43
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru Keberasilan kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah tentunya tidak lepas dari faktor kompetensi yang dimiliki seorang guru. Kompetensi menurut Daryanto (2015:163) adalah kemampuan dan kecakapan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki oleh individu sehingga dapat melakukan perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan baik. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 dijelaskan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seorang pendidik dalam melaksanakan keprofesionalisannya. Dari beberapa pendapat dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian kompetensi adalah berbagai pengetahuan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Kompetensi Guru

Keberasilan kegiatan pembelajaran yang berlangsung di

sekolah tentunya tidak lepas dari faktor kompetensi yang dimiliki

seorang guru. Kompetensi menurut Daryanto (2015:163) adalah

kemampuan dan kecakapan yang berupa pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki oleh individu

sehingga dapat melakukan perilaku kognitif, afektif dan

psikomotorik dengan baik. Menurut Undang-undang Guru dan

Dosen No.14 Tahun 2005 dijelaskan kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seorang pendidik dalam

melaksanakan keprofesionalisannya.

Dari beberapa pendapat dapat ditarik kesimpulan tentang

pengertian kompetensi adalah berbagai pengetahuan,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

2

keterampilan, serta perilaku yang dimiliki seorang guru yang

diperoleh melalui jalur pendidikan yang dilakukan secara terus

menerus agar mendapatkan hasil yang terbaik. Untuk menjadi

guru profesional menurut Kompri (2015:191-192) maka

membutuhkan beberapa kriteria yaitu mempunyai komitmen yang

tinggi terhadap tugas yang sedang dikerjakan berdasarkan

standard kompetensi lulusan peserta didik, bertanggung jawab

dengan beban kerja yang diberikan, berpikir secara sistematis

tentang apa yang dikerjakan, mampu menguasai materi, mampu

berorganisasi, mandiri dalam merancang proses pembelajaran,

harus mampu melaksanakan kegiatan penelitian, mampu menulis

karya ilmiah dan guru yang aktif dalam organisasi profesi.

Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru menurut

pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang

Standart Nasional Pendidikan meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi

profesional. Seorang guru harus mempunyai kriteria tersebut agar

proses pembelajaran dapat berjalan sesuai rencana pembelajaran

yang telah dibuat sebelumnya oleh guru sebelum mengajar. Hal

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

3

ini ditekankan oleh Sanders Wiliam L, S.Paul Wringht, and

Sandra P.Hom (1997) yang menyebutkan bahwa guru merupakan

faktor yang paling penting dalam mempengaruhi perolehan

akademik siswa.

Daryanto (2015) secara lebih rinci menjelaskan tentang

kompetensi personal seorang guru salah satunya adalah tentang

pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan, seperti membimbing

peserta didik yang mengalami kesulitan belajar serta

membimbing peserta didik yang mengalami permasalahan, maka

jika dilihat dari kompetensi personal tersebut maka seorang guru

harus ikut bagian dalam proses pengelolaan manajemen

kesiswaan. Menurut Harsono (2010:30) salah satu faktor penentu

kualitas mutu pendidikan dapat dilihat dari kompetensi

professional seorang guru bukan berarti yang lain tidak berperan,

keempat kompetensi tesebut tidak dapat terpisahkan dan harus

saling terkait. Menurut Nurdin dalam Kompri (2015:141) dalam

permasalahan pengembangan profesionalisme guru tidak terlepas

dari: pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability),

keterampilan (skill), sikap diri (attitude), kebiasaan diri (habit).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

4

Dengan demikian untuk meningkatkan keempat kompetensi

tersebut maka sekolah ataupun guru harus melakukan kegiatan

pendidikan dan pelatihan sesuai bidang keahlian yang dimiliki

guru (Harsono, 2013:33). Hal ini sejalan dengan tujuan

pendidikan nasional dalam UU Sisdiknas No. 20 Th. 2003 yaitu

guru wajib meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi

akademik seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

Kompri (2015:142) menekankan bahwa guru efektif dapat

dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu: memiliki

kemampuan dalam menguasai iklim belajar, memiliki

kemampuan dalam menguasai strategi manajemen pembelajaran,

memiliki kemampuan dalam pemberian umpan balik dan

penguatan, memiliki kemampuan dalam rangka pengembangan

diri seperti mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar

yang efektif. Parkay dan Stanford dalam Dariyo (2013:110)

tentang dasar-dasar pedagogi modern menambahkan lima tugas

guru dalam mengajar yaitu: mengajar sebagai cara untuk menjadi

(a way of being) yang dimaksud disini dapat berbagi pengalaman,

pengetahuan yang dibagikan kepada peserta didik, berbagi

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

5

pengalaman kesejahteraan, mengajar sebagai tugas kreatif,

mengajar sebagai bentuk pemberdayaan potensi diri, mengajar

sebagai panggilan hidup dan mengajar sebagai bentuk pelayanan.

2.1.2 Pendidikan Karakter

Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam

membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. serta

bertujuan untuk membentuk kepribadian cakap, terampil, disiplin,

kreatif, berintelektualitas, berakhlak mulia, berbudi luhur, yang

dilakukan secara terukur dan terencana. Hal ini sesuai dengan

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat 3

yang berisi pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan

berbangsa wajib menyelenggarakan sistem pendidikan nasional,

yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan serta

akhlak mulia. Pernyataan dalam membentuk sumber daya

manusia juga ditekankan dalam Undang-undang Pendidikan

Nasional No. 20 Tahun 2003 tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan

Pendidikan Nasional.

Peran serta pemerintah dalam mendukung tercapainya

tujuan pendidikan nasional diwujudkan dengan adanya kebijakan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

6

pemerintah dalam pembuatan kurikulum 13 atau sering disebut

K13 yaitu pendidikan lebih menekankan kepada pembentukan

karakter peserta didik. Untuk mendukung keberasilan penerapan

kurikulum K13 yang diselenggarakan di sekolah, maka pihak

sekolah sudah seharusnya membekali guru dengan kompetensi

yang sesuai dengan bidangnya serta keterampilan dalam

melaksanakan penguatan pendidikan karakter agar motivasi

peserta didik dapat meningkat.

Perihal peningkatan motivasi peserta didik ditekankan oleh

Amri, Jauhari, & Elisah (2011: 57) bahwa untuk membentuk

peserta didik yang terus belajar maka dapat dilakukan langkah-

langkah yang menerapkan metode belajar yang melibatkan

peserta didik yaitu meliputi student active learning, contextual

learning, inquiry-based learning, integrated learning, condicive

learning community, pendidikan karakter dilaksanakan secara

eksplisit, sistematis, secara terus menerus, metode pengajaran

yang memperhatikan keunikan masing-masing peserta didik,

yang menerapkan seluruh aspek kecerdasan manusia.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

7

Keberhasilan pembentukan karakter peserta didik yang

dilakukan dilingkungan sekolah diharapkan dapat menghasilkan

peserta didik selain mempunyai pengetahuan juga mempunyai

kepribadian yang baik serta akhlak yang mulia. Menurut Soegeng

(2016:116) kepribadian dapat diartikan sebagai identitas dan jati

diri seseorang yang membedakan diri pribadi dengan orang lain.

Pengertian akhlak mulia menurut Raharjo (2010) adalah seluruh

kebiasaan seseorang yang bersumber dari dalam diri yang

didorong keinginan secara sadar dan dicerminkan dalam perilaku

yang baik. Pengertian akhlak jika dilihat dari segi aksiologi

menurut Jalaluddin (2013:127) adalah suatu aspek yang

menyelidiki nilai (value). Selanjutnya akhlak menurut Brameld

dilihat dari segi aksiologi dibedakan menjadi tiga yaitu moral

conduct (perilaku moral) yaitu menghasilkan etika individu,

esthetic expression (ekspresi keindahan) menghasilkan estetika,

socio-political life (kehidupan sosio politik) menghasilkan ilmu

filsafat sosio politik. Istilah moral menurut Soegeng (2016:55)

merujuk pada obyek yaitu perilaku seseorang yang dilihat dari

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

8

baik buruknya yang berdasarkan atas pembawaan dari orang itu

sendiri.

Menurut Soegeng (2016:148) pendidikan, moral, dan

agama saling keterkaitan dan bahwa seluruh nilai pendidikan

seluruhnya adalah tugas lembaga pendidikan yaitu sekolah yang

menjadikan seseorang beragama baik dan menyatakan bahwa

tempat yang tepat dalam melaksanakan pendidikan moral adalah

keluarga bukan sekolah. Hal ini dikarenakan moral terdapat pada

pribadi tiap individu dan pribadi tiap individu mencakup

keseluruhan baik moralitas maupun budi pekerti dan berkarakter

baik. Dengan demikian apabila karakter-karakter yang baik

tertanam dalam diri peserta didik maka akhlak mulia secara

impulsif akan tampak melalui perilaku peserta didik dalam

kehidupan sehari-hari.

Karakter menurut filosof kontemporer Lickona (2013:72)

adalah perpaduan seluruh budi pekerti yang terdapat dalam

berbagai macam ajaran keyakinan agama, kisah-kisah sastra,

cerita-cerita orang bijak serta orang yang mempunyai ilmu

pengetahuan. Menurut Lickona (2013) karakter dapat terbentuk

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

9

dari tiga macam bagian yang saling berkaitan yaitu pengetahuan

moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling), dan

perilaku moral (moral action). Asmani (2011:28) menyatakan

karakter adalah kualitas perilaku kepribadian yang dilihat dari

moral, kekuatan moral, serta reputasi seseorang. Menurut

Zubaedi (2011:11) karakter adalah cara berpikir dan berperilaku

yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan

bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, bangsa dan Negara.

Memahami tentang karakter dari beberapa peneliti tersebut,

peneliti berpendapat karakter adalah kemampuan seorang

individu dalam berpikir, bertindak, serta membangun kepribadian

berdasarkan ajaran agama serta pengetahuan moral yang telah

didapatkan semasa menjalani hidupnya dalam bermasyarakat

yang berdampak pada kepribadian kepada tiap individu baik

ataupun buruk, benar ataupun salah, yang lebih diarahkan kepada

hal yang baik serta benar.

Adapun nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan kepada

peserta didik antara lain: cinta kepada Tuhan YME beserta isinya;

tanggung jawab, disiplin dan mandiri; jujur, hormat dan santun,

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

10

kasih sayang, peduli, dan kerjasama; percaya diri, kreatif, kerja

keras dan pantang menyerah; keadilan dan kepemimpinan, baik

dan rendah hati; toleransi, cinta damai, dan persatuan. Untuk

melihat efektivitas nilai-nilai karakter dapat tertanam dalam diri

peserta didik maka menurut Wing Sze MAK (2014) dalam

penelitian yang berjudul “Evaluation of a moral and character

education group for primary school students”, menunjukkan

efektivitas kelompok pendidikan karakter dan moral dapat dilihat

dari diri seluruh peserta didik diantaranya mengalami

peningkatan dalam pemahaman tentang pentingnya rasa saling

menghargai, rasa hormat, kebaikan, serta timbul kesadaran diri

untuk melatih dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-

hari.

Kegiatan yang dilaksanakan di sekolah tentunya melibatkan

peserta didik dimana peserta didik tersebut mempunyai latar

belakang kehidupan dan kepribadian yang berbeda-beda antara

satu individu dengan yang lainnya. Hal ini merupakan tantangan

bagi guru untuk dapat mendidik seluruh peserta didik agar

mempunyai karakter yang baik. Usaha yang dilakukan pihak

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

11

sekolah adalah dengan mendayagunakan guru agar dapat

melaksanakan kewajiban mendidik penerus generasi bangsa.

Pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah

merupakan tanggung jawab kepala satuan pendidikan Sebagai

pemimpin harus menunjuk guru dalam pelaksanaan pendidikan

karakter sesuai dengan pemenuhan beban kerja yang diberikan.

Pembentukan karakter tersebut ditekankan oleh Jalaluddin

(2013:215) bahwa pembentukan karakter ini tidak dapat terjadi

dengan sendirinya akan tetapi membutuhkan peranan keluarga,

lembaga pendidikan, masyarakat, dan pemerintah, dalam

pembentukan karakter harus menanamkan nilai-nilai kebajikan

meliputi moral, karakter serta akhlak.

Pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah

khususnya tingkat sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) peserta

didik berada pada masa usia remaja (prepubertas). menurut

William Starbuk masa ini ditandai dengan ciri tertentu yaitu dapat

berpikir rasional, etika, estetika, sosial, minat, dan agama dengan

demikian maka sekolah harus dapat memberikan bimbingan agar

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

12

mental spiritual peserta didik dapat berkembang dengan

maksimal (Jalaluddin, 2013:221).

Pendidikan karakter menurut Berkowitz (1999) adalah

intervensi yang secara sengaja dilakukan untuk meningkatkan

pembentukan salah satu nilai karakter atau semua nilai yang

dimiliki individu. Menurut Zubaedi (2011:18) pendidikan

karakter adalah usaha yang dilakukan secara sungguh-sungguh

untuk membantu, memahami dan membentuk, memupuk nilai-

nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat,

yang bertujuan mengembangkan potensi nurani, mengembangkan

perilaku yang sesuai dengan ajaran agama, menanamkan jiwa

kepemimpinan dan tanggung jawab, jujur, mandiri, kreatif serta

mengembangkan kehidupan sekolah yang berwawasan

kebangsaan. Menurut Mulyasa (2014:263) Pendidikan karakter

adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana,

serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta

didik yang berguna membangun karakter individu maupun

kelompok sebagai warga Negara.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

13

Menurut Lickona terdapat alasan mengapa pendidikan

karakter sangat penting untuk disampaikan yaitu untuk menjamin

peserta didik memiliki kepribadian yang baik, meningkatkan

prestasi akademik, peserta didik dianggap tidak bisa membentuk

karakter yang kuat dilingkungan luar sekolah, mempersiapkan

peserta didik agar dapat menghormati dalam bermasyarat,

berawal dari permasalahan moral, persiapan terbaik untuk

perilaku di tempat kerja, pembelajaran nilai-nilai budaya yang

merupakan bagian dari peradaban (Sudrajat, 2011).

2.1.3 Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan tentunya

berkewajiban membentuk kepribadian manusia yang berkarakter

baik yang diharapkan dapat menjadi generasi penerus bangsa.

Pendidikan tidak terlepas dari istilah pedagogiek yang berarti

ilmu pendidikan, yang berasal dari bahasa Yunani pedagogues

yang dapat diartikan sebagai pemuda yang mengantarkan anak ke

sekolah serta menjaga agar perilaku anak tersebut disiplin serta

bebudi luhur (Soegeng, 2016:144). Pedagogik menurut Dariyo

(2013:2) tentang dasar-dasar pedagogi modern menjelaskan suatu

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

14

bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak-anak

agar dapat mencapai tingkat kedewasaan dalam kehidupan

mendatang dan dalam pedagogik terdapat tiga unsur yaitu orang

dewasa yaitu jika dalam sekolah adalah seorang guru, bimbingan,

anak-anak.

Berawal dari pengertian pedagogik yang diartikan dari

beberapa ahli tersebut maka peneliti dapat menyimpulkan

seorang guru merupakan faktor yang tidak kalah penting dalam

tercapai proses pembelajaran khususnya pelaksanaan pendidikan

karakter yang dilaksanakan di lingkungan sekolah yaitu guru

berkewajiban serta mempunyai tugas membimbing peserta didik

agar dapat mencapai kedewasaan yang bermoral. Menurut

Mulyasa (2014:79) dalam mendidik peserta didik juga harus

mengikutsertakan faktor intelegensi question (IQ), emosional

question (EQ), creativity question (CQ) yang semuanya tertuju

pada pembentukan spiritual question (SQ) peserta didik.

Pembentukan emosional question (EQ) bagi seseorang

dirasa sangat penting hal ini ditekankan oleh Zubaedi (2013:76)

bahwa keberhasilan seseorang dalam menjalani kehidupan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

15

bermasyarakat 80% tergantung pada kecerdasan emosi sedangkan

20% ditentukan oleh intelegence question(IQ). Hubungan

pendidikan karakter dengan EQ dan SQ pada hakikatnya

merupakan pengintegrasian antara kecerdasan, kepribadian dan

akhlak mulia dengan kecerdasan intelektual (Zubaedi, 2013:41-

43).

Penguatan pendidikan karakter di sekolah harus dapat

membentuk peserta didik yang tidak hanya membekali mereka

dengan ilmu pengetahuan akan tetapi juga membekali kekuatan

kecerdasan emosi yang baik agar mampu bertahan dalam

kehidupan bermasyarakat dengan keterampilan yang dimiliki

yang tidak dapat melupakan pada faktor spiritual question (SQ)

sebagai penyeimbang dalam kehidupan dengan demikian maka

akan terbentuk karakter yang baik.

Dalam membentuk peserta didik yang berkarakter baik

dalam pendidikan formal yaitu sekolah melalui proses

pembelajaran maka harus memperhatikan model, strategi,

pendekatan, metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Selain hal

tersebut Narvaez (2008) menyatakan tentang model pendidikan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

16

etika yang terintegrasi (the Integrative Ethical Education model)

dalam mengembangkan karakter moral harus didukung oleh iklim

lingkungan yang mendukung, mengembangkan keterampilan

etika, pengembangan keterampilan melalui pelatihan, self

regulation, serta mengadopsi pengembangan sistem pendekatan.

Menurut Zubaedi (2013:189) model pembelajaran

merupakan suatu wadah dari penerapan suatu pendekatan,

metode, dan teknik pembelajaran. Tujuan pendidikan dapat

tercapai dengan baik apabila seorang guru dapat

mengimplementasikan pengembangan kurikulum dari sekolah

dengan baik. Pengertian kurikulum menurut Jalaluddin

(2013:153) adalah suatu tumpuan dan suatu arah yang dilalui

orang untuk mencapai tujuan. Menurut Jalaluddin (2013:151)

kurikulum dirasa sangat penting dalam proses pendidikan karena

tujuan dan program harus terdapat keselarasan, tanggung jawab

pelaksanaan kurikulum dibebankan oleh seluruh warga sekolah

meliputi kepala sekolah, guru, serta pengawas sekolah dan segala

jenis aktifitas pembelajaran yang akan diajarkan oleh guru untuk

peserta didiknya harus dapat diterima dengan baik.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

17

Berkaitan dengan penyajian materi pendidikan karakter di

sekolah muncul paham yang menghendaki agar materi

pendidikan karakter disampaikan dengan memperhatikan faktor

psikologis peserta didik, sehingga dapat menjamin tingkat

keberhasilan tujuan pendidikan. Zubaedi (2013:139) berpendapat

bahwa untuk mencapai terjadinya internalisasi moral hendaknya

pada tahap permulaan dikembangkan pengkondisian dan latihan

moral agar terjadi internalisasi. Menurut Drajat (2014:82-83)

keberasilan proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah

sangat dipengaruhi oleh guru yang terampil dalam memilih serta

menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan kompetensi

yang diajarkan kepada peserta didik.

Dengan demikian pihak sekolah harus mempersiapkan guru

dalam segala jenis kegiatan khususnya proses pembelajaran agar

guru dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan,

kemampuan sosial bermasyarakat agar penanaman nilai-nilai

karakter dalam penguatan pendidikan karakter yang dilaksanakan

di sekolah dapat tercapai. Beberapa usaha yang dapat dilakukan

sekolah adalah melalui konseling, latihan kepekaan kelompok,

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

18

supervisi, bimbingan, proses penasehatan, pelajaran untuk

mengembangkan self development bukan hanya mengembangkan

self understanding (Harsono, 2010:66).

2.1.4 Kemampuan Guru dalam Pendidikan Karakter

Peran guru di sekolah harus dapat menjadi teladan bagi

peserta didik, dengan demikian maka guru dalam proses

mendidik diharapkan mempunyai empat kompetensi yaitu

pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Menurut Harsono

(2013:37) proses pembelajaran saat ini hanya sebatas aspek

kognitif belum tercapai aspek afektif dan psikomotorik. Dalam

proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah maka seorang

guru perlu menyiapkan serta mengembangkan bahan ajar, yang

selain mengajarkan aspek kognitif juga aspek afektif dan

psikomotorik, karena menurut Mulyasa (2014:135) penerapan

pendidikan karakter dalam proses belajar dianggap sebagai

aktifitas psikologis yang memerlukan dorongan dari luar

sehingga guru harus dapat memotivasi peserta didik serta dapat

menumbuhkan kesadaran mereka terhadap manfaat ilmu yang

telah didapat.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

19

Dengan demikian maka guru harus dapat menjadi teladan

bagi peserta didik. Pernyataan tersebut ditekankan oleh Kemala

tentang Stres Pada Remaja (2007). Dari hasil penelitian yang

dilakukan ditemukan bahwa faktor guru sangat berperan dalam

penyampaian materi. Kepala sekolah sebagai seorang supervisor

pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting dalam

perkembangan sumber daya manusia yang profesional yang

dimiliki guru, melalui bimbingan yang diberikan oleh kepala

sekolah diharapkan kemampuan guru dapat meningkat sesuai

tugas yang telah dibebankan (Daryanto, 2015:143). Menurut

Tobing (2007:28-32), faktor penting dalam penerapan pendidikan

karakter dalam proses pembelajaran adalah manusia,

kepemimpinan, dan teknologi

Menurut Mulyasa (2014:64-65) dalam mendidik peserta

didik agar menghasilkan karakter serta akhlak yang baik, guru

harus memiliki kemampuan dalam mengenal peserta didik di

antaranya kemampuan potensi, minat, hobi, sikap, kepribadian,

kebiasaan, catatan kesehatan, latar belakang keluarga serta

kegiatan di sekolah. Untuk memahami peserta didik tersebut

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

20

maka guru perlu melakukan di antaranya observasi terhadap

peserta didik di sekolah, meluangkan waktu untuk peserta didik

untuk pertemuan, memberikan tugas dalam bentuk kelompok,

memeriksa pekerjaan peserta didik serta memberikan kesempatan

kepada peserta didik yang mempunyai keterampilan yang

berbeda sesuai kreatifitas masing-masing.

Tercapainya pengembangan pelaksanan pendidikan

karakter di sekolah agar berjalan secara efektif, maka guru harus

mempunyai kemampuan: menguasai dan memahami pendidikan

karakter serta dapat memasukkan aspek karakter dalam

pembelajaran, memahami peserta didik secara keseluruhan mulai

dari pengetahuan, keterampilan, psikologis peserta didik, metode

pembelajaran yang kreatif dan inovatif, mampu memilih bahan

belajar yang sesuai dengan karakter, mengikuti perkembangan

peserta didik, mempersiapkan proses pendidikan karakter secara

matang, mampu memotivasi peserta didik agar mempunyai

karakter yang baik, mampu menghubungkan pengalaman yang

lalu dengan karakter yang akan dibentuk.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

21

Menurut Jalaluddin (2013:114) dalam

mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah guru harus

mempunyai cara di antaranya: Menggunakan prinsip keteladanan

dari berbagai pihak baik keluarga, guru, masyarakat, pemerintah

maupun pihak pimpinan; menggunakan prinsip pembiasaan

dalam berbagai aspek kehidupan; menggunakan prinsip

kesadaran dalam berperilaku sesuai dengan nilai-nilai karakter

yang diajarkan.

Menurut Mulyasa (2014:66) guru yang dapat melaksanakan

pendidikan karakter secara efektif dapat dilihat dari: dapat

memahami dirinya dan penuh dengan perhatian; antusias dan

bergairah dalam pendidikan karakter dalam proses pembelajaran

di sekolah; berbicara dengan jelas dan komunikatif; dapat

membedakan perbedaan tiap individu; mempunyai banyak

pengetahuan inovatif, kreatif dan memiliki banyak pemikiran

baru; menghindari perkataan kasar dan bullying; tidak

menonjolkan diri; dapat menjadi teladan untuk peserta didik.

Albertus (2015:56) menekankan bahwa keberhasilan pendidikan

karakter yang dilakukan di sekolah terletak pada guru, karena

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

22

sebagus apapun program pelaksanaan pendidikan karakter yang

dibuat tanpa adanya pengetahuan, keterampilan yang memadai

dari pelaksana, yaitu guru maka program pendidikan karakter

tidak akan berjalan dengan baik.

Dalam proses pembelajaran guru diharuskan menjalankan

peran yaitu: harus terlibat dalam proses pembelajaran yaitu

melakukan interaksi dengan peserta didik; harus menjadi teladan

dalam berperilaku dan berbicara; mendorong peserta didik untuk

dapat aktif dalam pembelajaran; harus dapat melakukan

perubahan terhadap peserta didik serta memotivasi agar terus

berkembang kearah yang lebih baik; harus mampu

mengembangkan kepekaan emosi dan sosial supaya peserta didik

menjadi lebih bertakwa serta menghargai ciptaannya; harus

menunjukkan rasa kasih sayang kepada peserta didik sehngga

guru dalam membimbing yang sulit tidak mudah putus asa, selain

itu ditekankan pula pendidikan karakter merupakan tanggung

jawab semua guru (Zubaedi, 2013:165).

Perencanaan pendidikan karakter di sekolah akan berjalan

secara efektif apabila guru dapat membuat rencana pelaksanaan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

23

pembelajaran karakter (RPP) sesuai dengan kompetensi. Menurut

Mulyasa (2014:79) agar guru dapat membuat RPP karakter yang

efektif dan tercapai dengan baik maka harus melibatkan peserta

didik dalam perencanaan RPP karakter, meliputi identifikasi

jenis-jenis karakter, menetapkan materi standart,

mengembangkan indikator hasil belajar serta melakukan

penilaian serta guru harus merencanakan karakter yang harus

dibentuk.

2.1.5 Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter di

Sekolah

Dalam implementasi penguatan pendidikan karakter di

sekolah menurut Albertus (2018:9) secara umum terdapat tiga

basis penguatan pendidikan yang dapat diterapkan dilingkungan

sekolah diantaranya melalui pendidikan karakter berbasis kelas,

kultur/budaya sekolah, dan komunitas.

Dalam penerapan nilai-nilai karakter yang telah dituangkan

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, tentunya guru

mempunyai; pendekatan strategi, metode, model, teknik, taktik

dalam menerapkan nilai-nilai karakter. Albertus (2018:165)

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

24

menekankan bahwa guru khususnya guru mata pelajaran

mempunyai peranan penting dalam membentuk karakter peserta

didik melalui mata pelajaran yang diampunya.

Maka dalam melaksanakan strategi tersebut seorang guru

perlu melakukan pengembangan tentang strategi, metode, serta

teknik karena menurut Suyadi dalam pengantar bukunya tentang

strategi pembelajaran karakter (2013) dalam proses pembelajaran

aktif yang dilaksanakan dunia barat terbukti dapat meningkatkan

prestasi barat akan tetapi strategi pembelajaran yang diterapkan di

dunia barat tidak semuanya cocok, harus dipilah-pilah sesuai

budaya, kebiasaan bangsa kita.

Model pembelajaran menurut Zubaedi (2013:185) adalah

bentuk pembelajaran yang tersurat dari awal sampai akhir yang

tersajikan secara unik oleh guru pada saat pembelajaran di kelas.

Setelah guru menemukan strategi, metode, teknik yang cocok

dalam penerapan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran inovatif,

maka menurut Suyadi (2013:184-185) dalam menerapkan

pembelajaran inovatif bermuatan karakter harus memenuhi

prosedur diantaranya: menemukan masalah yang akan menjadi

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

25

obyek yang akan diperbarui; mendiskusikan masalah serta

mencari solusi sesuai dengan sifat masalah yang dihadapi;

menganalisa masalah dalam hal ini peran guru adalah

membimbing peserta didik dalam menganalisis unsur-unsur

permasalahan kemudian mencari pemecahan masalah; tahap yang

terakhir adalah mengimplementasikann solusi yang telah

ditemukan dalam tahap ini penerapan ini harus berjalan secara

berkelanjutan.

Menurut Mulyasa (2014:49) keberasilan implementasi

pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah ditentukan oleh

beberapa kondisi berikut: partisipasi dan komitmen orang tua

serta masyarakat terhadap pendidikan karakter; program jaminan

mutu dan accountability yang dipahami dengan baik oleh seluruh

pihak dalam jajaran kemendikbud; pelaksanaan tes kompetensi

yang memungkinkan kantor dinas pendidikan provinsi, dinas

kabupaten dan kota, unit pelaksana teknis sampai sekolah

memperoleh informasi tentang kinerja sekolah; adanya

perencanaan strategik sekolah, yang memungkinkan sekolah

memahami visi, misi, dan sasaran-sasaran prioritas

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

26

pengembangan sekolah; selain itu ditekankan pula pendidikan

karakter juga perlu didukung oleh laporan kemajuan sekolah

dalam mencapai perencanaan tahunan.

2.1.6 Pengembangan Kemampuan Guru melalui Pelatihan

Dalam suatu organisasi pendidikan diperlukan

pengembangan sumber daya manusia demi tercapainya suatu

organisasi. Sumber daya manusia menurut Wukir (2013:49)

adalah sekelompok individu yang bekerja dalam lingkup

organisasi. Dalam pengelolaan sumber daya manusia bertujuan

untuk memelihara kondisi kerja seluruh individu dalam

organisasi agar dapat saling bekerja sama semenjak individu

mulai bergabung serta melaksanakan hal yang terbaik untuk

mencapai tujuan organisasi (Wukir, 2013:52).

Seorang manajer yang dalam hal ini seorang kepala sekolah

dalam mengelola sumber daya manusia harus melakukan

perencanaan, pengorganisasian, penempatan staf, pengarahan dan

pengendalian. Seleksi dan penempatan pegawai hendaknya

dilakukan dengan memilih dan menempatkan individu yang

memenuhi dengan kriteria yang telah ditetapkan, memperhatikan

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

27

pegawai yang dalam hal ini keterampilan, pengetahuan khusus

dan sikap, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi yang

sesuai dengan karakteristik tugas yang diberikan oleh pegawai,

hal ini sesuai dengan pernyataan Sedarmayanti dalam

restrukturisasi dan pemberdayaan organisasi (2014:102).

Sekolah merupakan bagian suatu organisasi yang berjuang

mencerdaskan kehidupan berbangsa dan menciptakan sumber

daya manusia yang mampu bersaing secara global serta

menciptakan individu yang berkarakter, bermoral, berakhlak yang

mulia. Dalam menciptakan sumber daya manusia maka guru

merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan tujuan

tersebut. Hal ini ditekankan oleh Kompri (2015:161) bahwa guru

merupakan key person dalam proses pelaksanaan pendidikan,

dengan begitu maka guru harus selalu mengembangkan

pengetahuan, keterampilan, sikap.

Dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam

lingkungan sekolah agar profesionalisme guru meningkat dapat

dilakukan melalui berbagai cara yaitu dengan belajar secara

mandiri sesuai kompetensi, pelatihan, seminar, pembuatan karya

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

28

ilmiah. Pernyataan ini senada dengan Rindjin (2007) bahwa

peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan secara: belajar

mandiri, seminar, program penataran, pelatihan, program

penyetaraan, penyegaran, serta program studi lanjut.

Dalam penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah

model pelatihan. Pelatihan Menurut Hardjana (2001:12) adalah

kegiatan yang diselenggarakan untuk meningkatkan kinerja

karyawan dalam suatu pekerjaan yang telah menjadi tanggung

jawab bagi setiap karyawan. Menurut Kompri (2015:176)

program pelatihan bertujuan untuk memperbaiki kemampuan

yang dimiliki dari segi keterampilan dan teknik penerapan

pekerjaan yang sedang dibutuhkan. Kemudian Zaenal (2014:429)

menekankan bahwa yang dibangun dalam berbagai jenis

pelatihan pengembangan keterampilan adalah untuk membangun

sikap baru yang selalu konsisten dalam berbagai perubahan dalam

perkembangan perusahaan, serta untuk mendapatkan hasil

ketercapaian perkembangan perusahaan dan juga “Corporate

Culture” yang ingin dicapai maka karyawan diharapkan

mempunyai semangat dalam meningkatkan diri.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

29

Simpulan penulis pelatihan adalah suatu kegiatan yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang maupun

kelompok berupa Hard Skill maupun Soft Skill yang bertujuan

untuk mencapai tujuan suatu organisasi supaya organisasi

tersebut tetap eksis dalam masyarakat. Terdapat berbagai istilah

tentang pelatihan diantaranya in-house training, in-service

training, in- service education, up-grading. Freeman (1989)

menegaskan bahwa melalui pelatihan dalam jabatan (on the job

training) terbukti secara signifikan dapat meningkatkan

produktifitas guru. Elnaga (2013) dalam penelitiannya yang

berjudul The effect of training on employee performance juga

menemukan bahwa pelatihan dapat meningkatkan kinerja

pegawai.

2.1.6.1. Jenis Pelatihan

Pengembangan karyawan dalam lembaga pendidikan

dalam hal ini guru berdasarkan atas kebutuhan sekolah. Dalam

mengembangkan karyawan dapat dilakukan dengan

melaksanakan pelatihan, Menurut Wukir (2013: 73-76) jenis-

jenis pelatihan yang dapat dilakukan dilingkungan pendidikan

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

30

diantaranya : 1). In-Services Course for Teacher (Program

Pelatihan untuk Guru); 2). Staff Seminar; 3). Induction Course

(Kursus Pelatihan Induksi); 4). On The Job Training; 5). Off The

Job Training; 6). On and Off the Job Training; 7). Vestibule

Training; 8). Refresher Course (Kursus Penyegaran); 9).

Sensivity Training (Pelatihan Kepekaan); 10). Supplementary

Training (Pelatihan Tambahan).

Menurut Kemendikbud dalam kebijakan

pengembangan profesi guru (2012: 57-58) menjelaskan bahwa

dalam meningkatkan kompetensi guru dapat dilaksanakan melalui

dua cara yaitu: 1). melalui pendidikan dan pelatihan yang

meliputi In-House Training, program magang, kemitraan sekolah,

belajar jarak jauh, pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus,

kursus singkat di LPTK atau tempat pelatihan yang lain,

pembinaan internal oleh pihak sekolah; 2). Kegiatan selain

pendidikan dan pelatihan yang meliputi diskusi masalah

pendidikan, seminar, workshop, penelitian, penulisan bahan

ajar/buku, pembuatan media pembelajaran, pembuatan karya

teknologi dan karya seni.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

31

2.1.7 In-House Training

Dalam suatu organisasi pendidikan diperlukan

pengembangan sumber daya manusia demi tercapainya suatu

organisasi. Sebagai upaya mengoptimalkan potensi yang ada,

dalam hal ini peneliti menggunakan strategi pengembangan guru

melalui In-house training. In-house training menurut

kemendikbud tentang pengembangan profesi guru (2012:57)

adalah pelatihan yang dilaksanakan secara internal di kelompok

kerja guru atau dapat dilaksanakan melalui musyawarah guru

mata pelajaran, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk

menyelenggarakan pelatihan.

Sedangkan menurut Danim (2012) In-house training adalah

pelatihan yang dilaksanakan secara internal oleh kelompok kerja

guru, sekolah yang ditetapkan sebagai penyelenggaraan pelatihan

yang dilakukan berdasar pada pemikiran bahwa sebagian

kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karier guru

tidak harus dilakukan secara eksternal, namun dapat dilakukan

secara internal oleh guru sebagai trainer yang memiliki

kompetensi yang belum dimiliki oleh guru lain dengan ketentuan

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

32

peserta dalam in house training minimal 4 orang dan maksimal

15 orang. Tujuan In-House Training yaitu untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia dalam sebuah lembaga tertentu,

dalam rangka untuk mencapai visi yang telah disepakati bersama.

Beberapa sasaran pelatihan (In-House Training) menurut Sueta

(2010) antara lain:

a Menciptakan hubungan antar pribadi dengan lembaga.

b Mempererat rasa kebersamaan.

c Meningkatkan motivasi baik untuk diri pribadi maupun

narasumber dalam membiasakan pembelajaran yang

berkelanjutan.

d Menyelidiki berbagai permasalahan yang dihadapi

dilapangan yang berkaitan dengan peningkatan

efektifitas dalam memecahkan masalah serta

mendapatkan solusi bersama.

2.1.8 Tindakan sekolah dalam bentuk pelatihan In-House

Training dalam upaya meningkatkan kemampuan guru

Melihat latar belakang penelitian yang telah terpaparkan

dalam Bab I, telah terjadi kesenjangan dalam sekolah yaitu

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

33

meliputi kebutuhan jumlah guru bimbingan konseling yang

belum memenuhi standart minimum sehingga pelayanan terhadap

peserta didik kurang, kemampuan guru dalam melaksanakan

penguatan pendidikan karakter kurang. Dengan demikian maka

perlu dilakukan sebuah tindakan. Apabila menghubungkan

kegiatan pelatihan dalam meningkatkan sumber daya manusia

yang dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan di sekolah maka

ini dapat disebut dengan penelitian tindakan sekolah.

Menurut Sugiyono (2013 : 687) penelitian tindakan adalah

cara ilmiah yang sistematis dan bersifat siklus / daur ulang yang

berfungsi untuk memperbaiki masalah dalam situasi sosial,

dengan cara mengkaji situasi sosial, memahami permasalahan,

serta menemukan pengetahuan yang berupa tindakan.

Bargal (2008) menjelaskan bahwa dalam penelitian

tindakan harus menetapkan beberapa prinsip diantaranya: 1).

Penelitian tindakan harus menggabungkan antara ilmu teori dan

praktik atau tindakan yang disusun secara sistematis, yang

mengkaji tentang masalah sosial yang harus segera dipecahkan;

2). Penelitian tindakan harus menjadi satu kesatuan melalui

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

34

proses spiral (rotasi) untuk mencapai tujuan yang diinginkan, hal

ini meliputi tujuan tindakan, penilaian untuk melihat hasil yang

telah telah dilakukan selama proses berlangsung; 3). Penelitian

tindakan harus menghasilkan umpan balik kepada seluruh pihak

yang terlibat; 4). Penelitian tindakan harus terjadi kerjasama sama

secara terus menerus antara peneliti dan praktisi; 5). Penelitian

tindakan harus berpatokan pada dinamika kelompok dan

penelitian harus bersandar pada tahap perubahan.; 6). Penelitian

tindakan mempertimbangkan masalah nilai, tujuan, seberapa

besar kebutuhan peserta yang terlibat; 7). Penelitian tindakan

berfungsi untuk menciptakan pengetahuan, untuk merumuskan

prinsip-prinsip intervensi, dan mengembangkan instrumen untuk

seleksi, dan pelatihan; 8).Dalam kerangka kerja penelitian

tindakan, ada penekanan pada perekrutan, pelatihan, dan

dukungan agen perubahan.

2.1.8.1 Langkah – Langkah pengembangan guru melalui In-

House Training

Munurut Marwansyah (2012:170) dalam pelaksanaan In-

House Training terdapat langkah-langkah sebagai berikut:

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

35

a Tahap Perencanaan meliputi: Menentukan sasaran

pelatihan, menentukan tujuan pelatihan, menentukan

waktu dan tempat pelatihan, menentukan materi

pelatihan, menentukan pendekatan dan metodologi

pelatihan, menentukan peserta pelaqtihan dan trainer,

menentukan kebutuhan serta fasilitas yang diperlukan

untuk pelatihan, menentukan evaluasi pelatihan,

menentukan sumber pembiayaan yang dibutuhkan.

b Tahap Pelaksanaan meliputi pelaksanaan pelatihan,

pengumpulan data melakukan pengamtan selama

pelatihan.

c Tahap evaluasi pelatihan meliputi evaluasi penilaian

terhadap kegiatan peltihan yang telah dilaksanakan.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian yang peneliti akan laksanakan terdapat

beberapa penelitian yang mendukung penelitian yang

berhubungan dengan karakter, pendidikan karakter,

pemberdayaan melalui In-House Training. Berikut hasil

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

36

penelitian relevan yang dilakukan oleh beberapa peneliti dan

secara rinci terlampir pada tabel.2.1 penelitian Relevan.

2.2.1. Penelitian yang dilakukan oleh Ramdhani (2017)

menemukan bahwa lingkungan pendidikan memberikan

pengaruh besar dalam pendidikan karakter, oleh karena

itu maka dalam proses penguatan pendidikan karakter

diperlukan lingkungan yang baik.

2.2.2. Penelitian yang dilakukan oleh Asofani (2016) tentang

“Pelaksanaan Pendidikan Karakter oleh Guru dalam

Pembelajaran Praktik Kejuruan Teknik Kendaraan

Ringan”, menemukan bahwa nilai-nilai karakter yang

diintegrasikan pada kegiatan pembelajaran oleh 66,67%

responden belum direncanakan ke dalam silabus dan

RPP. kendala-kendala yang dihadapi oleh guru adalah

kurangnya pedoman nilai-nilai karakter.

2.2.3. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2015) tentang

“Manajemen Sekolah Berbasis Karakter”, menemukan

strategi implementasi manajemen sekolah berbasis

karakter mencakup strategi aspek, efisiensi input,

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

37

efektifitas proses, produktifitas output, relevansi

outcome;; hambatan terbesar adalah lemahnya komitmen

dan potensi karakter pada personal; komponen penting

pada rumusan kebijakan.

2.2.4. Penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2016) tentang

“Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan oleh

Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Prestasi Akademik

Siswa SMA”, menemukan bahwa pemberdayaan

pendidik dan kependidikan sudah cukup baik dan upaya

yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah mengikuti

program yang telah dilaksanakan oleh sekolah yaitu In-

House Training.

2.2.5. Penelitian yang dilakukan oleh Meilya (2015) yang

berjudul “Evaluasi Program Pelatihan In-House Training

Pembelajaran Paket C di Sanggar Kegiatan Belajar Jawa

Tengah”, menemukan bahwa kepuasan peserta terhadap

penyelenggaraan pelatihan menggunakan Penilaian

beracuan patokan (PAP) dan penilaian beracuan Norma

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

38

(PAN) masuk kategori puas serta mengalami

peningkatan.

2.2.6. Penelitian yang dilakukan Sujoko (2012) yang berjudul

Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui

In-House Training yang dilakukan di SMPK BPK

Penabur Cimahi, menemukan bahwa secara signifikan

IHT dapat meningkatkan kemampuan guru dalam

mengimplementasikan rencana pelaksanaan

pembelajaran bermuatan karakter.

2.2.7. Penelitian yang dilakukan Sueta (2010) Peningkatan

Kemampuan Guru Dalam Menyusun Kelengkapan

Mengajar Melalui In House Training pada SMK Bhakti

Mulya Sampit menemukan Keefektifan IHT dalam

pembuatan rencana perangkat pembelajaran.

2.2.8. Penelitian yang dilakukan oleh Sanders Wiliam L,

S.Paul Wringht, and Sandra P.Hom (1997) berjudul

“Teacher and classroom context effects on student”

hasilnya menunjukkan bahwa pengaruh guru adalah

faktor yang dominan yang mempengaruhi perolehan

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

39

akademik siswa dan variabel konteks kelas

heterogenetas antara siswa dan ukuran kelas memiliki

pengaruh yang relativ sedikit.

2.2.9. Penelitian yang dilakukan oleh Wing Sze MAK (2014)

“Evaluation of a Moral and Character Education Group

for Primary School”, menemukan bahwa efektivitas

pendidikan karakter dan moral dapat dilihat dari diri

seluruh peserta didik diantaranya mengalami

peningkatan dalam pemahaman tentang pentingnya rasa

saling menghargai, rasa hormat, kebaikan, serta timbul

kesadaran diri untuk melatih dan dapat menerapkan

dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya

menggunakan metode yang berbeda-beda sehingga hasil yang

diperoleh antara tiap variabel tidak sama, namun tidak dipungkiri

bahwa peran lingkungan sekolah, integrasi pada kegiatan

pembelajaran, desain disesuaikan dengan kondisisi sekolah,

target, strategi, evaluasi, dan lingkungan keluarga merupakan

faktor penting dalam mencapai pendidikan karakter di sekolah,

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

40

sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang

menekankan pada kemampuan guru dalam melaksanakan

pendidikan karakter di sekolah. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu kemampuan guru dalam melaksanakan

pendidikan karakter (Y) dan In-House Training (X).

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

41

2.3. Kerangka Pikir

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir Penelitian Tindakan

Kemampuan guru dalam penguatan

pendidikan karakter dapat meningkat

Kemampuan guru:

1. Guru belum memahami

tentang penguatan pendidikan karakter

yang perlu

dilaksanakan disekolah

yang meliputi PPK

berbasis kelas, sekolah,

masyarakat 2. Sosialisasi tentang

pendidikan karakter

sering dilaksanakan

akan tetapi belum ada

juknis khusus untuk

guru 3. Hanya 12 guru dari

jumlah 66 guru yang

benar-benar dapat

melaksanakan

penguatan pendidikan karakter dan

keseluruhan guru yang

dapat melaksanakan

merupakan guru senior

yang telah mengajar

lebih dari 10 tahun

4. Proses belajar

mengajar dikelas

guru hanya mengajar kemampuan kognitif

belum mengarah ke

nilai-nilai karakter

peserta didik

Pelatihan IHT untuk peningkatan

kemampuan guru

Langkah-langkah pelaksanaan In

House Training :

Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi dan Evaluasi

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

42

Pentingnya pendidikan karakter dalam proses pembelajaran

di lingkungan sekolah dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa, akan tetapi terdapat kendala bahwa guru-guru belum

memiliki kemampuan dalam melaksanakan pendidikan karakter.

Untuk menindaklanjuti permasalahan yang dihadapi oleh guru

maka pihak sekolah melaksanakan pelatihan In-House Training.

Setelah In-House Training dilaksanakan diharapkan kemampuan

guru dalam membentuk karakter peserta didik dapat meningkat.

2.4. Hipotesis Tindakan

Sekolah sebagai lembaga pendidikan sudah seharusnya

harus menerapkan pendidikan karatakter yang ditanamkan kepada

seluruh anggota lingkungan sekolah. Sekolah dalam hal ini harus

menerapkan strategi, metode agar pendidikan karakter yang

diterapkan dapat berhasil serta berjalan secara efektif. Guru

sebagai salah satu ujung tombak keberhasilan penguatan

pendidikan karakter harus melakukan pembaharuan dalam proses

mengajar diantaranya tujuan belajar yang lebih praktis, berdasar

pada siswa dalam memperoleh pengalaman, kreatifitas guru

dalam penyederhanaan materi pelajaran, metode belajar yang

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru

43

menarik dan menyenangkan. Untuk mencapai tujuan tersebut

maka diperlukan suatu tindakan yaitu melalui In-House training,

IHT akan meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan

penguatan pendidikan karakter di sekolah.