43
BAB II Auditor Laporan Kuangan dan Tangunggjawab Auditor Seperti telah dikemukakan pada bab I, audit atas laporan memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian dan dunia bisnis. Pada bagian awal bab ini akan dibahas tentang beberapa hal yang mendasari audit atas laporan keuangan. Pada bagian berikutnya akan dibahas tentang standar auditing yang merupakan pedoman pelaksanaan audit. Selanjutnya akan diperkenalkan tentang laporan auditor atas laporan keuangan beserta beberapa bentuk laporan alternatif yang harus dipili dalam situasi tertentu. Pada bagian akhir bab ini akan dibahas pula tentang kesenjangan ekspektasi (expecetation gap) yangada antara harapan masyarakat terhadap auditor dan apa yang diyakini oleh profesi sebagai tanggugjawab auditor. TUJUAN PENGAJARAN Setelah mempelajaribab ini. Anda diharapkan mampu untuk Menjelaskan hubungan antarra akuntansi dengan pengauditan. Menjelaskan mengapa pengauditan diperlukan. Dan keuntunganserta keterbatasan pengauditan Menjelaskan hubungan antara auditor dengan dewan komisaris dan komite audit, serta pihak-pihak lainnya. Menyebutkan sepuluh standar auditing,. Menyusun bentuk laporan auditor bentuk baku dan menjelaskan elemen-elemen pokok dalam laporan tersebut. Menyebutkan jenis-jenus penyimpangan dari laporan bentuk baku, dan menjelaskan dalam situasi bagaimana masing-masing penyimpangan tersebut dilakukan.

BAB II Auditor Laporan Kuangan dan Tangunggjawab Auditor

Embed Size (px)

DESCRIPTION

audit keuangan

Citation preview

BAB II Auditor Laporan Kuangan dan Tangunggjawab Auditor

Seperti telah dikemukakan pada bab I, audit atas laporan memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian dan dunia bisnis. Pada bagian awal bab ini akan dibahas tentang beberapa hal yang mendasari audit atas laporan keuangan. Pada bagian berikutnya akan dibahas tentang standar auditing yang merupakan pedoman pelaksanaan audit. Selanjutnya akan diperkenalkan tentang laporan auditor atas laporan keuangan beserta beberapa bentuk laporan alternatif yang harus dipili dalam situasi tertentu. Pada bagian akhir bab ini akan dibahas pula tentang kesenjangan ekspektasi (expecetation gap) yangada antara harapan masyarakat terhadap auditor dan apa yang diyakini oleh profesi sebagai tanggugjawab auditor.

TUJUAN PENGAJARAN

Setelah mempelajaribab ini. Anda diharapkan mampu untuk

Menjelaskan hubungan antarra akuntansi dengan pengauditan.

Menjelaskan mengapa pengauditan diperlukan. Dan keuntunganserta keterbatasan pengauditan

Menjelaskan hubungan antara auditor dengan dewan komisaris dan komite audit, serta pihak-pihak lainnya.

Menyebutkan sepuluh standar auditing,.

Menyusun bentuk laporan auditor bentuk baku dan menjelaskan elemen-elemen pokok dalam laporan tersebut.

Menyebutkan jenis-jenus penyimpangan dari laporan bentuk baku, dan menjelaskan dalam situasi bagaimana masing-masing penyimpangan tersebut dilakukan.

HAL-HAL YANG MENDASARI AUDIT LAPORAN KEUANGAN

Pada bagian berikut ini akan dibahas hubungan antara akuntansi dengan Pengauditan, beberapa asumsi yang mendasari pengauditan, dan kodisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya kebutuhan akan pengauditan, serta manfaat dan kterbatasan pengauditan.

HUBUNGAN ANTARA AKUNTANSI DENGAN PNGAUDITAN

Dari defenisi pengauditan yang telah dikemukakan pada bab I, terlihat jelas bahwa

dalam berbagai macam audit yang bisa dilakukan para auditor, tidak selalu terdapa

hubungan antara pengauditan dengan akuntansi. Sebenarnya segala macam

informasi yang bisa dikuantifikasi dan bisa diverifikasi akan bisa diaudit, terdapat antara auditor

dengan pihak yang diaudit mengenai krikteria yang akan digunakan sebagai dasar untuk

menyatakan tingkat kesesuaian. Sebagai contoh, auditor bisa

diminta untuk mengaudit keefektifan sebuah perusahaan penerbangan. Kriteria yang

biasanya disepakati untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan semacam itu bisa

berupa kecepatan, akselerasi, kecepatan jelajah pada ketinggian tertentu, dan

sebagainya. Kriteria-kriteria tersebut bukan merupakan data akuntansi.

Namun dalam sebagian besar audit dan lebih-lebih dalam audit laporan keuangan,

terdapat hubungan yang erat dan banyak melibatkan data akuntansi. Sebagaimana diketahui akuntansi didefinisikan sebagai proses mengidentifikasi, mengukur dan mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Pelaporan keuangan yang merupakan tahap pengkomunikasian dalam akuntansi

adalah penyampaian informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan, meskipun

konsep pelaporan keuangan tidak terbatas hanya pada laporan keuangan.

Subyek suatu audit biasanya berupa data akuntansi yang ada dalam buku-buku,

catatan laporan keuangan dari entitas yang diaudit. Kebanyakan bukti yang

dikumpulkan dan dievaluasi auditor terdiri dari data yang dihasilkan oleh system

akuntansi. Asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi

yang menjadi perhatian utama auditor seringkali merupakan asersi tentang transaksi-

transaksi akuntansi dankejadian akuntansi lainnya, serta saldo-saldo rekening yang merupakan hasil dari transaksi dan kejadian tersebut. Selain itu criteria yang ditetapkan untuk asersi akuntansi pada umumnya adalah kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Oleh karena itu seorang akuntan pada suatu perusahaan tidak harus mengerti tentang pengauditan, tetepi seorang auditor harus memahami tentang akuntansi. Akuntansi menghasilkan laporan keuangan dan informasi penting lainnya, sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan meningkatkan nilai informasi yang dihasilkan proses akuntansi dengan cara melakukan penilaian secara kritis atas informasi tersebut dan selanjutnya mengkomonikasikan hasil penilaian kritis tersebut kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

DATA LAPORAN KE UANGAN HARUS BISA DIVERIFIKASIPengauditan didasarkan pada asumsi bahwadata laporan keuangan bisa diverifikasi. Data dikatakan bisa diverefikasi apabila apabila dua berkualifikasi tertentu atau lebih,melakukan pemeriksaan secara independen satu dengan lainnya, diperoleh kesimpulun yang sama dari data yang diperiksanya. Masalah bisa tidaknya data diverifikasi terutama berkaitan dengan ketersediaan bukti yang memiliki keabsahan sesuai dengan audit yang dilakukan.

Dalam beberapa disiplin, data dikatakan bisa diperiksa apabila pemeriksa bisa membuktikan tanpa keraguan bahwa data benar atau salah. Hal seperti itu tidak brerlaku dalam akuntansi dan pengauditan. Auditor hanya mebutukan dasar yang memadai untuk mengatakan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan. Dalam melakukan pemeriksaan, auditor mengumpulkan bukti untuk menentukan validitas dan ketetapan perlakuan akuntansi atas transaksi-transaksi dan saldo-saldo. Dalam konteks ini, validitas berarti otentik, benar, baik, atau berdasar, dan ketetapan berarti sesuai dengan aturan akuntansi yang telah ditetapkan dan kebiasaan. Laporan keuangan berisi banyak aserisi spesifik tentang unsure-unsur individual. Sebagai contoh. Dalam kaitannya dengan persediaan, manajmen menyatakan bahwa persediaan benar-benar ada, merupakan milik dari entitas yang membuat laporan, dinilai dengan tepat sesuai metode harga terrendah diantara harga perolehan dan harga pasar. Dalam pngauditan laporan, auditor harus yakin bahwa asersi-asersi individual bisa diverifikasi (atau bisa diperiksa) dan dimungkinkan untuk mencapai suatu kesimpulan tentang kewajaran laporan sebagai keseluruhan dengan memeriksa rekening-rekenig yang membentuk laporan. Digunakan dan pentingnya laporan keuangan auditan merupakan bukti bahwa Asumsi bisa diverifikasi merupakan dasar yang tepat.MENGAPA PENGAUDITAN DIPERLUKAN?

Profesi tidak bisa hidup tanpa adanya pengakuan yang luas terhadap profesi tersebut dari masyarakat. Hal tersebut brlaku pula untuk pengauditan independen atau pengauditan oleh akuntan public. Selama bertahun-tahun masyarakat telah mengakui adanya nilai tambah yang diperole dari audit atas laporan keuangan perusahaan yang saham-sahamnya dijual kepada publik. Penyebab Terjadinya Krisis Informasi

Audit dirasakan manfaatnya oleh masyarakat karena audit mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhap risiko informnasi (information risk) yaitu resiko yang mencerminkan kemungkinan informasi yang dijadikan dasar untuk menilai risiko bisnis tlah dibuat dengan tidak tepat. Penyebab terjadinya risiko informasi besar kemungkinan karena ketidaktepatan laporan keuangan. Beberapa factor yang menyebabkan hal tersebut adalah: (1) informasi diterima dari pihak lain. (2) bias dan motivsi pembuat informasi, (3) volume data, dan (4) kerumitan transaksi.

Informasi Diterima Dari Pihak LainDalam dunia modern, pengambil keputusan hampir tidak mungkin memperoleh pengetahuan tanganertama tentang organisasi yang menjadi bisnis mereka. Oleh karena itu mereka terpaksa harus mengandalkan dari pada informasi yang dibuat oleh orang lain. Apabila informasi berasal dari pihak lain, maka kemungkinan (disengaja atau tidak disengaja) adanya informasi yang tidak benar menjadi bertambah besar.Bias dan Motivasi Pembuat Informasi

Apabila informasi disusun oleh pihak atau orang lain yang tujuannya tidak selaras dengan tujuan pengambil keputusan, maka informasi bisa menjadi bias demi keuntungan sipembuat informasi. Sebagai contoh, dalam pengambilan keputusan pemberian kredit, pihak pemohon kredit menyampaikan laporan keuangannya kepada pemberi kredit, Oleh karena informasi dalam laporan keuangan disusun oleh pemohon kredit , maka sangat mungkin terjadi laporan tersebut akan bias demi keuntungan sipemohon kredit, sehingga kredit bisa dikabulkan. Salah saji dalam laporan bisa beripa salah jumlah rupiah atau bisa juga berupa ketidaklengkapan informasi atau tidak diungkapkannya informasi tertentu. Volume Data

Apabilaorganisasi menjadi semakin besar,maka data transaksi biasanya juga semakin bertambah banyak.bertambahnya jumlah transaksi ini bisa menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pencatatan. Sebagai contoh, apabila sebuah perusahaan besar menarik selembar check yang jumlah rupiahnya ditulis lebih besar beberapa ribu rupiah dari jumlah yang seharusnya, kesalahan seperti sering tidak Nampak kecuali bila perusahaan tersebut memiliki prosedur control yang sangat ketat. Kesalahan jumlah rupiah yang kelihatanya kecil ini apabila terjadi pada banyak transaksiakan menjadi jumlah yang besar.Kerumitan Transaksi

Dalam beberapa puluh tahun terakhir ini, transaksi pertukaran antar organisasi semakin bertambah kompleks dan akibatnya semakin sulit untuk mencatatnya secara tepat. Sebagai contoh, pada tahun-tahun terakhir ini transaksi leasing (sewa guna) yang pencatatanya cukup rumit semakin sering terjadi,begitu pula penggabungan dan pengungkapan hasil operasi dari anak perusahaan pada berbagai industri. Cara Mengurangi Risiko Informasi Ada tiga pilihan yang mungkin dilakukan untuk mengurangi risiko informasi,yaitu :(1) pemakai laporan melakukan sendiri verifikasi atas informasi, (2) pemakai membebankan risiko informasi pda manajemen, dan (3) disediakan laporan keuangan yang telah diaudit.Pemakai Laporan Melakukan Sendiri Verifikasi Atas Informasi

Pemakai laporan datang keperusahaan untuk melakukan pemeriksaan atas catatan dan mencari informasi tentang keandalan laporan.cara demikian biasanya tidak praktis untuk dikerjakan karena mahal biayanya.selain itu ditinjau dari segi ekonomis tidaklah efisien apabila semua pemakai laporan keuangan melakukan verifikasi informasi secara sendiri-sendiri. Pemakai Membebankan Risiko Informasi Pada Manajemen

Pada hakekatnya manajemen harus bertanggung jawab untuk menyajikan informasi yang dapat dipercaya bagi para pemakai informasi tersebut. Apabila pemakai laporan mengandalkan keputusanya pada informasi dalam laporan dan sebagai akibat keputusan tersebut ia menderita kerugian,maka pemakai laporan keuangan dapat menuntut ganti rugi kepada manajemen.

Pembebanan kerugian kepada manajemen kadang kadang tidak dapat menutup kerugian yang diderita pemakai informasi. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan tidak mampu untuk membayar utangya karena bangkrut. Ada kemungkinan besar manajemen tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan pembayaran kembali.

Disediakan Laporan Keuangan Yang Telah Diaudit

Cara yang umum ditempuh untuk mendapatkan informasi yang dapat diandalkan adalah dengan mengharuskan dilakukan audit secara independen. Informasi yang telah diaudit kemudian digunakan dalam proses pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa informasi tersebut lengkap, akurat, dan tidak bias.

Jika terdapat lebih dari satu pengambil keputusan yang akan memakai informasi, biasanya akan lebih murah apabila menyuruh seseorang melakukan audit untuk kepentingan seluruh pemakai informasi, bukanya menyuruh tiap pemakai laporan untuk melakukan verifikasi secara sendiri-sendiri. Oleh karena laporan keuangan pada kebanyakan perusahaan mempunyai banyak pemakai, maka kebutuhan akan pengauditan laporan keuangan menjadi semakin besar.

Biasanya manajemen akan minta agar auditor memberikan jaminan kepada para pemakai bahwa laporan keuangan bisa diandalkan. Apabila laporan keuangan dikemudian hari terbukti tidak benar, maka auditor akan dituntut di pengadilan oleh dua pihak yaitu pemakai dan manajemen. Pemakai akan menuntut dengan alasan bahwa auditor mempuyai tanggug jawab professional untuk meyakinkan bahwa informasi keuangan bisa diandalkan. Manajemen menuntut auditor dengan alasan bahwa auditor sebagai pihak yang diminta bantuanya, bertanggug jawab kepada manajemen untuk meyakinkan bahwa informasi dapat dipercaya.jelaslah bahwa auditor memiliki tanggungjawab hukum yang besar dalam melaksanakan pekerjaanya.

Dalam praktik bisnis, ketiga cara yang telah dilukiskan diatas semuanya digunakan untuk mengurangi risiko informasi.akan tetapi sejalan dengan perkembangan masyarakat yang semakin kompleks, maka auditor semakin menjadi andalan untuk mengurangi risiko informasi. Banyak peraturan pemerintah dan undang-undang mengharuskan perusahaan publik untuk membuat laporan keuangan tahunan yang diaudit akuntan publik. Sebagai contoh, laporan tahunan ke Badan Pengembangan pasar Modal (Bapepam) harus dibuat oleh setiap perusahaan yang telah go public, dalam laporan tahunan tersebut harus disertakan pula laporan keuangan tahunan yang telah diaudit. Demikian pula banyak hal mensyaratkan adanya laporan keuangan yang telah diaudit,seperti misalnya untuk keperluan permohonan kredit ke bank.MANFAAT EKONOMIS SUATU AUDIT Honorarium audit ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara auditor dengan klienya. Besarnya honorium sangat tergantung pada banyaknya pekerjaanya yang harus dilakukan auditor dan tanggung jawab yang harus dipikulnya. Untuk audit pada perusahaan kecil, auditor mungkin hanya mengenakan honorarium beberapa juta rupiah, tetapi dalam perusahaan menegah atau sedang. Bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Bahkan untuk audit atas perusahaan raksasa seperti General Electric atau IBM, Honorarium auditnya bisa mendekati atau mungkin melebihi US $10 juta.Karena audit membutuhkan biaya, maka manfaat audit sudah barang tentu harus sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Manfaat ekonomis suatu audit laporan keuangan antara lain:

Akses ke ppasar modal. Seprti telah disebutkan pada bab yang lalu, Undang-undang pasar modal mewajibkan perusahaan publik untuk diaudit laporan keuanganya agar bisa di daftar dan bisa menjual sahamnya dipasar modal. Tanpa audit,perusahaan akan ditolak untuk melakukan akses kepasar modal.

Biaya modal menjadi lebih rendah. Perusahaan-perusahaan kecil seringkali mengauditkan laporan keuanganya dalam rangka mendapatkan kredit dari bank atau dalam upaya mendapatkan persyaratan pinjaman yang lebih menguntungkan.oleh karena itu laporan keuangan auditan dapat menurunkan risiko informasi , biasanya kreditor bersedia untuk menetapkan bunga yang lebih rendah,dan para investor munkin akan bersedia untuk menerima rate of return yang lebih rendah atas investasinya. Pencegah terjadinya ketidak efisienan dan kecurangan.Penelitian telah membuktikan bahwa apabila para karyawan mengetahui bahwa perusahaan akan diaudit oleh auditor independen, mereka cenderung untuk lebih berhati-hati agar dapat memperkecil terjadinya kekeliruan dalam pelaksanaan fungsi akuntansi dan memperkecil kemungkinan terjadinya penyalahgunaan aktiva perusahaan. Dengan demikian,data dalam catatan perusahaan akan lebih bisa dipercaya dan kerugian karena penggelapan dan sebagainya bisa dikurangi.selain itu,karena asersi-asersi mereka dalam laporan keuangan akan diverifikasi, maka kemungkinan manajemen melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan akan menjadi lebih kecil. Perbaikan dalam pengendalian dan operasional. Berdasarkan observasi yang dilakukan selama auditor melaksanakan audit, auditor independen seringkali dapat member berbagai saran untuk memperbaiki pengendalian dan mencapai efisiensi operasi yang lebih besar dalam organisasi klien.manfaat ekonomis biasanya lebih dirasakan oleh perusahaan perusahaan kecil dan menengah.KETERBATASAN PENGAUDITANTidak ada audit yang dapat memberi jaminan penuh bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material yang timbul dari kesalahan pengolahan data atau kesalahan pertimbangan dalam memilih dan menerapkan prinsip akuntansi.sebagaimana dinyatakan oleh commission on auditors Responsibilities sebagai berikut, Laporan keuangan yang telah diaudit tidak dapat benar-benar akurat, antara lain disebabkan oleh konsep-konsep akuntansi yang mendua (ambiquity). . . .(juga)hasil akuntansi -yaitu laporan keuangan-tidak dapat lebih akurat dan lebih bisa diandalkan dari pada metoda pengukuran akuntansi yang digunakan.sebagai contoh,tidak seorangpun,termasuk akuntan,akan dapat memperkerikan hasil dari banyak kejadian yang tidak pasti. Oleh karena ketepatan penyajian akuntansi sebagian besar tergantung pada kejadian masa akan datang yang tidak bisa diprediksi.maka penyajian akuntansi akan menjadi tidak akurat. Laporan akuntansi yang telah diaudit tidak akan menjadi lebih akurat, karena auditor tidak dapat membuatnya menjadi lebih pasti Selain itu prinsip-prinsip pengukuran akuntansi seringkali menyediakan lebih dari satu alternatif untuk digunakan pada suatu transaksi atau kejadian tertentu.Sekedarcontoh, akuntansi memiliki banyak metode yang dapat digunakan untuk menetepkan cost persediaan. Hal yang sama juga dijumpai dalam metode yang tersedia digunakan untuk despresiasi aktiva tetap. Tidak ada literatur akuntansi atau pertimbangan rasional yang menunjukan bahwa alternatif yang satu lebih baik dari pada alternatif yang lain. Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum yang bersifat fleksibel member keleluasaan kepada penyusun laporan keuangan untuk mempengaruhi informasi yang disajikan dan oleh karenanya berpengaruh pada keandalan dan ketelitian informasi tersebut. Tambahan pula,prinsip-prinsip akuntansi seringkali menuntut dilakukanya interpretasi dan pertimbangan sebelum dapat diterapkan pada suatu transaksi atau kejadian tertentu dalam situasi tertentu. Oleh karena itu sering dijumpai terjadinya ketidaksepakatan antara penyusun laporan keuangan dengan auditor mengenai interpretasi dan pertimbangan yang tercermin dalam laporan yang diaudit. Akibatnya criteria yang telah ditetapkan- yang tidak lain adalah prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum yang digunakan sebagai dasar untuk menilai asersi-asersi laporan keuangan kadang-kadang tidak sepenuhnyatelahh ditetapkan. Selain keterbatasan yang timbul dalam proses audit karena adanya kendala-kendala pada framework akuntansi, ada pula sejumlah keterbatasan yang timbul karena proses audit itu sendiri dan karena teknologi audit, idealnya seorang auditor harus bisa memperoleh bukti tangan pertama untuk mendukung setiap asersi yang meienkat dalam laporan keuangan,tetapi hal itu kadang-kadangtidak praktis atau tidak mungkin.bahkan apabila tujuan itu bisa dicapai,biaya untuk mencapainya bisa menjadi mahal sehingga memberatkan penyusun maupun pemakai pemakai laporan keuangan. Standar audit memahami masalah ini,sehingga standar tersebut hanya mensyaratkan auditor untuk mendapatkan bukti yang cukup sebagai dasar yang layak untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksanya. Sebagai akibat adanya kendala biaya yang memberatkan klien dan masyarakat ini, maka dalam mengevaluasi saldo rekening dan transaksi-transaksi,auditor seringkali tidak menerapkan prosedur-prosedur audit terhadap keseluruhan item yang terdapat dalam saldo rekening,atau biasa disebut pemeriksaan dengan metoda sampling.

Bahkan apabila biaya tidak merupakan kendala, masih tetap meragukan bahwa suatu audit akan dapat dirancang untuk memperoleh jaminan absolute tentang kebenaran pendapat auditor mengenai seberapa jauh kesesuaian antara laporan keuangan dengan standar akuntansi berlaku umum. Dalam situasi tertentu kadang-kadang sangat sulit untuk mengaudit hasil transaksi dan kejadian yang tidak dicatat oleh enititas yang dipriksa. Sebagai contoh, suatu utang kepada pemasok yang bukan langganan klien yang tidak dicatat, akan sukar ditemukan melalui pemeriksaan atas laporan penerimaan barang apabilah tidak terdapat pengendalian intern atas barang yang diterima atau atau pengendalian internnya tidak efektif. Ringkasnya, kita tidak akan dapat mengaudit sesuatu yang tidak ada dalam apa yang diaudit. Ketiadaan atau ketidak efektifan pengendalian atas kelengkapan pengolahan dan pencatatan transaksi menyebabkan tidak mungkin mengaudit aspek tertentu dari laporan keuangan perusahaan atau bahkan laporan keuangan sebagai keseluruhan. Selain itu kolusi-baik dilakukan sepanuhnya oleh orang-orang perusahaan klien maupun melibatkan pihak luar-bisa menghancurkan pengendalian dan bukti-bukti lain yang biasanya menjadi andalan auditor. PIHAK-PIHAK YANG BERINTERAKSI DENGAN AUDITOR

Dalam suatu audit atas laporan keuangan, auditor menjalin hubungan professional dengan berbagai pihak, yaitu: 1) manajemen, 2) dewan komisaris dan komite audit, 3) auditor intern , dan 4) pemegang saham. Manajemen

Istilah manajemen mengandung arti sekelompok orang yang secara aktif merencanahkan, mengkoordinasi, dan mengawasi operasi dan transaksi pada prusahaan atau organisasi klien. Dalam konteks audit, manajmen meliputi pejabat pimpinan, kontroler, dan personi-personil kunci dalam perusahaan. Selama audit berllangsung, auditor sangat sering berhubungan atau berinteraksi dengan manajmen. Untuk mendapatkan bukti yang diperlukan dalam suatu audit, auditor seringkali meminta data perusahaan yang bersifat rahasia. Oleh karena itu sangatlah penting bagi auditor untuk menjalin hubungan baik dengan manajmen atas dasar saling percaya dan saling menghormati. Bila tidak demikian, maka audit akan sulit untuk dilakukan. Pendekatan yang lazimnya dilakukan auditor terhadap asaersi manajmen adalah apa yang bisa disebut skeptic prpfesional (professional skepticism ).Ini brarti bahwa auditor tidak bersikap tidak mempercayai asersi manajmen, tetapi tidak begitu saja mempercayai atau menerima pernyataan tersebut. Sikap ausitor adalah mengakui perlunya penilaian yang objektif atas kondisi yang diselidiki dan bukti yang diperoleh selama audit berlangsung.Dewn komisaris dan Komite Audit

Dewan komisaris Pda sebuah perseroan berkewajiban untuk mengawasi apaka perusahaan telah berjalan sesuai dengan kepentingan para pemegang saaham. Hubungan auditor dengan hubungan komisaris tergantung pada komposisi dewan tersebut. Apabila dewan komisaris terutamaterdiri dari pimpinan perusahaan maka hubungan auditor dengan dewan komisaris dan manajmen pada dsarnya sama.Namun apabilah dewan komisaris mempunyai sejumlah angota yang berasal dari luar, maka hubungannya bisa menjadi berbeda. Angota luar berarti anggota dewan komisaris yang bukan merupakan unsure manajmen atau karyawan perusahaan. Dalam keadaan demikian, dewan komisaris atau komite audit yang ditunjuk (yanag terutama terdri dari luar anggota dewan komisaris), dapat bertindak sebagai penengah antara auditor dan manajmen. Dalam sepuluh tahun ini telah trjadi peningkatan yang amat pesat dalam pengunaan komite audit sebagai suatu cara untuk memperkuat independensi auditor. Fungsi-fungsi komite audit yang berhubungan langsung dengan akuntan public adalah:

Menunjukan kantor akuntan publikyyang akan diberi penugasan audit.

Mendiskusikan lingkup audit dengan auditor.

Mengundang auditor untuk mendiskusikan masalah-masalah audit yang timbul selama audit berlangsung

Mereviw laporan keuangan dan laporan auditor dengan auditor menjelang selesainya penugsanaudit.Adanya komite audit dalam dewan komisaris perusahaan sangat dianjurkan oleh organisasi profesi maupun oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan.Auditor Interen

Akuntan public biasanya menjalin kerja sama yang erat dengan auditor intern pada perusahaan klien. Sebagai contoh, manajmen sering meminta akuntan public untuk mereviw rencana kerja tahunan auditor intern dan melaporkan kualitas hasil pekerjaannya. Akuntan public juga mempunyai kepentingan langsung trhadap pekerjan auditor intern yang merupakan bagian dari pelaksanaan struktur pengendalian intern klien. Selain itu dimungkinkan pila bagi auditor intern untuk member bantuan langsung kepada akuntan public dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan. Pekerjaan auditor intern tidak bisa digunakan sebagai pengganti pekerjaan akuntan publik, melainkan bisa menjadi pelengkap yang berguna bagi akuntan public. Dalam menentukan seberapa jauh pekerjaan auditor intern akan digunakan, akuntan public harus: (1) mempertimbangkan kompetensi dan obyektivitas auditor intern, dan (2) menilai kualitas pekerjaan auditor intern.Pemegang Saham

Pada pemegang saham mengadakan pada laporan keuangan yang telah diaudit untuk mendapatkan keyakinan bahwa manajmen telah melaksanakan tanggungjawab dengan baik. Oleh karena itu auditor memiliki tanggungjawab yang penting terhadap pada para emegang saham sebagai pemakai utama laporan auditor. Selama penugasan audit berlangsung, auditor biasanya tidak berhubungan langsung dengan para pemegang sahan karena mereka bukanlah pejabat atau pegawai perusahaan. Namun demikian auditor akan baerhadapan langsung dengan para pemegang saham pada saat perusahaan meyelenggarakan rapat umum pemegang saham (RUPS) dan auditor harus menjawab pertanyaan-prtanyaan yang diajukan pemegang saham.STANDAR AUDITING

Seperti telah dikemukakan pada bab yang lalu, ikatan akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi berkewajiban untuk menetapkan standar auditing. Untuk melaksanakan tugas tersebut IAI membentuk Dewan Standar Audit yang ditetapkan sebagai dewan teknis senior dan IAI untuk menerbitkan pernyataan-pernyataan tentang standar auditing. Dewan ini juga berkewajiban untuk membuat pedoman penerapan pernyataan standar auditing bagi para auditor dengan menerbitkan penafsiran atau interpretasi.PERNYATAAN STANDAR AUDITING

Pada bab yang lalu telah dikemukakan pula bahwa pernyataan yang dibuat oleh Dewan Standar Audit disebut Pernyataan Standar Audit (PSA). Sebelum suatu PSA ditebitkan, terlebih dahulu disebarkan secara luas naskah dari usulan pernyataan yang akan ditrbitkan (exposure draft). Naskah tersebut dikirimkan ke kantor-kantor akuntan publik, badan-badan seperti bapepam, para akuntn pendidik, dan pihak-pihak lainnya, oleh Dewan Standar Audit selanjutnya dibawa pada diskusi terbuka yang diselenggarakan sebelum usulan pernyataan disahkan. Apabilah prosedur ini telah dilalui, maka usulan bisa ditetapkan menjadi suatu PSA, dan selanjutnya berlaku dan mengikat bagi semua akuntan publuk. Setelah disahkan, PSA beserata interpretasinya dikodifikasikan dan diberi nomor dengan singkatan SA.SEPULUH BUTIR STANDAR AUDITING

Standar auditing yang telah ditetapkan oleh ikatan akuntan Indonesia dapat dilihat dihalaman 50. Sepuluh standar auditing terbagi menjadi tiga klompok,yaituh standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Secara keseluruhan kesepuluh standar tersebut menetapkan kualitas pelajsanaan kerja dan tujuan keseluruhan yang harus dicapai dalam suatu audit laporan keuangan. Oleh karena itu standar auditing diatas digunakan sebagai ukuran untuk menilai pekerjaan auditor.Standar Umum

Standar umum brhubungn dengan kualifikasi auditor dan kualitas pekerjaan auditor. Standar umum terdiri atas tiga buah satandar.Keahlian dan Pelatihan Cukp Sebagai Auditor

Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa baertndak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian trsebut dimulai dengan pendidikan formalnya yang diperluas mwlalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang professional, auditor harus menjalani pelatihan tehnus yang cukup. Pelatihan ini harus cukup mencakup aspek tehnis maupun pendidikan umum. Asisten yunior yang baru masuk kedalam karir auditing harus memperoleh pngalaman professional dengan supervise yang memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman. Sifat dan luasnya suprevisi dan review terhadap hasil pekerjaan tersebut harus meliputi keanekaragaman praktis yang luas. Akuntan public yang bertanggugjawab atas suatu penugasan harus menggunakan pertimbangan matang dalam setiap tahap pelaksanaan suprevisi dan dalam review terhadap hasil pekerjaan dan pertimbangan-pertimbangan yang dibuat asistennya. Pada gilirannya para asisten tersebut harus juga memenuhi tanggungjawab menurut tingkat dan fungsi pekerjaan mereka masing-masing.Indenpendensi dalam Sikap Mntal

Kompotensi saja tidaklah cikup. Auditor harus bersikap independen, artinya tidak muda dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (berbeda dalam hal ia berpraktik sbagai auditor intern). Dengan demikian ia tidak dibenarkan memehak kepada kepentingan siapapun, sebab bila mana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian sikap tidak mamihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Namun independen dalam hal ini tidak berarti sebagaimana sikap seorang penuntut dalam perka pengadilan, tetepi lebih dapat disamakan dengan sikap tidak memihaknya seorang hakim. Auditor mengakui kewajaran tidak hanya dari sudut manajmen dan pahak perusahaan, tetapi juga dari sudut kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan auditor, seperti calon-calon pemilik dan calon kreditur.Mengunakan Kemahiran Jabatan dengan Cermat dan SeksamaKecrmatan dan keseksamaan menekankan tanggungjawab setiap petugas audit yang bekerja pada suatu kantor akuntan public untuk mendalami standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan dengan sebaik-baiknya. Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan dilakukannya review secara kritis pada setiap suprevisi terhadap pelaksanaan audit dan terhadap pertimbangan yang digunakan oleh mereka yang membantu audit. Kecermatan dan keseksamaan menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaannya. Misalnya, kecermatan dan kaseksamaan dalam hal kertas kerja audit mengharuskan bahwa isinya cukup menunjang pendapat yang diberikan oleh auditor dan penyajiannya herus mengikuti pedoman yang trcantum dalam standar auditing.Standar Pekerjaan Lapangan

Seperti tersirat dari namanya, standar ini terutama berhubungan denagn pelaksanaan audit ditempat bisnis klien atau dilapangan. Standar ini juga terdiri dari 3 butir standar yang intinya adala sebagaiberikut.Perencanaan dan Suprevisi

Agar supaya audit dapat berjalan dengan efisien dan efektif, maka audit harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, luas, dan saat perencanaan bervariasi sesuai dengan ukuran dan kompleksitas satuan usaha, pengalaman mengenai satuan usaha, dan pengetahuan tentang bisnis satuan usaha. Suprevisi mencskup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pencapaiantujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Usaha suprevisi adalah memberikan instruksi kepada asisten, mereview pekerjaan yang dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit kantor akuntan. Luasnya supervise yang memadai bagi suatu keadaan tergantung pada banyak factor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang mlaksanakan audit.Pemahaman Atas Struktur Pengendalian InternStruktur pengendalian intern pada perusahan klien merupakan factor penting dalan suatu audit. Sebagai contoh, apabila struktur pengendalian intern pada perusahaan klien dirancang dengan baik dan dilakukan secara efektif akan mengamankan asset klien dan menghasilkan data yang dapat dipercaya. Sebaliknya apabila pengendalian tidak efektif akan memungkinkan terjadinya penyelewengan dan penyalagunaan kekayaan perusahaan dan melahirkan informasi keuangan yang tidak bisa dipercaya. Oleh karena itu sangatlah penting bagi auditor untuk memehami struktur pengendalian intern agar dapat merencanakan audit yang efektif dan efisien.Mendapatkan Buktu Audit Kompeten yang Cukup

Tujuan akhir dari struktur pekerjaan lapangan adalah agar auditor memperoleh dasar yang layak (reasonable basis) untuk menyatakan suatu pendapat tentang laporan keuangan klien. Untuk memenuhi standar ini diperlukan pertimbangan professional, baik dalam menentukan jumlah (cukup) maupun kualitas (kompeten) bukti yang diperlukan untuk mendukung pendapat auditor. Sebagian besar pekerjaan akuntan public dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan megevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan (validitas) bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor. Dalam hal ini bukti audit berbeda dengan bukti hukum yang diatur secara tegs oleh pereturan yang kwtat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Ketepatan sasaran, obyektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan buktu audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompotensi bukti. Standar Pelaporan

Didalam melaporkan hasil audit, auditor harus memenuhi empat buah standar pelaporan. Banyak ternyata standar audit (PSA) telah diterbitkan IAI untuk membantu para auditor dalam memenuhi standar-standar tarsebut. Laporan Kuangan Disusun Sesuai denga Prinsip Akuntansi Berlaku Umum

Standar pelaporan pertama menghariskan auditor untuk mengutamakan prinsip akuntansi yang berlaku umum sebagai criteria yang ditetapkan yang digunakan untuk mengevaluasi asersi-asersi dalam laporan keuanngan manajemen. Istila prinsip akuntansi berlaku umum yang digunakan dalam standar pelaporan pertama dimaksudkan meliputi tidak hanya prinsip dan praktik akuntansi, tetapi juga metode penerapannya.Konsistensi dalam Penerapan Prinsip Akunsi Berlaku Umum

Standar ini mengharuskan auditor untuk secara eksplisit menyebutkan dalam laporannya keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak diterapkan secara konsisten dalam laporan keuangan priode sekarang dalam hubungannya dengan priode sebelumnya. Tujuan standar pelaporan ini adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya banding laporan keuangan diantara dua priode dipengaruhi secara mental oleh perubahan prinsip akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya.Pengungkapan Memadai dalam Laporan Keuangan

Standar ini menyangkut pengungkapan informasi yang memadai dalam laporan keuangan atas hal-hal material.Hal-hal tersabut mencakup bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan, serta catatan atas laporan keuangan, yang meliputi: istilah yang digunakan, rincian yang dibuat, penggolongan unsure dalam laporan keuangan, dan dasar-dasar yang digunakan untuk menghasilkan jumlah yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Standar iniakan berpengaruh terhadap laporan akuntan banyak apabila pengungkapan yang dibuat oleh manajmen tidak memadai. Dalam keadaan demikian, auditor diharuskan untuk mencantumkan pengungkapan yang diperlukan dalam laporan auditor.Pernyataan Pendapat

Standar pelaporan keempat mengharusakan auditor untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan, atau prnyataan bahwa pendapat demikian tidak dapat diberikan. Pada umumnya auditor bisa memberikan suatu pendapat dari beberapa alternative pendapat. Berbagai jenis pendapat yang mungkin diberikan auditor akan dibahas pada bagian lain dalam bab ini, sedangkan pembahasan yang lebih mendalam tentang standar pelaporan akan diuraikan pada buku auditing bagian II.PENERAPAN STANDAR AUDITING

Standar auditing bisa diterapkan pada setiap audit yang dilakukan oleh akun public, tanpa memandang besar kecilnya perusahaan klien, bentuk organisasi bisnis, jenis indistri, ataupun perusahaan bertujuan mencari laba atau tidak bertujuan mencari laba. Dengan demikian standar auditing berlaku sama, baik bagi audit atas sebuah toko kecil milik peroragan, sbuah rumah sakit kabupaten, ataupun sbua perusahaan raksasa sprit pertamina. Konsep matrial dan risiko berpengaruh terhadap penerapan seluru standar, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Materialitas berkaitan dengan relatif pentingnya suatu hal atau suatu pos. Sebagai contoh, persediaan pada seba perusahaan manufaktur dipandang lebih penting oleh auditor dibandingkan dengan biaya asuransi dibayar dimuka, karena kemungkinan pengaru salah saji persediaan dalam laporan keuangan lebih besar. Risiko berkaitan dengan kemungkinan, suatu pos atau suatu hal disajikan secara tidak benar, dibandingkan dengan aktiva tetap, karena transaksi-transaksi yang berkaitan dengan piutang dagang jau lebih banyak dibandingkan dengan transaksi-transaksi aktiva tatap. Kedua hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam bab-bab berikut.HUBUNGAN ANTARA STANDAR AUDITING DENGAN

PROSEDUR AUDITING

Standar auditing breada dengan prosedur auditing. Prosedur menyankut langka yang harus dilaksanakan selama audit berlangsung, sedangkan standar baerkaitan dengan krikteria atau ukuran mutu pelaksanaan serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan mnenggunakan prosedur yang bersangkutan. Jadi berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing mencakup mutu professional (professional qualities) akuntan public dan pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor. Selain itu, standar auditing berlaku sama paa setiap audit laporan keuangan, sedangkan prosedur auditing bisa berbeda-beda penerapannya pada klien yang satu dengan lien yang lainnya, karena adanya perbedaan dalam besar kecilnya perusahaan yang diaudit, karateristik, dan sifat serta kompleksitas operasinya. LAPORAN AUDITOR

Laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomonikasikan kesimpulan tentang laporan kekuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Didalam menerbitkan suatu laporan audit, auditor haras memenuhi keempat standar pelaporan dalam standar auditing.LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU

Laporan audit bentuk baku adalah laporan yang palinig sering diterbitkan oleh akuntan public. Laporan ini memuat pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang mengandung arti bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas suatu satuan usaha, sesuai dengan prinsip akuntnsi yang berlaku umum. Kesimpulan ini dibuat hanya bilamana auditor telah merumuskan pendapat demikian berdasarkan suatu audit yang dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Laporan audit bentuk baku yang meliputi suatu priode akuntansi disajikan dihalaman berikut IAI sebagian besar mengadopsi standar yang ditetapkan oleh AICPA di Amrika Serikat. Terakhir IAI menetapkan laporan auditor bentuk baku (standard report) yang harus digunakan oleh para akuntan public jika auditor member pendapat wajar tanpa pengecualian (SA 508) sebagaimana terlihat dalam contoh di atas. Laporan audit bentuk baku trsebut terdiri dari tiga alinea pendahuluan, alinea lingkup (scope), dan alinea pendapat. Ketiga alinea tarsebut akan dijelaskan dalam uraian dibawa ini.Alinea Pendahuluan

Alinea pendahuluan dari suatu laporan audit berisi tiga pernyataan. Tujuan utama alinean ini adalah membedakan secara jelas antara tangungjawab manajemen dan tangungjawab auditor Kata:kata yang digunakan dalam alinea ini adalah:

Kami telah mengaudit. neraca perusahaan X untuk tahun yang berakhir pada tanggaltrsebut.Anak-anak kalimat yang terdapat pada kalimat ini mengandung arti sebagai berikut: kami telah mengaudit anak kalimat mengaskan bahwa audit telah dilakukan. Audit tidak dapat menyatakan suatu pendapat atas laporan keungan tanpa mengaudinya terlebih dahulu.

neraca perusahan X tgl 31 desember 1999, dan laporan rugi-laba, laporan laba ditebang, dan laporan arus khas untuk tabung yang berakibat pada tanggal tersebut. auditor harus secara jelas menyebutkan laporan keuangan yang cukup dalam laporannya, baik nama laporan tanggal atau periode laporan keuangan. Laporan keuangan yang diaudit akan dilampirkan pada laporan auditor, dan harus dijilid denga baik dan aman dalam satu sampul (cover). Laporan auditor bentuk baku dirancang untuk organisasi bisnis. Untuk organisasi lain seperti intis keuangan, atau badan pemerintah, atau organisasi nirlaba, perlu dikomunikasi dalam penyebutan laporan keuangan dan aspek lain yang terkait.

Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajement. Kalimat ini menegaskan bahwa laporan keuangan merupakan pernyataan yang dibuat klien, bukan auditor manajement, bukan auditor, bertanggung jawab atas kecukupan dan ketelitian laporan keuangan. Auditor mungkin saja membantu (derafat) laporan keuangan, tetapi hal itu dilakukan atas nama manajement.

Tanggung jawab kami terletak pada..berdasarkan auditor kami.

Kalimat ini secara spesifik menunjukan tanggung jawab auditor. Peran auditor adalah melakukan untuk menyatakan suatu pendapat berdasarkan temuan dalam auditor tersebut. Dengan membaca kalimat ini jelas Nampak perbedaan antara tanggung jawab manajement dan tanggung jawan auditor.Alinea Lingkup (Scope)

Seperti tersirat darinamanya, alinea ini menggambarkan sifat dan lingkup auditor. Kalimat ini memenuhi sebagian dari standar pelaporan keempat yang mengharuskan auditor untuk secara jelas menyebut auditor yang dilakukan. Alinea lingkup ini juga menunjukan sejumlah keterbatasan (limitations) suatu audit. Kata-kata yang digunakan dalam alinea adalah : Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing..

Dengan kalimat ini auditor menyatakan bahwa auditor dilakukan berdasarkan standar professional. Dan konteks ini standar auditing meliputi sepuluh standar auditing termasuk prnyataan stabdar auditin yang berkaitan. Kalimat ini juga mengandung arti bahwa auditor telah memenuhi standar-standar tersebut.Standar tersebut mengharyskan kami..audit agar kami memperoleh bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji materialKalimat ini berusaha untuk menghilangkan kesalapahaman bahwa pendapat auditor adalah jaminan atas ketelitian laporan keuangan. Kalimat ini juga menegaskan adanya dua keterbatasan yang sinifikan dalam suatu audit. Pertama bahwa audit hanya memberikan jaminan memadai (reasonable assuranc), bukan jaminan mutlak. Jadi dngan kalimat ini pembaca laporan auditor diberi tahu bahwa ada sejumlah risiko yang terkandung dalam suatu audit. Kedua, diperkenalkan konsep materialitas. Suatu audit direncanakan dan dilaksanakan untuk menemukan salah saji material-bukan semua salah saji- dalam laporan keuangan.

Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasr pengujian, bukti-bukti yang

mendukungdalam laporan keuangan

Audit tidak mencakup atas 100 % catatan akuntansi. Kalimat ini menegaskan bahwa suatu auditor mencakup pengujian atas sebagian data yang menjadi dasar pencatatan akuntansi dan tidak mencakup refiew menyeluruh data keuangan. Catatan akuntansi dan data lain diperiksa karena catatan dan data tersebut merupakan sumber pembuatan laporan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntasi. Estimasi signifikanpenilaian laporan keuangan sebagai keseluruhan.

Kalimat ini semakin memperjelas makna atau hakikat suatu auditor. Dengan kalimat ini dijelaskan bahwa auditor membuat pertimbangan tertentu dalam menilai pernyataan manajement yang tertuang dalam laporan keuangan. Kalimat ini juga menegaskan bahwa laporan keuangan banyak mengandung taksiran dan perkiraan suatu taksiran atau pikiran tidak selalu tepat. Selain itu, kalimat ini juga menegaskan bahwa dalam suatu auditor, auditor tidak hanya membuat kesimpulan bahwa laporan keuangan bebas dari sala satu saji material, tetapi juga membuat kesimpulan bahwa laporan tersebut bebas dari penghilangan (omnissions) material. Laporan keuangan bisa menyesatkan apabila tidak berisi informasi yang diperlukan untuk menginterpretasikannya dengan tepat.

Kami yakin bahwa auditor kami memberikan keyakinan memadai untuk menyatakan pendapat.

Kalimat ini menegaskan peran pertimbangan professional merencanakan dan melaksanakan auditor yang kemudian menjadi dasar penentuan pendapat. Kalimat ini juga menegaskan kembali bahwa auditor hanya memberikan dasar memadai untuk member pendapat, tidak yakin sepenuhnya.

Alinea pendapat

Alinea ini berisi kesimpulan auditor

Menurut pendapat kami

Pendapat auditor adalah suatu pernyataan yang merupakan hasil pertimbangan (Judgement). Dalam menafsirkan anak kalimat ini perlu di ingat bahwa pendapat tersebut dibuat oleh orang atau orang-orang yang professional, berpengalaman dan ahli. Namun demikian yidak benar jika auditor membuat pernyataan yang didahului dengan kata-kata : kami menyatakan menjamin, atau kami yakin (atau positif). Kesimpulan auditor tidak berarti suatu keyakinan penuh. Auditor adalah seorang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing, namun demikian auditor tidak bisa menjamin kelitian laporan keuangan.

Menyajikan secara wajar, dalam semua hal material,posisi keuanganbasil operasi, serta arus kas..

Kata-kata menyajikan secara wajar mengandung konotasi bahwa laporan keuangan disajikan secara masuk akal dan tanpa bias ataupun distorsi. Auditor tidak tidak menggunakan kata-kata secara tepat, benar, akurat. Atau pasti karena adanya sejumlah estimasi atau taksiran dalam laporan keuangan. Pendapat auditor tentang kewajaran menyangkut laporan keuangan sebagai kesluruhan. Ini berarti bahwa kewajaran itu tidak dilihat dari kebenaran atau ketelitian rekening-rekening secara individual atau dari setiap komponen laporan keuangan. Apabila auditor memberi pendapat wajar tanpa pengecualian, maka hal itu berarti auditor percaya bahwa laporan keuangan mencapai tujuannya dengan menyajikan secara wajar posisi keuangan (neraca), hasil operasi (laporan rugi-laba dan laporan laba ditahan), dan arus kas (laporan arus kas). Pendapat wajar tanpa pengecualian juga berarti bahwa setiap perbedaan pendapat antara manajemen dan auditor tentang masalah-masalah akuntansi telah diselesaikan dan memuaskan auditor.

Kata-kata dalam segala hal material memberi informasi kepada pemakai laporan keuangan bahwa pendapat auditor bukan mengatestasi kebenaran mutlak laporan keuangan. Keterbatasan ini terjadi karena auditor melakukan audit atas dasar pengujian sebagian (test basis) dan karena adanya estimasi-estimasi dalam laporan keuangan.

..sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umun

Kalimat ini harus dicantumkan sesuai dengan ketentuan dalam standar pelaporan yang pertama yang menyatakan bahwa laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.. sebagaimana telah disebutkan pada Bab 1, prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum merupakan kreteria yang digunakan dalam pertimbangan auditor tentang kewajaran laporan keuangan. Sumber prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk sebagian besar ditetapkan oleh organisasi profesi (IAI) sebagaimana dijelaskan dalam standar auditing (SA 411.05), tetapi dalam situasi tertentu auditor bisa menggunakan sumber lain. hal ini akan dibahas lebih lanjut pada Buku II.

Standar pelaporan kedua dan ketiga memerlukan komentar dalam laporan auditor hanya apabila terdapat inkonsistensi (penerapan prinsip yang tidak konsisten ) dalam penerapan prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum, atau manajemen tidak membuat semua pengungkapan yang diharuskan. Ini berarti bahwa apabila laporan auditor tidak membuat komentar mengenai kedua hal tersebut, berarti bahwa kedua standar audit tersebut telah terpenuhi.

JUDUL, ALAMAT, TANDATANGAN, DAN TANGGAL LAPORAN

Standar auditing seksi SA 508 mengharuskan laporan auditor untuk memuat judul laporan dengan kata-katalaporan auditor independen. Kata independen wajib ditulis sebagai judul, agar tidak terjadi kesalahpahaman dengan laporan auditor jenis lain, seperti misalnya laporan intern.

Laporan auditor biasanya dialamatkan kepada orang atau sekelompok orang yang member penugasan kepada audit. Apabila perusahaan klien berbentuk perseroan (PT), penugasan biasanya berasal dari pemegang saham atau dewan komisaris perusahaan. Alamat dan judul laporan audit menegaskan sifat independen dari pendapat auditor sebagai lapor kepada pemegang saham atau yang mewakili pemegang saham yaitu dewan komisaris.

Tandatangan dalam laporan auditor biasanya tandatangan kantor akunpublik. Meskipun yang menandatangani laporan adalah orang tertentu dalam kantor akuntan public, tetapi dalam hal ini ia melakukannya atas nama kantor akuntan public yang bersangkutan.

Laporan audit harus memuat tanggal laporan. Tanggal yang dilakukan biasanya adalah tanggala dari hari terakhir auditor menyelesaikan pekerjaan lapangan. Meskipun auditor memiliki sejumlah tanggung jawab untuk membuat pengungkapan atas kejadian-kejadian tertentu yang signifikan setelah tanggal neraca, tetapi tanggung jawab tersebut dipandang telah berakhir setelah audit atas laporan keuangan diakhiri.

PENYIMPANGAN DARI LAPORAN AUDITOR BENTUK BAKU

Keadaan- keadaan tertentu biasanya menyebabkan auditor menjadi tidak tepat untuk menerbitkan laporan bentuk baku seperti diuraikan dalam contoh diatas. Penyimpangan dari laporan bentuk baku dapat digolongkan menjadi dua kategori:

Laporan bentuk baku dengan alinea penjelasan.

Jenis pendapat lainnya.

Laporan Bentuk Baku dengan Alinea Penjelasan

Seperti halnaya dengan laporan auditor bentuk baku, dalam laporan auditor bentuk ini auditor juga member pendapat wajar tanpa pengecualian karena laporan keuangan sebagai kseseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Namun demikain, karena adanya hal-hal tertentu tambahan alinea penjelasan atau kalimat penjelasan lainnya terhadap laporan bentuk baku. Sebagai contoh, klien telah melakukan perubahan prinsip akuntansi yang dianutnya,misalnya dalam metode depresiasi aktifa tetap. Sesuai dengan ketentuan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) apabila perusahaan mempunyai alasan mengubah metide akuntansi dengan metode yang lebih cocok, maka perubahan tersebut harus diungkapkan dalam catatan kaki (foot-notes) pada laporan keuangan. Apabila klien telah melakukan ini semua, maka auditor harus member alinea keempat (penjelasan) atas laporan bentuk baku, untuk menarik perhatian pembaca laporan atas adanya perubahan prinsip akuntansi tersebut.

SA 508 memberi pedoman tentang hal-hal lain yang membutuhkan penyimpangan semacam ini atas laporan bentuk baku. Pada umumnya alinea tambahan ini diletakan sebagai alinea pendapat, tetapi dalam keadaan tertentu tambahan penjelasan bisa juga diberikan dalam ketiga alinea, atau ditambahkan sebelum alinea pendapat.

Jenis Pendapat Lainnya

Kelompok penyimpangan kedua timbul karena terjadinya keadaan-keadaan berikut:

Laporan keuangan berisi suatu penyimpangan material dari prinsip akuntansi berlaku umum.

Auditor tidak bisa mendapatkan bukti kompeten yang cukup mengenai satu atau lebih asersi manajemen, dan sebagai akibatnya tidak bisa pengecualian atas laporan keuangan sebagai keseluruhan.

Dalam situasi demikian, auditor akan mmberikan salah satu dari pendapat berikut:

Pendapat wajar dengan pengecualian yang menyatakan bahwa kecuali untuk hal atau hal-hal yang menimbulkan pengecualian, laporan keuangan menyajikan secara wajar.sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum.

Pendapat tidak wajar yang menyatakan laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar.sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Menolak memberi pendapat yang menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan. Penyimpangan dari prinsip akuntansi berlaku umum meliputi penggunaan prinsip akuntansi yang tidak berlaku umum, penerapan prinsip akuntansi secara salah, dan tidak membuat pengungkapan sebagaimana diminta oleh prinsip akuntansi berlaku umum. Sebagai contoh, apabila laporan keuangan klien menunjukkan adanya perubahan dalam suatu prinsip akuntansi yang tidak dilakukan sebagaimana diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan, atau bila laporan keuangan disusun tidak sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Dalam keadaan demikian, auditor akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian,atau pendapat tidak wajar. Pendapat tidak wajar hanya akan diberikan apabila terjadi penyimpangan yang mempunyai pengaruh sangat marerial atas laporan keuangan.

Keadaan yang menyebakan auditor tidak bisa mendapatkan bukti kompeten yang cukup untuk memeriksa apakah satu atau beberapa asersi sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum disebut keterbatasan lingkup (scope limitation). Dalam keadaan demikian, auditor akan menerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak memberi pendapat. Auditor akan menolak member pendapat hanya apabila keterbatasan lingkup tersebut mempunyai mengaru yang sangat material atas laporan keuangan.

Apabilaauditor memutuskan akan memberikan pendapat seperti alinea diatas, maka alas an pemberian alas an tersebut harus dijelaskan dalam satu alinea atau lebih, yang diletakan sebelum alinea pendapat. Selanjutnya alinea pendapat harus dimulai dengan merujuk pada alinea penjelasan. Dan diikuti dengan kalimat yang sesuai dengan jenis pendapt yang akan dinyatakan seperti tela disebutkan diatas.

TANGGUNGJAWAB AUDITOR DAN KESENJANGAN EKSPETASI

Para pemakai laporan keuangan yang telah diaudit mengharapkan agar auditor:

Melakukan audit dengan kompotensi tehnis, integritas, independen, dan obyektif Mencari dan mendeteksi salah saji , baik yang disengaja ataupun tidak disengaja.

Mencega diterbitkannya laporan keuangan yang menyesatkan.

Sebagian pemakai laporan berkesimpulan bahwa harapan-harapan diatas tidak akan terpenuhi, sehingga timbul apa yang disebut kesenjangan ekspetasi (ekspectation gab). Mereka menunjukan berbagai contoh seperti adanya kegagalan bisnis dan kerugian investasi pada perusahaan yang laporankeuangannya yang tela diauditkan dan memperoleh pendapat wajar tanpa pengcualian dari auditor. Mereka mengaitkan kegagalan bisnis dan kerugian investasi ini sebagai kegagalan audit. Dalam situasi seperti digambar di atas, auditor membela diri dengan menyatakan bahwa mereka telah melakukan audit sesuai dengan standar auditing. Kesenjangan ekspektasi sebagian besar berhubungan dengan tiga hal, yaitu: (1) menemukan dan melaporkan kekeliruan dan ketidak beresan, terutama kecurangan , (2) mendeteksi dan melaporkan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien, dan (3) melaporkan apabila terdapat ketidakpastian mengenai kemampuan perusahaan klien untuk melanjutkan usahanyaa atau mempertahankan kelansungan hidupnya. KEKELIRUAN DAN KETIDAKBERESAN

PSA N0.32, Tanggungjawab Auditor untuk Mendeteksi dan Melaporkan Kekeliruan dan ketidakbresan (SA 316.02 dan .03) merumuskan pengertian kekeliruan dan ketidakberesan sbb. Istila kekeliruan (error) berarti salah saji (misstatement) atau hilangnya kekeliruan dapat berupa: Kekeliruan dalam pengimpulan atau pengolahan data akuntansi yang dipakai sebagai dasar pembuatan laporan keuangan

Kesalahan estimasi akuntansi yang timbul sebagai akibat dari kehilafan atau salah menafsirkan keadaan. Kesalahan dalam penerapan prinsip akuntansi yang menyangkut jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

Istilah ketidak beresan (irregularities) adalah salah saji atau hilangnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang disengaja. Ketidakberasan mencakup kecurangan dalam pelaporan keuangan yang dilakukan untuk menyajikan laporan keuangan yang menyesatkan, yang seringkali disebut kecurangan manajmem (management fraud), dan penyalagunaan aktiva, yang seringkali disebut dengan unsure pengelapan. Ketidakberesan dapat terdiri dari perbuatan: Yang mengandung unsure manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan akuntansi atau dokumen penduduknya yang merupakan sumber untuk pembuatan laporan keuangan.

Penyajian salah atau penghilangan dengan sengaja peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan yang lain.

Penerapan salah prinsip akuntansi yang dilakukan dengan sengaja.Faktor pokok yang membedakan kekeliruan dengan ketidak beresan adalah apakah penyebab sala saji itu disajikan atau tidak disajikan.

Tanggungjawab Mendeteksi Kekeliruandan Ketidakberesan

PSA 32 (SA 316.05) menentukan bahwa tanggungjawab auditor dalam kaitannya dengan kekeliruan atau ketidakberesan adalah sebagai berikut: Menentukan risiko bahwa suatu kekeliruan dan ketidakberesan kemungkinan manyebabkan laporan keuangan berisi salah saji material.

Berdasarkan penentuan ini, auditor harus merancang auditnya untuk memberikan keyakinan memadai bagi pendeteksian kekeliruan dan ketidakstabilan.

Melaksanakan audit dengan seksama dan tingkat skeptisme professional yang semestinya dan menilai temuannya.

Terdapat dugaan bahwa jika hal-hal diatas dilaksanakan, maka banyak salah saji material akan ditemukan. Namun dalam SA 316.08 disebutkan bahwa karena pendapat auditor atas laporan keuangan didasarkan pada konsep keyakinan memadai (reasonable assurance), maka laporan auditor bukanlah suatu jaminan. Dengan demikian kegagalan mendeteksi salah saji material dalamlaporan keuangan tidak dengan sendirinya menunjukan audit tidak dilakukan sesuai dengan standar auditing. Kadang-kadang terjadi bahwa walaupun audit telah dirancang dan dilaksanakan dengan seksama, namun tedak dapat mendeteksi adanya kecurangan apabila manajmen, karyawan, dan pihak ketiga bersekongkol untuk menyesatkan auditor dengan cara membuat dokumen dan catatan palsu. Namun demikian, karena banyaknya kasus-kasus kecurangan yang tidak dapat ditemukan audit pada laporan-laporan keuangan yang cukup dikenal oleh masyarakat, maka profesi mendapat tekanan kuat dari masyarakat untuk memperbaiki kinerjanya di dalam masalah ini. Sorotan utama kepada profesi adalah agar dilakukan analisa yang lebih cermat mengenai kegagalan audit dengan menekankan pada (1) membuat pedoman yang lebih komprehensif untuk manajmen, dan (2) merumuskan prosedur audit tambahan yang perlu dilakukan jika factor-faktor tersebut dijumpai dalam suatu audit. Tanggungjawab untuk Melaporkan Kekeliruan dan Ketidakberesan

Apabila auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan mengandung salah saji material karena adanya kekeliruan dan ketidakberesan, maka laporan keuangan dikatakan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Oleh karena itu auditor harus mendesakagar laporan keuangan direfisi oleh manajmen. Apabilah hal inidipatuhi manajmen, maka auditor bisa menerbitkan laporan bentuk baku dengan pernyataan pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat tidak wajar karena laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum, dan mengungkapkan alasannya dalam laporan auditor.

Auditor juga berkewajiban untuk mengkomunikasikan setiap ketidakberesan material yang ditemukan selama audit kepada komite audit. Pada hakekatnya auditor tidak berkewajiban untuk mengungkapkan ketidak beresan material yang ditemukan kepada pihak-pihak diluar klien. Kode etik akuntan yang disusun IAI mengharuskan auditor untuk menjaga kliennya. Biasanya auditor dapat mengungkapakn ketidak beresan hanya apabilah hal itu berpengaruh terhadap pendapatnya atas laporan keuangan yang diperiksa. Namun keadaan-keadaan tertentu dibawah ini, auditor berkewajiban untuk mengungkapkan ketidak beresan yang diketehui dalam aiditnya kepada pihak slain klien. Keadaan-keadaan tersebut adalah:

a. Jika menerima pertanyaan dari auditor pengganti sesuai dengan SA Seksi 315 [ PSA No. 16], komunikasi antara auditor pendahulu dengan auditor pengganti.

b. Sebagai suatu jawaban atas permintaan pengadilan dalam suatu perkara pidana.

Jika auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit yang diperlukan, atau jika setelah menerapakan [rosedur audit yang diperluas, ia tidak dapat menarik kesimpulan apakah ketidak beresan yang mungkin terjadi mempunyai dampak material terhadap laporan keuangan. Maka ia harus :

a. Menyatakan tidak memberikan pendapat atau memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atas laporan keuangan tersebut.

b. Mengkomunikasikan temuannya kepada dewan komisaris atau pihak yang berwewenang serta yang lain

Jika klien menolak untuk menerima laporan audit yang telah dimodifikasikan (bukan laporan audit bentuk baku) sesuai dengan keadan yang diuraikan diatas, auditor harus menarik diri dari penugasan dan mengkomunikasikan alas an penarikan dirinya kepada audit dewan komisaris atau pihak lain yang setara.

PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIENPelanggaran hukum oleh klien beraratii pelanggaran terhadap hukum atau peraturan perundang-undangan repoblik Indonesia. Unsur tindakan melanggar hukum oleh klien adalah unsure tindakan pelanggaran yang dapay dihubungkan dengan satuan usaha yang laporan keuangannya diaudit, atau tindakan manajmen atau karyawan yang bertindak atas nama usaha. Pengertian unsure pelanggaran hukum oleh klien tidak termasuk pelanggaran perorangan yang dilakukan oleh manajmen dan karyawan satuan usaha yang tidak berkaitan dengan kegiatan bisnis satuan usaha. Tanggungjawab untuk Mendeteksi Pelanggaran Hukum oleh KlienUnsur tindak pelanggaran hukum tertentu memiliki dampak material dan langsung terhadap penentuan jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan. Unsur pelanggaran hukum lain memiliki dampak material tetapi tidak lansung terhadap laporan keuangan. PSA No. 31 Unsur Pelanggaran Hukum oleh Klien (SA 317.05) mnyatakan bahwa tanggungjawab auditor untuk mendeteksi dan dan melaporkan salah saji sebagai akibat adanya unsur pelanggaran hukum yang berdampak langsung dan material terhadap penentuan jumla-jukla yang disajikan dan laporan keuangan adlah sama dengan tanggung jawab auditor untu kmendeteksi adanya kesalahan dan ketidak beresan seperti yang diuraikan dalam SA Seksi 327 [ PSA. No. 32 ], yaitu bahwa auditor harus merancang audit untuk mendeteksi pelanggaran hukum oleh klien SA Seksi 317. 09 menyatakan bahwa selama audit berlangsung informasi berikut bisa memberi petunjuk mengenai kemumgkinan adanya unsure pelanggaran hukum : (1) transakai tanpa otorisasi, (2) penyelidikan oleh instansi pemerintah, dan (3) keterlambatan pengisian dan pengembalian surat pemberitahuan pajak. Apabilah auditor menduga bahwa pelanggaran hukum telah terjadi, maka ia harus membicarakan hal tersebut dengan manejemen pada tingkat yang sesuai dan berkonsultasi dengan penasehat hukum klien. Apabilah diperlukan, auditor harus menerapkan, auditor harus menerapkan prosedur tambahan untuk mendapat pemahaman mengenai peraturan hukum dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Tanggungjawab untuk Melaporkan Pelangaran Hukum oleh KlienPengaruh unsur pelanggaran hkum oleh klien pada laporan auditor sama seperti ketidakberesan. Jika auditor menyimpulkan bahwa unsure pelanggaran hukum yang telah melakikan memiliki dampak material terhadap laporan keuangan, dan pelanggaran tersebut belum diprtanggungjawabkan atau diungkapkan secara memadai, maka auditor tersebut harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar atas laporan keuangan sebagai keseluruhan, tergantung pada tingkat materialitas dampak pelanggaran terhadap laporan keuangan. Jika auditor dihalangi oleh klien dalam memperoleh bukti cukup dan kompoten guna mengevaluasi apakah unsure pelanggaran hukum oleh klien telah atau akan memiliki dampak material terhadap laporan keuangan, maka auditor biasanya harus menyatakan tidak memberijan pendapat atas laporan keuangan. Jika klien menolak menerima laporan aidit yang telah dimodifikasi gunah memuat kondisi-kondisi sebagaimana dijelaskan diatas, maka auditor harus menarik diri dari penugasan dan menjelaskan alasan-alasan pengunduran dirinya secara tertulis kepada komite audit atau dewan komisaris. Audit harus mengkomonikasikan setiap unsure pelanggaran hukum oleh klien yang diketahuinya kepada komite audit. Tanggungjawab auditor untuk mengungkapkan unsure melawan hukum oleh klien kepada pihak luar, sama seperti halnya ketidakberesan.

PELAPORAN TENTANG PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN SATUAN USAHA DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA

Auditor tidak berkewajiban untuk meramalkan kondisi atau kejadian masa datang. Menurut standar auditing, auditor diharuskan untuk menyatakan dalam laporannya apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi belaku umum. Penyajian yang layak bukan merupakan jaminan bahwa perusahaan klien akan bisa berlangsung terus. Fakta bahwa perusahaan kemungkinaan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesengsian besar,bahkan dalam jangka waktu satu tahun setelah laporan keuangan, tidak harus selalu berarti bahwa kinerja auditor tidak memadai. Oleh karena itu tidak dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan audit tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Namun demikian, PSA No.30, pertimbangan Auditor Atas Kemampuan Satuan Usaha Dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya (SA 341), menyatakan bahwa auditor mempunyai tanggungjawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang diaudit.

Kesangsian tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya bisa diperoleh dalam audit yang menunjukan bahwa satuan usaha yang diaudit menderita kerugian, gagal dalam memenuhi perjanjian utang, atau berusaha untuk merekstrukturisasi utangnya. Dalam situasi demikian, SA 341.07 menyatakan bahwa auditor harus: (1) mendapatkan informasi mengenai rencana manajemaen untuk mengurangi atau mengatasi keadaan, (2) memperhitungkan apakah rencana tersebut akan dapat diterapkan cesara efektif.

Apabila setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan terhadap kesangsian besar mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelagsungan hidupnya dalan jangka waktu pantas, auditor harus mempertimbagkan dampak yang kemungkinan timbu atas laporan keuangan, dan cukup atau tidaknya pengungkapannya. Auditor harus menyatakan kesimpulannya dalam laporan auditor.

Apabila pengungkapan yang dibuat manajemen dalam laporan keuangan tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dipandang memadai olek auditor, maka bisa diberikan pendapat wajar tanpa pengecualian, namun dengan member tambahan alinea penjelasan dibawah alinea pendapat untuk menjelaskan ketidakpastian (uncertainty) atas pengungkapan manajemen tersebut.

Apabila pengugkapan manajemen dalam laporan keuangan dipandang tidak memadai oleh auditor, yang berarti laporan keuangan disusun tidak sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum, maka auditor harus member pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar, dan menjelaskan alasannya dalam alinea penjelasan yang dicantumkan sebelum alinea pendapat.

Dengan adanya pengungkapan oleh auditor seperti diuraikan diatas, pemakai laporan keuangan yang telah diaudit akan memperoleh peringatan dini tentang kemungkinan tidak bisa berlanjutnya perusahaan klien. Pembahasan tentang masalah ini akan diuraikan lebih lanjut pada Buku II

RINGKASAN

Hubungan antara akuntansi dan pengauditan dalam proses pelaporan keuangan menyangkut pembagian tanggungjawab antara manajemen satuan usaha dengan auditor independennya. Manajmen bertanggungjawab atas penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum, sedangkan auditor bertanggungjawab atas pernyataa pendapatnya tentang laporan keuangan berdsarkan audit yang telah dilakukannya sesui dengan standar auditing. Standar auditing disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pemakai laporan keuangan menggantungkan keputusan yang diambilnya pada jaminan auditor bahwa informasi keuangan dalam laporan telah memenuhi karateristik kualitatif tentag relavansi dan keandalan, dan bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Laporan auditor bentuk baku dalam pengauditan laporan keuangan secara jelas menyebutkan perbedaan antara tanggungjawab manajmen dan tanggungjawab auditor, menjelaskan sifat dan keterbatasan audit, dan menyatakan pendapat auditor apakah laporan telah disajikan secara wajar. Penyimpangan atas laporan auditor bentuk baku digunakan apabila kadaan tertentu yang membutukan tambahan kalimat penjelas, atau apabila terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi berlaku umum, atau jika terjadi pembatasan lingkup pemeriksaan. Profesi pengauditan terus-menerus berusaha untuk menanggapi kesaenjangan ekspektasi atau (excitation gab) yaitu perbedaan antara apa yang diharapkan pemakai laporan keuangan auditan terhadap auditor dan tanggungjawab yang bisa dipenuhi dan mampu ditanggung auditor dalam tiga hal yaitu: mendeteksi dan melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan termasuk kecurangan, mendeteksi dan melaporkan tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh klien, dan melaporkan apabila terdapat keraguan tentang kemampuan satuan usaha klien untuk melanjutkan usahanya.

AKUNTANSI AUDITING

Berlandaskan Prinsip Akuntansi Berlandaskan standar auditing

Berlaku Umum Tanggungjawab Auditor

Tanggungjawab Manajmen

PELAPORAN KEUANGAN

JJII

Mendapatkan dan mengevaluasi bukti tentang laporan keuangan

Menganalisis kejadian

dan transaksi

Memeriksa bahwa laporan keuangan tela disusun sesuai

dengan prinsip akuntans

berlaku umum

umum

Mengukur dan mencatat

data transaksi

Mengelompokkan dan

memeriksa data

Menyatakan pendapat dalam

laporan auditor

Menyusun laporan keuangan

sesuai dengan prinsip

akuntansi berlaku umum

Menyerahkan laporan

kepada klien

Mendistribusikan laporan

keuangan dan laporan

auditor kepada para kepada

para pemegang saham

dalam laporan tahunan

perusahaan

Laporan Auditor Independen

Kepada

Pemegang Saham dan Dewan Komisaris

PT Sari Alam

Kami telah mengaudit neraca PT Sari Alam tanggal 31 Desember 1999 serta laporan rugi-laba, laporan laba ditahan dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebit. Laporan keuangan adalah tangunggjawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standartrsebut meng haruskan kami untuk merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi singnifikan yang dibuat oleh manajmen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk mengatakan pendapat.

Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Sari Alam tanggal 31 Desember 1999, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

[Tandatangan, nama, dan nomo register Negara auditor]

[Tanggal]