat pori-pori kulit,

mudah dicuci dengan air dan memungkinkan pemakaian pada bagian tubuh yang

berambut dan pelepasan obatnya baik (20).

2.7.2 Bahan Dasar Pembentuk Gel

1. CMC Na ( Carboxyl Metyl Selulosa)

CMC-Na berbentuk serbuk atau granul, putih sampai krem, dan

higroskopis. CMC-Na mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloida,

tidak larut dalam etanol, eter dan pelarut organik lain. Larutan stabil pada pH 2-

10, pengendapan terjadi pada pH dibawah 2. Penyimpanannya dalam wadah

tertutup rapat. CMC- Na inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan

larutan garam besi dan beberapa logam seperti aluminium , merkuri, zink juga

dengan gom xanthan, pengendapan terjadi pada pH dibawah 2 dan pada saat

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

pencampurandengan etanol 95% membentuk kompleks dengan gelatin dan pektin.

Kegunaannya adalah sebagai gellating agent dengan konsentrasi 3-6% (7).

Keuntungan CMC-Na antara lain memberikan viskositas stabil pada

sediaan (20). Kerugian CMC-Na antara lain Membentuk larutan koloida dalam air

yang dapat membuat gel menjadi tidak jernih karena menghasilkan dispersi koloid

dalam air yang ditandai munculnya bintik-bintik dalam gel, memiliki diameter

penyebaran yang lebih kecil dibandingkan dengan basis gel yang lain (7)

2. Carbopol

Carbopol merupakan gel hidrofilik, sehingga mudah terdispersi dalam air

dan dalam konsentrasi kecil dapat berfungsi sebagai basil gel dengan kekentalan

yang cukup pada pH 6-11. Pemakaian carbopol dibandingkan dengan bahan lain

adalah sifatnya yang mudah didispersikan oleh air dan dengan konsentrasi kecil

yaitu 0,050-2,00 % (7).

Keuntungan Carbopol antara lainsifatnya yang mudah didispersikan oleh

air, tidak toksis dan tidak mempengaruhi aktivitas biologi obat tertentu (21).

Kerugian carbopol antara lainpada temperature berlebih dapat mengalami

penurunan kekentalan sehingga dapat mengurangi stabilitas (7).

3. HPMC ( Hydroxyl Propyl Methyl Cellulose)

HPMC (Hidroksi Propil Metil Selulosa) juga dapat menghasilkan gel yang

netral, jernih, tidak berwarna, stabil pada pH 3-11, mempunyai resistensi yang

baik terhadap serangan mikroba, dan memberikan kekuatan film yang baik bila

mengering pada kulit (7).

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

Keuntungan HPMC antara lain menghasilkan gel yang netral dan jernih,

tidak berwarna,stabil pada pH 3-11, mempunyai resistensi yang baik terhadap

serangan mikroba, memberikan kekuatan film yang baik bila mongering pada

kulit, memiliki Kecepatan pelepasan obat yang baik, daya Sebarnya luas (22).

2.8 Formula Standar Pembuatan Gel

Formula pembuatan basis gel sebagai berikut (23) :

Tabel 2.1 Formula Standar Basis Gel CMC-Na Bahan %b/b

CMC-Na 5% Gliserin 10 Propilenglikol 5 Aquades (ad) 100

Tabel 2.2 Formula Standar Basis Gel Carbopol (24):

Bahan %b/b Carbopol 0,5 Gliserin 10 TEA 0,5 Aquades (ad) 89 2.8.1. Bahan-bahan pembuat Handsoap Gel

a. Gliserin

Gliserin merupakan cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

manis diikuti rasa panas dan higroskopis. Gliserin larut bila dicampur dengan air,

etanol (95%), praktis tidak larut dengan kloroform, eter dan minyak lemak (25).

Sinonimya yaitu gliserol,glycon G-100, gliserolum, 1,2,3- propanetriol,

trihidroksipropan gliserol. Gliserin digunakan dalam berbagai formulasi farmasi

termsuk sediaan oral, otik, opthalmik dan parenteral. Dalam sediaan topikal

formulasi dan kosmetik, gliserin terutama digunakan sebagai humektan dan

emolien. Gliserin dapat mengkristal jika disimpan pada suhu yang rendah, kristal

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

tidak meleleh sampai dipanaskan pada suhu 20 °C. Gliserin harus disimpan dalam

wadahkedap udara, ditempat yang sejuk dan kering (7).

b. Propilenglikol

Propilenglikol merupakan cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak

berbau, rasa agak manis, higroskopik. Propilenglikol larut dalam air, etanol (

95%) dan dengan kloroform, larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat dicampur

dengan eter minyak tanah dan minyak lemak (25).

Propilenglikol memiliki sinonim propilen glycolum,propan-1,2-

diol,methyl ethylene glikol, metil glikol dan 1,2-Dihidroxypropane. Propilenglikol

telah banyak digunakan sebagai desinfektan, humektan, plastisizer dan pelarut.

Propilenglikol bersifat higroskopik dan harus disimpan dalam wadah yang

tertutup, terlindung cahaya dan di tempat yang sejuk dan kering (7).

c. Trietanolamin

Trietanolamin dengan rumus molekul C6H15NO3 memiliki sinonim TEA,

Tealan, Trihidroksitrietilamin. Trietanolamin memiliki berat molekul sebesar

149,19 g/mol. Trietanolamin berupa cairan kental, tidak berwarna hingga kuning

pucat, dengan bau mirip amoniak, perlu disimpan dalam wadah tertutup baik.

Trietanolamin larut dalam air, etanol, dan kloroform.

Trietanolamin digunakan biasanya sebagai perantara dalam pembuatan

surfaktan, tekstil, lilin, poles, herbisida, demulsifiers minyak bumi dan bahan

adiktif semen. Penggunaan umum lainnya yaitu sebagai buffer, pelarut, dan

sebagai humektan

d. Natrium Lauril Sulfat

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

Natrium lauril sulfat merupakan krim berwarna putih atau kuning

pucat,kristal, serpihan atau bubuk yang memiliki rasa khas lemah dan bau

berlemak. Sinonimnya adalah garam natrium dodecyl sulfate, sodium

monododecyl sulfate, texapon. Natrium lauril sulfat adalah surfaktan anionik yang

digunakan sebagai deterjen dan zat pembasah yang efektif baik dalam kondisi

asam maupun basa. Natrium lauril sulfat stabil dalam kondisi penyimpanan

normal yang disimpan dalam wadah tertutup dan ditempat yang sejuk dan kering

(7).

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian secara eksperimental

(Experimental research) yaitu suatu penelitian dengan melakukan kegiatan untuk

mengetahui pengaruh yang ada, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu atau

eksperimen tersebut. Ciri khusus dari penelitian eksperimen adalah adanya

percobaan atau trial. Percobaan itu berupa perlakuan atau intervensi terhadap

suatu variabel. Dari perlakuan tersebut diharapkan terjadi perubahan atau

pengaruh terhadap variabel lain (26).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitan

3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika Institut Kesehatan

Helvetia Medan

3.2.2 Waktu

Penelitian ini dilakukan mulai Juni –Agustus 2018

3.3 Alat-alat dan Bahan

3.3.1 Alat

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat – alat gelas

seperti beaker glass (Iwaki pyrex), gelas ukur ( Iwaki pyrex), pipet tetes, kaca

preparat, timbangan digital, pH meter, lumpang dan stamper, rotary evaporator,

blender ( Miyako), kertas saring, alumunium foil, pot gel,spatula, sudip.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

3.3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu : ekstrak daun

kecombrang, CMC Na, Carbopol, gliserin , Propilenglikol, TEA, Natrium Lauril

Sulfat, ,Pengharum, aquadest dan Etanol 70%.

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa

membandingkan dengan daerah lain. Daun kecombrang dipanen langsung dari

pohon, yang tumbuh di Desa Porsea Kabupaten Toba Samosir. Panen dilakukan

pada pagi hari. Daun yang digunakan adalah daun tua.

3.4.2 Pengelolaan Sampel

Pengelolaan sampel daun kecombrang (Etlingera elatior(Jack)) meliputi

pencucian, perajangan hingga menjadi serbuk, dan pembuatan ekstrak daun

kecombrang.

a) Pencucian

Daun kecombrang (Etlingera elatior (Jack)) segar sebanyak 10 kg

dibersihkan dari kotoran, kemudian dicuci dibawa air mengalir sampai

bersih, ditiriskan.

b) Perajangan

Daun kecombrang (Etlingera elatior (Jack)) yang telah dicuci bersih

dirajang . Perajangan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam

diatas talenan.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

c) Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara disebarkan diatas kertas perkamen

terhindar dari sinar matahari langsung selama ± 2 minggu. Pengeringan

diakhiri setelah terdapat beberapa tanda seperti warna memudar, mudah

dipatah atau rapuh.

d) Pembuatan serbuk

Pembuatan serbuk dilakukan dengan menggunakan blender. Serbuk

kemudian ditimbang dan disimpan ditempat yang terlindung dari sinar

matahari langsung.

e) Pembuatan Ekstrak Daun Kecombrang

Pada penelitian ini sampel daun kecombrang diekstraksi menggunakan

etanol 70%. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi, yaitu

sebanyak 1,2 Kg serbuk simplisia dimasukkan ke dalam bejana tertutup,

kemudian dimaserasi dengan menggunakan 1200 ml etanol 70%.

Tuangi dengan 75 bagian etanol, ditutup, biarkan selama 5 hari terlindung

dari cahaya matahari sambil sering diaduk, diserkai, diperas. Setalah 5 hari

ampas dicuci lagi dengan 25 bagian etanol. Pindahkan kedalam bejana

tertutup, biarkan ditempat sejuk, yang terlindung dari cahaya selama 2

hari. Kemudian dienap tuangkan atau disaring (15). Kemudian filtrat yang

dihasilkan dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator diperoleh

ekstrak kental.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

3.5 Formulasi Sediaan Handsoap Gel

Sediaan handsoap gel yang akan dibuat adalah sebanyak 80 gram dengan

basis gel CMC-Na dan Carbopol.

Tabel 3.1 Formulasi sediaan Handsoap gel dengan basis gel CMC-Na dan Carbopol

Bahan Konsentrasi (%) F I F II FIII IV

Ekstrak Daun Kecombrang (%)

- 20 - 20

CMC-Na 1,3 1,3 - - Carbopol - - 1 1 TEA - - 1 1 Gliserin 10 10 10 10 Propilenglikol 5 5 5 5 Natrium Lauril Sulfat 2 2 2 2 Pewangi (gtt) q.s q.s q.s q.s Aquadest Ad 80 Ad 80 Ad 80 Ad 80

Keterangan:

FI :Formula dengan Basis CMC-Na 1,3% tanpa ekstrak daun kecombrang 20%

FII :Formula dengan basis CMC-Na 1,3% dengan ekstrak etanol daun kecombrang 20%

FIII :Formula dengan basis Carbopol 1 % tanpa ekstrak etanol daun kecombrang 20%

FIV :Formula dengan basis Carbopol 1% dengan ekstrak etanol daun kecombrang 20 %

3.6 Pembuatan Sediaan Handsoap Gel Ekstrak Daun Kecombrang

a.) Pembuatan handsoap gel ekstrak etanol daun kecombrang dengan basis

CMC- Na

Disiapkan semua bahan yang akan digunakan. Bahan ditimbang sesuai

dengan formula yang ada.Ekstrak daun kecombrang 20 % dilarutkan dengan

gliserin.Sodium Lauril sulfat dilarutkan dalam air panas. Dalam lumpang

masukkan aquadest dingin taburi CMC-Na, tunggu hingga transparan kemudian

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

dilakukan pengadukan secara terus-menerus sehingga terdispersi sempurna dan

terbentuk basis gel. Ditambahkan propilenglikol, ekstrak daun kecombrang,

natrium lauril sulfat dan sisa aquadest hingga 80 gram dengan cara terus

dilakukan pengadukan hingga terbentuk gel dan ditambahkan parfum aduk hingga

homogen.

b.) Pembuatan handsoap gel ekstrak etanol daun kecombrang dengan basis

Carbopol.

Carbopol dilarutkan dalam 25 ml aquadest dalam lumpang. Trietanolanim

dilarutkan dalam air lalu dimasukkan kedalam campuran carbopol lalu digerus

hingga terbentuk basis gel yang homogen. Kemudian ditambahkan propilenglikol

hingga terbentuk gel yang mengembang dan jernih. Disisi lain ekstrak daun

kecombrangdilarutkan dengan gliserin lalu dimasukkan kedalam massa gel

digerus lalu ditambahkan natrium lauril sulfat yang sudah dilarutkan dengan air

panas, diaduk secara pelan-pelan tambahkan sisa aquadest hingga 80 gram.

Terakhir ditambahkan parfum aduk hingga homogen hingga homogen

3.7 Evaluasi Handsoap Gel

Evaluasi sediaan handsoap gel mencakup uji organoleptik, uji

homogenitas, uji pH dan uji tinggi busa

3.7.1 Uji Organoleptik

Uji organoleptikdilakukan pada formulasi Handsoap gel ekstrak etanol

daun kecombrang bertujuan untuk mengetahui sifat fisik gel dan mengamati

adanya perubahan bentuk, warna maupun bau yang mungkin terjadi selama

penyimpanan (27).

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/840/2/BAB I - BAB III.pdfSediaan sabun dapat berupa emulsi dan gel. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi

3.7.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah sediaan yang telah

dibuat homogen atau tidak.Caranya, gel dioleskan pada kaca transparan dimana

sediaan diambil 3 bagian yaitu atas, tengah dan bawah. Homogenitas ditunjukkan

dengan tidak adanya butiran kasar (27).

3.7.3 Uji pH

Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan gel untuk

menjamin sediaan gel tidak menyebabkan iritasi pada kulit.pHdapat diukur

dengan pH meter, pH stik dan pH universal.

pH sediaan gel diukur dengan menggunakan pH meter. pH meter terlebih

dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01)

dan larutan dapar asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga tersebut.

Kemudian elektroda dibilas dengan aquadest, lalu dikeringkan dengan tisu.

Sampel ditimbang 1g dan dilarutkan dalam 10 ml aquadest. Kemudian elektroda

dicelupkan kedalam larutan, diamkan beberapa saat sampai menunjukkan harga

pH yang konstan. Angka yang ditunjukkan oleh pH meter adalah pH sediaan

yang memenuhi kriteria pH kulit yaitu dalam interval 4,5-6,5 (28).

3.7.4 Uji Tinggi Busa

Uji busa tinggi busa dilakukan dengan metode Ross Milles Test dengan

cara ditimbang 0,1 gram sabun, dicampur dengan air suling ad 100ml.

Dimasukkan kedalam gelas ukur tertutup 100 ml dan dikocok dengan

membalikkan tabung sedimentasi selama 2 menit, volume busa yang terbentuk

diamati. Untuk pengukuran stabilitas busa,5 menit kemudian volume dicatat (29).