25
11 BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan Autisme 1. Pengertian Autisme Autisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos yang artinya diri yang tidak berdaya. Menurut Kamus Lengkap Psikologi, sebagaimana yang dikutip kenzweb.ugm. ic.id., menyebutkan J.P Chaplin (2001) bahwa ada tiga pengertian autisme: a) Cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri. b) Menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan menolak realitas. c) Keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri. Dalam Pedoman Penggolongan dan Gangguan Jiwa (PPDGJ) edisi III, autisme digolongkan dalam gangguan perkembangan pervasif dengan kode F.84. Gangguan perkembangan pervasif adalah gangguan yang ditandai dengan kelainan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik dan dalam pola komunikasi, serta minat dan aktivitas terbatas, stereotipik, berulang yang menunjukkan gambaran yang pervasif dari fungsi-fungsi individu dalam semua situasi dengan derajat keparahan yang berbeda-beda. 1 Secara singkat autisme adalah gangguan pada sistem syaraf yang biasanya tampak sebelum anak berusia tiga tahun. 2 Hal ini menyebabkan gangguan pada bidang komunikasi, bahasa, kognitif, sosial dan fungsi adaptif, sehingga menyebabkan anak-anak tersebut semakin lama semakin 1 http://kenz.web.ugm.ac.id/151280/index.php?octaveerkat=psikologi&octaveergil=1, 12 Pebruari 2004 2 http://www.medicastore.com/med/artikel.php?id=47&UID=2004052709564664.68.82.1 59, 15 Agustus 2005

BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

11

BAB II

DESKRIPSI UMUM AUTISME

A. Pengenalan Autisme

1. Pengertian Autisme

Autisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos yang artinya diri

yang tidak berdaya. Menurut Kamus Lengkap Psikologi, sebagaimana

yang dikutip kenzweb.ugm. ic.id., menyebutkan J.P Chaplin (2001) bahwa

ada tiga pengertian autisme:

a) Cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri

sendiri.

b) Menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan

menolak realitas.

c) Keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri.

Dalam Pedoman Penggolongan dan Gangguan Jiwa (PPDGJ)

edisi III, autisme digolongkan dalam gangguan perkembangan pervasif

dengan kode F.84. Gangguan perkembangan pervasif adalah gangguan

yang ditandai dengan kelainan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal

balik dan dalam pola komunikasi, serta minat dan aktivitas terbatas,

stereotipik, berulang yang menunjukkan gambaran yang pervasif dari

fungsi-fungsi individu dalam semua situasi dengan derajat keparahan yang

berbeda-beda.1

Secara singkat autisme adalah gangguan pada sistem syaraf yang

biasanya tampak sebelum anak berusia tiga tahun.2 Hal ini menyebabkan

gangguan pada bidang komunikasi, bahasa, kognitif, sosial dan fungsi

adaptif, sehingga menyebabkan anak-anak tersebut semakin lama semakin

1http://kenz.web.ugm.ac.id/151280/index.php?octaveerkat=psikologi&octaveergil=1, 12

Pebruari 2004 2http://www.medicastore.com/med/artikel.php?id=47&UID=2004052709564664.68.82.1

59, 15 Agustus 2005

Page 2: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

12

jauh tertinggal dibandingkan anak seusia mereka ketika umur mereka

semakin bertambah.3

Dengan kata lain autisme ialah satu gangguan dalam

perkembangan mental kanak-kanak yang menyebabkan mereka

mengalami masalah pertuturan, komunikasi dan tingkah laku yang luar

biasa. Ia juga satu kekurangan seumur hidup yang mana komunikasi

pengidapnya terganggu dan mereka tidak dapat berhubungan secara

langsung. Individu autisme boleh mendengar dan melihat tetapi mereka

seolah-olah hidup di dalam dunia mereka sendiri.

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian dr. Leo Keaner

(seorang dokter spesialis penyakit jiwa) pada tahun 1938 yang telah

mendiagnosis dan mengobati pasien dengan sindroma autisme yang

disebut infantil autisme. Kepedulian dengan autisme juga bertambah

banyak pada tahun 1950, para profesional di Amerika, Inggris dan Eropa

barat mulai mengadakan penelitian tentang autisme, psikopatologi, cara

pencegahan dan penanggulangannya, serta kelanjutan perkembangan anak

dengan autisme kemudian hari.4 Dengan kondisis anak autis yang seperti

itu tentu akan sangat mempengaruhi perkembangan anak, baik fisik

maupun mental, dan apabila tidak dilakukan intervensi secara dini dengan

tatalaksana yang tepat, perkembangan yang optimal pada anak tersebut

sulit diharapkan, mereka akan semakin terisolir dari dunia luar dan hidup

dalam dunianya sendiri dengan berbagai gangguan mental serta perilaku

yang semakin mengganggu.5

Lebih lanjut autisme adalah salah satu epidemik akhir abad XX

yang belum dapat ditemukan penangkalnya oleh lembaga kesehatan dunia

WHO dan lembaga peduli kesehatan lainnya. Autisme menjadi popular

3Rudy Sutadi, Autisme & Applied Behavior Anakysis (ABA)/ Metode Lovaas, Klinik

Intervensi Dini Autisme, Jakarta Medical Center, Jakarta Timur, 2002, hlm. 1 4Faisal Yatim, Autisme (Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-Anak), Pustaka Populer Obor,

Jakarta, 2003, hlm. 9 5Y. Handojo, Autisma (Petunjuk Praktis & Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak

Normal, Autis & Perilaku Lain), PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2004, hlm. 12

Page 3: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

13

karena sejak digunakan istilah Autisme oleh Dr Leo Kanner tahun 1943

hingga kini belum ditemukan penangkalnya. Setahun kemudian Asperger

menerbitkan karya yang memuat himpunan gejala yang disebut sindroma

Asperger.

Penelitian mengenai kelainan pertumbuhan anak sudah dilakukan

oleh Dr Langdon Down hasil penelitiannya dipublikasikan pada 1866 dan

tahun 1887, yang memuat gejala umum kelainan pertumbuhan anak atau

sindroma Down. Usaha menyelidiki kelainan pertumbuhan anak tersebut

di atas dilanjutkan oleh Asperger, Heller, Tourette, Wiliam, Joubert,

Batten, Turner, dan Rett . Walaupun demikian hingga kini belum dapat

diungkapkan secara meyakinkan penyebab kelainan pertumbuhan anak

termaksud.6

2. Gejala-Gejala Autisme

Seorang anak autistik tidak mampu mengadakan interaksi sosial,

dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Ciri yang sangat menonjol

dari penderita autisme adalah tidak adanya atau sangat kurangnya kontak

mata dengan orang lain. Penyandang autisme bersikap acuh tak acuh bila

diajak bicara atau bergurau. la seakan-akan menolak semua usaha interaksi

dari orang lain, termasuk dari ibunya. la lebih suka dibiarkan main sendiri

dan melakukan sebuah perbuatan yang tidak lazirn secara berulang-ulang.

Sebagian kecil penyandang autisme berhasil berkembang normal, namun

sebelum mencapai umur tiga tahun perkembangannya terhenti, kemudian

timbul kemunduran dan mulai tampak gejala-gejala autisme.

Lebih lanjut gejala-gejala autisme dapat dilihat dari beberapa

indikator sebagai berikut:

1) Tingkah laku aktif yang keterlaluan atau sebaliknya.

2) Tidak menerima pelajaran biasa.

3) Tidak dapat mengawal keseimbangan fisikal.

6http://www.peduliautisme.org/Mainpage_Artikel2.htm as retrieved on Sep 26, 2004

00:43:54 GMT.

Page 4: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

14

4) Tidak mau perbedaan dalam hidup sehari-hari.

5) Perasaan sayang yang keterlaluan kepada objek.

6) Perkataan yang diulang berkali-kali.

7) Menangis dan marah tanpa sebab.

8) Memutar barang.

9) Tidak adanya kontak mata apabila bercakap.

10) Berkelakuan seperti orang tuli dan bisu.

11) Menunjuk dengan jari apa yang diinginkannya.

12) Tidak mengenali bahaya hidup.

13) Kesulitan menyesuaikan diri dengan anak-anak lain.

14) Tidak mau didekap.

15) Hasrat bermain yang luar biasa.

16) Tidak dapat merasakan rasa sakit.

17) Ketawa dengan tiba-tiba.

18) Gangguan tidur.

Dari fakta tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa indikasi

seseorang yang mengidap gangguan autisme, yaitu:

1) Adanya gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang ditunjukkan

dengan simpton sebagai berikut:

a) Tidak mau menatap mata orang yang dihadapannya sehingga ibu

dan gurunya harus selalu mengingatkan dia untuk menatap mata

lawan bicaranya.

b) Ekspresi wajah, postur tubuh dan gerak-gerik sangat kaku, tidak

ada timbal balik sosial atau emosional, tidak memiliki ekspresi

emosional terlihat bagaimana ekspresi wajahnya biasa saja ketika

bertemu ibunya ataupun ketika digendong oleh bapaknya.

c) Tidak bisa bergaul dengan teman sebayanya yang normal, lebih

asyik bermain sendiri. Misalnya lebih senang menghafal peta

daripada bergabung dengan anak – anak kelasnya.

2) Adanya gangguan kualitatif dalam komunikasi verbal dan non verbal,

antara lain:

Page 5: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

15

a) Lambat dalam perkembangan bahasa ucapan, hanya sesekali

mengucapkan kata–kata, dan itupun tanpa disertai dengan ekspresi

wajah dan gerak–gerik yang sesuai.

b) Kadang sering mengulang–ulang dalam menggunakan bahasa,

seperti ketika ingin pulang ke rumah.

3) Adanya gangguan dalam pola perilaku, minat dan aktifitas yang

terbatas, berulang dan stereotipik, yaitu:

a) Adanya rutinitas atau ritual yang spesifik dan non fungsional

seperti ketika memencet bel rumah 5x, melewati pintu,

mengucapkan salam pada ibunya, mengambil gelas, mengaduknya

dan seterusnya.

b) Minat terbatas pada hal–hal tertentu seperti misalnya mengisi

puzzle.

c) Sering mengulang perilaku tertentu (manerisme motorik stereotipik

dan berulang), ini terlihat ketika penderita membentur-benturkan

kepalanya pada tembok, bermain dengan memutar–mutar ban

mobil mainan sampai dia merasa lelah.

4) Adanya gangguan emosi, yakni tidak ada atau kurangnya empati,

tertawa-tawa, menangis atau marah-marah sendiri, dan sering

mengamuk (temper tantrum). Penderita tidak peduli dengan keadaan di

sekitarnya, termasuk ketika orang tuanya tewas dibunuh. Dia juga

menunjukkan emosinya dengan mengamuk ketika di ambulan ataupun

jika merasa terancam.7

Stressor atau kejadian–kejadian tersebut yang membuat keadaan

penderita semakin parah, yaitu: ketika dipaksa oleh orang asing untuk

berbuat sesuatu, misalnya bersembunyi di lemari pakaian, ketika bersama

dengan orang asing atau tidak dikenalnya, ketika berada dalam ambulan

(situasi asing), ketika dibawa lari atau secara paksa di rumah sakit, ketika

dilarang untuk bermain sirene ambulan.

7Bonny Danuatmaja, Terapi Anak Autis di Rumah, Puspa Swara, Jakarta, 2003, hlm. 2-3

Page 6: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

16

Karakter penderita, yaitu: penyendiri, asyik dengan dunianya

sendiri, senang bermain sendiri, pendiam, konsep diri yang kabur, taat

pada suatu kebiasaan, menghindari kontak mata dengan orang lain, tidak

respon terhadap lingkungan sekitarnya, senang bermain puzzle, mampu

menghapal jalan dan tempat dalam peta.8

Menurut kajian, kadar kejadian autisme adalah 5: 10,000 orang dan

lebih kerap terjadi kepada kanak-kanak lelaki berbanding dengan

perempuan sebanyak 4 kali ganda. Penyakit ini merambah di seluruh dunia

tanpa peduli bangsa, kaum, taraf sosial serta ekonomi. Permasalahan ini

memang menarik karena individu autisme mempunyai kelebihan intelek

yang luas dan tahapnya tidak sama seperti masalah gangguan mental yang

lain. Kira-kira 1/3 daripada mereka mempunyai kemahiran yang tertentu.

Walaupun menghadapi masalah bertutur, ada di kalangan mereka

mempunyai kemahiran yang menakjubkan dalam bidang prediksi,

melukis, musik dan menyelesaikan teka-teki dengan pantas.9

3. Faktor-Faktor Penyebab Autisme

Penyebab autisme sampai saat ini belum dapat diketahui secara

pasti, namun ada beberapa faktor predisposisi yang memungkinkan

terjadinya autisme, yaitu: faktor genetik, faktor hormonal, kelainan

pranatal, proses kelahiran yang kurang sempurna, serta penyakit tertentu

yang diderita sang ibu ketika mengandung atau melahirkan sehingga

menimbulkan gangguan pada perkembangan susunan saraf pusat yang

mengakibatkan fungsi otak terganggu.

Dari penelitian pakar autisme dapat diklasifikasikan penyebab

kelainan pertumbuhan anak ke dalam 4 (empat) arus pemikiran, yaitu:

8http://kenz.web.ugm.ac.id/151280/index.php?octaveerkat=psikologi&octaveergil=1, 12

Pebruari 2004 9Prof. Dr.Azizan Ismail dalam http://eraedar.tripod.com/autisme.html as retrieved on Jan

26, 2005, 02:40:49 GMT.

Page 7: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

17

1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

kelainan perkembangan saraf (neuro developemt disorder).

2) Virus, jamur, rubella, herpes toksoplasma dan akibat vaksin mmr, atau

thimerosal.

3) Sistem pencernaan yang kurang baik sehingga rentan terhadap

makanan tertentu.

4) Karena faktor keturunan atau genetika misalnya kelainan kromosom.

Keempat alur pikir tersebut yang melandasi cara pendiagnosa dan

terapi anak autistik selama ini. Selain itu, kelainan perilaku dan

kepribadian anak autisme juga dapat disebabkan oleh kecelakaan,

misalnya karena benturan keras (jatuh dan terpukul), karena demam panas

tinggi, atau karena keracunan makanan, minuman dan atau obat-obatan.

Di samping keempat faktor tersebut keracunan logam berat juga

diduga sebagai penyebab autis. Hal tersebut didasarkan pada tes

laboratorium yang dilakukan pada rambut dan darah ditemukan kandungan

logam berat dan beracun pada banyak anak autis.10

Keragaman pendapat pakar tersebut menandakan kompleksitas

kelainan autisme, sehingga penanganannya perlu dilakukan secara

komprehensif, terprogram dan berkelanjutan serta mendapat dukungan dan

peran serta luas masyarakat. Sebagai orang awam, tidak mudah memahami

ciri-ciri penyebab kelainan pertumbuhan anak tersebut di atas. Yang dapat

dilakukan orang tua secara mudah adalah mengamati pertumbuhan fisik

dan tingkat kemampuan gerak anak (merangkak, berdiri dan berjalan),

serta kemampuan anak bercakap-cakap dan berinteraksi dengan

lingkungan terdekat. Pada anak penyandang autisme, umumnya

pertumbuhan fisik anak terlihat wajar dan normal, hanya mengalami

beberapa keterbatasan dalam memfungsikan organ tubuhnya yang secara

medis dikenal sebagai:

1) Anak yang susah berbicara atau aphasia, umumnya pada usia 14 bulan

anak sudah lancar berbicara.

10Bonny Danuatmaja, op.cit., hlm. 6

Page 8: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

18

2) Anak yang tidak dapat atau sulit menggerakkan badannya karena

gangguan saraf motorik atau apraxia.

3) Anak yang sulit menggerakan otot-ototnya atau ataxia.

4) Anak yang tangannya terus menerus bergerak secara tidak terkendali

atau athetoid.

5) Anak yang mengalami kesulitan membaca atau dyslexia.

6) Anak yang mengalami kesulitan mengucapkan kata yang sulit atau

kalimat rumit atau dysphasia.

7) Anak yang mengalami kesulitan menggerakkan kaki dan tangan atau

dyskinesia.

8) Anak yang mengalami kelainan perilaku atau kejiwaan yang berat atau

mental psikotik.

Dari uraian di atas diketahui bahwa kelainan pertumbuhan anak

sangat banyak ragamnya seperti, Down sindrom, kelompok sindroma

autisme yang terdiri dari sindroma Asperger, sindroma Rett, kelainan

karena rubella, toksoplasma, herpes dan lain sebagainya. Adalah sangat

ideal bila dapat merawat dan memulihkan kenormalan pertumbuhan anak

yang kadar keparahannya sangat lebar rentang spektrumnya.

Ditinjau dari aspek keparahan tingkat kelainannya, dapat

disimpulkan bahwa tingkat kelainan yang paling ringan adalah kelainan

perilaku yang umumnya disandang oleh anak autisme, karena secara kasat

mata keadaan pertumbuhan fisiknya dapat dikatakan normal. Kelainan

perilaku seperti suka menyendiri, selalu menghindar tatap mata, dan

terkesan sangat aktif sehingga suka menyentuh atau memegang yang ada

di sekitarnya. merupakan ciri utama penyandang. Kesulitan

mengembangkan kemampuan berbicara merupakan ciri lain penyandang

autisme yang perlu dicarikan solusi yang tepat.

Kelainan pertumbuhan anak yang tergolong berat adalah bila

anak tersebut yang mengalami kelainan pertumbuhan fisik yang serius

seperti mengalami kekakuan otot kaki dan atau otot tangan (spastic),

kelemasan otot kaki dan atau tangan (hypotonic) sehingga tidak bisa

Page 9: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

19

menggerakkan kaki dan atau tangan. Dengan demikian anak mengalami

kesulitan untuk mengembangkan kemampuan duduk, berdiri dan berjalan

secara mandiri.

Kelainan fisik dapat juga terlihat pada kelainan tampilan raut

muka seperti yang terlihat pada penyandang Down sindrom. Ciri lain

penyandang Down sindrom misalnya, terlihat pada kelainan bentuk jari

kaki dan atau tangannya, biasanya jari telunjuk dan atau kelingking, yang

tidak sepadan dengan jari lainnya. Kelainan pertumbuhan fisik tersebut

sering mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan mental kejiwaan

dan tingkat kecerdasan anak. Kelainan pertumbuhan anak kategori ini

membutuhkan perhatian dan usaha yang lebih besar, terutama perawatan

dan rehabilitasi yang tepat, agar dapat mengatasi memulihkan kemampuan

yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak yang seusia.11

Di samping faktor tersebut, wanita hamil yang menderita stres

berat memiliki kemungkinan lebih besar anaknya menderita autisme.

Demikian diungkap oleh situs berita Satunet.

Para peneliti di Ohio mengatakan bahwa kehilangan harapan,

PHK, atau perjalanan jarak jauh dapat meningkatkan kemungkinan

tersebut. Stres kemungkinan mengubah bentuk perkembangan otak bayi.

Janin berusia 24 sampai 28 pekan tampaknya usia sangat rawan.

Studi tersebut dipimpin David Beversdorf, ilmuwan syaraf dari

RS Universitas Negeri Ohio. Ia melakukan penelitian terhadap 500 wanita

hamil yang memiliki pengalaman stres.

Tim tersebut menemukan 188 ibu dalam kelompok yang anak-

anaknya mengalami autisme ternyata pernah mengalami stres berat pada

usia kandungan 24 hingga 28 pekan ketimbang ibu-ibu yang memiliki

anak normal.

Tingkat stres selama kehamilan bagi ibu-ibu dengan anak-anak

penderita autisme mendekati dua kali ketimbang ibu-ibu lain. Hasil itu

11http://www.peduliautisme.org/Mainpage_Artikel2.htm as retrieved on Sep 26, 2004

00:43:54 GMT.

Page 10: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

20

memperlihatkan, ungkap Beversdorf, tidak ada bukti autisme karena faktor

genetik.

Para peneliti sudah mengkaji komponen genetik penyakit

tersebut selama bertahun-tahun, tapi tidak ada bukti bahwa autisme

berkaitan dengan faktor luar, seperti stres sebelum hamil.12

Inilah keunikan dari kelainan penyandang autisme, karena

penyebabnya masih tanda tanya atau unpredictable, sehingga sudah

menjadi tanggung jawab bersama untuk saling membantu dan

berkonsultasi pada ahlinya jika ada anak kita yang mengalami hal tersebut.

B. Penanganan Autisme

1. Terapi dan Rehabilitasi Dini

Autisme masa kanak sebenarnya bukan penyakit baru di dunia.

Penyakit ini, yang lebih tepat disebut gangguan perkembangan pervasif,

sudah ditemukan sejak 1943. Hanya saja belum banyak masyarakat awam,

bahkan dokter, yang mengetahuinya karena orang tua atau dokter mengira

anak hanya mengalami keterlambatan perkembangan (terutama berbicara)

sementara saja.

Anggapan itu tentu saja membuat autisme yang diderita anak

semakin parah. Literatur menyatakan, 75 persen anak autisme yang tidak

tertangani, akhirnya menjadi tunagrahita. Saat ini jumlah penyandang

autisme terus meningkat. Diperkirakan, jumlah penyandang autisme 15-20

per 10.000,- kelahiran. Jadi dari kelahiran 4,6 juta bayi tiap tahun di

Indonesia, 9.200 dari mereka mungkin menyandang autisme. Autisme

infantil atau autisme masa kanak adalah gangguan perkembangan yang

muncul pertama kali pada anak-anak berusia enam bulan hingga tiga

tahun.

Menurut psikiater anak, baik yang tergabung dalam Yayasan

Autisme Indonesia yang berkedudukan di Jakarta maupun ahli psikiater

12http://www.glorianet.org/berita/b05078.html, 10 September 2005

Page 11: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

21

anak di RSUD dr. Soetomo Surabaya-autisme dapat dikurangi

kelemahannya. "Walaupun tidak bisa disembuhkan 100 persen, tetapi

penyandang autisme dapat dilatih melalui terapi, sehingga ia bisa tumbuh

normal seperti anak sehat lainnya," kata Dr. Rudy Sutadi, Wakil Ketua

Yayasan Autisma Indonesia. Bila sudah mendapatkan terapi penyandang

autisme dapat bersekolah di sekolah biasa. Bahkan, menurut Rudy, ada

penyandang autisme di Amerika yang bisa meraih gelar Ph.D. Di

Indonesia penyandang autisme sudah ada yang bersekolah di SMU biasa.

Walau mereka telah diterapi sehingga bisa bersekolah di sekolah umum,

kadangkala ciri autismenya masih muncul, seperti mengoleksi benda yang

tak lazirn, atau agak pendiam.

Menurut para psikiater, kunci keberhasilan penyembuhan autisme

adalah orangtua dan terapi tata laksana perilaku. Dyah Puspita, seorang ibu

yang mempunyai putra tunggal penyandang autisme juga mengakui bahwa

keberhasilan proses penyembuhan autisme sangat bergantung pada

orangtua dan terapi tata laksana perilaku. "Tidak cukup dan tidak akan

berhasil bila kita hanya bergantung pada ahli terapi saja. Orangtua juga

harus terjun. Kalau bisa 24 jam sehari. Kalau ahli terapi waktunya sangat

terbatas. Anak harus dilatih terus-menerus. Kedengarannya keji. Tetapi, ya

harus begitu itu," kata Dyah membagi pengalamannya.

Terapi yang dijalani anak harus terdiri dari medikamentosa

(pemberian obat), terapi wicara, terapi okupasi (motorik), terapi perilaku,

dan pendidikan khusus (satu guru satu murid). Menurut Dyah, metode

terapi yang paling efektif untuk anak autisme adalah terapi dengan metode

Lovaas. Metode Lovaas ini pula yang menuntut ikut sertanya orangtua

dalam melatih anak. Keikutsertaan orangtua menangani anak dapat

menjalin ikatan batin yang kuat antara si anak dengan orangtua. Bila sudah

ada ikatan batin anak akan semakin mudah mempelajari sesuatu.13

13http://www.google.com/search?q=cache:Z5bKwCx_YMMJ:lists.gnu.org/archive/html/

web-trans-coord-discuss/2004-11/msg00250.html+autisme+++dan+penanganan&hl=en&lr=lang_id, 20 September 2005

Page 12: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

22

2. Metode Lovaas atau ABA

Metode Lovaas diperkenalkan pertama kali oleh Ivar Lovaas Ph.D.

Inti dari metode Lovaas ini sebenarnya bersumber pada modifikasi

perilaku (behavior modification) dan operant conditioning.

Perilaku atau behavior adalah semua tingkah laku atau tindakan

atau kelakuan seseorang yang dapat dilihat, didengar atau dirasakan oleh

orang lain atau diri sendiri. Timbulnya suatu perilaku selalau didahului

oleh suatu sebab atau antecedent. Kemudian suatu perilaku akan

memberikan suatu akibat atau consequence. Inilah yang disebut dengan

rumusan operant conditioning, yaitu:

Rumusan ini dapat menunjukkan bahwa suatu perilaku autisme

juga didahului oleh suatu penyebab. Apabila penyebab ini dapat

ditemukan dan dicegah, maka anak-anak tersebut tidak mempunyai

dorongan lagi untuk menampilkan perilaku-perilaku anehnya.

Di samping kaidah di atas, ada kaidah lain yang sejalan dalam tata

laksana terapi perilaku, yaitu respondent conditioning:

Artinya adalah suatu perilaku bila diberi reinforcement (imbalan

yang tepat) akan semakin sering dilakukan, dan sebaliknya bila suatu

perilaku tidak diberi imbalan maka perilaku tersebut akan terhenti.14

Prinsip dasar metode Lovaas adalah mengurangi perilaku yang

buruk atau berlebihan dengan cara memberikan feedback negatif (bisa

dengan kata "tidak", raut wajah kecewa, gelengan kepala, dll). Sementara

terhadap perilaku yang baik diberikan feedback positif, seperti kata

"bagus", hadiah, tepuk tangan, peluk cium, atau kata pujian lain. Pada

akhirnya perilaku yang baik akan menggantikan perbendaharaan perilaku

yang kurang pantas.

14Y. Handojo, Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar

AnakNormal, Autis dan Perilaku Lain, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2004, hlm. 53

Antecedent Behavior Consequence

Perilaku + Imabalan Terus dilakukan

Perilaku - Imabalan Akan berhenti

Page 13: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

23

Tata laksana perilaku menurut metode Lovaas adalah orangtua atau

terapis memberikan instruksi kepada anak. Bila anak langsung bisa

mengerjakan instruksi itu dia diberi imbalan. Jika tidak, ulangi kembali

instruksi itu. Bila sampai tiga kali anak masib belum bisa juga, orang tua

atau terapis harus memberikan bantuan. Misalnya, mengarahkan wajahnya

bila dipanggil. Begitu terus diulangi hingga anak mengerti bila dipanggil

dia harus melihat yang memanggil.

Tata laksana perilaku mempunyai teknik memecah perilaku atau

aktivitas yang kompleks menjadi bagian yang kecil-kecil. Bagian yang

kecil-kecil ini diajarkan sendiri-sendiri secara sistematik, terstruktur, dan

terukur. Untuk instruksi kompleks seperti, "Ambilkan baju cokelat di atas

meja, lalu lipat dengan baik, dan simpan di lemari," tentu tidak mungkin

dikerjakan anak. Apalagi bila ia belum menguasai konsep "ambil", "lipat",

dan "simpan". Selain itu, anak belum mengetahui konsep baju atau warna.

Para orangtua dan terapis harus mengajarkan satu per satu

pengetahuan itu, lalu digabungkan dalam rangkaian kecil-kecil.

Selanjutnya rangkaian-rangkaian kecil ini digabungkan menjadi satu

kesatuan yang kompleks. Cara pengajarannya antara orang tua dan terapis

harus sama. Ini untuk membantu anak lebih mudah mempelajarinya.

Pengajaran aktivitas baru dimulai dengan sistem satu guru satu

murid dalam satu ruangan yang bebas distraksi (pengalih perhatian).

Pengajaran dilakukan berulang-ulang sampai anak berespons sendiri tanpa

bantuan (prompt). Baik di rumah maupun di tempat terapi orang tua atau

terapis harus pula menyediakan gambar-gambar atau alat bantu lain yang

memudahkan anak belajar. Seperti untuk mengenalkan buah jeruk,

orangtua harus menyediakan buah jeruk dan gambar jeruk. Ini juga

membantu anak mengenal benda dengan dimensi yang berbeda.

Secara bertahap anak dibawa ke kelompok kecil, lalu ke kelompok

besar. Anak dicoba dimasukkan ke sekolah umum. Di kelas mulanya anak

didampingi oleh orang tua atau terapis (shadow), yang tugasnya

menjembatani instruksi dari guru ke anak, dan juga membantu respons

Page 14: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

24

anak. Shadow mula-mula lekat dengan anak, secara bertahap jarak

semakin diperbesar bersamaan dengan semakin kurangnya intensitas dan

frekuensi prompt.

Setiap hari orangtua harus melakukan evaluasi terhadap apa yang

telah dicapai anak, sampai detail terkecil. Target perilaku yang bisa

dicapai anak harus ditetapkan secara realistis dan sesuai dengan

kemampuan anak. Jangan menargetkan terlalu tinggi, karena akhirnya

akan membuat anak frustrasi dan kecil hati.

Bila anak berhasil melakukan sesuatu tentu orangtua dan terapis

akan semakin termotivasi mengajarkan sesuatu yang lebih baru lagi. Anak

pun menjadi lebih senang beraktivitas, dan otomatis perilaku yang aneh

semakin berkurang, meski belum sepenuhnya menghilang.15

Dr Handoyo MPH, pendiri Yayasan Agca Centre, menjelaskan

terapi perilaku yang diterapkan di kliniknya menggunakan metode Lovaas

(Ivar Lovaas Ph.D). Handoyo yang putra bungsunya, Agil (kini 5 tahun)

mengidap autisme, terpacu untuk melakukan berbagai upaya

penyembuhan bagi anaknya. Agil sempat diupayakan di Yayasan Autisma

Asa Jakarta, lalu di Laboratorium Tumbuh-Kembang RS Kandang

Menjangan Jakarta.

Setelah membaca berbagai literatur dan metode mengenai autisme,

ia memutuskan melatih sendiri putranya dengan metode Lovaas, karena

terbukti efektif. Metode ini menuntut ketelatenan dan kesabaran terapis

(pelatih). Sistemnya one on one, bahkan untuk terapi pertama dibutuhkan

tiga pelatih untuk satu pasien. Selain itu diperlukan alat-alat peraga khusus

yang harus diciptakan dan dibuat sendiri.

Tahapan pertama pelatihan meliputi latihan kepatuhan serta kontak

mata. Kemudian disusul melatih inisiatif, kemampuan bahasa (kognitif)

atau berbicara. Lalu latihan kemampuan ekpresif, latihan kemampuan

yang disebut preakademik seperti menyangkut konsep warna, bentuk,

15http://www.google.com/search?q=cache:Z5bKwCx_YMMJ:lists.gnu.org/archive/html/web-trans-coord-discuss/2004-11/msg00250.html+autisme+++dan+penanganan&hl=en&lr=lang_id, 20 September 2005

Page 15: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

25

angka, waktu. Dan terakhir melatih kemampuan bercerita (memory

recalling).

Tidak ada ukuran, berapa lama seorang anak autis harus menjalani

terapi perilaku, mengingat perbedaan kondisi masing-masing. "Terapi

terhadap penyandang autisme bisa dikatakan seumur hidup," tuturnya.

Seorang anak autis yang mengikuti terapi itu di Surabaya sekarang

bisa bersekolah di Taman Kanak-kanak (TK) untuk anak biasa. Tetapi ia

harus tetap didampingi oleh orangtuanya, atau sistem shadowing.

Begitupun di waktu senggang, ia harus menjalani terapi termasuk oleh

orangtuanya.

Istilah "sembuh" bagi seorang autis adalah bila ia sudah mandiri,

bisa melakukan sesuatu (pekerjaan) sendiri. Pada kondisi autisme tertentu,

bila "tembok" (gangguan) di otak berhasil digempur, ia akan berlaku

seperti orang normal. Silakan heran, bila ada seorang penyandang autis

berhasil meraih gelar doktor (Ph. D) di UCLA, Amerika Serikat!16

3. Terapi Okupasi dan Wicara

Terapi Okupasi yaitu dengan melatih gerakan motorik otot-

ototnya, misalnya dengan melepas baju, atau menaruh tas. Misal Ibu Ana

melatih anaknya membuat minuman sendiri, yaitu membuka bungkus

minuman, lalu mengaduknya, walaupun Ana belum bisa mengambil

sendiri jenis minuman tersebut.

Terapi Wicara, yaitu pemberian stimulus tertentu yang

mendorong anak untuk berbicara. Contohnya Ana yang tiap kali pulang

dan masuk rumah selalu berkata “Mami, saya sudah pulang”, tidak peduli

ada atau tidak ibunya di tempat itu.17

16http://members.fortunecity.com/keluargaorg/autisme.html, 21 Oktober 2004 17http://kenz.web.ugm.ac.id/151280/index.php?octaveerkat=psikologi&octaveergil=1, 12

Pebruari 2004

Page 16: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

26

4. Metode lainnya

Umumnya terapi–terapi yang digunakan disesuaikan dengan

tingkat keparahan gejalanya, beberapa jenis terapi yang biasa diberikan

pada penderita autisme yaitu:

1) Terapi obat-obatan, yaitu dengan memberikan obat yang menurunkan

hiperaktifitas, sterootipik, menarik diri, kegelisahan, dan afek yang

labil. Contohnya dalam kasus Simon, ketika ia berontak dengan hebat

maka ia diberi obat penenang di rumah sakit.

2) Terapi edukasi, dengan memberinya pendidikan kognitif secara

sederhana dan praktis seperti membaca, menulis atau mengenalkan

benda tertentu, contoh Simon diberi kumpulan kartu yang berisi

gambar dan nama–nama orang disekitarnya, serta hal-hal yang perlu

diperhatikan, misalnya gambar oven dengan tulisan hati- hati ini panas

atau jangan bicara dengan orang asing.

3) Terapi makanan, yaitu dengan memberikan gizi yang cukup pada

makanan-nya agar perkembangan sel tubuh tidak terganggu.18

Dari berbagai metode dalam penyembuhan atau rehabilitasi

terhadap penyandang autis, sampai saat ini memang belum ada yang

mengklaim bahwa metode inilah yang dapat menjamin akan kesembuhan

penderita autis.

Secara kongkrit program rehabilitasi mental anak autis

berpedoman kurikulum yang mermpunyai tiga tahap, yaitu:

A. Pedoman kurikulum awal, yang meliputi:

1. Kemampuan mengikuti tugas atau pelajaran

a). Duduk mandiri di kursi

b). Kontak mata saat dipanggil namanya

c). Kontak mata ketika diberi perintah “lihat ke sini”

d). Berespons terhadap instruksi “tangan ke bawah”.

18Loc. Cit.

Page 17: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

27

2. Kemampuan imitasi (meniru)

a). Imitasi gerakan motorik kasar

b). Imitasi tindakan (aksi) terhadap benda

c). Imitasi gerakan motorik halus

d). Imitasi gerakan motorik mulut.

3. Kemampuan bahasa reseptif

a). Melakukan perintah sederhana (satu tahap)

b). Identifikasi bagian-bagian tubuh

c). Identifikasi benda-benda

d). Identifikasi gambar-gambar

e). Identifkasi orang-orang dekat (familier) atau anggota keluarga

f). Melakukan perintah kata kerja

g). Identifikasi kata-kata kerja pada gambar

h). Identifikasi benda-benda di lingkungan

i). Menunjuk gambar-gambar dalam buku

j). Identifikasi benda-benda menurut fungsinya

k). Identifikasi kepemilikan

l). Identifikasi suara-suara di lingkungan.

4. Kemampuan bahasa ekspresif

a). Menunjuk sesuatu yang diingini sebagai respons dari “mau

apa?”

b). Menunjuk secara spontan benda-benda yang diingini

c). Imitasi suara dan kata

d). Menyebutkan (melabel) benda-benda

e). Menyebutkan (melabel) gambar-gambar

f). Mengatakan (secara verbal) benda-benda yang diinginkan

g). Menyatakan atau dengan isyarat “ya” dan “tidak” untuk sesuatu

yang disukai (diingini) dan yang tidak disukai (tidak diingini)

h). Menyebutkan (melabel) orang-orang dekat (familier) atau

anggota keluarga

i). Membuat pilihan

Page 18: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

28

j). Saling menyapa

k). Menjawab pertanyaan-pertanyaan sosial

l). Menyebutkan (melabel) kata kerja di gambar orang lain, dan

diri sendiri

m). Menyebutkan (melabel) benda sesuai fungsinya

n). Menyebutkan (melabel) kepemelikan.

5. Kemampuan pre akademik

a). Mencocokkan

1. Benda-benda yang identik

2. Gambar-gambar yang identik

3. Benda dengan gambar

4. Warna, bentuk, huruf, angka

5. Benda-benda yang non-identik

6. Asosiasi (hubungan) antara berbagai benda

b). Menyelesaikan aktifitas sederhana secara mandiri

c). Identifikasi warna-warna

d). Identifikasi berbagai bentuk

e). Identifikasi huruf-huruf

f). Identifikasi angka-angka

g). Menyebut (menghafal) angka 1 sampai 10

h). Menghitung benda-benda.

6. Kemampuan bantu diri

a). Minum dari gelas

b). Makan dengan menggunakan sendok dan garpu

c). Melepas sepatu

d). Melepas kaos kaki

e). Melepas celana

f). Melepas baju

g). Menggunakan serbet atau tissue

h). Toilet training untuk buang air kecil

Page 19: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

29

B. Pedoman kurikulum menengah, yang meliputi:

1. Kemampuan mengikuti tugas atau pelajaran

a). Mempertahankan kontak mata selama 5 detik saat dipanggil

namanya “abdul”

b). Menimbulkan kontak mata saat dipanggil namanya ketika

bermain

c). Menimbulkan kontak mata saat dipanggil namanya dari

kejauhan

d). Bertanya “apa ?“, “ya” ketika namnya dipanggil

2. Kemampuan imitasi (meniru)

a). Meniru gerakan motorik kasar dengan posisi berdiri

b). Meniru gerakan-gerakan motorik kasar secara berurutan

c). Meniru aksi-aksi berturutan dengan berbagai benda

d). Meniru aksi-aksi bersamaan dengan kata-kata

e). Meniru pola-pola (formasi atau susunan) balok

f). Menyalin gambar-gambar sederhana.

3. Kemampuan bahasa reseptif

a). Identifikasi kamar-kamar (ruangan)

b). Identifikasi emosi

c). Identifikasi tempat-tempat

d). Melakukan perintah dua tahap

e). Memberi dua benda

f). Menemukan benda-benda yang tak terlihat

g). Identifikasi atribut (kata sifat)

h). Identifkasi petugas-petugas di masyarakat

i). Berpura-pura

j). Identifikasi kategori (kelompok)

k). Identifikasi kata ganti

l). Melakukan instruksi dengan kaa depan

m). Identifikasi benda yang terlihat ketika diberikan gambaran atau

rinciannya

Page 20: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

30

n). Menempatkan kartu-kartu sesuai urutannya

o). Identifikasi jenis kelamin

p). Identifikasi barang yang tidak nampak

q). Menjawab pertanyaan (apa, siapa, kenapa, di mana, kapan)

mengenal benda digambar

r). Menjawab ya atau tidak sebagai jawaban atas pertanyaan

mengenai benda dan perbuatan

s). Menyebutkan obyek (benda) dengan meraba.

4. Kemampuan bahasa ekspresif

a). Imitasi ungkapan dua atau tiga kata

b). Meminta benda yang diingini dengan menggunakan kalimat

sebagai jawaban: “mau apa ?”

c). Meminta benda yang diingini secara spontan dengan

menggunakan kalimat

d). Memanggil orang tua dari kejauhan

e). Menyebutkan nama benda berdasarkan fungsi

f). Menyebutkan fungsi dari benda

g). Menyebutkan nama serta menunjukkan bagian tubuh sesuai

fungsinya

h). Menyebutkan fungsi bagian-bagian tubuh

i). Menyebutkan nama tempat-tempat

j). Menyebutkan emosi

k). Menyebutkan kategori

l). Menggunakan kalimat sederhana

m). Saling berbalasan informasi

n). Menyatakan “saya tidak tahu” jika diminta untuk menyebutkan

nama benda yang tidak dikena;l

o). Menanyakan pertanyaan: “apa itu”

p). Menyebutkan kata depan

q). Menyebutkan kata ganti

r). Menjawab pertanyaan pengetahuan umum

Page 21: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

31

s). Menyebutkan sesuai jenis

t). Menceritakan gambar dalam kalimat

u). Menceritakan benda-benda yang terlihat menggunakan atribut

(kata sifat)

v). Menceritakan kembali apa yang baru saja dikerjakan

w). Menjawab pertanyaan “di mana”

x). Menyebutkan nama benda-benda yang ada di kamar-kamar

(ruangan)

5. Kemampuan pre akademik

a). Mencocokkan benda-benda dari ketegori yang sama

b). Memberikan sejumlah tertentu dari benda-benda

c). Mencocokkan nomor dengan jumlah

d). Mencocokkan huruf besar dengan huruf kecil

e). Mencocokkan kata-kata yang sama

f). Identifikasi lebih dengan kurang

g). Mengurutkan angka atau huruf

h). Menyelesaikan lembar kerja sederhana

i). Menyalin huruf dan angka

j). Identifikasi nama yang tertulis

k). Menggambar sederhana

l). Menulis nama

m). Merekatkan atau me-lem

n). Mengunting

o). Mewarnai dalam suatu batas atau tepi

6. Kemampuan bantu diri

a). Memakai celana

b). Memakai baju

c). Memakai jas atau mantel atau jaket

d). Memakai sepatu

e). Memakai kaos kaki

f). Mencuci tangan

Page 22: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

32

g). Toilet training untuk buang air besar

h). Inisiatif sendiri untuk ke kamar mandi.

C. Pedoman kurikulum lanjut, yang meliputi:

1. Kemampuan mengikuti tugas atau pelajaran

a). Melakukan kontak mata saat percakapan

b). Melakukan kontak mata saat instruksi kelompok

2. Kemampuan imitasi (meniru)

a). Imitasi aktifitas kompleks berurutan

b). Imitasi anak sebaya bermain

c). Imitasi respons verbal (lisan) anak sebaya

3. Kemampuan bahasa reseptif

a). Melakukan perintah tiga tahap

b). Melakukan instruksi kompleks dari kejauhan

c). Menyebutkan nama orang, tempat, atau benda saat diberikan

gambaran atau rinciannya

d). Menyebutkan nama benda ketika diperlihatkan sebagian

e). Identifikasi benda-benda yang sama

f). Identifikasi benda-benda yang berbeda

g). Identifikasi benda yang tidak termasuk dalam kelompok atribut

h). Identifikasi tunggal dan jamak

i). Menjawab pertanyaan apa, mengapa, kenapa, dimana, kapan,

siapa mengenai cerita pendek

j). Menjawab pertanyaan menyenai suatu topik

k). Melakukan instruksi “tanya…” atau “katakan atau bilang

ke…”

l). Menemukan benda yang tersembunyi saat diberikan gambaran

atau rincian lokasinya

m). Membedakan kapan saat bertanya dan kapan saat memberikan

informasi berbalasan (membalas informasi)

Page 23: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

33

4. Kemampuan bahasa ekspresif

a). Menyatakan “saya tidak tahu” terhadap pertanyaan yang tidak

familier

b). Menyebutkan nama kategori suatu benda

c). Menyebutkan nama benda-benda pada suatu kategori

d). Menceritakan kembali suatu cerita

e). Memberikan gambaran atau rincian suatu benda yang tidak

terlihat dengan atribut-atributmua

f). Mengingat kembali kejadian-kejadian lampau

g). Memberikan gambaran berbagai topik

h). Bercerita

i). Menyatakan kebingunan atau ketidaktahuan

j). Menggunakan kata ganti kepemilikan lanjut

k). Menggunakan kata kerja dengan benar

l). Bertanya kemudian meneruskan informasi tersebut

m). Mendengarkan percakapan dan menjawab pertanyaan yang

berhubungan dengan percakapan

n). Menyatakan pengetahuannya

o). Menjawab pertanyaan-pertanyaan pengetahuan lanjut

p). Menerangkan rincian bagaimana cara mengerjakan sesuatu

q). Memperinci kesamaan dan perbedaan antar berbagai benda

r). Menjawab pertanyaan “…yang mana….”

s). Menanya pertanyaan apa, mengapa, kenapa, dimana, kapan,

siapa, ketika diberikan informasi yang tidak jelas.

5. Bahasa abstrak

a). Menjawab pertanyaan “mengapa atau kenapa”

b). Menjawab pertanyaan “jika atau kalau atau bila”

c). Melengkapi kalimat dengan logis (masuk akal)

d). Memperinci kesalahan pada gambar

e). Menjawab ya atau tidak (informasi nyata)

Page 24: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

34

f). Menerangkan apa yang akan atau mungkin terjadi kemudian

atau berikutnya atau setelahnya

g). Menduga apa yang dipikirkan seseorang

h). Memberi penjelasan

i). Memisahkan suatu benda berdasarkan atribut dan kategorinya

j). Mengidentifikasi topik utama pada cerita dan percakapan.

6. Kemampuan akademik

a). Mendefinisikan orang, tempat, dan benda

b). Melengkapi suatu pola

c). Menyamakan kata tertulis dengan benda dan sebaliknya

d). Membaca kata-kata yang umum

e). Menyebutkan huruf-huruf

f). Menyebutkan kata yang diawali suatu huruf

g). Mengucapkan konsonan di awal, tengah, akhir

h). Mengeja kata-kata sederhana

i). Menjelaskan arti suatu kata

j). Identifikasi sinonim sederhan

k). Identifikasi hubungan-hubungan sementara

l). Identifikasi bilangan ordinal (bertingkat)

m). Identifikasi kata-kata yang berpantun atau bersajak

n). Menulis kata-kata sederhana dari ingatan

o). Menjumlahkan angka-angka satuan.

7. Kemampuan sosial

a). Meniru aksi anak sebaya

b). Melakukan instruksi dari anak sebaya

c). Menjawab pertanyaan-pertanyaan anak sebaya

d). Berespons pada ajakan main anak sebaya

e). Bermain permainan pada papan dengan anak sebaya

f). Mengajak main teman

Page 25: BAB II DESKRIPSI UMUM AUTISME A. Pengenalan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1...1) Kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

35

g). Berbalasan informasi dengan anak sebaya

h). Berkomentar pada teman main sebaya saat bermain

i). Meminta bantuan pada teman sebaya

j). Menawarkan bantuan pada teman sebaya.

8. Kesiapan sekolah

a). Menunggu giliran

b). Memperlihatkan respons-respons baru sepanjang observasi

c). Melakukan instruksi dalam suatu kelompok

d). Berbalasan informasi sosial pada suatu kelompok

e). Menyanyikan lagu-lagu bualan pada suatu kelompok

f). Menjawab saat dipanggil

g). Mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan

h). Mendengarkan cerita dan menjawab pertanyaan-pertanyaan

tentang cerita tersebut

i). Mendemonstrasikan dan menceritakan.

9. Kemampuan bantu diri

a). Menggosok gigi

b). Menutup ritsluiting

c). Mengancing

d). Memasang kancing jepret19

Kurikulum di atas sudah digunakan di Yayasan Autisma

Indonesia sebagai metode pelaksanaan penanganan autisme, sehingga

diharapkan kurikulum tersebut juga dapat digunakan dalam penanganan

autisme dan bahan evaluasi terhadap keberhasilan metode di atas di

Yayasan Autisma Semarang.

19 Rudi Sutadi, Program Kurikulum di YAI, Jakarta, 1997