21
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasi Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika (Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan). Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diproduksi dan diedarkan harus memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan (PP RI No.72 /1998: II:2 ). 1. Kosmetika Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, dan mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2003). Menurut bahan-bahan yang digunakan dan cara pembuatannya, kosmetika dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu kosmetika tradisional dan kosmetika modern. Kosmetika tradisional dibuat dari bahan- bahan alam dan diolah menurut resep dan cara pengolahan yang turun temurun dari nenek moyang. Sedangkan kosmetika modern dibuat dari zat zat kimia, yang susunan dan takarannya diketahui dengan pasti dan diolah secara ilmiah dan modern. Menurut kegunaannya, kosmetik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kosmetik riasan (make-up), dan kosmetik perawatan kulit. Kosmetik riasan (make-up) adalah kosmetik yang diperlukan untuk merias atau memperindah penampilan kulit. Sedangkan, kosmetik perawatan kulit atau skin care adalah kosmetik yang diutamakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan kulit, bahkan kadang-kadang untuk menghilangkan kelainan-kelainan pada kulit (Tranggono, 30 : 1992). a. Sabun Sabun adalah kosmetika paling tua yang dikenal manusia, dan merupakan bahan pembersih kulit yang dipakai selain untuk membersihkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sediaan Farmasi

Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika

(Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan). Sediaan farmasi dan

alat kesehatan yang diproduksi dan diedarkan harus memenuhi persyaratan

mutu, keamanan, dan kemanfaatan (PP RI No.72 /1998: II:2 ).

1. Kosmetika

Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan

pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ

genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk

membersihkan, mewangikan, dan mengubah penampilan, dan/atau

memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi

baik (BPOM RI, 2003).

Menurut bahan-bahan yang digunakan dan cara pembuatannya,

kosmetika dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu kosmetika

tradisional dan kosmetika modern. Kosmetika tradisional dibuat dari bahan-

bahan alam dan diolah menurut resep dan cara pengolahan yang turun

temurun dari nenek moyang. Sedangkan kosmetika modern dibuat dari zat zat

kimia, yang susunan dan takarannya diketahui dengan pasti dan diolah secara

ilmiah dan modern.

Menurut kegunaannya, kosmetik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

kosmetik riasan (make-up), dan kosmetik perawatan kulit. Kosmetik riasan

(make-up) adalah kosmetik yang diperlukan untuk merias atau memperindah

penampilan kulit. Sedangkan, kosmetik perawatan kulit atau skin care adalah

kosmetik yang diutamakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan kulit,

bahkan kadang-kadang untuk menghilangkan kelainan-kelainan pada kulit

(Tranggono, 30 : 1992).

a. Sabun

Sabun adalah kosmetika paling tua yang dikenal manusia, dan

merupakan bahan pembersih kulit yang dipakai selain untuk membersihkan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

6

juga untuk pengharum kulit. Sabun merupakan istilah umum untuk garam

asam lemak rantai panjang. Sabun terdiri atas substansi alkali kuat ( NaOH,

dan KOH) dan asam lemak (asam lemak jenuh dan tidak jenuh)

(Wasitaatdmadja,1997).

Sabun adalah sediaan pembersih kulit yang dibuat dari proses

saponifikasi atau netralisasi dari lemak, minyak, wax, rosin atau asam dengan

basa organik atau anorganik tanpa menimbulkan iritasi pada kulit (SNI

3532, 2016).

Sabun dibuat berdasarkan reaksi kimia dari pencampuran minyak dengan

larutan yang sifatnya basa. Minyak dan larutan alkali ini disebut bahan baku

utama pembuat sabun. Minyak yang umum digunakan adalah minyak sawit,

minyak kelapa, dan minyak zaitun. Sedangkan bahan alkali yang umum

digunakan adalah kalium hidroksida dan natrium hidroksida (Muliyawan

dan Suriana, 2013: 253).

Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi

(Sumber :Syamsul: 2010)

Berdasarkan bentuknya maka sabun dibagi menjadi beberapa jenis :

1) Sabun cair

Berbentuk cair memiliki kekentalan bervariasi. Sabun bisa menjadi cair

atau kental, bergantung pada bahan yang digunakan. Sabun untuk muka

biasanya lebih cair daripada sabun untuk badan. Sabun cair dibuat dengan

basa kuat KOH dan sabun ini dikenal dengan sabun lunak (soft soap)

2) Sabun batang

Sabun yang memiliki bentuk padat, sabun jenis ini harus disimpan dengan

baik. Bila wadah penyimpanan terkena air, maka lama - lama sabun akan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

7

cepat habis. Sabun ini dibuat dengan basa kuat NaOH maka sabun padat juga

dikenal dengan sabun keraas (hard soap).

3) Sabun gel

Sabun bentuk gel, hampir sama dengan sabun cair sehingga

pembuatannya menggunakan basa kuat KOH sama seperti sabun cair. Biasa

dipakai untuk sabun muka atau sabun jenis lainnya (Muliyawan dan Suriana,

2013:255).

Berdasarkan jenisnya, sabun dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

1) Sabun opaque

Merupakan jenis sabun yang biasa digunakan sehari-hari yang tidak

tembus cahaya.

2) Sabun transparan

Merupakan sabun yang paling banyak meneruskan cahaya jika batang

sabun dilewatkan cahaya

3) Sabun translucent

Merupakan sabun yang sifatnya berada di antara sabun transparan dan

sabun opaque (Gunawan, 2011 dikutip dalam Bunta dkk, 2013).

b. Sabun Padat Transparan

Sabun transparan adalah jenis sabun untuk muka ( kecantikan) dan untuk

mandi yang dapat menghasilkan busa lebih lembut di kulit, dapat digunakan

untuk merawat kulit karena mengandung bahan – bahan yang berfungsi

sebagai humektan (moisturizer), dan penampakannya berkilau jika

dibandingkan dengan jenis sabun opaque dan sabun translucent (Widyasanti,

dan Hasna, 2016).

Sabun transparan memiliki tampilan yang menarik, berkelas dan mewah

sehingga membuat sabun transparan dijual dengan harga yang relatif mahal,

dan dapat dijadikan cinderamata atau souvenir yang memberikan kesan

sangat unik dan memberikan tampilan yang eksklusif. Selain itu, sabun

transparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai

penghantar obat yang baik (Widyasanti dan Rohani, 2017).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

8

Formula Sabun Padat Transparan

Formula I Formula II

Minyak zaitun 6.00 VCO 9,6%

Minyak jarak 6.00 Minyak Zaitun 8%

NaOH 30 % 19.40 Asam stearat 6,4%

NaCl 0.20 Larutan NaOH 30% 16%

Gliserin 9.40 Gliserin 12%

Sukrosa 50% 13.40 Etanol 96% 31%

Etanol 96% 15.00 Sukrosa 4%

Cocoamide DEA 1.00 Asam sitrat 4,6%

Trietanolamine 1.00 Cocoamino DEA 4%

Metil paraben 0.15 Aquadest 4,4%

Butil hidroksitoluen 0.01 (Febriyenti, Sari, Nofita, 2014)

Propil paraben 0.03

Aquadest 6.50

(Agustini dan Winarni, 2014)

Formula III Formula IV

Asam stearat 6.5% Asam Stearat 6.5%

NaOH 30% 25% VCO 15%

Minyak kelapa 20% Minyak zaitun 6%

Etanol 96% 16% NaOH 20%

Gliserin 15% Etanol 96% 17%

Asam sitrat 4% Gliserin 12%

Gula 5% Sukrosa 10%

Cocoamide DEA 5% TEA 2%

Air ad 100% Asam sitrat 4.5%

(Supandi, Gantini 2011) BHT 0.1%

Cocobetain 2%

Oleum citri 0.5%

Aquadest 4.4 %

(Wahyuni, 2018)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

9

Faktor yang mempengaruhi transparansi sabun adalah :

1) Kandungan alkohol

Etanol digunakan sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun

transparan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak.

2) Gula

Gula bersifat humektan, dikenal membantu pembusaan sabun. Semakin

putih warna gula akan semakin jernih sabun transparan yang dihasilkan.

Terlalu banyak gula, produk sabun menjadi lengket, pada permukaan sabun

keluar gelembung kecil-kecil. Gula yang paling baik untuk sabun transparan

adalah gula yang apabila dicairkan berwarna jernih seperti gliserin, karena

warna gula sangat mempengaruhi warna sabun transparan akhir. Gula lokal

yang berwarna agak kecoklatan, hasil sabun akhir juga tidak bening, jernih

tanpa warna tetapi juga agak kecoklatan.

3) Gliserin

Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak

nabati dengan air untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan

humektan sehingga dapat ber fungsi sebagai pelembap pada kulit. Pada

kondisi atmosfer sedang ataupun pada kondisi kelembaban tinggi, gliserin

dapat melembabkan kulit dan mudah di bilas. Ketika sabun akan dibuat jernih

dan bening maka hal yang paling essensial adalah kualitas gula, alkohol dan

gliserin. Oleh karena itu pemilihan material dipertimbangkan dengan warna

dan kemurniannya (Arita dkk, 2009).

Komponen penyusun sabun padat transparan :

1) Minyak

Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa

trigliserida. Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku

pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara

12 sampai 18. Adapun jenis minyak yang biasa dipakai sebagaibahan baku

pembuatan sabun diantaranya minyak kelapa sawit (palm oil), minyak cacao,

minyak alpukat, minyak almond, minyak kacang, dan minyak zaitun (olive

oil) (Arlene, 2010).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

10

2) Sodium Hidroksida (NaOH)

NaOH atau kaustik soda merupakan senyawa alkali yang bersifat basa

berbentuk butiran atau keping yang sangat higroskopis. NaOH akan bereaksi

dengan minyak membentuk sabun lewat reaksi saponifikasi.

3) Asam stearat

Asam stearat membantu untuk mengeraskan sabun. Penggunaan terlalu

banyak menyebabkan sabun kurang berbusa, jika terlalu sedikit sabun tidak

mengeras.

4) Gliserin

Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak

nabati dengan air. Gliserin merupakan humektan sehingga berfungsi sebagai

pelembab kulit.

5) Alkohol

Alkohol adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun sehingga

sabun menjadi bening atau transparan. Untuk terjadi transparansi sabun harus

benar-benar larut.

6) Gula

Gula Bersifat humektan dan membantu pembusaan sabun. Semakin putih

warna gula akan semakin transparan sabun yang dihasilkan.

7) Pewarna

Penggunaan pewarna untuk memperindah penampilan masih menjadi

perdebatan. Penggunaan pewarna ditakutkan akan membahayakan karena

kulit merupakan organ tubuh yang menyerap apapun yang diletakkan

dipermukaannya.

8) Pewangi

Pewangi atau pengaroma adalah suatu zat tambahan yang ditujukan

untuk memberikan aroma wangi pada suatu sediaan agar konsumen lebih

tertarik (Priani dan Lukmayani, 2010).

c. Bahan Dasar Sabun Padat Transparan

1) Acidum Stearicum, Asam Stearat (Depkes, 1979:57)

Asam stearat adalah campuran asam organik adat yang diperoleh dari

lemak.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

11

Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih

atau kuning pucat; mirip lemak lilin.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)

P.

Kegunaan : mengeraskan dan menstabilkan busa.

2) Natrii Hydroxydum, Natrium Hidroksida (Depkes, 1979:412)

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras,

rapuh dan menunjukkan susunan hablur, putih, mudah meleleh

basah, sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap

karbondioksida.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,dan dalam etanol (95%) P.

Kegunaan : Jika bereaksi dengan asam lemak akan membentuk sabun padat.

3) Oleum Cocos, Minyak Kelapa (Depkes, 1979:456)

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas, tidak

tengik.

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu 60o, sangat mu-

dah larut dalam kloroform P dan dalam eter P.

Kegunaan : Pembentuk sabun dan membuat sabun lebih keras.

4) Aetanolum, Etanol,alkohol (Depkes, 1979:65)

Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak,

bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala

biru yang tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter

P.

Kegunaan : Pelarut.

5) Glycerolum, Gliserol, Gliserin (Depkes, 1979:271)

Pemerian : Cairan seperti sirop, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti

rasa hangat, higroskopik.

Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%) P, praktis tidak

larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam minyak lemak.

Kegunaan : Membuat sabun transparan, pelumas, surfaktan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

12

6) Acidum citricum, Asam sitrat (Depkes,1995:48)

Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai

halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat

asam. Bentuk hidrat mekar dalam udara kering.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, agak su-

kar larut dalam eter.

7) Sucrosum, sakarosa (Depkes, 1995 :762)

Pemerian : Hablur putih tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus,

atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di

udara.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol,

tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.

Kegunaan : Membuat sabun transparan.

8) Aqua Destillata, Air suling (Depkes, 1979 :96)

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai ra-

sa.

Kegunaan : Pelarut dan pembawa zat aktif.

9) Oleum Olivae, Minyak Zaitun (Depkes, 1979 : 458)

Pemerian : Cairan, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau lemah, tidak te-

ngik, rasa khas. Pada suhu rendah sebagian atau seluruhnya

membeku.

Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95 % ) P, mudah larut dalam kloroform

P, dalam eter P, dan dalam eter minyak tanah P.

Kegunaan : Pembentuk sabun melalui reaksi saponifikasi.

10) Triaethanolaminum, Trietanolamina ( Depkes, 1979 : 612)

Pemerian : Cairan kental; tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mi-

rip amoniak; higroskopis.

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam klo-

roform P.

Kegunaan : Surfaktan.

11) Butil hidroksi toluen (Depkes, 1979 : 664)

Pemerian : Hablur padat ; putih; bau khas.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

13

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam propilenglikol P; mudah

larut dalam etanol (95%), dalam kloroform P, dan dalam eter P.

Kegunaan : Pengawet

12) Cocobetain (Rowe, 2009 dikutip dalam Wahyuni 2011 )

KokoBetaine (Kokamidopropil betain) adalah larutan surfaktan berair,

dari Coconut Oil. Kokamidopropil betain digunakan dalam shampoo, sabun

mandi padat dan sabun mandi cair, sebagai surfaktan sekunder dalam sistem

pembersihan di mana Kokobetain akan meningkatkan viskositas dan

memberikan busa yang halus.

13) Oleum rosae, Minyak mawar (Depkes, 1979 : 459)

Pemerian : cairan, tidak berwarna atau kuning, bau menyerupai bunga ma-

war, rasa khas, pada suhu 250

kental, jika didinginkan perlahan

lahan berubah menjadi massa hablur bening yang jika dipanaskan

mudah melebur.

Kelarutan : Larut dalam 1 bagian kloroform P, larutan jernih.

Kegunaan : Pewangi.

d. Pembuatan sabun

Semua bahan ditimbang terlebih dahulu. Asam stearat dilebur pada suhu

60°C di dalam gelas piala di atas penangas air, kemudian tambahkan

campuran minyak (VCO dan minyak zaitun) dan BHT ke dalam gelas piala

dan diaduk hingga homogen. Larutan NaOH 30% ditambahkan ke dalam

gelas piala jika suhu sudah mencapai 70°C dan diaduk selama 2-4 menit

hingga terbentuk sabun, suhu diturunkan sampai 50°C, kemudian

ditambahkan campuran gliserin, TEA, sukrosa, cocobetain dan asam sitrat

yang telah terlebih dahulu dilarutkan dalam air panas ditambahkan ke dalam

campuran sambil terus diaduk sekitar 7-10 menit hingga campuran menjadi

homogen. Selanjutnya secara perlahan–lahan tambahkan sebagian etanol 96%

hingga terbentuk larutan bening. Zat aktif dilarutkan dalam sisa etanol 96%

dan ditambahkan pada campuran basis kemudian diaduk pada suhu 40°C

hingga homogen, selanjutnya ditambahkan oleum rosae dan dilakukan

pengadukan kembali hingga homogen dan dimasukkan ke dalam cetakan

sabun transparan (Wahyuni, 2018).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

14

e. Persyaratan sabun

Persyaratan kualitas sabun mandi adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Syarat Kualitas Sabun

No Kriteria uji Satuan Mutu

1 Kadar air % fraksi massa maks. 15,0

2 Total lemak % fraksi massa min. 65,0

3 Bahan tak larut dalam etanol % fraksi massa maks. 5,0

4 Alkali bebas

(dihitung sebagai NaOH)

% fraksi massa maks. 0,1

5 Asam lemak bebas

(dihitung sebagai Asam Oleat)

% fraksi massa maks. 2,5

6 Kadar klorida % fraksi massa maks. 1,0

7 Lemak tidak tersabunkan % fraksi massa maks. 0,5

(SNI 3532:2016 :1)

f. Pengujian Sabun Padat Transparan

1) Organoleptis

Pada uji organoleptik, yang diamati meliputi bentuk, warna dan aroma

dari sabun (Nurhuda, Junianto, Rochima, 2017).

a) Warna

Penilaian terhadap warna dilakukan dengan melihat secara langsung

kenampakan dari suatu produk (Nurhuda, Junianto, Rochima,2017).

b) Aroma

Penilaian aroma dilakukan dengan menggunakan indera penciuman.

Dapat dilakukan dengan cara mencium produk (Nurhuda, Junianto, Rochima,

2017).

c) Tekstur

Untuk menilai tekstur suatu produk dapat dilakukan perabaan

menggunakan ujung jari tangan. Penilaian dilakukan dengan menggosok-

gosokan jari itu ke bahan yang diuji. (Setyaningsih; dkk, 2010: 11).

2) pH

Pengukuran keasaman sabun dengan menggunakan pH meter dengan

nilai pH sabun antara 8-11 (SNI 06- 4085,1996:3).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

15

Cara kerja :

Pemeriksaan ini dilakukan dengan pH meter yang telah

dikalibrasi,pengukuran pH sediaan dilakukan dengan cara, 1 gram sabun dari

masing -masing formula dilarutkan dengan air suling hingga 10 ml. Elektroda

dicelupkan dalam wadah, dibiarkan jarum bergerak sampai posisi

konstan.Angka yang ditunjukan oleh pH meter merupakan nilai pH dari sabun

(Wahyuni, 2018 ).

3) Kadar Air ( SNI 3532, 2016 : 2 )

a. Timbang cawan petri yang telah dikeringkan dalam oven pada suhu (105 ±

2)ºC selama 30 menit (b0).

b. Timbang (5 ± 0,01) g contoh uji ke dalam cawan petri diatas (b1).

c. Panaskan dalam oven pada suhu (105 ± 2) ºC selama 1 jam.

d. Dinginkan dalam desikator sampai suhu ruang lalu ditimbang (b2).

e. Ulangi cara kerja huruf c dan d sampai bobot tetap.

Hitung dengan rumus :

b1 –b2 X 100%

b1

Keterangan :

Kadar air dalam satuan % fraksi massa

b0 = bobot cawan kosong (g)

b1 = bobot contoh uji dan cawan petri sebelum pemanasan (g)

b2 = bobot contoh uji dan cawan petri setelah pemanasan (g)

4) Transparansi

Tingkat transparansi diamati secara visual, dengan menggunakan selembar

kertas yang terdapat garis berwarna merah. Kemudian sabun diletakkan diatas

dan diamati kejelasan warna garis merah tersebut yang menembus sabun

(Mumpuni dan Sasongko, 2017).

5) Uji stabilitas

Uji stabilitas dilakukan pada suhu 25-30 ºC dan 60 ºC setiap minggu selama 3

minggu (Lachman, Lieberman, Kanig, 1994). Parameter yang dilakukan

meliputi uji kekerasan sabun menggunakan alat penetrometer serta penentuan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

16

pH dan kadar air dengan metoda gravimetri pengeringan dalam oven suhu

1050C selama 1 jam (SNI, 1994) ( Agustini dan Winarni, 2017).

6) Uji kesukaan

Panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (

ketidaksukaan). Panelis mengemukakan tingkat kesukaannya.Tingkat tingkat

kesukaan ini disebut dengan uji hedonik. Misalnya dalam hal “suka” dapat

mempunyai skala hedonik seperti : amat sangat suka, sangat suka, suka, dan

agak suka. Sebaliknya itu “ tidak suka” dapat mempunyai skala hedonik

seperti suka dan agak suka ( Setyaningsih,dkk, 2010:59).

Pada sediaan kosmetik jenis sabun kualitas yang diujikan dengan uji hedonik

diantaranya berupa transparansi, pembusaan, kesan kesat, dan aroma

(Setyaningsih,dkk, 2010:68)

7) Uji Mikrobiologi

Uji aktivitas antibakteri sabun transparan berdasarkan metode difusi agar

dengan pembuatan lubang pada seed layer (metode sumur agar). formula F0

sebagai kontrol negatif, F1, F2, F3, F4 dan F5 serta kontrol positif yang telah

dilarutkan dalam air suling steril, masing-masing dipipet sebanyak 100 μL ke

dalam lubang sumuran lalu diinkubasi pada suhu 37°C selama 1 x 24 jam.

Setelah inkubasi diukur diameter daerah hambat antimikroba menggunakan

jangka sorong (Wahyuni, 2018).

B. Jerawat

Acne vulgaris (jerawat) adalah penyakit kulit obstruktif dan inflamatif

kronik pada unit pilosebasea, merupakan dermatosis polimorfik dan memiliki

peranan poligenetik. Patogenesis acne meliputi empat faktor, yaitu

hiperproliferasi epidermis folikular, produksi sebum berlebihan, inflamasi,

dan aktivitas Propionibacterium acnes. (Movita, 2013).

Propionibacterium acnes adalah salah satu mikroorganisme utama yang

ditemukan pada kulit. Ini terutama ditemukan dalam folikel rambut, lebih

suka kondisi anaerob, lebih disukai menjajah daerah dengan produksi sebum

tinggi, dan merupakan bakteri utama yang terlibat dalam patogenesis jerawat

(Neves et al, 2015). Propionibacterium acnes adalah organisme yang pada

umumnya memberi kontribusi terhadap terjadinya jerawat dengan bentuk

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

17

filamen bercabang atau campuran antara bentuk batang/filamen. P. acnes

termasuk bakteri yang tumbuh relatif lambat. Bakteri ini tipikal bakteri

anaerob Gram positif yang toleran terhadap udara. Genom dari bakteri ini

telah dirangkai dan sebuah penelitian menunjukkan beberapa gen yang dapat

menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein, yang mungkin

immunogenic (mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) (Batubara dkk, 2013 ).

Jerawat dapat diobati dengan bahan kimia atau bahan alam, akan tetapi

pemakaian bahan kimia pada kosmetik dalam jangka panjang dapat

menimbulkan jerawat dan juga efek samping yang banyak. Oleh karena itu,

masyarakat biasanya beralih ke bahan alam yang mudah diperoleh dan lebih

aman penggunaannya (Daswi, Stevani, Santi, 2018).

Sampai saat ini belum ada cara penyembuhan yang tuntas terhadap

jerawat, meskipun ada beberapa cara yang sangat menolong. Salah satunya

penggunaan antibiotik sebagai solusi untuk jerawat yang masih banyak

diresepkan (Yang, et al., 2009). Pengunaan antibiotik sebagai pilihan pertama

penyembuhan jerawat harus ditinjau kembali untuk membatasi perkembangan

resistensi antibiotik. Hal tersebut mendorong penemuan sumber obat - obatan

antibakteri lain dari bahan alam, yang dapat berperan sebagai antibakteri yang

lebih aman dan relatif lebih murah (Afifi, dan Erlin, 2017).

C. Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.)

Caesalpinia sappan L. (CS) adalah tanaman famili Leguminosae,

umumnya dikenal sebagai Brazil atau kayu Sappan. Kayu secang

didistribusikan di Asia Tenggara dan memiliki empulur yang kering telah

digunakan sebagai bahan tradisional makanan atau minuman dan memiliki

berbagai macam obat sifat. (Nirmal et al, 2015).

Tumbuhan secang menyenangi tempat terbuka sampai ketinggian 1.000

meter, seperti daerah pegunungan yang berbatu tetapi tidak terlalu dingin.

Panenan kayu dapat dilakukan mulai umur 1-2 tahun. Kayunya bila direbus

memberi warna gading muda dan dapat digunakan untuk memberi warna

pada bahan anyaman, minuman, kue, atau sebagai tinta ( Raina, 2011: 281).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

18

Klasifikasi Kayu secang (BPOM RI, 2008)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dycotyledoneae

Bangsa : Fabales

Suku : Fabaceae

Marga : Caesalpinia

Jenis : Caesalpinia sappan L.

Sumber: Https://www.google.com/

Gambar 2.2 Kayu Secang dan Serutan Kayu Secang.

1. Morfologi

Secang termasuk jenis perdu dengan tinggi 5-10 m. Batang dan

percabangannya berduri tempel yang bentuknya bengkok dan letaknya

tersebar, batang bulat dan berwarna hijau kecoklatan. Memiliki Daun

majemuk menyirip ganda, panjang 25-40 cm, jumlah anak daun 10-20 pasang

yang letaknya berhadapan. Anak daun tidak bertangkai, bentuknya lonjong,

pangkal rompang, ujung bulat, tepi rata dan hampir sejajar panjang 10-25

cm, lebar 3-11 mm, dan berwarna hijau. Bunganya bunga majemuk bebentuk

malai, keluar dari ujung tangkai dengan panjang 10-40 cm, mahkota bentuk

tabung, warna kuning. Buahnya Buah polong, memiliki ukuran panjang 8-10

cm dan lebar 3-4 cm ujung seperti paruh berisi 3-4 biji, bila masak warnanya

hitam (Raina, 2011 : 281).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

19

2. Kandungan dan Zat aktif

Kayu secang mengandung asam galat, tanin, resin, resorsin, brazilin,

brazilein, d-alfa-phellandrene, oscimene, alkaloid, dan minyak atsiri (Raina

,2011: 281). Banyak senyawa telah diisolasi dari kayu dari C. sappan.

Flavonoid dan fenolat seperti 4-O-methylsappanol, protosappanin A,

protosappanin B, protosappanin E, brazilin, brazilein, caesalpin J, brazilide

A, neosappanone A, caesalpin P, sappanchalcone,3-deoxysappanone, 10 7,3

′, 4′-trihydroxy-3-benzyl-2 Hchromene, dan lainnya (Batubara, 2009).

Hasil isolasi yang dilakukan terhadap ekstrak kayu secang menunjukkan

bahwa komponen utama yang terkandung di dalamnya adalah brazilin

(C16H14O5). Brazilin merupakan kristal berwarna kuning, akan tetapi jika

teroksidasi akan menghasilkan senyawa brazilein (C16H12O5) yang berwarna

merah. Brazilin termasuk ke dalam golongan flavonoid sebagai isoflavonoid.

Brazilin merupakan senyawa yang sedikit larut dalam air dingin, mudah larut

dalam air panas, larut dalam alkohol dan eter, dan larut dalam alkali hidroksi

(Holinesti, 2007).

Sumber : Batubara, 2009

Gambar 2.3 Struktur Brazilin.

3. Khasiat kayu secang

Kayu secang (Caesalpinia sappan L.) merupakan salah satu tumbuhan

yang berkhasiat sebagai obat, tanaman ini biasa digunakan oleh masyarakat

sebagai obat tradisional dan zat pewarna. Bagian tanaman yang sering

digunakan adalah kayunya. Kayu secang juga digunakan sebagai salah satu

bahan untuk membuat minuman yang menyehatkan seperti jamu, wedang

secang dan bir pletok (minuman tradisional khas Betawi). Minuman yang

mengandung kayu secang secara tradisional digunakan untuk menurunkan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

20

gejala masuk angin, batuk, pilek, menghangatkan badan, mengatasi sariawan,

reumatik dan melancarkan peredaran darah, karena itu kayu secang

berpotensi untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional (Kusmiati, Priadi,

Dameria, 2014). Ektrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) berpotensi

sebagai anti jerawat karena memiliki kemampuan sebagai antioksidan,

inhibitor lipase, anti Propionibacterium acnes,, memiliki kemampuan dalam

menurunkan Tumor Necrosis Factor (TNF)-α. serta udem/inflamasi yang

terbentuk karena adanya infeksi P. acnes dapat ditandai dengan

meningkatnya TNF-α ( Batubara dkk, 2013).

D. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu cara untuk menarik satu atau lebih komponen

zat aktif dari bahan sel. Umumnya zat berkhasiat tersebut dapat ditarik namun

khasiatnya tidak berubah. Tujuan ekstraksi adalah untuk mendapatkan atau

memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat untuk

pengobatan (Syamsuni, 2007:242-243).

Teknik ekstraksi yang ideal adalah teknik ekstraksi yang mampu

mengekstraksi bahan aktif yang diinginkan sebanyak mungkin, cepat, mudah

dilakukan, murah, ramah lingkungan dan hasil yang diperoleh selalu

konsisten jika dilakukan berulang-ulang. Tujuan dari suatu proses ekstraksi

adalah untuk memperoleh suatu bahan aktif yang tidak diketahui,

memperoleh suatu bahan aktif yang sudah diketahui, memperoleh

sekelompok senyawa yang struktur sejenis, memperoleh semua metabolit

sekunder dari suatu bagian tanaman dengan spesies tertentu, mengidentifikasi

semua metabolit sekunder yang terdapat dalam suatu mahluk hidup sebagai

penanda kimia atau kajian metabolisme (Endarini, 2016 : 145).

Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental dan cair, dibuat

dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai yaitu

maserasi, perkolasi atau penyeduhan dengan air mendidih. Sebagai cairan

penyari digunakan air, eter, atau campuran etanol dan air. Penyarian dengan

campuran etanol dapat digunakan dengan cara maserasi atau perkolasi.

Penyarian eter dengan perkolasi. Penyarian dengan air dilakukan dengan cara

maserasi, perkolasi atau disiram dengan air mendidih (Anief, 2010 : 169).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

21

Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi 2 cara

yaitu cara dingin dan cara panas. Cara dingin meliputi maserasi dan perkolasi.

Sedangkan, cara panas meliputi refluks, sokhletasi, digesti, dan infundasi.

Maserasi dilakukan dengan melakukan perendaman bagian tanaman

secara utuh atau yang sudah digiling kasar dengan pelarut dalam bejana

tertutup pada suhu kamar selama sekurang-kurangnya 3 hari dengan

pengadukan berkali-kali sampai semua bagian tanaman yang dapat larut

melarut dalam cairan pelarut. Keuntungan proses maserasi diantaranya adalah

bahwa bagian tanaman yang akan diekstraksi tidak harus dalam wujud serbuk

yang halus, tidak diperlukan keahlian khusus dan lebih sedikit kehilangan

alkohol sebagai pelarut seperti pada proses perkolasi atau sokhletasi.

Sedangkan kerugian proses maserasi adalah perlunya dilakukan

penggojogan/pengadukan, pengepresan dan penyaringan, terjadinya residu

pelarut di dalam ampas, serta mutu produk akhir yang tidak konsisten

(Endarini, 2016 : 145 ).

Prinsip kerja maserasi adalah proses melarutnya zat aktif berdasarkan

sifat kelarutannya dalam suatu pelarut. Ekstraksi zat aktif dilakukan dengan

cara merendam simplisia nabati sebanyak 10 bagian dan dengan pelarut

sebanyak 70 bagian cairan yang sesuai selama beberapa hari pada suhu

(15oC-20

oC) dalam waktu selama 3-5 hari sering diaduk, serkai, peras cuci

ampas, dengan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan

kedalam bejana tertutup dan biarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya

matahari selama 2 hari, lalu pisahkan endapan yang diperoleh (Marjoni, 2016:

40-42).

Pembuatan ekstrak dengan cara maserasi kayu secang dihaluskan dan

sebanyak 250 g dimaserasi dalam 500 ml etanol 96% selama 3 x 24 jam pada

suhu ruang. Dekantasi dilakukan sampai 3 kali. Maserat yang dipeoleh

dikumpulkan dalam satu wadah. Proses pemekatan dilakukan dengan

peralatan rotary evapotaror pada suhu 80oC dan dilanjutkan pada tahap

kristalisasi secara pemanasan sampai diperoleh padatan. Ekstrak yang

diperoleh ditimbang dan kemudian dihitung jumlah rendemen (Rina 2013).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

22

E. Kerangka Teori

Gambar 2.4 Kerangka Teori

Pengujian

Pengujian sabun padat transparan :

1. Organoleptis (Nurhuda, Junianto,

Rochima, 2017)

2. pH (SNI 06- 4085,1996 : 3)

3. kadar air

4. total lemak SNI

5. alkali bebas 3532

6. kadar klorida 2016

7. asam lemak bebas

8. Bahan tak larut dalam

alkohol

9. Lemak tak tersabunkan

10. Transparansi

(Mumpuni dan Heru, 2017).

11. uji stabilitas

( Agustini dan Winarni,2017).

12. uji mikrobiologi (Wahyuni,2018)

13. uji kesukaan . ( se tyaningsih,dkk

2010 )

kosmetika

Semi solid Liquid solid

Bahan sintetis

sabun

Bahan Alam

Formula sabun

Asam stearat

NaOH 30%

VCO

Minyak Zaitun

Etanol 96%

Gliserin

Asam sitrat

Sukrosa

Trietanolamin

BHT

Cocobetain

Aquadest

(Wahyuni, 2018)

Sediaan sabun padat

transparan

Ekstrak kayu secang dengan

kandungan brazilin sebagai

anti bakteri P.acne

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

23

F. Kerangka Konsep

(Variabel bebas ) (Variabel terikat)

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

G. Definisi Operasional

Tabel 2.2 Definisi Operasional

No. Variabel

Penelitian Definisi Cara Ukur

Alat

Ukur Hasil Ukur Skala

1

Formulasi ekstrak

kayu secang

(Caesalpinia

sappan L) dalam

sediaan sabun

transparan sebagai

antijerawat

Formulasi

Ekstrak kayu

secang

(Caesalpinia

sappan L)

yang didapat

dengan cara

maserasi, lalu

dijadikan

sabun padat

transparan

dengan variasi

konsetrasi

ekstrak 0%,

0.5%, 1%,

dan 2%.

Menimbang

ekstrak kulit kayu

secang dengan

neraca elektrik dan

memformulasikan

ke dalam basis

sabun padat

transparan dengan

variasi konsentrasi

ekstrak 0%, 0.5%,

1% dan 2%.

Neraca

analitik

Formula

sediaan

sabun padat

transparan

ekstrak kayu

secang

dengan

variasi

konsetrasi

Rasio

2

Organoleptik

Penilaian sifat

organoleptik

dengan

menggunakan

pancaindera

penilaian

meliputi

aroma, warna,

dan tekstur

Penilaian

dilakukan oleh 15

orang panelis

Checklist

1. Warna

2.Aroma

3. Tekstur

Warna

Warna dari

sabun

transparan

yang dibuat

Penilaian dengan

pancaindra

penglihatan

dengan melihat

warna yang

dihasilkan

Checklist

1. Merah

2. Merah

tua

3. bening

kekuningan

Nominal

Pengujian sabun padat transparan

1. Uji organoleptis (Nurhuda,

Junianto, Rochima, 2017).

2. pH (SNI 06- 4085,1996 : 3)

3. Kadar air (SNI 3532 2016 )

4. Uji kesukaan (setyaningsih, dkk,

2010)

Ekstrak kayu secang

konsentrasi 0 %, 0.5%, 1 %,

dan 2 %.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

24

No. Variabel

Penelitian Definisi Cara Ukur

Alat

Ukur Hasil Ukur Skala

Bau

Aroma yang

dihasilkan

dari sediaan

sabun padat

transparan.

Penilaian dengan

pancaindra

penciuman

dengan mencium

bau yang

dihasilkan

Checklist

1. Bau

Khas

2. Tidak

Berbau

Ordinal

Tekstur

Bentuksediaa

n sabun padat

transparan

yang dibuat

Penilaian dengan

pancaindra

peraba dengan

meraba tekstur

dari sediaan

sabun pada

transparan

Checklist

1.Keras

2.Lembek

Ordinal

3. pH

Besarnya

nilai keasam-

basaan

formulasi

sediaan

sabun padat

transparan.

Melihat nilai pH

sediaan sabun

padat transparan

dengan alat pH

meter

pH

meter

Nilai pH

1-14 Rasio

4. Kadar air

Besarnya nilai

kandungan air

yang

terkandung

dalam

formulasi

sediaan sabun

padat

transparan

Dilakukan

penimbangan

terhadap sabun

transparan sebelum

dan sesudah

pengeringan ,

pengeringan di

oven dengan suhu

1050 C selama 2

jam, dan dihitung

dengan rumus

b1 –b2 X 100%

b1

Oven,

Neraca

analitik

Nilai

maksimal

15.0 %

Rasio

5. Kesukaan /

hedonik

Penilaian

kesukaan

secara

pancaindera

meliputi

aroma,

transparansi,p

embusaan dan

kesan kesat

Penilaian

dilakukan oleh 25

orang panelis

checklist

1= tidak

suka

2= suka

3= sangat

suka

Ordinal

a.aroma

Bau dari

hasil

formulasi

sediaan

sabun padat

transparan

Penilaian dengan

pancaindra

penciuman

dengan mencium

bau yang

dihasilkan

checklist

1= tidak

suka

2= suka

3= sangat

suka

ordinal

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Farmasirepository.poltekkes-tjk.ac.id/733/1/BAB II RIKA (4).pdftransparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar

25

No. Variabel

Penelitian Definisi Cara Ukur

Alat

Ukur Hasil Ukur Skala

b.transparansi Transparansi

formulasi

sediaan

sabun padat

transparan

Penilaian dengan

pancaindra

penglihatan

checklist 1.

1= tidak

suka

2= suka

3= sangat

suka

ordinal

c.pembusaan Menilai

banyaknya

busa dari

hasil

formulasi

sediaan

sabun padat

transparan

yang dipakai

untuk

mencuci

tangan

Penilaian dengan

pancaindra

penglihatan,deng

an melihat

banyaknya busa

yang dihasilkan

checklist 2.

1= tidak

suka

2= suka

3=sangat

suka

ordinal

d. kesan kesat

Merasakan

kesan kesat

setelah

pemakaian

dari hasil

formulasi

sediaan

sabun padat

transparan

Penilaian dengan

pancaindra

peraba yang

merasakan kesan

kesat setelah

pemakaian

sediaan sabun

padat transparan

checklist

1= tidak

suka

2= suka

3= sangat

suka

ordinal