27
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1 Pengertian Laba Akuntansi Laba akuntansi biasanya dinyatakan dalam satuan uang. Keberhasilan perusahaan dapat dilihat pada tingkat laba yang diperoleh perusahaan itu sendiri karena tujuan utama perusahaan pada dasarnya adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya. Menurut Belkaoui (2007:213) Laba Akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan pendapatan yang direalisasikan dan transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Menurut Yadianti (2010:92) secara sintaktis accounting income atau laba akuntansi merupakan “hasil penandingan antara pendapatan dan beban, atau selisih antara pendapatan atau beban yang berdasarkan pada prinsip realisasi atau aturan matching yang memadai. Menurut Yulius & Yocelyn (2012) Laba akuntansi didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) no. 1 menyatakan bahwa informasi laba merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Informasi laba dapat membantu stakeholder melakukan penaksiran atas laba perusahaan di masa mendatang (Widaryanti,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Relevansi Laba Akuntansi

2.1.1 Pengertian Laba Akuntansi

Laba akuntansi biasanya dinyatakan dalam satuan uang. Keberhasilan

perusahaan dapat dilihat pada tingkat laba yang diperoleh perusahaan itu sendiri

karena tujuan utama perusahaan pada dasarnya adalah untuk memperoleh laba

yang sebesar-besarnya.

Menurut Belkaoui (2007:213) Laba Akuntansi secara operasional

didefinisikan sebagai perbedaan pendapatan yang direalisasikan dan transaksi

yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan

tersebut.

Menurut Yadianti (2010:92) secara sintaktis accounting income atau laba

akuntansi merupakan “hasil penandingan antara pendapatan dan beban, atau

selisih antara pendapatan atau beban yang berdasarkan pada prinsip realisasi atau

aturan matching yang memadai.

Menurut Yulius & Yocelyn (2012) Laba akuntansi didefinisikan sebagai

perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan dari transaksi yang terjadi

selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut.

Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) no. 1 menyatakan

bahwa informasi laba merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau

pertanggungjawaban manajemen. Informasi laba dapat membantu stakeholder

melakukan penaksiran atas laba perusahaan di masa mendatang (Widaryanti,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

9

2009). Informasi akuntansi yang memiliki kandungan informasi dibutuhkan

stakeholder dalam pengambilan keputusan sebagai tolak ukur kinerja perusahaan.

Belkaoui (2007:217) menyatakan bahwa laba akuntansi memiliki lima

karakteristik sebagai berikut:

1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari

penjualan barang atau jasa.

2. Laba akuntansi didasarkan pada posultat periodisasi dan mengacu pada kinerja

perusahaan selama periode tertentu.

3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan

pemahaman khusus tentanf definisi pengukuran dan pengakuan pendapatan.

4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran biaya (expenses) dalam bentuk cost

historis.

5. Laba akuntansi menghendaki adanya perbandingan antara pendapatan dengan

biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan.

Karakteristik laba berkaitan dengan identifikasi sifat laba sehingga

memungkinkan untuk menganalisa transaksi yang dapat mempengaruhi laba.

Kualitas laba akuntansi yang dilaporkan oleh manajemen menjadi pusat

perhatian oleh pihak external perusahaan. Laba perusahaan yang berkualitas

adalah laba akun yang memiliki sedikit atau tidak mengandung gangguan

presepsian dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang

sesungguhnya. Dari definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laba

merupakan selisih yang diperoleh dari pendapatan yang dikurangkan biaya-biaya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

10

2.1.2 Pengertian Relevansi Laba Akuntansi

Menurut Almilia dan Sulistyowati (2007) mendefinisikan relevansi

sebagai kemampuan menjelaskan (explanatory power) informasi akuntansi

terhadap harga saham. Laba akuntansi atau laba dilaporkan ditentukan

berdasarkan konsep akuntansi akrual. Laba akuntansi dikatakan relevan jika angka

laba tersebut mampu mecerminkan perubahan harga yang terdapat pada pasar

sehingga hal itu menyatakan bahwa laba akuntansi tersebut mempunyai informasi

yang berguna bagi investor. Informasi tersebut menyebabkan investor bereaksi

dan menyebabkan perubahan harga saham. Semakin tinggi nilai laba akuntansi,

maka akan menimbulkan reaksi positif dari pasar (harga saham meningkat) karena

dianggap perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik dan mampu

memberikan harga yang baik pula kepada investor.

Untuk mengukur relevansi laba akuntansi maka dapat diproksikan dengan

laba operasi. Menurut PSAK 46 (Efektif per 1 Januari 2015) rumus yang

digunakan sebagai berikut:

( ) ( ) ( )

2.1.3 Tujuan Laba

PSAK No. 25 (1994) menyatakan bahwa, laporan laba rugi merupakan

laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama periode

tertentu. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan, terutama tentang

profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi

yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di masa yang akan datang. Informasi

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

11

tersebut juga seringkali digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu

perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas di

masa yang akan datang.

2.1.4 Jenis Laba Akuntansi

Menurut Anis Chariri (2003:130) terdapat pernyataan secara implisit,

bahwa laporan laba rugi harus memuat informasi mengenai laba kotor, laba

operasi, dan laba bersih.

Berdasarkan tingkatannya, terdapat tiga jenis laba yaitu:

A. Laba Kotor (Gross Profit)

Laba kotor adalah selisih dari pendapatan perusahaan atau penjualan

dikurangi dengan biaya barang yang terjual atau harga pokok penjualan. Pada

umumnya laba kotor dapat dihitung sebagai berikut:

Penjualan (Sales) xxx

Retur Penjualan (Sales Return) xxx

Potongan Penjualan (Sales Discount) xxx –

Penjualan Bersih (Net Sales) xxx

Harga Pokok Penjualan (Cost Of Goods Sold) xxx –

Laba Kotor (Gross Profit) xxx

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

12

Pelaporan laba kotor dalam laporan laba rugi menyediakan alat untuk

mengevaluasi kinerja dan memprediksi pendapatan dimasa depan. Menurut Kieso,

Weygant, dan Warfield (2011) Laba kotor menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang dimilikinya.

B. Laba Operasi (Operating Profit)

Angka Laba Operasi adalah seliih laba kotor dengan biaya-biaya operasi.

Biaya-biaya operasi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan operasi sehari-

hari perusahaan. Beberapa perusahaan mengelompokkan biaya operasi menjadi

beban penjualan (selling expense) dan beban administrasi (administrative

expense). Beban penjualan merupakan semua beban yang dikeluarkan perusahaan

terkait dengan aktivitas penjualannya, misalnya saja promosi, beban

pengangkutan produk, beban gaji pegawai penjualan, dan lain-lain. Pada dasarnya

format laba operasi adalah sebagai berikut:

Laba Kotor (Gross Profit) xxx

Beban Operasi (Operating Expense) xxx

Laba Operasi (Operating Profit) xxx

C. Laba Bersih (Net Income)

Laba Bersih adalah selisih antara total pendapatan dikurangi dengan total

biaya, dengan kata lain, laba bersih merupakan selisih laba operasi dikurangi

dengan biaya bunga dan pajak penghasilan (PPh). Menurut Wild, Subramayan,

dan Halsey (2007) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan laba bersih adalah

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

13

komponen dalam laporan laba rugi yang terletak dibaris akhir laporan. Dengan

demikian laba bersih adalah laba yang dibagikan sebagian dalam bentuk dividen

dan sisanya merupakan laba ditahan bagi perusahaan yang bersangkutan.

Laba Operasi (Operating Profit) xxx

Biaya Bunga (Interest Expense) xxx

Pajak Penghasilan (PPh) xxx –

Laba Bersih (Net Income) xxx

Menurut Febrianto dan Widiastuty (2005), ketiga angka laba akuntansi

yakni laba kotor, laba operasi dan laba bersih bermanfaat untuk pengukuran

efisiensi manajer dalam mengelola perusahaan. Investor dan kreditor yakin bahwa

ukuran kinerja yang diutamakan dalam penilaian kinerja perusahaan adalah

ukuran kinerja yang mampu menggambarkan kondisi dan prospek perusahaan di

masa mendatang dengan lebih baik. Penilaian kinerja perusahaan didasarkan

melalui informasi pada laporan laba rugi yang menyajikan infromasi laba kotor,

laba operasi dan laba bersih. Masing-masing dari hasil laba tersebut, memiliki

kandungan informasi tersendiri yang dapat digunakan untuk memprediksi laba

dan juga aliran kas masa depan serta laba yang dihasilkan perusahaan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian laba sangat

penting dalam menilai kinerja suatu perusahaan terutama dalam pengambilan

keputusan untuk investasi.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

14

2.1.5 Keunggulan dan Kelemahan Laba Akuntansi

Menurut Belkaoui (2007:230) beberapa keunggulan dan kelemahan laba

akuntansi adalah :

Keunggulan Laba Akuntansi:

1. Laba Akuntansi masih bermanfaat membantu pengambilan keputusan

ekonomi.

2. Dapat diuji kebenarannya karena didasarkan pada transaksi atau fakta aktual

yang didukung bukti objektif.

3. Memenuhi kriteria konsevatisme artinya laba akuntansi tidak mengakui

perubahan nilai tapi hanya mengakui laba yang direalisasi.

4. Masih dipandang bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama

pertanggungjawaban.

Kelemahan Laba Akuntansi:

1. Laba Akuntansi gagal mengakui kenaikan nilai aset yang belum direalisasi

dalam suatu periode karena prinsip biaya historis dan prinsip realisasi.

2. Laba Akuntansi yang didasarkan pada prinsip biaya historis mempersulit

perbandingan laporan keuangan karena adanya perbedaan metode perhitungan

cost dan metode alokasi.

3. Laba Akuntansi didasarkan pada prinsip realisasi, biaya historis, dan

konservatisme dapat memaksimalkan menghasilkan data yang menyesatkan

dan tidak relevan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

15

Sedangkan Kieso dkk. (2010) menyatakan bahwa laporan laba rugi

memiliki keterbatasan, yaitu:

1. Item yang tidak dapat diukur dengan jelas tidak dapat dilaporkan dalam

laporan laba rugi, seperti unrealized gain or losses.

2. Laba yang dihitung kembali pada periode yang ditetapkan, seperti

penggunaan metode depresiasi yang berbeda.

3. Pengukuran laba banyak menggunakan estimasi, seperti beban depresiasi.

2.1.6 Manfaat Pelaporan Laba Akuntansi

Menurut Kieso dkk. (2010) laporan laba rugi (income statement) adalah:

“The income statement, often called the statement of income or statement

of earning is the report that measures the success of enterprise operations

for a given period of time. “

Dari pengertian di atas mendefinisikan laporan laba rugi sebagai laporan

kinerja yang mengungkapkan kesuksesan hasil operasi perusahaan pada suatu

periode tertentu.

Laporan laba rugi dapat digunakan untuk membantu pemakai laporan

keuangan memprediksi arus kas masa depan. Kieso dkk. (2010) menjelaskan

bahwa informasi laba rugi dapat digunakan oleh investor dan kreditor untuk :

1. Mengevaluasi kinerja masa lampau perusahaan. Dengan memeriksa

pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya, maka pemakai laporan laba rugi

dapat menilai kinerja perusahaan dan membandingkannya dengan perusahaan

pesaing.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

16

2. Menyediakan basis untuk memprediksi kinerja di masa yang akan datang.

Informasi kinerja masa lampau dapat digunakan dalam menentukan trend

penting yang menyediakan informasi kinerja masa mendatang.

3. Membantu menilai risiko atau ketidakpastian dari arus kas masa mendatang.

Komponen-komponen dalam informasi laba, seperti pendapatan, biaya, laba,

dan rugi menggambarkan hubungan diantara komponen tersebut dan dapat

digunakan untuk menilai risiko pada tingkat tertentu suatu arus kas di masa

mendatang.

2.1.7 Konsep Pengukuran Laba Akuntansi

Menurut Hendriksen (2000:130) menyatakan 3 (tiga) konsep laba yaitu

sebagai berikut :

1. Konsep laba sintaktik (struktural)

Pada tingkat sintaktik, konsep laba dihubungkan dengan konvensi (kebiasaan)

dan aturan yang logis serta konsisten dengan berdasarkan pada premis dan

konsep yang telah berkembang dari praktik akuntansi yang ada. Makna

semantik laba yang dikembangkan pada akhirnya harus dapat dijabarkan

dalam tataran sintakik. Salah satu bentuk penjabarannya adalah

mendefinisikan laba sebagai selisih pengukuran dan penandingan antara

pendapatan dan biaya. Konsep laba dalam tataran sintaktik membahas

mengenai bagaimana laba diukur, diakui, dan disajikan. Terdapat beberapa

kriteria atau pendekatan dalam konsep ini, yaitu pendekatan transaksi,

pendekatan kegiatan, dan pendekatan pemertahanan capital.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

17

Terdapat 3 (tiga) pendekatan pada tingkat sintaktis ini, yaitu:

a. Pendekatan transaksi, pada prinsipnya pendekatan ini mencatat perubahan

nilai aset dan kewajiban hanya bila diakibatkan dari suatu transaksi baik

transaksi internal maupun transaksi eksternal.

b. Pendekatan kegiatan, pada prinsipnya menitikberatkan pada penjelasan

suatu kejadian atau aktivitas perusahaan daripada pelaporan suatu

transaksi.

c. Konsep pemertahanan capital muncul karena adanya gagasan bahwa

entitas berhak mendapatkan kembalian atau imbalan dan menikmatinya

setelah capital dipertahankan keutuhannya atau pulih seperti sediakala.

Harapan umum dalam kegiatan bisnis adalah kapital atau investasi yang

tertanam selalu berkembang.

2. Konsep laba semantik (interpretatif)

Pada konsep ini, laba ditelaah melalui hubungannya dengan realita ekonomi.

Dalam usahanya memberikan makna interpretatif dari konsep laba akuntansi.

Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa

yang harus dilekatkan oleh perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen

laba sehingga laba bermanfaat dan bermakna sebagai informasi. Terdapat

beberapa konsep atau fungsi laba dalam tataran semantik, yaitu: pengukuran

kinerja, konfirmasi harapan investor, dan sebagai estimator laba elektronik.

Para akuntan seringkali merujuk kepada tiga konsep ekonomi, yaitu:

a. Sebagai pengukur kinerja, laba dapat diinterpretasikan sebagai pengukur

keefisienan (efsiensi) bila dihubungkan dengan tingkat investasi karena

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

18

efisiensi secara konseptual merupakan suatu hubungan atau indeks. Oleh

investor, laba sebagai pengukur efisiensi digunakan dalam bentuk

kembalian atas investasi. Laba dapat merepresentasikan kinerja efisiensi

karena laba menetukan ROI, ROA, dan ROE sebagai pengukur efisiensi.

b. Sebagai konfirmasi harapan investor, perekayasaan pelaporan juga

berusaha menyediakan informasi untuk meyakinkan bahwa harapan-

harapan investor atau pemakai lainnya di masal lalu tentang kinerja

perusahaan memang terealisasi, sehingga laba dapat diinterpretasikan

sebagai sarana mengkonfirmasi harapan-harapan tersebut.

c. Laba ekonomik adalah laba dari kacamata investor karena keperluan untuk

menilai investasi dalam saham yang dalam banyak hal bersifat subjektif.

3. Konsep laba pragmatis (perilaku)

Tataran pragmatik dalam teori komunikasi kepentingan untuk menentukan

apakah pesan sampai kepada penerima dan mempengaruhi perilaku

sebagaimana diarah, sedangkan dalam teori akuntansi tataran pragmatik

membahas mengenai apakah informasi laba bermanfaat atau apakah informasi

laba nyatanya digunakan. Beberapa pendekatan laba dalam konsep laba

tataran pragmatik yaitu prediktor aliran kas, sarana kontak efisien, alat

pengendalian manajemen, dan kandungan informasi laba dalam teori pasar

efisien.

Terdapat 5 (lima) pendekatan pada tingkat pragmatis ini, yaitu:

a. Berdasarkan pendekatan prediktor aliran kas ke investor, hubungan logis

antara laba dan aliran kas ke investor an kreditor sebagaimana dinyatakan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

19

oleh FASB dalam tujuan pelaporan keuangan dapat membantu investor

dan kreditor dalam mengembangkan model untuk memprediksi aliran kas

ke mereka guna menilai investasi atau kapitalnya.

b. Laba dan Harga Saham

Laba merupakan prediktor aliran kas masa depan ke investor digunakan

untuk menentukan apa yang disebut nilai intrinsik sekuritas atau saham,

dan nilai intrinik inilah yang akan menentukan harga saham di pasar

modal pada saat tertentu.

c. Pendekatan yang lain adalah perkontrakan efisiensi. Teori ini merupakan

bagian atau turunan dari teori keagenan, sehingga didasarkan atas berbagai

aspek dan implikasi hubungan keagenan. Pemasukan angka akuntansi

(angka laba) dalam kontrak sehingga kontrak menjadi efisien.

d. Laba juga dapat digunakan sebagai pengendalian manajemen, yaitu

sebagai pengukur kinerja divisi atau manajernya. Perilaku manajer

dikendalikan melalui laba dengan cara mengaitkan kmpensasi dengan laba

sebagai pengukur kinerja.

e. Efisiensi pasar dalam kaitannya dengan konsep laba dalam tataran

pragmatik harus dikaitkan dengan sistem informasi dengan segala regulasi

yang berlaku dalam lingkup beroperasinya pasar modal.

2.2 Relevansi Nilai Buku

2.2.1 Pengertian Nilai Buku

Nilai buku ekuitas (equity book value) merupakan nilai saham menurut

pembukuan perusahaan emiten. Menurut Hartono (2013:154), nilai buku (book

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

20

value) per lembar saham menunjukkan aset bersih (net assets) yang dimiliki oleh

pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aset bersih adalah

sama dengan total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar, maka nilai

buku per lembar saham adalah total ekuitas yang terdiri dari nilai nominal saham

beredar, agio saham, modal disetor dan laba ditahan, dibagi dengan jumlah saham

yang beredar. Untuk mengukur nilai buku per saham maka dapat dilakukan

dengan cara membagi antara total ekuitas dengan jumlah saham yang beredar.

Ukuran ini berdasarkan pada penelitian Kusumo (2013) serta Adhani (2014).

Nilai buku =

Nilai buku (book value) dikatakan sebagai salah satu penilaian saham

selain nilai pasar (markert value) dan nilai intrinsik (intrinsic value) beberapa

nilai yang berhubungan dengannya antara lain : (1) Nilai nominal suatu saham

yaitu nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap – tiap lembar saham; (2) Agio

saham yaitu selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaannya

dengan nilai nominal sahamnya; (3) Nilai modal disetor (paid in capital)

merupakan total nilai yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan

emiten untuk diukur dengan saham baik saham preferen maupun saham biasa; (4)

laba ditahan (retained earning) merupakan laba yang tidak dibagikan kepada

pemegang saham, laba yang tidak dibagi ini diinvestaskan kembali ke perusahaan

sebagai sumber modal internal (Oktaviana,2013).

2.2.2 Pengertian Relevansi Nilai Buku

Menurut Ohlson (1995) bahwa nilai buku (book value) juga merupakan

faktor yang relevan dalam penilaian. Nilai buku diduga memiliki relevansi nilai

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

21

karena nilai buku merupakan pengganti (proksi) untuk pendapatan normal masa

depan yang diharapkan serta merupakan proksi untuk nilai adaptasi dan nilai

penolakan.

Menurut Collins, Maydew & Weiss (1997) peran nilai buku (book value)

tidak dapat diabaikan karena nilai buku ekuitas juga merupakan faktor yang

relevan dalam menjelaskan nilai ekuitas. Variabel nilai buku dapat menghilangkan

bias yang terjadi pada model kapitalisasi laba sederhana yang berasumsi bahwa

hubungan laba dan harga adalah positif dan homogen.

2.3 Investasi

Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersediaan informasinya

saja atau dapat dilihat tidak hanya dari ketersediaan informasi, tetapi dilihat dari

kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari

informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi disebut

dengan efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market).

Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan anatar

harga sekuritas dengan informasi. Fama (1970) dalam Hartono (2013:548)

menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga

macam bentuk dari informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi sekarang yang

sedang dipublikasikan dan informasi privat sebagai berikut :

1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas

mencerminkan secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Bila tingkat

efisiensi bentuk lemah ini tercapai, berarti tidak seorang investorpun mendapat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

22

keuntungan di atas normal (abnormal return), dengan mempelajari gerakan

harga-harga sekuritas historis untuk memprediksi gerakan dan arah harga

sekuritas pada periode yang akan datang karena gerakan harga sekuritas

tersebut bersifat acak (random walk), sehingga sangat sulit memprediksi arah

perubahan harga periode yang akan datang.

2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)

Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara

penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all

publicly available information) termasuk informasi yang berada di laporan-

laporan keuangan perusahaan emiten.

3. Efisiensi pasar bentuk kuat (storng form)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas

secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang etrsedia

termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak

ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh

keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi

privat.

Tujuan membedakan ke dalam tiga macam bentuk pasar efisien ini adalah

untuk mengklasifikasikan penelitian empiris terhadap efisiensi pasar. Ketiga

bentuk pasar efisien ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan

ketiga bentuk pasar efisien ini berupa tingkatan yang kumulatif, bentuk lemah

merupakan bagian dari bentuk setengah kuat dan setengah kuat merupakan

bagian dari bentuk kuat, seperti terlihat di Gambar 2.1.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

23

Gambar 2.1

Tingkatan Kumulatif dari ketiga bentuk pasar efisien.

2.3.1 Pengertian Investasi

Pada umumnya informasi mengenai laba bersih perusahaan dapat

diperoleh berbagai pihak, apabila perusahaan telah berstatus go-public, maka

perusahaan tersebut telah memberikan sebagian kepemilikannya untuk dapat

dimiliki oleh pihak lain, baik individu maupun kelompok. Pasar modal merupakan

salah satu tempat untuk bisa memiliki sebagian kepemilikan berupa saham.

Menurut Tendelilin (2010: 2) investasi didefinisikan sebagai berikut:

“Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya

yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di

masa yang akan datang.”

Investasi merupakan kegiatan menunda konsumsi untuk mendapatkan

(nilai) konsumsi dan sejumlah uang atau harta (aktiva) yang dapat digunakan

dalam jangka waktu panjang untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan

Pasar efisien bentuk kuat

Pasar efisien bentuk setenagh kuat

Pasar efisien

bentuk lemah

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

24

datang. Investasi yang dilakukan perusahaan untuk memperlancar proses

operasinya berupa investasi pada aset dan pada modal kerja.

2.3.2 Keputusan Investasi

Keputusan investasi berhubungan langsung dengan perusahaan, dalam

artian bahwa keputusan investasi erat kaitannya dengan kegiatan investasi yang

dilakukan oleh perusahaan. Sudana (2011: 6) menyatakan bahwa: “keputusan

investasi berkaitan dengan proses pemilihan satu atau lebih alternatif investasi

yang dinilai menguntungkan dari sejumlah alternatif investasi yang tersedia bagi

perusahaan”.

Suatu investasi dikatakan menguntungkan (profitable) kalau investasi

tersebut bisa membuat pemodal menjadi lebih kaya. Dengan kata lain,

kemakmuran pemodal menjadi lebih besar setelah melakukan investasi.

Pengertian ini konsisten dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan

(Husnan dan Pudjiastuti, 2004: 6). Perusahaan menggunakan dana dengan

harapan mampu menghasilkan kas balik (cash in flow) pada waktu mendatang

melebihi nilai investasi awal selama satu periode. Keputusan investasi dimulai

dengan identifikasi peluang investasi, yang sering disebut dengan proyek investasi

modal. Manajer keuangan harus membantu perusahaan mengidentifikasi tiap

proyek. Keputusan investasi juga disebut dengan keputusan penganggaran modal,

karena sebagian besar perusahaan mempersiapkan anggaran tahunan yang terdiri

dari investasi modal yang disahkan (Brealey, Myers, Marcus, Alan 2008: 8).

Keputusan investasi berhubungan langsung dengan perusahaan, dalam

artian bahwa keputusan investasi erat kaitannya dengan kegiatan investasi yang

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

25

dilakukan oleh perusahaan. Menurut Riyanto (2008: 256), keputusan investasi

mungkin merupakan keputusan yang paling penting di antara ketiga bidang

keputusan lainnya, karena keputusan mengenai investasi ini akan berpengaruh

secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan

untuk waktu-waktu yang berikutnya. Capital budgeting yang merupakan aspek

utama dari jenis keputusan ini, adalah pengalokasian dana yang pada berbagai

usul investasi yang manfaatnya baru dirasakan di waktu yang akan datang.

Dengan demikian keputusan investasi ini akan menentukan keseluruhan jumlah

aset yang ada pada perusahaan. Komposisi dari aset-aset tersebut, serta tingkat

risiko usahanya.

2.3.3 Teori yang Melatarbelakangi Keputusan Investasi

1. Signalling Theory

Menurut Brigham dan Houston (2001: 78) isyarat atau sinyal adalah

adalah salah satu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk

bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.

Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh

manajemen untuk merealisasikan keinginan publik.

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Spense di dalam artikelnya tahun

1973. Teori tersebut menyatakan bahwa pengeluaran investasi memberikan

sinyal positif terhadap pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang

(Wahyudi dan Pawestri, 2006: 5). Teori ini menunjukkan bahwa pengeluaran

investasi yang dilakukan oleh perusahaan memberikan sinyal, khususnya

kepada investor maupun kreditur bahwa perusahaan tersebut akan tumbuh di

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

26

masa mendatang. Pengeluaran investasi yang dilakukan oleh manajer pastinya

telah memperhitungkan return yang akan diterima dan hal tersebut sudah pasti

akan memilih pilihan yang paling menguntungkan perusahaan.

2. Fisherian’s Theory

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Fisher pada tahun 1973, yang

merupakan ekonom neoklasik berkebangsaan Amerika. Teori tersebut

menyatakan bahwa dengan adanya asimetri informasi antara investor dengan

manajemen maka investor sebagai pihak luar tidak dapat melihat perilaku

manajemen dalam membuat keputusan investasi sehingga akan melakukan

investigasi perilaku manajer melalui sisi lain. Perilaku-perilaku manajer

lainnya yang dapat menunjukkan pembuatan keputusan investasi adalah

melalui kebijakan struktur modal.

2.3.4 Mengukur Tingkat Investasi

Keputusan investasi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan

menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki pilihan-pilihan atau

kesempatan investasi (investment opportunity set - IOS) untuk meningkatkan

pertumbuhan perusahaan. Keputusan investasi sering digambarkan oleh banyak

peneliti dalam Investment Opportunity Set (IOS).

Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang

luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat

bergantung pada pilihan pengeluaran modal yang dilakukan perusahaan di masa

yang akan datang. Hal tersebut yang menyebabkan IOS tidak dapat di observasi

sehingga membutuhkan proksi untuk mengukurnya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

27

Hasnawati (2005: 118), tiga proksi IOS yang banyak digunakan dalam

penelitian sebelumnya adalah:

(1) Proksi IOS berbasis harga (price based proxies), mendasarkan pada

perbedaan antara asset dan nilai pasar saham. Jadi proksi ini sangat

tergantung pada harga saham. Proksi ini mendasarkan pada suatu ide yang

menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial

dinyatakan dengan harga saham, selanjutnya perusahaan yang memiliki

pertumbuhan tinggi akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif

dari aset-aset yang dimiliki (assets in place). Rasio-rasio yang telah

digunakan beberapa penelitian yang berkaitan dengan proksi pasar yaitu:

1. Market to book value equity

2. Tobin’s Q

3. Ratio of property, plant, and equipment to firm value

4. Ratio of depreciation to firm value

5. Market to book value of assets

6. Earning to prove ratio

(2) Proksi IOS berbasis investasi (investment based proxies) menunjukkan

tingkat aktivitas investasi yang tinggi secara positif berhubungan dengan IOS

perusahaan. Perusahaan dengan IOS tinggi akan memiliki investasi yang

tinggi. Selanjutnya ditemukan bahwa aktivitas investasi modal yang diukur

dengan ratio capital expenditures to assets sebagai proksi IOS mempunyai

hubungan positif dengan realisasi pertumbuhan. Rasio yang sering digunakan

oleh peneliti antara lain:

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

28

1. Rasio investment to net sales

2. Rasio capital expenditure to book value asset

3. Rasio capital expenditure to market value of asset

(3) Proksi IOS berbasis varian (variance measure), mendasarkan pada ide pilihan

akan menjadi lebih bernilai sebagai variabilitas dari return dengan dasar pada

peningkatan asset. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian antara

lain:

1. Varian return

2. Beta asset

Proksi IOS yang digunakan dalam penelitian ini adalah Market to Book

Value Equity (MBVE), dengan rumus sebagai berikut:

MBVE = Jumlah Saham Beredar x Closing Price

Total Ekuitas

Keterangan :

Jumlah lembar saham yang beredar = Jumlah lembar saham beredar

Closing Price = Harga jual penutupan saham Akhir

Total Ekuitas = Total Ekuitas

Market to Book Value of Equity adalah rasio nilai buku ekuitas

terhadap nilai pasar, merupakan alat untuk mengukur IOS yang dianggap paling

baik untuk menggambarkan IOS perusahaan. Rasio ini mencerminkan bahwa

pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan dari return yang

diharapkan dari ekuitasnya.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

29

2.4 Penelitian Terdahulu

Dontoh, Radhakrishnan & Ronen (2004) dalam penelitiannya menyatakan

mulai terjadi penurunan temporal terhadap relevansi nilai informasi akuntansi.

Penelitian tersebut secara spesifik membuktikan bahwa ketika non-information-

based (NIB) dari aktifitas perdagangan meningkat, mengakibatkan penurunan

dalam hubungan informasi akuntansi terhadap harga saham.

Penelitian El-Shamy & Kayed (2005) yang menguji kembali relevansi

nilai informasi akuntansi setelah diterapkannya IFRS di Kuwait, berhasil

membuktikan bahwa laba dan nilai buku secara individu memiliki hubungan

positif dan signifikan terhadap harga saham. Laba menjadi kurang relevan dan

nilai buku menjadi tidak relevan jika perusahaan memiliki laba negatif. Penelitian

tersebut juga menemukan bahwa model penelitian ini cocok untuk menguji sektor

industri dan makanan, dan kemudian diikuti oleh sektor jasa dan sektor keuangan.

Penelitian Collins, Maydew, & Weiss (1997) membuktikan relevansi laba

dan nilai buku menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu dan relevan untuk

digunakan sebagai dasar ekspetasi investor masa mendatang. Di Indonesia,

penelitian yang dilakukan Kusuma (2006) membuktikan bahwa laba dan nilai

buku ekuitas tidak kehilangan relevansinya sebagai indikator untuk menilai

kinerja suatu perusahaan. Dari hasil penelitian-penelitian tersebut dapat

diindikasikan bahwa laba dan nilai buku masih merupakan variabel penting dalam

proses penilaian perusahaan. Laba lebih dominan dalam model penilaian daripada

nilai buku untuk penerapan di institusi keuanga, jasa, investasi dan sektor real

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

30

estate, sedangkan jika diterapkan di sektor industri hubungan nilai buku terhadap

harga saham lebih dominan.

Penelitian relevansi nilai di Indonesia juga dilakukan oleh Mayangsari

(2004) yang menguji tentang relevansi nilai informasi akuntansi pada periode

krisis keuangan tahun 1995-1998. Penelitian tersebut menemukan bahwa laba dan

nilai buku tetap memiliki relevansi nilai meskipun dalam kondisi krisis ekonomi.

2.5 Kerangka Pemikiran

Teori dasar pada istilah relevansi nilai informasi akuntansi (Laba

akuntansi dan Nilai Buku) berasal dari Clean Surplus Theory. Clean Surplus

Theory mengasumsikan bahwa investor memiliki keyakinan dan pilihan yang

sama serta terdapat hubungan surplus bersih antara ekuitas dan laba (Subekti,

2012). Teori ini memberikan rerangka yang konsisten dengan perspektif

pengukuran dengan menunjukkan bagaimana nilai pasar dari perusahaan dapat

dilihat dari neraca dan komponen laba rugi (Scott, 2009).

2.5.1 Pengaruh Relevansi Laba Akuntansi (X1) dengan Keputusan Investasi

(Y)

PSAK 46 per 1 Jan 2015 mendefinisikan laba akuntansi adalah laba atau

rugi selama satu periode sebelum dikurangi pajak. Laba akuntansi mencerminkan

informasi kinerja perusahaan, yang dilihat investor dalam pengembalian atas

saham yang dimilikinya (Brigham dan Houston, 2010). Jika laba akuntansi suatu

perusahaan menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu, maka investor akan

tertarik untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut, dengan

demikian semakin tinggi laba maka harga saham yang dimiliki perusahaan akan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

31

semakin meningkat pula (Simamora, 2000). Semakin besar laba suatu perusahaan,

maka kecenderungan yang ada adalah semakin tinggi keputusan investasi. Hal ini

terjadi karena laba perusahaan pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan

dan meningkatkan kekayaan pemegang saham, sehingga investor akan yakin

untuk menginvestasikannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Shamki & Rahman (2012), menguji

relevansi nilai earnings dan book value secara individu dan simultan dengan

menggunakan price model dan return model. Penelitian ini menemukan bahwa

earnings lebih penting dalam menjelaskan variance pada harga saham

dibandingkan dengan book value.

2.5.2 Pengaruh Relevansi Nilai Buku (X2) dengan Keputusan Investasi (Y )

Menurut Murhadi (2009:148) ada beberapa alasan mengapa investor

menggunakan rasio harga terhadap nilai buku dalam analisis investasi: pertama,

nilai buku sifatnya relatif stabil. Bagi investor yang kurang percaya terhadap

estimasi arus kas, maka nilai buku merupakan cara yang paling sederhana untuk

membandingkannya. Kedua, adanya praktik akuntansi yang relatif standar

diantara perusahaan-perusahaan menyebabkan price to book value dapat

dibandingkan antar berbagai perusahaan akhirnya dapat memberikan signal

kepada investor.

Menurut Sulistiono (2010) nilai buku adalah angka rasio yang menjelaskan

seberapa kali seorang investor bersedia membayar sebuah saham untuk setiap

nilai buku per sahamnya dalam keputusan investasinya serta nilai buku digunakan

karena memberikan gambaran seberapa kali investor mengapresiasi sebuah saham

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

32

berdasarkan nilai buku per lembar sahamnya dalam pengambilan keputusan

investasinya.

Investor menggunakan nilai buku untuk mengetahui kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba per lembar saham di masa mendatang.

Sebagai informasi akuntansi yang digunakan untuk keputusan investasi, pokok

informasi nilai buku akan direfleksi dalam harga pasar saham. Semakin tinggi

nilai buku maka harga saham akan semakin tinggi. Oleh karena itu, pokok

informasi nilai buku yang dimiliki oleh suatu perusahaan, akan mempengaruhi

keputusan investasi.

Andriantomo & Yudianti (2013) berpendapat bahwa sistem akuntansi

dapat memberikan informasi yang saling melengkapi tentang nilai buku dan laba.

Nilai buku yang berasal dari neraca memberikan informasi tentang nilai bersih

sumber daya perusahaan. Sedangkan laba yang berasal dari laporan laba rugi

mencerminkan hasil usaha perusahaan dalam memberdayakan sumber dayanya

saat ini.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan bukti empiris

pengaruh angka akuntansi yaitu nilai buku dan laba per saham dengan harga

saham per saham. Laba per saham merupakan angka akuntansi yang berpengaruh

terhadap nilai pasar saham yang diukur melalui harga saham (Ali, 1994). Graham

et al. (2000) menemukan tingkat pengaruh nilai buku terhadap harga saham lebih

besar daripada tingkat pengaruh laba per saham atau dividen dengan harga pasar

saham, terutama pada saat terjadinya krisis ekonomi di suatu negara.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

33

Berdasarkan penjelasan diatas, maka Model Kerangka Pemikiran yang

dapat digambarkan adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

2.6 Hipotesis

Kerangka Model Pemikiran yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan

ke dalam hipotesis penelitian sebagai berikut :

H0 : β1 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara relevansi laba

akuntansi terhadap Keputusan Investasi pada Perusahaan Sub

Sektor Barang Konsumsi .

Relevansi Laba

Akuntansi (X1)

Relevansi Nilai

Buku (X2)

Keputusan Investasi (Y)

H1

H2

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relevansi Laba Akuntansi 2.1.1

34

H1 : β1 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara relevansi laba akuntansi

terhadap Keputusan Investasi pada Perusahaan Sub Sektor Barang

Konsumsi.

H0 : β2 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara relevansi nilai

buku terhadap Keputusan Investasi pada Perusahaan Sub Sektor

Barang Konsumsi.

H1 : β2 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara relevansi nilai buku

terhadap Keputusan Investasi pada Perusahaan Sub Sektor Barang

Konsumsi.