Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kepatuhan
2.1.1 Definisi Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat. Kepatuhan adalah tingkat
pasien melaksanakan cara pengobatan dan prilaku yang disarankan dokter atau oleh
oranglain(Fuady, 2013).
Di dalam konteks psikologi kesehatan, kepatuhan mengacu kepadasituasi ketika
perilaku seorang individu sepadan dengan tindakan yangdianjurkan atau nasehat yang diusulkan
oleh seorang praktisi kesehatanatau informasi yang diperoleh dari suatu sumber informasi
lainnya sepertinasehat yang diberikan dalam suatu brosur promosi kesehatan melaluisuatu
kampanye media massa (Ian & Marcus, 2011).
Para Psikolog tertarik pada pembentukan jenis-jenis faktor-faktorkognitif dan afektif
apa yang penting untuk memprediksi kepatuhan danjuga penting perilaku yang tidak patuh.
Pada waktu-waktu belakangan iniistilah kepatuhan telah digunakan sebagai pengganti bagi
pemenuhankarena ia mencerminkan suatu pengelolaan pengaturan diri yang lebihaktif mengenai
nasehat pengobatan (Ian & Marcus, 2011).
Menurut Kozier (2010) kepatuhan adalah perilaku individu(misalnya: minum obat,
mematuhi diet, atau melakukan perubahan gayahidup) sesuai anjuran terapi dan kesehatan.
Tingkat kepatuhan dapatdimulai dari tindak mengindahkan setiap aspek anjuran hingga
mematuhirencana.
6
Sedangkan Sarafino (dalam Yetti, dkk 2011) mendefinisikankepatuhan sebagai tingkat
pasien melaksanakan cara pengobatan danperilaku yang disarankan oleh dokternya. Dikatakan
lebih lanjut, bahwatingkat kepatuhan pada seluruh populasi medis yang kronis adalah
sekitar20% hingga 60%.
Kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe sering menjadi masalah karena
patuh sangat sulit untuk ditanamkan pada diri sendiri, apalagi untuk orang lain(Hernawati,
2013).
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan (Kamidah, 2015):
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasildari tahu, dan terjadi setelah melakukan penginderaan
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman,rasa,dan raba. Sebagian besar yaitu didapat melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo,2011).
Pengetahuan diperoleh dari proses belajar yang dapat membentuk keyakinan tertentu
sehingga seseorang berperilaku berdasarkan keyakinannya dan pengetahuan berhubungan
dengan kepatuhan karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku(Kartikasari,2010).
Pengetahuan disini erat kaitannya dengan pendidikan. Semakin tinggi pendidikan ibu
hamil maka kemungkinan akan lebih mudah untuk mencerna informasi tentang manfaat tablet
Fe dan bahaya jika terjadianemia selama kehamilan jadiakan mempengaruhi ibu hamil dalam
memilih dan mengevaluasi sesuatu yang baik untuk kesehatan dirinya dan kehamilannya
(Fuadi, 2013).
Pengetahuan yang diperoleh melalui penginderaan ibu hamil terhadap informasi
kesehatan selama kehamilan akan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil dalam menjaga
kesehatannya (Budiarni,2012).
Pengetahuan tentang tablet Fe dan manfaatnya menjadi salah satu dari factor yang
mendorong ibu untuk patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe dan mayoritas ibu hamil yang
mengkonsumsi tablet Fe mengetahui manfaat dan tujuan mengkonsumsi tablet tersebut (Achadi,
2013).
Pengetahuan ibu hamil jika baik tentang dampak anemia pada kehamilan,resiko atau
komplikasi jika seseorang mengalami anemia,serta manfaat tablet atau suplemen zat besi,maka
ibu hamil tersebut akan mau dan berusaha untuk menghindari timbulnya anemia, dengan cara
mengkonsumsi tablet Fe secara teratur dan didukung dengan mengkonsumsi makanan bergizi.
Sebaliknya, jika pengetahuannya rendah, maka kemungkinan akan menolak minum tablet Fe
secara teratur, apalagi jika dirasa ada efek samping yang mengganggu (Prapitasari,2013).
2. Motivasi
Motivasi adalah keinginan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk berperilaku.
Motivasi yang baik dalam mengkonsumsi tablet Fe karena keinginan untuk mencegah anemia
dan menjaga kesehatan ibu hamil dan janinnya, namun keinginan ini biasanya hanya pada
tahap anjuran dari petugas kesehatan, bukan atas keinginan diri sendiri. Semakin baik motivasi
maka semakin patuh ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe karena motivasi merupakan
kondisi internal manusia seperti keinginan dan harapan yang mendorong individu untuk
berperilaku agar mencapai tujuan yang dikehendakinya(Budiarni,2012).
Motivasi dari petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi
kepatuhan. Motivasi mereka terutama berguna saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat
yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku
pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien,dan
secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu
beroreintasi dengan program pengobatannya (Amperaningsih, 2011).
Jika petugas kesehatan memberikan motivasi untuk mengkonsumsi tablet zat besi pada
ibu hamil maka konsumsi tablet zat besi akan lebih mudah tercapai.Namun jika petugas
kesehatan kurang atau tidak ada sama sekali maka dapat mengakibatkan ibu hamil tidak
mengkonsumsi tablet zat besi. Hal ini disebabkan karena dukungan social sangat besar
pengaruhnya terhadap praktek atau tindakan seseorang, terutama ibu hamil yang berada dalam
mengkonsumsi zat besi (Achadi, 2013).
3. Dukungan Keluarga
Keluarga mempunyai peran yang signifikan dalam mendukung ibu untuk
mengonsumsi tablet Fe secara rutin.Ibu seringkali lupa untuk minum tablet Fe secara rutin
bahkan berhenti untuk mengonsumsinya bila tidak ada dukungan dari
keluarganya(Wiradyani,2013).
Anggota keluarga akan mengingatkan ibu untuk mengonsumsi tablet Fe tersebut.
Dukungan memang sangat penting bagi ibu menginat bahwa tablet Fe harus dikonsumsi setiap
hari untuk jangka waktu yang lama(Achadi, 2013).
Upaya yang dilakukan dengan mengikutkan peran serta keluarga adalah sebagai faktor
dasar penting yang ada berada disekeliling ibuhamil dengan memberdayakan anggota keluarga
terutama suami untuk ikut membantu para ibu hamil dalam meningkatkan kepatuhannya
mengkonsumsi tablet besi.Upaya ini sangat penting dilakukan, sebab ibu hamil adalah
seorang individu yang tidak berdiri sendiri, tetapi ia bergabung dalam sebuah ikatan
perkawinan dan hidup dalam sebuah bangunan rumah tangga dimana factor suami akan ikut
mempengaruhi pola piker dan perilakunya termasuk dalam memperlakukan kehamilannya
(Amperaningsih, 2011).
Suami adalah orang yang terdekat dengan ibu hamil, yang dapat menciptakan
lingkungan fisik dan emosional yang mendukung kesehatan dan gizi ibu hamil. Kepeduliannya
dalam memperhatikan kesehatan ibu hamil khususnya dalam memonitor konsumsi tablet Fe
setiap hari diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe.
Data diatas juga menunjukan bahwa kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe juga
dipengaruhi oleh tersedianya tablet Fe di tempat pelayanan kesehatan. Hal ini didukung dari
hasil wawancara terhadap lima responden yang diteliti mengenai informasi cara penggunaan
tablet Fe (Kamidah, 2015).
4. Kunjungan Antenatal Care.
Menurut Ikatan Bidan Indonesia, untuk mendeteksi anemia pada kehamilan
dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin ibu hamil. Pemeriksaan dilakukan pertama sebelum
minggu ke 12 dalam kehamilannya dan minggu ke 28. Pemeriksaan kadar hemoglobin yang
dianjurkan pada trimester pertama dan trimester ketiga kehamilan, sering hanya dapat
dilaksanakan pada trimester ketiga karena kebanyakan wanita hamil baru memeriksakan
kehamilannya pada trimester kedua kehamilan sehingga pemeriksaan hemoglobin pada
kehamilan tidak berjalan dengan seharusnya(Asyirah, 2012).
Pemeriksaan saat kunjungan Antenatal Care (KEMENKES, 2010):
a). Kunjungan pertama atau K1
Adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi,
untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak pertama
harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke8.
b). Kunjungan ke - 4 atau K4
adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi,untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai
standar. Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I (kehamilan
hingga 12 minggu) dan trimester II (>12-24minggu), minimal 2kali kontak pada trimester
III dilakukan setelah minggu ke24 sampai dengan minggu ke 36. Kunjungan antenatal bisa
lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan.
Kunjungan ini termasuk dalam K4.
c). Penanganan Komplikasi atau PK
Adalah penanganan komplikasi kehamilan, penyakit menular maupun tidak menular serta
masalah gizi yang terjadi pada waktu hamil, bersalin, dan nifas. Pelayanan diberikan oleh
tenaga kesehatan yang sudah mempunyai kompetensi. Komplikasi penyakit dan masalah gizi
yang sering dialami oleh ibu hamil yaitu perdarahan,preeklampsia atau eklampsia, persalinan
macet, infeksi, abortus, malaria, HIV/AIDS, sifilis, hipertensi, Diabetes Melitus, anemia gizi
besi, dan kurang energi kronis.
Tablet Fe diberikan saat ibu hamil melakukan kunjungan AntenatalCare. Jadi,
cakupan program tergantung pada kunjungan rutin para ibu untuk melakukan kunjungan
AntenatalCare agar mendapat tablet Fe dalam jumlah yang cukup. Rendahnya partisipasi ibu
untuk kunjungan Antenatal Care berhubungan dengan tingkat kepatuhan konsumsi tablet Fe
yang rendah (Achadi,2013). Sebuah studi diJawa Barat menemukan bahwa faktor biaya
merupakan hambatan utama ibu hamil untuk melakukan kunjungan Antenatal Care pada
petugas kesehatan, misalnya bidan. Selain itu, ibu juga menganggap bahwa kunjungan
Antenatal Care hanya diperlukan bagi ibu yang mengalami masalah kehamilan (Achadi,
2013).
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi
empat bagian:
a. Pemahaman Tentang Instruksi .
Tak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan padanya. Lcy dan Spelman (Niven, 2012) menemukan bahwa lebih dari 60%
yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang
diberikan pada mereka. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan professional
kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap, penggunaan istilah-istilah media
dan memberikan banyak instruksi yang harus diingat oleh pasien.
b. Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara professional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Korsch & Negrete (Niven, 2012) telah
mengamati 800 kunjungan orang tua dan anakanaknya ke rumah sakit anak di Los
Angeles. Selama 14 hari mereka mewawancarai ibu-ibu tersebut untuk memastikan
apakah ibu-ibu tersebut melaksankan nasihatnasihat yang diberikan dokter, mereka
menemukan bahwa ada kaitan yang erat antara kepuasaan ibu terhadap konsultasi
dengan seberapa jauh mereka mematuhi nasihat dokter, tidak ada kaitan antara lamanya
konsultasi dengan kepuasaan ibu. Jadi konsultasi yang pendek tidak akan menjadi tidak
produktif jika diberikan perhatian untuk meningkatkan kualitas interaksi.
c. Isolasi Sosial dan Keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan
dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan
yang dapat mereka terima. Pratt (dalam Neil, 2012) telah memperhatikan bahwa peran
yang dimainkan keluarga dalam pengembangan kebiasaan kesehatan dan pengajaran
terhadap anak-anak mereka. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan
mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit.
d. Keyakinan, Sikap dan Keluarga
Becker (dalam Neil, 2012) telah membuat suatu usulan bahwa model keyakinan
kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya ketidakpatuhan. Mereka
menggambarkan kegunaan model tersebut dalam suatu penelitian bersama Hartman dan
Becker (2013) yang memperkirakan ketidakpatuhan terhadap ketentuan untuk pasien
hemodialisa kronis. 50 orang pasien dengan gagal ginjal kronis tahap akhir yang harus
mematuhi program pengobatan yang kompleks, meliputi diet, pembatasan cairan,
pengobatan, dialisa. Pasien-pasien tersebut diwawancarai tentang keyakinan kesehatan
mereka dengan menggunakan suatu model. Hartman dan Becker menemukan bahwa
pengukuran dari tiap-tiap dimensi yang utama dari model tersebut sangat berguna
sebagai peramal dari kepatuhan terhadap pengobatan.
2.1.4 Cara-cara Mengurangi Ketidakpatuhan
Dinicola dan Dimatteo (Niven, 2012) mengusulkan rencana untuk mengatasi
ketidakpatuhan pasien antara lain:
a. Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri, banyak dari pasien yang tidak patuh
yang memiliki tujuan untuk mematuhi nasihat-nasihat pada awalnya. Pemicu
ketidakpatuhan dikarenakan jangka waktu yang cukup lama serta paksaan dari tenaga
kesehatan yang menghasilkan efek negatif pada penderita sehingga awal mula pasien
mempunyai sikap patuh bisa berubah menjadi tidak patuh. Kesadaran diri sangat
dibutuhkan dari diri pasien.
b. Perilaku sehat, hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, sehingga perlu dikembangkan
suatu strategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku, tetapi juga mempertahankan
perubahan tersebut. Kontrol diri, evaluasi diri dan penghargaan terhadap diri sendiri
harus dilakukan dengan kesadaran diri. Modifikasi perilaku harus dilakukan antara
pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan agar terciptanya perilaku sehat.
c. Dukungan sosial, dukungan sosial dari anggota keluarga dan sahabat dalam bentuk
waktu, motivasi dan uang merupakan faktor-faktor penting dalam kepatuhan pasien.
Contoh yang sederhana, tidak memiliki pengasuh, transportasi tidak ada, anggota
keluarga sakit, dapat mengurangi intensitas kepatuhan. Keluarga dan teman dapat
membantu mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat
menghilangkan godaan pada ketidaktaatan dan mereka seringkali dapat menjadi
kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan.
2.1.5.Cara-cara Meningkatkan Kepatuhan
Smet (2012) menyebutkan beberapa strategi yang dapat dicoba untuk meningkatkan
kepatuhan, antara lain:
a. Segi Penderita
Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan dalam menjalani
pengobatan yaitu:
1. Meningkatkan kontrol diri. Penderita harus meningkatkan kontrol dirinya untuk
meningkatkan ketaatannya dalam menjalani pengobatan, karena dengan adanya
kontrol diri yang baik dari penderita akan semakin meningkatkan kepatuhannya
dalam menjalani pengobatan. Kontrol diri dapat dilakukan meliputi kontrol berat
badan, kontrol makan dan emosi.2. Meningkatkan efikasi diri. Efikasi diri dipercaya muncul sebagai prediktor yang
penting dari kepatuhan. Seseorang yang mempercayai diri mereka sendiri untuk
dapat mematuhi pengobatan yang kompleks akan lebih mudah melakukannya. 3. Mencari informasi tentang pengobatan. Kurangnya pengetahuan atau informasi
berkaitan dengan kepatuhan serta kemauan dari penderita untuk mencari informasi
mengenai penyakitnya dan terapi medisnya, informasi tersebut biasanya didapat dari
berbagai sumber seperti media cetak, elektronik atau melalui program pendidikan di
rumah sakit. Penderita hendaknya benar-benar memahami tentang penyakitnya
dengan cara mencari informasi penyembuhan penyakitnya tersebut.4. Meningkatkan monitoring diri. Penderita harus melakukan monitoring diri, karena
dengan monitoring diri penderita dapat lebih mengetahui tentang keadaan dirinya
seperti keadaan gula dalam darahnya, berat badan, dan apapun yang dirasakannya.
b. Segi Tenaga Medis
Usaha-usaha yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar penderita untuk meningkatkan
kepatuhan dalam menjalani pengobatan antara lain:
1. Meningkatkan keterampilan komunikasi para dokter. Salah satu strategi untuk
meningkatkan kepatuhan adalah memperbaiki komunikasi antara dokter dengan
pasien. Ada banyak cara dari dokter untuk menanamkan kepatuhan dengan dasar
komunikasi yang efektif dengan pasien.2. Memberikan informasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan cara
pengobatannya. Tenaga kesehatan, khususnya dokter adalah orang yang berstatus
tinggi bagi kebanyakan pasien dan apa yang ia katakan secara umum diterima
sebagai sesuatu yang sah atau benar.3. Memberikan dukungan sosial. Tenaga kesehatan harus mampu mempertinggi
dukungan sosial. Selain itu keluarga juga dilibatkan dalam memberikan dukungan
kepada pasien, karena hal tersebut juga akan meningkatkan kepatuhan, Smet (2012)
menjelaskan bahwa dukungan tersebut bisa diberikan dengan bentuk perhatian dan
memberikan nasehatnya yang bermanfaat bagi kesehatannya.4. Pendekatan perilaku. Pengelolaan diri yaitu bagaimana pasien diarahkan agar dapat
mengelola dirinya dalam usaha meningkatkan perilaku kepatuhan. Dokter dapat
bekerja sama dengan keluarga pasien untuk mendiskusikan masalah dalam
menjalani kepatuhan serta pentingnya pengobatan.
2.2 Konsep Dasar Kehamilan
2.2.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah masa berkembangnya hasil konsepsi dari awal konsepsi sampai
proses awal persalinan yang merupakan sesuatu yang wajar pada wanita yang produktif.
Selama masa kehamilan terjadi perubahan pada ibu baik fisik maupun psikis (Pieter & Lubis,
2010).
Kehamilan yang dialami oleh setiap wanita pasti akan banyak menimbulkan dampak
bagi wanita tersebut. Secara fisik, ibu hamil akan merasakan letih,lemah, lesu,dan sebagainya,
sehingga ibu hamil akan bergantung kepada orang yang berada disekitarnya. Sedangkan secara
psikologis, ibu hamil akan merasakan kecemasan dengan kehamilannya (Janiwarty & Pieter,
2013).
Ibu hamil mempunyai tingkat metabolisme tinggi. Misalnya, untuk membuat jaringan
tubuh janin, membentuknya menjadi organ, dan juga untuk memproduksi energi agar ibu hamil
bias tetap beraktivitas normal sehari-hari. Karena itu, ibu hamil lebih banyak memerlukan zat
besi dibanding ibuyang tidak hamil (Sinsin, 2008).
2.2.2 Kondisi Ibu Hamil
Masa ibu hamil adalah masa dimana seorang wanita memerlukan berbagai unsure gizi
yang jauh lebih banyak dari pada yang diperlukan dalam keadaan tidak hamil, karena pada
kehamilan terjadi peningkatan metabolism energy yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan
metabolisme tubuh ibu, sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan pada saat hamil
dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna (Hernawati, 2013).
Kondisi yang sering dialami ibu hamil yaitu anemia. Anemia terjadi akibat rendahnya
kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa hamil atau kurangnya sel-sel darah merah didalam
darah dari pada biasanya dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr% (Harmatuti,2015). Selama
kehamilan terjadi peningkatan volume darah total, peningkatan sebagian besar terjadi pada
volume plasma, sedangkan volume sel darah merah tidak sebanding dengan peningkatan
volume plasma. Hal tersebut berakibat terjadinya hemodilusi atau pengenceran darah meningkat
sehingga kadar hemoglobin menurun (Siswosuharjo, 2010).
Ketidakcukupan asupan makanan,misalkan sepertimual dan muntah atau kurang
asupan zat besi juga dapat menyebabkan anemia zat besi. Anemia adalah berkurangnya kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah. Hb adalah komponen didalam sel darah merah untuk
menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen.
Oksigen digunakan untuk bahan bakar proses metabolisme. Sedangkan zat besi adalah bahan
baku pembuat sel darah merah (Sinsin, 2008).
2.2.3 Tanda-tanda Kehamilan
Kehamilan datang dengan perubahan-perubahan awal. Menurut (Anggraeni, 2013)
tanda-tanda kehamilan yang umum dialami oleh wanita adalah:
a) Terlambat Datang Bulan
Tidak lagi dating bulan ketika siklus haid normal tiba merupakan tanda yang paling
lazim, saat itu rahim sedang dipersiapkan untuk mengandung janin karena sel telur sudah
dibuahi dan tidak adaygharus dibuang.
b) Mual atau Muntah (Emesis)
Mual merupakan salah satu tanda kehamilan yang mudah dikenali. Mual saat awal
kehamilan karena dipicu oleh adanya peningkatan hormone secara tiba-tiba pada aliran darah.
Mual biasanya terjadi selama enam minggu awal kehamilan. Mual biasanya akan hilang ketika
memasuki trimester kedua.
c) Hipersaliva (Air Liur Berlebihan)
Air liur berlebihan biasanya terjadi diawal kehamilan. Kejadian ini dapat diatasi dengan
sikat gigi atau memakan permen. Rasa mint atau mentol dipercaya dapat mengurangi air liur ini.
d) Anoreksia (Hilangnya Selera Makan)
Penyebaba noreksia adalah perubahan hormone dalam tubuh dan biasanya akan hilang
dengan sendirinya.
e) Ngidam (craving)
Ngidam terhadap makanan tertentu terjadi karena pengaruh perubahan hormon dalam
tubuh. Padahal, ngidam sebenarnya berkaitan erat dengan kondisi psikologi ibu hamil.
Sebagai akibat dari perubahan hormon kehamilan, ngidam akan hilang dengan
sendirinya ketika telah melewati bulan-bulan awal kehamilan karena hormon ibu hamil sudah
mulai stabil.
f) Anemia
Anemia adalah kekurangan sel darah merah atau jumlah sel darah merah lebih
rendah dari biasanya. Di awal kehamilan akan mengalami 5L (lemah, letih, lesu, lunglai ,dan
loyo). Kelima gejala tersebut adalah gejala anemia. Tanda lain anemia yaitu wajah pucat
terutama didaerah kelopak mata, mata berkunang-kunang, sering merasakan bumi berputar
ketika sedang berjalan.
Dari tanda-tanda tersebut, terdapat salah satu tanda yang akan memperburuk keadaan
ibu hamil yaitu anemia. Anemia pada ibu hamil dapat menyebakan abortus, persalinan preterm,
partus lama karena inersia uteri, perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri, syok, mudah
terjadi infeksi, hiperemis gravidarum, dan ketuban pecah dini (Amperaningsih,2011).
2.2.4 Masa-masa Kehamilan
Menurut (Sukarni, 2013) masa-masa kehamilan dibagi menjadi tiga periode atau
trimester, masing-masing selama 13 minggu.
1. Trimester I
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian terhadap pernyataan
bahwa ia sedang mengandung. Trimester pertama sering menjadi waktu yang menyenangkan
untuk melihat apakah kehamilan akan dapat berkembng dengan baik.
2. Trimester II
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode
ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala nyamanan yang normal dialami saat hamil,
namun trimester kedua juga merupakan fase ketika wanita menelusur kedalam dan paling banyak
mengalami kemunduran.
Menurut (Prawiroardjo, S, 2011) pada trimester kedua ini kehamilan biasanya sudah
tampak jelas. Sebagian besar ibu hamil pada trimester kedua ini tidak memiliki permasalahan
yang serius. Namun tidak sedikit ibu hamil pada masa ini ketika memeriksakan kehamilannya
mengeluhkan ketidaknyamanan. Seperti konstipasi, hemoroid, pusing, kelelahan an rasa ingin
mengetahui kondisi DJJ janin dan kesehatan ibu sehat. Maka ari itu pada usia kehamilan
trimester 2 adalah waktu yang penting untuk memeriksakan kehamilannya.
3. Trimester III
Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada
periode ini wanita mulai menyadari keadiran bayi sebagai mahkluk yng terpisah sehingga ia
menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi.
2.2.5 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Kesehatan ibu hamil dan tumbuh kembang janin sangat dipengaruhi oleh zat-zat gizi
yang dikonsumsi ibu. Kebutuhan gizi selama hamil lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi
pra hamil.
Makin bertambah usia kehamilan makin tinggi juga jumlah zat gizi yang dibutuhkan.
Untuk mencapai kehamilan yang sehat dibutuhkan asupan gizi yang optimal. Jika ibu hamil
tidak dapat memenuhi kebutuhan tambahan gizinya, maka cadangan gizi dalam tubuh ibu akan
digunakan untuk memenuhinya (KEMENKESRI,2010).
Cara terbaik bagi ibu hamil untuk tetap sehat adalah dengan makan yang baik dan
memperhatikan jenis makanannya. Menurut (Megasari, 2012), agar tetap sehat ibu harus
memakan lima jenis makanan yaitu :
a) Makanan pokok (sumber energi).
Makanan pokok sebagai sumber energi. Tambahan kebutuhan kalori 300 kkal/hari.
Sumbernyabisa seperti dari biji-bijian seperti beras, jagung, padi-padian atau gandum,
singkong, dan pisang.
b) Makanan pembangun (mengandung protein).
Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, membantu pembentukan
tulang dan otot agar tubuh menjadi kuat, jaringan otak, kulit,kuku, dan rambut.
Tambahan kebutuhan protein 60gram/hari. Sumber protein hewani seperti daging sapi,
ikan, unggas, telur, susu, dan produk olahan susu seperti keju dan yogurt. Sumber
protein nabati seperti kacang- kacangan dan olahan nya seperti tempe, tahu,oncom,dan
selai kacang.
c) Makanan pelengkap (mengandung vitamin).
Vitamin diperlukan tubuh untuk mempertahankan kesehatan, perkembangan janin, dan
kekebalan tubuh. Beberapa vitamin hanya sedikit disimpan dalam tubuh, seperti vitamin
B dan C sehingga harus dikonsumsi setiap hari.
d) Makanan penunjang (gula dan lemak).
Dibutuhkan tubuh terutama untuk membentuk energy dan membangun sel-sel baru dan
perkembangan system syaraf janin. Asam lemak jenuh bersumber dari daging sapi,
kambing, ayam, telur,ikan, susu, dan olahannya. Sedangkan asam lemak tak jenuh
bersumber dari minyak zaitun, lemak nabati, minyak kepala, minyak jagung, minyak
kelapa sawit.
e) Makanan tiga mineral penting (besi, kalsium,yodium).
Wanita hamil membutuhkan mineral penting setiap hari. Untuk mencegah anemia, ibu
hamil dianjurkan mengkonsumsi satu tablet zat besi sehari segera mungkin setelah
rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung Fe SO4 320mg (zatbesi60mg). Minimal
masing-masing 90 tablet selama hamil. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama
the atau kopi karena akan mengganggu penyerapan.
2.3 TABLET FE
2.3.1 Pengertian Tablet Fe
Penanggulangan masalah anemia besi di Indonesia masih terfokus pada pembrian
tablet tmbah darah (tablet Fe). Pada ibu hamil yang kekurangan zat Fe dapat terjadi anemia
zat besi tetapi kekurangan zat besi juga dapat menyebabkan kelelahan maka pemberian
tablet Fe merupakan salah satu pelayanan yang diberikan pada kunjungan kehamilan yang
setiap tablet mengandung fero sulfat (FeSO4) 300mg (zat besi 60mg) (DeLoughery,2014).
Tablet Fe adalah mineral mikro paling banyak yang terdapat dalam tubuh, yaitu
sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa (Megasari,2012).
2.3.2 Manfaat tablet Fe
Suplementasi tablet Fe merupakan salah satu straregi untuk meningkatkan intake
zat besi yang berhasil hanya jika individu mematuhi aturan konsumsinya. Zat besi sangat
dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk menunjang aktivitas kerjanya. Didalam tubuh berperan
sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan, sebagai alat angkut electron pada
metabolism energi, sebagai bagian dari enzim pembentuk kekebalan tubuh dan sebagai
pelarut obat –obatan. (Kowel, 2013)
Menurut Wirausumah dalam (Waryana, 2010), zat besi bagi wanita hamil
dibutuhkan umuk memenuhi kehilangan basal, juga untuk pombentukan sel-sel darah
merah yang semakin banyak serta janin dan plasentanya. Zat besi, sanggat penting karena
pada masa kehamilan polume darah meningkat 25% dan juga penting untuk bayi dalam
membangun persediaan darahnya (Sukarni, 2013).
Manfaaat lain dari mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah trpenuhiny
kecukupan vitamin A karena makanan sumber zat besi bisanya merupakan vitamin A
(Waryana, 2010). Selain itu, manfaat lain dari tablet Fe selama kehamilan untuk membantu
sintesis eritrosit, berperan mencegah kelelahan (Kemenkes RI, 2010).
2.3.3 Anjuran Konsumsi Tablet Fe
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil dengan janin tunggal sekitar 1000mg
selama hamil atau naik sekitar 200-300%. Banyaknya ibu hamil yang mendapatkan
tablet Fe namun masih ada ibu hamil yang menderita anemia walaupun telah diberikan
tablet Fe , hal ini dikarenakan beberapa faktor, antara lain ibu tidak mengerti cara
mengkonsumsi tablet Fe. Sebaiknya tablet Fe dikonsumsi setelah makan dan
minum, tablet Fe tidak dianjurkan bersamaan dengan mengkonsumsi suplemen yang
mengandung kalsium atau susu tinggi kalsium, kopi, dan teh karena penyerapan zat besi
akan terganggu karena dapat mengikat Fe sehingga mengurangi jumlah serapan
(Amperaningsih, 2011).
Dalam mengkonsumsi zat besi dapat menimbulkan sembelit dan perubahan warna
feses menjadi gelap. Anjurkan konsumsi zat besi diikuti dengan sayuran untuk
meningkatkan absorbsi zat besi. Pemberian zat besi tidak boleh lebih dari 6 bulan jika
dilakukan tanpa pengawasan dokter. Kelebihan zat besi dapat menimbulkan kerusakan
hati dan pankreas (Megasari, 2015).
Zat besi ini berguna untuk mencegah terjadinya anemia pada saat kehamilan
yang dapat menyebabkan resiko untuk terjadinya perdarahan saat persalinan. Tablet Fe ini
sebaiknya diminum pada malam hari setelah makan sebelum tidur untuk mengurangi efek
mual (Azzam, 2012).
Saat kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih banyak dibandingkan
saat tidak hamil. Kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin tunggal adalah: a) 200-
600 mg untuk memenuhi peningkatan massa sel darah merah; b) 200-370 mg untuk
janin yang bergantung pada berat lahirnya; c) 150-200 mg untuk kehilangan eksternal,
d) 30-170 mg untuk tali pusat dan plasenta; e) 90-130 mg untuk menggantikan darah
yang hilang saat kelahiran. Dengan demikian kebutuhan total zat besi pada
kehamilan berkisar antara 800 mg, 500 mg untuk pertambahan sel darah merah dan 300
mg untuk janin dan plasenta (Kartikasari, 2010).
Untuk mengatasi kehilangan ini, ibu hamil memerlukan rata-rata 3,5- 4mg
zat besi per hari. Kebutuhan zat besi tiap trimester sebagai berikut :
1) Trimester I : Kebutuhan zat besi ± 1 mg per hari (kehilangan basal 0,8 mg per hari)
ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.
2) Trimester II : Kebutuhan zat besi ± 5 mg per hari (kehilangan basal 0,8 mg per hari)
ditambah 300 mg untuk sel darah merah dan 115 mg untuk konsepsi.
3) Trimester III : Kebutuhan zat besi ± 5 mg per hari (kehilangan basal 0,8 mg per hari)
ditambah 150 mg untuk sel darah merah dan 223 mg untuk konsepsi.
2.3.4 Efek Samping Tablet Fe
Efek samping setelah mengonsumsi tblet Fe yang dialami oleh sebagian ibu hamil
telah lama diyakini sebagai salah satu factor utma penyebab rendahnya kepatuhan iu.
Sebagian ibu hamil melaporkan bahwa mereka mengalami mual dan muntah setelah
mengonsumsi tablet Fe sehingga membuat mereka tidak mau melanjutkan untuk
mengonsumsi tablet Fe (Achadi, 2013).
Pencegahan anemia dengan mengkonsumsi tablet Fe memang memberikan efek
samping yang tidak menyenangkan. Ibu hamil merasa mual akibat rasa dan bau dari tablet
Fe. Selain itu, tablet Fe yang dikonsumsi setiap hari menimbulkan rasa bosan sehingga
seringkali ibu hamil lupa dan merasa malas untuk mengkonsumsinya (Budiarni, 2012).
Meskioun tablet Fe telah diberikan kepada ibu hamil, belum dapat dipastikan
apakah tablet Fe tersebut dimakan oleh ibu hamil sehingga terjadi ketidakptuhan dalam
mengkonsumsi tablet Fe (Purnama, 2014).
Ada beberapa cara yang dianjurkan untuk mengurangi keluhan dari efek samping
konsumsi tablet Fe, yaitu (Hasanah, 2010) :
1. sebaiknya tablet Fe diberikan pada saat sebelum tidur malam kaarena akan mengurangi
rasa mual.
2. Minum tablet Fe padasaat makan atau segera sesudah makan dapat mengurangi gejala
mual yang menyertai tetapi juga akan menurunkan jumlah zat besi yang di absorpsi.
3. Jika dalam mengonsumsi tablet Fe ibu mengalami sembelit, sebaiknya makan buah-
buahan atau makanan lain yang mengandung serat serta minum sedikitnya delapan
gelas cairan dalam sehari.
2.3.5 Cara konsumsi tablet Fe
Menurut (Marni, 2013), cara konsumsi tablet Fe adalah sebagai berikut:
1) Minum tablet besi dengan vitamin C karena dapat membantu menyerap zat besi di usus.
2) Hindari mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti
teh, kopi, susu, obat-obatan. Sebaiknya beri jarak waktu mengkonsumsinya sekitar 2-4
jam. Menurut (Rukiyah, 2010), cara memberikan tablet Fe yaitu dengan dosis diminum
dengan air putih satu gelas dan sebaiknya diminum menjelang tidur pada malam hari
agar mengurangi efek samping seperti mual.
2.3.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi zat besi
Menurut (Waryana, 2010), Faktor-Faktor yang mempengaruhi absorbsi Fe yaitu:
1) Bentuk Fe
Besi hem yang merupakan bagian dari hemoglobin yang terdapat dalam daging hewan
dapat diserap dua kali lipat daripada besi non hem yang berasal dari makanan nabati
2) Asam organic
Vitamin C dan asam pitrat sangat membantu penyerapan besi non hem dengan merubah
bentuk feri menjadi fero
3) Asam fitat, asam oksalat dan tanin
Ketiga jenis tersebut dam mengikat Fe sehingga menghambat penyerapannya, namun
pengaruh negative ini dapat dikurangi dengan mengkonsumsi vitamin C
4) Tingkat keasaman lambung
Keasaman lambung dapat meningkatkan daya larut besi.
5) Kebutuhan tubuh
Jika tubuh kekurangan atau kebutuhan meningkat, maka penyerapan juga akan
meningkat.
2.3.7 Sumber zat besi
Menurut (Marni, 2013) sumber baik besi adalah makanan hewani, seperti daging,
ayam, dan ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serealia turnbuk, kacang-kacangan,
sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Nilai besi berbagai bahan makanan (mg/100 gram).
Tabel 2. I Kandungan Fe dalam bahan makanan
Bahan Makanan Nilai Fe Bahan Makanan Nilai FeTempe, Kacang Kedelai murni 10.0 Biscuit 2.7Kacang kedelai kering 8.0 Jagung kuning pipil lama 2.4Kacang hijau 6.7 Roti putih 1.5Kacang merah 5.0 Beras setengah giling 1.2Kelapa tua, Daging 2.0 Daun kacang panjang 6.2Udang besar 8.0 Bayam 3.9Hati sapi 6.6 Sawi 2.6Daging sapi 2.8 Daun katuk 2.7Telur bebek 2.8 Kangkung 2.7
Telur ayam 2.7 Daung singkong 2.0Ikan segar 2.0 Pisang ambon 0.5Ayam 2.5 Keju 1.5Sumber : (Marni, 2013)
2.3.8 Kebutuhan zat besi pada ibu hamil
Kebutuhan akan zat besi pada perempuan hamil meningkat hingga 200-300%.
Sekitar 1040 mg ditimbun selama hamil, sebanyak 300 mg ditransfer ke janin, 200 mg
hilang saat melahirkan, 50-75 mg untuk pembentukan placenta 450 mg untuk pembentukan
sel darah merah, (Sulistyoningsih, 2011).
Kebutuhan zat besi akan meningkat pada trimester dua dan tiga yaitu sekitar 6,3 mg
perhari. Untuk memenuhi kebutuhan zat besi ini dapat diambil dari cadangan zat besi dan
peningkatan adaptif penyerapan zat besi melalui saluran cerna. Apabila cadangan zat besi
sangat sedikit atau tidak ada sama sekali sedangkan kandungan dan serapan zat besi dari
makanan sedikit. maka pemberian suplemen sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
zat besi ibu hamil, (Arisman, 2010).
Menurut Depkes RI dalam Waryana (2010, Departemen Kesehatan) telah
melaksanakan program penanggulangan Anemia Gizi Besi dengan cara membagikan tablet
besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu hamil sebanyak 1 tablet setiap hari
berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan setiap tablet kunyah mengandung 100
mg zat besi sebagai kompleks besi (III) Hidroksida Polimaltosa (KBP), Siklamat
(Fitrianingsih, 2009).
2.3.9 Efek samping kekurangan zat besi
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan
kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang
dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal
secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia boot dapat
meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan
bayi BBLR dan premature juga lebih besar, (Waryana, 2010).
Kekurangan oat besi dapat menyebabkan menurunnya kemampuan kerja,
kekurangan energy pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih pusing. kurang
nafsu makan, menurunnya kebugaran, kekebalan dan gangguan penyembuhan luka serta
kemampuan mengatur suhu tubuh menurun, (Marmi, 2013).
2.3.10 Pastofisiologis Zat Besi dalam Kehamilan
Gambar 2.2 Pastofisiologis Zat Besi Dalam Kehamilan
Sumber (Sarwono P, 2010)
ProteinZat besi
Eritrosit
Mengangkut Oksogen Kedalam Tubuh
Hemoglobin
Timbunan Gejala Anemia
Kekurangan Oksigen
+ -
Menghasilkan energi
Abortus
2.3.11 Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin, antara lain
1. Pengaruh anemia terhadap kehamilan
a. Bahaya selama kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan
tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi
kordis (Hb < 6 g%), molahidatidosa, hiperemesis gravidarum, pendarahan
antepanum. ketuban pecah dini (KPD).
b. Bahaya saat persalinan, gangguan His (kekuatan mengejan), kala pertama dapat
berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan
operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan
postpartum karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum
sekunder dan atonia uteri.
2.3.12 Pengobatan anemia dalam kehamilan
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan
pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data dasar kesehatan umum calon
ibu tersebut, dalam pemeriksaan kesehatan disertakan juga pemeriksaan laboratorium,
(Manuaba, 2013).