37
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dan pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sugihartono, dkk., 2007) Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal (Sugihartono, dkk., 2007). Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah diterapkan sebelumnya (Trianto, 2010). Dari penjelasan tentang pembelajaran di atas, maka pembelajaran bukan hanya penguasaan materi yang diajarkan saja, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai pembentukan tingkah laku siswa, karena tingkah laku siswa dapat membentuk pola prilaku siswa itu sendiri. Untuk itu cara pencapain tujuan pembelajaran guru tidak hanya menggunakan metode ceramah, tetapi menggunakan berbagai metode, seperti kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran yang bermakna dalam konteks standar proses pendidikan menurut Sanjaya (2010) sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPA

Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih

terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dan

pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses

pembelajaran ada peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif yang

sengaja diciptakan. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai

hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya (Sugihartono, dkk., 2007)

Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja

oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan

menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa

dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil

optimal (Sugihartono, dkk., 2007). Pembelajaran merupakan interaksi dua

arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi

komunikasi yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah

diterapkan sebelumnya (Trianto, 2010).

Dari penjelasan tentang pembelajaran di atas, maka pembelajaran bukan

hanya penguasaan materi yang diajarkan saja, akan tetapi proses untuk

mengubah tingkah laku tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran

tersebut. Oleh karena itu, penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari

proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai pembentukan tingkah laku

siswa, karena tingkah laku siswa dapat membentuk pola prilaku siswa itu

sendiri. Untuk itu cara pencapain tujuan pembelajaran guru tidak hanya

menggunakan metode ceramah, tetapi menggunakan berbagai metode, seperti

kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya.

Ciri-ciri pembelajaran yang bermakna dalam konteks standar proses

pendidikan menurut Sanjaya (2010) sebagai berikut:

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

12

a. Pembelajaran adalah proses berpikir Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan

menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan pada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri (self regulated).

b. Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi otak Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan

otak secara maksimal. Menurut beberapa ahli, otak manusia terdiri dari dua bagian yaitu otak kanan dan otak kiri. Masing-masing belahan otak mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu.

Proses berpikir otak kiri bersifat logis, skuensial, linier, dan rasional. Sisi ini sangat teratur, walaupun berdasarkan realitas, mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik serta simbiolis.

Cara kerja otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistic. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan, kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas, dan visualisasi.

c. Pembelajaran berlangsung sepanjang hayat Belajar adalah proses yang terus menerus, yang tidak

pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang hidupnya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang ingin dicapainya. Prinsip belajar sepanjang hayat sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO (1996) yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.

Learning to know mengandung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil, akan tetapi juga harus berorentasi kepada produk atau hasil belajar. Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar berbuat untuk tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan global. Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar membentuk manusia yang menjadi diri sendiri. Learning to live together belajar untuk kerja sama, dimana manusia baik secara individual maupun secara kelompok tidak mungkin bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompok.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

13

Dalam proses pembelajaran siswa memperoleh pengetahuan itu tidak

datang dari luar, akan tetapi siswa memperoleh pengetahuan dari diri sendiri

dalam struktur kognitif yang dimilikinya. Jadi pengetahuan itu bukan dari

guru kesiswa, akan tetapi siswa sendiri yang akan membangun

pengetahuannya. Dalam pembelajaran guru harus mendesain model

pembelajaran yang memanfaatkan potensi otak, dengan memanfaatkan

potensi otak maka kemampuan-kemampuan yang berhubungan dengan fungsi

otak harus dilibatkan. Seperti melalui pengembangan berbahasa, memecahkan

masalah dan membangun kreasi siswa. Pembelajaran berlangsung sepanjang

hayat, belajar sepanjang hayat dapat dibentuk sejak SD. Oleh karena itu,

sekolah harus berperan sebagai wahana untuk memberikan latihan bagaimana

cara belajar siswa akan memecahkan setiap rintangan yang dihadapi sampai

akhir hayatnya.

Dengan demikian pembelajaran adalah ilmu pengetahuan yang dapat

merubah tingkah laku yang dilakukan oleh peserta didik bukan dibuat untuk

peserta didik yang mana saling berhubungan antara diri sendiri dan

lingkungannya. Guru perlu memberdayakan semua potensi peserta didik

untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkan

untuk mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap

individu mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan

masyarakat belajar. Adapun tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi

dan efektifitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh peserta didik

sepanjang hayat baik untuk dirinya sendiri atau bersama-sama dengan

kelompok.

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) pada awalnya adalah berasal dari kata

scientia yang berarti saya tahu, sehingga kalau belajar IPA harus menjadikan

tahu IPA. Tahu artinya kompeten dengan keilmuwan IPA beserta

sampingannya yaitu nilai-nilai dan sikap ke-IPA-an (Supriyadi, 2007).

Belajar sains tidak sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep,

prinsip, hukum dalam wujud pengetahuan deklaratif, akan tetapi belajar sains

juga belajar tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains dan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

14

teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan

bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Pada hakekatnya sains

terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Menurut

(Suprijono, 2010) Pembelajaran IPA di sekolah di harapkan memberi

berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan

berbagai penelusuran ilmiah yang relevan.

Menurut Trianto (2010), proses pembelajaran IPA lebih ditekankan

pada pendekatan keterampilan proses sehingga siswa dapat menemukan

fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu

sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses

pendidikan maupun produk pendidikan. Menurut Sumaji (2009) ada tujuh

fungsi mata pelajaran IPA yaitu:

1. Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi maupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep IPA.

3. Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

4. Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahannya, sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan penciptanya.

5. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa. 6. Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru

dalam bidang IPTEK. 7. Memupuk serta mengembangkan minat siswa terhadap IPA.

Pembelajaran IPA adalah peserta didik belajar tentang IPA bukan

hanya karena pengetahuannya saja, melainkan peserta didik dapat

menemukan sendiri tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains dan

teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan

bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah, keterampilan proses

siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori

dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif

terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

15

Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA guru dapat mendesain model

pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menemukan sendiri tentang apa

yang mereka pelajari dengan pembuktian dan menemukan fakta-fakta yang

nantinya dapat membangun konsep dan sikap ilmiah siswa itu sendiri. Dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah peserta didik belajar bukan

hanya melihat dan mengetahuinya saja, melainkan peserta didik dapat

mengalami, mengamati dan menerapkan secara langsung yang kemudian

menemukan gagasan baru yang dapat dikembangkan.

Materi sifat-sifat cahaya terdapat didalam pelajaran IPA kelas V pada

semester genap, dengan standar kompetensi 3. Kemampuan menyelidiki

kaitan antara gaya, gerak dan energi, memahami fungsi pesawat sederhana

dan mengenal sifat-sifat cahaya serta penerapan melalui kegiatan merancang

membuat suatu karya model. Kompetensi dasar 3.1 mendeskripsikan sifat-

sifat cahaya. Pokok bahasan pada penelitian ini adalah sifat-sifat cahaya.

Cahaya berasal dari sumber cahaya. Semua benda yang dapat

memancarkan cahaya disebut sumber cahaya. Contoh sumber cahaya adalah

matahari, lampu, senter, dan bintang. Cahaya memiliki sifat merambat

menurut garis lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dan dapat

dibiaskan (Sulistyanto, 2008). Pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-

hari seperti dasar kolam yang airnya jernih terlihat lebih dangkal dari

sebenarnya dan juga saat cahaya laser disorotkan pada kaca. Peristiwa ini

merupakan salah satu bentuk pembiasan cahaya yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari. Berkas sinar yang mengenai permukaan sebuah benda akan

mengalami pemantulan. Ketika satu berkas cahaya sempit menimpa

permukaan yang rata maka dapat didefinisikan sudut datang, sebagai sudut

yang dibuat berkas sinar datang dengan garis normal terhadap permukaan

(normal berarti tegak lurus) dan sudut pantul, sebagai sudut yang dibuat

berkas sinar pantul dengan normal (Giancoli, 1999). Pada permukaan-

permukaan yang rata, berkas sinar datang dan pantul berada pada bidang yang

sama dengan garis normal permukaan dan menunjukkan bahwa sudut datang

sama dengan sudut pantul. Hal ini disebut dengan hukum pantulan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

16

Normal terhadap permukaan

Gambar 2.1. Pemantulan Cahaya

Pada permukaan benda yang rata seperti cermin datar, cahaya

dipantulkan membentuk suatu pola yang teratur. Sinar-sinar sejajar yang

datang pada permukaan cermin dipantulkan sebagai sinar-sinar sejajar pula.

Akibatnya cermin dapat membentuk bayangan benda. Pemantulan semacam

ini disebut pemantulan teratur atau pemantulan biasa. Berbeda dengan benda

yang memiliki permukaan rata, pada saat cahaya mengenai suatu permukaan

yang tidak rata, maka sinar-sinar sejajar yang datang pada permukaan tersebut

dipantulkan tidak sebagai sinar-sinar sejajar. Pemantulan seperti ini disebut

pemantulan baur.

Pembiasan terjadi bila cahaya dalam perambatannya mengalami

perubahan kecepatan. Hal ini terjadi jika zat perantara (medium) perambatan

cahaya mengalami perubahan. Misalnya sinar datang dari udara dan masuk ke

dalam air atau sebliknya (Darmojdo, 1993). Udara memiliki kerapatan yang

lebih kecil daripada air. Bila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke

zat yang lebih rapat maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal.

Akan tetapi apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang

kurang rapat maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Garis

normal merupakan garis yang tegak lurus pada bidang batas kedua

permukaan (Sulistyanto, 2008).

Sudut pantul Sudut datang Berkas cahaya pantul

Berkas cahaya datang

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

17

Gambar 2.2 Pembiasan Cahaya

Menurut (Darmodjo, 1993) jika cahaya datang dari kaca ke udara, medium sinar datang lebih rapat dari medium sinar bias, sinar dibiaskan menjauhi garis normal. Sebaliknya, jika cahaya datang dari medium yang kurang rapat masuk ke medium sinar bias yang lebih rapat, sinar dibiaskan mendekati garis normal. Pembiasan pada lensa, lensa adalah benda tembus cahaya yang mempunyai permukaan-permukaan lengkung, biasanya terbuat dari kaca atau plastik. Permukaannya dapat berbentuk bola atau dapat pula berbentuk silinder. 1. Lensa cembung disebut juga lensa positif. Lensa ini bersifat

mengumpulkan cahaya (konvergen). 2. Lensa cekung disebut juga lensa negatif. Lensa ini bersifat

menyebarkankan cahaya (divergen). Menurut (Darmodjo, 1993) untuk dapat melukiskan pembentukan

bayangan pada lensa cekung maupun cembung biasa digunakan berkas sinar-

sinar berikut:

1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan melalui titik api kedua (F2)

2. Sinar datang melalui titik api pertama (F1

3. Sinar yang datang melalui pusat optik lensa (O) tidak dibiaskan.

) akan dibiaskan sejajar sumbu utama.

Dari uraian di atas bahwa cahaya berasal dari sumber cahaya. Semua

benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya. Adapun sifat-

sifat cahaya antara lain: 1) Merambat lurus; 2) Menembus benda bening; 3)

Dapat dipantulkan; 4) Dapat dibiaskan. Saat cahaya senter disorotkan kepada

benda maka benda tersebut ada yang memantulkan cahaya adapula benda

yang membentuk bayangan, dalam kehidupan sehari-hari cahaya sangat

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

18

dibutuhkan terutama cahaya matahari. Oleh karena itu, untuk mempermudah

pembelajaran guru menggunakan KIT (Komponen Instrumen Terpadu)

cahaya. Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan cahaya merupakan

pancaran dari suatu benda yang merambat melalui udara dan air, adapun sifat-

sifat cahaya antara lain: 1) merambat menurut garis lurus; 2) menembus

benda bening; 3) dapat dipantulkan; 4) dapat dibiaskan; 5) merupakan salah

satu bentuk energi.

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif

a. Definisi Pembelajaran Kooperatif

Secara sederhana kata kooperatif berarti mengerjakan sesuatu secara

bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu

kelompok atau satu tim (Isjoni, 2010). Pembelajaran kooperatif merupakan

strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang

tingkat kemauannya berbeda. Menurut Slavin (Isjoni, 2010) mengemukakan,

In cooperative learning methods, students work together in four member

teams to master material initially presented by the teacher. Dari uraian

tersebut dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu

pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang

siswa lebih bergairah dalam belajar.

Model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis

yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswanya belajar

setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai

pemecahan masalah yang kompleks (Nur, 2005). Jonhson & Johnson (Isjoni,

2010) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan

siswa di dalam kelas kedalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja

sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu

sama lain dalam kelompok tersebut. Menurut Lie (Isjoni, 2010)

mengungkapkan, pembelajaran kooperatif atau memberi landasan teori

bagaimana siswa dapat sukses belajar bersama orang lain.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

19

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakna sistem pengelompokan atau tim kecil, dalam pengelompokan

siswa bisa ditetapkan berdasarkan minat dan bakat siswa, didasarkan pada

latar belakang kemampuan, dan dapat ditinjau dari campuran minat dan

bakat maupun ditinjau dari latar belakang kemampuan. Sehingga setiap

individu akan memiliki kontribusi yang sama demi keberhasilan kelompok

dan diperlukan kerjasama antar anggota kelompok.

Dari pengertian tentang pembelajaran kooperatif yang merujuk pada

kerjasama memecahkan masalah yang dihadapi dan membangkitkan

semangat siswa dalam pembelajaran serta meningkatkan sikap tolong

menolong dalam prilaku sosial. Maka dari itu, dapat disimpulkan pengertian

tentang pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan

siswa secara aktif dalam kelompok kecil dengan saling bertukar pendapat,

memberi tanya jawab serta bekerjasama dengan kemampuan yang maksimal.

b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif Thompson, et al (Isjoni, 2010) mengemukakan, pembelajaran kooperatif

turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Pembelajaran

kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling

membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6

orang dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah

terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini

bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman

yang berbeda latar belakangnya.

Tujuh unsur dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren (Isjoni

2010) sebagai berikut:

1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama.

2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab, terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

20

4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok.

5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama selama belajar.

7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Agar didalam pembelajaran kooperatif dapat terlaksana dengan baik

oleh karena itu siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang

saling membantu satu sama lain. Didalam kelompok tersebut terdiri dari empat

sampai enam siswa secara heterogen ditinjau dari kemampuan akademik siswa,

jenis kelamin dan suku. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka

memperoleh ketrampilan bekerjasama selama belajar kemudian siswa akan

diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani

dalam kelompok kooperatif.

Dari beberapa pengertian unsur-unsur kooperatif dapat disimpulkan

bahwa Pembelajaran kooperatif yang diajarkan adalah keterampilan-

keterampilan khusus agar dapat bekerjasama dengan baik di dalam

kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar

kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai

ketuntasan.

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Eggen dan Kauchak (Trianto, 2010) mengemukaknan

pembelajaran kelompok merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran

yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan

bersama. Jadi tujuan pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik siswa.

2. Mengembangkan toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

21

3. Mengajarkan keterampilan kerjasama dan kolaborasi pada siswa.

Menurut Rusman (2011) model pembelajaran kooperatif dikembangkan

untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar

akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan

keterampilan sosial. Olsen dan kagan dalam Isjoni (2010) mengatakan bahwa

ada tiga ketentuan yang berhubungan dalam kooperatif, yaitu:

1. Memberi pengayaan struktur interaksi antar siswa. 2. Berhubungan dengan ruang lingkup pokok pembelajaran dan

kebutuhan pengembangan bahasa dan kerangka organisasi. 3. Meningkatkan kerangka-kerangka bagi individu untuk

menyebutkan saran-saran.

Dari beberapa uraian diatas bahwa tujuan pembelajaran kooperatif

merupakan model pembelajaran yang didalamnya saling kerjasama dan

kolaborasi, dalam kelompok terdiri dari perbedaan ras, budaya, kelas sosial,

atau kemampuannya. Adapun hasil yang dicapai dalam pembelajaran

kooperatif seperti belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu,

dan pengembangan keterampilan sosial. Berdasarkan definisi tentang tujuan

pembelajaran kooperatif dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

dapat meningkatkan prestasi akademis, kerjasama kelompok, meningkatkan

kemampuan individu dalam menyebutkan saran-saran dan saling menghargai

satu sama lain, dan dapat bekerjasama serta berkolaborasi.

d. Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim (2000) secara singkat langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif sebagai berikut ini.

Tabel 2.1

Fase-fase Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

22

Fase Tingkah Laku Guru Fase 2 Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3 Mengorganisasikan siswa Ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Menurut Arends (2008) ada enam fase atau langkah utama yang terlibat

dalam pelajaran yang menggunakan model cooperative learning, yaitu:

Fase 1: Mengklarifikasi tujuan dan membangkitkan motifasi belajar. Fase 2: Mempresentasikan informasi. Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Fase 4: Membentu kerja tim dalam belajar. Fase 5: Mengujikan berbagai materi. Fase 6: Memberi pengakuan.

Dari langkah-langkah pembelajaran kooperatif di atas semuanya

merujuk kepada keaktifan siswa yang mana didalam pembelajaran guru harus

bisa memotivasi siswa, mendemonstrasikan pembelajaran, bagaimana cara

membuat kelompok belajar dan bagaimana langkah pembelajarannya, guru

juga membimbing kelompok belajar, mengujikan berbagai materi diantaranya

mengevaluasi hasil belajar, masing-masing kelompok mempresentasikan

hasil kerja kelompoknya, dan guru memberi penghargaan kepada siswa

tentang prestasinya minimal dengan tepuk tangan. Langkah ini berbeda

dengan mengunakan kerja kelompok biasa yang hanya dibagi dengan

kelompok, mengerjakan dengan kelompok masing-masing dan diberikan

evaluasi.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

23

Bersadarkan uraian tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif

dapat ditarik kesimpulan bahwa pelajaran dimulai dengan guru

menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini

diikuti dengan penyajian informasi. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke

dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa

bekerjasama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir

meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang

telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha

kelompok maupun individu.

Penerapan langkah-lagkah kooperatif dalam Proses Belajar Mengajar

(PBM) sebagai berikut:

(a) Tahap pertama

1. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran didalam kelas.

2. Memotivasi siswa belajar dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan

materi yang akan dipelajari.

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam

pembelajaran.

4. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian sesuai

silabus.

(b) Tahap kedua

1. Melibatkan siswa mencari informasi yang luas tentang materi yang

akan dipelajari dari berbagai sumber baik lingkungan maupun guru

itu sendiri.

2. Menyajikan informasi dengan menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

3. Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

4. Memfasilitasi siswa melakukan percobaan dengan menggunakan

alat peraga, percobaan di laboratorium atau lapangan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

24

(c) Tahap ketiga

1. Membiasakan siswa membaca dan menulis yang beragam melalui

tugas-tugas tertentu dilapangan.

2. Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain

untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertilis.

3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar,

dengan menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien.

(d) Tahap keempat

1. Membimbing kelompok bekerja dan belajar, dengan membimbing

kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

mereka.

2. Memfasilitasi siswa untuk membuat laporan eksplorasi yang

dilakukan baik secara lisan maupun secara tertulis, secara individu

maupun kelompok.

3. Memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja kelompok.

(e) Tahap kelima

1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk

lisan, tulisan, terhadap keberhasilan siswa.

2. Memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh

pengalaman belajar yang telah dilakukan dalam kelompok.

3. Setiap kelompok bersama dengan guru merangkum hasil dari

pembelajaran.

4. Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

(f) Tahap keenam

1. Memberi penghargaan dengan mencari cara-cara untuk menghargai

baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

25

2. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remidi, memberikan tugas individu maupun kelompok sesuai

dengan hasil belajar siswa.

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

e. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Lie (2008) mengemukakan ada lima unsur dasar dalam pembelajaran

kooperatif yaitu:

1. Saling ketergantungan positif (positive interdependence) Siswa harus merasa senang bahwa mereka saling tergantung

positif dan saling terikat sesama anggota kelompok. Mereka merasa tidak akan sukses bila siswa lain juga tidak sukses, dengan demikian materi tugas haruslah mencerminkan aspek saling ketergantungan, seperti tujuan belajar, sumber belajar, peran kelompok dan penghargaan.

2. Tatap Muka (face to face interaction) Belajar kooperatif membutuhkan siswa untuk bertatap muka

satu dengan yang lainnya dan berinteraksi secara langsung. Siswa harus saling berhadapan dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar dan memberikan sumbangan pikiran dalam pemecahan masalah, siswa juga harus mengembangkan keterampilan komunikasi secara efektif.

3. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari

materi dan bertanggung jawab terhadap hasil belajar kelompok. Hal inilah yang menuntut tanggung jawab perseorangan untuk melaksanakan tugas dengan baik.

4. Komunikasi antar anggota Keterampilan sosial sangat penting dalam belajar kooperatif

dan harus diajarkan pada siswa. Siswa harus dimotivasi untuk menggunakan keteram-pilan berinteraksi dalam kelompok yang benar sebagai bagian dari proses belajar. Keterampilan sosial yang perlu dan sengaja diajarkan seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi.

5. Evaluasi proses kelompok (group processing) Pengajar perlu menjadwalkan waktu kusus bagi kelompok

untuk meng evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok,

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

26

tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif.

Menurut Rusman (2011) pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.

Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan

model pembelajaran lain, model pembelajaran ini kelompok di bentuk dari

siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Kelompok bila mungkin

dibagi secara heterogen, penghargaan lebih berorentasi pada kelompok

daripada individu. Dimana dalam kelompok kecil tersebut antar anggota

kelompok saling ketergantungan positif, tatap muka, tanggung jawab

perseorangan, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok. Oleh

karena itu, guru dalam merancang rencana pembelajaran dengan model

kooperatif harus memahami ciri-ciri yang membedakan kooperatif dengan

yang lainnya.

Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat disimpulkan saling

bertatap muka, berkomunikasi antar anggota kelompok, evaluasi kelompok.

Dari kesimpulan tersebut peneliti akan membuat ciri-ciri pembelajaran

kooperatif yaitu pembelajaran berkelompok yang mana didalamnya terdapat

kemampuan akademis yang berbeda, saling berkomunikasi antar anggota,

anggota diambil secara heterogen dan setiap evaluasi kelompok diberikan

penghargaan.

f. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Jarolelimek & Parker (Isjoni, 2010) mengungkapkan tentang kelebihan

dan kelemahan pembelajaran kooperatif. Kelebihan dari pembelajaran

kooperatif antra lain: a) saling ketergantungan positif; b) adanya pengakuan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

27

dalam merespon perbedaan individu; c) siswa dilibatkan dalam perencanaan

dan pengelolaan kelas; d) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan; e)

terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan

gurunya; dan f) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan

pengalaman emosi yang menyenangkan.

Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu

faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam

yaitu sebagai berikut: 1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara

matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan

waktu; 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan

dukungan fasilitas,alat dan biaya yang cukup memadai; 3) selama kegiatan

diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang

sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan; dan 4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh

seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Berdasarkan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, sebelum

pembelajaran berlangsung sebaiknya guru mempersiapkan pembelajaran

secara matang seperti alat peraga atau yang lainnya, agar pada saat proses

belajar mengajar berlangsung tidak ada hambatan. Pada waktu pembelajaran

kooperatif berlangsung guru sebaiknya membatasi masalah yang dibahas,

agar waktu yang telah ditentukan tidak melebihi batas. Ketika pembelajaran

kooperatif berlangsung guru harus berusaha menanamkan dan membina sikap

berdemokrasi diantara para siswa. Maksudnya suasana kelas harus

diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan kepribadian

siswa yang demokratis dan dapat diharapkan suasana yang terbuka dengan

kebiasaan-kebiasaan kerjasama, terutama dalam memecahkan kesulitan-

kesulitan.

Seorang siswa harus dapat menerima pendapat siswa lainnya, seperti

siswa satu mengemukakan pendapatnya lalu siswa yang lainnya

mendengarkan dimana letak kesalahan, kekurangan atau kelebihan, kalau ada

kekurangannya maka perlu ditambah. Penambahan ini harus disetujui oleh

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

28

semua anggota dan harus saling menghormati pendapat orang lain.

Pembelajaran kooperatif dapat membuat kemajuan besar para siswa kearah

pengembangan sikap, nilai, dan tingkah laku yang memungkinkan mereka

dapat berpartisipasi dalam komunitas mereka dengan cara-cara yang sesuai

dengan tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai karena tujuan utama

pembelajaran kooperatif adalah untuk memperoleh pengetahuan dari sesama

temannya.

Pengetahuan itu tidak lagi diperoleh dari gurunya. Seorang teman

haruslah memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk

mengemukakan pendapatnya dengan cara menghargai pendapat orang lain,

saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan sama lainnya. Melalui

teknik saling menghargai pendapat orang lain dan saling membetulkan

kesalahan secara bersama mencari jawaban yang tepat dan baik, dengan cara

mencari sumber-sumber informasi dari mana saja seperti buku paket, buku-

buku yang ada di perpustakaan, dan buku-buku penunjang lainnya, dijadikan

pembantu dalam mencari jawaban yang baik dan benar serta memperoleh

pengetahuan tentang pemahaman terhadap materi pelajaran yang diajarkan

semakain luas dan semakin baik.

2.1.3 Metode Two Stay Two Stray (TSTS)

a. Pengertian TSTS

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan

rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang sudah

disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2010). Salah satu metode dalam

model pembelajaran kooperatif adalah Two Stay Two Stray dalam bahasa

Indonesia yang berarti dua tinggal dua tamu. Two Stay Two Stray yang

selanjutnya disingkat TSTS dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).

Struktur TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi

kepada kelompok lain (Lie, 2008). Teknik ini biasa digunakan dalam semua

mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik, hal ini dilakukan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

29

karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-

kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat

pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah,

kehidupan dan kerja manusia saling tergantung satu sama lainnya.

Menurut Lin. E. (2006) kelompok pembelajaran kooperatif tipe TSTS

yang terdiri dari 4 orang diberi nomor 1, 2, 3 dan 4 dan masing-masing

memiliki peran sebagai berikut:

1.) Nomor 1 sebagai pemimpin/manajer yang mengatur kelompok dan memastikan anggota menyelesaikan perannya dan bekerja secara kooperatif tepat pada waktunya.

2.) Nomor 2 sebagai pencatat yang mencatat jawaban kelompok dan hasil diskusi.

3.) Nomor 3 sebagai teknisi/mengatur bahan yang mengumpulkan bahan untuk kelompok dan membuat analisis teknik untuk kelompok.

4.) Nomor 4 sebagai reflektor yang memastikan bahwa semua kemungkinan telah digali dengan mengajukan pertanyaan.

Pembagian kelompok dalam pembelajaran kooperatif TSTS

memperhatikan kemampuan akademis siswa. Guru membuat kelompok yang

heterogen dengan alasan memberi kesempatan siswa untuk saling mengajar

peer tutoring dan saling mendukung, meningkatkan relasi dan interaksi antar

ras, etnik dan gender serta memudahkan pengelolaan kelas karena masing-

masing kelompok memiliki siswa yang berkemampuan tinggi, yang dapat

membantu teman lainnya dalam memecahkan suatu permasalahan dalam

kelompok (Jarolimek & Parker dalam Isjoni, 2010).

Terdapat beberapa model pembelajara kooperatif, antara lain: Mencari

Pasangan, Bertukar Pasangan, Berpikir Berpasangan Berempat, Berkirim

Salam dan Soal, Kepala Bernomor, Kepala Bernomor Terstruktur, Two Stay

Two Stray (TSTS), Keliling Kelompok, Kancing Gemerincing, Keliling

Kelas, Lingkaran Kecil Lingkaran Besar, Tari Bambu, Jigsaw, dan Cerita

Berpasangan (Lie , 2008).

Dari pengertian metode TSTS bahwa metode ini mempunyai ciri

khusus yaitu pembelajaran dengan kelompok yang terdiri dari 4 orang,

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

30

dimana 2 orang tinggal dikelompoknya sebagai sumber informasi dan dua

orang lagi bertamu untuk mencari informasi dari kelompok lain. Oleh karena

itu, guru dalam membuat kelompok TSTS ini ada faktor yang diperhatikan

yaitu tentang kemampuan anak, suku, ras dan gender siswa.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode TSTS adalah

siswa bekerja dalam berkelompok, kemudian diberikan permasalahan yang

harus mereka kerjakan dengan cara kerjasama. Setelah kerjasama intra

kelompok, separuh anggota kelompok dari masing-masing kelompok

meninggalkan kelompok untuk bertemu dengan kelompok lainnya. Anggota

kelompok yang tidak mendapat tugas bertamu, tetap berada dalam kelompok

untuk bertemu dengan kelompok lain. Anggota kelompok yang bertemu

wajib datang pada semua kelompok. Setelah semua proses selesai, mereka

kembali ke kelompok masing-masing untuk mencoba dan membahas hasil

yang diperoleh. Diharapkan dengan aktivitas bertamu dan menerima tamu

dapat menambah minat siswa untuk mengikuti pelajaran IPA sehingga

pembelajaran lebih bermakna dan mudah diingat oleh siswa.

Teknik adalah suatu cara yang dilakukan seseorang dalam rangka

mengimplementasikan suatu metode (Sanjaya, 2010). Adapun teknik dalam

TSTS (Lie, 2008) adalah sebagai berikut. 1) Siswa bekerja sama dalam

kelompok berempat seperti biasa; 2) Setelah selesai, dua siswa dari masing-

masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing

bertamu ke kelompok yang lain; 3) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok

bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka; 4)

Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan

temuan mereka dari kelompok lain; 5) Kelompok mencocokkan dan

membahas hasil-hasil kerja mereka.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

31

Gambar 2.3 Bagan Proses Pembelajaran TSTS

(Sumber: Adaptasi dari Lie, 2008)

Pembelajaran kooperatif tipe TSTS dalam pembelajaran IPA memiliki

dampak positif bagi siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu

memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Pembelajaran

kooperatif bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi

siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan

dalam kelompok serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi

dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya (Trianto,

2007).

Pembelajaran kooperatif didalam IPA memang mempunyai dampak

positif, karena didalam kelompok kooperatif terdapat siswa yang mempunyai

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Maka dari itu peneliti akan membuat

pengaruh TSTS dalam pembelajaran IPA. IPA merupakan pembelajaran yang

tidak sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip, dan

hukum. Melainkan pembelajaran yang tidak hanya pengetahuan saja tetapi

fakta dan proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala

alam. Oleh karena itu, metode TSTS adalah pembelajaran yang membuat

siswa lebih aktif, bekerjasama antar anggota kelompok, memberi kesempatan

kepada anggota kelompok untuk menyampaikan pendapat dan gagasan dalam

kelompok, dan saling bergototong royong dalam kelompok.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

32

b. Langkah-langkah pembelajaaran TSTS

Menurut Lie (2008) terdapat sebelas langkah penerapan metode TSTS,

adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran. 2. Guru menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan

dipelajari melalui tanya jawab. 3. Guru mempresentasikan tata cara pembelajaran kooperatif

Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu). 4. Guru memberikan pengarahan tentang hal-hal penting yang

harus diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif seperti: semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan belajar anggota kelompoknya, menghargai pendapat teman, saling membantu selama proses pembelajaran, membagi tugas individu sehingga semua anggota mempunyai tanggung jawab yang sama dalam mempelajari materi.

5. Siswa dibagi dalam kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang siswa.

6. Guru memberikan beberapa tugas dan pertanyaan yang harus diselesaikan siswa secara berkelompok.

7. Siswa bekerja sama dalam kelompok tersebut, yang disebut dengan kelompok awal. Dalam kelompok awal ini siswa berdiskusi tentang semua permasalahan yang diberikan oleh guru.

8. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok lain. Dalam kelompok ini, siswa berbagi informasi tentang berbagai permasalahan yang telah dipecahkan dalam kelompok awal. Kelompok ini disebut dengan kelompok bertamu dan menerima tamu.

9. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok awal bertugas membagikan hasil kerja dan informasi kepada 2 siswa yang bertamu ke kelompok tersebut.

10. Setelah batas waktu bertamu dan menerima tamu habis, tamu mohon diri untuk kembali ke kelompok awal dan melaporkan hasil tukar informasi dari kelompok lain.

11. Siswa yang bertamu ke kelompok lain dan siswa yang bertugas menerima tamu dari kelompok lain saling mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja siswa.

Menurut Faishal (2008) pembelajaran model TSTS terdiri dari beberapa

tahap, adapun tahapannya sebagai berikut ini.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

33

1. Persiapan Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah

membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.

2. Presentasi Guru Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran,

mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

3. Kegiatan Kelompok Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar

kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempela-jarinya dalam kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesai-kan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

4. Formalisasi Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan

permasalahan yang diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.

5. Evaluasi Kelompok dan Penghargaan Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi.

Dari uraian tentang langkah-langkah pembelajaran TSTS, maka desain

harus di buat sedemikian rupa, hal yang dilakukan guru adalah membuat RPP

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

34

dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan

membagi siswa dalam beberapa kelompok yang masing-masing kelompok

terdiri atas 4 siswa heterogen agar didalam kegiatan pembelajaran dikelas

siswa lebih bertanggung jawab karena masing-masing anak mendapatkan

tugas yang berbeda. Dalam pembelajaran dua tinggal dua tamu ini siswa

mendapatkan informasi dari kelompok lain mereka mencocokan dan

mendiskusikan dengan kelompoknya, kemudia salah satu kelompok

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau

didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan

mengarahkan siswa ke bentuk formal. Selanjutnya guru mengadakan tes tulis

untuk mengetahui keberhasilan siswa selama proses pembelajaran.

Berdasarkan tahapan-tahapan pembelajaran TSTS maka dapat dibuat

langkah-langkah metode TSTS dalam pembelajaran IPA yang dilakukan

dalam 3 kali pertemuan, pertemuan pertama penyampaian materi dengan

mengunakan metode TSTS, pertemuan kedua melanjutkan materi dengan

metode TSTS, pertemuan yang ketiga pengulangan materi yang sudah

disampaikan dipertemuan sebelumnya kemudian memberikan evaluasi,

adapun tahapan kegiatannya yaitu:

a.) Kegiatan pendahuluan

1. Apersepsi: mengingat kembali tentang materi sebelum sifat-sifat

cahaya.

2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar

yang akan dicapai.

3. Guru mempresentasikan tata cara pembelajaran kooperatif Two

Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu).

4. Siswa diberikan pengarahan tentang hal-hal penting yang harus

diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif seperti: semua

anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan belajar

anggota kelompoknya, menghargai pendapat teman, saling

membantu selama proses pembelajaran, membagi tugas individu

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

35

sehingga semua anggota mempunyai tanggung jawab yang sama

dalam mempelajari materi.

b.) Kegiatan inti

Ekplorasi

1. Guru saat pembelajaran memberikan fasilitas berupa alat-alat

seperti senter, lilin, kertas karton, dll kepada siswa untuk

melakukan percobaan.

2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing

kelompok beranggotakan 4 orang siswa.

3. Guru memberikan beberapa tugas dan pertanyaan tentang

pengertian sifat-sifat cahaya yang harus diselesaikan siswa secara

berkelompok dengan menggunakan lembar kegiatan siswa.

4. Siswa bekerjasama dan memecahkan masalah dalam kelompok

tersebut, yang disebut dengan kelompok awal.

Elaborasi

5. Setelah bekerjasama dan memunculkan ide baru dari materi sifat-

sifat cahaya berupa soal jawab atau debat, kemudian dua siswa

dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan

bertamu kekelompok lain.

6. Setelah bekerjasama dan menemukan ide baru berupa puisi atau

syair dari materi sifat-sifat cahaya kemudian dua siswa yang

tinggal dalam kelompok awal bertugas mempresentasikan dan

memberikan informasi kepada 2 siswa yang bertamu ke kelompok

tersebut dengan mendemonstrasikan.

7. Setelah batas waktu bertamu dan menerima tamu habis, tamu

mohon diri untuk kembali ke kelompok awal dan melaporkan

hasil tukar informasi dari kelompok lain, kemudian mencatat

gagasan yang baru mereka temukan.

8. Siswa diminta untuk mengidentifikasi kata kunci atau kata yang

sulit terkait dengan materi, dapat berupa kamus atau ensiklopedia

karya siswa.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

36

9. Dua dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil

kerjasama kelompoknya di depan kelompok lain seperti

mendemontrasikan sifat-sifat cahaya, kamus karya siswa, puisi,

lagu, dll.

Konfirmasi

10. Guru memberikan pengetahuan atau umpan balik berupa pujian

atas kerjasama kelompok yang siswa lakukan.

11. Guru meberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang

materi yang belum jelas sesuai tujuan pembelajaran.

c.) Penutup

1. Siswa bersama dengan guru membuat rangkuman materi sifat-

sifat cahaya.

2. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-

pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan metode TSTS berupa

lisan atau tulisan.

3. Guru selanjutnya memberikan penghargaan kepada kelompok

yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi setidaknya memberi

tepuk tangan.

4. Merancang tindak lanjut berupa PR.

5. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya

dan tugas yang harus dilakukan siswa.

c. Kelebihan dan kemlemahan TSTS

Pembelajaran TSTS digunakan untuk mengatasi kebosanan anggota

kelompok, karena guru biasanya membentuk kelompok secara permanen.

TSTS memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan anggota kelompok

lain. Menurut Lie (2008) membentuk kelompok berempat memiliki kelebihan

yaitu, 1) kelompok mudah dipecah menjadi berpasangan; 2) lebih banyak ide

muncul; 3) lebih banyak tugas yang bisa dilakukan dan guru mudah

memonitor. Kekurangan kelompok berempat adalah, 1) membutuhkan lebih

banyak waktu; 2) membutuhkan sosialisasi yang lebih baik; 3) jumlah genap

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

37

menyulitkan proses pengambilan suara; 4) kurang kesempatan untuk

kontribusi individu dan mudah melepaskan diri dari keterlibatan.

Dari paparan diatas tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran

TSTS merujuk kepada pembentukan kelompok heterogen memberi

kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga

memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang

berkemampuan akademis tinggi, diharapkan bisa membantu anggota

kelompok yang lain. Dilihat dari segi kelemahan TSTS ada hal yang paling

mendasar yaitu seandainya didalam kelas tersebut berjumlah ganjil dan tidak

dapat dibagi menjadi 4, maka pembelajaran TSTS ini kurang sesaui untuk di

terapkan kedalam PBM. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembentukan

kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin

dan kemampuan akademis maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang

berkemampuan akademis tinggi, dua orang yang berkemampuan akademis

sedang, dan satu siswa berkemampuan kurang, didalam kelas yang berjumlah

genap yang dapat dibagi menjadi 4 siswa dalam kelompok tersebut.

2.1.4 Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Anni (2006) belajar merupakan proses penting bagi perubahan

prilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan

dikerjakan. Menurut Edworl L Walker (Lunandar, 2010) mengatakan bahwa

belajar adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman. Slameto

(2003) menegaskan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Menurut Gagne dan Berliner (Anni, 2006) menyatakan

bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah

prilakunya karena hasil pengamatan.

Dari beberapa pengertian tentang belajar, semuanya merujuk kepada

perubahan tingkah laku dari diri sendiri akibat dari pengamatan. Oleh karena

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

38

itu, apabila seseorang mampu memahami proses belajar yang ia lakukan

untuk dirinya sendiri dan menerapkanya didalam lingkungan masyarakat

maka orang tersebut mampu menjelaskan di lingkungannya, dan orang

tersebut akan mengubah prilaku seperti yang diinginkannya. Maka dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku dari seseorang

akibat dari dirinya sendiri dengan lingkungannya, dengan menguasai prinsip-

prinsip dasar tentang belajar maka seseorang dapat mengubah kebiasaan,

keyakinan, sikap, dan kepribadiannya.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari

proses belajar. Hasil belajar siswa meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognifif,

aspek afektif, dan aspek psikomotorik. (1) Aspek kognitif, kemampuan

kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis, dan evaluasi. (2) Aspek afektif, kemampuan afektif meliputi

penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan

pembentukan pola hidup. (3) Aspek psikomotorik, kemampuan psikomotorik

meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan tebimbing, gerakan terbiasa, gerakan

kompleks, gerakan penyesuaian dan kreativitas (Hamalik, 2003). Menurut

Anni (2006) hasil belajar merupakan prilaku yang diperoleh pembelajar

setelah mengalami proses belajar. Menurut Slameto (2001) tes hasil belajar

merupakan sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau

diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar

siswa. Hasil tes ini berupa data kuantitatif. Hasil belajar yang diperoleh siswa

adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Semakin

tinggi proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil

belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil

belajar yang dicapai siswa (Sudjana, 2011). Horward Kingsley (Sudjana,

2011) membagi tiga macam hasil belajar, a) keterampilan dan kebiasaan; b)

pengetahuan dan pengertian; c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing

golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

39

Dari beberapa pengertian hasil belajar yang telah disampaikan oleh

beberapa ahli, dapat dilihat pengertian belajar yang disampaikan semuannya

merujuk pada pencapaian hasil belajar yang diukur dengan tugas-tugas yang

harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur

kemajuan dengan tes. Oleh karena itu, dalam memberikan soal untuk

menentukan hasil belajar, guru harus membuat soal tersebut sesuai dengan

indikator pembelajaran yang telah dirumuskan.

Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar merupakan

kemampuan peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dan pencapaian

hasil belajar tersebut dapat diketahui setelah adanya pengukuran oleh guru

melalui tes evaluasi, yang mewujudkan perubahan kemampuan kognitif,

afektif, dan psikomotor. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai.

Menurut Endang (Dwinanto, 2011) penilaian adalah proses untuk

mengambil suatu keputusan baik atau buruk atas hasil belajar dengan

menggunakan instrument tes atau non tes setelah mengadakan pegukuran

tertentu. Yang termasuk teknik tes antara lain tes pilihan ganda, tes tertulis,

tes lisan, dan tes perbuatan. Adapun teknik non tes seperti pengamatan atau

observasi, wawancara, angket, analisa sempel kerja, analisis tugas, fortofolio,

dan jurnal.

Dari penjelasan tentang penilain di atas maka alat yang dipergunakan

untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dinamakan dengan alat

ukur atau instrumen. Ada instrumen butir-butir soal apabila cara

pengukurannya menggunakan tes, apabila pengukurannya dengan cara

mengamati atau mengobservasi akan menggunakan instrumen lembar

pengamatan atau observasi, pengukuran dengan cara/teknik skala sikap akan

menggunakan instrumen butir-butir pernyataan.

Dapat disimpulkan bahwa instrumen sebagai alat yang dipergunakan

untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang

dimiliki peserta didik haruslah valid, artinya instrumen ini adalah instrumen

yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan melakukan tes

maka akan mengetahui hasil atau nilai dari seseorang, Yang termasuk teknik

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

40

tes antara lain tes pilihan ganda, tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.

Adapun teknik non tes seperti pengamatan atau observasi, wawancara,

angket, analisa sempel kerja, analisis tugas, fortofolio, dan jurnal.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapatkan

pengetahuan, penanaman konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap.

Menurut Slameto (2003) faktor yang mempengaruhi hasil belajar

digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern meliputi: faktor jasmaniah,

psikologis, dan kelelahan, sedangkan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga,

sekolah, dan masyarakat.

a) Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. 1. Faktor jasmaniah, pertama adalah faktor kesehatan.

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beseta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

2. Faktor psikologis, ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: inteligensi, keaktifan, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Dari faktor-faktor tersebut sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil belajar tidak akan baik.

3. Faktor kelelahan, kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis).

b) Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima

pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

2. Faktor sekolah, faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

41

sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

3. Faktor masyarakat, masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: pertama kegiatan siswa dalam mayarakat, multi media, dan teman bergaul.

Dari penjelasan faktor inten dan ekstern yang mempengaruhi hasil

belajar siswa maka dapat disimpulkan bahwa faktor intern yaitu faktor

jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan faktor ekstern yaitu faktor keluarga,

sekolah, dan masyarakat. Faktor intern dan ekstern akan sangat

mempengaruhi hasil belajar, dan untuk memperoleh hasil belajar yang baik

atau memuaskan, maka siswa harus memperhatikan faktor-faktor intern dan

ekstern. Untuk meningkatkan hasil belajar maka siswa dituntut untuk

memiliki kebiasaan belajar yang baik. Oleh karena itu, tidak hanya siswa saja

yang dituntut untuk mencapai hasil belajar yang baik. Melainkan guru juga

harus menciptakan iklim pembelajaran yang tidak hanya melihat hasil belajar

dikelas saja, karena faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa juga

harus diperhatikan.

d. Pengaruh Hasil Pembelajaran TSTS Terhadap Hasil Belajar

Susiloningtiyas, Eni (2009) telah melakukan penelitian tentang

Pengaruh penggunaan model TSTS pada mata pelajaran Matematika terhadap

hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Balesari Kecamatan Bansari

Kabupaten Temanggung Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil

penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh terhadap hasil belajar siswa

dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray (TSTS). Hasil belajar

yang diperoleh lebih baik dibanding pembelajaran tanpa menggunakan

metode Two Stay Two Stray (TSTS) yaitu nilai rata-rata postes kelas

ekperimen 87,20 sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol 75,46.

Dalam penelitian kedua oleh Kusfianti (2010) bahwa model

pembelajaran TSTS berpengaruh meningkatkan motivasi dan hasil belajar

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

42

Matematika. Dapat dilihat Skor motivasi rata-rata angket sebelum tindakan

77,3% meningkat menjadi 85% setelah pelaksanaan tindakan. Rerata kelas

dari hasil evaluasi di siklus II juga mengalami peningkatan, pada saat siklus I

sebesar 57,8 dan hasil belajar setelah tindakan sebesar 78,8 dengan

peningkatan sebesar 11,4.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Eni (2009) dan Kusfianti (2010),

dengan menggunakan metode TSTS pada variabel bebas dan hasil belajar pada

variabel terikatnya. Kedua penelitian telah menunjukan peningkatan hasil belajar

yang dipengaruhi oleh metode TSTS. Dengan adanya kebiasaan belajar yang

baik dari dalam diri siswa untuk berprestasi, akan membawa siswa mendapatkan

hasil belajar yang maksimal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.1.5 Gender

a. Pengertian Gender

Kata Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin.

Gender merujuk pada penalaran serta tanggung jawab laki-laki dan

perempuan yang diciptakan dalam keluarga, masyarakat dan budaya. Menurut

Jhon W. Santrock (2007) bahwa gender adalah dimensi psikologis dan

sosiokultural yang dimiliki karena seseorang adalah laki-laki atau perempuan.

Ada dua aspek dalam gender yaitu identitas gender dan peran gender.

Identitas gender adalah perasaan menjadi laki-laki atau perempuan, yang

biasanya disapai ketika anak berusia 3 tahun. Peran gender adalah gambaran

bagaimana pria atau wanita berfikir, bertindak, atau merasa. Gender

merupakan aspek psikososial dari laki-laki dan perempuan (Sugihartono,

dkk., 2007).

Dari pengertian diatas gender adalah perbedaan jenis kelamin laki-laki

dan perempuam berdasarkan konstruksi sosial atau konstruksi masyarakat.

Dalam kaitan dengan pengertian gender ini, hubungan laki-laki dan

perempuan secara sosial dalam pergaulan hidup sehari-hari. Hubungan sosial

ini dapat dibentuk dan dirubah sesuai faktor lingkungan yang

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

43

mempengaruhinya. Dengan memperhatikan pengertian tersebut maka gender

dalam penelitian ini hanya terbatas pada perbedaan jenis kelamin, yaitu laki-

laki atau perempuan berdasarkan perbedaan biologis.

b. Perbedaan Gender dan Prestasi di Kelas

Perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan perempuan dikelas

menimbulkan ketimpangan gender. Menurut Gallagher (Sugihartono, dkk.,

2007) meskipun laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan dalam

perkembangan fisik, emosional, dan intelektual, namun sebenarnya tidak ada

bukti yang berhubungan dengan hal tersebut. Prestasi akademik tidak dapat

dapat dijelaskan melalui perbedaan akademik. Dalam sebuah penelitian

nasional oleh departemen pendidikan AS (Santrock, 2007) anak laki-laki

sedikit lebih baik dibandingkan perempuan dalam matematika dan sains.

Meskipun begitu, secara rata-rata anak perempuan adalah pelajar yang lebih

baik, dan mereka secara signifikan lebih baik dari anak laki-laki dalam

membaca.

Faktor kultural dan sosial merupakan alasan utama yang menyebabkan

perbedaan gender dalam akademik. Sadkers (Sugihartono, dkk., 2007)

menemukan bahwa pada saat siswa laki-laki berkomentar dalam berdiskusi,

meskipun jawaban tersebut tidak relevan guru selalu merespon mereka

dengan baik. Menurut Elliott (Sugihartono, dkk., 2007) perbedaan gender

dalam beberapa aspek yang terkait dengan kemampuan akademik dan sekolah

terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.2

Perbedaan Gender

Karakteristik Perbedaan Gender Perbedaan fisik Meski sebagian besar perempuan matang lebih cepat

dibandingkan laki-laki, laki-laki lebih besar dan kuat. Kemampuan verbal Perempuan lebih bagus dalam mengerjakan tugas-

tugas verbal ditahun awal, dan dapat dipertahankan. Laki-laki menunjukan masalah-masalah bahasa yang banyak dibanding perempuan.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

44

Karakteristik Perbedaan Gender Kemampuan spasial Laki-laki lebih superior dalam kemampuan sepasial,

yang berlanjut selama masa sekolah. Kemampuan matematika

Pada tahun-tahun awal ada sedikit perbedaan, laki-laki menunjukan superioritas selama sekolah menengah atas.

Sains Perbedaan terlihat meningkat, perempuan mengalami kemunduran, sementara prestasi laki-laki meningkat

Motivasi berprestasi Laki-laki tampak lebih baik dalam melakukan tugas-tugas stereotip (matematik, sains), dan perempuan dalam tugas-tugas (seni, musik). Dalam kompetisi langsung antara kompetisi laki-laki dan perempuan ketika memasuki remaja, prestasi perempuan tampak turun.

Agresi Laki-laki tampaknya memiliki pembawaan lebih agresif dibanding perempuan.

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa perbedaan kemampuan dan

karakteristik yang ada diantara siswa laki-laki dan perempuan lebih

disebabkan oleh perlakuan dari lingkungannya, dalam hal ini bisa guru

ataupun orang tuanya. Oleh karena itu guru memberikan kesempatan yang

sama kepada laki-laki atau perempuan dalam bebagai aktifitas pembelajaran.

Dengan demikian tidak ada lagi perbedaan perlakuan yang disebabkan karena

jenis kelamin yang dimiliki siswa, selanjutnya siswa laki-laki ataupun

perempuan dapat belajar dengan maksimal.

Pada penelitian ini gender berperan dalam mempengaruhi hasil belajar

siswa kelas V dengan menggunakan metode TSTS pokok bahasan sifat-sifat

cahaya. Gender dipengaruhi oleh faktor lingkungan dalam kegiatan

pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan metode TSTS yang akan

mempengaruhi hasil belajar siswa kelompok laki-laki dan perempuan dalam

pembelajaran IPA.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Susiloningtiyas, Eni (2009) telah melakukan penelitian tentang

Pengaruh penggunaan model TSTS pada mata pelajaran Matematika terhadap

hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Balesari Kecamatan Bansari

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

45

Kabupaten Temanggung Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terhadap hasil belajar siswa

dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray (TSTS). Hasil belajar yang

diperoleh lebih baik dibanding pembelajaran tanpa menggunakan metode

Two Stay Two Stray (TSTS) yaitu nilai rata-rata postes kelas ekperimen 87,20

sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol 75,46.

Penelitian Eni (2009) disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap

hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray (TSTS).

Dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh lebih baik dibanding

pembelajaran tanpa menggunakan metode Two Stay Two Stray (TSTS) yaitu

nilai rata-rata postes kelas ekperimen 87,20 sedangkan nilai rata-rata kelas

kontrol 75,46. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah variabel bebasnya yaitu metode TSTS dan variabel terikatnya adalah

hasil belajar.

Nuryani (2011) Implementasi Pembelajaran Matematika Dengan Model

Pembelajaran CIRC dan SAVI Ditinjau dari Gender Siswa Pada Pokok

Bahasan Lingkaran. (Penelitian Eksperimen pada Kelas VIII SMP Negeri 1

Gondangrejo). Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dari

hasil penelitian untuk a = 5% dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi

belajar ditinjau dari model pembelajaran dan Gender Siswa, sedangkan

interaksi antara model pembelajaran dengan Gender Siswa tidak memberikan

dampak yang berarti pada prestasi belajar khususnya dalam pokok bahasan

Lingkaran. Penelitian yang dilakukan Nuryani (2011) mempunyai kesaman

dalam variabel bebasnya yaitu kesamaan menggunkan model pembelajaran

kooperatif, hanya saja penelitian Nuryani (2011) menggunakan model

kooperatif tipe CIRC sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

model kooperatif tipe TSTS, adapun kesamaanya adalah ditinjau dari gender

siswa. Penelitian Nuryani dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi

belajar ditinjau dari model pembelajaran, sedangkan interaksi antara model

pembelajaran dengan gender siswa tidak memberikan dampak yang berarti

pada prestasi belajar.

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

46

Dari hasil penelitian Eni (2009) diatas relevan dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti karena sama meneliti tentang pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), hanya saja penelitian yang

dilakuakn oleh Nuryani (2011) model kooperatif tipe CIRC. Kesamaan yang

dilakukan oleh Eni (2009) adalah hasil belajar, dan kesamaan antara penelitian

yang dilakukan oleh Nuryani (2011) pembelajaran ditinjau dari gender siswa.

Hasil belajar dipengaruhi oleh pembelajaran menggunakan metode TSTS pada

mata pelajaran IPA pada pokok bahasan sifat-sifat cahaya. Hal ini juga akan

dipengaruhi oleh gender siswa yang dibatasi pada perbedaan jenis kelamin

peserta didik kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Penelitian ini akan

menggunakan penelitian eksperimen. Jadi dalam penelitian ini peneliti lebih

menekankan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA berdasarkan gender

siswa kelas V SD melalui pembelajaran menggunakan metode TSTS.

2.3 Kerangka Berfikir

Selama ini pembelajaran IPA yang dilakukan guru masih

berkonsentrasi pada latihan penyelesaian soal, kerjasama antar siswa masih

kurang, metode yang digunakan oleh guru masih monoton dan berpusat pada

guru sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa

menjadi rendah, oleh karena itu perlu tindakan untuk mengatasi hal tersebut.

Dengan menggunakan metode TSTS diharapkan pembelajaran menjadi

menyenangkan, siswa aktif dalam pembelajaran serta siswa mampu bekerja

sama dengan orang lain, mempunyai ketrampilan sosial yang tinggi dan

mampu menghargai orang lain sehingga dapat meningkatkan hasil belajar baik

siswa laki-laki maupun siswa perempuan.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka fikir di atas, hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA · KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori ... kerja kelompok, diskusi, kunjungan ke objek dan lain sebagainya. Ciri-ciri pembelajaran

47

1. Hipotesis: ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan metode Two Stay Two Stray (TSTS)

dari pada kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model

pembelajaran konvensional.

H0

H

= tidak ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan metode Two Stay Two Stray

(TSTS) dari pada kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran

konvensional.

1

2. Hipotesis: Ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa laki-

laki dan kelompok siswa perempuan.

= ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan metode Two Stay Two Stray

(TSTS) dari pada kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran

konvensional.

H0

H

= tidak ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa laki-

laki dan kelompok siswa perempuan.

1

3. Hipotesis: Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

efektif terhadap hasil belajar berdasarkan gender siswa kelas V SD pada

pelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya gugus Among Siswa

Temanggung semester 2 tahun 2011/2012.

= ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa laki-laki

dan kelompok siswa perempuan.

H0

H

= Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) tidak

efektif terhadap hasil belajar berdasarkan gender siswa kelas V SD

pada pelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya gugus Among

Siswa Temanggung semester 2 tahun 2011/2012.

1 = Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) efektif

terhadap hasil belajar berdasarkan gender siswa kelas V SD pada

pelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya gugus Among

Siswa Temanggung semester 2 tahun 2011/2012.