30
14 BAB II GAMBARAN UMUM DAN STRUKTUR BIROKRASI MUSEUM NASIONAL JAKARTA A. Sejarah Singkat Museum Nasional Jakarta Eksistensi Museum Nasional diawali dengan berdirinya suatu himpunan yang bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778. Pada masa itu di Eropa tengah terjadi revolusi intelektual (the Age of Enlightenment) yaitu dimana orang mulai mengembangkan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan. Pada tahun 1752 di Haarlem, Belanda berdiri De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen (Perkumpulan Ilmiah Belanda). Hal ini mendorong orang-orang Belanda di Batavia (Indonesia) untuk mendirikan organisasi sejenis. Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) merupakan lembaga independen yang didirikan untuk tujuan memajukan penetitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang- bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, Berta menerbitkan hash penelitian. Lembaga ini mempunyai semboyan "Ten Nutte van het Algemeen" (Untuk Kepentingan Masyarakat Umum). Salah seorang pendiri lembaga ini, yaitu JCM Radermacher, menyumbangkan sebuah rumah miliknya di Jalan Kalibesar, suatu kawasan perdagangan di Jakarta-Kota. Kecuali itu ia juga

BAB II GAMBARAN UMUM DAN STRUKTUR BIROKRASI … · navigasi seperti kompas, chronometer, sextan, dll. beserta beberapa miniatur kapal, yaitu: Phinisi, Lete, Nade, dan Bali. d) Ruang

  • Upload
    vothuy

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

14

BAB II

GAMBARAN UMUM DAN STRUKTUR BIROKRASI

MUSEUM NASIONAL JAKARTA

A. Sejarah Singkat Museum Nasional Jakarta

Eksistensi Museum Nasional diawali dengan berdirinya suatu himpunan

yang bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen,

didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778. Pada masa itu di

Eropa tengah terjadi revolusi intelektual (the Age of Enlightenment) yaitu dimana

orang mulai mengembangkan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan.

Pada tahun 1752 di Haarlem, Belanda berdiri De Hollandsche Maatschappij der

Wetenschappen (Perkumpulan Ilmiah Belanda). Hal ini mendorong orang-orang

Belanda di Batavia (Indonesia) untuk mendirikan organisasi sejenis.

Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG)

merupakan lembaga independen yang didirikan untuk tujuan memajukan

penetitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-

bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, Berta

menerbitkan hash penelitian. Lembaga ini mempunyai semboyan "Ten Nutte van

het Algemeen" (Untuk Kepentingan Masyarakat Umum). Salah seorang pendiri

lembaga ini, yaitu JCM Radermacher, menyumbangkan sebuah rumah miliknya di

Jalan Kalibesar, suatu kawasan perdagangan di Jakarta-Kota. Kecuali itu ia juga

15

menyumbangkan sejumlah koleksi benda budaya dan buku yang amat berguna,

sumbangan Radermacher inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya museum dan

perpustakaan.

Selama masa pemerintahan Inggris di Jawa (1811-1816), Letnan Gubernur

Sir Thomas Stamford Raffles menjadi Direktur perkumpulan ini. Oleh karena

rumah di Kalibesar sudah penuh dengan koleksi, Raffles memerintahkan

pembangunan gedung baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang

pertemuan untuk Literary Society (dulu disebut gedung "Societeit de Harmonie").

Bangunan ini berlokasi di jalan Majapahit nomor 3. Sekarang di tempat ini berdiri

kompleks gedung sekretariat Negara, di dekat Istana kepresidenan.

Jumlah koleksi milik Bataviaasch Genootschap van Kunsten en

Wetenschappen (BG) terus neningkat hingga museum di Jalan Majapahit tidak

dapat lagi menampung koleksinya. Pada tahun 1862, pemerintah Hindia-Belanda

memutuskan untuk membangun sebuah gedung museum baru di lokasi yang

sekarang, yaitu Jalan Medan Merdeka Barat No. 12 (dutu disebut Koningsplein

West). Tanahnya meliputi area yang kemudian di atasnya dibangun gedung Rechst

Hogeschool atau "Sekolah Tinggi Hukum" (pernah dipakai untuk markas

Kenpetai di masa pendudukan Jepang, dan sekarang Departemen Pertahanan dan

Keamanan). Gedung museum ini baru dibuka untuk umum pada tahun 1868.

Museum ini sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya

penduduk Jakarta. Mereka menyebutnya "Gedung Gajah" atau "Museum Gajah"

karena di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah

dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke

16

museum pada tahun 1871. Kadang kala disebut juga "Gedung Arca" karena di

dalam gedung memang banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang

berasal dari berbagai periode.

Pada tahun 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar "koninklijk" karena

jasanya dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah sehingga lengkapnya

menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.

Pada tanggal 26 Januari 1950, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten

en Wetenschappen diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia.

Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana tercermin

dalam semboyan barunya: "memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah

untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri

sekitarnya".

Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada

tanggal 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan

pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi

Museum Pusat. Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan, No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan

statusnya menjadi Museum Nasional.

Kini Museum Nasional bernaung di bawah Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan. Museum Nasional mempunai visi yang mengacu kepada visi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu "Terwujudnya Museum Nasional

sebagai pusat informasi budaya dan pariwisata yang mampu mencerdaskan

kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban dan kebanggaan terhadap

17

kebudayaan national, serta memperkokoh persatuan dan persahabatan antar

bangsa". ( http://www.museumnasional.or.id/ diakses 14 Mei pukul 18.00)

Gambar 1 Gedung Gajah Museum Nasional Jakarta

(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

Berikut ini merupakan jenis koleksi yang terbagi pada setiap ruang-

ruang pameran yang berbeda, antara lain :

a) Ruang Pameran Koleksi Sejarah (Historic Collections)

Gambar 2 Meriam

(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

18

Koleksi Sejarah Museum Nasional merupakan benda-benda yang

mengandung nilai sejarah Indonesia dan benda-benda peninggalan dari masa

pendudukan bangsa Eropa di Indonesia, antara abad ke-16 Masehi hingga

abad ke-19 Masehi. Koleksi Sejarah meliputi benda-benda berupa perabot,

meriam, gelas, keramik, lampu hias, gerabah, prasasti dan lain-lain. Benda-

benda tersebut umumnya dibuat di Indonesia dan sebagian dibuat di luar

negeri, seperti Belanda, Inggris, Jerman, Cina dan Jepang.

b) Ruang Pameran Koleksi Etnografi (Ethnography Collections)

Gambar 3 Koleksi Peralatan Rumah Tangga

(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

Koleksi Etnografi Museum Nasional menyajikan benda-benda atau

hasil budaya dari suku-suku bangsa di seluruh Indonesia. Indonesia memiliki

lebih dari 300 suku bangsa yang memiliki bahasa dan kebudayaan yang

berbeda-beda. Semboyan "Bhineka Tunggat Ika" mencerminkan kondisi

masyarakat Indonesia. Benda-benda etnografis itu berupa peralatan hidup

yang digunakan oleh suatu suku bangsa baik yang dipakai untuk keperluan

upacara maupun sehari-hari.

19

c) Ruang Pameran Koleksi Geografi (Geography Collections)

Gambar 4 Koleksi Miniatur Kapal Phinisi

(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

Koleksi Geografi terdiri dari fosil, yaitu fosil toxaster dan amonit yang

berumur antara 75 - 135 juta tahun, koleksi batuan antara lain batuan

sedimen, dan metamorf. Selain itu ada pula koleksi berbagai perlengkapan

navigasi seperti kompas, chronometer, sextan, dll. beserta beberapa miniatur

kapal, yaitu: Phinisi, Lete, Nade, dan Bali.

d) Ruang Pameran Koleksi Prasejarah (Prehisictoric Collections)

Gambar 5 Koleksi Alat Pertanian

(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

20

Prasejarah merupakan suatu kurun waktu pada saat manusia belum

mengenal tulisan. Di Indonesia, masa Prasejarah dimulai sejak keberadaan

manusia sekitar 1,5 juta tahun yang lalu hingga dikenalnya tradisi tulisan

pada abad ke-5 Masehi, yaitu ketika ditemukannya prasasti Yupa di Kutai,

Kalimantan Timur. Peninggalannya berupa fosil, tulang-belulang manusia

dan binatang serta artefak, yaitu benda-benda yang pernah dibuat manusia

atau dipakai sebagai alat oleh manusia.

e) Ruang Pameran Koleksi Arkeologi (Archaeology Collections)

Gambar 6 Koleksi Arca Kepala Buddha

(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

Koleksi Arkeologi meliputi benda-benda budaya hasil kegiatan

manusia dari masa Hindu Buddha dan lebih dikenal dengan sebutan masa

Klasik Indonesia. Masa ini berlangsung dari awal abad ke-5-15 Masehi,

dimana berkembang kebudayaan lokal yang dipengaruhi oleh kebudayaan

India. Koleksi Arkeologi di Museum Nasional terdiri dari arca dewa-dewa

Hindu, arca Buddha, arca perwujudan, arca binatang, perhiasan, peralatan

21

upacara, bagian bangunan, mata uang, prasasti, dan lain-lain. Koleksi-koleksi

tersebut terbuat dari emas, perak, perunggu, batu, dan tanah liat yang dibakar.

f) Ruang Pameran Koleksi Keramik Asing (Ceramic Collection)

Koleksi keramik kuno di Museum Nasional yang terbanyak berasal

dari Cina, dari masa dinasti Han (206 SM-220 M) sampai dengan masa

dinasti terakhir, dinasti Qing (1644-1912). Lainnya berasal dari Vietnam

(abad ke-14-16 M), Thailand (abad ke-14-16 M), Jepang (abad ke-17-ke 19

M), Timur Tengah (abad ke 18-ke 19 M) dan Eropa (abad ke 17-ke 19 M).

Gambar 7 Koleksi Keramik China

(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

Koleksi tersebut merupakan data sejarah yang membuktikan adanya

hubungan antara Indonesia dengan negara-negara lain di masa lalu, antara

lain hubungan perdagangan. Indonesia di masa lalu merupakan penghasil

utama rempah-rempah untuk komoditi perdagangan. Perdagangan masa lalu

dilakukan dengan cara pembayaran uang atau cara tukar-menukar (barter)

rempah-rempah dengan keramik yang berasal dari luar negeri. Selain karena

22

perdagangan, keramik diduga pula datang sebagai hadiah, upeti atau barang

bawaan.

g) Numismatik dan Heraldik (Numismatic, and Heraldic Collections)

Gambar 8 Koleksi Koin dan Uang Kertas Negara Asing

(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

Koleksi numismatik terdiri dari benda-benda seperti koin, uang kertas

dan token yang pernah beredar dan digunakan oleh masyarakat, di samping

itu juga terdapat alat cetak uang. Koleksi numismatik Museum Nasional

sebagian besar berasal dari masa kerajaan-kerajaan Indonesia kuno, masa

kolonial (Belanda, Portugis, Inggris dan Jepang) hingga masa kemerdekaan

Indonesia. Selain koleksi numismatik dari dalam negeri, juga terdapat koleksi

numismatik yang berasal dari negara-negara di benua Asia, Eropa, Afrika,

Amerika dan Australia. Koleksi Heraldik yang dimiliki oleh Museum

Nasional adalah lambang-lambang seperti medali / tanda jasa, cap / setempel,

dan amulet.

Gedung B merupakan gedung baru yang disediakan oleh Museum

Nasional. Gedung Arca (Unit B) yang mulai dibangun sejak tahun 1996, dan

23

diresmikan oleh Presiden SBY tanggal 20 Juni 2007. Koleksi-koleksi yang ada

dipisahkan berdasarkan periode perkembangan/waktu peradaban. Konsep

penataan pameran di Gedung Arca diberi tema “Keanekaragaman Budaya Dalam

Kesatuan”. Tema yang mencerminkan keanekaragaman kebudayaan bangsa

sebagai modal bangsa.

Gambar 9 Gedung Arca Museum Nasional Jakarta

(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

Konsep penataan tiap lantai di Gedung Arca yang terdiri dari 4 lantai.

Lantai 1 Manusia dan Lingkungan, Lantai 2 Ilmu Pengetahuan, Ekonomi dan

Teknologi, Lantai 3 Organisasi Sosial dan Pola Pemukiman, Lantai 4 Khasanah

Emas dan Keramik. Apabila pengunjung ingin naik ke lantai atas, tidak perlu

bersusah-susah menggunakan tangga manual/darurat karena fasilitas lift dan

eskalator telah tersedia disetiap lantai.

Gedung B yang bernama Gedung Arca ini memiliki berbagai jenis

koleksi berdasarkan aspek-apek kebudayaan yang memposisikan masyarakat

Indonesia sebagai pelaku dalam lingkungan tempat tinggalnya. Berikut ini

merupakan jenis koleksi yang ada di gedung B, antara lain :

24

a) Lantai 1 (Manusia dan Lingkungan / The Nature and Environment)

Gambar 10 Koleksi Tulang Paha dan Tengkorak

(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

Pada lantai ini, koleksi yang dipamerkan antara lain berupa fosil-

fosil jaman prasejarah dan kehidupan keseharian manusia purba yang masih

sangat primitif.

b) Lantai 2 (Ilmu Pengetahuan, Ekonomi dan Teknologi / Science

Technology and Economy)

Gambar 11 Koleksi Jam Kapal

(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

Pada lantai ini, koleksi yang dipamerkan antara lain berupa prasasti

dari beberapa periode kerajaan, keramik, alat navigasi saat berlayar, alat

25

berburu dan memotong, alat transportasi sepeda dan kapal serta

koleksilainnya.

c) Lantai 3 (Organisasi Sosial dan Pola Pemukiman / Social Organization

and Habitation)

Gambar 12 Koleksi Rumah Adat

(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

Pada lantai ini, koleksi yang dipamerkan antara lain berupa menhir,

nekara, rumah adat, sisir, prasasti, mahkota kerajaan, alat penangkap ikan dan

koleksi-koleksi lainnya.

d) Lantai 4 (Khasanah Emas dan Keramik / The Gold Object and Ceramics)

Gambar 13 Ruang Khasanah Emas dan Keramik

(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

26

Di lantai ini penjagaan diruang pameran sangat ketat karena

koleksinya adalah berupa emas dan keramik asing sehingga perlu pengawasan

yang ekstra agar tidak terjadinya pencurian atau pembobolan.

(www.museumnasional.or.id diakses 28 Juni pukul 20.00)

Waktu Kunjungan, Tiket Masuk :

1) Waktu Kunjungan

Senin dan hari besar nasional : Tutup , Selasa - Jum'at : 08.00 - 16.00 ,

Sabtu - Minggu : 08.00 - 17.00

2) Tiket Masuk

Pengunjung Perorangan / Personal :

Dewasa : Rp 5.000,- , Anak-anak : Rp 2.000,-

Pengunjung Rombongan / Group (min 20 orang) :

Dewasa / Adults : Rp 3.000,- , Anak-anak / Children (TK s.d. SMA) : Rp

1.000,- , Pengunjung Asing / Foreigners : Rp 10.000,-

27

B. Struktur Birokrasi Museum Nasional Jakarta

Bagan 1 Struktur Birokrasi Museum Nasional

(Sumber: Dokumen Museum Nasional Jakarta 2016)

Seorang kepala museum, untuk dapat berhasil dalam usaha-usahanya

mengelola museum harus mempunyai pengetahuan tentang semua keperluan

museum, sarana, fasilitas, tenaga dan dananya. Kepala museum juga harus dapat

mengembangkan pengetahuan, bakat, keterampilan dan prakarsa para anggota staf

dan personil yang ada.

Dilihat dari kedudukannya seorang kepala museum sebagai pengelola

museum, maka kepala museum adalah sebagai komponen penggerak diatara

badan penyelenggara pengambil keputusan kebijakan dan staf pembantu pimpinan

28

museum sebagai pelaksana kegiatan kebijakan ditengah fungsionalisasi atau

kegiatan operasional museum ditengah masyarakat lingkungannya. (Moh. Amir

Sutaarga : 1997/1998)

Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan museum adalah faktor

organisasi. Setiap museum sebaiknya mempunyai struktur organisasi yang

mencerminkan tugas dan fungsi museum. Berikut ini merupakan tugas-tugas yang

dilakukan oleh pihak pengelola Museum Nasonal Jakarta:

1. Kepala Museum

Kepala Museum, memiliki tugas sebagai ketua bagi sebuah organisasi

nonprofit. Kepala Museum bertanggung jawab atas penggalangan dana, sumber

daya manusia, serta pengelolaan staf dan anggaran sehari-hari. Seorang kepala

museum juga bertanggung jawab membina hubungan antara staf museum dengan

para pemangku keperntingan.

2. Bagian Tata Usaha

Melaksanakan penyusunan program kerja bagian dan konsep program

kerja museum, urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan,

persuratan dan kearsipan, pengelolaan barang milik negara, penyimpanan dan

pemeliharaan dokumen museum, menyusunan laporan Bagian dan konsep laporan

museum. Bidang ini dibawahi beberapa kepala seksi, yaitu:

a) Subbagian Perencanaan dan Tatalaksana

Melakukan penyusunan, pengumpulan, pengolahan, dan penyajian

data dan informasi program dan anggaran museum, analisis jabatan dan

29

analisis organisasi di lingkungan museum, menyusunan bahan sistem dan

prosedur kerja di lingkungan museum, menyimpanan dan pemeliharaan

dokumen subbagian, menyusunan laporan Subbagian.

b) Subbagian Keuangan dan Kepegawaian

Melakukan melakukan urusan pembayaran belanja pegawai,

belanja barang, belanja modal, dan pembayaran lainnya, pengelolaan

penerimaan negara bukan pajak, pembukuan, verifikasi, penghitungan

anggaran, dan pertanggungjawaban anggaran museum, penyusunan laporan

daya serap anggaran, perbendaharaan/ganti rugi di lingkungan museum.

c) Subbagian Rumah Tangga

Melakukan penyusunan, penerimaan, pencatatan, dan

pendistribusian surat masuk dan surat keluar di lingkungan museum,

melakukan penataan, pemeliharaan, dan usul penghapusan arsip di lingkungan

museum, melakukan urusan keamanan, ketertiban, kebersihan, dan keindahan

di lingkungan museum, melakukan pengaturan penggunaan peralatan kantor,

kendaraan dinas, gedung kantor dan prasarana lainnya di lingkungan museum,

melakukan pengaturan penggunaan air, listrik, telepon, ac, dan gas di

lingkungan museum.

3. Bidang Pengkajian dan Pengumpulan

Melaksanakan identifikasi benda bernilai budaya berskala nasional,

inventarisasi, klasifikasi, pendataan, pencarian, pengumpulan, pengadaan dan

30

katalogisasi benda bernilai budaya berskala nasional. Bidang ini dibawahi

beberapa kepala seksi, yaitu:

a) Seksi Identifikasi dan Klasifikasi

Melakukan identifikasi, inventarisasi benda bernilai budaya

berskala nasional, klasifikasi, penyusunan bahan bantuan teknis di bidang

identifikasi dan klasifikasi, evaluasi pelaksanaan identifikasi dan klasifikasi

benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan penyimpanan dan

pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi.

b) Seksi Pencarian dan Pengumpulan

Melakukan pendataan, pencarian, pengumpulan, penyusunan bahan

bantuan teknis di bidang pencairan dan pengumpulan benda bernilai budaya

berskala nasional, evaluasi pelaksanaan pencarian dan pengumpulan benda

bernilai budaya berskala nasional, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen

seksi, melakukan penyusunan laporan seksi.

c) Seksi Katalogisasi

Melakukan penyusunan, katalogisasi benda bernilai budaya

berskala nasional, penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang

pemanfaatan benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan evaluasi

pelaksanaan pemanfaatan dan katalogisasi benda bernilai budaya berskala

nasional, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan

penyusunan laporan seksi dan konsep laporan bidang.

31

4. Bidang Perawatan dan Pengawetan

Melaksanakan observasi, uji laboratorium, klasifikasi, rekomendasi,

fumigasi dan bentuk, pemantauan lingkungan mikro, pemberian bantuan teknis di

bidang perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala

nasional, evaluasi di bidang perawatan dan pengawetan, penyimpanan dan

pemeliharaan dokumen bidang, melaksanakan penyusunan laporan bidang.

Bidang ini dibawahi beberapa kepala seksi, yaitu:

a) Seksi Observasi

Melakukan pengamatan dan pendataan, uji laboratorium,

klasifikasi, rekomendasi penanganan koleksi benda bernilai budaya berskala

nasional, penyusunan bahan bantuan teknis di bidang observasi koleksi benda

bernilai budaya berskala nasional, evaluasi pelaksanaan observasi benda

bernilai budaya berskala nasional, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen

seksi, melakukan penyusunan laporan seksi.

b) Seksi Perawatan

Melakukan perawatan, pembersihan, perbaikan, rekonstruksi,

restorasi, penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang perawatan

koleksi benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi pelaksanaan

perawatan benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan penyimpanan

dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi.

32

c) Seksi Pengawetan

Melakukan penguatan, pelapisan, fumigasi dan bentuk pengawetan

lainnya koleksi benda bernilai budaya berskala nasional, pemantauan

lingkungan mikro, penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang

pengawetan koleksi, evaluasi, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi,

melakukan penyusunan laporan seksi dan konsep laporan bidang.

5. Bidang Penyajian dan Publikasi

Melaksanakan pembuatan, penyusunan desain dan pembuatan sarana

pameran benda bernilai budaya berskala nasional, perancangan dan pembuatan

replika, penataan benda, pemajangan benda, pengamanan benda, pengumpulan

dan pengolahan data dan informasi benda, penyebarluasan data dan informasi

benda, pemberian layanan informasi benda, penyusunan label dan buku informasi

pameran tetap dan pameran khusus, melaksanakan penyimpanan dan

pemeliharaan dokumen bidang. Bidang ini dibawahi beberapa kepala seksi, yaitu:

a) Seksi Perancangan

Melakukan penyusunan, pembuatan rancangan pameran,

penyusunan desain dan pembuatan sarana pameran, perancangan dan

pembuatan replika benda bernilai budaya berskala nasional, penyusunan

bahan bantuan teknis di bidang perancangan, sarana pameran, dan replika

benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi pelaksanaan perancangan,

sarana pameran, dan reflika benda bernilai budaya berskala nasional.

33

b) Seksi Penyajian

Melakukan penataan, pemajangan, pengamanan, penyusunan

bahan bantuan teknis di bidang penyajian benda bernilai budaya berskala

nasional, melakukan evaluasi pelaksanaan penyajian benda bernilai budaya

berskala nasional, melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi,

melakukan penyusunan laporan seksi.

c) Seksi Publikasi

Melakukan pengumpulan, pengolahan data dan informasi benda

bernilai budaya berskala nasional penyebarluasan data dan informasi,

pemberian layanan informasi benda, penyusunan label dan buku informasi

pameran tetap dan pameran khusus, penyusunan bahan bantuan teknis di

bidang publikasi benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi

pelaksanaan publikasi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional,

melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan

penyusunan laporan seksi dan konsep laporan bidang.

6. Bidang Kemitraan dan Promosi

Melaksanakan pemberian bimbingan kepada pelajar, mahasiswa, dan

masyarakat di bidang benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan

penyuluhan kepada masyarakat, pemberian layanan pemanduan kepada

pengunjung museum, melaksanakan workshop, ceramah, seminar, dan bentuk

layanan edukasi, melaksanakan kemitraan dengan unit kerja/instansi, lembaga,

dan masyarakat di dalam dan luar negeri, promosi, pemberian bantuan teknis

34

pelaksanaan kemitraan dan promosi koleksi dan museum di tingkat nasional,

regional, dan internasional.

a) Seksi Layanan Edukasi

Melakukan penyusunan bahan layanan edukasi, pemberian

bimbingan kepada pelajar, mahasiswa, dan masyarakat, penyuluhan

kepada masyarakat, pemberian layanan pemanduan kepada pengunjung

museum evaluasi pelaksanaan pemberian layanan edukasi di bidang benda

bernilai budaya berskala nasional, melakukan penyimpanan dan

pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi.

b) Seksi Kemitraan

Melakukan penyusunan bahan pelaksanaan kemitraan, penyusunan

dokumen, kerja sama kemitraan dengan unit kerja/instansi, lembaga, dan

masyarakat di dalam dan luar negeri di bidang benda bernilai budaya

berskala nasional, penyusunan bahan bantuan teknis pelaksanaan

kemitraan di bidang benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi

pelaksanaan kemitraan, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi,

melakukan penyusunan laporan seksi.

c) Seksi Promosi

Melakukan pengkajian dan penyusunan bahan promosi benda

bernilai budaya berskala nasional, promosi koleksi dan museum di tingkat

nasional, regional, dan internasional, penyusunan bahan bantuan teknis

pelaksanaan promosi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional,

35

evaluasi pelaksanaan promosi, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen

seksi, melakukan penyusunan laporan seksi dan konsep laporan bidang.

7. Bidang Registrasi dan Dokumentasi

Melaksanakan pengembangan sistem registrasi dan pendokumentasian

benda koleksi, pencatatan, akuisisi, dan pemberian nomor registrasi benda

koleksi, pencatatan benda koleksi bernilai budaya berskala nasional yang bukan

atau belum menjadi koleksi museum, penghapusan benda koleksi, pengelolaan

perpustakaan Museum Nasional, pemberian bantuan teknis di bidang registrasi

dan dokumentasi benda koleksi, evaluasi pelaksanaan registrasi dan dokumentasi

benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional, penyimpanan dan

pemeliharaan dokumen bidang, melaksanakan penyusunan laporan bidang.

a) Seksi Registrasi

Melakukan pengembangan sistem pendataan koleksi museum,

pencatatan benda koleksi museum, akuisisi dan pemberian nomor registrasi

benda koleksi museum, pencatatan mutasi benda koleksi bernilai budaya

berskala nasional, penyusunan bahan bantuan teknis di bidang registrasi

benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional, evaluasi

pelaksanaan registrasi benda koleksi museum bernilai budaya berskala

nasional, melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi,

melakukan penyusunan laporan seksi.

36

b) Seksi Dokumentasi

Melakukan pengembangan sistem pendokumentasian benda

koleksi museum, penyimpanan dokumen benda koleksi museum,

perawatan dan pemeliharaan dokumen benda koleksi museum, penyusunan

bahan pemberian bantuan teknis di bidang dokumentasi benda koleksi

museum, evaluasi pelaksanaan dokumentasi benda, penyimpanan dan

pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi.

c) Tugas Seksi Perpustakaan

Melakukan penyusunan rencana kebutuhan dan pengembangan

koleksi perpustakaan, pengadaan koleksi perpustakaan, pengelolaan

koleksi perpustakaan, pengembangan koleksi kepustakaan, penyimpanan

koleksi perpustakaan, pemeliharaan dan perawatan koleksi perpustakaan,

melakukan layanan perpustakaan, kerja sama di bidang pengelolaan

perpustakaan, evaluasi pengelolaan perpustakaan, penyimpanan dan

pemeliharaan dokumen Seksi, melakukan penyusunan laporan seksi dan

konsep laporan bidang. (Sumber: Arsip dokumen Museum Nasional

Jakarta 2016)

Kepala museum harus dapat membimbing, mengatur, mengamati,

kerjasama staf pimpinan semua unsur kegiatan pokok dan kegiatan penunjang

museum itu sendiri. Musyawarah dan mencari kata sepakat dalam perencanaan

dan pelaksanaan program-program kegiatan, sesuai dengan kebijakan umum dari

atas dan melayani kepentingan umum haruslah merupakan ciri-ciri khusus dalam

37

metode pengelolaan yang terbuka dan demokratis. (Moh. Amir Sutaarga :

1997/1998)

Dilihat dari struktur birokrasi yang ada di Museum Nasional Jakarta,

menangani koleksi, mengatur kegiatan penelitian dan penerbitan laporan

penelitian koleksi serta masih banyak tugas-tugas permuseuman lainnya mungkin

dapat dianggap tugas-tugas rutin yang ringan, akan tetapi menyiapkan dan

mengatur kegiatan-kegiatan penyajian koleksi dengan tujuan pelayanan

masyarakat luas merupakan tugas yang tidak ringan. Terutama apabila ada sumber

daya manusia museum yang masih belum menguasai permuseuman, maka bisa

terjadi banyak kendala dalam pengembangan museum.

Karenanya seorang kepala museum harus bersikap komunikatif kepada

setiap staf museum, agar setiap tugas yang diberikan kepala museum kepada ahli-

ahli bidang museum dapat terlaksana dengan baik, begitupula dengan

pengembangan program-program kerja yang diadakan museum, perlu adanya

kerjasama antar sumber daya manusia yang mengelola museum untuk

memberikan pelayanan terbaik bagi wisatawan yang datang ke Museum Nasional

Jakarta.

Dengan demikian Museum Nasional Jakarta dapat dikatakan telah

berkembang menjadi lebih baik, karenanya dapat mendatangkan wisatawan yang

lebih banyak setiap tahunnya. Ditunjang oleh tenaga ahli permuseuman yang ada,

program-program kerja, serta pengembangan fisik yang ada menjadikan Museum

Nasional Jakarta contoh bagi museum-museum lain yang masih kurang

pengembangannya.

38

C. Latar Belakang Pengembangan Museum Nasional Jakarta

Pendirian dan pengembangan museum di Indonesia semakin meningkat

dari masa sebelum kemerdekaan. Tujuan pendirian museum setelah kemerdekaan

adalah untuk kepentingan pelestarian dan pengembangan warisan budaya dalam

rangka persatuan dan peradaban bangsa, juga sebagai sarana pendidikan

nonformal. Jumlah koleksi pada masa kolonial cukup besar, namun disajikan

dengan konsep tata pameran di Eropa. Sementara jumlah koleksi setelah

kemerdekaan memang masih terbatas, namun koleksi tersebut dipamerkan untuk

kepentingan bangsa dalam rangka penanaman rasa kebangsaaan dan jati diri.

Museum Nasional memiliki kaitan yang sangat erat dengan museum

sebelum kemerdekaan yang hingga saat ini terus menunjukan perkembangannya

dalam dunia pariwisata. Museum Nasional dikelompokkan sebagai objek dan

daya tarik wisata. Museum Nasional memiliki nilai informasi sejarah, budaya

maupun informasi ilmiah yang berguna untuk kepentingan masyarakat. Museum

Nasional adalah objek yang mampu menunjang peningkatan ataupun

pengembangan sektor kepariwisataan suatu daerah, khususnya di Ibukota Jakarta.

Pengembangannya dilakukan melalui pengelolaan museum secara

profesional dengan melibatkan seluruh aspek. Pengelolaan museum diartikan

sebagai upaya mengurus, mengendalikan, dan mengawasi lembaga museum agar

dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan sesuai dengan tugas dan fungsi

museum. Pengelolaan museum secara optimal mutlak dilakukan agar fungsi

museum dapat dirasakan oleh masyarakat dan museum dapat menjadi daya tarik

bagi wisatawan.

39

Pengelolaan museum ini dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek

internal dan eksternal. Secara internal, pengelolaan dilakukan dengan

memperhatikan aspek koleksi, pameran, aktivitas atau program yang dijalankan

serta pelayanan yang diberikan oleh pengelola museum kepada pengunjung.

Pengelola museum sebagai pihak yang secara langsung menangani pengelolaan

museum sehingga merupakan bagian dari pihak internal museum. Secara

eksternal, peran lembaga atau pihak luar dalam pengembangan museum sangat

diharapkan agar museum menjadi daya tarik wisata unggulan. Aspek eksternal

tersebut mencakup pemerintah, industri pariwisata, dan masyarakat.

Museum Nasional Jakarta memiliki latar belakang khusus dalam

pengembangannya, antara lain masyarakat, Sumber Daya Manusia, fisik

bangunan, dan sumber dana yang ada untuk pembangunan museum.

1. Masyarakat

Latar belakang pengembangan yang dihadapi museum nasional

salah satunya adalah makin bertambahnya minat masyarakat terhadap

museum. Dengan keberadaan Museum Nasional, masyarakat dapat

mengetahui sejarah atau jati diri bangsa Indonesia. Lewat Museum

Nasional, masyarakat lebih mulai mencerna atau mengenal sejarah

pada koleksi yang ada pada pameran.

Dengan motivasi masyarakat untuk tujuan pencarian informasi

dan kesenangan merupakan alasan kuat mengapa potensi museum

perlu dioptimalkan. Sehingga Museum Nasional dapat memfasilitasi

masyarakat untuk beraktifitas khususnya dalam nuansa kebudayaan.

Selain atas dasar permintaan masyarakat, Museum Nasional juga

40

memiliki banyak koleksi yang masih perlu dipamerkan. Hal Itu pula

yang membuat Museum Nasional akan mempersiapkan perluasan tata

pameran. (Wawancara dengan Oting Rudy Hidayat selaku Kepala

Seksi Promosi tanggal 1 Juni 2016)

Museum Nasional sebagai sebuah lembaga studi warisan budaya

dan pusat informasi edukatif kultural dan rekreatif, mempunyai

kewajiban menyelamatkan dan melestarikan benda warisan budaya

bangsa Indonesia. Hingga saat ini koleksi yang dikelola berjumlah

141.899 benda, terdiri atas 7 jenis koleksi yaitu prasejarah, arkeologi,

keramik, numismtik-heraldik, sejarah, etnografi dan geografi.

Penyelamatan dan pelestarian budaya ini pada hakekatnya

ditujukan untuk kepentingan masyarakat, diinformasikan melalui

pameran dan penerbitan-penerbitan katalog, brosur, audio visual juga

website. Tujuannya agar masyarakat tahu dan ikut berpartisipasi dalam

pelestarian warisan budaya bangsa.

2. SDM Permuseuman

Pengembangan Museum Nasional masih membutuhkan tenaga

ahli dalam bidang permuseuman. Oleh karena itu dengan latar

belakang SDM permuseuman ini menjadikan museum nasional

membentuk suatu SDM museum yang lebih aktif.

Museum pada saat ini dituntut secara aktif meningkatkan

ketenagaan (SDM) yang dapat mendorong gerak maju pembangunan

nasional. Museum yang mampu melakukan peran semacam itu harus

41

dikelola atau didukung oleh tenaga yang memiliki profesionalisme

permuseuman yang handal. Sebagian besar tenaga yang bertugas di

museum, baik lulusan perguruan tinggi maupun yang berpendidikan

non perguruan tinggi pada awalnya belum dapat dikatakan siap pakai.

(Wawancara dengan Oting Rudy Hidayat selaku Kepala Seksi Promosi

tanggal 1 Juni 2016)

3. Fisik Bangunan

Bangunan yang dijadikan sebagai museum pada umumnya

adalah bangunan bersejarah yang dilindungi sehingga memerlukan

perawatan khusus. Selain itu untuk bangunan baru pada umumnya

menghadapi masalah prosedur pengadaan tanah dan kesulitan

mendapatkan arsitek di bidang permuseuman pada waktu

pembangunannya.

Museum Nasional Jakarta telah menjadi contoh untuk museum

lain adanya gedung A ( Gedung Gajah ) yang sudah ada sebelum

kemerdekaan,dan pada tahun 1996 pemerintah berinisiatif membangun

gedung B ( Gedung Arca ) dengan adanya berbagai hambatan pada

saat pembangunan gedung B. Diresmikan oleh Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono pada tahun 2007.

Museum Nasional masih terus melakukan pengembangan fisik

berupa pembangunan Gedung C, yang telah dimulai pada tahun 2013

dan direncanakan selesai pada tahun 2018. Gedung C ini akan

memiliki tujuh lantai terdiri dari ruang penyimpanan (storage),

laboraturium, kantor, dan berbagai fasilitas publik seperti :

42

perpustakaan, teater dan ruang pameran temporer, ruang edukasi, kids

corner, museum shop dan area komersial.

Gedung yang sedang dibangun itu diharapkan bisa

menampung hingga lebih sekitar 200 ribu koleksi. Gedung Unit C

direncanakan akan dibangun untuk memperluas tata pameran yang

sudah ada dan untuk melengkapi subtema terakhir yaitu Religi dan

Kesenian. Setelah Gedung C selesai dibangun, rencana selanjutnya

adalah merenovasi Gedung A. Museum Nasional pun akan

membangun fasilitas tambahan di TMII, yaitu pembangunan gedung

storage di area TMII seluas 1 hektar. (Wawancara dengan Daromi

selaku Tour Guide tanggal 1 Juni 2016)

4. Sumber Dana

Dalam pembangunan sarana maupun prasarana museum

memerlukan pendanaan dari pemerintah. Sumber dana yang ada tidak

dapat diberikan secara langsung, melainkan bertahap setiap tahunnya,

karena jumlah anggaran pemerintah untuk museum masih dikatakn

kurang untuk pembangunan.

Terbengkalainya pembangunan Museum Nasional ini selama

beberapa tahun dikarenakan krisis keuangan pada masa itu, sehingga

pembangunan gedung B berlangsung cukup lama. Sumber dana akan

menyebabkan munculnya masalah sarana, prasarana, dan tidak

lancarnya kegiatan fungsionalisasi museum.

43

Bangunan museum sebelum kemerdekaan cenderung menggunakan

bangunan tua. Karena tidak diperuntukkan sebagai museum, maka tidak dapat

memenuhi kriteria bangunan museum modern. Sumber daya manusia dan

pelayanan kepada pengunjung masih kurang, sedangkan sarana dan fasilitas

belum mencukupi.

Berbeda pada masa setelah kemerdekaan, bangunan sudah direncanakan

khusus untuk suatu museum dan mencerminkan suatu gaya arsitektur tradisional

daerah tertentu. Sumber daya manusia dan pelayanan telah ada, meskipun belum

profesional. Museum-museum juga telah ditunjang dengan sarana dan fasilitas

yang memadai. (Agus Aris Munandar : 2011)

Dengan semua latar belakang yang ada pada masa sebelum kemerdekaan

membuat Museum Nasional menjadi salah satu museum yang dapat dicontoh oleh

museum lain yang ada di Indonesia. Museum Nasional Jakarta terus melakukan

pengembangan sehingga segala sesuatu yang belum optimal dapat dioptimalkan

kembali. Dan untuk mengubah persepsi masyarakat bahwa museum hanya sebagai

gudang penyimpanan diubah menjadi museum adalah lembaga yang tujuannya

melestarikan sejarah budaya bangsa, yang sifatnya edukatif.