22
BAB II PERJUDIAN DNA BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM A. Perjudian 1. Pengertian Perjudian Dalam Islam, hiburan dan permainan diperbolehkan, tetapi Islam juga mengharapkan setiap permainan yang memiliki efek untung dan rugi yang mengalami oleh si pemain seperti halnya perjudian. Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap sengaja bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peritiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak / belum pasti hasilnya (Kartono, 2001 : 51-52) Menurut undang-undang hukum pidana pasal 303 ayat 3 yang dikutip Kartono (2001 : 52) perjudian dinyatakan sebagai berikut : “Main judi berarti tiap-tiap permainan yang kemungkinanya akan menang pada umumnya tergantung pada untung-untungan saja, juga kalau kemungkinan bertambah besar, karena permainan lebih pandai atau lebih cakap”. Kemudian Dali Mutiara, dalam tafsiran KUHP menyatakan sebagai berikut : “Permainan judi ini harus diartikan dengan arti luas, yakni segala peraturan tentang kalah menangnya, atau bisa juga diartikan sebagai segala pertaruhan dalam perlombaan-prlombaan yang diadakan antara dua orang yang tidak ikut sendiri dalam perlombaan itu”

BAB II PERJUDIAN DNA BIMBINGAN PENYULUHAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · BAB II PERJUDIAN DNA BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM A. Perjudian 1. Pengertian

  • Upload
    dangnhi

  • View
    239

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

PERJUDIAN DNA BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

A. Perjudian

1. Pengertian Perjudian

Dalam Islam, hiburan dan permainan diperbolehkan, tetapi Islam juga

mengharapkan setiap permainan yang memiliki efek untung dan rugi yang

mengalami oleh si pemain seperti halnya perjudian.

Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja yaitu mempertaruhkan satu

nilai atau sesuatu yang dianggap sengaja bernilai, dengan menyadari adanya

resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peritiwa permainan,

pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak / belum pasti

hasilnya (Kartono, 2001 : 51-52)

Menurut undang-undang hukum pidana pasal 303 ayat 3 yang dikutip

Kartono (2001 : 52) perjudian dinyatakan sebagai berikut :

“Main judi berarti tiap-tiap permainan yang kemungkinanya akan menang pada umumnya tergantung pada untung-untungan saja, juga kalau kemungkinan bertambah besar, karena permainan lebih pandai atau lebih cakap”.

Kemudian Dali Mutiara, dalam tafsiran KUHP menyatakan sebagai

berikut :

“Permainan judi ini harus diartikan dengan arti luas, yakni segala peraturan tentang kalah menangnya, atau bisa juga diartikan sebagai segala pertaruhan dalam perlombaan-prlombaan yang diadakan antara dua orang yang tidak ikut sendiri dalam perlombaan itu”

Menurut norma Jawa bermain judi digolongkan dalam aktivitas 5-M

(mo limo). Lima persoalan yang harus disingkirkan atau merupakan hal tabu,

yaitu minum-minuman (mabuk), madon, maling / mencuri. Main judi /

berbotohan, madat (minum, candu, bahan narkotik dan ganja).

2. Sejarah Perjudian

Pada mulanya perjudian itu berwujud permainan atau kesibukan pengisi

waktu senggang guna menghibur hari, jadi sifatnya rekreatif dan netral. Pada

sifat yang netral ini, lambat laun ditambahkan unsur baru untuk merangsang

kegairahan bermain dan memainkan ketegangan serta pengharapan untuk

menang, yaitu barang taruhan berupa uang, benda atau sesuatu tindakan yang

bernilai.

Peraturan dalam perjudian ini sifatnya murni spekulatif untung-

untungan. Konsepsi untung-untungan itu sedikit atau banyak selalu

mengandung unsur kepercayan misitk terhadap kemungkinannya beruntung.

Permainan untung-untungan itu dapat dilihat pada bangsa dan masyarakat

primitf.

Bangsa-bangsa primitif memiliki kpercayaan, bahwa dalam situasi yang

penting, mereka selalu dilindungi oleh roh-roh tertentu. Apakah roh tersebut

membenci atau mencintai mereka, semua itu dicerminkan oleh peristiwa

keberuntungan atau kehidupan sehari-hari. Permainan dan perjudian yang

disertai pertaruhan itu dipakai sebagai alat pengetesan. Sebab, dewa-dewa dan

roh-roh itu oleh bangsa primitif, dianggap mampu memberi jaminan

kebahagiaan dan kemenangan pada kemungkinan-kemungkinan yang belum

pasti (Kartono, 2001 : 59).

Pada masa sekarang ini, ada banyak negara yang melegalisir bentuk-

bentuk pertaruhan dan perjudian, misalnya Amerika Serikat, Inggris, Prancis,

Australia, Belgia, Kanada, India, Italia Meksiko, dan Maroko. Alasan utama

negara tersebut melakukan perjudian adalah meja-meja judi dan kasino-kasino

tersebut merupakan penghasil negara dan pemasukan yang tidak kunjung

kering.

Di Indonesia perjudian sudah dikenal sejak beratus-ratus tahun yang

lalu. Pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan di Jawa dan daerah-daerah luas,

banyak diselenggarakan perjudian melalui macam-macam bentuk seperti

sabung ayam, burung gemak, kambing, biri-biri dan sebagainya, yang

kesemuanya harus berkelahi hingga salah satunya mati (Kartono, 2001 : 66).

Judi dalam bentuk lotre sudah ada sejak tahun 60-an yang di zaman itu lebih

dikenal dengan nama lotre buntut. Pada masa itu, di Bandung ada lotre yang

disebut toto raga sebagai upaya pengumpulan dana pacuan kuda. Di Jakarta

semasa Gubernur Ali Sadikin muncul udian lotre yang diberi nama toto dan

nalo (Nasional Lotre).

Tahun 1965, Presiden Soekarno mengeluarkan KEPRES No. 113

Tahun 1965 yang intinya menyatakan, Lotre buntut merusak moral bangsa

dan masuk dalam kategori subversi. Memasuki orde baru, lotre itu terus

berkembang. Tahun 1968, Pemda Surabaya mengeluarkan Lotto (Lotre

Totalisator) PON surya tidak ada kaitannya dengan penyelenggaraan olah

raga, hanya berdasarkan udian (Suara Merdeka, 2004 : 1).

Dari berbagai undian, di Indonesia sudah banyak nama jenis kupon

diantaranya, LOTTO (1968), PORKAS (1985-1987) KSOB (1987). Jenis

permainan ini di tahun 1988 telah menimbulkan akibat negatif, yakni

tersendatnya dana masyarakat pedesaan dan terpenuhinya kehidupan

perekonomian daerah, sehingga pada pertengahan bulan Juli 1988, Menteri

Sosial Haryati Soebadio menetapkan bahwa KSOB dicabut dan diganti SDSB.

Hal inipun tidak berlangsung lama karena dari berbagai elemen masyarakat

banyak yang menolak perjudian. Karena itu pada tanggal 25 November 1993,

pemerintah mencabut dan membatalkan pemberlakuan izin SDSB (Suara

Merdeka, 2004 : 2)

Seiring dengan kemajuan pembangunan, persoalan perjudian

memunculkan dua pendapat Pertama, judi itu tidak sesuai dengan ajaran

agama dan haram hukumnya. Sisi Kedua, berpendapat bahwa semua harus

disikapi realistis, artinya judi bisa dilokalisir atau di legalisir (suara

merdeka,2004 : 2). Hal ini terbukti dengan melegalkan perjudian , di Jakarta

dapat dibangun beberapa fasilitas kota diantaranya perbaikan dan pelebaran

jalan, rehabilitasi jembatan, gedung-gedung rekreasi dan puluhan gedung

sekolah. Berangkat dari sini membuktikan perjudian memang sulit

dihilangkan karena perjudian bisa dijadikan sebagai pendapatan

“inkonvesional” yang cukup besar.

3. Bentuk-bentuk Perjudian

Perjudian merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat yang

sebenarnya telah terjadi sejak beribu ribu tahun yang lalu. Barang siapa yang

menang mendapat hadiah. Permainan secara kecil-kecilan bisa dikatakan judi

karena di dalamnya sudah mengandung unsur perjudian dan ada unsur

pertaruhan.

Berikut penulis akan menyebutkan beberapa jenis perjudian yang

berkembang hingga saat ini :

a. Roulet. Caranya ialah mempertaruhkan uang pada salah satu 3

angka dan 2 angka tambahan, bila tebakannya benar, maka

hadiahnya 36 kali uang taruhan. Jadi dalam waktu kurang lebih 2

menit modal berlipat 36 kali.

b. Keno. Alatnya seperti pengocok angka pada nalo dan lotto, yang

dilakukan secara elektronik, terbuat dari plastik tembus cahaya.

Sedangkan angka yang ditebak ialah 1 sampai 80.

c. Black Jack atau lebih dikenal dengan selikuran. Seorang bandar

melayani beberapa penjudi. Bila kartu sang bandar paling tinggi

jumlah angkanya , maka penjudi kehilangan uang taruhannya,

begitu pula sebaliknya. Umumnya bandar kalah terhadap satu atau

dua orang penjudi (Kartono, 2001 : 62)

d. Remi. Permainan yang memakai kartu, adapun pola

permainannya bermaam-macam bentuk dan caranya biasa orang

menyebutnya tujuh kelaper, kyu-kyu dan sebagainya.

e. Kemudian permainan yang lebh modern saat ini. Dindong, play

station, dan billiard. Dari permainan ini semuanya mempertaruhkan

uang meskipun ada yang menyatakan permainan ini tidak

merupakan judi.

Dari berbagai permainan diatas semuanya bisa diaggap perjudian,

karena permainan tersebut sifanya untung-untungan dan mempertaruhkan

uang.

4. Faktor-faktor Perjudian

Faktor penyebab perjudian ini ada berbagai macam antara lain :

a. Faktor kemiskinan

Miskin akan mendorong orang untuk berbuat suka hati untuk

melangsungkan penghidupannya. Apalagi bila dasar agama yang dimiliknya

kurang, atau miskin iman, hal ini akan memudahkan orang untuk berbuat

sesuatu tanpa mengindahkan norma ataupun hukum yang berlaku, sehingga

melakuan tindakan spekulatif tanpa berfikir lebih panjang.

b. Kurangnya perlindungan dari pemerintah dalam mempertahankan

hidup sehari-hari, sehingga dalam bekerja sering mendapatkan perlakuan

yang kurang baik dan kadang diperas oleh sikaya/penguasa.

c. Menaruh harapan-harapan semu untuk melipat gandakan uangnya.

Gaji yang amat minim, kondisi hidup yang tidak menentu, depresi ekonomi

yang terasa semakin mencekik, dan tidak adanya harapan untuk hari esok,

semua mendorong rakyat kecil untuk menghayal keuntungan dengan

harapan relatif besar. Kondisi ini semakin parah karena apatisme dan

ketidak tahuan mereka dengan cara apa harus memperbaiki taraf kehidupan

keluarga (Kartono, 2001 : 65).

Dari berbagai faktor diatas, nampaknya pernyebab perjudian

ditimbulkan kesenjangan sosial, sehingga dapat dikatakan ketidaksejahteraan

merupakan fenomena yang dapat menyebabkan patologi sosial.

5. Hukum Perjudian

Dalam membahas hukum perjudian ini penulis mencoba membahas

dan membagi dua bagian, yaitu perjudian ditinjau dari segi hukum Islam dan

perjudian ditinjau dari segi hukum negara Republik Indonesia.

a. Perjudian ditinjau dari segi hukum Islam

Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa agama Islam berisi

peraturan-peraturan untuk seluruh umat manusia. Dengan peraturan-

peraturan inilah manusia dapat mengetahui yang baik dan yang buruk,

termasuk tentang perjudian. Dalam Al-Qur’an misalnya, disebutkan :

سا لو نك عن الخمر و ا لميسر قل فيهما إثم آبير و منا فع للنا سي

)١٢ ٩: ة النقر. ( أ آبر من نفعهما و إ ثمهما

Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi, katakanlah pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. QS. Al Baqarah :219)

و ا أل نصا ب و ا أل ز ل يسر و ا لم مر لخا يها ا لذ ين أ منو ا ا نما يا أ

م تفلحو ن صا لس ي م ر جس م ن عمل و ه لعلك ا ٩)(.ا ن فا جتنب ر ا نم ي

د ا و ة و ا لبغ يد نكم ا لع ع بي و ق م ض ا لسيطا ن أ ي ى ا لجمر و ا ل ا ء ف

تم قهل أ ة و عن ا لصال آم عن ذ آر اهللا يسر و يصد و ن ن )٩١( منته

) ٩١ ٩ -.: ا لما ئد ة (

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)

khamr dan berjudi (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan syaitan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (minum) khamr dan berjudi itu dan mengahalangi kamu dan mengingat Allah dan sembahyang, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan perkerjaan itu)”. (QS. Al Maidah :90-91)

Dengan landasan tersebut diatas, jelaslah bahwa seorang muslim

dilarang menjadikan perjudian sebagai alat untuk menghibur diri dan

mengisi waktu luang, begitu pula menjadikan alat utnuk mencari uang

dalam situasi apapun. Karena perbuatan tersebut merupakan bahaya yang

mengancam masyarakat serta agama.

b. Perjudian ditinjau dari segi hukum negara Republik Indonesia

Perjudian di masyarakat membawa dampak negatif, untuk itulah

pemerintah mengadakan usaha pencegahan secara yuridis

Masalah perjudian diatur dalam kitab undang-undang pidana pasal

303 nomor 7 tahun 1974 tentang penertibnan perjudian yaitu :

1. Perbuatan pidana

2. Perubahan pandangan pembentukan undang-undang

mengenai perbuatan yang tergambar dalam pasal 541 KUHP, yang

semula dipandang sebagai pelanggaran. Semenjak 6 November 1974

dipandang sebagai kejahatan. Sehingga perlu pasal 303 KUHP. Setelah

menimbang mengingat maka memutuskan dan menetapkan :

Pasal 1.1 : pemberian izin

penyelenggaraan

segala bentuk dan

jenis perjudian

dilarang, baik

perjudian yang

diselenggarakan di

Kasino ataupun

ditempat-tempat

keramaian maupun

dikaitkan dengan

alasan lain.

Pasal 1.2 : izin penyelenggaraan

perjudian yang sudah

diberikan dinyatakan

dicabut dan tidak

berlaku lagi semenjak

tangga; 31 Maret

1981 (Subagyo, 1996

: 44)

Seiring dengan ketentuan yang telah ada, baik dari sudah agama

dan peraturan pemerintah bahwa perjudian jelas dilarang dan perbuatan

tersebut bisa dikenai pidana.

6. Ekses Perjudian

Perjudian yang mengasyikkan yang dilakukan terus menerus

baik siang maupun malam akan menimbulkan ekses bagi individu

dan lingkungannya. Ekses bagi individu adalah mentalnya menjadi

ceroboh, malas, mudah berspekulasi pekerjaan jadi terlantar, anak

istri dan rumah tangga tidak diperhatikan. Untuk mendapatkan uang

agar tetap bisa judi, orang yang mempunyai hobi berjudi terpaksa

melakukan perbuatan kriminal, menipu, mencuri menggelapkan

dana dan lain-lain.

Adapun ekses terhadap lingkungan, perjudian bisa

mendorong keributan dan perkelahian akibat perselisihan yang

ditimbulkan ( Astiyanto, 1997 : 67). Senada dengan ini Kartono

(2001 : 73-74), kebasaan berjudi mengkondisikan mental individu

menjadi ceroboh, malas, mudah berspekulasi, cepat mengambil

resiko tanpa pertimbangan. Berikut ekses-ekses perjudian bagi

individu dan lingkungannya antara lain :

a. Mendorong orang untuk melakukan penggelapan uang.

b. Energi dan pikiran jadi berkurang karena sehari-hari didera oleh

nafsu judi dan kerasukan ingin menang dalam waktu pendek.

c. Badan menjadi lesu dan sakit-sakitan karena kurang tidur

d. Pikiran menjadi kacau, sebab selalu digoda oleh harapan tidak

menentu .

e. Pekerjaan menjadi terlantar, karena segenap minatnya tercurah

pada keasyikn berjudi.

f. Anak istri dan rumah tangga tidak diperhatikan.

g. Hatinya jadi sangat rapuh, mudah tersinggung dan cepat marah,

bahkan sering eksplosif meledak-ledak secara membabi buta.

h. Mentalnya menjadi terganggu sakit. Sedangkan kepribadiannya

menjadi sangat stabil.

i. Terdorong melakukan perbuatan kriminal, gimana mencari

modal untuk memuaskan nafsu judinya yang tidak terkendali itu, berani

mencuri, menjambret, menodong, merampok, menggelapkan, memperkosa

dan membunuh orang untuk mendapatkan modal guna naik judi.Sebagai

akibanya kriminalitas naik dengan drastis dan keimanan menjadi sangat

rapuh.

j. Ekonomi rakyat mengalami kegoncangan-kegoncangan karena

orang bersikap spekulatif, untung-untungan serat kurang serius bekerja.

k. Diseret oleh maksud judi berlarut-larut, kurang iman kepada

Tuhannya sehingga mudah tergoda untuk melakukan tindakan asusila.

B. Bimbingan dan Penyuluhan Islam

1. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan Islam

a. Bimbingan Islami

Istilah bimbingan merupakan terjemahan bahasa Inggris yaitu :

guidance, yang berarti bimbingan. Guidance yang berasal dari kata to

guide yang berarti menunjukkan, memberi jalan, atau menuntut orang

lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya dimasa kini dan akan

datang (Arifin, 1994 : 1).

Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan beberapa

pendapat para ahli tentang definisi bimbingan secara umum :

Menurut Jumhur dan Moh. Surya (1975 : 28). Bimbingan adalah

suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis

kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, dapat

memahami dirinya , kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan

untuk mengarahkan dirinya dan kemapuan untuk merealisasikan dirinya

sesuai dengan potensi atau kemampuan dalam mencapai penyesuaian

diri dalam lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Bantuan itu diberikan kepada orang-orang yang memiliki keahlian dan

pengalaman khusus dalam bidang tersebut.

Kemudian menurut Walgito (1954: 4) bimbingan adalah bantuan

atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan

individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan

dalam kehidupan agar individu atau sekumpulan individu-individu itu

dapat mencapai kesejahteran hidupnya.

Rumusan yang lain diberikan oleh Priyatno dan Erman Amti

(1999 : 9) Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan

oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang, baik anak-

anak, remaja maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat

mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan

memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat

dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Dari beberapa pengertian bimbingan tersebut, dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud bimbingan adalah proses pemberian bantuan

yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seorang atau beberapa orang,

agar mampu mengembangkan potensi (bakat, minat dan kemampuan

yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri , mengatasi persoalan-persoalan

sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara

bertanggung jawab tanpa bergantung kepada orang lain).

Setelah kita mengetahui pengertian bimbingan dari sudut

pandang umum, maka perlu dikemukakan juga pengertian bimbingan

dari sudut pandang Islam yang dirumuskan oleh Musnamar (1992 :5) :

“Bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan Allah, sehingga dapat mencapai kebaghagiaan di dunia dan diakhirat”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan dalam proses pemberian bantuan terhadap individu. Namun

dalam bimbingan Islam konsepnya bersumber Al Qur’an dan AL

Hadits.

b. Konseling Islam

Konseling berasal dari bahasa Inggris yaitu : counseling,

sedangkan kata counseling dari kata to counsel yang artinya memberikan

nasihat atau memberi anjuran kepada orang lain secara face to face

(berhadap muka satu sama lain), dan juga bisa diartikan sebagai advice,

yang artinya nasehat atau petuah (Echos dan Shandily, 1992 : 150).

Hasan Langgulung (1986 : 235) mengatakan bahwa konseling

adalah proses yang bertujuan menolong seseorang yang mengidap

kegoncangan emosi yang belum sampai pada tingkat kegoncangan

psikologis atau goncangan akal agar ia dapat menghindari diri dari

padanya.

Sementara menurut Priyatno dan Erman Amti (1999 : 105).

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui

wawancara oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada individu

yang sedang mengalami masalah (disebut klien), yang bermuara pada

teratasinya masalah yang dihadapi klien.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa

konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami masalah, agar

individu dapat mengatasi permasalahan yang dihadapinya, dalam hal ini

masalah perjudian.

Setelah mengetahui pengertian konseling dari sudut pandang

umum, maka perlu dikemukakan juga pengertian konseling dari sudut

pandang Islam. Al Dzaky (2003: 137) dalam bukunya Psikoterapi dan

Konseling Islam, konseling berarti suatu aktivitas memberikan

bimbingan pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta

bimbingan (klien), dalam hal sebagaimana seharusnya seorang klien

dapat mengembangkan diri pikirannya, kejiwaannya, keamanan dan

keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidupnya baik dan

benar secara mandiri yang berparadigma kepada Al Qur’an dan As

Sunnah Rasulullah SAW.

2. Landasan Dasar Bimbingan dan Konseling Islam

Dasar utama bimbingan dan konseling Islam adalah AL Qur’an dan As

Sunnah Rasul. Keduanya merupakan sumber dari segala sumber pedoman

kehidupan umat Islam. (Musnamar, dkk, 1992 : 5) Al Qur’an dan Sunnah

Rasul itulah landasan ideal dan koseptual bimbingan dan konseling Islam.

Dari Al Qur’an dan Sunnah Rasul itulah gagasan tujuan dan konsep-konsep

bimbingan dan konseling Islam dirumuskan.

Dasar yang memberi isyarat kepada manusia untuk mem beri petunjuk

(bimbingan) kepada orang lain, dapat dilihat dalam surat Al An’am, ayat 154

sebagai berikut :

شي ء و شم ا تينا مو سى ا لكتا ب تما ما على ا لذ ي أ حسن و تفصيال لكل

) ١٥٤ :م ا لأل نعا (.هد ى و ر حمة لعلهم بلقا ء ر بهم يؤ منو ن

Artinya : “Kemudian kami telah memberikan Al Kitab (taurat) kepada Musa untuk menyempurnakan (nikmat kami), kepada orang yang berbuat kebaikan, dan untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk rahmat agar mereka beriman (bahwa) mereka akan menemui Tuhan mereka”. (Qs. Al An’am : 254).

Dapat pula dilihat dalan surat Al Ashr ayat 1-3 yang berbunyi :

ي خسر إ ن ا)١(و ا لعصر ا ن لف و)٢ ( إل نس و ا و عمل ن ا من ذ ي ا إ ال

)١-٣: ا لعصر. ()٣( ا با لصبر ا با لحق و توا صوالصا لحا ت و توا صو

Artinya : “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan megerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya

mentaati dan nasehat menasehati, supaya menetapi kebenaran. (QS. Al Ashr : 1-3)

Ayat tersebut sangatlah jelas bahwa bimbingan dan penyuluhan Islam

dilaksanakan untuk memberikan kecerahan batin sesuai dengan ajaran

agaman agama.

Selain Al Qur’an dan AS Sunnah, ilmu-ilmu yang mebantu dan

dijadikan landasan gerak operasional bimbingan dan penyuluhan Islam,

menurut Musnamar (1992 : 6) sebagai berikut :

a. Ilmu jiwa (psikologi)

b. Ilmu hukum Islam (syari’ah)

c. Ilmu-ilmu kemasyarakatan (sosiologi, antropolgi, sosial dan

sebagainya)

Sementara menurut Arifin (1994 : 7-8) dalam klien, bimbingan dan

konseling dapat didasarkan sebagai berikut :

a. Setiap klien adalah makhluk pribadi yang memiliki

kemampuan dasar beragama yang merupakan fitrah yang dibentuk

Tuhan sejak masa kejadian.

b. Setiap klien adalah pribadi yang berkembang secara dinamis

dan memiliki corak, watak dan kepribadian yang tidak sama antara klien

yang satu dengan yang lainnya. Demikian pula ia memiliki keuntungan

berkembang dan menyesuaikna diri dengan lingkungan yang berbeda

antara yang satu dengan yang lain.

c. Setiap individu memiliki corak kepribadian individual yang

berkembang diatas dua faktor pengaruh, yaitu pengaruh dari dalam

dirinya sendiri yang merupakan ciri-ciri keturunan jasmaniah dan

rohaniah masing-masing dan pengaruh yang diperoleh dari lingkungan

sekitar masa kini atau masa lampau.

d. Setiap individu sebagai pribadi yang cenderung untuk

memperoleh pemuasan akan segala kebutuhan seperti minum,

ketenangan hidup, kebebasan dari kelaparan, penyakit dan sebagainya

dari yang melipui kebutuhan jasmaniah dan yang mengenai ketenangan

kejiwaan seperti memperoleh cinta kasih dari sesamanya dan sebagainya.

e. Individu sebagai pribadi yang berkepribadian utuh ingin

memperoleh pengakuan tentang keberadaannya di tengah orang lain, ia

ingin dihargai oleh orang lain dan ingin menghargai dirinya sendiri.

f. Sebagai pribadi yang mandiri, setiap individu cenderung

untuk memperoleh perlindungan dari segala ancaman dan gangguan

yang membahayakan hidupnya baik secara lahiriyah maupun batiniah,

termasuk perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa.

3. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan

a. Fungsi bimbingan dan penyuluhan Islam

Thonari Musnamar (1992:34) menjalaskan bimbingan dan konseling

Islam ditinjau dari kegunaan atau manfaat dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Fungsi preventif, yakni membantu individu menjaga

atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.

2. Fungsi kuratif dan korektif, yakni membantu

individu memecahkan

masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.

3. Fungsi Preservatif, yakni membantu individu

menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik

(mengandung masalah)yang telah menjadi baik (terpecahkan) ini

kembali menjadi tidak baik (menimbulkan masalah kembali)

4. Fungsi developmental atau pengembangan, yakni

membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik,

sehinga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah

baginya.

b. Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Tujuan bimbingan dan penyuluhan Islam itu dapat dirumuskan

sebagai “membantu agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di

akhirat” (Musnawar, dkk, 1992 : 23)

Kemudian Al Dzaky (2000 : 167-168) mengemukakan tujuan

bimbingan dan penyuluhan Islam sebagai berikut :

1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan

kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang,

jinak dan damai (muthma’inah) bersifat lapang dada (radliyah) dan

mendapatkan pencerahan taufiq hidayah Tuhannya (mardliyah)

2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan

kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada

diri sendiri, lingkngan keluarga, lingkungan kerja maupun

lingkungan sosial dan alam sekitarnya.

3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) para

individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi,

kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.

4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri

individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk

berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-

Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya.

Adapun tujuan pelayanan bimbingan dan penyuluhan Islam

menurut Faqih (2001 : 36-37) dikelompokkan menjadi dua yaitu, tujuan

umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum, yaitu membantu individu mewujudkan dirinya

menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan di dunia dan di

akhirat.

Sedangkan tujuan khusus dari bimbingan dan konseling Islam :

a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah

b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang

dihadapi

c. Membantu individu memelihara dan mengebangkan

situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik

dan lebih baik, sehingga tidak aakn menjadi sumber masalah bagi

dirinya dan orang lain.

Dengan memperhatikan uraian di atas jelas bahwa yang ingin

dicapai dalam bimbingan dan penyuluhan Islam ialah tingkat

perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan

kemampuan agar dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.

4. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Sasaran pelayanan bimbingan dan penyuluhan adalah individu-

individu, baik secara perorangan maupun kelomppok. Untuk itu yang

menjadi sasaran pelauyanan pada umunya adalah perkembangan dan

perikehidupan individu. Berikut rumusan prinsip-prinsip bimbingan

penyuluhan menurut Prayitno dan Amtim (1999 : 219)

a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa

memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.

b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan sikap dan

tingkah laku individu yang terbentuk dari berbagi aspek kepribadian

yang kompleks, oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling

perlu menjangkau kekomplekan pribadi individu.

c. Bimbingan dan konseling mengoptimalkan pelayanan

bimbingan dan konseling sesuai kebutuhan individu itu sendiri perlu

dikenali dan dipahami keunikan setiap individu dengan berbagai

kekuatan, kelemahan dan permasalahannya.

d. Bimbingan dan konseling bertujuan mengembangkan

penyesuaian individu terhadap segenap bidang pengamalan harus

mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan individu.

e. Meskipun idnividu yang satu dan lainya adalah serupa

dalam

berbagai hal, perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan

dalam rangka upaya bertujuan memberikan bantuan atau bimbingan

kepada individu.

5. Metode Bimbingan dan Penyuluhan

Untuk menetapkan tugasnya, pembangunan dapat mempergunakan

metode sebagai berikut :

a. Metode interview (wawancara). Meskipun telah banyak dikritik

orang karena terdapat kelemahan-kelemahannya, akan tetapi ia

tetap dianggap sebagai salah satu cara untuk mendapatkan fakta.

b. Metode yang diputuskan pada keadaan klien. Metode ini sering

disebut non direktif. Metode ini didasarkan pada pandangan

bahwa klien sebagai pencari kemantapan diri sendiri.

c. Directive counseling. Metode ini merupakan bentuk psikoterapis

yang paling sederhana. Dengan metode ini, konselor secara langsung

memberikan jawaban terhadap problem klien yang dianggap menjadi

sumber kecemasan (Arifin, 1994 : 55). Sejalan dengan pesoalan yang ada

di Kecamatan Cepu metode-metode di atas perlu dijadikan pedoman

dalam angka menanggulangi perjudian.