Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
49
BAB II
SEJARAH TERBENTUKNYA AANZFTA DAN KERJA SAMA
BILATERAL INDONESIA-AUSTRALIA
BAB II ini akan menjelaskan sejarah awal pembentukan AANZFTA
bersamaan dengan prinsip, serta tujuan pembentukan AANZFTA. Selain itu, Bab
ini juga akan menjelaskan sejarah dan bentuk hubungan kerja sama Indonesia-
Australia, hubungan kerja sama kedua negara di bawah mekanisme AANZFTA,
hingga urgensi kerja sama Indonesia-Australia dalam menjamin pasokan susu segar
dalam negeri (SSDN) yang meliputi pembahasan mengenai permasalahan utama
mengenai sektor persusuan di Indonesia.
2.1 Pembentukan AANZFTA
2.1.1 Sejarah AANZFTA
Sejarah awal pembentukan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade
Agreement (AANZFTA) pada dasarnya memiliki timeline yang cukup panjang,
dimulai dengan proses negosiasi perwujudan prospek hubungan kerja sama antara
ASEAN Free Trade Area (AFTA) dengan Australia-New Zealand Closer Economic
Relations Trade Agreement (ANZCERTA) yang diinisiasikan oleh mantan Wakil
Perdana Menteri Thailand, Supachai pada tahun 1993. Ide tersebut kemudian
disambut baik pada tahun 2000 dengan adanya pernyataan tertulis dalam laporan
peninjauan di Australia yang berjudul “The Angkor Agenda” dengan menyatakan
bahwa pembangunan kawasan perdagangan bebas dalam skema AFTA-CER Free
Trade Area memang layak dan diperlukan bagi kedua pihak, karena memiliki
50
potensi yang besar untuk dapat mengikuti laju perkembangan ekonomi global yang
saat itu mengalami peningkatan intensitas pada tantangan kompetitif dari negara-
negara dengan ekonomi yang berkembang pesat seperti Tiongkok dan India.
Namun pada akhirnya kerangka AFTA-CER FTA tidak dapat diwujudkan karena
kurangnya dukungan dan tidak adanya persiapan yang matang dari negara-negara
yang ditujukan, sehingga kerangka perdagangan bebas tersebut kemudian
digantikan dengan kehadiran konsep AFTA-CER Closer Economic Partnership
(CEP) di tahun 2001. CEP sendiri ditujukan untuk dapat meningkatkan integrasi
ekonomi antara Australia, New Zealand dan negara-negara yang berada di kawasan
ASEAN melalui peningkatan kapasitas (capacity building) serta penyediaan
fasilitas perdagangan.66
Dalam perkembanganya, CEP sendiri mengalami transformasi seiring
dengan adanya ketertarikan ASEAN dalam upaya meningkatkan kerangka kerja
CEP. Keadaan ini tidak lain didorong oleh adanya negosiasi tingkat kepala negara
di tahun 2002 yang menghasilkan Ministrial Declaration on the AFTA-CER Closer
Economic Partnership guna mempromosikan perdagangan, investasi, dan integrasi
ekonomi regional yang semakin intens antara ASEAN dan negara-negara CER.
Deklarasi ini kemudian dinegosiasikan secara berlanjut dalam berbagai pertemuan
yang akhirnya menghasilkan Joint Declaration of the Leaders ASEAN-Australia-
New Zealand Commemorative Summit pada tahun 2004 di Viantiane, Laos.
66 Background to The ASEAN-Australia-New Zealand- Free Trade Agreement, Australian
Government, Department of Foreign Affairs and Trade, diakses dalam :
https://dfat.gov.au/trade/agreements/in-force/aanzfta/Pages/background-to-the-asean-australia-
new-zealand-free-trade-area.aspx, (05/03/2019, 17:47 WIB)
51
Negosiasi inilah yang menjadi langkah awal pembentukan AANZFTA sekaligus
dengan disepakatinya Guiding Principles for Negotiation ASEAN-Australia-New
Zealand Free Trade Area.67
Transformasi CEP kedalam mekanisme AANZFTA secara resmi terealisasi
pada awal tahun 2005 yang dinegosiasikan oleh ASEAN-Australia-New Zealand
Trade Negotiating Committee (AANZTNC) termasuk di dalamnya para petinggi
negara dari ketiga belah pihak baik ASEAN, Australia, maupun New Zealand yang
secara berkelanjutan terus melakukan perundingan untuk membahas permasalahan
yang mencakup mekanisme dan aturan perdagangan, standar operasional, peraturan
teknis dan penilaian kesesuaian atau kapasitas negara, prosedur bea cukai, kerja
sama ekonomi, serta masalah hukum dan kelembagaan.68
Pada akhirnya negosiasi tersebut mencapai persetujuan bersama untuk
membentuk AANZFTA setelah menempuh 15 putaran perundingan dan
menghasilkan teks hukum perjanjian yang diselesaikan pada tahun 2008. Teks
hukum perjanjian ini kemudian ditindaklanjuti sebagai dokumen sah pembentukan
AANZFTA yang ditandatangani oleh para Menteri Ekonomi ASEAN, Australia,
dan New Zealand pada tahun 2009 di Hua Hin, Thailand.69 Dokumen tersebut
terdiri dari 18 Bab, 212 Pasal dan 4 Lampiran, yang mencakup: (1) Tujuan dan
67 Sobur Ady Pamungkas, Op. Cit., Hal.3 68 Road to the AANZFTA, The Negotiation, and Signing of the AANZFTA and Entry into Force in
AANZFTA Overview, diakses dalam : http://aanzfta.asean.org/road-to-aanzfta/ (06/03/2019 15:59
WIB) 69 BKF Kemenkeu, Laporan Hasil Kajian Free Trade Agreement (FTA) dan Economic Partnership
Agreement (EPA), dan Pengaruhnya Terhadap Arus Perdagangan dan Investasi dengan Negara
Mitra, diakses dalam : https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/kajian.pkrb_.fta_.2012.pdf,
(06/03/2019 16:34 WIB)
52
definisi umum pembentukan AANZFTA, (2) Perdagangan barang, (3) Peraturan
sertifikasi tempat asal, (4) Prosedur kepabeanan, (5) Tindakan sanitasi dan
fitosanitasi, (6) Standar peraturan teknis dan penilaian kesesuaian perdagangan, (7)
Tindakan pengamanan perdagangan barang, (8) Perdagangan jasa, (9) Pergerakan
orang yang terlibat dalam melakukan perdagangan atau investasi, (10) E-commerce,
(11) Investasi, (12) Kerja sama ekonomi, (13) Hak kekayaan intelektual, (14)
Kebijakan Persaingan, (15) Ketentuan umum dan pengecualian, (16) Ketentuan
kelembagaan, (17) Konsultasi dan penyelesaian sengketa, (18) Ketentuan akhir.70
Meskipun telah diresmikan pada tahun 2009, namun AANZFTA sendiri
mulai benar-benar diberlakukan (entry into force) pada tahun 2010 yang pada saat
itu hanya diimplementasikan oleh sembilan negara termasuk dua di antaranya
adalah Australia dan New Zealand dan tujuh negara lainnya adalah negara-negara
Anggota ASEAN seperti Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Myanmar,
Filipina, Vietnam, dan Thailand. Sementara itu, tiga negara Anggota ASEAN yang
tersisa yaitu Laos, Kamboja dan Indonesia menyusul di tahun 2011, dimana Laos
dan Kamboja sudah mulai mengimplementasikan AANZFTA, namun Indonesia
sendiri masih dalam tahap meratifikasi. Indonesia benar-benar mengadopsi
perjanjian perdagangan bebas AANZFTA pada tahun 2012 dan merupakan negara
terakhir yang mengimplementasikannya secara nyata.71 Hingga saat ini,
70 Agreement Establishing the ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area, diakses dalam :
https://www.asean.org/uploads/2012/10/Agreement%20Establishing%20the%20AANZFTA.pdf
(06/03/2019 16:36 WIB) 71 Agreement Establishing The ASEAN-Australian-New Zealand-Free Trade Agreement
(AANZFTA), Department of Foreign Affairs and Trade, diakses dalam :
https://www.homeaffairs.gov.au/Freetradeagreements/Documents/100817makinguseofaanzftatoex
port.importgoods.pdf, (21/05/18,23.00 WIB)
53
AANZFTA memiliki dua belas anggota yang merangkul seluruh negara-negara
anggota ASEAN bersama dengan Australia dan New Zealand dengan perkiraan
total penduduk secara keseluruhan berjumlah 663 juta dan kombinasi Produk
Domestik Bruto (PDB) yang mencapai USD 4 triliun pada tahun 2016.72
Skema 2.1 Timeline Sejarah Pembentukan AANZFTA
72 ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA), 2017, diakses dalam :
http://aanzfta.asean.org/key-aanzfta-trade-figures/ (06/03/19 20:18 WIB)
1993• Proses negosiasi prospek kerja sama AFTA dan
ANZCERTA yang diinisiasikan oleh Perdana MenteriThailand
2000• Penyambutan ide kerja sama oleh Australia dalam "The
Angkor Agenda" yang kemudian mendorongpembangunan skema kerja sama AFTA-CER FTA
2001• Kehadiran konsep AFTA-CER CEP untuk menggantikan
konsep AFTA-CER yang gagal
2002• AFTA-CER CEP terus berkembang dengan diadakannya
negosiasi pada Ministrial Declaration on the AFTA-CERCloser Economic Partnership
2004• Proses negosiasi menghasilkan Joint Declaration of the
Leaders ASEAN-Australia-New Zealand CommemorativeSummit
2005• Transformasi CEP kedalam mekanisme AANZFTA yang
dilakukan oleh AANZTNC
2008• Penyelesaian teks hukum perjanjian pembentukan
AANZFTA setelah proses negosiasi selama 15 putaranperundingan hingga mencapai persetujuan bersama
54
(Sumber : Diolah oleh penulis)
Secara garis besar, pembentukan AANZFTA dilakukan berdasarkan adanya
kedekatan geografis (geographical proximity) dan integrasi ekonomi politik di
antara negara-negara anggota. Kesadaran untuk melihat potensi dari kondisi
geografis yang menghubungkan kawasan pasifik dengan ASEAN menjadi salah
satu faktor yang melatarbelakangi pentingnya sebuah manifestasi kerja sama
perdagangan bebas untuk menciptakan konvergensi pada dua kawasan tersebut.
Sebuah konvergensi geografis secara tidak langsung akan membentuk jalur
distribusi produk yang lebih efisien, sehingga dapat mengoptimalkan perdagangan
karena berpengaruh untuk meminimalisir biaya transportasi yang digunakan.73
73 Rahadhian T. Akbar, 2011, Ekonomi Politik Kemitraan ASEAN : Sebuah Potret Kerjasama,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Hal. 187.
2009
• Teks hukum perjanjian ditindak lanjuti sebagai dokumensah pembentukan AANZFTA dan ditandatangani oleh paraMenteri Ekonomi ASEAN-Australia-New Zealand di HuaHin, Thailand
2010• Proses pemberlakukan (Entry Into Force ) AANZFTA di 9
negara anggota
2011• Proses pemberlakuan (Entry Into Force) AAZFTA di Laos
dan Kamboja
2012• Proses pemberlakuan (Entry Into Force) AAZFTA di
Indonesia
55
Di sisi lain, berdasarkan aspek integrasi ekonomi politik setidaknya
pembentukan AANZFTA didasari pada tiga keunggulan yang sangat bermanfaat
bagi negara-negara yang terlibat di dalamnya. Pertama, AANZFTA merupakan
perjanjian perdagangan bebas paling strategis yang dimiliki oleh ASEAN, serta
perjanjian paling besar yang dimiliki oleh Australia dan New Zealand. Keadaan ini
berlaku bagi negara-negara ASEAN ketika mereka mampu melihat bahwa kerja
sama di bawah payung AANZFTA dapat menjadi pendekatan strategis untuk
mempererat hubungan diplomatik dengan Australia dan New Zealand sebagai dua
kekuatan ekonomi terbesar di wilayah Asia-Pasifik.74 Sedangkan bagi Australia dan
New Zealand sendiri, AANZFTA telah membuka gerbang menuju akses pasar yang
lebih besar di negara-negara ASEAN yang berkedudukan sebagai mitra dalam kerja
sama perdagangan bebas tersebut.
Kedua, AANZFTA merupakan perjanjian perdagangan bebas paling
komprehensif dimana aturan di dalamnya mencakup hampir semua sektor yang
diperlukan dalam hal perdagangan barang, jasa, investasi, kekayaan intelektual,
hingga penyediaan komitmen penghapusan tarif ekstensif yang berorientasi untuk
meningkatkan kerja sama ekonomi guna memfasilitasi implementasi dari FTA
tersebut dan menguatkan hubungan ekonomi di antara negara-negara ASEAN,
Australia, dan New Zealand.75 Ketiga, AANZFTA merupakan perjanjian
perdagangan bebas dengan kualitas yang tinggi (high quality) dimana proses
74 Laporan Akhir Peta Diplomasi Perdagangan Indonesia, Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia, diakses dalam :
http://bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/KAJIAN_PETA_DIPLOMASI_PERDAGAN
GAN_INTERNASIONAL.pdf, (06/03/19 20.04 WIB) 75 AANZFTA, diakses dalam : https://www.bilaterals.org/?-AANZFTA- (06/03/19 21.00 WIB)
56
implementasinya mengadopsi sistem tinjauan berkala atau tinjuan regular (regular
review) yang dilakukan oleh para anggota dalam satu waktu yang ditentukan untuk
dapat memperbaharui peraturan dan meningkatkan efisiensi perjanjian tersebut.
Dengan kata lain, tinjauan berkala ini dilakukan guna memastikan perjanjian tetap
bersifat modern dan relevan dengan perkembangan perekonomian regional maupun
perubahan pola pada praktik bisnis dan perdagangan global.76 Terlepas dari dua
aspek tersebut, AANZFTA pada akhirnya terbentuk sebagai perjanjian
perdagangan bebas yang berorientasi pada kerja sama bersifat plurilateral dengan
potensi utilitas yang merata oleh setiap negara anggota.
2.1.2 Prinsip AANZFTA
AANZFTA merupakan FTA regional dimana prinsip negosiasi dan
implementasinya diberlakukan berdasarkan prinsip dan aturan dalam World
Organization Trade (WTO) sebagai referensi utama. Hal tersebut dikarenakan baik
AANZFTA atau FTA lain pada umumnya merupakan bagian integral dari WTO
atau bentuk perkembangan dari komitmen global terhadap pasar terbuka dimana
negosiasi dan implementasinya berorientasi pada proses optimalisasi peningkatan
kesejahteraan ekonomi bersamaan dengan prinsip-prinsip yang sering kali
dipromosikan oleh WTO, yang secara keseluruhan bersifat pragmatis dan tidak
boleh digunakan sebagai instrumen untuk menegakkan kepentingan non-
perdagangan.77 Oleh karena itu, dalam beberapa hal seperti proses pengambilan
76 General Review 2017-2018, AANZFTA, diakses dalam : https://aanzfta.asean.org/general-
review/ (06/03/2019 21:35 WIB) 77 Study of Regional and Bilateral Agreements by the Productivity Commission, ITS Global:
Consultants on Global Issues, diakses dalam : http://legacy.bca.com.au/docs/8377C1B3-C8A6-
405A-90FD-
57
kesepakatan bersama dalam AANZFTA serta pengaplikasian aturan perjanjian
dalam kebijakan perdagangan negara-negara anggota dijalankan dengan mengikuti
prinsip-prinsip WTO sebagai berikut:
a. Prinsip Negosiasi
Dalam proses pengambilan keputusan dan pembentukan kesepakatan
bersama, AANZFTA mengadopsi tiga prinsip negosiasi dari WTO yang terdiri dari:
Pertama yaitu Single undertaking principle, adalah prinsip pengambilan
kesepakatan secara tunggal dengan memberlakukan pendekatan “nothing is agreed
until everything is agreed” yang berarti bahwa proses negosiasi secara keseluruhan
merupakan satu paket utuh yang tidak dapat dibagi atau disepakati secara terpisah
sehingga kesepakatan bersama hanya akan lahir ketika semua pihak menyetujui
kesepakatan tersebut tanpa adanya unsur hak veto.78 Prinsip ini lebih
mengedepankan sistem pengambilan suara berdasarkan kesetaraan hak dan
kewajiban antar negara anggota yang tidak dihitung dari adanya share (modal)
seperti sistem pengambilan keputusan dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dengan kata lain bahwa prinsip single undertaking tidak mendikotomi posisi
negara maju, negara berkembang, atau negara miskin dalam hal hak dan kewajiban
untuk memberikan keputusan.79 Dari total 12 jumlah negara anggota yang
FFF200994937/its_global_report_analysis_of_recent_developments_in_bilateral_and_regional_fta
s_final_8-4-2010.pdf (09/03/2019 06:54 WIB) 78 How the Negotiations are Organized, World Trade Organization, diakses dalam:
https://www.wto.org/english/tratop_e/dda_e/work_organi_e.htm (09/03/2019 09:23) 79 Reza Zaki, Prinsip-prinsip Idealis WTO, Binus University, diakses dalam : http://business-
law.binus.ac.id/2017/12/27/prinsip-prinsip-idealis-wto/ (09/03/2019 09:46 WIB)
58
tergabung dalam AANZFTA, jika salah satu di antara menyatakan ketidaksetujuan,
maka keputusan dalam perjanjian tersebut tidak dapat diambil atau disepakati.
Kedua yaitu Special and differential treatment principle, merupakan
prinsip yang melatarbelakangi timbulnya aspek keadilan dalam proses negosiasi
dimana negara-negara anggota berhak mendapatkan perlakuan khusus dan berbeda
dalam hal mempertimbangkan efisiensi dari aturan yang disepakati bersama sesuai
dengan kapasitas nasional yang dimiliki oleh masing-masing negara anggota
tersebut.80 Prinsip ini seringkali digunakan dalam proses negosiasi untuk membahas
jadwal pengurangan dan penghapusan tarif yang dibedakan antara negara anggota
ASEAN khususnya negara CLMV (Cambodia, Laos, Myanmar, Vietnam) dengan
Australia dan New Zealand. Negara-negara CLMV tersebut mendapatkan
perlakuan khusus untuk dapat menerapkan jadwal penghapusan tarif yang lebih
lambat dibandingkan anggota lain yang dituntut untuk memberlakukan jadwal
penghapusan tarif dengan lebih cepat, sebagai bentuk pengakuan dan keadilan
terhadap adanya perbedaan kapasitas negara-negara tersebut. Hal ini tidak lain juga
ditujukan untuk meningkatkan akses saluran distribusi, jaringan informasi, serta
komitmen ekspor dan impor keempat negara tersebut yang akan berpengaruh guna
meningkatkan kapasitas domestiknya.81
Ketiga adalah Subjects not negotiated principle, dimana dalam WTO
prinsip ini sebenarnya mencakup program-program kerja yang tertinggal atau tidak
terbahas selama proses negosiasi namun progresnya tetap terpantau dan dilaporkan
80 How the Negotiations are Organized, Loc, Cit. 81 Special and Differential Treatment Under AANZFTA, AANZFTA, diakses dalam :
http://aanzfta.asean.org/special-and-differential-treatment/ (09/03/2019 10:22)
59
pada pertemuan selanjutnya sehingga dapat memperbaharui dan mengembangkan
implementasi dari perjanjian perdagangan bebas itu sendiri.82 Prinsip ini juga
dijalankan oleh AANZFTA namun dengan tujuan yang lebih spesifik yaitu untuk
menegosiasikan perkembangan program kerja sebelumnya bersamaan dengan
progress perkembangan yang dimiliki serta relevansinya terhadap status quo
perdagangan regional. Dalam hal ini negara-negara anggota AANZFTA mengemas
prinsip tersebut dalam agenda tinjauan regular perjanjian (regular reviews of the
agreement) yang dilaksanakan dengan menggunakan prinsip “backwards looking”
atau peninjauan pelaksanaan AANZFTA secara umum yang kemudian dilaporkan
kepada para Menteri konsultasi AEM-CER untuk dinegosiasikan secara lebih
lanjut.83
b. Prinsip Implementasi
Dalam hal implementasi, prinsip pada mekanisme perdagangan yang
digunakan oleh AANZFTA juga mengikuti prinsip dalam WTO yang disebut
sebagai the trading system principles, dimana sistem ini mencakup nilai-nilai
fundamental seperti perdagangan tanpa diskriminasi, perdagangan berbasis
negosiasi, perdagangan dengan transparansi, perdagangan yang adil dalam
kompetisi, dan perdagangan dengan orientasi pada pembangunan dan reformasi
ekonomi.
Adapun sistem perdagangan tersebut kemudian dapat diidentifikasi dengan
tiga karakteristik utama yang ditawarkan oleh WTO dengan mengedepankan
82 How the Negotiations are Organized, Loc, Cit 83 General Review 2017-2018, Loc. Cit.
60
prinsip non-diskriminasi, anti-proteksionisme, serta transparansi. Prinsip non-
diskriminasi secara spesifik mengedepankan perdagangan yang merujuk pada
sistem Most Favoured Nations (MFN). Sistem ini mendorong suatu negara untuk
bertindak secara equal kepada seluruh mitra dagangnya yang tergabung dalam satu
kesatuan anggota WTO. MFN ini pada umumnya menjadi pondasi dasar bagi
penetapan kebijakan tarif bea masuk terhadap suatu produk yang berlaku secara
menyeluruh untuk negara-negara anggota WTO sehingga mendapatkan keuntungan
yang sama. Oleh karena itu, setiap kali suatu negara menurunkan atau meninggikan
tarif bea cukai untuk sebuah produk kepada negara lain yang masih berada dalam
satu kesatuan anggota WTO, maka kebijakan tersebut secara otomatis berlaku bagi
seluruh anggota WTO sebagai satu kesatuan mitra dagang tanpa membedakan
negara tersebut kaya atau miskin, lemah atau kuat.84 Prinsip yang serupa juga
diberlakukan dalam implementasi perjanjian perdagangan bebas, namun memiliki
perbedaan dalam pemberlakuan sistem tarif yang lebih spesifik dimana jika di
dalam keanggotaan WTO negara-negara menetapkan tarif bea masuk berdasarkan
sistem tarif MFN85, maka dibawah keanggotaan FTA negara-negara akan
menggunakan tarif preferensi86, meskipun masih terdapat beberapa produk yang
84 Principles of the Trading system, World Trade Organization, diakses dalam :
https://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/fact2_e.htm (09/03/2019 15:58) 85 Tarif MFN adalah tarif impor atau bea masuk yang paling ketat yang dikenakan oleh suatu negara
anggota WTO terhadap anggota yang lainnya terkecuali jika negara-negara tersebut berada dalam
sebuah perjanjian perdagangan preferensi atau perdagangan bebas maupun custom union. Dikutip
dari Types of Tariff, The World Bank. diakses dalam :
https://wits.worldbank.org/wits/wits/witshelp/Content/Data_Retrieval/P/Intro/C2.Types_of_Tariffs
.htm (09/03/2019 15:59) 86 Tarif Preferensi adalah sistem tarif dengan bentuk pegembangan yang lebih spesifik dari tarif
MFN dimana sistem tersebut mencakup kebijakan pengurangan atau penghapusan tarif bea masuk
berdasarkan aturan dari perjanjian atau kesepakatan internasional, dimana penggunaan serta
besarannya ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang dapat bernilai sama atau
berbeda dari ketetapan tarif MFN. Dikutip dari: Indeks Pabean, FTA, Direktorat Jenderal Bea dan
61
menggunakan tarif MFN, sesuai dengan kebijakan domestik masing-masing
negara.
Di sisi lain, prinsip anti-proteksionisme secara tidak langsung juga dapat
menjadi bagian lain dari prinsip non-diskriminasi namun lebih mengarah kepada
sistem perdagangan yang menekankan adanya kesetaraan dalam perlakuan nasional
(national treatment) terhadap produk yang berasal dari luar atau produk impor
dengan produk lokal sebuah negara. Prinsip ini digunakan sebagai mesin utama
penggerak kegiatan perdagangan yang lebih bebas dan adil sehingga tidak
memungkinkan suatu negara untuk menerapkan kebijakan dumping yang seringkali
dilakukan dengan motif untuk melindungi kedaulatan ekonomi nasional. Kebijakan
ini menyebabkan suatu negara menjadi protektif terhadap produk lokalnya,
sehingga mengambil jalan alternatif untuk membatasi keran produk impor dengan
tarif atau kuota serta meninggikan harga beli, yang pada akhirnya akan berdampak
langsung pada ketimpangan produk tersebut.87 Peraturan mengenai national
treatment dalam AANZFTA dicantumkan dalam beberapa bab seperti bab 2 yang
mengatur tentang perdagangan barang, bab 8 yang mengatur tentang perdagangan
jasa, bab 11 yang mengatur tentang investasi, dan bab 13 mengenai hak kekayaan
intelektual.
Prinsip terakhir adalah prinsip transparansi yang menuntut negara anggota
atau pemerintahannya wajib bersifat terbuka/transparan mengenai berbagai
kebijakan perdagangan sebagai prasyarat untuk menciptakan siklus perdagangan
Cukai, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, diakses dalam:
http://www.beacukai.go.id/arsip/pab/fta.html (10/03/2019 16:21 WIB) 87 Reza Zaki, Op. Cit.
62
yang pasti (predictable).88 Adapun aspek transparansi yang diberlakukan negara
dalam hal ini tidak lain mengarah pada transparansi hukum atau perundang-
undangan nasional serta praktek perdagangan sehingga memudahkan para pelaku
usaha untuk melakukan kegiatan perdagangan dengan negara tersebut. Sebagai
bentuk dukungan nyata terhadap prinsip ini, negara-negara yang tergabung dalam
suatu perjanjian perdagangan bebas harus memberikan notifikasi terhadap segala
kebijakan yang terkait dengan perdagangan serta melengkapinya dengan
mekanisme tinjauan periodik guna memperbaharui relevansi dan meningkatkan
efisiensinya.89
Prinsip transparansi dalam aturan perjanjian AANZFTA ditekankan dalam
banyak bab termasuk bab 2 perdagangan barang, bab 4 berisi aturan mengenai
prosedur kepabeanan, bab 5 yang mengatur tindakan sanitasi dan fitosanitasi, bab
6 mengenai aturan Standar peraturan teknis dan penilaian kesesuaian perdagangan,
bab 8 perdagangan jasa, bab 11 tentang Investasi, bab 13 tentang Hak kekayaan
intelektual, bab 16 berisi aturan dan ketentuan kelembagaan, dan bab 17 yang
mengatur tentang konsultasi dan penyelesaian sengketa. Terlebih khusus dalam
skema kerjasama AANZFTA dalam bidang investasi, para aggota telah untuk
membangun rezim post-establishment investment program yang ditujukan untuk
dapat meningkatkan transparansi dan kepastian bagi para investor negara serta
88 Sulistyo Widayanto, 2016, WTO Melindungi Kepentingan Domestik Negara Anggotanya Secara
Optimal, Jurnal Tinjauan Perdagangan Indonesia, Kementerian Perdagangan RI, Edisi No.35, Hal.6. 89Ibid.,.
63
perlindungan yang mencakup aspek penyelesaian sengketa melalui Investor-state
Dispute Settlement atau ISDS.90
2.1.3. Tujuan dan Manfaat AANZFTA
Terbentuknya kerja sama dalam kerangka AANZFTA secara umum
ditujukan untuk memfasilitasi hubungan perdagangan ASEAN, Australia, dan New
Zealand yang bersifat komplementer. Dengan kata lain, masing-masing negara
memproduksi apa yang diperlukan oleh negara lainnya sehingga terdapat
kecocokan pasar di antara ketiga pihak tersebut. Kondisi ini tidak lain merupakan
kondisi ideal yang dibutuhkan dalam setiap aktivitas kerjasama perdagangan bebas,
dimana ketika masing-masing pihak saling bekerjasama, tingkat interdependensi
akan semakin meningkat sementara iklim persaingan ekonomi dapat
diminimalisir.91
Di sisi lain, pembentukan AANZFTA juga memiliki tujuan yang
diselaraskan dengan visi pembangunan ekonomi ASEAN yang disebut sebagai
“Visi Komunitas ASEAN 2025”, yaitu untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan di kawasan dengan menyediakan rezim pasar dan investasi yang lebih
liberal, pengelolaan sistem perdagangan yang fasilitatif dan bersifat transparan di
antara dua belas negara-negara yang menandatangani perjanjian tersebut.92 Visi ini
kemudian diinklusifkan ke dalam tiga tujuan utama AANZFTA yang meliputi
90 Laporan Akhir Analisis Strategi Posisi Runding dalam memperkuat Kerjasama Indonesia-
Australia Comprehensive Economic Partenership Agreement (IA-CEPA), Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia, diakses dalam :
http://bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Laporan_Analisis_IA-CEPA_versi_cetak.pdf
(11/03/2019 07:31WIB) 91 Rahadhian T. Akbar, 2011, Op, Cit., Hal.188. 92 ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA), Loc. Cit.,
64
proses liberalisasi perdagangan yang dilakukan dengan menghapus hambatan tarif
dan non-tarif secara progresif guna mempermudah jalannya perdagangan maupun
investasi, kemudian memfasilitasi perdagangan dengan menekankan sistem
transparansi dan menyediakan mekanisme penyelesaian sengketa guna
memperkuat dan meningkatkan kerja sama ekonomi di antara negara-negara
anggota, serta memperbaharui dan menggali bidang-bidang kerja sama yang baru
untuk mengembangkan kebijakan yang tepat pada kerangka kerja sama ekonomi di
dalam tubuh AANZFTA.93
Dengan adanya tujuan-tujuan ini sebagai target utama yang harus dicapai
dalam pengimplementasian AANZFTA secara tidak langsung akan semakin
menguatkan komitmen bersama negara-negara anggota untuk dapat
mewujudkannya. Disamping itu, komitmen kuat tersebut juga dapat
dilatarbelakangi oleh adanya manfaat ekonomi yang strategis dan kemudian
menjadi daya tarik tersendiri dalam pengimplementasian AANZFTA.
Adapun manfaat dari AANZFTA secara ekonomi tidak lain akan
menciptakan iklim perdagangan yang ofensif dan defensif, peningkatan
kesejahteraan pada konsumen, peningkatan daya saing, dan peningkatan
perlindungan dalam bidang investasi.94 Perdagangan ofensif adalah kondisi dimana
negara-negara berkesempatan besar untuk melakukan ekspansi perdagangan
93 Perkembangan Kerjasama ASEAN di sektor Industri (s.d. 2011), Direktorat Jenderal Kerjasama
Industri Internasional, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, diakses dalam :
http://www.kemenperin.go.id/download/2572/Buku-Perkembangan-Kerjasama-ASEAN-di-
Sektor-Industri-(s.d-2011)- (11/03/09 13:34WIB) 94 Nick Laery, 2013, Free Trade in the Asia Pacific : A view from New Zealand, diakses dalam :
https://www.e-ir.info/2013/08/07/free-trade-in-the-asia-pacific-a-view-from-new-zealand/
(13/03/2019 14:49 WIB)
65
dengan akses pasar yang lebih luas sehingga mampu melampaui batasan yang
melebihi akses pasar domestik dan mencapai skala ekonomi yang lebih besar.
Australia dan New Zealand merupakan dua pihak yang paling diuntungkan dalam
hal ini mengingat bahwa AANZFTA secara signifikan telah memberikan akses
kepada negara tersebut untuk dapat memanfaatkan potensi pertumbuhan pasar
ASEAN yang luar biasa. Di sisi lain perdagangan defensif sendiri merupakan
keadaan dimana dalam aktivitas perdagangan, suatu negara yang tergabung dalam
FTA mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mempertahankan pangsa
pasar (market share) mereka dalam bersaing dengan pesaing internasional. Seperti
halnya AANZFTA merupakan jalur strategis bagi New Zealand untuk bersaing
dengan kompetitornya baik Korea, Jepang, bahkan China, yang secara keseluruhan
membidik pangsa pasar yang sama di negara-negara ASEAN.
Selanjutnya, secara ekonomi AANZFTA juga dapat menjamin adanya
peningkatan kesejahteraan bagi negara-negara anggota khususnya dengan
kebijakan penghapusan hambatan perdagangan secara progresif serta sistem
perdagangan yang bersifat komplementer. ASEAN dalam hal ini menjadi pihak
yang sangat diuntungkan dengan berlakunya penghapusan tarif oleh Australia yang
mencapai angka 96,4% (2010) serta New Zealand 84.7% (2010) dan akan mencapai
angka 100% di tahun 2020. Sementara itu, penghapusan tarif di negara-negara
ASEAN sendiri secara progresif akan mencapai angka maksimal di tahun 2025.95
Terkait dengan hal tersebut, penyederhanaan atau bahkan penghapusan bea cukai
95 Benefit of AANZFTA to ASEAN, diakses dalam : https://aanzfta.asean.org/asean-australia-new-
zealand-free-trade-arrangement/ (13/03/2019 16:51WIB)
66
dalam aturan AANZFTA ini akan sangat menguntungkan negara-negara untuk
dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan dalam aktivitas perdagangan,
terlebih dapat dialokasikan untuk keperluan pembangunan di bidang lainnya. Selain
itu, perdagangan yang dilakukan dengan basis pertukaran pada keunggulan
komparatif (comparative advantage exchange) juga akan sangat membantu untuk
menghemat biaya produksi barang dalam suatu negara sehingga memudahkan
negara-negara tersebut untuk saling melengkapi kebutuhan satu sama lainnya.
Selain dapat menciptakan kesejahteraan, aturan AANZFTA mengenai
penghapusan hambatan perdagangan secara tidak langsung juga akan
meningkatkan persaingan yang lebih besar di antara negara anggota namun tetap
berdampak positif pada peningkatan efisiensi perdagangan. Hal ini dikarenakan
suatu negara baik dengan pelaku bisnis atau aktor dagangnya akan semakin
termotivasi untuk terus bersaing dan melakukan inovasi perdagangan dengan
mencari dan mengadopsi penelitian dan teknologi baru, menciptakan metode
penyederhanaan tarif yang baru, serta mempraktikan cara baru untuk dapat
meningkatkan skala produktivitasnya.96 Oleh karena itu, tidak heran jika metode
“relokasi industri” atau yang terakumulasi dalam sistem FDI dengan menerapkan
metode investasi modal usaha guna menciptakan perdagangan langsung (direct
trade) dalam suatu negara kemudian menjadi bagian penting dalam peningkatan
efisiensi perdagangan tersebut.
96 Ibid.,
67
Pada akhirnya metode FDI ini kemudian akan menjadi pilihan alternatif
bagi para anggota AANZFTA dan akan sangat menguntungkan karena aturan
dalam AANZFTA sendiri telah menjamin adanya dicipline protection atau
perlindungan disiplin bagi para investor itu sendiri. Perlindungan ini mencakup
beberapa hal seperti perlindungan terhadap pengambilan keputusan anggota yang
sewenang-wenang; pembayaran kompensasi kerugian investasi apabila terkena
dampak dari adanya konflik bersenjata, kerusuhan sipil, dan keadaan darurat; serta
perlindungan penuh yang akan didapatkan oleh para investor sesuai dengan aturan
hukum internasional.
2.2 Kerja Sama Bilateral Indonesia – Australia
2.2.1 Sejarah dan Bentuk Hubungan Kerja Sama Bilateral Indonesia
– Australia
Dinamika hubungan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Australia
dalam sebagian besar sejarahnya tercatat memiliki hubungan yang cukup rumit
serta kompleks. Hal tersebut dikarenakan secara fundamental Indonesia dan
Australia merupakan dua negara yang berbeda dan kontras baik dari segi ideologi,
sosial-budaya, tingkat kecepatan dan kemajuan pembangunan, bahkan orientasi
politik yang seringkali menyebabkan adanya hubungan tidak harmonis karena
pencapaian prioritas kepentingan yang tumpang tindih di antara masing-masing
pihak.97 Namun bagaimanapun potensi kemitraan strategis dua negara juga tidak
dapat dipungkiri dengan menyadari bahwa Indonesia dan Australia memiliki
97 Nini Salwa Istiqomah, 2014, Kerjasama Australia-Indonesia dalam Bidang Ekspor Impor Daging
Sapi, Skripsi, Makassar, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional: Universitas Hasanuddin, Hal : 24
68
peluang konvergensi geopolitik dan geoekonomi yang kuat guna menciptakan
hubungan kerja sama yang lebih intens khususnya dalam bidang ekonomi yang
pada dasarnya menjadi faktor utama pembentuk ikatan historis kerja sama bilateral
di antara kedua negara tersebut.
Hal ini sesuai dengan rekam jejak hubungan kerja sama bilateral Indonesia-
Australia yang diketahui telah berlangsung sejak lama bahkan jauh sebelum
kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tahun 1700 hingga 1970.98 Bentuk kerja
sama tersebut adalah kerja sama perdagangan yang terjalin antara suku Aborigin
(Australia) dengan orang Makassan/Makassar (Indonesia) yang secara umum
masih bersifat primitif dan konvensional. Mereka melakukan perdagangan terhadap
beberapa barang seperti cangkang kura-kura, batu bezoar, tanduk hewan, mutiara
dan ikan tripang, yang biasanya dibeli oleh orang Makasar dari orang Aborigin
dimana sistem pembayarannya sendiri dilakukan dengan menggunakan sistem
barter bahkan beberapa di antara mereka menggunakan rupiah.99 Barang-barang
seperti tembakau, alkohol, beras, sirup, pisau, dan kain belacu seringkali digunakan
sebagai alat untuk pembayaran barter. Sementara itu uang rupiah sendiri pernah
digunakan untuk memberi upah kepada orang Aborigin yang bekerja di “Perahu”
atau yang pada saat itu difungsikan sebagai tempat industri teripang oleh orang
Makasar.100 Meskipun siklus perdagangan ini tidak memiliki landasan hukum,
98 Trade with the Makasar, National Museum Australia, diakses dalam :
https://www.nma.gov.au/defining-moments/resources/trade-with-the-makasar (24/02/2019 07:58
WIB) 99 Denise Russell, 2004, Aboriginal-Makassan Interaction in the Eighteenth and Nineteenth
Centuries in Northern Australia and Contemporary Sea Rights Claims, Australian Aboriginal
Studies, University of Wollongong, diakses dalam :
http://lryb.aiatsis.gov.au/PDFs/aasj04.1_%20makassan.pdf (24/04/2019 09:03 WIB) Hal.9. 100 Ibid.
69
namun kerja sama perdagangan yang terjalin di antara orang Aborigin dan
Makassar tersebut secara tidak langsung telah membentuk sejarah panjang interaksi
ekonomi yang kuat antara Indonesia dan Australia.
Pada saat Indonesia telah berhasil mendapatkan kemerdekaannya, Australia
setidaknya menempati posisi strategis sebagai mitra kerja sama Indonesia dan
begitupun sebaliknya. Hal ini dibuktikan dengan terbitnya deklarasi kemitraan
komprehensif Indonesia-Australia pada tahun 2005 atau disebut juga sebagai Joint
Declaration on Comprehensive Partnership Between the Republic of Indonesia and
Australia sebagai sebuah penegasan komitmen kerjasama sekaligus perencanaan
strategis yang memuat peta jalan bagi ekspansi, pengembangan, dan penguatan
hubungan kerja sama bilateral dua negara tersebut kedepannya.101
Garis besar deklarasi ini awalnya mengedepankan peningkatan kerja sama
bilateral dalam bidang ekonomi, kerja sama di bidang keamanan, dan kerjasama
pada bidang sosial-budaya dengan mendorong peningkatan interaksi antar
masyarakat. Namun sejak terakhir kali diperbaharui pada tahun 2018, deklarasi ini
kemudian dikeluarkan dengan mencantumkan beberapa poin tambahan sehingga
menetapkan lima pilar prioritas peningkatan kerja sama yang secara spesifik
mengarah untuk: 1.) Meningkatkan kemitraan ekonomi dan pembangunan; 2.)
Menghubungkan masyarakat; 3.) Mengamankan wilayah dan kepentingan bersama;
4.) Kerja sama maritim; 5.) Berkontribusi terhadap keamanan dan kesejahteraan
101 Highlight News, Investor Relations Unit, diakses dalam : https://www.bi.go.id/en/iru/highlight-
news/Pages/Joint%20declaration%20Indonesia%20Australia.aspx, (25/04/2019 12:35 WIB)
70
wilayah Indo-Pasifik. 102 Meskipun kerja sama keamanan dan geopolitik terlihat
mendominasi, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kerja sama ekonomi pada
dasarnya menjadi prioritas paling utama yang dijalankan terlebih dalam hubungan
kontemporer Indonesia dan Australia saat ini.103
Perkembangan kerja sama ekonomi Indonesia dan Australia sendiri secara
komprehensif merangkul kerja sama dalam bentuk perdagangan dan investasi. Di
sektor perdagangan, Australia merupakan mitra dagang terbesar ke-13 bagi
Indonesia dengan nilai impor sebesar $2.8 miliar atau 1.6% dari total ekspor
Indonesia yang mencapai angka $180.2 miliar di seluruh dunia.104 Sedangkan di sisi
lain Indonesia sendiri menjadi mitra dagang terbesar ke-12 bagi Australia dengan
nilai impor sebanyak $4.3 miliar atau 1.7% dari total ekspor Australia yang
mencapai angka US$ 253,8 miliar di seluruh dunia.105 Aktivitas perdagangan kedua
negara ini seringkali dijalankan menggunakan mekanisme pasar bebas dimana
selain melalui kerja sama bilateral seperti Indonesia – Australia Comprehensive
Economic Partnership Agreement (IA – CEPA), juga dilakukan secara multilateral
seperti ASEAN – Australia – New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA).
102 Joint Declaration on Comprehensive Partnership Between Australia and the Republic of
Indonesia, Department of Foreign Affairs and Trade Australia, diakses dalam :
https://dfat.gov.au/geo/indonesia/Pages/joint-declaration-comprehensive-strategic-partnership-
between-the-commonwealth-of-australia-and-republic-of-indonesia.aspx, (25/04/2019 12:45 WIB) 103 Tim Harcourth, Years of Living Prosperously – Economic Diplomacy Between Indonesia and
Australia, Australian Embassy in Indonesia, diakses dalam :
https://indonesia.embassy.gov.au/jakt/AR15_006.html (25/04/2019 18:07 WIB) 104 Daniel workman, 2019, Indonesia’s Top Trading Partners, diakses dalam :
http://www.worldstopexports.com/indonesias-top-15-import-partners/ (04/05/2019 08:03 WIB) 105 Daniel workman, 2019, Australia’s Top Trading Partners, diakses dalam :
http://www.worldstopexports.com/australias-top-import-partners/ (04/05/2019 08:04 WIB)
71
Aktivitas perdagangan Indonesia-Australia tidak lain meliputi perdagangan
barang dan jasa dimana produk pertanian umumnya mendominasi seperti gandum,
gula, kapas mentah, susu bubuk, hingga ternak hidup yang diekspor Australia
kepada Indonesia, serta produk-produk seperti kayu keras, produk rumah tangga,
kertas, kakao, ekstrak tanaman, dan tuna yang diekspor dari Indonesia menuju
Australia. Sedangkan untuk perdagangan jasa sendiri Indonesia dan Australia
umumnya sama-sama mengedepankan sektor pendidikan, pariwisata,
pertambangan, teknik, layanan dan teknologi, serta investasi.106 Jenis-jenis barang
dan jasa ini memang merupakan produk yang menonjol dalam hubungan
perdagangan Indonesia-Australia, namun di sisi lain kedua negara tersebut juga
tetap melakukan perdagangan terhadap produk lainnya baik yang berasal dari sektor
perikanan maupun pertambangan.
Terlepas dari kerja sama perdagangan, kerja sama Indonesia dan Australia
dalam bidang investasi juga merupakan hal yang sangat penting bagi kedua negara
dalam meningkatkan perekonomiannya sehingga secara signifikan aktivitas
investasi tersebut khususnya di Indonesia terus mengalami peningkatan selama
beberapa tahun terakhir. Menurut data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) realisasi investasi Australia di Indonesia berada pada peringkat ke tujuh
di tahun 2018 dengan data kumulatif investasi langsung yang mencapai $597.438
ribu untuk 635 proyek.107 Angka ini lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya
106 Australia’s Trade Relationship with Indonesia, Parliament of Australia, diakses dalam :
https://www.aph.gov.au/Parliamentary_Business/Committees/Joint/Trade_and_Investment_Growt
h/IndonesiaTrade/Report_1/section?id=committees%2Freportjnt%2F024065%2F24601#footnote2
target (04/05/2019 09:24 WIB) 107 Realisasi Penanaman Modal PMDN-PMA, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM-RI),
diakses dalam :
72
dimana realisasi investasi Australia di Indonesia hanya mencapai $513.864 ribu
untuk 730 proyek di tahun 2017, $174.703 ribu untuk 662 proyek di tahun 2016,
dan $167.967 ribu untuk 443 proyek di tahun 2015.108 Untuk menjalankan investasi
ini setidaknya terdapat kurang lebih 400 perusahaan Australia di Indonesia yang
beroperasi di beberapa area seperti sektor energi dan pertambangan, agribisnis,
transportasi, finansial, kesehatan, dan pendidikan. BKPM sendiri mencatat pada
tahun 2018 investasi Australia di Indonesia telah meliputi sektor-sektor sebagai
berikut.109
Tabel 2.1 Peringkat Realisasi Investasi Australia ke Indonesia
berdasarkan Sektor Tahun 2018
https://www.bkpm.go.id/images/uploads/file_siaran_pers/Paparan_Bahasa_Indonesia_Press_Relea
se_TW_IV_2018.pdf (04/05/2019 16:49 WIB) 108 Peringkat Realisasi Investasi Berdasarkan Negara, National Single Window for Investment,
diakses dalam : https://nswi.bkpm.go.id/data_statistik (04/05/2019 16:50 WIB) 109 Peringkat Realisasi Investasi Berdasarkan Sektor pada Tahun 2018, National Single Window for
Investment, diakses dalam : https://nswi.bkpm.go.id/data_statistik (05/05/2019 0543 WIB)
73
(Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia)
2.2.2 Kerja Sama Bilateral Indonesia-Australia di bawah AANZFTA
Tergabungnya Indonesia dan Australia dalam satu forum perdagangan
regional AANZFTA secara signifikan dapat mempengaruhi hubungan kerja sama
bilateral kedua negara. Hal ini mengingat fakta bahwa sebelum dan setelah
terbentuknya AANZFTA, Indonesia dan Australia tidak pernah memiliki hubungan
kerjasama ekonomi atau perdagangan yang sangat dekat kecuali AANZFTA
bahkan ketika duduk bersama dalam keanggotaan World Trade Organization
(WTO) hingga Trans Pacific Partnership (TPP) ataupun Regional Comprehensive
Economic Partnership (RCEP). Oleh karena itu dengan adanya AANZFTA
setidaknya akan sangat membantu untuk meningkatkan intensitas perdagangan
kedua negara meskipun laju perkembangannya bersifat fluktuatif di setiap tahun
berdasarkan data ekspor dan impor yang mencakup nilai perdagangan sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Nilai Ekspor-Impor Indonesia terhadap Australia
Tahun Ekspor (US$) Impor (US$)
2009 3.246.224 3.436.015
2010 4.244.397 4.099.039
2011 5.582.530 5.177.069
2012 4.905.413 5.297.648
2013 4.370.482 5.038.166
2014 4.962.452 5.647.502
2015 3.702.296 4.815.795
74
2016 3.199.006 5.260.855
2017 2.509.185 6.009.007
2018 2.800.076 5.825.541
(Sumber : diolah dari UN Comtrade 2018)110
Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas bahwa kinerja perdagangan antara Indonesia
dengan Australia tepat setelah pemberlakuan AANZFTA telah mengalami
peningkatan yang cukup drastis dimana kenaikan nilai yang mencapai US$ 998.173
untuk ekspor Indonesia di tahun 2010 setelah implementasi AANZFTA di
Australia, serta kenaikan nilai Impor Indonesia yang menguntungkan Australia
sebesar US$ 120.579 di tahun 2012 tepat setelah implementasi AANZFTA di
Indonesia. Meskipun begitu, kenaikan tersebut pada kenyataannya tidak bersifat
stagnan dan beberapa saat mengalami penurunan pada ekspor dan kenaikan drastis
pada impor Indonesia yang kemudian mengakibatkan adanya ketidakstabilan di
antara kegiatan ekspor-impor tersebut. Keadaan ini umumnya dipicu oleh beberapa
faktor seperti: tingkat produktivitas dalam negeri, kebijakan perdagangan, nilai
tukar, cadangan mata uang asing, inflasi, serta tinggi rendahnya siklus konsumsi
produk yang akan berdampak pada tinggi rendahnya permintaan dan tren komoditas
yang diimpor dari negara mitra.111
Namun terlepas dari keadaan tersebut, perdagangan yang efisien tetap bisa
berjalan apabila Indonesia dan Australia mampu melihat kembali diversifikasi
110 Data perdagangan yang digunakan telah diolah dari situs resmi United Nations Comtrade
Database, diakses dalam : https://comtrade.un.org/data/ (08/05/2019 20:04 WIB) 111 Mary Hall, Which Factors Can Influence a Country’s Balance of Trade?, Investopedia, diakses
dalam : https://www.investopedia.com/ask/answers/041615/which-factors-can-influence-countrys-
balance-trade.asp (10/05/2019 19:19 WIB)
75
komoditas unggulan yang mereka miliki serta komposisi yang tepat dalam
mengidentifikasi tren perdagangan atau status quo konsumsi pangsa ekspor
sehingga dapat memaksimalkan perdagangan dimana identifikasi terhadap
keunggulan komparatif menjadi sangat relevan dalam hal ini. Perdagangan berbasis
keunggulan komparatif sendiri memang sejak lama dilakukan oleh kedua negara
dimana produk-produk yang diekspor Indonesia ke Australia secara umum
mencakup produk migas dan non-migas, namun tetap berspesialisasi pada produk-
produk utama atau komoditas unggulan sebagai berikut:
Tabel 2.3 Sepuluh Besar Komoditas Ekspor Utama Indonesia ke
Australia di bawah AANZFTA pada Tahun 2018
Kode HS Komoditas Nilai (US$)
270900 Minyak Petroleum 550.838
440922 Kayu Tropis 120.767
852872 Alat Monitor dan
Proyektor Berwarna
100.720
271019 Minyak bumi (tidak
mengandung biodesel
70.714
730619 Pipa dari besi atau baja 56.759
401110 Ban karet 52.171
252310 Semen Clinker 46.016
180400 Mentega dan Minyak
kakao
42.830
480300 Tisu toilet dari serat
selulosa
36.712
740710 Tembaga murni 34.669
(Sumber : Trade Map, 2018)112
112 Existing and Potential Trade between Indonesia and Australia, Trade Map, diakses dalam :
https://www.trademap.org/Bilateral_TS.aspx?nvpm=1%7c360%7c%7c036%7c%7cTOTAL%7c%
7c%7c6%7c1%7c1%7c2%7c2%7c1%7c1%7c1%7c1 (09/05/2019 13:45 WIB)
76
Tabel tersebut menunjukkan bahwa meskipun komposisi produk non-migas terlihat
mendominasi, namun keunggulan paling utama yang dimiliki oleh Indonesia adalah
komoditas minyak petroleum dari sektor migas serta kayu tropis dari sektor non-
migas yang kemudian menjadi penyumbang terbesar pendapatan ekspor nasional
dengan nilai dan jumlah ekspor yang relatif tinggi. Di sisi lain, Australia juga
memiliki beberapa komoditas unggulan mencakup sektor migas dan non-migas
yang diekspor ke Indonesia namun tetap berspesialisasi pada produk-produk utama
sebagai berikut:
Tabel 2.4 Sepuluh Besar Komoditas Ekspor Utama Australia ke
Indonesia di bawah AANZFTA pada Tahun 2018
Kode HS Komoditas Nilai (US$)
270112 Bituminous Coal 645.895
010229 Hewan ternak hidup 564.010
260111 Bijih besi 209.268
020230 Daging tanpa tulang 185.625
720449 Skrap besi atau baja 183.131
710812 Emas 147.754
520100 Kapas 116.977
281820 Aluminium Oksida 110.423
250100 Garam 82.389
040210 Susu bubuk 72.424
(Sumber : Trade Map, 2018)113
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sektor migas juga pada dasarnya
masih menjadi komoditas utama yang diekspor oleh Australia kepada Indonesia
113 Ibid.
77
dalam bentuk produk Bituminous coal atau yang diketahui juga sebagai batubara
bitumen, sedangkan hewan ternak hidup juga menjadi komoditas ekspor utama dari
sektor non-migas.
Mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
28/PMK.010 tahun 2017 sebagai rujukan utama dalam mekanisme perdagangan
yang digunakan oleh Indonesia dan khususnya bagi proses ekspor produk oleh
Australia dalam rangka AANZFTA, beberapa di antara produk-produk unggulan
tersebut telah mendapatkan pembebasan bea masuk yang memakai tarif preferensi
0%, khususnya untuk semua komoditas ekspor unggulan Australia terkecuali
hewan ternak hidup dan produk garam yang menggunakan tarif preferensi sebesar
5%, serta produk susu bubuk dengan tarif preferensi sebesar 4%.114 Sedangkan
untuk penerapan tarif preferensi 0% pada produk ekspor unggulan Indonesia ke
Australia secara keseluruhan telah diberlakukan berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Australia (Minister of Home Affairs) No. 98, tahun 2009 yang menjadi acuan
aktivitas ekspor negara lain rangka implementasi AANZFTA.115.
Efisiensi perdagangan Indonesia-Australia melalui keunggulan komparatif
yang didukung oleh AANZFTA ini juga setidaknya memberikan manfaat strategis
untuk dua hal utama yaitu pertama untuk meningkatkan perekonomian negara
yang dibarengi dengan peningkatan pendapatan perdagangan akibat hilangnya
hambatan tarif atau pajak yang harus dibayarkan kepada negara mitra sesuai dengan
114 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 28/PMK.010/2017, diakses dalam :
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2017/28~PMK.010~2017Per.pdf (15/03/2019 16:46WIB) 115 Customs Tariff Amendment, ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement
Implementation Act 2009, diakses dalam : https://www.legislation.gov.au/Details/C2009A00098
(16/03/2019 13:30 WIB)
78
perjanjian perdagangan yang berlaku. Dalam hal ini, Indonesia sendiri memperoleh
keuntungan perdagangan (gains from trade) yang besar dari Australia di bawah
AANZFTA dengan menikmati 96.8% pembebasan bea masuk terhadap seluruh
produk Indonesia di pasar Australia, yang diproyeksikan akan mencapai 100% pada
tahun 2020. Sementara itu meskipun Indonesia belum sampai pada level yang sama
untuk proyeksi pembebasan tarif bea masuk dengan Australia, namun di tahun 2018
setidaknya Australia dapat menikmati penurunan tarif Indonesia hingga 92.5%
yang diproyeksikan akan terus meningkat sebesar 93.2% di tahun 2025.116
Sementara itu, manfaat kedua dari perdagangan keunggulan komparatif ini
juga akan mendorong terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai
dampak dari sifat perdagangan yang cenderung saling melengkapi kebutuhan
nasional satu sama lain. Indonesia mengekspor sejumlah besar minyak petroleum
kepada Australia karena komoditas tersebut memang menjadi kebutuhan pokok
Australia yang banyak digunakan untuk keperluan industri dan jaminan keamanan
energi karena negara tersebut pada dasarnya hanya mampu memproduksi 2%
minyak petroleum.117 Begitu juga dengan kayu tropis yang diimpor untuk keperluan
Industri papan dan pemenuhan pasokan bahan baku produksi terhadap pabrik
furniture di Australia.118 Di sisi lain hal yang sama juga berlaku bagi Indonesia
ketika Australia mengekspor batu bara bitumen dengan kualitas yang lebih tinggi
116 Free Trade Agreement Between The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), Australia,
and New Zealand, (Good and Services), World Trade Organization, diakses dalam :
https://web.wtocenter.org.tw/DownFile.aspx?pid=255965&fileNo=0 (10/05/2019 05:33 WIB) 117 Australia Imports almost all of its oil, and there are Pitfalls all over the Globe, The Conversations
News, diakses dalam : https://theconversation.com/australia-imports-almost-all-of-its-oil-and-there-
are-pitfalls-all-over-the-globe-97070 (10/05/09 06:18 WIB) 118 Pabrik di Australia, Australia-Indonesia Institute (AII), diakses dalam : https://dfat.gov.au/about-
us/publications/people-to-people/geografi-australia/bab07/index.html (10/05/2019 06:27 WIB)
79
dari kualitas domestik sebagai bahan bakar utama untuk memenuhi tuntutan
kebutuhan energi listrik Indonesia yang semakin membengkak.119 Dan yang lebih
penting lagi adalah besarnya ekspor hewan ternak hidup dari Australia ke Indonesia
lebih khususnya jenis dairy cattle (sapi perah) sebagai sumber bahan baku utama
untuk memproduksi susu, akan sangat membantu Industri susu dalam negeri untuk
meningkatkan produksinya dan memenuhi kebutuhan susu nasional.120
Saat ini, konsumsi Indonesia yang cukup tinggi terhadap susu dan produk
susu lainnya secara tidak langsung telah mempengaruhi tingginya intensitas
perdagangan sapi perah sebagai komoditas unggulan yang diekspor Australia ke
Indonesia. Besarnya nilai perdagangan terhadap komoditas ini menjadikan
Indonesia sebagai salah satu tujuan ekspor utama Australia dengan potensi pasar
terbesar ketiga setelah Tiongkok dan Pakistan.121 Kebutuhan Indonesia terhadap
sapi perah memang menjadi salah satu yang paling krusial dengan mengingat
bahwa kebutuhan nasional terhadap pasokan susu segar terus meningkat, sementara
jumlah populasi sapi perah domestik sebagai sumber bahan baku untuk
memproduksi susu dalam negeri belum mampu mengimbangi hal tersebut. Lebih
dari itu, rendahnya populasi sapi perah Indonesia juga telah mengambil bagian
119 Sylvie Cornot, 2017, Indonesia Electricity demand and the Coal Sector: Export or meet domestic
demands, The Oxford Institute for Energy Studies, diakses dalam :
https://www.oxfordenergy.org/wpcms/wp-content/uploads/2017/03/Indonesias-Electricity-
Demand-and-the-Coal-Sector-Export-or-meet-domestic-demand-CL-5.pdf (10/05/2019 07:17
WIB) Hal. 21. 120 Idris Rusadi Putra, Alasan di balik Derasnya Impor Susu ke Indonesia, Merdeka News, diakses
dalam : https://www.merdeka.com/uang/alasan-di-balik-derasnya-impor-susu-ke-indonesia.html,
(10/05/2019 10:14 WIB) 121 Dairy Cattle Statistics, Live Corp, diakses dalam : http://www.livecorp.com.au/industry-
information/industry-statistics/dairy-cattle-statistics )10/05/2019 10:32 WIB)
80
dalam hilir permasalahan penyebab defisit susu segar dalam negeri yang terjadi di
Indonesia, yang berhulu dari peningkatan konsumsi susu masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu dengan adanya perdagangan komoditas unggulan yang lebih
efisien antara Indonesia dan Australia di bawah AANZFTA, setidaknya diharapkan
dapat membantu Indonesia untuk terus meningkatkan perdagangan sapi perah dan
membantu mendorong peningkatan kapasitas produksi nasional guna
mengantisipasi permasalahan defisit susu segar dalam negeri yang memiliki urgensi
tersendiri dan berpotensi untuk mengganggu kesejahteraan masyarakat Indonesia.
2.2.3 Urgensi Kerja Sama Bilateral Indonesia – Australia dalam
Menjamin Pasokan Susu Segar Dalam Negeri (SSDN)
Tingkat kebutuhan susu nasional Indonesia terus mengalami kenaikan
seiring dengan bertambahnya populasi, pertumbuhan ekonomi, serta tingkat
pendidikan masyarakat yang secara tidak langsung mempengaruhi perubahan gaya
hidup mereka termasuk mengenai kesadaran konsumsi gizi yang kemudian
mendorong adanya peningkatan perilaku konsumtif masyarakat untuk lebih banyak
mengkonsumsi susu.122 Sayangnya, peningkatan konsumsi versi dalam negeri ini
pada kenyataannya tidak merubah status Indonesia sebagai negara dengan angka
konsumsi yang rendah dalam skala internasional dimana Kementerian
Perindustrian RI sendiri mencatat bahwa konsumsi susu perkapita masyarakat
Indonesia saat ini masih berada pada jumlah rata-rata 12,10 liter/kapita/tahun.
122 Wawancara penulis dengan Kepala Seksi Pemberdayaan Industri Minuman, Hasil Tembakau,
dan Bahan Penyegar, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Pinke Arfianti Dwihapsari,
Jakarta, 20 Desember 2018.
81
Angka ini tentu jauh lebih rendah dari tingkat konsumsi negara-negara ASEAN
lainnya seperti Malaysia yang mencapai 36,2 liter/kapita/tahun, Myanmar dengan
26,7 kg/kapita/tahun, Thailand sebesar 22,2 liter/kapita/tahun, dan Philipina 17,8
liter/kapita/tahun.123
Di sisi lain, peningkatan konsumsi susu juga seharusnya mampu
menjadikan susu sebagai komoditas ekonomi yang memiliki nilai strategis di
Indonesia, tetapi hal tersebut tidak dapat terwujud akibat adanya
ketidakseimbangan yang terjadi antara supply dan demand terhadap pasokan susu
dimana tingginya konsumsi dan permintaan terhadap komoditas tersebut tidak
didukung oleh rendahnya produksi susu segar dalam negeri sehingga cenderung
mengakibatkan Indonesia mengalami defisit susu nasional.
Tabel 2.5 Angka Kebutuhan Susu Segar, Impor
Susu, dan Kapasitas Produksi Nasional 2000-2018
Tahun Kebutuhan
Susu (ton)
Impor
Susu (ton)
Produksi
Susu (ton)
Pemenuhan
Kebutuhan (%)
2000 854.687 359.040 495.647 58%
2001 883.758 403.811 479.947 54%
2002 889.934 396.577 493.357 55%
2003 1.133.091 579.649 553.442 49%
2004 1.579.624 1.029.679 549.945 35%
2005 1.584.744 1.048.784 535.960 34%
2006 1.621.524 1.004.976 616.548 38%
2007 1.758.243 1.190.560 567.683 32%
2008 2.054.249 1.407.296 646.953 31%
2009 2.400.090 1.572.806 827.284 34%
2010 3.150.000 2.240.468 909.532 29%
2011 3.490.000 2.542.306 947.694 27%
2012 3.560.000 2.600.269 959.731 27%
2013 3.190.000 2.403.151 786.849 25%
2014 3.550.000 2.749.251 800.749 22%
123 Ridwan, Tingkat Konsumsi Susu Masyarakat Indonesia Rendah, Op.Cit.
82
2015 3.640.000 2.804.876 835.124 23%
2016 4.045.000 3.123.265 912.735 22%
2017 4.448.000 3.527.892 920.108 20%
2018 4.500.000* 3.590.362 909.638 20%
*Angka Sementara
(Sumber : diolah dari berbagai sumber)
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa dalam perkembangannya
total kapasitas produksi SSDN memiliki angka yang jauh lebih rendah
dibandingkan dengan angka kebutuhan susu yang dituntut oleh masyarakat,
sehingga mengakibatkan disparitas yang cukup tinggi yang kemudian memaksa
Indonesia harus memenuhi kekurangan kebutuhan susu tersebut dengan melakukan
impor. Di sisi lain dapat dilihat juga bahwa persentase kapasitas produksi Indonesia
sendiri masih bersifat fluktuatif dan belum mampu stabil, namun beberapa tahun
terakhir terus mengalami peningkatan meskipun jumlah rata-rata SSDN yang
dihasilkan masih berada di bawah angka 1 juta ton per tahun.
Grafik 2.1 Perkembangan Tingkat Produksi Susu Segar Indonesia
Tahun 2009-2017
83
(Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah oleh Katadata.co.id)124
Penurunan drastis produksi SSDN Indonesia di tahun 2013 disebabkan
karena adanya penjagalan sapi perah menjadi sapi pedaging dalam rentang waktu
2011-2013 yang berdampak besar pada penurunan populasi sapi perah dan secara
otomatis mempengaruhi penurunan produksi susu segar dalam negeri. Keadaan ini
menyebabkan angka produksi susu segar yang awalnya secara keseluruhan mampu
mencapai 1000 ton/hari turun menjadi 900 hingga 800 ton/hari dengan total
penurunan hingga 173,3 ribu ton atau 18% dari jumlah produksi susu di tahun
2012.125
Berbanding terbalik di tahun 2014 hingga 2017, produksi susu Indonesia
terus mengalami kenaikan secara berkelanjutan sebesar 13.900 ribu ton (1,74%) di
tahun 2014, 34.400 ribu ton (4,12%) di tahun 2015, 77.600 ribu ton (8.5%) di tahun
2016, dan 7.400 ribu ton (0,81%) di tahun 2017. Namun, perkembangan terakhir
dari akumulasi data Kementerian Pertanian RI, tingkat produksi SSDN Indonesia
telah mengalami penurunan sebesar 10.462 ribu ton (1,2%) di tahun 2018 dengan
total produksi sebanyak 909.638 ribu ton.126 Sementara itu di sisi lain,
perkembangan tingkat kebutuhan susu masyarakat Indonesia sendiri terus
124 Produksi Susu Segar Indonesia Mencapai 920 Ribu Ton, Katadata, diakses dalam :
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/06/09/produksi-susu-segar-indonesia-2017-
mencapai-920-ribu-ton (16/05/2019 08:36 WIB) 125 Daging Mahal, Sapi Perah pun Dijual ke Jagal, Tempo, diakses dalam :
https://bisnis.tempo.co/read/444611/daging-mahal-sapi-perah-pun-dijual-ke-jagal (16/05/2019
10:35 WIB) 126 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2018, Kementerian Pertanian Republik Indonesia,
diakses dalam : http://ditjenpkh.pertanian.go.id/userfiles/File/Buku_Statistik_2018_-
_Final_ebook.pdf?time=1543210844103 (16/05/2019 11:38 WIB)
84
mengalami kenaikan hingga diprediksi akan melebihi angka 4.500.000 juta ton.127
Besarnya angka kebutuhan ini tentu tidak dapat dipenuhi oleh Indonesia dengan
kapasitas produksi yang hanya mampu memberikan pasokan susu sebesar 22%, dan
pada akhirnya menyebabkan Indonesia tetap harus mengimpor susu atau bahan
baku susu dari negara lain untuk dapat memenuhi kekurangan pasokan tersebut.
Dalam peta perdagangan susu internasional, sentra produsen susu terbesar
biasanya didominasi oleh negara-negara seperti Amerika Serikat dengan produksi
yang mampu menghasilkan 94,77 juta ton/tahun, dilanjutkan dengan India sebesar
64,4 juta ton/tahun, Tiongkok 36,12 juta ton/tahun, Rusia 30,55 juta ton/tahun,
Brazil 24,29 juta ton/tahun, New Zealand 21,36 juta ton/tahun, Meksiko 11,73 juta
ton/tahun, Argentina 11 juta ton/tahun, Ukraina 10,70 juta ton/tahun, dan Australia
9,47 juta ton/tahun.128
Tabel 2.6 Negara-negara Produsen Susu Terbesar di Dunia
Negara Jumlah Produksi Susu
(Tahun)
Amerika Serikat 94,77 juta ton
India 64,40 juta ton
Tiongkok 36,12 juta ton
Rusia 30,55 juta ton
Brazil 24,29 juta ton
New Zealand 21,36 juta ton
127 Kementan Ingin Peternak Sapi Perah di Indnesia Maju Seperti Peternak di New Zealand,
Kementerian Pertanian Republik Indnesia, diakses dalam :
http://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=2622 (17/05/2019 18:49 WIB) 128 Outlook Susu Komoditas Pertanian Subsektor Peternakan, Kementerian Pertanian Republik
Indonesia 2017, diakses dalam : http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/download/file/394-outlook-
susu (WIB) Hal.21
85
Meksiko 11,73 juta ton
Argentina 11,00 juta ton
Ukraina 10,70 juta ton
Australia 9,47 juta ton
(Sumber : Outlook Susu Komoditas Pertanian Subsektor Peternakan129)
Di antara beberapa produsen tersebut, Amerika Serikat, New Zealand, dan
Australia merupakan tiga negara eksportir bahan baku susu terbesar ke Indonesia
yang masing masing memasok sebanyak 3,80 juta kg, 2,11 juta kg, dan 2,64 juta
kg.130 Selain itu terdapat juga beberapa negara non-produsen seperti Kanada dan
Belgia yang memasok kebutuhan susu Indonesia rata-rata sebanyak 1,74 juta kg.131
Skim milk powder, whole milk powder, anhydrous milk fat powder, dan whey
merupakan bahan baku susu berbentuk susu bubuk yang dikirim menuju Indonesia
dan kemudian diproses secara lebih lanjut oleh Industri Pengolahan Susu (IPS)
menjadi beberapa produk susu baik berupa susu cair atau susu kental manis yang
dapat dikonsumsi dan mengisi kebutuhan susu masyarakat.132 Meskipun Indonesia
telah mendapatkan pasokan yang cukup besar dari ketiga negara ini termasuk juga
dari negara-negara eksportir lainnya, namun tetap saja kebutuhan susu nasional
belum pernah terpenuhi secara maksimal yang mengakibatkan defisit susu terus
terjadi di Indonesia.
129 Ibid. 130 Fiki Ariyanti, 5 Negara Pemasok Susu Sapi Impor Terbesar ke RI, Liputan 6 News, diakses dalam
: https://www.liputan6.com/bisnis/read/2022633/5-negara-pemasok-susu-sapi-impor-terbesar-ke-ri
(18/05/2019 08:27 WIB) 131 Ibid. 132 Bambang Ali Nugroho, Pasar Susu Dunia dan Indonesia, diakses dalam Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan Universitas Brawijaya, Vol.20, No.1 tahun 2010, Malang : Universitas Brawijaya,
hal.66.
86
Oleh karena itu disinilah kemudian pemerintah Indonesia melihat perlunya
melakukan langkah strategis untuk meningkatkan kapasitas nasional untuk
memproduksi SSDN yang dapat memenuhi kekurangan pada kebutuhan pasokan
susu tersebut. Pada tahun 2017 pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah
peraturan mengenai penyediaan dan peredaran susu yang secara keseluruhan
dimaksudkan untuk menggenjot produksi dan pemanfaatan SSDN dengan
mewajibkan adanya kemitraan antara peternak lokal dengan IPS bahkan importir
susu di Indonesia.
Kebijakan yang utamanya ditujukan untuk mewujudkan kemandirian
pangan Indonesia ini juga secara inklusif dimaksudkan untuk mengurangi derasnya
keran impor susu atau bahan baku susu Indonesia yang selama ini dianggap telah
memberikan dampak negatif pada kesejahteraan peternak lokal.133 Namun
kebijakan ini dapat dikatakan kurang efisien terlebih jika hanya mengandalkan
kapasitas produksi dari peternak lokal yang sangat rendah dan pada dasarnya masih
jauh dari kata cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan susu nasional. Keadaan
tersebut secara tidak langsung dapat menjadi ancaman tersendiri bagi sektor
persusuan Indonesia dimana jika kebutuhan susu nasional terus meningkat tanpa
didukung juga oleh peningkatan produksi SSDN maka tidak heran jika kemandirian
pangan atau susu yang awalnya dicanangkan oleh pemerintah akan berubah
menjadi sebuah krisis susu nasional atau yang dilihat sebagai fenomena darurat susu
133 Permentan No. 26 Tahun 2017 Lahir Untuk Wujudkan Kemandirian Pangan dan Tingkatkan
Kesejahteraan Peternak, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, diakses dalam :
http://ditjennak.pertanian.go.id/permentan-no-26-tahun-2017-lahir-untuk-wujudkan-kemandirian-
pangan-dan-tingkatkan-kesejahteraan-peternak (18/05/2019 !9.50 WIB)
87
dalam negeri yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2020 oleh Dewan Persusuan
Nasional Indonesia.134
Namun untuk mengantisipasi hal tersebut, Indonesia pada dasarnya juga
telah melakukan langkah strategis lain untuk meningkatkan produksi SSDN yaitu
dengan membangun kemitraan bersama negara-negara besar produsen susu yang
digandeng untuk melakukan investasi di Indonesia. Dalam hal ini, Australia sejak
lama sudah menjadi salah satu mitra utama Indonesia dalam melakukan kerja sama
bilateral khususnya di sektor perindustrian yang kemudian diwujudkan dalam
beberapa bentuk perusahaan termasuk perusahaan susu multinasional (MNC) di
Indonesia. Kerja sama Indonesia – Australia dalam bentuk perusahaan ini secara
bertahap dipercaya akan mampu membantu Indonesia untuk mengurangi
ketergantungannya pada susu atau bahan baku susu yang diimpor dari negara lain
serta mendukung usaha pemerintah untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi
nasional dan menjamin adanya pasokan susu segar dalam negeri. Salah satu
perusahaan susu multinasional dalam perkembangan kerja sama bilateral Indonesia
– Australia adalah PT. Greenfields Indonesia yang merupakan mega investasi
Perusahaan Australia yang bekerja sama dengan Perusahaan Indonesia di bidang
industri manufaktur khususnya dalam sektor makanan dan minuman dengan
produksi komoditas utama berupa produk-produk susu (dairy products) khususnya
susu segar.
134 Citra Listya Rini, Indonesia Darurat Susu Susu Segar Dalam Negeri pada 2020, Republika,
diakses dalam : https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/pertanian/18/03/08/p58rt6299-
indonesia-darurat-susu-segar-dalam-negeri-pada-2020 (18/05/2019 18.22 WIB)
88
Perusahaan yang berhasil menjadi salah satu kontributor terbesar untuk
memasok kekurangan kebutuhan susu segar di Indonesia ini, dalam proses
produksinya tidak lain menggunakan sumber bahan baku berupa sapi perah yang
diimpor dari Australia. Bersamaan dengan proses implementasi AANZFTA dalam
aktivitas perdagangan Indonesia dan Australia, maka berkaitan dengan proses
impor bahan baku oleh PT. Greenfields secara tidak langsung akan mendapat
pengaruh dari utilisasi AANZFTA terlebih dengan pemanfaatan tarif preferensi
untuk komoditas-komoditas yang tentunya masuk ke dalam jadwal penurunan bea
cukai termasuk diantaranya komoditas binatang hidup atau sapi perah sesuai
dengan prinsip implementasi AANZFTA yang diberlakukan Indonesia.