12
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Deskripsi Cemara Gunung 2.1.1 Deskripsi Umum Cemara Gunung (Casuarina junghuniana) termasuk dalam famili Casuarinaceae. Cemara Gunung di Indonesia dikenal dengan beberapa nama antara lain cemara gunung, kayu angin, dan casuari. Pohon ini di Inggris dikenal dengan nama forest oak, mountain ru, red tipped ru, she oak. Mvinje merupakan nama yang dikenal untuk daerah Swahili, sedangkan di Thailand pohon ini dikenal dengan nama son-pradiphat. World Agroforestry Center (WAC) 2008 menerangkan bahwa tanaman ini merupakan jenis dari Indonesia yang sudah menyebar ke Australia, China, India, Kenya, Tanzania dan Thailand. Lembaga Penelitian Kehutanan di Jawa memperkenalkan kayu ini ke Tanzania dan Kenya pada tahun 1955. Tahun 1900 tanaman hibridnya dikenalkan di Thailand dan hasil progeninya selanjutnya dikenalkan di India pada awal tahun lima puluhan. Cemara Gunung merupakan jenis tanaman pionir dari lahan deforestasi hutan seperti daerah miring berbatu, daerah yang tidak terganggu serta areal padang rumput (Pinyopusarerk dan Boland, 1995). Cemara Gunung juga merupakan jenis yang toleran terhadap musim kering, kemungkinan besar dapat bertahan pada kondisi waterlog dan mampu mengatasi keadaan kekurangan oksigen. Pada saat pohon Cemara Gunung tumbuh beberapa meter, pohon Cemara Gunung tersebut tahan terhadap kebakaran. (WAC 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Deskripsi Cemara Gunung 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/39336/3/BAB II.pdf · keterawetan kayu diartikan sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Deskripsi Cemara Gunung 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/39336/3/BAB II.pdf · keterawetan kayu diartikan sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Deskripsi Cemara Gunung

2.1.1 Deskripsi Umum

Cemara Gunung (Casuarina junghuniana) termasuk dalam famili

Casuarinaceae. Cemara Gunung di Indonesia dikenal dengan beberapa nama

antara lain cemara gunung, kayu angin, dan casuari. Pohon ini di Inggris dikenal

dengan nama forest oak, mountain ru, red tipped ru, she oak. Mvinje merupakan

nama yang dikenal untuk daerah Swahili, sedangkan di Thailand pohon ini

dikenal dengan nama son-pradiphat. World Agroforestry Center (WAC) 2008

menerangkan bahwa tanaman ini merupakan jenis dari Indonesia yang sudah

menyebar ke Australia, China, India, Kenya, Tanzania dan Thailand. Lembaga

Penelitian Kehutanan di Jawa memperkenalkan kayu ini ke Tanzania dan Kenya

pada tahun 1955. Tahun 1900 tanaman hibridnya dikenalkan di Thailand dan

hasil progeninya selanjutnya dikenalkan di India pada awal tahun lima puluhan.

Cemara Gunung merupakan jenis tanaman pionir dari lahan deforestasi hutan

seperti daerah miring berbatu, daerah yang tidak terganggu serta areal padang

rumput (Pinyopusarerk dan Boland, 1995). Cemara Gunung juga merupakan jenis

yang toleran terhadap musim kering, kemungkinan besar dapat bertahan pada

kondisi waterlog dan mampu mengatasi keadaan kekurangan oksigen. Pada saat

pohon Cemara Gunung tumbuh beberapa meter, pohon Cemara Gunung tersebut

tahan terhadap kebakaran. (WAC 2008).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Deskripsi Cemara Gunung 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/39336/3/BAB II.pdf · keterawetan kayu diartikan sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak

7

Klasifikasi dari tanaman Cemara Gunung adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas :Magnoliopsida

Sub Kelas : Hamamelidae

Ordo : Casuarinales

Famili : Casuarinaceae

Genus : Casuarina

Spesies : Casuarina junghuniana

(Hildebrand, 1951).

2.1.2 Syarat Tumbuh

Cemara Gunung dapat tumbuh pada berbagai macam tipe tanah dengan

kisaran yang luas, mulai dari tanah vulkanik sampai tanah berpasir dan liat berat.

Selain itu jenis ini juga dapat tumbuh pada daerah di bawah 100 mdpl.

Pinyopusarerk dan Boland (1995) menyatakan, bahwa tanaman ini tumbuh pada

daerah dengan ketinggian 550-3100 mdpl. Kisaran rata-rata suhu tempat

tumbuhnya berkisar antara 10°- 20°C. Rata-rata curah hujan yang sesuai yaitu

700-2000 mm/tahun. Jenis Cemara Gunung ini juga dapat bertahan pada kisaran

pH yang tinggi mulai dari 2.8 pada tanah liat asam sampai 8 pada tanah bebatuan

atau kapur (WAC 2008).

Cemara Gunung merupakan salah satu jenis tanaman fast growing (cepat

tumbuh) dan dapat mencapai tinggi maksimal 35 meter. Diameter pohon Cemara

Gunung ini antara 30-50 cm dengan diameter maksimal 65 cm, bentuk tajuk dari

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Deskripsi Cemara Gunung 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/39336/3/BAB II.pdf · keterawetan kayu diartikan sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak

8

pohon ini agak terbuka. Kayunya keras dengan warna cokelat kemerah-merahan

dan cenderung mudah terpecah. Tipe bunganya uniseksual dengan buah berbentuk

kerucut. Benih Cemara Gunung merupakan benih jenis ortodoks. Viabilitas benih

dapat terjaga sampai satu tahun pada suhu ruangan. Jumlah benih perkilogramnya

sebanyak 1-1,8 juta benih/kg. Benih berbiji satu dan bersayap, dalam

penyerbukannya pohon ini dibantu oleh angin. Pertumbuhan tunas cenderung

berhenti atau kurang selama periode pembungaan yang bertepatan dengan musim

kemarau.

2.2 Manfaat Kayu Cemara Gunung

Cemara Gunung merupakan tanaman yang dapat digunakan dalam

kegiatan reklamasi dan rehabilitasi hutan. Khususnya tanaman ini sangat cocok

untuk tanaman pionir pada daerah longsor. Selama ini penggunaan kayu cemara

gunung masih terbatas secara lokal hanya untuk bahan bakar atau sebagai sumber

energi. Kayu Cemara Gunung cocok untuk produksi kayu bakar dan kayu arang.

Pada kondisi berat jenis dari kayu tersebut 900-1000 kg/m3 dan kerapatan

dari kayu arang adalah 650 kg/m3. Energi yang dihasilkan dari kayu arang sebesar

34.500 kJ/kg. Nilai tersebut merupakan nilai energi tertinggi bila dibandingkan

dengan jenis kayu bakar lainnya. Kayu Cemara Gunung ini di Thailand populer

digunakan untuk sumber konstruksi penyangga dan untuk penjerat ikan serta

galah atau tiang. Selain itu dapat digunakan untuk campuran kayu dipterocarpus

untuk membuat hardboard. Fungsi lain dari tanaman ini yaitu sebagai tanaman

peneduh dan tanaman pembatas karena sesuai dengan fungsinya sebagai tanaman

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Deskripsi Cemara Gunung 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/39336/3/BAB II.pdf · keterawetan kayu diartikan sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak

9

penahan angin. Tanaman Cemara Gunung terkadang juga digunakan untuk

tanaman hias (WAC 2008).

2.3 Sifat fisik

Sifat fisik adalah karakteristik kuantitatif dan ketahanan dari pengaruh

lingkungan. Sifat fisik yang penting diperhatikan dari kayu diantaranya adalah

kadar air, berat jenis, dan kerapatan (Bowyer et al. 2003).

2.3.1 Kadar air

Menurut Bowyer 2003, kadar air didefinisikan sebagai persentase air

yang terkandung dalam kayu. Kadar air dinyatakan dalam persen terhadap berat

kering oven. Kadar air sangat dipengaruhi oleh sifat higroskopis kayu. Air dalam

kayu terdiri dari air bebas dan air terikat dimana keduanya secara bersamaan

menentukan kadar air kayu. Kayu dengan kadar air yang besar umumnya

mempunyai berat jenis lebih rendah, sehingga kekuatan atau kualitas kayunya

juga tidak baik (Kasmudjo, 2010). Pada kayu basah yang baru ditebang, kadar air

dapat mencapai 40% hingga 200%. Kasim et al. 2003 menyebutkan kadar air

berhubungan dengan proporsi kayu gubal dan kayu juvenil. Sel-sel kayu gubal

mempunyai fungsi fisiologis yaitu menyalurkan air dan unsur hara dari akar ke

daun untuk proses fotosintesis sehingga banyak mengandung air. Sementara itu

kayu juvenil adalah kayu yang terbentuk saat awal pertumbuhan dimana proses

pembelahan selnya masih sangat aktif. Menurut Tsoumis (1991) bahwa besarnya

titik jenuh serat berkisar antara 20%-40%. Dalam satu jenis pohon, kadar air

bervariasi tergantung pada tempat tumbuh dan umur pohon. Kadar air kayu akan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Deskripsi Cemara Gunung 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/39336/3/BAB II.pdf · keterawetan kayu diartikan sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak

10

berubah sesuai dengan kondisi iklim tempat dimana kayu berada akibat dari

perubahan suhu dan kelembaban udara (Bowyer et al. 2003).

2.3.2 Kerapatan

Kerapatan didefinisikan sebagai massa atau berat persatuan volume yang

dinyatakan dalam pon per kaki kubik atau kilogram per meter kubik (Bowyer et

al. 2003). Menurut Tsoumis (1991), kerapatan bervariasi pada arah vertikal

maupun horizontal. Pada bagian kayu yang posisinya lebih tinggi memiliki

kerapatan yang rendah, hal ini diakibatkan faktor mekanis dan faktor biologis.

Pada arah horizontal, kerapatan dipengaruhi oleh umur. Kayu yang umurnya lebih

muda memiliki kerapatan lebih rendah. Kerapatan mempengaruhi sifat-sifat

higroskopisitas, penyusutan dan pengembangan dan lainya.

2.3.3 Permeabilitas

Permeabilitas kayu adalah ukuran kemudahan atau kemampuan kayu

dialiri cairan seperti melalui bagian dalamnya dibawah perbedaan tekanan statis

atau dinamis yang dipengaruhi oleh nilai absorbsi dan retensi apabila

menggunakan bahan pelarut (Tanaka et al. 2010). Absorbsi didefinisikan sebagai

jumlah cairan yang meresap ke dalam kayu segera sesudah proses perendaman

selesai, dinyatakan dalam berat per satuan volume kayu (Rahayu, 2008).

2.4 Keawetan Kayu

Keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap organisme

biologis perusak kayu seperti serangga, jamur dan binatang laut. Untuk

menyatakan daya tahannya, keawetan kayu dinyatakan dalam peringkat (kelas).

Indonesia dikenal lima kelas awet, yaitu kelas awet I yang sangat awet hingga

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Deskripsi Cemara Gunung 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/39336/3/BAB II.pdf · keterawetan kayu diartikan sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak

11

kelas awet V yang sangat tidak awet (Martawijaya, 2001). Kayu yang berasal dari

hutan tanaman merupakan jenis dari kelompok pohon cepat tumbuh sehingga

memiliki keawetan dan stabilitas dimensi yang rendah (Balfas dan Sumarni,

1995). Keawetan alami kayu ditentukan oleh zat ekstraktif yang bersifat racun

terhadap organisme perusak. Setiap jenis kayu mempunyai zat ekstraktif yang

berbeda (Batubara, 2006).

Menurut Tim ELSSPAT (1997), umur pohon memiliki hubungan yang

positif dengan keawetan kayu. Pohon yang ditebang pada umur tua memiliki

keawetan yang lebih baik dibandingkan pohon yang ditebang ketika muda, karena

semakin tua umur pohon, zat ekstraktif yang dibentuk semakin banyak. Menurut

(Djarwanto dan Abdurrahim 2000), membagi kayu dalam lima kelas keawetan di

Indonesia berdasarkan usia pakai kayu pada berbagai kondisi tempat pemakaian,

tanpa menyebutkan secara spesifik jenis organisme yang menyebabkan kerusakan

kayu. Batubara (2006) menyatakan bahwa keawetan kayu terhadap berbagai

organisme perusak dipengaruhi oleh sifat fisik kayu, jenis organisme yang

menyerang dan kondisi lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup

organisme perusak.

Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah

terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi

organisme yang bersangkutan. Kayu berumur pakai lama bila mampu menahan

bermacam-macam faktor perusak kayu. Kayu diselidiki keawetannya pada bagian

terasnya, sedangkan untuk bagian gubal dari kurang diperhatikan. Kayu yang

keterawetan alami rendah mudah diserang oleh organisme perusak kayu. Dimana

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Deskripsi Cemara Gunung 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/39336/3/BAB II.pdf · keterawetan kayu diartikan sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak

12

keterawetan kayu diartikan sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor

perusak kayu dari golongan biologis. Faktor biologis dianggap yang paling

dominan menimbulkan kerusakan kayu. Salah satu faktor biologis perusak kayu

yaitu serangga perusak kayu.

Keawetan kayu menjadi faktor utama penentu penggunaan kayu dalam

konstruksi. Kuatnya suatu jenis kayu, penggunaannya tidak berarti bila

keawetannya rendah. Martawijaya (2001) menyatakan bahwa salah satu faktor

penting dalam menentukan keunggulan kayu adalah sifat keawetannya. Keawetan

kayu memliki hubungan antara sifat keawetan dengan umur kayu tersebut, jika

umur kayu semakin meningkat maka kandungan keawetan pada kayu tersebut

juga meningkat.

Tsuomis (1991) menyatakan bahwa keawetan kayu secara alami

ditentukan oleh jenis dan banyaknya zat ekstraktif yang bersifat racun terhadap

organisme perusak kayu. Keawetan kayu bervariasi antara spesies tetapi juga

didalam pohon yang sama, terutaa terletk diantara kayu guba dan kayu teras.

Faktor yang menyebabkan keawetan alami kayu adalah adanya zat ekstraktif

yang bersifat racun yang terdapat didalam kayu teras yang terbentuk selama

proses pembentukan kayu teras tersebut. Keawetan kayu dipengaruhi oleh faktor

utama yaitu faktor karakteristik kayu dan lingkungan. Faktor karakteristik kayu

yaitu kandungan zat ekstraktif, umur pohon, bagian kayu dalam batang (gubal

dan teras), dan kecepatan tumbuh. Faktor lingkungan yaitu: tempat dimana kayu

dipakai, jenis organisme penyerang, keadaan suhu, kelembaban udara dan lainnya.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Deskripsi Cemara Gunung 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/39336/3/BAB II.pdf · keterawetan kayu diartikan sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak

13

2.5 Organisme Perusak Kayu

2.5.1 Rayap

Rayap adalah serangga perusak kayu yang paling dikenal. Rayap termasuk

jenis serangga dengan ukuran yang sangat kecil, yaitu sekitar 3 mm. Rayap

termasuk binatang purba karena sudah ada sejak 200 juta tahun silam. Ada tiga

jenis rayap yaitu rayap kayu kering, rayap pohon dan rayap tanah (Lensufiie

2008).

Rayap adalah serangga sosial yang hidup dalam suatu komunitas yang

disebut koloni. Rayap tidak memiliki kemampuan untuk hidup lebih lama bila

tidak ada dalam koloninya. Komunitas tersebut bertambah efisien dengan

adanya spesialisasi (kasta), masing-masing kasta mempunyai bentuk dan peran

yang berbeda dalam kehidupannya. Setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang

memiliki bentuk yang berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing, yaitu:

kasta prajurit, kasta pekerja atau pekerja palsu dan kasta reproduktif (Nandika et

al. 2003). Rayap mengalami metarmoforsis tidak sempurna, siklus hidup rayap

melalui tiga tahap yaitu, Telur – Nimfa – Dewasa (Imago) karena tanpa

melewati pupa atau pembentukan kepompong

Gambar 2.1. Siklus hidup rayap tanah

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Deskripsi Cemara Gunung 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/39336/3/BAB II.pdf · keterawetan kayu diartikan sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak

14

a. Kasta Prajurit

Kasta prajurit dapat dengan mudah dikenali dari bentuk kepalanya

yang besar dan mengalami penebalan yang nyata. Karakter seksual pada

kasta prajurit dari beberapa jenis rayap hampir tidak tampak. Secara

genetik kasta prajurit dapat berkelamin jantan atau betina. Peranan kasta

prajurit adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar, khususnya

semut dan vertebrata predator. Kasta prajurit mampu menyerang

musuhnya dengan menusuk, mengiris dan menjempit. Beberapa kasta

prajurit dari golongan rayap terentu menyerang musuhnya dengan cairan

sekresi kelenjar frontal atau kelenjar saliva (Nandika et al. 2003).

b. Kasta Pekerja

Kasta pekerja merupakan anggota yang sangat penting dalam

koloni rayap. Tidak kurang dari 80-90% populasi dalam koloni rayap

merupakan individu-individu kasta pekerja. Kasta pekerja umumnya

berwarna pucat dengan kutikula hanya sedikit mengalami penebalan

sehingga tampak menyerupai nimfa. Seperti halnya pada kasta prajurit,

karakter seksual pada rayap kasta pekerja sulit untuk ditentukan dengan

jelas, kecuali pada beberapa jenis rayap tingkat tinggi terutama anggota

dari sub-famili Macrotermitinae. Walaupun kasta pekerja tidak terlibat

dalam proses perkembangbiakan koloni dan pertahanan, namun hampir

semua tugas koloni dikerjakan oleh kasta ini. Kasta pekerja bekerja terus

tanpa henti, memelihara telur dan rayap muda, serta memindahkannya

pada saat terancam ke tempat yang lebih aman. Kasta pekerja bertugas

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Deskripsi Cemara Gunung 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/39336/3/BAB II.pdf · keterawetan kayu diartikan sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak

15

memberi makan dan memelihara ratu, mencari sumber makanan,

menumbuhkan jamur dan memeliharanya. Kasta pekerja juga membuat

serambi serang dan liang-liang kembara, merawatnya, merancang bentuk

sarang dan membangun termitarium. Rayap inilah yang sering

menghancurkan tanaman, kayu, mebel, dan bahan berselulosa lainnya.

Bahkan kadang-kadang mereka memakan rayap lain yang lemah sehingga

hanya individu-individu yang kuat saja yang dipertahankan. Semua ini

merupakan mekanisme pengaturan keseimbangan kehidupan didalam

koloni rayap (Nandika et al. 2003).

c. Rayap Reproduktif

Kasta reproduktif terdiri atas individu-individu seksual yaitu,

betina (ratu) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya

membuahi betina. Kasta ini dibedakan menjadi reproduktif primer dan

kasta reproduktif suplementer atau neoten (Nandika et al. 2003).

2.5.2 Rayap Tanah

Rayap tanah (Macrotermes gilvus) merupakan rayap yang masuk kedalam

kayu melalui tanah atau lorong-lorong pelindung yang dibangunnya. Tempat

hidupnya memerlukan kelembaban tertentu secara tetap. Untuk mendapatkan

persediaan air, rayap ini selalu berhubungan dengan tanah, sarangnya pun didalam

tanah. Kepala rayap tanah berwarna kuning, antena, labrum, dan pronotum kuning

pucat. Antena terdiri dari 15 segmen, segmen kedua dan keempat sama panjangnya.

Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya, batas antar sebelah

dalam dari mandibel sama sekali rata. Panjang kepala dengan mandibel 2.46–2.66

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Deskripsi Cemara Gunung 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/39336/3/BAB II.pdf · keterawetan kayu diartikan sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak

16

mm, panjang kepala tanpa mandibel 1.56–1.68 mm. Lebar kepala 1.40–1.44 mm

dengan lebar pronotum 1.00–1.03 mm panjangnya 0,56 mm. Panjang badan 5.5–6.0

mm. Bagian abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri. Abdomen

berwarna putih kekuning-kuningan (Nandika et al 2003).

Menurut Tarumingkeng (2001) rayap tanah merupakan serangga sosial

yang hanya dapat hidup jika berada dalam koloninya. Rayap tanah hidup

dikoloninya, karena didalam koloninya terdapat bahan-bahan dan proses-proses

yang dapat menjamin kelanjutan hidupnya. Rayap tanah untuk mencapai

makannanya (bangunan atau kayu) yaitu dengan menambah panjang

terowongan-terowongan kembara (jalur-jalur sempit yang berasal dari pusat

sarang ke arah kembara di mana makanan berada, yang hanya dilalui sekitar 3-4

ekor rayap). Terowongan kembara ini ditutup dengan tanah sehingga pada

galibnya tiang-tiang kembara merupakan bagian dari sarang koloninya. Adanya

liang tertutup ini maka praktis seluruh ruangan dari sarang rayap termasuk liang-

liang kembara merupakan lingkungan yang sangat lembab yang menjamin

kehidupan rayap tanah.

Rayap tanah sangat ganas dan dapat penyerang obyek-obyek berjarak sampai

200 meter dari sarangnya. Rayap ini untuk mencapai kayu sasarannya mereka

bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, dengan bantuan enzim

yang dikeluarkannya. Jenis rayap ini biasanya menyerang kayu yang berhubungan

dengan tanah, misalnya bantalan rel kereta api atau tiang listrik. Sebagaimana

negara negara tropika lainnya, Indonesia rayap dikenal sebagai serannga perusak

kayu dan bangunan gedung yang paling penting. Bahkan kerugian ekonomis yang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Deskripsi Cemara Gunung 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/39336/3/BAB II.pdf · keterawetan kayu diartikan sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak

17

terjadi akibat serangan pada bangunan gedung terus meningat dari tahun ketahun

(Tarumingkeng, 2001).

Rayap di Indonesia telah ditemukan lebih dari 200 jenis rayap lima jenis

diantaranya tercacat sebagai perusak diantaranya yaitu Coptotermes curvignathus,

Schedorhinotermes javanicus, Macrotermes gilvus, Microtermes inspiratus, dan

Cryptotermes cynocephalus. Kemampuan merusak serangga tersebut erat

dengan karakteristik populasinya yaitu hidup dalam satu koloni dengan jumlah

anggota yang banyak dan memiliki wilayah jelajah yang tinggi. Karakteristik

populasi tersebut menyebabkan upaya pengendalian rayap relatif sukar

dilakukan. Dalam perkembangan hidupnya, rayap mengalami metamorfosis

tidak sempurna, dengan tiga tahapan umum perkembangan, yaitu telur, pra-

dewasa dan dewasa.

Faktor lingkungan yang turut mempengaruhi perkembangan populasi,

faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama

lain. Kelembaban dan suhu merupakan faktor yang kuat yang secara bersama-

sama lain. mempengaruhi aktivitas rayap. Perubahan kondisi lingkungan akan

menyebabkan perubahan perilaku rayap serta kondisi habitat di sarang rayap