44
14 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru Memperbincangkan konteks pendidikan, elemen terpenting yang tak bisa diabaikan adalah sosok seorang guru. Guru memiliki peran yang signifikan dalam mem-format anak didiknya disekolah. Nuni Yusvavera Syatra, (2013: 7) Pendidikan karakter dan kepribadian yang diharapkan menjadi tonggak keberhasilan pendidikan, tidak bisa lepas dari peran guru. Dengan demikian, relasi antara guru dan anak didik harus berjalan harmonis agar tujuan mulia pendidikan mulai tercapai tanpa hambatan. Sehubungan dengan fungsinya sebagi pendidik dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagi peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun dengan staf yang lain. Goble Norman, (1983:41) Dalam proses belajar mengajar, guru berusaha untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi anak didik untuk mencapai tujuan, Prihatin Eka, (2008:57) Guru seyogyanya dapat melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu anak didik melalui tahap perkembangannya. Melalui peranannya sebagai pengajar, guru juga diharapkan mampu mendorong anak didik agar senantiasa belajar, pada berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media. Untuk mengetahui lebih jauh tentang peran guru, dalam buku pengelolaan pengajaran, secara singkat Drs. H. Abdurrahman, S.Pd (1993: 58) menekankan bahwa untuk mengetahui tugas-tugas keguruan itu, seorang guru harus berperan sebagai: a. Motivaror, artinya seorang guru hendaknya memberi dorongan dan anjuran kepada anak didiknya agar secara aktif, dan positif berinteraksi

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Peranan Guru

Memperbincangkan konteks pendidikan, elemen terpenting yang tak

bisa diabaikan adalah sosok seorang guru. Guru memiliki peran yang

signifikan dalam mem-format anak didiknya disekolah. Nuni Yusvavera

Syatra, (2013: 7) Pendidikan karakter dan kepribadian yang diharapkan

menjadi tonggak keberhasilan pendidikan, tidak bisa lepas dari peran guru.

Dengan demikian, relasi antara guru dan anak didik harus berjalan harmonis

agar tujuan mulia pendidikan mulai tercapai tanpa hambatan.

Sehubungan dengan fungsinya sebagi pendidik dan pembimbing,

maka diperlukan adanya berbagi peranan pada diri guru. Peranan guru ini

akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam

berbagai interaksinya baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru,

maupun dengan staf yang lain. Goble Norman, (1983:41)

Dalam proses belajar mengajar, guru berusaha untuk mendorong,

membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi anak didik untuk mencapai

tujuan, Prihatin Eka, (2008:57) Guru seyogyanya dapat melihat segala

sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu anak didik melalui tahap

perkembangannya. Melalui peranannya sebagai pengajar, guru juga

diharapkan mampu mendorong anak didik agar senantiasa belajar, pada

berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media. Untuk

mengetahui lebih jauh tentang peran guru, dalam buku pengelolaan

pengajaran, secara singkat Drs. H. Abdurrahman, S.Pd (1993: 58)

menekankan bahwa untuk mengetahui tugas-tugas keguruan itu, seorang

guru harus berperan sebagai:

a. Motivaror, artinya seorang guru hendaknya memberi dorongan dan

anjuran kepada anak didiknya agar secara aktif, dan positif berinteraksi

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

15

dengan lingkungan atau pengalaman baru, berupa pelajaran yang

ditawarkan kepadanya.

b. Fasilitator, artinya guru berupaya menciptakan suasana dan menyediakan

fasilitas yang memungkinkan anak didik dapat berinteraksi secara positif,

aktif, dan kreatif.

c. Organisator, artinya guru berupaya mengatur, merencanakan,

memprogramkan, dan mengorganisasikan seluruh kegiatan dalam proses

belajar mengajar.

d. Informator, artinya guru mampu memberikan informasi yang diperlukan

oleh anak didik, baik untuk kepentingan masa depan anak didik.

e. Konselor, artinya guru hendaknya memberikan bimbingan dan

penyuluhan, atau pelayanan khusus kepada anak didik yang mempunyai

permasalahan, baik yang bersifat educational maupun emosional, sosial,

serta yang bersifat mental spiritual.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tugas

guru dalam pengajaran atau kependidikan bukan hanya sebatas kegiatan

belajar, akan tetapi lebih dari itu, juga harus mampu menyelesaikan hal yang

sifatnya kejiwaan. Nuni Yusvavera Syatra (2013:58)

Guru memiliki peran yang strategis dalam bidang pendidikan, bahkan

sumber daya pendidikan lain yang memadai sering kali kurang berarti

apabila tidak disertai dengan kualitas guru yang memadai. Begitu juga yang

terjadi sebaliknya, apabila guru berkualitas kurang ditunjang oleh sumber

daya pendukung yang lain yang memadai, juga dapat menyebabkan kurang

optimal kinerjanya, Raka Joni, (1984:98). Dengan kata lain, guru

merupakan ujung tombak dalam upaya peningkatan kualitas layanan dan

hasil pendidikan. Untuk itu, peningkatan kualitas pendidikan harus

dilakukan melalui upaya peningkatan kualitas guru.

Di samping itu, menurut Samami dkk yang dikutip oleh H.A.R Tilaar

(2006:3), yang perlu disadari adalah bahwa guru adalah subsistem

pendidikan nasional. Dengan adanya sertifikasi, diharapkan kompetensi

guru sebagai agen pembelajaran akan meningkat sesuai dengan standar yang

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

16

telah ditetapkan. Dengan kompetensi guru yang memenuhi standar minimal

dan kesejahteraan yang memadai diharapkan kinerja guru dalam mengelola

proses pembelajaran dapat meningkat. Goble Norman, (1983:105) Kualitas

pembelajaran yang meningkat diharapkan akan bermuara akhir pada

terjadinya peningkatan prestasi hasil belajar siswa dan diharapkan dapat

membuahkan pendidikan yang bermutu.

Sebagai tulang punggung pendidikan, guru bukanlah pekerjaan biasa

yang berorientasi pada materi semata. Menjadi guru adalah pilihan mulia

untuk mengabdikan ilmu dan keahlian bagi kemajuan pendidikan bangsa,

Usman Uzer, (1998:158) Dalam hal ini tentu diperlukan kemampuan dan

keilmuan yang baik sehingga martabat guru tak lagi dipandang sebelah mata

oleh profesi-profesi lain. Dengan semangat inilah pemerintah

mencanangkan program sertifikasi guru, yaitu agar para guru mencapai

tahap profesional dalam kinerjanya sebagai agen pembelajaran. Sagala

Syaiful, (2009:55)

Tugas Guru-Sebagai seorang pendidik yang memahami fungsi dan

tugasnya, guru khususnya ia dibekali dengan berbagai ilmu keguruan

sebagai dasar, disertai pula dengan seperangkat latihan keterampilan

keguruan dan pada kondisi itu pula ia belajar memersosialisasikan sikap

keguruan yang diperlukannya, Tafsir Ahmad, (1992:48) Seorang yang

berpribadi khusus yakni ramuan dari pengetahuan sikap dan keterampilan

keguruan yang akan ditransformasikan kepada anak didik atau siswanya.

Guru yang memahami fungsi dan tugasnya tidak hanya sebatas

dinding sekolah saja, tetapi juga sebagai penghubung sekolah dengan

masyarakat yang juga memiliki beberapa tugas menurut Rostiyah (dalam

Djamarah, 2000:36) mengemukakan bahwa fungsi dan tugas guru

profesional adalah :

a. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian,

kecakapan dan pengalaman-pengalaman

b. Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai cita-cita dan dasar

negara kita Pancasila

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

17

c. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai dengan

Undang-Undang Pendidikan yang merupakan keputusan MPR No. 2

Tahun 1983

d. Sebagai prantara dalam belajar

e. Guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak didik ke arah

kedewasaan. Pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak

menurut kehendak hatinya

f. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat

g. Sebagai penegak disiplin. Guru menjadi contoh dalam segala hal, tata

tertib dapat berjalan apabila guru menjalaninya terlebih dahulu

h. Sebagai adminstrator dan manajer Guru sebagai perencana kurikulum

i. Guru sebagai pemimpin

j. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak

Untuk itu sebagai guru dalam peranannya harus bisa adanya suatu

pendekatan terhadap siswa yang bersangkutan. Untuk mendapatkan hasil

belajar yang optimal, banyak dipengaruhi komponen-komponen belajar

mengajar. Tapi di samping komponen pokok yang ada dalam kegiatan

belajar-mengajar, ada factor lain yang ikut mempengaruhi keberhasilan

belajar siswa, yaitu soal hubungan antara guru dan siswa. Hubungan guru

dengan siswa/anak didik di dalam proses belajar mengajar merupakan factor

yang sangat menentukan. Bagimana baiknya bahan pelajaran yang diberikan,

bagaimanpun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika hubungan

guru-siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat

menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan.

Dalam hubungan ini, salah satu cara untuk mengatasinya adalah melalui

contact-hours di dalam hubungan guru-siswa. Contact-hours atau jam-jam

bertemu antara guru-siswa, pada hakikatnya merupakan kegiatan di luar jam-

jam prestasi di muka kelas seprti biasanya. Rosalin Ellin, (2008:36) Perlu

dikembangkan sikap demokratis dan terbuka dari para guru dan ada keaktifan

dari pihak siswa dan guru harus bersikap ramah sebaliknya siswa juga harus

bersikap sopan, saling hormat menghormati, guru lebih bersifat manusiawi,

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

18

rasio guru dan siswa yang lebih bersifat proporsional, masing-masing pihak

bila perlu mengetahui latar belakang baik guru maupun siswa. Sagala Syaiful,

(2009:64), Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan.

a. perlu dedikasi yang penuh dikalangan guru yang disertai dengan

kesadaran akan fungsinya sebagai pamong bagi anak didiknya/siswa.

b. menciptakan hubungan yang baik antara sesama staf pengajar dan

pimpinan, sehingga mencerminkan pola hubungan baik antara guru dan

siswa.

c. sistem pendidikan dan kurikulum yang mantap.

d. adanya fasilitas dan ruangan yang memadai bagi para guru untuk

mencukupi kebutuhan tempat bertamu antara guru dan siswa.

e. rasio guru dan siswa yang rasional, sehingga guru dapat melakukan

didikan dan hubungan secara baik.

f. perlu adanya kesejahteraan guru yang memadai sehingga guru tidak

terpaksa harus mencari hasil sampingan.

Dalam peranannya seorang guru harus memiliki Kode etik, kode etik

disini juga merupakan perangkat untuk mempertegas atau mengkristalisasi

kedudukan dan peranan guru serta sekaligus untuk melindungi profesinya.

Adapun rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka pedoman guru

dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu sesuai dengan kongres

PGRI XIII, yang terdiri dari sembilan item berikut ini:

a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk

manusia pembangunan yang ber-Pancasila.

b. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum

sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.

c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi

tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalah

gunaan.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

19

d. Guru menciptakan suasanan kehidupan sekolah dan memelihara

hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak

didik.

e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat sekitar sekolahnya

maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

f. Guru secara sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengembangkan

dan meningkatkan mutu profesinya.

g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru baik

berdasarkan lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan.

h. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan

mutu organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya.

i. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang pendidikan.

Pada hakekatnya pemaparan diatas suatu gambaran yang harus

dimiliki oleh seorang guru, dan selain itu adapun peranan dan tugas lain.

Guru sebenarnya bukan hanya disekolah saja, tetapi bisa dikatakan dimana

saja mereka berada. Di rumah, guru sebagai orang tua atau ayah-ibu adalah

pendidik dari para putra dan putrinya. Di dalam masyarakat sekitar yaitu

masyarakat kampung, desa tempat tinggalnya guru sering kali terpandang

sebagai tokoh suri teladan bagi orang-orang disekitarnya, baik dalam sikap

dan perbuatannya misalnya cara dia berpakaian, berbicara dan bergaul,

maupun pandangan-pandangannya.

2. Hakikat Guru

a. Pengertian Guru

Guru sebagai pekerjaan profesi, secara holistik adalah berada pada

tingkatan tertinggi dalam sistem pendidikan nasional. Karena guru dalam

melaksanakan tugas profesionalnya memiliki otonomi yang kuat, Nawawi

hadari, (1982:69). Adapun tugas guru sangat banyak baik yang terkait dengan

kedinasan dan profesinya disekolah. Seperti mengajar dan membimbing para

muridnya, memberikan penilaian hasil belajar peserta didiknya,

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

20

mempersiapkan administrasi pembelajaran yang diperlukan, dan kegiatan lain

yang berkaitan dengan pembelajaran. Syaiful Sagala, (2009:11-12)

Disamping itu guru haruslah senantiasa berupaya meningkatkan dan

mengembangkan ilmu yang menjadi bidang studinya agar tidak ketinggalan

jaman, ataupun di luar kedinasan yang terkait dengan tugas kemanusiaan dan

kemasyarakatan secara umum di luar sekolah.

Dalam mealaksanakan tugasnya guru bukanlah sebatas kata-kata, akan

tetapi juga dalam bentuk perilaku , tindakan dan contoh-contoh. Pengalaman

Anwar dan Sagala (2006: saifil sagala 2009:13) menunjukan bahwa sikap

dan tingkah laku jauh lebih efektif dibanding dengan perkataan yang tidak

dibarengi dengan amal nyata. Lebih jauh Wens Tanlain, dkk, (1989)

menyebutka ada beberapa point yang menjadi tanggung jawab seorang guru,

antara lain: mematuhi norma dan nilai kemanusiaan, menerima tugas

mendidik bukan sebagai beban, tetapi dengan gembira dan sepenuh hati,

menyadari benar akan apa yang dikerjakan dan akibat dari setiap

perbuatannya itu. Syaiful Sagala, (2009:13) Belajar dan mengajar

memberikan penghargaan kepada orang lain termasuk kepada anak didik,

bersikap arif bijaksana dan cermat serta hati-hati, dan sebagai orang beragama

melakukan kesemua yang tersebut di atas berdasarkan taqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

Jadi guru adalah figur pemimpin yang dalam batas-batas tertentu dapat

mengendalikan para muridnya. Guru seorang arsitek yang berusaha

membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru juga memiliki peluang

menentukan untuk membangun sikap hidup atau kepribadian anak didiknya

sehingga dapat berguna bagi diri dan keluarganya kelak. Guru bekerja

melaksanakan tugas profesional kependidikan tidak karena takut pada

pimpinannya, tetapi karena panggilan tugas profesionalnya dan juga ibadah.

(Syaiful sagala, 2009:14)

Menurut Noor Jamaluddin (2012: 1) Guru adalah pendidik, yaitu orang

dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada

anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

21

kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai

makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu

yang sanggup berdiri sendiri.

Profesi guru masih dihadapkan kepada banyak permasalahan, karena

profes guru merupakan suatu profesi yang sedang tumbuh, semua

permaslahannya masih relevan untuk dibicarakan, salah satu diantaranya

profesi harus melalui pendidikan tinggi keguruan. Hal ini sejalan dengan UU

No. 14 tahun 2005 Pasal 8 menyatakan guru wajib memiliki kualifikasi

akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Kemudian pasal 9 menyatakan kualifikasi akademik sebagimana dimaksud

dalam pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau

program diploma empat. Pembahasan pada bagian ini mengenai standar yang

dipersyaratkan menjadi guru yang profesional meliputi tugas dan tanggung

jawab guru, guru profesional senantiasa meningkatkan kualitasnya, standar

profesional guru di indonesia, dan kode etik dan kepribadian guru.

Menurut Ametembun sebagaimana yang dikutip dari wordpress

sarjanaku (2011: 1) megemukakan bahwa “Guru adalah semua orang yang

berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik

secara individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun luar sekolah.

Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 Undang-

Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 meliputi kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi

profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif

dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru

meliputi (a) pengenalan peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan

bidang studi baik disiplin ilmu (diciplinary content) maupun bahan ajar dalam

kurikulum sekolah (pedagogical content); (c) penyelenggaraan pembelajaran

yang mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

22

pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara

berkelanjutan.

Kompetensi pada hakekatnya menggambarkan pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang harus dikuasai peserta didik dan

direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Hall dan Jones (1976)

dikutif dari buku Syaiful Sagala (2009:157) mengatakan kompetensi

(competence) adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu

kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara

pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur. Pusat

kurikulum dan Depdiknas (2002) mengatatakan kompetensi merupakan

pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar yang merefleksikan dalam

kebiasan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus.

Kamus Dewan, guru bermaksud pengajar, pendidik atau pengasuh.

Seorang guru ialah merupakan pembimbing dalam proses pembelajaran.

Menurut Mok Soon Sang (1990) pula, guru merupakan seorang ahli

masyarakat yang mempunyai perhubungan sosial yang saling berkait rapat

dengan masyarakat berstatus. Guru merupakan tenaga ikhtisas di dalam

bidang perguruan yang dipertanggungjawabkan untuk mendidik pelajar di

sekolah. Guru juga sebagai anggota masyarakat, harus pandai bergaul dengan

masyarakat. Untuk itu, guru harus menguasai psikologi sosial, memiliki

pengetahuan tentang hubungan antara manusia dan sebagai anggota

masyarakat, guru mempunyai keterampilan membina kelompok,

berkerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan sesuatu masalah.

Nasution, (2010:83)

Antara fungsi dan peranan guru ialah guru sebagai pendidik dan

pengajar haruslah memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan pelajar,

bersikap realistik, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap perkembangan

terutamanya dalam inovasi pendidikan, Usman Uzer, (1998:131). Maka guru

harus memiliki dan menguasai berbagai jenis bahan pelajaran, menguasai

teori dan praktikal pendidikan juga mampu memahami psikologi lingkungan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

23

sekitar dalam pendidikan terutama tugasnya sebagai guru dalam pemahaman

anak didiknya disekolah. Norman M Goble, (1983:11)

b. Kinerja Guru

Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual

performance. Menurut Meiner dalam As’ad (2000:7) menyebutkan bahwa

job performance diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam

melaksanakan suatu pekerjaan. Berdasarkan pengertian tersebut, job

performance dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai seseorang menurut

ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Menurut Kamus

Umum Bahasa Indonesia edisi kedua (1996 : 503) mengartikan kinerja atau

performance sebagai prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja.

Berdasarkan pengertian diatas, dapatlah dinyatakan bahwa kinerja guru

adalah kemampuan, kecakapan atau keterampilan yang harus dimiliki oleh

seorang guru dalam mengelola proses belajar mengajar.

Jabatan guru merupakan jabatan profesional, artinya jabatan yang

memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Keahlian tersebut diperoleh

melalui pendidikan dan pelatihan serta akan dipercaya dengan pengalaman.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih atau

membimbing, Sagala Syaiful, (2009:154) Mendidik artinya

mengembangkan nilai-nilai kehidupan, mengajar berarti meneruskan atau

memelihara dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi,

sedangkan melatih atau membimbing adalah mengembangkan keterampilan.

Di dalam pelaksanaannya tugas mendidik, mengajar dan melatih merupakan

kegiatan yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sagala

Syaiful, (2009:156) Pada saat seorang guru mengajar, ia sekaligus mendidik

dan juga melatih atau membimbing, sehingga guru berperan penting

terhadap pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi, baik

dengan siswa, dengan sesama guru, dengan institusi maupun dengan

masyarakat. Peran ini merupakan refleksi kinerja guru dalam arti

penampilan kerja guru, karena guru harus tampil sebagai pegawai

profesional.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

24

Ada 3 kelompok aktivitas yang dilakukan guru dalam kinerjanya,

yaitu: pertama, kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran; kedua, kinerja

guru yang berkaitan dengan institusi; dan ketiga, kinerja guru yang

berkaitan dengan tanggung jawab profesional. (Bafadal Ibrahim, 2003 : 10)

1) Kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran, meliputi :

a) Kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran

Fungsi dari perencanaan pembelajaran adalah sebagai rambu-

rambu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Adapun

manfaat merencanakan pembelajaran adalah : pertama, dapat lebih

memperjelas kaitan antara kompetensi-kompetensi khusus dan

urutannya untuk dikuasai siswa; kedua, memudahkan guru untuk

menentukan awal bahan mengajar; ketiga, memudahkan guru dalam

memperkirakan beban mengajar, waktu serta jenjang tingkat

kompetensi yang harus dikuasai.

b) Kinerja guru dalam mengelola kelas dan pengajaran

Mengajar yang dilakukan oleh seorang guru dapat diartikan

sebagai bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam

aktivitas belajarnya. Dalam pengelolaan kelas ini, fungsi guru sebagai

manajer yang mengarahkan aktivitas siswa agar berlangsung secara

lancar dan kondusif sehingga memungkinkan terciptanya iklim belajar

yang efektif dan teratur.

c) Kinerja guru dalam mengelola hasil evaluasi

Pengelolaan hasil evaluasi yang dimaksud di sini adalah

meliputi penanganan guru atas evaluasi perilaku-perilaku siswa

sebagai perwujudan hasil belajar yang dituangkan dalam catatan yang

terdokumentasikan.

2) Kinerja guru berkaitan dengan institusi

Melaksanakan tugas dalam kurikuler, ekstrakurikuler dan kegiatan

lain yang dibebankan kepadanya merupakan perwujudan dari kinerja

guru terhadap sekolah.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

25

Kegiatan kurikuler adalah kegiatan belajar yang dilakukan melalui

tatap muka yang alokasi waktunya telah ditentukan dalam susunan

program dan diperdalam melalui tugasnya. Sedangkan langkah-

langkahnya meliputi : membuat analisis materi pembelajaran atau

pengembangan silabus, menyusun program tahunan dan program

semester, menyusun rencana persiapan mengajar dalam satuan pelajaran,

melaksanakan proses belajar mengajar dan penilaian (evaluasi).

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan belajar yang

dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakannya di sekolah

atau di luar sekolah untuk lebih memperluas wawasan dan keterampilan,

peningkatan dan penerapan nilai pengetahuan dan kemampuan yang telah

dipelajari dari berbagai mata pelajaran. Kegiatan ini dapat berupa

aktifitas remedial siswa, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Pramuka,

PMR, PKS, koperasi siswa, sanggar seni, paskibra, olahraga dan

sebagainya.

3) Kinerja guru yang berkaitan dengan tanggung jawab sebagai guru

professional

Guru sebagai pekerja profesional dapat tercermin dari perilaku

yang dipersyaratkan oleh Bernaed Barber yang dikutip oleh Bafadal

Ibrahim (2003 : 13), yaitu :

a) Mengacu kepada ilmu pengetahuan

b) Berorientasi kepada kepentingan masyarakat bukan kepentingan

pribadi

c) Pengendalian perilaku dengan mengacu kepada kode etik

d) Imbalan atau kompensasi uang atau kehormatan merupakan simbol

prestasi kerja bukan tujuan profesi

Selain 3 macam bentuk kinerja di atas, guru juga dituntut aktif di

lembaga atau organisasi di luar sekolah seperti organisasi profesi,

organisasi keagamaan di masyarakat sekitarnya ataupun organisasi sosial

lainnya.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

26

c. Kinerja Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk

(hasil kerja atau upaya) baik berupa barang maupun jasa. Sudarwan

Danim, (2005:53). Sedangkan pendidikan, seperti termaktub dalam

Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 berarti :

“usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”

Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu dalam mengacu pada

masukan, proses, luaran dan dampaknya. Dalam “proses pendidikan” yang

bermutu terlibat input, seperti bahan ajar (kognitif, afektif, psikomotor),

metodelogi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan

administrasi, sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan

suasana kondusif. Purwanto Ngalim, (1994:39)

Mutu dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada prestasi yang

dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang

dicapai atau hasil pendidikan dapat berupa hasil test kemampuan akademis

(misalnya ulangan umum atau UN). Antara proses dan hasil pendidikan

yang bermutu saling berhubungan.

Pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan

akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus

untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran

tertentu, Nawawi Hadari, (1982:61). Keunggulan akademik dinyatakan

dengan nilai yang dicapai oleh peserta didik sedangkan keunggulan

ekstrakurikuler dinyatakan dengan aneka jenis keterampilan yang

diperoleh siswa selama mengikuti program ekstrakurikuler. Nawawi

Hadari, (1982:65) Di luar kerangka itu, mutu luaran juga dapat dilihat dari

nilai-nilai hidup yang dianut, moralitas, dorongan untuk maju dan lain-lain

yang diperoleh anak didik selama menjalani pendidikan.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

27

Prinsip-prinsip peningkatan mutu pendidikan menurut Nana Syaodih

Sukmadinata dkk (2006 : 9-11) sebagai berikut :

1) Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan profesional

dalam bidang pendidikan. Manajemen mutu pendidikan merupakan alat

yang dapat digunakan oleh para profesional pendidikan untuk

memperbaiki sistem pendidikan bangsa kita

2) Kesulitan yang dihadapi para profesional pendidikan adalah

ketidakmampuan mereka dalam menghadapi “kegagalan sistem” yang

mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan acara atau proses

baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada

3) Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan.

Norma dan kepercayaan lama harus diubah. Sekolah harus belajar

bekerja sama dengan sumber-sumbernya yang terbatas. Guru harus

membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan

yang dibutuhkan guna bersaing di dunia global

4) Uang bukanlah kunci utama dalam usaha meningkatkan mutu

pendidikan. Mutu pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru,

staf, pengawas dan pemimpin kantor Diknas mengembangkan sikap

yang terpusat pada kepemimpinan, team work, kerjasama, dan

akuntabilitas

5) Kunci utama peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada

perubahan, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka

menemukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi, produktifitas dan

kualitas layanan pendidikan. Guru akan menggunakan pendekatan yang

baru atau model-model mengajar, membimbing dan melatih dalam

membantu perkembangan siswa

6) Banyak profesional di bidang pendidikan yang kurang mampu memiliki

pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki

pasar kerja yang bersifat global

7) Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat dipakai

secara langsung dalam pendidikan tetapi membutuhkan penyesuaian-

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

28

penyesuaian dan penyempurnaan. Budaya lingkungan dan proses kerja

tiap organisasi berbeda. Para profesional pendidikan harus dibekali oleh

program yang khusus dirancang untuk menunjang pendidikan

8) Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem

pengukuhan. Dengan menggunakan sistem pengukuhan memungkinkan

para profesional pendidikan dapat memperlihatkan dan

mendokumentasikan nilai tambah dari pelaksanaan program

peningkatan mutu pendidikan, baik terhadap siswa, orang tua maupun

masyarakat

9) Masyarakat dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari

kebiasaan menggunakan “program singkat”, peningkatan mutu dapat

dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan program

singkat

Untuk mengetahui kinerja guru dapat dilihat pada saat proses belajar

mengajar. Saat terjadi proses belajar, maka pada saat itu pula terjadi proses

mengajar. Raka Joni, (1984:154) Dalam proses belajar mengajar, guru

sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar, dituntut adanya profil

kualifikasi tertentu. Kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan,

kemampuan, sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi agar proses ini

dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan beberapa

aspek yang harus ditampilkan oleh seorang pengajar dalam proses belajar

mengajar, yaitu :

1) Menggunakan metode, media, alat dan bahan pengajaran

2) Mendorong dan mengoptimalkan keterlibatan siswa dalam proses

belajar mengajar

3) Mengorganisasikan waktu dalam proses belajar mengajar

4) Melaksanakan penilaian hasil belajar dalam proses belajar mengajar

Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya dalam

menjalankan amanah profesi yang diembannya, rasa tanggung jawab

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

29

moral dipundaknya. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggung

jawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum

melaksanakan proses pembelajaran, Yusvavera Nuni, (2013:86). Selain

itu, guru juga sudah mempertimbangkan akan metodelogi yang akan

digunakan, termasuk alat media pendidikan yang akan dipakai serta alat

penilaian yang digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi. Gunawan Imam,

(2013:142)

Suatu hal yang mustahil bila sekolah ingin menghasilkan lulusan

yang bermutu, namun proses pendidikan tidak berjalan dengan baik.

Keberhasilan proses pendidikan sangat tergantung dan tercermin dalam

kinerja guru itu sendiri. Jadi kinerja guru yang berkualitas dalam proses

belajar mengajar, bisa menunjang peningkatan mutu pendidikan di

sekolah.

d. Guru Profesional

Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan

ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi

penerapannya. Maister, (2005:65) mengemukakan bahwa profesionalisme

bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih

merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi

bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu

tingkah laku yang dipersyaratkan.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 4, professional adalah pekerjaan atau kegiatan

yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan

yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi

standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Profesional merupakan orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan

purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu

keahlian yang tinggi. Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, (2009:132)

seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan

suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

30

yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama

sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu

luang. Jadi, profesional menitikberatkan pada pelakunya. Uzer Usman,

(2006:71) Ciri-ciri orang yang professional ialah sebagai berikut:

1) Orang yang tahu akan keahliannya.

2) Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.

3) Hidup dari pekerjaan itu.

4) Bangga akan pekerjaannya.

Dengan ciri-ciri tersebut di atas maka kaum profesional adalah orang-

orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas rata-rata. Di

satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di lain pihak

ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka

kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang

kegiatan menerapkan suatu standar profesional yang tinggi, bisa diharapkan

akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang semakin baik, Kunandar,

(2007:53) Jika profesional itu ialah guru, maka guru tersebut sudah

seharusnya menciptakan masyarakat yang berkualitas melalui pendidikan

pada generasi muda.

Kita juga sering mengaitkan antara profesi, professional, dan

profesionalisme. Apabila profesi itu pekerjaannya dan profesional ialah

pelaku pekerjaan tersebut, maka profesionalisme merupakan jembatan

antara kedua hal tersebut. Menurut Jasin, Anwar (Dalam Rahardjo , Dawam,

1997:35) profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para anggota

suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-

menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam

melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya.

Profesionalisme lebih cenderung kepada sifat si pelaku terhadap

pekerjaannya. Mulyasa, (2007:47) Profesionalisme kerja seseorang akan

timbul apabila dia bekerja sesuai aturan dan kaidah-kaidah yang berlaku.

Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu

keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

31

seseorang.Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan

kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan

pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

pencaharian, (Kunandar, 2009:46). Jadi profesionalisme seseorang dapat

dikatakan baik apabila dia bersifat dan bersikap sesuai aturan terhadap

profesinya. Seperti mendahulukan kepentingan umum/ masyarakat, ahli

dalam bidangnya, totalitas dalam bidangnya dan sebagainya.

Arifin, (2000:94) mengemukakan guru Indonesia yang profesional

dipersyaratkan mempunyai:

1) Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat

teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21.

2) Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan

yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan

konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di

lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan

pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia.

3) Pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi guru

merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan

berkesinambungan.

Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya

paradigma baru untuk melahirkan profil guru Indonesia yang profesional di

abad 2 (Kunandar, 2009:98) yaitu:

1) Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang;

2) Penguasaan ilmu yang kuat;

3) Keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan

teknologi; dan

4) Pengembangan profesi secara berkesinambungan.

Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak

dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi

perkembangan profesi guru yang profesional. Professional yaitu seorang

guru, yang ahli dalam bidang keilmuan yang dikuasainya dituntut bukan

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

32

hanya sekedar mampu mentransfer keilmuan ke dalam diri anak didik, tetapi

juga mampu mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik.

Maka, bentuk pembelajaran konkret dan penilaian secara komprehensif

diperlukan untuk bisa melihat siswa dari berbagai perspektif.

Persiapan pembelajaran menjadi sesuatu yang wajib dikerjakan, dan

pelaksanaan aplikasi dalam kelas berpijak kepada persiapan yang telah

dibuat dengan menyesuaikan terhadap kondisi setempat atau kelas yang

berbeda. Kepedulian untuk mengembangkan kemampuan afektif,

emosional, social dan spiritual siswa, sesuatu yang vital untuk bisa melihat

kelebihan atau keungulan yang terdapat dalam diri anak. Peserta didik diberi

kesempatan untuk mengembangkan diri dan menemukan aktualisasi

sehingga tumbuh rasa percaya diri.

Berikut akan diuraikan tentang 2 tuntutan yang harus dipilih dan

dilaksanakan guru dalam upaya mendewasakan anak didik, Uno Hamzah,

(2011:32) Tuntutan itu adalah:

(1) Mengembangkan visi anak didik tentang apa yang baik dan

mengembangkan self esteem anak didik.

(2) Mengembangkan potensi umum sehingga dapat bertingkah laku secara

kritis terhadap pilihan-pilihan. Secara konkrit anak didik mampu

mengambil keputusan untuk menentukan mana yang baik atau tidak baik.

Apabila seorang guru dalam kehidupan pekerjaannya menjadikan

pokok satu sebagai tuntutan yang dipenuhi maka yang terjadi pada anak

didik adalah suatu pengembangan konsep manusia terhadap apa yang baik

dan bersifat eksklusif, Kunandar, 2009:52) Maksudnya adalah bahwa

konsep manusia terhadap apa yang baik hanya dikembangkan dari sudut

pandang yang sudah ada pada diri siswa sehingga tak terakomodir konsep

baik secara universal. Dalam hal ini, anak didik tidak diajarkan bahwa untuk

mengerti akan apa yang baik tidak hanya bertitik tolak pada diri siswa

sendiri tetapi perlu mengerti konsep ini dari orang lain atau lingkungan

sehingga menutup kemungkinan akan timbulnya visi bersama (kelompok)

akan hal yang baik.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

33

Berbeda dengan tujuan yang pertama, tujuan yang kedua lebih

menekankan akan kemampuan dan peranan lingkungan dalam menentukan

apa yang baik tidak hanya berdasarkan pada diri namun juga pada orang lain

berikut akibatnya. Di lain pihak guru mempersiapkan anak didik untuk

melaksanakan kebebasannya dalam mengembangkan visi apa yang baik

secara konkrit dengan penuh rasa tanggung jawab di tengah kehidupan

bermasyarakat sehingga pada akhirnya akan terbentuklah dalam diri anak

sense of justice dan sense of good.

Komitmen guru dalam mengajar guna pencapaian tujuan mengajar

yang kedua lebih lanjut diuraikan bahwa guru harus memiliki loyalitas

terhadap apa yang ditentukan oleh lembaga (sekolah). Martinis Yamin,

(2008:31) Sekolah selanjutnya akan mengatur guru, KBM dan siswa supaya

mengalami proses belajar mengajar yang berlangsung dengan baik dan

supaya tidak terjadi penyalahgunaan jabatan. Namun demikian, sekolah juga

perlu memberikan kebebasan bagi guru untuk mengembangkan,

memvariasikan, kreativitas dalam merencanakan, membuat dan

mengevaluasi sesuatu proses yang baik (guru mempunyai oto-nomi). Hal ini

menjadi perlu bagi seorang yang profesional dalam pekerjaannya, Martinis

Yamin. (2008:52)

Masyarakat umum juga dapat membantu guru dalam proses kegiatan

belajar mengajar. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat ikut

bertanggung jawab terhadap proses anak didik, Syaiful Sagala, (2009:109).

Masyarakat dapat mengajukan saran, kritik bagi lembaga (sekolah).

Lembaga (sekolah) boleh saja mempertimbangkan atau menggunakan

masukan dari masyarakat untuk mengembangkan pendidikan tetapi lembaga

(sekolah) atau guru tidak boleh bertindak sesuai dengan kehendak

masyarakat karena hal ini menyebabkan hilangnya profesionalitas guru dan

otonomi lembaga (sekolah) atau guru, Uzer Usman, (2006:76)

Dengan demikian, pemahaman akan visi pekerjaan sesuai dengan

etika moral profesi perlu dipahami agar tuntutan yang diberikan kepada

guru bukan dianggap sebagai beban melainkan visi yang akan dicapai guru

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

34

melalui proses belajar mengajar. Guru perlu diberikan otonomi untuk

mengembangkan dan mencapai tuntutan tersebut.

Untuk menjadi guru yang profesional kita dapat menerapkan beberapa

prinsip mengajar, Kunandar, (2009:72) diantaranya:

1) Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi

mata pelajaran yang diajarkannya;

2) Guru harus dapat membuat urutan dalam pemberian pelajaran dan

penyesuiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan

pesertadidik;

3) Sesuai dengan prinsip repitisi dalam proses pembelajaran, diharapkan

guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga

tanggapan peserta didik menjadi jelas;

4) Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta didik secara

individual;

5) Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam

berfikir;

6) Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan

pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik;

7) Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi antara mata

pelajaran dengan kenyataan;

8) Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar peserta didik;

9) Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina

hubungan social;

10) Guru juga dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta

menggunakan hasilnya untuk mengetahui prestasi dan kemajuan peserta

didik.

Seorang guru harus memiliki kompetensi professional yang menjadi

andalan guru dalam menjalankan tugasnya, kompetensi professional

merupakan seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru

agar dapat melaksanakan tugasnya dengan berhasil.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

35

e. Kompetensi Guru

1) Definisi Kompetensi Guru

Tugas guru sebagai pendidik dan pengajar yang demokratis

memerlukan beberapa kompetensi atau kemampuan yang sesuai seperti

kompetensi kepribadian, bidang studi, dan pendidikan atau pembelajaran.

Paul Suparno, (2004:47)

Kompetensi harus selalu dikembangkan dan diolah sehingga tinggi.

Dengan kompetensi yang semakin tinggi diharapkan guru dapat

melakukan tugas panggilannya lebih baik dan bertanggung jawab.

Menurut Kamus Besar Indonesia kompetensi berarti kekuasaan atau

kewenangan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian

dasar kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Uzer Usman,

(2006:14)

Istilah Kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna

sebagaimana yang dikemukakan berikut ini: Kompetensi guru adalah

seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan

kewajiban-kewajibannya secara bertanggungjawab dan layak. Sifat

tanggungjawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik

dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika.

Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai

tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diterapkan. Louise

Moqvist (2003) mengemukakan bahwa:

“competency has been defined in the light of actual circumstances

relating to the individual and work. Sementara itu, dari Trainning Agency

sebagaimana disampaikan Len Holmes (1992) menyebutkan bahwa : ” A

competence is a description of something which a person who works in a

given occupational area should be able to do. It is a description of an

action, behaviour or outcome which a person should be able to

demonstrate.”

Dari kedua pendapat di atas kita dapat menarik benang merah

bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang

seyogyanya dapat dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

36

pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat

ditampilkan atau ditunjukkan. Agar dapat melakukan (be able to do)

sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus memiliki

kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap

(attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang

pekerjaannya.

Mengacu pada beberapa pengertian kompetensi di atas, maka

dalam hal ini kompetensi guru dapat dimaknai sebagai suatu gambaran

tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan oleh seseorang guru dalam

melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun

hasil yang dapat ditunjukkan. Lebih jauh, Raka Joni sebagaimana dikutip

oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan tiga jenis

kompetensi guru, yaitu :

a) Kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari bidang

studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode

mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya.

b) Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik dengan

siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas.

c) Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan

patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi

seorang pemimpin yang menjalankan peran : ing ngarso sung tulada,

ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional,

pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana

yang tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu :

a) Kompetensi pedagogik

Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan

mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004:9) menyebut

kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

37

Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program

belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola

proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.

Berdasarkan pengertian di atas maka Kompetensi pedagogik yaitu

merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi:

(a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman

terhadap peserta didik; (c)pengembangan kurikulum/ silabus; (d)

perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik

dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta

didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Syaiful Sagala, (2009:32)

b) Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang:

(a) mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa;

(f) berakhlak mulia; (g) menjadi teladan bagi peserta didik dan

masyarakat; (h) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan

diri secara berkelanjutan. Nilai kompetensi kepribadian dapat digunakan

sebagai sumber kekuatan, ispirasi, motivasi, dan inovasi bagi peserta

didiknya. Syaiful Sagala, (2009:33)

c) Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian

dari masyarakat untuk: (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b)

menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c)

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun

dengan masyarakat sekitar.

d) Kompetensi professional, Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005

tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan

penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a)

konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang

menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam

kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d)

penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e)

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

38

kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap

melestarikan nilai dan budaya nasional.

2) Cara Pengembangan Kompetensi Guru

a) Program sertifikasi

Sertifikasi guru adalah proses perolehan sertifikat pendidik bagi

guru. Sertifikat pendidik bagi guru berlaku sepanjang yang bersangkutan

menjalankan tugas sebagai guru sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Serifikat pendidik ditandai dengan satu nomor registrasi guru

yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Sertifikasi diperoleh melalui pendidikan profesi yang diakhiri

dengan uji kompetensi. Dalam program sertifikasi telah ditentukan

kualifikasi pendidikan bagi semua guru di semua tingkatan, yaitu

minimal sarjana atau Diploma IV. Dengan kualifikasi itu, diharapkan

guru akan memiliki kompetensi yang memadai. Menurut Undang-undang

Nomor 14 tahun 2005 kompetensi guru meliputi kompetensi paedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Apapun penjelasannya sebagai berikut.

Kompetensi paedagogik meliputi pemahaman guru terhadap

peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil

belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian merupakan

kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap,

stabil, dewasa, arif, dan berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta

didik serta berakhlak mulia.

Kompetensi Sosial merupakan kemampuan guru untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga pendidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat

sekitar. Kompetensi profesional`merupakan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan

materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

39

menaungi materinya. Kompetensi ini juga disebut dengan penguasaan

sumber bahan ajar atau sering disebut dengan bidang studi keahlian.

Dalam praktik keempat kompetensi itu merupakan satu kesatuan

yang utuh, dan kompetensi profesional sebenarnya merupakan “payung”,

karena telah mencakup kompetensi lainnya. Guru yang memenuhi

kualifikasi pendidikan dan memenuhi persyaratan dapat disertifikasi

dengan berpedoman pada ketentuan peraturan-peraturan perundangan

yang berlaku. Sertifikasi guru diselenggarakan oleh perguruan tinggi

yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang

terakreditasi atau ditunjuk pemerintah. Setelah disertifikasi guru akan

memperoleh sertifikat pendidik, yaitu bukti formal sebagai pengakuan

yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Dengan memiliki

sertifikat pendidik, guru akan memperoleh penghasilan di atas kebutuhan

minimum, meliputi: gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta

penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional,

tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya

sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar

prestasi. Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah diberi gaji

sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sementara guru yang

diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat

diberi gaji berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.

Undang-undang Nomor 14/ 2005 memberi angin segar kepada

guru, karena memberikan kesempatan kepada mereka untuk

mengembangkan karier dan mendapatkan penghargaan yang

sepantasnya. Undang-undang itu akan dapat mengangkat harkat dan

martabat guru yang memiliki kedudukan dan peranan strategis dalam

pembangunan nasional, yang sebelum adanya undang-undang tersebut

tampak kurang mendapatkan perhatian.

Untuk memperoleh sertifikat pendidik tidak semudah membalikkan

telapan tangan, dan memerlukan kerja keras para guru. Sertifikat

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

40

pendidik akan dapat diperoleh guru apabila mereka benar-benar memiliki

kompetensi dan profesionalisme. Bagi para guru yang memiliki

kompetensi dan profesionalisme, hal ini mungkin bukan merupakan

persoalan yang pelik, melainkan tinggal menunggu waktu. Sebaliknya,

para guru yang kurang memiliki kompetensi dan profesionalisme, hal ini

dapat menjadi persoalan yang pelik ketika giliran untuk disertifikasi telah

tiba. Sehubungan dengan hal itu, sesuatu yang pasti adalah guru harus

mempersiapkan diri sedini mungkin untuk disertifikasi, agar kesempatan

yang baik itu tidak hilang begitu saja karena tidak adanya persiapan yang

memadai. Guru harus siap mental, keilmuan, dan finansial. Dalam kaitan

dengan persiapan dalam hal keilmuan, guru perlu meningkatkan

kompetensi dan profesionalismenya.

b) Peningkatan Kompetensi dan Profesionalisme Guru

Untuk kepentingan sertifikasi dan menjamin mutu pendidikan

perlu dilakukan peningkatan kompetensi dan profesionalisme seorang

guru. Hal ini perlu dipahami karena dengan adanya pasca sertifikasi guru

harus tetap meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya agar mutu

pendidikan tetap terjamin. Peningkatan kompetensi dan profesionalisme

guru dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai berikut

ini.

(1) Studi Lanjut Program Strata 2

Studi lanjut program Strata 2 atau Magister merupakan cara

pertama yang dapat ditempuh oleh para guru dalam meningkatkan

kompetensi dan profesionalismenya. Ada dua jenis program magister

yang dapat diikuti, yaitu program magister yang menyelenggarakan

program pendidikan ilmu murni dan ilmu pendidikan. Ada

kecenderungan para guru lebih suka untuk mengikuti program ilmu

pendidikan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya.

(2) Kursus dan Pelatihan

Keikutsertaan dalam kursus dan pelatihan tentang kependidikan

merupakan cara kedua yang dapat ditempuh oleh guru untuk

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

41

meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya. Walaupun tugas

utama seorang guru adalah mengajar, namun tidak ada salahnya dalam

rangka peningkatan kompetensi dan profesionalismenya juga perlu

dilengkapi dengan kemampuan meneliti dan menulis artikel/ buku.

(3) Pemanfaatan Jurnal

Jurnal yang diterbitkan oleh masyarakat profesi atau perguruan

tinggi dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kompetensi dan

profesionalisme. Artikel-artikel di dalam jurnal biasanya berisi tentang

perkembangan terkini suatu disiplin tertentu. Dengan demikian, jurnal

dapat dipergunakan untuk memutakhirkan pengetahuan yang dimiliki

oleh seorang guru. Dengan memiliki bekal ilmu pengetahuan yang

memadai, seorang guru bisa mengembangkan kompetensi dan

profesionalismenya seorang guru dalam mentransfer ilmu kepada

peserta didik. Selain itu, jurnal-jurnal itu dapat dijadikan media untuk

mengomunikasikan tulisan hasil pemikiran dan penelitian guru yang

dapat digunakan untuk mendapatkan angka kredit yang dibutuhkan

pada saat sertifikasi dan kenaikan pangkat.

(4) Seminar

Keikutsertaan dalam seminar merupakan alternatif keempat

yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kompetensi dan

profesionalisme seorang guru. Tampaknya hal ini merupakan cara

yang paling diminati dan sedang menjadi trend para guru dalam era

sertifikasi, karena dapat menjadi sarana untuk mendapatkan angka

kredit. Melalui seminar guru mendapatkan informasi-informasi baru.

Cara itu sah dan baik untuk dilakukan. Namun demikian, di masa-

masa yang akan datang akan lebih baik apabila guru tidak hanya

menjadi peserta seminar saja, tetapi lebih dari itu dapat menjadi

penyelenggara dan pemakalah dalam acara seminar. Forum seminar

yang diselengarakan oleh dan untuk guru dapat menjadi wahana yang

baik untuk mengomunikasikan berbagai hal yang menyangkut bidang

ilmu dan profesinya sebagai guru.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

42

3. Peserta Didik (siswa)

Secara umum peserta didik dapat diartikan orang yang sedang

memperoleh pendidikan dari pendidiknya. Peserta didik adalah orang yang

memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik

secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu dilingkungan keluarga,

sekolah maupun dilingkkungan masyarakat dimana anak tersebut berada.

Menurut Toto Suharto (2006: 123) peserta didik adalah makhluk Allah

yang terdiri dari aspek jasmani dan rohani yang belum tercaapi taraf

kematangan, baik fisik, mental, intelektual, maupun psikologinya. Oleh

karena itu, ia senantiasa memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan

pendidik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan

membimbingnya menuju kedewasaan. Potensi dasar yang dimiliki peserta

didik, kiranya tidak akan berkembang secara maksimal tanpa melalui proses

pendidikan.

Adapun peserta didik dalam pendidikan islam menurut Hery Noer Aly

(1999: 113) ialah setiap manusia yang sepanjang hayatnya selalu berada

dalam perkembangan. Jadi, bukan hanya ank-anak yang sedang dalam

pengasuhan dan pengasihan orangtuanya, bukan pula anak-anak dalam usia

sekolah.

Salah satu komponen dalam system pendidikan adalah adanya peserta

didik, peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam system

pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila

tidak ada yang dididiknya. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, (1991:174)

Sebagai peserta didik juga harus memahami kewajiban, etika serta

melaksanakanya. Ramayulis, (2008:54) Kewajiban adalah sesuatu yang wajib

dilakukan atau dilaksanakan oleh peserta didik. Sedangkan etika

adalah aturan perilaku, adat kebiasaan yang harus di tati dan dilaksanakan

oleh peserta didik dalam proses belajar. Namun itu semua tidak terlepas dari

keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik harus memahami dan

memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi yang terdapat didalam diri

peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

43

mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh

peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun juga

mengenali potensi yang dimilikinya. Samsul Nizar, (2002:45)

Secara defenitif yang lebih detail para ahli teleh menuliskan beberapa

pengertian tentang peserta didik. Samsul Nizar, (2002:57) menuliskan,

Peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memilki sejumlah

potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.

Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang system

pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan

jenis pendidikan tertentu.

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, (1991:251) juga menuliskan tentang

pengertian peserta didik, peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang

memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa,

guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat

manusia, sebagai warga Negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai

suatu pribadi atau individu.

Dari definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa peserta didik adalah orang yang mempunyai fitrah

(potensi) dasar, baik secara fisik maupun psikis, yang perlu dikembangkan,

untuk mengembangkan potensi tersebut sangat membutuhkan pendidikan dari

pendidik.

Samsul Nizar, sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis, (2008:77)

mengklasifikasikan peserta didik sebagai berikut :

1) Peserta didik bukanlah miniature orang dewasa tetapi memiliki dunianya

sendiri.

2) Peserta didik memiliki periodisasi perkembangan dan pertumbuhan.

3) Peserta didik adalah makhluk allah yang memiliki perbedaan individu baik

disebabkan oleh factor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

44

4) Peserta didik merupakan dua unsure utama jasmani dan rohani, unsur

jasmani memiliki daya fisik dan unsure rohani memiliki daya akal hati

nurani dan nafsu.

5) Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat

dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

Adapun hakikat peserta didik menurut (Zahara Idris dan H. Lisma

Jamal, 1998:173) adalah sebagai berikut :

1) peserta didik adalah pribadi yang sedang berkembang

2) peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri sesuai dengan

wawasan pendidikan seumur hidup.

3) Peserta didik adalah pribadi yang memiliki potensi, baik fisik maupun

psikologis yang berbeda-beda sehingga masing-masing merupakan insan

yang unik.

4) Peserta didik memerlukan pembinaan individual dan perlakuan yang

manusiawi.

5) Peserta didik pada dasarnya merupakan insan yang aktif menghadapi

lingkungannya.

6) Peserta didik memiliki kemampuan untuk mandiri.

Menurut Raka Joni, (2001:131) menyatakan bahwa hakikat peserta

didik didasarkan pada 4 hal yaitu:

1) Peserta didik bertanggung jawab terhadap pendidikan sesuai dengan

wawasan pendidikan seumur hidup.

2) Memiliki potensi baik fisik maupun psikologi yang berbeda-beda sehingga

masing-masing subjek didik merupakan insan yang unik.

3) Memerlukan pembinaan individual serta perlakuan yang manusiawi.

4) Pada dasarnya merupakan insan yang aktif menghadapi lingkungan.

Samsul Nizar dalam “Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis,

Teoritis dan Praktis” (2002:16) menyebutkan beberapa deskripsi mengenai

hakikat peserta sebagai berikut.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

45

1) Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, tetapi ia memiliki dunianya

sendiri. Hal ini perlu dipahami, agar perlakuan terhadap mereka dalam

proses pendidikan tidak disamakan dengan pendidikan orang dewasa

2) Peserta didik adalah manusia yang memiliki perbedaan dalam tahap-tahap

perkembangan dan pertumbuhannya. Pemahaman ini perlu diketahui agar

aktivitas pendidikan islam dapat disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan

dan perkembangan yang umumnya dialami peserta didik.

3) Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan yang harus

dipenuhi baik yang menyangkut kebutuhan jasmani atau rohani

4) Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki berbagai perbedaan

individual (individual differentiations) baik yang disebabkan karena faktor

bawaan maupun lingkungan tempat ia tinggal

5) Peserta didik merupakan makhluk yang terdiri dari dua unsur utama:

jasmani dan ruhaniah. Unsur jasmani berkaitan dengan daya fisik yang

dapat dkembangkan melalui proses pembiasaan dan latihan, sementara

unsur ruhani berkaitan dengan daya akal dan daya rasa

6) Peserta didik adalah makhluk Allah yang telah dibekali berbagai potensi

(fitrah) yang perlu dikembangkan secara terpadu (Toto Suharto. 2006:

124-125).

Disamping itu perbedaan individu dapat ditimbulkan oleh adanya

faktor-faktor perkembangan, yaitu:

1) Faktor kemampuan dasar: Terdiri atas kemampuan dasar umum yang

disebut intelegensi (IQ), dan kemampuan dasar khusus yang disebut

aptitude/bakat.

2) Faktor lingkungan: Yakni lingkungan alam sekitar, lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat.

3) Faktor kepribadian: Yang berpengaruh dalam perkembangan meliputi:

sikap, minat, motivasi, sosialitas dan pandangan hidup.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

46

4. Broken Home

a. Definisi Broken Home

Broken Home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau

kurangnya kasih sayang dari orang tua sehingga membuat mental seorang

anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur, Yusvavera Nuni, (2013:92)

Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar hal

inilah yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk

berprestasi. Wirawan sarlito, (2012:41)

Sebelum berlanjut dalam permasalahan Broken Home akan

membahas remaja sebagai subyek dalam bahasan psikologi pendidikan.

Psikologi Secara harafiah,Syah, (1997:7) Berasal dari bahasa Yunani, yang

terdiri dari dua kata yaitu: psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos

berarti ilmu. Jadi, psikologi berarti ilmu jiwa. Poerbakawatja dan Harahap

Syah, (1997:8) membatasi psiklogi sebagai “cabang ilmu pengetahuan

yang mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan

jiwa”. Dimana gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa tersebut meliputi

respon organisme dan hubungannya dengan lingkungannya.

Membuat kesimpulan tentang pengertian psikologi dari beberapa

definisi di atas, dimana psikologi adalah ilmu pengetahuan yang

menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada

manusia, baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya

dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang,

barang, keadaan dan kejadian yang ada di sekitar manusia.

Pendidikan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Syah, (1997:

hal.10) Pendidikan berasal dari kata “didik”, yang mendapat awal me

sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberilatihan.

Menurut McLeod Syah, (1997:10) Dalam memelihara dan memberi

latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, danpimpinan mengenai akhlak

dan kecerdasan pikiran. Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata

laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

47

Poerbakawatja dan Harahap (Syah, 1997:11). Pendidikan adalah

usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya

meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu

menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Pengertian

Psikologi Pendidikan Arthur S. Reber (Syah, 1997:12) Psikologi

pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan

dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal

sebagai berikut : a. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, b.

Pengembangan dan pembaharuan kurikulum c. Ujian dan evaluasi bakat

dan kemampuan. Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses

tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitife.

Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada

persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang

berhubungan dengan tindakan belajar. Karena konsentrasinya pada

persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada

subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada

umumnya adalah pada pendidik, Syamsudin abin, (2007:171). Mereka

memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam

menjalankan fungsinya dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki

daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan

belajar secara efektif.

Istilah “broken home” biasanya digunakan untuk menggambarkan

keluarga yang berantakan akibat orang tua tidak lagi peduli dengan situasi

dan keadaan keluarga di rumah. Orang tua tidak lagi perhatian terhadap

anak-anaknya, baik masalah di rumah, sekolah, sampai pada

perkembangan pergaulan anak-anaknya di masyarakat. Willis Sofyan,

(2008:49)

Namun, broken home dapat juga diartikan dengan kondisi keluarga

yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun,

damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang

menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian. Willis, Sofyan

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

48

S. (2008:57) Kondisi ini menimbulkan dampak yang sangat besar terutama

bagi anak-anak. Bisa saja anak jadi murung, sedih yang berkepanjangan,

dan malu. Selain itu, anak juga kehilangan pegangan serta panutan dalam

masa transisi menuju kedewasaan.

Karena orangtua merupakan contoh (role model), panutan, dan

teladan bagi perkembangan anak-anaknya di masa remaja, terutama pada

perkembangan psikis dan emosi, anak-anak perlu pengarahan, kontrol,

serta perhatian yang cukup dari orang tua, Fatimah Enung, (2008:75).

Orangtua merupakan salah satu faktor sangat penting dalam pembentukan

karakter anak-anak selain faktor lingkungan, sosial, dan pergaulan.

Broken home juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah

mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas mereka

selalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka

cuma ingin cari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru

mereka, Wildaniah, Firsty. (2006:43) Untuk menyikapi hal semacam ini

kita perlu memberikan perhatian dan pengerahan yang lebih agar mereka

sadar dan mau berprestasi.

b. Dampak Broken Home dalam Perkembangan Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh atau

tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih

luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan

fisik.Wirawan Sarlito, (2012:60) Remaja sebenarnya tidak mempunyai

tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga

golongan dewasa atau tua. Jika ditarik kesimpulan remaja adalah individu

yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju

masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari

aspek fisik, psikis dan sosial. Wirawan Sarlito, (2012:71)

Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan

karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki

status anak. Wildaniyah Firsty, (2006:44) Masa Remaja merupakan suatu

periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari ana-anak

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

49

menuju masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami

sebagai persiapan memasuki masa dewasa.

Sebagai orang tua wajib untuk memberikan perlindungan terhadap

anak dari tindak kekerasan dan penganiayaan. Hal ini juga sesuai dengan

pengaturan Pasal 13 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak (“UU Perlindungan Anak”) yang menyatakan bahwa setiap anak

selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang

bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari

perlakuan:

a) diskriminasi;

b) eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;

c) penelantaran;

d) kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;

e) ketidakadilan; dan

f) perlakuan salah lainnya.

Emosi merupakan situasi psikologi yang merupakan pengalaman

subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah, ekspersi mimik wajah, dan

tubuh. Perceraian adalah hal yang harus dihindari, agar emosi anak tidak

terganggu karena perceraian pengalaman tramatis bagi anak. Wildaniyah

Firsty, (2006:63)

Pada umumnya penyebab utama broken home ini adalah kesibukkan

kedua orang tua dalam mencari nafkah keluarga seperti hal ayah laki – laki

bekerja dan ibu menjadi wanita karier. Willis sofyan, (2008:116) Hal

inilah yang menjadi dasar seorang tidak memiliki keseimbangan dalam

menjalankan aktifitas sehari hari dan malah sebaliknya akan merugikan

anak itu sendiri, dikala pulang sekolah dirumah tidak ada orang yang bisa

diajak berbagi dan berdiskusi, membuat anak mencari pelampiasan diluar

rumah seperti bergaul dengan teman-teman nya yang secara tidak langsung

memberikan efek atau pengaruh bagi perkembangan mental anak.

Wildaniah, Firsty. (2006:69)

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

50

Bilamana anda menginginkan anak anda tidak menjadi pribadi yang

broken home kiranya kedua orang mengerti akan tugas dan kedudukan

dalam rumah tangga, ibu harus dirumah merawat, mendidik dan memberi

arahan kepada anaknya, ayah bertugas mencari rejeki untuk mengidupi dan

melindungi keluarga. Willis Sofyan, (2008:132)

Maka dari itu mereka berusaha untuk mendapatkan perhatian dari

orang lain. Tetapi sayang, sebagian dari mereka melakukan cara yang

salah misalnya : mencari perhatian guru dengan bertindak brutal di dalam

kelas, bertindak aneh agar mendapat perhatian orang lain, dll.

Dalam bukunya Enung Fatimah, (2008:133) Yang dimaksud kasus

broken home dapat dilihat dari dua aspek yaitu (1) keluarga itu terpecah

karena strukturnya tidak utuh sebab salah satu dari kepala keluarga itu

meninggal dunia atau telah bercerai, (2) orang tua tidak bercerai akan

tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu sering tidak

di rumah, atau tidak memperlihatkan kasih sayang lagi. Misalnya orang tua

sering bertengkar sehingga keluarga itu tidak sehat secara psikologis.

Perceraian dan Kesibukan kedua orang tua ternyata member efek

kurang baik terhadap perkembangan keribadian sang anak. Wildaniyah

Firsty, (2006: 92) Seorang anak yang mengalami broken home lebih

cenderung memiliki ciri-ciri:

- Berprilaku nakal

- Mudah menyerah dan gampang mengalami keputus asaan

- Hidupnya terasa hampa

- Mengalami depresi

- Melakukan hubungan seks bebas

- Menggunakan obat-obatan terlarang

Dari keluarga yang digambarkan di atas tadi, akan lahir anak-anak

yang mengalami krisis kepribadian sehingga perilakunya sering tidak

sesuai. Mereka mengalami gangguan emosional bahkan neurotik.

Wildaniyah Firsty, (2006:105) Kasus keluarga broken home ini sering kita

temui di sekolah dengan penyesuaian diri yang kurang baik, seperti malas

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

51

belajar, menyendiri, agresif, membolos, dan suka menentang guru.Berikut

adalah Sikap negatif dalam menghadapi Broken Home :

a) Denial: Si anak sepertinya tidak menunjukan reaksi apa apa bahkan

cenderung menyangkal : ah memang mereka begitu, tapi ah, kenapa

memang?” mereka tidak tertarik untuk membicarakannya. Padahal

justru di saat saat seperti ini ia butuh bimbingan dan kekuatan dari

orang lain yang dapat membimbing dalam kebenaran.

b) Shame : Si anak dibalik penyangkalannya merasa begitu malu, akan

keberadaan hidupnya. Ditunjukan dengan khayalan

khayalan”seandainya saya memiliki orang tua yang bahagia”

c) Guilt : Si anak merasa kecil hati karena jangan-jangan keberadaannya

juga salah satu penyebab keributan atau perceraian mereka; atau

merasa “koq saya tidak dapat berbuat apa apa sih”.

d) Anger : Si anak akan merasa begitu kesal sebab menurut mereka

banyak keributan orang tua yang tidak rasional. ”masa Cuma itu aja

diributin tidak dewasa benar sih”

e) Iini secure : Si anak merasa kemana ia harus lari, keluarga sudah

menjadi tempat yang menakutkan, tidak aman dan damai.

Tingkah laku sosial kelompok yang memungkinkan seseorang

berpartisipasi secara efektif dalam kelompok atau masyarakat. Dampak

keluarga broken home terhadap perkembangan sosial remaja adalah

sebagai berikut: Perceraian orang tua menyebabkan ketidakpercayaan diri

terhadap kemampuan dan kedudukannya, Anak sulit menyesuaikan diri

dengan lingkungan. Dampak bagi remaja putri yang tidak mempunyai

ayah berperilaku dengan salah satu cara yang ekstrim terhadap laki-laki,

mereka sangat menarik diri pasif dan minder kemungkinan yang kedua

terlalu aktif, agresif dan genit.

Dari pernyataan di atas dapat kita simpulkan bahwasannya dalam

proses belajar mengajar, guru berusaha mendorong, membimbing, dan

memberi fasilitas belajar bagi anak didik untuk mencapai tujuan. (Nuni

Yusvavera, 2013:58) Peranan guru dalam tugasnya bukan hanya sebagai

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

52

pengajar dalam kegiatan belajar saja, akan tetapi lebih dari itu, juga harus

mampu menyelesaikan hal yang sifatnya kejiwaan. (Nuni Yusvavera,

2013:59)

Permasalahan-permasalahan (Broken Home) yang terjadi pada para

peserta didik ini tak lepas tanggung jawabnya dari pengawasan guru atau

pendidiknya disekolah sebagaimana peranannya pendidik itu sendiri.

Dengan mengetahui karakter anak dan adanya hubungan yang baik anatara

anak didik dan pendidik diharapkan menjadikan suatu dongkrak

keberhasilan dalam tujuan pendidikan. Fatimah Enung, (2008:157)

Untuk itu sebagai guru dalam peranannya harus bisa adanya suatu

pendekatan terhadap siswa yang bersangkutan. Untuk mendapatkan hasil

belajar yang optimal, banyak dipengaruhi komponen-komponen belajar

mengajar. Tapi di samping komponen pokok yang ada dalam kegiatan

belajar-mengajar, ada factor lain yang ikut mempengaruhi keberhasilan

belajar siswa, yaitu soal hubungan antara guru dan siswa. Hubungan guru

dengan siswa/anak didik di dalam proses belajar mengajar merupakan

factor yang sangat menentukan. Bagimana baiknya bahan pelajaran yang

diberikan, bagaimanpun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika

hubungan guru-siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka

dapat menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan.

B. Bukti Penelitian yang Relevan

Setelah peneliti menelusuri penelitian-penelitian yang dilakukan oleh

orang lain atau sebuah lembaga dalam masalah yang sama, atau memiliki

kemiripan yang berkenaan dengan “peranan guru dalam mengatasi siswa

broken home di SMA Negeri 1 Cigugur Kabupaten Kuningan ” ditemukan

beberapa hasil penelitian sebagai berikut:

1. Pengaruh Komunikasi Efektif Antara Guru dengan Siswa dalam

Pembelajaran IPS Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Penelitian ini

dilakukan oleh Susi Susanti, Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi

Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon tahun 2013. Hasil

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

53

penelitian yang dilakukan oleh Susi Susanti untuk penulisan skripsi

menyimpulkan bahwa Dalam duni pendidikan keefektifan komunikasi

antara guru dengan siswa itu sangat mempengaruhi satu sama lain, karena

dengan adanya komunikasi yang baik dan efektif akan terciptanya satu

tujuan yang pastilah berhasil dalam suatu tujuan pendidikan yakni

mencerdaskan anak bangsa, dengan itu perlu adanya jalinan komunikasi

yang efektif antara guru dengan siswanya agar segala sesuatu tujuan dari

pendidikan itu mampu di jadikan satu keberhasilan.

2. Peranan Komunikasi Keluarga Terhadap Motivasi Belajar Anak di Desa

Tringgacala Kec. Karang Ampel Kab. Cirebon. Penelitian ini dilakukan

oleh Khaerul Amri, Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi Fakultas

Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon tahun 2012. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Khaerul Amri untuk penulisan skripsi menyimpulkan

bahwa Di dalam dunia pendidikan komunikasi adalah hal yang utama yang

terjadi disetiap waktnya, dalam prosesnya kerjasama yang baik dalam

komunikasi antara orang tua sebagai pendidik dirumah dengan anaknya

dimana yang merupakan peserta didik. Komunikasi yang baik yang

diberikan keluarga akan sedikit membantu siswa untuk mencapai tahapan

dan rintangan permasalahan yang terjadi di dalam dunia pendidikan

sebagai keluarga yang menciptakan komunikasi yang baik sebagai

motivasi anak anak mampu berkembang dengan baik dalam mencapai

tujuan pendidikan dan menjadi siswa yang berprestasi.

3. Peranan Guru Sosiologi Terhadap Perkembangan Kepribadian Siswa Pada

Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X di Man 1 Cirebon Plered. Mahasiswa

Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati

Cirebon tahun 2012. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khusnul

Khotimah untuk penulisan skripsi menyimpulkan bahwa betapa

pentingnya peranan guru sosiologi dalam perkembangan polah tingkah

laku peserta didik, peranan guru yang baik memberikan dampak baik pula

bagi seorang anak. Guru sosiologi yang mana merupakan ilmu yang

mempelajari tentang ilmu social disini mengajarkan banyak hal sehingga

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

54

dengan begitu mampu mengarahkan atau menjadikan anak mampu

berperilaku baik dalam lingkungan sosialisasinya karna pada dasarnya

guru sosiologi ini secara tidak langsung mendokrin anak untuk melakukan

kebaikan yang seharusnya di kembangkan dalam bermasyarakat sebagai

mahluk individu yang saling ketergantungan satu sama lain.

4. Pengaruh Peran Orang Tua Tunggal Terhadap Motivasi Belajar Anak

(Studi Kasus Siswa MA Al-Syarifiah Bondan Kec. Sukagumiwang Kab.

Indramayu). Penelitian ini dilakukan oleh Yayan Suryana, Mahasiswa

Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati

Cirebon tahun 2013. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayan Suryana

untuk penulisan sekripsi menyimpulkan bahwa Dalam Kesuksesan prestasi

siswa tidak terlepas dari peranan ke dua orang tuanya, namun dimanakala

adanya permasalahan yang dialami atas kedua orang tuanya menyebabkan

perpisahan dan orang tua tunggal ini menyekolahkan anaknya semampu

apa yang ia usahakan dengan begitu banyak dampak negative yang terjadi

pada anak. Orang tua adalah satu keengkapan yang haruslah di barengi

karna ketika hanya ada satu itu akan membuat keadaan tidak seimbang

dimana menyebabkan terjadinya kejanggalan dalam sikap pribadi anak

sehingga anak menjadi sdikit tidak terkontrol dan kadang terjerumus

dalam hal negative karena kurangnya pengawasan penuh dari orang

tuanya.

Dari keempat judul penelitian terdahulu yang berhasil ditelusuri,

ternyata tidak ada satupun yang sama persis dengan penelitian yang punulis

lakukan. Oleh karena itu, penelitian yang berjudul “Peranan Guru Dalam

Mengatasi Siswa Broken Home Di SMA Negeri 1 Cigugur Kabupaten

Kuningan" layak dilakukan karena masalah yang akan diteliti tidak sama

persis dengan penelitian sebelumnya.

C. Kerangka Pemikiran

Guru adalah prajurit terdepan di dalam membuka cakrawala peserta didik

menduduki dunia ilmu pengetahuan dalam era global dewasa ini (H.A.R Tilaar,

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

55

2006 : 167). Sedangkan Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005,

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.

Pendidikan karakter dan kepribadian yang diharapkan menjadi tonggak

keberhasilan pendidikan, tidak bisa lepas dari peran guru. Dengan demikian,

relasi antara guru dan anak didik harus berjalan harmonis agar tujuan mulia

pendidikan mulai tercapai tanpa hambatan. Nuni Yusvavera Syatra, (2013: 7).

Guru memiliki peran yang strategis dalam bidang pendidikan, bahkan

sumber daya pendidikan lain yang memadai sering kali kurang berarti apabila

tidak disertai dengan kualitas guru yang memadai. Begitu juga yang terjadi

sebaliknya, apabila guru berkualitas kurang ditunjang oleh sumber daya

pendukung yang lain yang memadai, juga dapat menyebabkan kurang optimal

kinerjanya. Goble Norman, (1983:204) Dengan kata lain, guru merupakan

ujung tombak dalam upaya peningkatan kualitas layanan dan hasil pendidikan.

Untuk itu, peningkatan kualitas pendidikan harus dilakukan melalui upaya

peningkatan kualitas guru.

Broken Home atau permasalahan-permasalahan yang ada ini terjadi atas

beberapa faktor karena pada faktanya seseorang dalam menghadapi kehidupan

ini semua yang terjadi berbeda-beda. Wildaniyah Firsty, (2008:65) Banyak

permaslahan yang terjadi di setiap indiviidu dalam kehidupannya. Namun atas

hasil dari penelitian yang dilakukan adapun faktor yang menyebabkan tindak

tingkahlaku anak didik yang terkesan merupakan sikap istimewa, yakni

diantaranya factor penyesuaian diri.

Kegagalan siswa dalam menyeselaikan tugas-tugas perkembangan akan

memberikan dampak yang negatif bagi perkembangan pribadi siswa. Jika

masalah tersebut tidak diatasi secara optimal, maka sangat dimungkinkan akan

memiliki perilaku menyimpang. Fatimah enung, (2008:55) Perilaku yang salah

selalu menimbulkan dampak terhadap proses pembelajaran di sekolah,

sehingga prestasi semakin rendah. Sikap atau prilaku afektif siswa di sekolah

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

56

ataupun dari segi kehadiran siswa yang kurang optimal dan lain-lain. Masalah

yang timbul menyangkut urusan pribadi dan sosial dalam hal ini hubunganya

dengan lingkungan di sekolah atau di rumah. Nana Syaodih Sukmadinata,

(2005:237) Secara umum tujuan dasar bimbingan dan konseling di sekolah

adalah agar para siswa di sekolah mencapai perkembangan yang optimal, yaitu

perkembangan yang setinggi tingginya sesuai dengan potensi potensi yang

dimilikinya dalam sesuatu proses pembelajaran.

Guru dalam peranannya sebagai orang tua di sekolah ini berjalan sesuai

yang diharapkan, meskipun dalam proses bimbingan pada saat sekolah tidak

seintens masa di lingkungan keluarga, namun meskipun begitu betapa

pentingnya waktu singkat itu dalam membantu pengupayaan siswa untuk

menjadi lebih baik dalam pribadinya sehingga sedikit membantu dalam

mengatasi permasalahan pendidikan. Fadjar Malik, (1998:72) Dengan begitu

peranan guru disini memberikan sedikit perubahan yang lebih baik atas pola

karakter pribadi peserta didik dalam permasalahan pendidikan tanpa adanya

batasan dari peserta didik dan pendidik dan itulah dimana merupakan tanggung

jawab bersama dalam peranan seorang guru untuk memenuhi pencapaian

tujuan dari pendidikan khususnya membantu peserta didik yang

dilatarbelakangi oleh permasalahan keluarga atau broken home.Wirawan

Sarlito, (2012:66)

Peranan guru dalam bimbingan sebagai upaya untuk mengatasi siswa

yang broken home yakni sesungguhnya akan tumbuh subur jika seorang guru

menguasai rumpun model dalam mengajar, Syamsudin Abin, (2007:81).

Rumpun mengajar terdiri atas model mengajar yang berorientasi kepada

perkembangan diri siswa. Penekanannya lebih diutamakan kepada proses yang

lebih membantu individu dalam mengorganisasikan realita yang unik, dan lebih

banyak memperhatikan emosional siswa. Model mengajar yang termasuk

rumpun ini adalah model belajar non-directif, dan pemerkaya harga diri. Model

mengajar untuk mengembangkan kebersamaan adalah belajar kelompok,

sedangkan model mengajar untuk memecahkan masalah social adalah model

bermain peran, Joice dan Weil, (1996:143).

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Peranan Guru

57

Peran seorang pengajar atau pendidik selain mentransformasikan ilmu

pengetahuan yang dimilikinya kepada anak didik juga bertugas melakukan

pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Hal ini

sesuai dengan UU Republik Indonesia No. 20 Pasal 39 ayat 2. (UU. 20: 39).

Suatu keharusan bagi setiap pendidik yang bertanggung jawab, bahwa di

dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara yang sesuai dengan

keadaan peserta didik di mana selain peran yang telah disebutkan di atas, hal

yang perlu dan penting dimiliki oleh pendidik yaitu pendidik harus

mengetahui psikologis mengenai peserta didik.Wildaniyah Firsty, (2006:140)

Dalam proses pendidikan persoalan psikologis yang relevan pada hakikatnya

inti persoalan psikologis terletak pada peserta didik, sebab pendidikan adalah

perlakuan pendidik terhadap peserta didik dan secara psikologis perlakuan

pendidik tersebut harus selaras mungkin dengan keadaan peserta didik.

Sumardi Suryabrata, (2004: 118).