If you can't read please download the document
Upload
vunguyet
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri
dan kemampuan, yang di ekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung (Schult & Videbeck, 1998)
Gangguan harga diri rendah keadaan dimana individu mengalami
atau beresiko mengalami evaluasi diri negatif terntang kemampuan atau
diri(Carpenito 1997)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan (Townsend, 1998).
Dapat di simpulkan bahwa harga diri rendah merupakan perasaan
over negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal
mencapai tujuan yang di ekspresikan secara langsung maupun secara tidak
langsung melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.
B. Rentang Respon Konsep Diri
RENTANG RESPON KONSEP DIRI
Respon adaptif Respon maladaptif
Aktualisasi Konsep Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
Diri diri positif rendah identitas
Skema 1.3 Rentang Respon Konsep Diri
(Sumber : Townsend, 1996).
Keterangan:
1. Aktualisasi diri
Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2. Konsep diri
Apa bila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
3. Harga diri rendah
Transisi antara respon konsep diri adaptif dan konsep diri maladaptive
4. Kerancauan identitas
Kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial, kepribadian pada
masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
diri dengan orang lain (Keliat, 1998).
C. Komponen Konsep Diri
Komponen konsep diri meliputi : gambaran diri, konsep diri ,harga diri ,
peran , identitas , identitas diri (Stuart dan Sundeen, 1991)
1. Gambaran diri (citra tubuh )
Citra tubuh adalah sikap individu secara sadar atau tidak sadar terhadap
tubuh nya . meliputi persepsi masalalu atau sekarang mengenai ukuran dan
bentuk fungsi, penampilan dan potensi tubuh.
a. Stressor yang terjadi pada citra tubuh
1) perubahan ukuran tubuh: penurunan bb
2) perubahan bentuk tubuh : tindakan infasif (operasi, daerah
pemasangan infus).
3) Perubahan fungsi tubuh:beberapa penyakit yang dapat merubah
sisa tubuh.
b. Tanda dan gejala gangguan citra tubuh
1) Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
2) Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi.
3) Menolak penjelasan perubahan tubuh.
4) Preakupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
5) Persepsi negatif terhadap tubuh.
6) Mengungkapkan keputusan.
7) Mengungkapkan ketakutan.
2. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
sesuai dengan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe
yang di inginkan atau sejumlah aspirasi , cita-cita dan harapan pribadi
berdasarkan norma sosial (keluarga , budaya).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri:
a. Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas
kemampuannya.
b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri
kemudian standar ini di tetapkan dengan standar teman.
c. Ambisi keinginan untuk melebihi dan berhasil , kebutuhan yang
realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan,perasaan cemas
dan rendah diri.
3. Harga diri
Penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri.harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri
tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, kegagalan, tetap
merasa sebagai seorang penting dan berharga (Stuart, 1998).
Menurut (Stuart dan Sundeen, 1991) empat cara meningkatkan harga diri
rendah pada anak:
a. Memberikan kesempatan untuk berhasil
Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan kemudian beri
pengetahuan dan pujian akan keberhasilan.
b. Menanamkan gagasan
Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreativitas anak untuk
berkembang.
c. Mendorong aspirasi
Pertanyaan dan anak perlu ditanggapi dengan memberikan penjelasan
yang sesuai, berikan pengetahuan dan sokongan untuk aspirasi yang
positif dan bermakna.
d. Membantu membentuk koping
Pada tiap tahap perkembangan individu mempunyai tugas
perkembangan yang harus diselesaikan. Anak akan merasa lebih berhasil
jika diterima dan diakui oleh orang lain, merasa mampu menghadapi
kehidupan merasa dapat mengontrol dirinya, harga diri rendah yang
rendah berhubungan dengan interpersonal yang buruk dan terutama
menonjol pada pasien skizotrenia dan depresi.
4. Performa peran
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran
yang ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seorang tidak mempunyai
pilihan. peran yang diambil adalah peran yang terpilih atau dipilih
individu (Stuart, 1998).
Posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran, stres peran
terdiri dari konflik peran, peran tidak jelas, peran yang terlalu banyak.
Sikap peran terdiri dari :
a. Konflik peran : dialami jika peran yang diminta konflik dengan
sistem individu atau dua peran yang konflik satu sama lain.
b. Peran yang tidak jelas : terjadi jika individu diberi peran yang tidak
jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.
c. Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam proses transisi
merubah nilai dan sikap, misalnya seseorang yang masuk ke dalam
suatu profesi dimana terjadi konflik antara nilai individu dan
profesi.
d. Peran berlebih jika seseorang individu menerima banyak peran
misal sebagai istri, ibu, perawat, mahasiswa dituntut melakukan
banyak hal terjadi tidak terjadi waktu untuk menyelesaikan (Keliat,
1992)
Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan
peran harus dilakukan (Stuart dan Sundeen, 1991) :Kejelasan perilaku
dan pengetahuan yang sesuai dengan peran, Konsistensi respon yang
berarti terhadap peran yang dilakukan, Kesesuaian dan keseimbangan,
Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran,
Pemisahan situasi yang akan mendapatkan ketidaksesuaian
berperilaku peran.
5. Identitas diri
Prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu
(Stuart 2006).
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan
perkembangan konsep diri. Individu dengan kepribadian yang sehat akan
mengalami hal-hal berikut ini:
a. Gambaran diri positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan perhatian
yang sesuai akan kesehatan diri. termasuk persepsi saat ini dan yang
lalu, akan diri sendiri, dan perasaan tentang ukuran, fungsi
penampoilan dan potensi tubuh.
b. Ideal diri yang realistis
Individu yang mempunyai ideal diri yang realistis akan mempunyai
tujuan hidup yang dicapai.
c. Konsep diri yang positif
Konsep diri positif menunjukan bahwa individu akan sukses didalam
hidupnya.
d. Harga diri yang tinggi
Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang
dirinya sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat. ia memandang
dirinya sangat sama dengan apa yang diinginkan.
e. Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian yang sehat akan dapat
berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan.
ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina
hubungan interdependen.
f. Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya, yang memberi arah kehidupan
dalam mencapai tujuan. (Keliat, 1992).
Respon konsep diri sepanjang rentang sehat-sakit berkisar dari status
aktualisasi diri yang paling adaptif sampai status kerancuan identitas
serta depersonalisasi yang lebih maladaptif (Skema1.3). Kerancuan
identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan
berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian
psikososial dewasa yang harmonis. Depersonalisasi ialah suatu
perasaan tidak realistis dan merasa asing pada diri sendiri. Hal ini
berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji
reallitas. Individu mengalami kesulitan membedakan diri sendiri dari
orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya
(Stuart, 2006)
Mengidentifikasi 6 ciri identitas ego :
a. Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah
dari orang lain.
b. Mengakui jenis kelamin sendiri.
c. Memandang bebbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu
keselarasan.
d. Menilai diri sendir sesuai dengan penilaian masyarakat.
e. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
f. Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan.
D. Pengkajian
1. Faktor predisposisi
Terjadinya gangguan konsep harga diri rendah kronis juga dipengaruhi
beberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial dan
kultural.
a. Faktoer biologis, biasanya karna ada kondisi sakit fisik yang dapat
mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak
pada keseimbangan neurotransmiter di otak contoh kadar serotonin yang
menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien
depresi kecendrungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien
lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.
b. Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah kronis sangat
berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan
peran dan fungsi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami
harga diri rendah kronis meliputi orang tua yang penolakkan orang,
harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya
terhadap anaknya, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan
jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan.
c. Faktor sosial: sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses
terjadinya harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat tinggal
didaerah kumuh dan rawan, kultur sosial yang berubah misal ukuran
keberhasilan individu.
d. Faktor kultural: tunutunan peran sosial kebudayaan sering
meningkatkan kejadian harga diri rendah kronis antara lain: wanita sudah
harus menikah jika umur mencapai dua puluhan, perubahan kultur kearah
gaya hidup individualisme.
2. Faktor presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang
dihadapi individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah.
Situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya.
stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan
kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti: pola asuh anak tidak
tepat misalnya: terlalu dilarang, dituntut, persaingan dengan saudara,
kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat di capai,
gagal tanggung jawab terhadap diri sendiri (Stuart dan sundeen, 1991).
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal
sebagai berikut:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga
jenis transisi peran :
1) Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh
Kehilangan bagian tubuh, Perubahan ukuran, bentuk, penampilan
atau fungsi tubuh Perubahan fisik yang berhubungan tumbuh
kembang normal dan prosedur medis dan keperawatan (Stuart,
1998)
E. Tanda dan Gejala
Stuart (2006) mengemukakan gangguan perilaku pada konsep diri
dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
1. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah: Mengkritik diri
sendiri dan orang lain, Penurunan produktivitas, Destruktif yang diarahkan
pada orang lain, Gangguan dalam berhubungan, Rasa diri penting yang
berlebihan, Perasaan tidak mampu, Rasa bersalah, Mudah tersinggung atau
marah berlebihan, Perasaan negatif tentang dirinya sendiri, Ketegangan
peran yang dirasakan, Pandanangan hidup yang pesimis, Keluhan fisik,
Pandangan hidup yang bertentangan, Penolakan terhadap kemampuan
personal, Destruktif terhadap diri sendiri, Pengurangan diri, Menarik diri
secara sosial, Penyalahgunaan zat, Menarik diri dari realitas, dan
Khawatir.
2. Perilaku yang berhubungan dengan kerancauan identitas :Tidak ada
kode moral, Sifat kepribadian yang bertentangan, Hubungan interpersonal
eksploitatif, Perasaan hampa, Perasaan yang berfluktuasi tentang diri
sendiri, Kerancuan gender, Tingkat ansietas tinggi, Ketidak mampuan
untuk empati pada oranng lain, Kehilangan keautentikan, serta Masalah
intimasi.
3. Perilaku yang Berhubungan dengan Depersonalisasi:
a. Afektif
1) Perasaan asing
2) Perasaan tidak aman, rendah, takut, malu
3) Perasaan tidak realistis
4) Rasa isolasi yang kuat
5) Ketidakmampuan untuk mendapatkan kesenagan atau perasaan
mencapai sesuatu
6) Kurang rasa kesinambungan dalam diri
7) Kehilangan identitas
b. Persepsi
1) Halusinasipendengaran dan penglihatan
2) Kebingungan tentang seksualitas diri sendiri
3) Kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain
4) Gangguan citra tubuh
5) Mengalami dunia seperti dalam mimpi
c. Kognitif
1) Bingung
2) Disorientasi waktu
3) Gangguan berfikir
4) Gangguan memori
5) Gangguan penilaian
6) Kepribadian yang terpisah dalam diri orang yang sama
d. Perilaku
1) Afek tumpul
2) Emosi yang pasif dan tidak berespon
3) Komunikasi yang tidak sesuai
4) Kurang spontanitas dan animasi
5) Kehilangan kendali terhadap impuls
6) Kehilangan inisiatif dan kemampuan membuat keputusan
7) Menarik diri secara sosial
Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak
dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya (Stuart dan
Sundeen, 1991).
F. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek
atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme. Pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri sendiri yang
menyakitkan.
Pertahanan jangka pendek meliputi :
1. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis
misalnya : menonton konser musik, menonton televisi secara obsesif.
2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara, Misalnya
ikut dalam klub sosial ,agama, kelompok, gerakan.
3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasan
diri yang tidak menentu, misalnya : olah raga yang kompetitif,
prestasi akademis, kontes untuk mendapatkan popularitas.
4. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat
identitas di luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini, misal:
penyalah gunaan obat.
Pertahanan jangka panjang mencakup :
1. Penutupan identitas adopsi identitas prematur yang di inginkan oleh
orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan , aspirasi, atu petensi
diri individu.
2. Identitas negativ-asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat. (Stuart,2006)
G. Etiologi
1. Gangguan citra tubuh
Mikanisme: gangguan citra tubuh merupakan perubahan persepsi
tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukur, bentuk, struktur,
fungsi, keterbatasan makna dan obyek yang sering kontak dengan
tubuh, klien biasanya tidak dapat menerima kondisinya merasa kurang
sempurna kemudian akan timbul harga diri rendah.
2. Ideal diri tidak realistik
Mikanisme: ideal diri yang terlalu tinggi sukar dicapai dan sukar
realitas, idial diri yang sukar dan tidak jelas, cenderung menuntut.
Kegagalan-kegagalan yang dialami dan fantasi yang terlalu tinggi
yang tidak dapat dicapai membuat frustasi dan timbul harga diri
rendah (Keliat, 1998).
H. Akibat
1. Perubahan penampilan peran
Mekanisme: berubah atau berhentinya fungsi peran seseorang yang
disebabkan oleh penyakit merupakan akibat dari harga diri rendah.
2. Keputusan
Mikanisme: merupakan persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan
mempengaruhi hasil karena kurang percaya diri dengan kemampuannya
karena menganggap dirinya tidak mampu
3. Menarik diri
Mikanisme: perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan oarang lain, karena menganggap dirinya
tidak pantas berada di lingkungan tersebut yang merupakan akibat dari
harga diri rendah (Keliat, 1998)
I. Pohon masalah
Perubahan sensori persepsi
Isolasi sosial
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
Gangguan citra tubuh Idial diri tidak realistik
(Keliat, 1998)
Masalah dan Data yang perlu di kaji
1. Resiko gangguan sensorik persepsi : halusinasi
a. Data objektif :
Berbicara dan tertawa sendiri, tersenyum, bersikap seperti mendengar
atau melihat sesuatu, berhenti bicara ditengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu, disorientasi, menggerakkan bibir tanpa suara,
diam dan asyik sendiri.
b. Data subjektif :
Mendengar suatu bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata,
melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata, mencium bau tanpa
stimulus, takut pada suara atau bunyi atau gambaran yang didengar,
ingin memukul atau melempar barang.
2. Isolasi sosial : menarik diri
a. Data objektif :
Apatis, ekspresi sedih, efek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar,
banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), mendak berhubungan
dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
b. Data subjektif :
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat, ya atau tidak.
3. Harga diri rendah
a. Data objektif :
Pasien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri.
b. Data subjektif
Pasien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh atau tidak
tahu apa-apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri (Townsend, 1998).
J. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
2. Isolasi Sosial
3. Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi (Townsend, 1998).
K. Terapi medis
Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah juga tidak
digolongkan sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan
antidepresan, Karena fungsi dari obat anti depresan ini adalah memblok
pengambilan kembali neurotransmitter norepineprin dan serotinin,
meningkatkan konsentrasinya pada sinaps dan mengkoreksi defisit yang
diperkirakan menyebabakan alam perasaan melankolis. Hal ini sesuai
dengan masalah neurotransmitter yang di hadapi oleh klien dengan harga
diri rendah yaitu adanya penurunan neurotransmitter seperti serotonin,
neropineprin.
Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri
rendah kali ini pemberian obat yang dapat diberikan lebih banyak dalam
jenis Tricyclic Anti Depresan (TCA) : amitriptiline, imipramine,
desipramine, notriptilin, sesuai dengan fungsi obatnya yaitu untuk
meningkatkan reuptake seorotonin dan norepinefrin sehingga
meningkatkan motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu
pengobatan yang diberikan pada klien dengan depresi tetapi juga
mengalami skizofrenia sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling
meningkatkan.
L. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa keperawatan : Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan umum :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tujuan khusus :
Setelah Ix interaksi diharapkan:
Klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa
tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau berjabat tangan,
mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang
dihadapi mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi :
a Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi
yang terapeutik:
1)Sapa pasien dengan ramah tamah baik verbal maupun nonverbal
2)Perkenalkan diri dengan sopan
3)Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang
4)Jelaskan tujuan pertemuan
5)Jujur dan menepati janji
6)Tunjukan sikap empati dan menerima pasien
7) Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya
b. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang di
miliki klien, keluarga dan lingkungan
Tujuan khusus : Setelah 2x interaksi pasien menyebutkan:
Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga lingkungan
aspek positif keluarga
aspek positif lingkungan pasien
Intervensi :
1) Diskusikan dengan pasien tentang :
aspek positif yang dimiliki pasien, keluarga, lingkungan
kemampuan yang dimiliki pasien
2) Bersama pasien buat daftar tentang:
aspek positif yang dimiliki pasien, keluarga, lingkungan
kemampuan yang dimiliki pasien
3) Beri pujian yang realistis hindarkan pemberian penilaian yang
negatif
Rasional : Sebagai dasar asuhan keperawatan
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
Tujuan khusus :
Setelah 2x interaksi pasien menyebutkan kemampuan yang dapat
dilaksanakan
Intervensi :
Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat di gunakan
selama sakit dan dapat di lanjutkan penggunaan
Rasional : Memotivasi diri untuk tetap mempertahankan penggunaannya
d. Membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan
Tujuan khusus :
Setelah 1x interaksi klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai
kemampuan yang dimiliki
Intervensi
1) Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi dan kondisi
2) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan klien ( kegiatan mandiri dengan bantuan )
3) Beri contoh kegiatan yang boleh digunakan
Rasionalnya : Klien dapat berfikiran positif sehingga bisa membuat
klien percaya diri
e. Melatih klien kegiatan yang dipilih sesuai rencana yang dibuat sesuai
kemampuan klien
Tujuan khusus :
Setelah 1x interaksi Klien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal
yang dibuat
Intervensi
1) Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan
2) Pantau kegiatan yang telah dilaksanakan
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang
Rasionalnya :
Karena klien adalah individu yang bertangguang jawab terhadap dirinya
f. Menganjurkan klien memasukkan dealam jadwal kegiatan harian
Tujuan khusus :
Setelah 1x interaksi klien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal
yang dibuat
Intervensi
Memotivasi klien untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan
kedalam jadwal kegiatan harian
Rasional : Agar klien terbiasa melakukanya
2. Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial : menarik diri
Tujuan umum : pasien mampu memnyebutkan penyebab menarik diri
Tujuan khusus :
Setelah 1x interaksi klien dapat menyebutkan minimal satu penyebab
menarik diri
Intervensi :
a. Tanyakan klien tentang :
1) Orang yang tinggal serumah /sekamar dengan klien
2) Orang yang paling dekat dengan klien di rumah
3) Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut
4) Orang yang tidak dekat dengan klien diruamh/diruang perawatan
5) Apa yang membuat klien tidak dekat dengan tersebut
6) Upaya yang dilakukaan agar dekat dengan orang tersebut
7) Diskusiakn dengan klien tentang penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul dengan orang lain
8) Beri pujian terhadap kemampuan klien yang mengunggkapkan
perasaannya
Rasionalnya
Dengan mengetahui penyebab menarik diri, dapat mempermudah
asuhan keperawatan
b. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
Tujuan khusus :
Setelah 1x interaksi dengan klien , klien mampu menyebutkan
keuntungan berhubungan sosial :misalnya :
- Banyak teman
- Tidak kesepian
- Bisa berdiskusi
- Saling menolong
Dan kerugian menarik diri, misalnya :
- Sendiri
- Kesepian
- Tidak bisa diskusi
Intervensi
1) Tanyakan pada klien tentang manfaat hubungan sosial dan kerugian
menarik diri
2) Diskusiakan pada klien tentang manfaat hubungan sosial dan
kerugian menarik diri
3) Beri pujian terhadap kemampuan klien yang mengunggkapkan
perasaanya
Rasionalnya
Meningkatkan pemahaman klien tentang hubungan dengan orang
lain
c. Melatih klien berkenalan dengan satu orang
Tujuan khusus :
Setelah 1x interaksi dapat memperagakan cara berkenalan dengan 1
orang
Intervensi
1) Beri motivasi dan bantu klien berkenalan atau komunikasi dengan :
perawat, pasien dan kelompok
2) Beri reinforcement positif atas keberhasilan dan usaha klien dalam
berkenalan denagan satu orang
3) Motivasi klien untuk lebih banyak lagi berkenalan dengan orang
Rasionalnya
Meningkatkan interaksi klien dengan lingkungan
d. Membimbing klien memasukkan kedalam jadwal
Tujuan khusus :
Setelah 1x intraksi klien mau memasukkan kegiatan yang telah
dilakukan kedalam jadwal harian
Intervensi :
Motifasi klien untuk memasukkan kegiatan kegiatan yang telah
dilakukan kedalam jadwal harian
Rasionalnya
Agar klien terbiasa melakukanya
3. Diagnosa keperawatan : Perubahan persepsi sensori
Tujuan umum :
Mengidentifikasi jenis halusinasi
a) Mengidentifikasi isi halusinasi
b) Mengidentifikasi waktu halusinasi
c) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
d) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
Tujuan khusus :
Setelah 1x interaksi diharapkan :
Klien dapat menyebutkan :
- Mengetahui jenis halusinasi
- Mengetahui isi halusinasi
- Mengetahui waktu halusinasii
- Mengetahui frekwensi halusinasi
- Mengetahui situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi
Intervensi
1) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (dengar /
lihat / penghindu/ raba/ kecap ) jika menemukan klien yang sedang
halusinasi
a) Tanyakan apakh klien mengalami sesuatu halusinasi (dengar /
lihat / penghindu/ raba / kecap)
b) Jika klien mnjawab iya , apa yang sedang dialaminya
c) Katakan bahwa pwrawat percaya klien mengalami (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi)
d) Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama
e) Katakan bahwa perawat akan membantu klien
2) Jika klien tidak sedang berhalusinasi , diskusikan dengan klien :
a) Isi waktu dan frekwensi terjadinya halusinasinya ( pagi, siang,
sore, malam atau sering dan kadang-kadang )
b) Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan
halusinasi
Rasionalnya
Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan
perawatan dalam melaksanakan intervensi dan mengenal
halusinasi memungkinkan klien untuk menghindarkan faktor
pencetus timbulnya halusinasi
1) Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
Tujuan khusus :
Setelah 1x interaksi klien menyatakan perasaan dan responya saat
mengalami halusinasi :
Marah
Takut
Sedih
Senang
Cemas
Jengkel
Intervensi
a) Diskusikan dengan klien tentang apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi dan beri kesempatan untuk menggunggkapkan
perasaanya
b) Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi
perasaan tersebut
c) Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien
menikmati halusinasinya.
Rasionalnya : Sebagai dasar asuhan keperawatan
2) Melatih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
Tujuan khusus :
Setelah 1x interaksi klien menyebutkan tindakan yang biasanya
dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya
Klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasinya
Klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi
(dengar/ lihat / penghindu / raba kecap )
Klien melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengontrol
halusinasinya
Intervensi
a) Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b) Diskusikan cara yang digunakan klien:
Jika yang digunakan adaptif beri pujian
Jika yang digunakan maladaptif diskusikan kerugian cara tersebut
c) Diskusikan cara baru untuk memutuskan / mengotrol timbulnya
halusinasi :
Katakan pada diri sendiri kalau itu tidak nyata saya tidak mau
dengar / lihat / penghindu / raba/kecap pada saat halusinasi terjadi).
Menemui orang lain (perwat/ teman / anggota/ keluarga) untuk
menceritakan tentang halusinasinya
Membuat dan melaksanakan jadwal yang telah disusun
Meminta keluarga atau teman atau perawat menyapa jika sedang
berhalusinasi
Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya
Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih
Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih jika berhasil beri
pujian
Rasionalnya :
upaya untuk memutuskan siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak
berlanjut
3) membimbing memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
Tujuan khusus :
setelah 1x interaksi klien mau memasukkan kegiatan yang telah
dilakukan kedalam jadwal harian
Intervensi :
motivasi klien untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan
kedalam jadwal harian .