21
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Minum Obat pada ODHA 1. Pengertian Kepatuhan Minum Obat Secara umum, kepatuhan (adherence atau compliance) didenifisikan sebagai tindakan perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan (WHO dalam Hardiyatmi, 2016). Sarafino (Smet, 1994) menambahkan kepatuhan adalah sebagai suatu tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh tim medis lainnya. Di dalam konteks psikologi kesehatan, kepatuhan merujuk kepada situasi ketika perilaku individu sesuai dengan tindakan yang dianjurkan atau nasehat yang direkomendasikan oleh seorang praktisi kesehatan atau informasi yang diperoleh dari suatu sumber informasi lainnya seperti nasehat yang diberikan dalam suatu brosur promosi kesehatan melalui suatu kampanye media massa (Ian & Marcus, 2011). Urquhart dan Chevalley (deKlerk, 2001) mendefinisikan kepatuhan minum obat sebagai tingkat kesediaan pasien untuk mengikuti pemakaian aturan dosis yang sebenarnya. Hal ini sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Yosep (2011) bahwa kepatuhan minum obat adalah suatu perilaku dalam menyelesaikan menelan obat sesuai dengan jadwal dan dosis

BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2362/3/BAB II.pdfnasehat yang diberikan dalam suatu brosur promosi kesehatan melalui suatu kampanye media massa (Ian & Marcus,

Embed Size (px)

Citation preview

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepatuhan Minum Obat pada ODHA

1. Pengertian Kepatuhan Minum Obat

Secara umum, kepatuhan (adherence atau compliance) didenifisikan

sebagai tindakan perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan,

mengikuti diet, dan melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi

pemberi pelayanan kesehatan (WHO dalam Hardiyatmi, 2016).

Sarafino (Smet, 1994) menambahkan kepatuhan adalah sebagai suatu

tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan

oleh dokternya atau oleh tim medis lainnya.

Di dalam konteks psikologi kesehatan, kepatuhan merujuk kepada

situasi ketika perilaku individu sesuai dengan tindakan yang dianjurkan atau

nasehat yang direkomendasikan oleh seorang praktisi kesehatan atau

informasi yang diperoleh dari suatu sumber informasi lainnya seperti

nasehat yang diberikan dalam suatu brosur promosi kesehatan melalui suatu

kampanye media massa (Ian & Marcus, 2011).

Urquhart dan Chevalley (deKlerk, 2001) mendefinisikan kepatuhan

minum obat sebagai tingkat kesediaan pasien untuk mengikuti pemakaian

aturan dosis yang sebenarnya. Hal ini sejalan dengan definisi yang

dikemukakan oleh Yosep (2011) bahwa kepatuhan minum obat adalah suatu

perilaku dalam menyelesaikan menelan obat sesuai dengan jadwal dan dosis

14

obat yang telah dianjurkan sesuai kategori yang ditentukan, tuntas jika

pengobatan tepat waktu, dan tidak tuntas jika tidak tepat waktu.

Istilah kepatuhan digunakan untuk menggambarkan perilaku pasien

dalam minum obat secara benar sesuai dosis, frekuensi, dan waktunya.

Ketaatan sendiri memiliki arti pasien menjalankan apa yang telah dianjurkan

oleh dokter atau apotekernya (Nursalam & Kurniawati, 2007)

Kepatuhan minum obat diperlukan oleh ODHA yaitu sebutan untuk

orang yang hidup dengan HIV/AIDS di Indonesia (Organisasi Perburuhan

Internasional dan Organisasi Kesehatan Dunia, 2005) dalam mengkonsumsi

obat secara rutin (Spiritia, 2010).

HIV (Human Immunodeficiency Virus) sendiri merupakan virus yang

menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh rentan terhadap

berbagai penyakit. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) sendiri

dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh

menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV. AIDS

merupakan tahap akhir dari infeksi HIV (Djoerban, 2006).

Saat ini infeksi HIV hanya dapat dikendalikan dengan pengobatan

ARV, meskipun pengobatan ini tidak dapat menyembuhkan ODHA.

Menurut Nasronudin (2014) salah satu target pemberian terapi ARV adalah

mempertahankan dan menaikkan kadar CD4+ di atas 350 sel/mm. ARV

dalam penggunaannya, diperlukan tingkat kepatuhan tinggi untuk

mendapatkan keberhasialn terapi dan mencegah resistensi obat (Martoni,

Arifin, & Raveinal, 2013).

15

Tingkat kepatuhan terapi ARV yang sangat tinggi diperlukan agar

mencapai supresi virologis yang baik. Penelitian menunjukkan untuk

mencapai tingkat supresi virus yang optimal, setidaknya 95% dari semua

dosis tidak boleh terlupakan (Kemenkes RI, 2011)

ARV diminum dalam dosis sesuai jenis obat yang diberikan oleh

dokter pada jadwal yang telah ditentukan. Obat tidak diperbolehkan

terlupakan sesuai dengan jadwal minum obat yang telah disepakati dan

keterlambatan yang dianjurkan tidak melebihi 45 menit dari jadwal minum

obat (Kemenkes RI, 2011). Terapi ARV lebih efektif jika menggunakan

kombinasi obat ARV karena mempunyai khasiat yang lebih baik sesuai

anjuran dokter (Nursalam & Kurniawati, 2007).

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan minum

obat ialah suatu perilaku menelan obat sesuai dengan anjuran dokter atau

tenaga kesehatan, secara tuntas dan tepat waktu penggunaannya. Bentuk

perilaku kepatuhan ini merupakan sebuah interaksi yang terjalin baik antara

petugas kesehatan dan pasien menyetujui rencana obat yang diberikan,

sampai pasien menelan obat sesuai dengan anjuran yang diberikan.

2. Aspek-Aspek Kepatuhan

Aryono (2008) mengemukakan aspek kepatuhan minum obat yang

antara lain:

a) Minum obat sesuai dengan waktu yang dianjurkan, yaitu dengan

tidak mengubah jam minum obat yang telah ditentukan.

16

b) Tidak mengganti obat dengan obat lain yang tidak dianjurkan, yaitu

dengan tidak melakukan penggantian obat dengan obat lain yang

tidak dianjurkan tanpa sepengetahuan dokter.

c) Jumlah obat yang dikonsumsi sesuai dengan dosis yang ditentukan,

yaitu dengan tidak mengurangi atau menambah jumlah dosis yang

dikonsumsi.

Menurut Wilkinson (2006) kepatuhan berobat dibagi menjadi

beberapa aspek yaitu:

a) mencari informasi yang berhubungan dengan kesehatan dari

berbagai sumber,

b) menjelaskan strategi untuk mengurangi perilaku tidak sehat,

c) melaporkan penggunaan strategi untuk memaksimalkan kesehatan,

d) melakukan pemeriksaan diri dan pemantauan diri,

e) menggunakan layanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan dari kedua tokoh yaitu Aryono dan Wilkinson di atas,

dapat diambil kesimpulan bahwa aspek kepatuhan minum obat terdiri atas:

minum obat sesuai jadwal, tidak mengganti obat, jumlah obat sesuai dosis,

mencari informasi mengenai kesehatan, melakukan pemeriksaan diri, dan

menggunakan layanan kesehatan. Dari dua teori tersebut peneliti memilih

untuk menggunakan aspek kepatuhan minum obat dari Aryono (2008) sebab

lebih dapat mengukur kepatuhan ODHA dalam meminum obat ARV.

17

3. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut Sarafino dalam Smet (1994) faktor yang memengaruhi

kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu:

a. Faktor petugas

Karakteristik petugas yang memengaruhi kepatuhan antara lain jenis

petugas, tingkat pengetahuan, lamanya bekerja, dan frekuensi

penyuluhan yang dilakukan.

b. Faktor obat

Faktor obat yang memengaruhi kepatuhan adalah pengobatan yang

sulit dilakukan tidak menunjukkan ke arah penyembuhan, waktu

yang lama, adanya efek samping obat.

c. Faktor penderita.

Faktor penderita yang menyebabkan ketidakpatuhan antara lain:

a) Umur, semakin berkembangnya umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir. Hal ini

sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin

dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan teratur

melakukan antenatal care (Notoatmodjo, 2007). Semakin matang

usia ODHA maka akan semakin terbentuk sikap untuk

memperhatikan diri sendiri, sehingga semakin patuh ODHA dalam

meminum obat ARV (Febriana dalam Pradana, 2015).

b) Jenis kelamin, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku kesehatan (Hawk, 2005). Tingkat kepatuhan lebih tinggi

18

pada jenis kelamin perempuan dalam menjalankan pengobatan

dibandingkan laki-laki, penelitian dilakukan oleh Hannan dalam

Pradana (2015).

c) Pekerjaan

Orang yang bekerja cenderung memiliki sedikit waktu untuk

mengunjungi fasilitas kesehatan sehingga akan semakin sedikit pula

ketersediaan waktu dan kesempatan untuk melakukan pengobatan

(Notoatmodjo, 2007).

d) Anggota keluarga, keluarga dapat menjadi faktor yang sangat

berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan

individu serta dapat juga menentukan program pengobatan yang

dapat mereka terima (Niven, 2000).

e) Saudara atau teman khusus, ialah mereka yang dapat memberikan

pengaruh penting terhadap kepatuhan ODHA dalam meminum obat

ARV. Teman dalam hal ini dapat memberikan dorongan atau

motivasi terhadap diskriminasi yang terjadi terhadapnya. (Yuniar et

al, 2013)

Niven (2002) menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan adalah:

a. Faktor penderita atau individu

1) Sikap atau motivasi ingin sembuh

Sikap atau motivasi yang paling kuat berasal dari individu

sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan

19

kesehatannya, ini sangat berpengaruh terhdap faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku pasien dalam mengontrol

penyakitnya.

2) Keyakinan

Keyakinan adalah suatu dimensi spiritual untuk dapat menjalani

kehidupan. Individu yang berpegang teguh terhadap

keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah

putus asa serta dapat menerima keadaannya. Demikian pula cara

perilaku akan lebih baik. Kemampuan untuk melakukan kontrol

terhadap penyakitnya dapat dipengaruhi oleh keyakinan

individu. Individu yang memiliki keyakinan kuat akan lebih

tabah terhadap anjuran dan larangan jika mengetahui akibatnya

(Niven, 2002).

b. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan wilayah sosial paling dekat

dengan individu/penderita yang tidak dapat terpisahkan. Apabila

mendapatkan perhatian dan dukungan dari keluarga, individu atau

penderita akan merasa senang dan tentram, karena dengan dukungan

tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi

ataupun mengelola penyakitnya dengan lebih baik. Serta individu

mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga sebagai

penunjang pengelolaan penyakitnya (Niven, 2002).

20

c. Dukungan sosial

Dalam hal ini dukungan emosional dari anggota keluarga lain

merupakan faktor-faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap

program-program yang diberikan medis. Keluarga dapat mengurangi

kecemasan yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan dapat

mengurangi godaan terhadap ketidakpatuhan (Niven, 2002).

d. Dukungan petugas kesehatan

Dukungan petugas kesehatan/medis merupakan faktor lain yang

dapat mempengaruhi kepatuhan. Dukungan mereka terutama

berguna saat pasien dalam menghadapi tentang perilaku sehat yang

baru tersebut merupakan hal yang penting, begitu pula mereka dapat

mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias

mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara

berkelanjutan memberikan penghargaan yang positif bagi pasien

yang telah mampu beradaptasi dengan program pengobatannya

(Niven, 2002).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa

faktor yang mempengaruhi kepatuhan ODHA minum obat ARV yaitu faktor

penderita atau individu yang dibagi menjadi dua: sikap dan keyakinan,

dukungan keluarga, dukungan sosial, dan dukungan petugas kesehatan.

Peneliti memilih faktor dukungan keluarga untuk dijadikan variabel yang

mempengaruhi kepatuhan minum obat ARV pada ODHA.

21

Hal ini sejalan dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan,

peneliti menemukan faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan minum

obat adalah dukungan keluarga. Terdapat 7 dari 10 ODHA yang

mengatakan dukungan keluarga belum dapat dirasakan ODHA selama

menderita penyakit HIV. Penelitian yang dilakukan Bachrun (2016)

menunjukan bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan

kepatuhan minum obat antiretroviral pada orang dengan HIV/AIDS di KDS

Sehati Madiun. Penelitian lain yang juga relevan dilakukan oleh Hardiyatmi

(2016) di Poliklinik VCT (Voluntary Counselling Test) RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri.

Dukungan keluarga ialah sebuah transaksi interpersonal yang paling

utama atau dekat dengan ODHA, yang diberikan berupa pemberian

dukungan atau motivasi yang ditunjukkan oleh orang-orang terdekat untuk

memberikan perhatian, bantuan, dorongan, dan penerimaan ketika ODHA

mengalami kesulitan maupun permasalahan.

ODHA pada Yayasan Victory Plus Yogyakarta mendapatkan

pendampingan penuh dari Kelompok Dukungan Sebaya (KDS). Fungsi

KDS adalah memberikan dukungan psikososial, memberikan wadah bagi

ODHA untuk berkomunikasi, memfasilitasi ODHA untuk mengakses

layanan kesehatan, serta memberdayakan ODHA dan OHIDHA (Orang

Hidup Dengan HIV AIDS). Tujuan dari hal tersebut agar mereka dapat

secara produktif menjalankan hidup layaknya manusia biasa pada umumnya

tanpa adanya stigma dan diskriminasi dari masyarakat, sehingga nantinya

22

ODHA dan OHIDHA dapat mencapai kualitas hidup yang lebih baik

(http://www.victoryplusaids.org/, 2013).

B. Dukungan Keluarga

1. Pengertian Dukungan Keluarga

Manusia hidup membutuhkan orang lain dalam menjalankan

kehidupannya. Keberadaan orang lain sebagai suatu interaksi sosial

melibatkan perhatian, pemberian motivasi, informasi, atau bantuan secara

nyata, dan penilaian positif terhadap individu yang dikenal dengan istilah

dukungan sosial (Johnson & Johnson, 1991)

Menurut Sarafino (1998) menyatakan dukungan sosial merupakan

suatu dorongan yang dirasakan, penghargaan, dan kepedulian yang

diberikan oleh orang-orang yang berada di sekeliling individu sehingga

dukungan yang dirasakan amat sangat penting. Menurut Cobb (dalam Smet,

1994) dukungan sosial adalah informasi yang menuntut orang meyakini

bahwa dirinya diurus dan disayang. Dukungan sosial memberikan informasi

baik secara verbal maupun non-verbal, pemberian bantuan tingkah laku atau

pemberian materi yang menuntut seseorang meyakini bahwa dirinya diurus

dan disayang (Sarafino, 1998).

Sarafino (1998) mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan

pertama yang dikenal oleh individu dalam proses sosialisasinya. Dalam

penelitian ini dukungan keluarga mempunyai kaitan dengan penilaian

ODHA terhadap ada tidaknya kesediaan dan kepedulian yang dirasakan

23

ODHA dari anggota keluarga lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat

Johnson & Johnson (1991) mengungkapkan bahwa dukungan sosial berasal

dari orang-orang terdekat (significant others) seperti suami, istri, serta anak-

anak. Keluarga adalah tempat pertumbuhan dan perkembangan setiap

individu. Kebutuhan akan fisik maupun psikologis pada awalnya dapat

terpenuhi dari lingkungan keluarga. Seseorang akan menjadikan keluarga

sebagai tempat bercerita, tempat mengeluarkan keluhan, dan sebagai

tumpuan harapan bila individu tersebut mengalami persoalan-persoalan

dalam hidupnya (Irwanto, 2002).

Friedman (1998) mendefinisikan dukungan keluarga sebagai suatu

sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota

disini sebagai kesatuan utuh yang tidak terpisahkan dalam lingkungan

keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung akan siap memberikan kontribusi pertolongan dan bantuan jika

diperlukan.

Berdasarkan uraian di atas yang dapat penulis simpulkan dukungan

keluarga adalah suatu bentuk dukungan sosial yang diterima dan dirasakan

individu dari keluarga inti yaitu ibu, bapak, istri, kakak dan atau anak

berupa perhatian, bantuan, dorongan atau motivasi, semangat ketika ODHA

mengalami kesulitan maupun permasalahan yang melibatkan adanya

dukungan penilaian atau penghargaan, dukungan emosional memberikan

rasa nyaman dan tentram, maupun dukungan instrumentalis.

24

2. Aspek-Aspek Dukungan Keluarga

Apek-aspek dukungan keluarga menurut Friedman (1998), antara lain:

a. Dukungan emosional

Dukungan emosiaonal ialah media untuk mengkomunikasikan cinta,

peduli, percaya pada anggota keluarganya (ODHA). Keluarga

merupakan tempat yang aman dan damai untuk beristirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan

ini dilakukan melibatkan ekspesi rasa empati, peduli terhadap

seseorang sehingga memberikan rasa nyaman, dan membuat

individu merasa lebih baik. Individu memperoleh kembali keyakinan

diri, merasa dimiliki serta merasa dicintai pada saat mengalami

stress. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh sosial support

jenis ini akan merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau

kesan yang menyenangkan pada dirinya.

b. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental ialah membantu orang secara langsung

mencakup tugas rumah dan memberi uang. Dukungan ini mengacu

pada penyediaan barang atau jasa, yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah-masalah praktis. Menurut Johnson & Johnson

(1991) menyatakan dukungan instrumental adalah sebagai

penyediaan sarana yang dapat mempermudah tujuan yang ingin

dicapai dalam bentuk materi, akan tetapi juga berupa pemberian

kesempatan dan peluang waktu.

25

c. Dukungan Informasi

Dukungan ini berupa informasi mengenai nasehat, usulan, saran,

petunjuk, dan pemberian informasi. Keluarga mempunyai fungsi

sebagai kolektor dan penyebar informasi tentang dunia. Informasi

yang diberikan yaitu tentang pemberian saran, sugesti, dan informasi

yang dapat digunakan untuk mengungkap suatu masalah. Manfaat

dari dukungan ini adalah menekan munculnya suatu stressor sebab

informasi yang diberikan dapat menyumbangkan sugesti khusus

pada individu. Keluarga menjelaskan bagaimana cara menolong agar

dapat mendefinisikan suatu informasi untuk mengetahui lingkungan

sosial. Seperti: memberikan nasehat terkait pentingnya minum obat

ARV dan akibat dari ketidakpatuhan minum obat.

d. Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi melalui ungkapan penghargaan yang

positif untuk individu, dorongan positif atau persetujuan tentang

sebuah gagasan atau perasaan individu lain. Keluarga bertindak

sebagai umpan balik, membimbing dan sebagai penengah dari

perpecahan masalah, serta sebagai sumber maupun validator

identitas keluarga. Membantu orang dalam belajar mengenai dirinya

sendiri dan menjadi seseorang pada situasi yang sama atau

pengalaman yang serupa atau membuat perasaan dirinya didukung

oleh karena berbagai gagasan dan perasaan.

26

Menurut Sarafino (1998) bentuk atau dimensi dukungan keluarga,

antara lain:

a. Perhatian emosional, diwujudkan dalam bentuk kelekatan,

kehangatan, kepedulian, dan ungkapan empati sehingga timbul

keyakinan bahwa individu dicintai atau diperhatikan. Perhatian

emosional ditunjukan dalam bentuk bantuan yang memberikan

dorongan untuk memberikan kehangatan dan kasih sayang, percaya

terhadap individu serta pengungkapan empati.

b. Penilaian dan penghargaan positif, diberikan dalam wujud

penghargaan, pujian yang mendukung perilaku atau gagasan.

c. Bantuan instrumental, berupa barang, pelayanan, dukungan

keuangan, menyediakan perlatan yang dibutuhkan, serta

memberikan bantuan dalam melaksanakan berbagai aktivitas. Hal

ini mencakup bantuan secara langsung, seperti menolong dengan

melakukan suatu pekerjaan guna menyelesaikan suatu tugas.

d. Bantuan informatif, dalam bentuk nasehat, bimbingan dan

pemberian informasi. Bantuan yang diberikan dapat membantu

ODHA dalam menentukan keputusan yang akan diambil.

Memberikan nasehat, sugesti, informasi ataupun umpan balik

mengenai apa yang sebaiknya dilakukan ODHA dalam usaha

menyelesaikan tugas.

27

Berdasarkan dari kedua tokoh yaitu Friedman dan Sarafino di atas,

dapat diambil kesimpulan bahwa aspek dukungan keluarga terdiri atas:

dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan

dukungan penghargaan. Dari dua teori tersebut peneliti memilih untuk

menggunakan aspek dukungan keluarga dari Friedman (1998) sebab lebih

dapat mengukur dukungan keluarga yang dirasakan oleh ODHA mengenai

kepatuhannya terhadap obat ARV.

C. Hubungan Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Minum Obat ARV

Keluarga dalam proses pengobatan, memegang peran sangat penting

sebab keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang ODHA kenali.

Keluarga juga dapat menjadi peran penting dalam rencana perawatan

ODHA dan memantau ODHA terhadap kepatuhan pemakaian obat ARV

(Spiritia, 2009). Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat

preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit

karena keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang paling dekat

hubungannya dengan penderita (Niven, 2002).

Keluarga adalah tempat pertumbuhan dan perkembangan setiap

individu. Kebutuhan akan fisik maupun psikologis pada awalnya dapat

terpenuhi dari lingkungan keluarga. Seseorang akan menjadikan keluarga

sebagai tempat bercerita, tempat mengeluarkan keluhan, dan sebagai

tumpuan harapan bila individu tersebut mengalami persoalan-persoalan

dalam hidupnya (Irwanto, 2002). Keterlibatan keluarga sejak awal dalam

28

pengobatan merupakan langkah yang harus ditempuh guna memberikan

dukungan yang akan berdampak positif bagi kelangsungan pengobatan

(Dharmono, 2007).

Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam proses perawatan pada

orang dengan HIV/AIDS yaitu dengan kepatuhan minum obat ARV

(Spiritia, 2009). Kepatuhan pasien yaitu sejauhmana perilaku pasien sesuai

dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan (Niven, 2002).

Kepatuhan ialah ketaatan pasien dalam melaksanakan tindakan terapi.

Kepatuhan pasien berarti bahwa pasien dan keluarganya harus meluangkan

waktu dalam menjalankan pengobatan yang dibutuhkan (Potter & Perry,

2006).

Dibutuhkan kepatuhan ARV sehingga akan membuahkan

kemanfaatan pengobatan dalam penelitian Sarna et al (2008) menunjukan,

untuk mencapai supresi virologis yang optimal dari semua dosis obat tidak

boleh terlupakan setidaknya 90-95% yaitu dengan kepatuhan berobat ARV.

Adapun faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat pada ODHA,

menurut Niven (2002) menyatakan salah satunya adalah faktor dukungan

keluarga.

Adapun dukungan keluarga sebagai suatu sikap, tindakan, dan

penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota disini sebagai kesatuan

utuh yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga (Friedman, 1998).

Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung akan

siap memberikan kontribusi pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

29

Adapun aspek-aspek dari dukungan keluarga yaitu dukungan emosional,

dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan penghargaan

(Friedman, 1998).

Aspek dukungan keluarga menurut Friedman (1998) meliputi:

dukungan emosional, seperti memberikan kasih sayang dari keluarga,

kepedulian, dan perhatian, dukungan instrumental mencakup dukungan

secara langsung, seperti memberikan uang pinjaman atau pertolongan dari

anggota keluarga, dukungan informasi mencakup pemberian nasehat,

informasi, sugesti ataupun umpan balik, dan dukungan penghargaan yaitu

berupa pemberian dorongan positif, umpan balik, dan penilaian yang

mendukung perilaku atau gagasan tertentu pada individu.

Dukungan emosional seperti kasih sayang, perasaan dimilki, dan

dicintai dapat menguatkan dan menggantikan perasaan-perasan yang

dirasakan seseorang akan meningkatkan kepatuhan terhadap program-

program medis (Niven, 2002). Ketika seseorang merasa disayangi, dimiliki

maka seseorang akan merasa dibutukan dan timbul keinginan untuk sembuh

dari penyakitnya, sehingga seseorang akan termotivasi untuk patuh terhadap

pengobatan ARV dengan mengikuti anjuran dokter yaitu minum obat sesuai

dengan waktu yang dianjurkan, tidak mengganti obat ARV, dan jumlah obat

yang diminum sesuai dengan dosis yang ditentukan. Senada dengan

penelitian DiMatteo (2004) menemukan bahwa dukungan emosional

merupakan salah satu pendukung kepatuhan pasien dalam pengobatan

medis. Penelitian yang dilakukan oleh Sherwood dalam Brannon & Feist

30

(2010) menemukan bahwa kepatuhan yang tertinggi diperoleh saat keluarga

tidak menunjukkan jarak emosional ataupun saat keluarga terlibat secara

berlebihan.

Aspek dukungan instrumental seperti dukungan secara langsung,

bantuan maupun pertolongan berupa uang atau materi lainnya sehingga

dapat membantu keluarga yang sakit dalam mengobati penyakitnya dengan

rutin melakukan pengobatan. Keluarga merupakan sebuah sumber

pertolongan praktis dan kronkrit sehingga penting dalam hal memberikan

dukungan pada keluarga yang sakit (Friedman, 1998).

Caplan dalam Friedman (1998) menjelaskan dukungan instrumental

dibutuhkan pasien atau orang yang sedang sakit untuk mendapatkan sarana

pendukung dalam memenuhi segala kebutuhannya. Keluarga adalah sumber

pertolongan yang praktis dan konkrit bagi anggota-anggota keluarganya

seperti, memberikan dukungan langsung berupa uang untuk membeli obat.

Dalam hal ini keluarga membantu keuangan ODHA untuk menjalani

pengobatan, agar ODHA dapat minum obat ARV sesuai dengan ajuran

tenaga kesehatan (Gonzalez et al, 2004 dalam Chamroonsawasdi, Insri, &

Pitikultang, 2011). Ketika ODHA tidak mendapatkan dukungan berupa

uang untuk membeli obat dari keluarga, maka ODHA tidak dapat membeli

obat sesuai dengan anjuran dokter sehingga ODHA tidak patuh minum obat

sesuai dengan obat yang dianjurkan, waktu minum obat, maupun dosis obat

yang dianjurkan. Sebaliknya, jika ODHA mendapatkan dukungan berupa

uang, ODHA dapat membeli obat sesuai dengan ajuran dokter yaitu ARV

31

sehingga patuh minum obat sesuai dengan waktu, jenis obat, dan dosis obat

yang dianjurkan.

Smet (1994) menjelaskan bahwa dukungan keluarga dalam bentuk

dukungan informasi yaitu dengan memberikan saran, sugesti, serta

informasi yang dapat digunakan untuk membantu ODHA menyelesaikan

masalah yang dihadapinya. Pemberian informasi yang diperoleh akan

membuat ODHA mendapatkan pengetahuan yang menyangkut pengobatan,

sehingga semakin banyak pengetahuan yang didapatkannya maka akan

menambah informasi mengenai pentingnya minum obat sesuai jadwal yang

ditentukan (Kemenkes RI, 2011).

Informasi yang didapatkan akan menambah perbendahaaran

informasi kaitannya dengan pengetahuan pengobatan yang sedang dijalani

sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan (Niven, 2002).

Diharapkan adanya informasi yang memadahi akan meningkatkan

kepatuhan minum obat dengan mengikuti anjuran dokter, sebab ODHA

paham terhadap dampak apabila tidak patuh minum obat serta paham

mengenai cara dan aturan minum obat yaitu minum obat sesuai waktu yang

dianjurkan, tidak mengganti obat ARV dengan yang lain, dan tidak

mengubah dosis obat.

Keluarga memilki fungsi sebagai kolektor dan diseminator. Hal ini

berarti keluarga sebagai penyebar suatu informasi mengenai dunia kepada

anggota keluarganya (Caplan dalam Friedman, 1998). Berdasarkan kutipan

pernyataan tersebut memperkuat bahwa dukungan informasi yang berasal

32

dari keluarga selain dari tenaga kesehatan memilki peran dalam memberikan

dukungan.

Keluarga juga dapat memberikan dukungan penghargaan misalnya

melalui perbandingan positif individu dengan orang lain, ungkapan hormat,

dan dorongan maju dengan gagasan atau perasaan individu (Smet, 1994).

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing,

dan menengahi pemecahan masalah serta sebagai sumber dan validator

identitas anggota (Friedman, 1998). Dengan dukungan ini, ODHA akan

merasa bangga ketika mereka patuh terhadap pengobatan ARV,

menumbuhkan rasa percaya diri dalam hidup karena mereka dihargai

keberadaanya. Penghargaan dari anggota keluarga memberikan kepuasan

sendiri pada individu. Kepuasan yang dirasakan akan menumbuhkan

motivasi dan semangat untuk tetap hidup sehat dengan meminum obat

sesuai jadwal dengan tidak mengubah dosis obat maupun hal lain yang tidak

dianjurkan (Niven, 2002).

Siagan dalam Koizer (2004) menyatakan bahwa sebuah perilaku

seseorang itu mendapatkan pujian ataupun sebuah dorongan positif dari

orang lain, mereka yang mendapatkan hal tersebut akan cenderung

mengulangi perilaku yang sama. Berdasarkan pemaparan di atas, ketika

ODHA mendapatkan dukungan penghargaan dalam bentuk pujian ataupun

dorongan positif, maka perilaku yang dilakukan akan cenderung meningkat

dalam hal meminum obat sesuai jam dan dosis yang telah ditentukan.

33

Dukungan sosial dari keluarga memberikan pengaruh penting

terhadap kepatuhan ODHA dalam minum ARV. Biasanya orang tua, suami

atau istri, anak menjadi orang-orang terdekat yang dapat mengingatkan

untuk minum obat. Keluarga dalam hal ini bisa berfungsi sebagai Pengawas

Minum Obat (PMO) bagi ODHA (Yuyun et al, 2013).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan

keluarga dapat diberikan dalam bentuk dukungan emosional, instrumental,

informasi dan dukungan penghargaan yang dapat mendukung kepatuhan

minum obat yaitu dengan patuh minum obat sesuai waktu yang dianjurkan,

tidak mengganti obat ARV dengan obat lain, dan tidak mengubah dosis

obat. Apabila dukungan keluarga yang diterima ODHA tinggi, maka akan

meningkatkan kepatuhan minum obat pada ODHA, sehingga obat yang

bekerja lebih maksimal, virus dapat ditekan, tidak berkembang penyakit

lain, sehingga ODHA dapat memaksimalkan potensi yang ada dalam dirinya

untuk tetap hidup sehat dengan patuh terhadap ARV.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat ARV pada ODHA di

Yayasan Victory Plus Yogyakarta. Semakin tinggi dukungan keluarga yang

diterima ODHA, maka semakin tinggi pula kepatuhan ODHA untuk minum

obat ARV. Sebaliknya, semakin rendah dukungan keluarga yang diterima

ODHA, semakin rendah pula kepatuhan minum obat ARV pada ODHA.