Upload
vannhan
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tata letak pabrik (plant layout) atau tata letak fasilitas (facilities layout)
dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna
menunjang kelancaran proses produksi. Pengaturan tata letak adalah faktor yang
perlu mendapatkan perhatian di dalam mengelola industri manufaktur karena tata
letak merupakan satu keputusan yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam
jangka panjang. Banyak dampak strategis yang terjadi dari hasil keputusan tentang
tata letak, diantaranya kapasitas proses, fleksibilitas, biaya material handling dan
kualitas lingkungan kerja, serta di beberapa perusahaan dapat meningkatkan citra
perusahaan di hadapan rekan bisnis maupun pelanggan.
PT Adi Satria Abadi adalah salah satu industri manufaktur yang
memproduksi sarung tangan golf dari bahan kulit maupun sintetik. Dari penelitian
yang pernah dilaksanakan sebelumnya disebutkan bahwa tata letak fasilitas
produksi di PT Adi Satria Abadi masih memiliki kekurangan yaitu adanya back-
tracking (aliran balik bahan) dan cross-movement (gerakan memotong antar
aliran) yang mengakibatkan proses operasi produksi berjalan tidak maksimal.
Hasil dari penelitian tersebut diperoleh sebuah usulan tata letak baru yang dibuat
berdasarkan hubungan keterkaitan kegiatan antar proses pada masing-masing
stasiun kerja. Perubahan tata letak yang terjadi antara lain menukar letak
departemen potong yang semula berada di ujung barat ruangan menjadi
2
bersebelahan dengan gudang kulit dan menggeser departemen-departemen yang
lain sesuai dengan urutan proses yang dijalankan sehingga pola aliran bahannya
menjadi teratur dan mampu mengurangi jarak perpindahan aliran bahan sebesar
28,12% (Hasyim, 2011).
Menurut survey pendahuluan yang dilakukan penulis, selain permasalahan
aliran bahan yang tidak teratur, juga didapati bahwa capaian target produksi PT
Adi Satria Abadi ternyata lebih kecil dari pada data permintaan produk yang
masuk. Akibatnya setiap hari diberlakukan kerja lembur untuk memenuhi
permintaan tersebut, sehingga perbaikan dengan penataan ulang stasiun-stasiun
kerja saja pada perusanaan ini belum cukup untuk menyelesaikan permasalahn
tata letak pada ruang produksi.
Solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan melakukan analisis secara
mendalam untuk memperhitungkan kembali seberapa banyak mesin dan atau
tenaga kerja yang benar-benar dibutuhkan oleh perusahaan ini untuk memenuhi
jumlah permintaan produk yang masuk. Tentunya penambahan jumlah mesin dan
fasilitas di ruang produksi menuntut ketersediaan space atau tempat kosong untuk
meletakkan mesin dan fasilitas tersebut, dan sangat diuntungkan sekali ketika
penelitian ini dilakukan, perusahaan juga melakukan kebijakan pemindahan
departemen sampel yang pada awalnya berada di dalam ruang produksi dipindah
keluar dari ruang produksi, sehingga saat ini terdapat space kosong di tengah-
tengah ruang produksi. Tentu saja adanya space ini menjadi salah satu faktor yang
dapat dimanfaatkan jika ternyata mesin dan fasilitas yang ada sekarang perlu
ditambah jumlahnya.
3
Menurut kaidah tata letak yang baik, semakin pendek jarak perpindahan
material antar stasiun kerja maka semakin baik tata letaknya, sehingga space yang
terdapat diantara stasiun kerja yang satu dengan stasun kerja yang lain pada ruang
produksi tersebut juga tidak diperlukan dan lebih baik dihilangkan.
Selain itu kebijakan kerja lembur yang diberlakukan setiap hari guna
mencapai target produksi sesuai jumlah permintaan yang masuk menjadi satu hal
yang perlu dipertimbangkan. Keputusan kerja lembur ini dapat saja menjadi solusi
untuk memenuhi jumlah permintaan, namun jika dilakukan disetiap hari kerja,
berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan pekerja karena pekerjaan ini
membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi sehingga jika pekerja dipaksa untuk
bekerja diluar kewajaran jam normal untuk bekerja, bisa berdampak pada kinerja
yang menjadi kurang bagus atau dapat menyebabkan tingginya labour turn over
pada perusahaan ini yang dapat menghambat perencanaan produksi.
Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai tata letak
produksi di PT Adi Satria Abadi ini agar dapat dilakukan evaluasi pada tata letak
yang saat ini dipakai guna menghasilkan beberapa perbaikan untuk usulan tata
letak baru pada ruang produksi, baik berupa pola aliran bahan yang teratur dengan
meminimalkan backtracking dan cross-movement, efektivitas jumlah mesin dan
tenaga kerja yang diperlukan dan juga luas lantai produksi pada setiap stasiun
kerja yang telah disesuaikan, serta performansi proses produksi yang lebih baik.
4
B. Perumusan Masalah
Tata letak PT Adi Satria Abadi pada saat ini masih memiliki
ketidakteraturan aliran bahan yaitu adanya backtracking dan banyaknya cross-
movement yang berdampak pada ketidaklancaran proses pemindahan bahan. Di
sisi lain jumlah mesin dan tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan ini belum
dapat menghasilkan kapasitas proses yang dapat memenuhi permintaan produk
yang masuk sehingga mengharuskan perusahaan untuk melakukan penambahan
jam kerja guna mendapatkan output yang perlu dicapai, ditambah dengan
munculnya space di tengah ruang produksi akibat pemindahan departemen sampel
keluar dari ruang produksi yang mana space ini selain tidak diperlukan, juga dapat
menjawab permasalahan kebutuhan ketersediaan tempat untuk penambahan mesin
dan fasilitas baru. Dari alasan-alasan tersebut, maka diperlukanlah suatu evaluasi
menyeluruh pada tata letak yang sekarang ini dipakai.
Metode yang dapat digunakan untuk memberikan tata letak usulan adalah
algoritma Blocplan, sedangkan untuk menghitung kebutuhan mesin/ tenaga kerja
pada masing-masing stasiun kerja untuk mencapai kapasitas yang dibutuhkan
dapat digunakan metode routsheet dan MPPC.
Metode Blocplan ini dipilih diantara metode-metode lain karena:
1. Metode ini memperhitungkan derajat kedekatan antar stasiun kerja dalam
merancang tata letak usulan.
2. Blocplan membangun dan mengubah tata letak berdasarkan nilai hubungan
keterkaitan antar stasiun kerja kemudian memberikan nilai kesesuaian
kepuasan dari tata letak yang diusulkan dengan derajat kedekatan antar stasiun
5
kerja yang ditetapkan, serta mencari jarak minimum perpindahan material antar
stasiun kerja.
3. Output Blocplan berupa block layout sehingga lebih mudah dalam penyesuaian
dan diaplikasikan pada ruang produksi PT Adi Satria Abadi.
Apakah nantinya hasil dari metode-metode yang digunakan ini dapat
memberikan hasil yang lebih baik atau tidak dapat diketahui dengan melihat
perbandingan aliran bahan, jarak perpindahan, kapasitas proses dan biaya
perpindahan material dari tata letak awal dan tata letak yang diusulkan.
C. Batasan Masalah
1. Evaluasi tata letak yang dilakukan hanya meliputi ruang produksi sarung
tangan, tidak termasuk kantor dan fasilitas lainnya.
2. Perbaikan tata letak dibantu dengan software Blocplan dengan
penyesuaian yang diperlukan.
3. Perbaikan tata letak hanya mempertimbangkan biaya perpindahan material
terkait proses produksi, dan tidak mempertimbangkan biaya perubahan tata
letak.
4. Pengolahan data didasarkan pada data-data yang diambil selama penelitian
berlangsung.
5. Terkait kegiatan perpindahan material yang dilakukan secara manual,
maka biaya perpindahan material dihitung berdasarkan biaya tenaga kerja.
Asumsi dalam penelitian ini adalah :
6
1. Sistem bersifat continuous (melakukan pekerjaan yang sama dan terus
menerus, bukan hanya pada saat tertentu saja).
2. Semua pekerja yang melakukan kegiatan perpindahan material pada proses
produksi sarung tangan memperoleh upah yang sama.
D. Tujuan Peneitian
1. Melakukan evaluasi terhadap tata letak yang sekarang ini dipakai pada
ruang produksi.
2. Membuat usulan tata letak fasilitas ruang produksi yang disesuaikan
dengan kebutuhan.
3. Mengetahui performansi tata letak usulan berupa pola aliran bahan
(indikator : backtracking dan cross-movement), jarak perpindahan
material, total biaya perpindahan material, dan kapasitas proses yang dapat
dihasilkan.
E. Manfaat Penelitian
1. Memberikan alternatif sebagai referensi perbaikan tata letak fasilitas ruang
produksi pada perusahaan yang bersangkutan untuk diimplementasikan.
2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain maupun pembaca dalam hal
perbaikan tata letak maupun simulasi produksi.