Upload
hoangdang
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
KEPENGAWASAN (SUPERVISI) PENDIDIKAN DAN
RUANG LINGKUP SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA
A. Pengawas (Supervisor) Pendidikan.
1. Pengertian Pengawas Pendidikan
Pengawas pendidikan disebut juga dengan supervisor pendidikan.
Dalam arti sempit, pengawas berarti orang yang mengawasi.1 Dalam
kamus Inggris-Indonesia, supervisor mempunyai arti pengawas.2
Dalam Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara nomor 118/1996 dan Keputusan Menteri Agama nomor
381 tahun 1999 dinyatakan bahwa pengawas sekolah / pengawas
pendidikan agama adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
pendidikan / pendidikan agama di sekolah umum dan di madrasah
dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis
pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, dasar
dan menengah.3
Beberapa ahli pendidikan juga memberikan definisi tentang
supervisor pendidikan, antara lain :
a. Nick Cowell dan Roy Gardner, pengawas adalah seorang yang
membantu sekolah dan guru untuk menolong para siswanya agar
dapat belajar lebih banyak, lebih cepat, dengan senang hati dan
dengan lebih mudah dan efisien.4
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
kedua, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), Cet. 8, hlm. 68. 2 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta :
PT Gramedia, 1993), Cet. XIX, hlm. 569. 3 Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama,
(Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003), hlm. 1. 4 Nick Cowell dan Roy Gardner, Teknik Mengembangkan Guru dan Siswa Buku
Panduan untuk Penilik Sekolah Dasar, (Jakarta : PT Grafindo, 1995), hlm. 3.
11
b. Ary H. Gunawan, supervisor adalah orang yang melaksanakan
pekerjaan supervisi.5
c. Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, supervisor adalah orang yang
berfungsi memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulasi
guru-guru ke arah usaha mempertahankan suasana belajar dan
mengajar yang lebih baik.6
d. Soewadji Lazaruth, supervisor adalah setiap orang yang membantu
atau menolong guru agar situasi belajar mengajar berkembang lebih
efektif.7
Dari defenisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian pengawas atau supervisor pendidikan adalah orang yang
membantu sekolah, guru dan siswa agar dapat belajar dengan lebih baik.
2. Syarat-syarat Pengawas Pendidikan
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara nomor 118/1996 pada Bab X pasal 22 dan 23 telah
ditetapkan bahwa untuk dapat diangkat dalam jabatan pengawas sekolah,
seorang pegawai negeri sipil harus memenuhi angka kredit yang
ditentukan (pasal 22). Sedangkan pasal 23 ayat (1) dan (2) dapat
dijabarkan sebagai berikut 8:
a. Syarat Umum :
1). Memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan
bidang pengawasan yang akan dilakukan;
2). Berkedudukan dan berpengalaman sebagai guru sekurang-
kurangnya selama 6 (enam) tahun secara berturut-turut;
5 Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), (Jakarta :
PT Rineka Cipta, 1996), Cet. 1, hlm. 193. 6 Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip Dan Tehnik Supervisi Pendidikan,
(Surabaya : Usaha Nasional, 1981), hlm. 17. 7 Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya, (Yogyakarta : PT
Kanisius, 1988), Cet. 3, hlm. 35. 8 Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi Dam Supervisi
Pendidikan, (Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm. 64-65.
12
3). Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan
dibidang pengawasan sekolah dan memperoleh surat tanda
tamat pendidikan dan pelatihan (STTPL);
4). Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam daftar
penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam dua tahun terakhir;
5). Usia setinggi-tingginya 5 (lima) tahun sebelum mencapai
batas usia pensiun jabatan pengawas sekolah.
b. Syarat khusus :
Bagi pengawas mata pelajaran rumpun mata pelajaran di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau
Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan (SMA/SMK) atau
Madrasah Aliyah (MA);
1). Pendidikan serendah-rendahnya sarjana (S1) atau yang
sederajat;
2). Berkedudukan serendah-rendahnya guru dewasa;
3). Memiliki salah satu spesialisasi mata pelajaran / rumpun
mata pelajaran yang sesuai.
Sebagai seorang pengawas (supervisor), yang harus
melaksanakan tugas tanggungjawabnya hendaknya juga mempunyai
persyaratan-persyaratan ideal. Dilihat dari segi kepribadiannya
(personality) syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :
a. Ia harus mempunyai perikemanusiaan dan solidaritas yang tinggi,
dapat menilai orang lain secara teliti dari segi kemanusiaannya serta
dapat bergaul dengan baik.
b. Ia harus dapat memelihara dan menghargai dengan sungguh-sungguh
semua kepercayaan yang diberikan oleh orang-orang yang
berhubungan dengannya.
13
Hal ini sejalan dengan hadits Nabi :
حدثناعبدامللك بن شعيب بن الليث حدثنىابىشعيب بن الليث حدثنىالليث بن سعدحدثنىيزيدبن ابىحبيب عن بكربن عمروعن
ةاألكبريجن ابن حمىعراحلضزيدن ياحلارث ب هنضىاهللا عر ابىذر نرعالقيامة قال رسول اهللا يا أباذر إنك ضعيف وإنها أمانة وإنها يوم : قال
9)رواه مسلم . (خزى وندامة إالمن أخذها بحقها وأدى الذى عليه فيها Dari Abu Dzar r.a. Rasulullah SAW bersabda : "Hai Abu Dzar, sesungguhnya engkau orang yang lemah, sedangkan pekerjaan itu amanat yang kelak pada hari kiamat mungkin membawa kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang memenuhi syarat dan menjalankannya dengan wajar menurut mestinya".
Keterangan hadits tersebut menunjukkan bahwa suatu jabatan atau
urusan yang diserahkan kepada seorang (imarah) merupakan
amanah, dan tiada sepatutnya seseorang menuntut melainkan jika dia
memiliki kecakapan (kesanggupan) melaksanakannya.
c. Ia harus berjiwa optimis yang berusaha mencari yang baik,
mengharapkan yang baik dan melihat segi-segi yang baik.
d. Hendaknya bersifat adil dan jujur, sehingga tidak dapat dipengaruhi
oleh penyimpangan-penyimpangan manusia.
e. Hendaknya ia cukup tegas dan objektif (tidak memihak), sehingga
guru-guru yang lemah dalam stafnya tidak "hilang dalam bayangan"
orang-orang yang kuat pribadinya.
f. Ia harus berjiwa terbuka dan luas, sehingga lekas dan mudah dapat
memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi yang
baik.
g. Jiwanya yang terbuka tidak boleh menimbulkan prasangka terhadap
seseorang untuk selama-lamanya hanya karena sesuatu kesalahan
saja.
h. Ia hendaknya sedemikian jujur, terbuka dan penuh tanggung jawab.
9 Imam Muslim Abi Husain bin Hujaj Al Qusairi An Nasaiburi, Shohih Muslim, Juz
2, (Indonesia : Darul Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah, t.t.), hlm.124.
14
i. Ia harus cukup taktik, sehingga kritiknya tidak menyinggung
perasaan orang.
j. Sikapnya yang bersimpati terhadap guru-gurunya tidak akan
menimbulkan depresi dan putus asa pada anggota-anggota stafnya.
k. Sikapnya harus ramah, terbuka dan mudah dihubungi sehingga guru-
guru dan siapa saja yang memerlukannya tidak akan ragu-ragu untuk
menemuinya.
l. Ia harus dapat bekerja dengan tekun dan rajin serta teliti, sehingga
merupakan contoh bagi anggota stafnya.
m. Personal appearance terpelihara dengan baik, sehingga dapat
menimbulkan respect dari orang lain.
n. Terhadap murid-murid ia harus mempunyai perasaan cinta
sedemikian rupa, sehingga ia secara wajar dan serius mempunyai
perhatian terhadap mereka.10
Selain itu, menurut Ngalim Purwanto, seorang supervisor yang
baik harus memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai berikut :
a. Berpengetahuan luas tentang seluk beluk semua pekerjaan yang
berada di bawah pengawasannya.
b. Menguasai / memahami benar-benar rencana dan program yang telah
digariskan yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian.
c. Berwibawa, dan memiliki kecakapan praktis tentang teknik-teknik
kepengawasan, terutama human relation.
d. Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, dan rendah hati.
e. Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau
program yang telah digariskan / disusun.11
Sedangkan Alfonso, Firth, dan Neville menjelaskan bahwa ada 3
keterampilan yang harus dimiliki oleh supervisor yaitu :
10 H. M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001), Cet.
2, hlm. 183-184. 11 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2000) , Cet. 10, hlm. 85-86.
15
a. Keterampilan teknis (technical skill).
Keterampilan ini berkenaan dengan pengetahuan khusus yang
diperlukan untuk memperformasikan fungsi-fungsi pokok atau tugas-
tugas yang berkenaan dengan posisi supervisor.
b. Keterampilan hubungan kemanusiaan (human relation skill).
Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan supervisor
bekerjasama dengan orang lain dan memotivasi mereka agar
bersungguh-sungguh dalam bekerja.
c. Keterampilan manajerial (managerial skill).
Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan membuat keputusan
dan melihat hubungan-hubungan penting dalam mencapai tujuan.12
Menurut Kimball Wiles, seorang supervisor yang baik memiliki
lima keterampilan dasar, yaitu :
a. Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan.
b. Keterampilan dalam proses kelompok.
c. Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan.
d. Keterampilan dalam mengatur personalia sekolah.
e. Keterampilan dalam evaluasi.13
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
seorang pengawas atau supervisor yang baik selain mempunyai
persyaratan yang ideal dari segi kepribadiannya (personality), seperti
berwibawa, jujur, tegas, konsekuen, ramah dan rendah hati juga harus
mempunyai keterampilan-keterampilan yang mampu membantunya
memperbaiki situasi belajar-mengajar agar lebih baik.
3. Tugas Pengawas Pendidikan
Ngalim Purwanto mengemukakan macam-macam tugas supervisi
pendidikan yang riel dan lebih terinci sebagai berikut :
a. Menghadiri rapat / pertemuan organisasi-organisasi profesional.
12 Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran Teori Dan Aplikasinya Dalam Membina
Profesional Guru, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), Cet. 1, hlm. 17. 13 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), Cet. 1, hlm. 18.
16
b. Mendiskusikan tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru.
c. Mengadakan rapat kelompok untuk membicarakan masalah-masalah
umum (common problems).
d. Melakukan classroom visitation atau class visit.
e. Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru
tentang masalah-masalah yang mereka usulkan.
f. Mendiskusikan metode-metode mengajar dengan guru-guru.
g. Memilih dan menilai buku-buku yang diperlukan bagi murid-murid.
h. Membimbing guru-guru dalam menyusun dan mengembangkan
sumber-sumber atau unit-unit pengajaran.
i. Memberikan saran-saran atau instruksi tentang bagaimana
melaksanakan suatu unit pengajaran.
j. Mengorganisasi dan bekerja dengan kelompok guru-guru dalam
program revisi kurikulum.
k. Menginterpretasi data tes kepada guru-guru dan membantu mereka
bagaimana menggunakannya bagi perbaikan pengajaran.
l. Menilai dan menyeleksi buku-buku untuk perpustakaan guru-guru.
m. Bertindak sebagai konsultan di dalam rapat / pertemuan-pertemuan
kelompok lokal.
n. Bekerja sama dengan konsultan-konsultan kurikulum dalam
menganalisis dan mengembangkan program kurikulum.
o. Berwawancara dengan orang-orang tua murid tentang hal-hal yang
mengenai pendidikan.
p. Menulis dan mengembangkan materi-materi kurikulum.
q. Menyelenggarakan manual atau buletin tentang pendidikan dan
pengajaran dalam ruang lingkup bidang tugasnya.
r. Mengembangkan sistem pelaporan murid, seperti kartu-kartu catatan
kumulatif, dan sebagainya.
s. Berwawancara dengan guru-guru dan pegawai untuk mengetahui
bagaimana pandangan atau harapan-harapan mereka.
t. Membimbing pelaksanaan program-program testing.
17
u. Menyiapkan sumber-sumber atau unit-unit pengajaran bagi
keperluan guru-guru.
v. Mengajar guru-guru bagaimana menggunakan audio-visual aids.
w. Menyiapkan laporan-laporan tertulis tentang kunjungan kelas (class
visit) bagi para kepala sekolah.
x. Menulis artikel-artikel tentang pendidikan atau kegiatan-kegiatan
sekolah / guru-guru dalam surat kabar-surat kabar.
y. Menyusun tes-tes standar bersama kepala sekolah dan guru-guru.
z. Merencanakan demonstrasi mengajar, dan sebagainya oleh guru
yang ahli, supervisor sendiri, ahli-ahli lain dalam rangka
memperkenalkan metode baru dan alat-alat baru.14
Sedangkan Gwyn merumuskan 10 tugas utama supervisor yang
dikutip oleh Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, sebagai berikut :
a. Membantu guru agar mengerti para siswa.
b. Membantu mengembangkan dan memperbaiki, baik secara
individual, maupun secara bersama seluruh staf guru.
c. Membantu seluruh staf sekolah agar mereka lebih efektif dalam
menyajikan materi pelajaran.
d. Membantu guru meningkatkan cara-cara mengajar yang lebih efektif.
e. Membantu guru secara individual.
f. Membantu guru agar mereka dapat menilai para siswa lebih baik.
g. Menstimulir guru agar mereka dapat menilai dirinya dan
pekerjaannya sendiri.
h. Membantu guru agar mereka merasa bergairah dalam pekerjaan
dengan penuh rasa aman.
i. Membantu guru dalam melaksanakan kurikulum di sekolah.
j. Membantu guru agar mereka dapat memberi informasi yang seluas-
luasnya kepada masyarakat tentang kemajuan sekolahnya.15
14 Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 88-89.
18
Mc Nergney dalam bukunya Teacher Development menyatakan
bahwa The supervisor acted as a sort of guidance counselor who
attempted to appeal to the feelings and emotions of teacher in order to
assist their development.16 Yang berarti bahwa supervisor bertindak
sebagai seorang penasehat yang berusaha untuk memecahkan masalah
yang dihadapi guru dalam pekerjaannya untuk membantu
mengembangkan mereka.
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tugas
utama seorang pengawas pendidikan adalah menolong guru agar mampu
melihat dan dapat memecahkan problema yang mereka hadapi.
B. Kepengawasan (Supervisi) Pendidikan
1. Pengertian Kepengawasan (Supervisi) Pendidikan
Supervisi diadopsi dari bahasa Inggris "supervision" yang berarti
pengawasan / kepengawasan.17 Secara morfologis supervisi berasal dari
kata super = atas, lebih dan visi = lihat / penglihatan, pandangan.
Seorang supervisor memiliki kelebihan dalam banyak hal, seperti
penglihatan, pandangan, pendidikan, pengalaman, kedudukan / pangkat /
jabatan posisi dan sebagainya.18
Sedangkan menurut arti semantik, banyak definisi tentang
supervisi telah dirumuskan oleh para ahli, antara lain :
a. Boardman et. al. dalam bukunya Democratic Supervision in
Secondary School sebagaimana dikutip oleh Soekarto Indrafachrudi
mengartikan supervisi sebagai berikut :
Supervision of instruction is the effort to stimulate, coordinate, and guide the continued / growth of the teachers in a school, both individually and collectively, in better understanding and more effective performance at all the functions of instruction so
15 Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi
Pendidikan, (Malang : IKIP Malang, 1989), Cet. 2, hlm. 282. 16 Robert F. Mc Nergney, Teacher Development, (New York : Macmillan Publishing
Co., Inc, 1981), hlm. 3. 17 John M. Echols dan Hassan Shadily, loc.cit. 18 Ary H. Gunawan, op.cit., hlm. 194.
19
that they may be better able to stimulate and guide the continued growth of every pupil toward the richest and most intelligent participation in modern democratic society.19
Artinya : Supervisi adalah suatu usaha menstimulasi,
mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan
guru-guru sekolah, baik secara individual maupun secara kelompok,
agar lebih mengerti, dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh
fungsi pengajaran, sehingga dengan demikian mereka mampu dan
lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern.
b. Mc. Nerney dalam bukunya Educational Supervision yang dikutip
oleh Subari, mengemukakan bahwa "Supervision is the procedures of
giving direction to and providing critical evaluations of the
instructional process."20
Artinya : Supervisi adalah prosedur memberi arah serta mengadakan
penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.
c. Kimball Wiles secara singkat dalam bukunya Supervision For Better
Schools yang dikutip oleh Soewadji Lazaruth memberi definisi
sebagai berikut :
"Supervision is assistance in the development of a better teaching –
learning situation." 21
Artinya : Supervisi adalah bantuan untuk mengembangkan situasi
belajar-mengajar yang lebih baik.
d. P. Adams dan F. G. Dickey dalam bukunya Basic Principles of
Supervision sebagaimana dikutip oleh Ahmad Rohani dan Abu
Ahmadi secara sederhana merumuskan : “Supervision is planned
program for the improvement of instruction."22
19 Soekarto Indrafachrudi, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik,
(Jakarta : Ghalia Indonesia, 1994), Cet. 2, hlm. 70. 20 Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, (Jakarta
: Bumi Aksara, 1994), Cet. 1, hlm. 5. 21 Soewadji Lazaruth, op. cit., hlm. 33. 22 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi
Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), Cet. 1, hlm. 67.
20
Artinya : Supervisi adalah suatu program yang berencana untuk
memperbaiki pengajaran.
e. Made Pidarta memberikan definisi supervisi adalah kegiatan
membina atau membimbing guru agar bekerja dengan betul dalam
mendidik dan mengajar siswanya.23
f. Hadari Nawawi mengartikan supervisi pendidikan sebagai pelayanan
yang disediakan oleh pemimpin untuk membantu guru-guru (orang
yang dipimpin) agar menjadi guru-guru atau personal yang semakin
cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan ilmu pendidikan khususnya agar mampu
meningkatkan efektivitas proses mengajar-belajar di sekolah.24
g. Ngalim Purwanto mengemukakan supervisi ialah suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan
pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara
efektif.25
h. Suryo Subroto menjelaskan supervisi adalah pembinaan yang
diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat
meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-
mengajar yang lebih baik.26
i. Departemen Agama RI menjelaskan bahwa dalam supervisi
pendidikan agama berintikan program pengajaran agama dengan
ditunjang oleh unsur-unsur lain, seperti guru agama, sarana dan
prasarana, kurikulum, sistem pengajaran dan penilaian.27
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pada hakekatnya supervisi mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu
23 Made Pidarta, Peranan Kepala Sekolah Pada Pendidikan Dasar, (Jakarta : PT
Grasindo, 1995), hlm. 51. 24 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung, 1985), Cet. 4,
hlm. 104. 25 Ngalim Purwanto, op. cit., hlm. 76. 26 Suryo Subroto, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Yogyakarta
: Bina Aksara, 1984), hlm. 117. 27 Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama, op.
cit., hlm. 9.
21
pembinaan yang kontinyu pengembangan kemampuan profesional
personil, perbaikan situasi belajar-mengajar, dengan sasaran akhir
pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta didik.
2. Tujuan Supervisi Pendidikan
Secara umum tujuan supervisi adalah untuk mengembangkan
situasi belajar mengajar yang lebih baik dalam rangka pencapaian tujuan
akhir pendidikan.28
Secara khusus tujuan konkrit dari supervisi pendidikan adalah :
a. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan.
b. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid.
c. Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern, metode-
metode dan sumber-sumber pengalaman belajar.
d. Membantu guru dalam menilai kemajuan murid-murid dan hasil
pekerjaan guru itu sendiri.
e. Membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa
gembira dengan tugas yang diperolehnya.
f. Membantu gur-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan
sepenuhnya dalam pembinaan sekolah.29
Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru menambahkan 3 tujuan
lagi yaitu :
a. Membantu guru-guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid-
murid.
b. Membantu guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja
guru-guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka.
c. Membantu guru-guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian
terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber
masyarakat dan seterusnya.30
28 Lalu Muhammad Azhar, Supervisi Klinis, (Surabaya : Usaha Nasional, 1996), Cet.
1, hlm. 20. 29 Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,
(Surabaya : PT Bina Aksara, 1984), hlm. 40. 30 Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, op. cit., hlm. 24.
22
Sedangkan Ametembun merumuskan tujuan supervisi pendidikan
sebagai berikut :
a. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga
sekolah lain terhadap cara kerja yang demokratis dan
komprehensif, serta memperbesar kesediaan untuk tolong
menolong.
b. Melindungi orang-orang yang disupervisi terhadap tuntutan-
tuntutan yang tidak wajar dan kritik-kritik yang tidak sehat dari
masyarakat.
c. Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan (kolegiatas) di antara
guru.31
Sergiovanni menegaskan lebih lengkap lagi tujuan supervisi,
yaitu ada tiga tujuan supervisi. Antara lain :
a. Pengawasan kualitas
Dalam supervisi, supervisor bisa memonitor kegiatan proses belajar
mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui
kunjungan supervisor ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar,
percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan
sebagian murid-muridnya.
b. Pengembangan profesional.
Dalam supervisi, supervisor bisa membantu guru mengembangkan
kemampuannya dalam memahami pengajaran, kehidupan kelas,
mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan
kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu. Teknik-teknik
tersebut bukan saja bersifat individual, melainkan juga bersifat
kelompok.
c. Memotivasi guru.
Dalam supervisi, supervisor bisa mendorong guru menerapkan
kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya,
31 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003),
Cet. 5, hlm. 157.
23
mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta
mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh
(commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya.32
Charles L. Spain berpendapat bahwa : The supreme purpose of
supervision is the improvement of the quality of instruction.33 Artinya
bahwa tujuan utama supervisi adalah memperbaiki kualitas pengajaran.
Sedangkan Departemen Agama RI merumuskan tujuan dari
supervisi pendidikan agama adalah sebagai berikut :34
a. Membangkitkan dan merangsang semangat guru agama dan pegawai
sekolah dalam proses masing-masing dengan baik.
b. Mengembangkan dan mencari metode-metode belajar-mengajar
agama yang baru dalam proses pembelajaran yang lebih baik dan
lebih sesuai.
c. Mengembangkan kerja sama yang baik dan harmonis antara guru dan
siswa, guru dengan sesama guru, guru dengan kepala sekolah dan
seluruh staf sekolah yang berada dalam lingkungan sekolah yang
bersangkutan.
d. Berusaha meningkatkan kualitas wawasan dan pengetahuan guru
agama dan pegawai sekolah dengan cara mengadakan pembinaan
secara berkala, baik dalam bentuk workshop, seminar, in service,
training, up grading dan sebagainya.
Dari perumusan tujuan supervisi pendidikan di atas oleh para ahli
tampak jelas bahwa supervisi pendidikan bertujuan mengembangkan
iklim yang kondusif dan lebih baik dalam kegiatan belajar-mengajar,
melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar.
32 Ibrahim Bafadal, op. cit., hlm. 5. 33 Charles L. Spain, “A New Definition of The Functions of The Supervisor”,
http://links.jstor.org/sici?sici=0013-5984(192603)26% 3A7% 3C498%3AANDOTF% 3E2.0.CO %3B2-L, hlm.1.
34 Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama, op. cit., hlm. 12.
24
3. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan
Dalam melaksanakan tugasnya seorang supervisor harus
berpegang pada prinsip-prinsip yang kokoh demi kesuksesan tugasnya
atau memiliki pedoman bagi pelaksanaan tugasnya, yaitu35 :
1) Prinsip Fundamental / Dasar
Setiap pemikiran, sikap dan tindakan seorang supervisor
harus berdasar / berlandaskan sesuatu yang kokoh, kuat serta dapat
dipulangkan kepadanya. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila adalah
falsafah dan dasar negara kita, sehingga bagi supervisor, Pancasila
adalah prinsip fundamentalnya. Setiap supervisor pendidikan
Indonesia harus bersikap konsisten dan konsekuen dalam
pengamalan sila-sila Pancasila secara murni dan konsekuen.
2) Prinsip Praktis
Sesuai prinsip fundamental sebagai pedoman seorang
supervisor pendidikan Indonesia, maka dalam pelaksanaan sehari-
hari mereka berpedoman pada prinsip positif dan prinsip negatif.
a. Prinsip positif merupakan pedoman yang harus dilakukan
seorang supervisor agar berhasil dalam pembinaannya.
1. Supervisi harus konstruktif dan kreatif.
2. Supervisi harus dilakukan berdasarkan hubungan profesional,
bukan berdasarkan hubungan pribadi.
3. Supervisi hendaklah progresif, tekun, sabar, tabah dan
tawakal.
4. Supervisi hendaklah dapat mengembangkan potensi, bakat
dan kesanggupan untuk mencapai kemajuan.
5. Supervisi hendaklah senantiasa memperhatikan kesejahteraan
serta hubungan baik yang dinamis.
6. Supervisi hendaklah bertolak dari keadaan yang kini nyata
ada menuju sesuatu yang dicita-citakan.
35 Ary H. Gunawan, op. cit., hlm. 196-197.
25
7. Supervisi harus jujur, obyektif dan siap mengevaluasi diri
sendiri demi kemajuan.
b. Prinsip negatif merupakan pedoman yang tidak boleh dilakukan
oleh seorang supervisor dalam pelaksanaan supervisi.
1. Supervisi tidak boleh memaksakan kemauannya (otoriter)
kepada orang-orang yang disupervisi.
2. Supervisi tidak boleh dilakukan berdasarkan hubungan pribadi,
keluarga, dan sebagainya.
3. Supervisi tidak boleh menutup kemungkinan terhadap hasrat
berkembang dan ingin maju dari bawahannya dengan dalih apa
pun.
4. Supervisi tidak boleh mengeksploitasi bawahan dan bersifat
otoriter.
5. Supervisi tidak boleh menuntut prestasi di luar kemampuan
bawahannya / cita-cita muluk yang hampa.
6. Supervisi tidak boleh egois, tidak jujur dan menutup diri
terhadap kritik dan saran dari bawahannya.
Sejalan dengan hal ini Sergiovanni sendiri telah
merumuskan 11 buah prinsip yang melandasi operasi supervisi.
Secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Administrasi secara normal diarahkan pada penyediaan fasilitas
material dan dengan berbagai bentuk pelaksanaannya secara
umum.
2. Supervisi pendidikan dihubungkan dengan usaha pengembangan
setting belajar pada khususnya.
3. Administrasi dan supervisi secara fungsional tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Keduanya harus ada koordinasi,
hubungan, saling melengkapi, dan punya fungsi timbal balik
dalam pelaksanaan sistem pendidikan, penciptaan kondisi belajar
yang menyenangkan adalah tujuan umum keduanya.
4. Supervisi yang baik didasarkan pada falsafah dan pengetahuan.
26
5. Supervisi yang baik didasarkan pada pandangan-pandangan
demokratis.
6. Supervisi yang baik menerapkan metode-metode ilmiah dan
sikap-sikap pelaksanaannya disesuaikan dengan proses dinamis
daripada pendidikan.
7. Supervisi yang baik berusaha menerapkan proses pemecahan
masalah yang dinamis dalam mempelajari, mengembangkan dan
menilai hasil maupun proses.
8. Supervisi yang baik adalah bersifat kreatif .
9. Supervisi dilaksanakan dengan teratur, atas dasar rencana yang
dirumuskan secara kooperatif.
10. Supervisi yang baik akan ditentukan oleh hasil-hasil nyata yang
dicapainya.
11. Supervisi yang baik semakin mengarah pada tindakan
profesional.36
Piet A. Sahertian mengelompokkan prinsip-prinsip supervisi
pendidikan sebagai berikut :
a. Prinsip ilmiah (scientific), yaitu supervisi memenuhi tiga kriteria
sebagai prosedur ilmiah yaitu :
1) Sistematis karena dilakukan dengan cara teratur, melalui
perencanaan yang matang dan dilakukan secara kontinyu.
2) Obyektif karena dilakukan bukan atas prasangka individu, tetapi
didasarkan atas informasi dan data yang nyata ada.
3) Menggunakan instrumen yang baik yang digunakan untuk
mengumpulkan data sehingga data yang diperoleh benar-benar
data yang terandalkan.
b. Prinsip demokratis
Pelayanan dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan
hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-
36 Burhanuddin, Analisis Administrasi, Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan,
(Jakarta : Bumi Aksara, 1994), Cet. 1, hlm. 293.
27
guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis
mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru,
bukan berdasarkan atasan dan bawahan, tapi berdasarkan rasa
kesejawatan.
c. Prinsip kerja sama
Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi
sharing of idea, sharing of experience, memberi support,
mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh
bersama.
d. Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi
kreativitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang
menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan.37
Suharsimi Arikunto menambahkan dua prinsip lagi, yaitu :
1. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka, tidak sembunyi-
sembunyi, tetapi dengan cara terus terang melalui pemberitahuan
baik resmi maupun tidak resmi.
2. Supervisi bukan hanya tertuju kepada satu atau lebih unsur yang ada
di sekolah tetapi meliputi guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha,
dan obyeknya meliputi kurikukulum, sarana, pembiayaan,
kesiswaan, kegiatan humas, dan tata laksana.38
Adapun Ibrahim Bafadal mengemukakan bahwa prinsip-prinsip
supervisi sebagai berikut :
1. Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang
harmonis.
2. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan.
3. Supervisi harus demokratis.
4. Program supervisi harus integral dengan program pendidikan.
37 Piet A. Sahertian, op. cit., hlm. 20. 38 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. 2, hlm. 158.
28
5. Supervisi harus komprehensif.
6. Supervisi harus konstruktif.
7. Supervisi harus obyektif.39
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
prinsip-prinsip supervisi pendidikan meliputi beberapa hal, diantaranya
yaitu : ilmiah, demokratis, kooperatif, konstruktif, kreatif, teratur, dan
berkesinambungan, obyektif, integral dengan program pendidikan, dan
dapat menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis.
4. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan
Untuk mencapai hasil yang maksimal, supervisi pendidikan harus
dilaksanakan dengan teknik-teknik tertentu. Made Pidarta
mengemukakan, ada 7 teknik supervisi pendidikan yaitu :
1. Observasi kelas.
2. Supervisi sebaya.
3. Pendapat siswa.
4. Dengan alat elektronik.
5. Demonstrasi.
6. Kunjungan sekolah dan sumber-sumber belajar lainnya.
7. Pertemuan ilmiah.40
Secara garis besar teknik supervisi pendidikan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
1. Teknik yang bersifat individu (perorangan)
Adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu
yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan.41 Teknik
individu ini meliputi :
a. Kunjungan kelas
Adalah kunjungan yang dilakukan oleh kepala sekolah,
pengawas, dan pembina lainnya ke dalam kelas dimana guru
39 Ibrahim Bafadal, op. cit., hlm. 7-8. 40 Made Pidarta, op. cit., hlm. 53. 41 Imam Bafadal, op.cit., hlm. 45.
29
sedang mengajar, dengan tujuan menolong guru-guru dalam hal
pemecahan kesulitan yang mereka hadapi.
b. Observasi kelas
Adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor dengan
jalan meneliti suasana kelas selama pelajaran berlangsung
dengan tujuan untuk memperoleh data yang seobyektif mungkin
sehingga dapat menganalisa kesulitan-kesulitan yang dihadapi
guru-guru dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar.
c. Pertemuan individual
Adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran
antara pembina atau supervisor dengan guru mengenai usaha
meningkatkan kemampuan profesional guru.
d. Kunjungan antar kelas
Adalah guru dari kelas yang satu berkunjung ke kelas yang lain
dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Dengan teknik ini
diharapkan guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman
sejawatnya mengenai pelaksanaan proses belajar mengajar,
pengelolaan kelas, dan sebagainya.
e. Menilai diri sendiri
Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif
kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan
kesempatan kepada guru mempelajari metode pengajarannya
dalam mempengaruhi murid.
2. Teknik yang bersifat kelompok.
Adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan
pada dua orang atau lebih yang mempunyai masalah yang sama.
Teknik ini meliputi 42:
42 Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta : PT Ardadizya
Jaya, 2000), hlm. 203.
30
a. Orientasi terhadap guru baru
Teknik ini mempunyai tujuan khusus mengantar guru untuk
memasuki suasana kerja yang baru.
b. Rapat guru
Di dalam rapat guru ini supervisor mengadakan pertemuan
dengan guru-guru guna membahas masalah-masalah yang timbul
pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
c. Studi kelompok antar guru
Guru-guru yang mengajar dalam mata pelajaran yang sama
berkumpul untuk mempelajari suatu masalah yang ada dalam
bahan pelajaran, selain itu juga membahas ilmu pengetahuan
yang sedang berkembang.
d. Diskusi sebagai proses kelompok
Pertukaran pendapat tentang suatu masalah untuk dipecahkan
bersama, dengan adanya diskusi dapat mengembangkan
ketrampilan anggota atau guru dalam mengatasi kesulitan-
kesulitan dengan jalan bertukar pikiran diantara guru.
e. Tukar menukar pengalaman
Dengan adanya pertemuan guru saling bertukar pikiran atau
pengalaman, saling memberi dan menerima, saling belajar satu
dengan yang lain. Dengan satu tujuan agar guru dapat belajar dari
pengalaman temannya dalam membimbing murid dalam proses
belajar mengajar.
Kemudian Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto
menambahkan 13 teknik lagi dalam teknik supervisi yang bersifat
kelompok yaitu :
1. Panitia penyelenggara
Guru dilibatkan dalam suatu kegiatan bersama yang terorganisir dan
ditunjuk beberapa orang guru sebagai penanggungjawab pelaksanaan
organisasi tersebut. Dalam melaksanakan tugas ini guru mendapat
pengalaman-pengalaman dalam mencapai tujuannya sehingga guru
31
dapat tumbuh dan berkembang dalam profesi mengajarnya dengan
adanya pengalaman-pengalaman itu.
2. Loka karya (workshop)
Dalam workshop disediakan suatu ruangan khusus yang dilengkapi
dengan sumber-sumber pustaka dan berbagai peralatan sehingga
guru dapat bekerja dan belajar dalam ruangan itu.
3. Diskusi panel
Adalah satu bentuk diskusi yang dipentaskan dihadapan sejumlah
partisipant atau pendengar.
4. Seminar
Dalam seminar yang dibahas adalah suatu masalah yang
disampaikan oleh pemrasaran dan diberikan pada para partisipant
untuk menyangga masalah yang dibahas oleh pemrasaran.
5. Symposium
Suatu teknik pembahasan suatu masalah untuk meninjau suatu pokok
bahasan yang ditulis oleh beberapa ahli dan dikumpulkan serta
diterbitkan sebagai suatu buku yang ditinjau dari berbagai sudut
pandangan dan disertai dengan korelekskan.
6. Pelajaran contoh (demonstration teaching)
Suatu teknik yang bersifat kelompok bilamana supervisor itu
memberi penjelasan-penjelasan kepada guru-guru tentang mengajar
yang baik.
7. Perpustakaan jabatan
Dalam suatu sekolah disediakan ruangan khusus untuk perpustakaan
jabatan sendiri yang berisi buku-buku sumber majalah, brosur dan
bahan lainnya yang telah diseleksi dengan teliti mengenai suatu
bidang studi.
8. Bulletin supervisi
Supervisor mengeluarkan suatu bentuk tulisan yang digunakan
sebagai alat untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki proses
belajar mengajar.
32
9. Membaca langsung (directed reading)
Guru membaca langsung sumber-sumber pustaka yang ada apabila
dalam sekolah itu tersedia.
10. Mengikuti kursus
Dalam hal ini guru mengikuti kursus yang bersifat penataran
sehingga guru memperoleh pengetahuan dan ketrampilan tambahan
sehingga mereka akan mengalami peningkatan dalam profesi
mereka.
11. Organisasi jabatan (professional organization)
Suatu kelompok jabatan yang membentuk organisasi dalam
melaksanakan suatu kegiatan.
12. Curriculum laboratory
Suatu tempat yang dijadikan pusat kegiatan dimana guru dapat
mengadakan percobaan untuk mengembangkan kurikulum.
13. Perjalanan sekolah untuk anggota staff (field trip)
Guru mengadakan perjalanan sekolah atau berkunjung ke suatu
daerah atau sekolah yang lebih maju dengan tujuan untuk belajar dari
sekolah tersebut.43
Keempat pendapat di atas sepakat bahwa supervisi pendidikan
dapat dilakukan dengan berbagai teknik, yaitu kunjungan kelas, rapat
guru, diskusi, lokakarya, seminar, demonstrasi mengajar, buletin
supervisi, bahkan penilaian diri sendiri berkaitan dengan pelaksanaan
tugas oleh para guru.
C. Ruang Lingkup Pengawasan (Supervisi) Pendidikan Agama
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran terdapat tiga unsur pokok
yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur
dimaksud adalah personal, material dan operasional. Oleh sebab itu ruang
43 Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, op.cit., hlm. 49-54.
33
lingkup supervisi pendidikan agama pun mencakup ketiga unsur tersebut,
yang bila dijabarkan akan tergambar sebagai berikut44 :
1. Unsur personal
Lingkup pertama dalam supervisi pendidikan agama adalah para
personal dalam sekolah / madrasah yang disupervisi. Adapun para
personal dimaksud adalah kepala sekolah, pegawai tata usaha, guru
agama dan siswa.
a. Kepala Sekolah/Madrasah
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap kepala
sekolah/madrasah adalah :
1). Masalah jalannya pendidikan dan pengajaran
2). Masalah program pendidikan dan pengajaran di sekolah
3). Masalah kepemimpinan kepala sekolah
4). Masalah administrasi sekolah
5). Masalah kerja sama sekolah dengan sekolah lain dan instansi
terkait lainnya.
6). Masalah kebijaksanaan sekolah yang menyangkut kegiatan intra
dan ekstra kurikuler.
7). Masalah BP3 dan POMG, dan lain-lain.
b. Pegawai Tata Usaha
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap kepala tata
usaha sekolah dan seluruh stafnya antara lain :
1). Masalah administrasi sekolah.
2). Masalah data dan statistik sekolah.
3). Masalah pembukuan.
4). Masalah surat-menyurat dan kearsipan.
5). Masalah rumah tangga sekolah.
6). Masalah pelayanan terhadap kepala sekolah, guru dan siswa.
7). Masalah laporan sekolah, dan lain-lain.
44 Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama, op.
cit., hlm. 16-22.
34
c. Guru Agama
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap guru agama
antara lain adalah :
1). Masalah wawasan dan kemampuan profesional guru agama.
2). Masalah kehadiran dan aktifitas guru agama.
3). Masalah persiapan mengajar guru agama, mulai dari
penyusunan analisis materi pelajaran, program tahunan,
program semester, program satuan pelajaran sampai dengan
persiapan mengajar harian atau rencana pengajaran.
4). Masalah pencapaian target kurikuler dan kegiatan ekstra
kurikuler.
5). Masalah kerja sama guru agama dengan siswa, dengan sesama
guru, dengan tata usaha dan dengan kepala sekolah.
6). Masalah tri pusat pendidikan yang terdiri atas sekolah, keluarga
dan masyarakat.
7). Masalah kemajuan belajar siswa.
8). Masalah sarana dan prasarana pendidikan agama.
9). Masalah metodologi pendidikan dan pengajaran agama.
10). Masalah kesejahteraan guru agama, dan lain-lain.
d. Siswa
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap siswa antara lain
adalah :
1). Motivasi belajar siswa.
2). Tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa.
3). Keterlibatan siswa dalam berbagai kegiatan intra dan ekstra
kurikuler.
4). Pengembangan organisasi siswa (OSIS)
5). Sikap guru dan kepala sekolah terhadap siswa.
6). Keterlibatan orang tua siswa dalam berbagai kegiatan keagamaan
di sekolah.
7). Kesempatan memperoleh pelayanan secara prima dari sekolah.
35
8). Kelengkapan sarana dan prasarana pengajaran agama di sekolah,
termasuk laboratorium, perpustakaan, alat-alat olah raga dan lain-
lain.
2. Unsur Material
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap material dan sarana
fisik lainnya adalah :
a. Ketersediaan ruangan untuk perpustakaan, laboratorium, ruang
praktek ibadah, aula dan sebagainya.
b. Pengelolaan dan perawatan terhadap fasilitas tersebut.
c. Pemanfaatan buku-buku teks pokok dan buku-buku penunjang
pendidikan keagamaan.
d. Pemanfaatan media dan alat peraga pendidikan agama.
e. Kelengkapan dan perawatan peralatan penunjang kegiatan
administrasi sekolah, seperti mesin tik, komputer, filing cabinet,
dan lain-lain.
f. Pemanfaatan dan perawatan peralatan laboratorium dan
perpustakaan sekolah.
g. Pemanfaatan dan perawatan peralatan olah raga dan kesenian dan
sebagainya.
3. Unsur Operasional
Hal-hal yang perlu disupervisi terhadap unsur operasional antara
lain adalah :
a. Masalah yang berkaitan dengan teknis edukatif pendidikan agama,
yang mencakup kurikulum, proses belajar-mengajar, evaluasi /
penilaian dan kegiatan ekstra kurikuler.
b. Masalah yang berkaitan dengan teknis administratif, yang mencakup
administrasi personil, administrasi material, administrasi kurikulum
dan sebagainya.
c. Masalah yang berkaitan dengan koordinasi dan kerja sama, yang
mencakup :
36
1). Sekolah dengan keluarga dan masyarakat
2). Sekolah dengan sekolah-sekolah lainnya.
3). Sekolah dengan lembaga sosial kemasyarakatan (LSM) /
kemasjidan.
4). Sekolah dengan organisasi kepemudaan.
5). Sekolah dengan instansi pemerintah terkait, dan sebagainya.
d. Masalah yang berkaitan dengan pengembangan kelembagaan, yang
mencakup :
1). Pengembangan KKG dan MGMP-PAI;
2). Pengembangan KKS dan MKKS;
3). Hubungan antara KKG, MGMP dan Pokjawas;
4). Pendayagunaan wadah KKG dan MGMP yang ada.
e. Masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan ekstra kurikuler,
seperti :
1). Peringatan hari besar nasional di sekolah / madrasah
2). Peringatan hari-hari besar Islam
3). Kegiatan olah raga dan kesenian di sekolah / madrasah
4). Kegiatan pesantren kilat
5). Kegiatan ketaqwaan
6). Kegiatan sosial kemasyarakatan, dll.
Secara sederhana dapat dipertegas kembali bahwa ruang lingkup
supervisi pendidikan agama merupakan gambaran umum yang perlu
dipahami oleh setiap petugas supervisi / pengawas PAI. Karena dengan
ruang lingkup tersebut para supervisor akan mengetahui dengan jelas hal-hal
pokok yang harus dikerjakan.
37