Upload
vokhue
View
233
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Akuntansi
Ada banyak pengertian akuntansi yang diartikan oleh para ahli akuntansi,
sehingga memberikan pengetian yang berbeda sesuai pandangan mereka masing-
masing. Sebagaimana menurut Grady (2000 : 12)
Akuntansi adalah keseluruhan pengetahuan dan yang berhubungan dengan penciptaan, pengolahan, penyimpulan, penganalisaan, penafsiran, dan penyajian informasi yang dapat dipercaya dan penting artinya terhadap sistematika mengenai transaksi-transaksi yang bersifat keuangan dan diperlukan oleh pimpinan untuk operasi suatu badan dan untuk laporan yang harus diajukan guna mengenai hal tadi dan guna untuk memenuhi pertanggungjawaban yang bersifat keuangan atau lainnya. Akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokkan dan peringkaskan
transaksi atau kejadian dalam suatu cara tertentu dan dalam ukuran uang yang
kemudian membuat interpretasinya. Akuntansi sebagai teknologi/perekayasaan
dapat diartikan sebagai rekayasa informasi dan pengendalian keuangan atau
accounting is a technology, a modified statistical technology. Pengertian diatas
memberi makna yang cakupannya lebih luas dan terlihat bahwa akuntansi itu tidak
berbeda dari tata buku (book keeping) dimana tata buku hanyalan suatu teknik
pencatatan. Selain itu defenisi melihat semua transaksi yang bersifat keuangan,
transaksi keuangan dalam hal ini diartikan sebagai suatu kejadian atau keadaan
yang mempunyai nilai uang dan harus tercatat sesuai dengan transaksi.
5
Universitas Sumatera Utara
6
2. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva operasional yang digunakan oleh setiap
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya yang menjadi hak milik
perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan normal
perusahaan untuk menghasilkan barang maupun jasa.
Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 16-1) memberi definisi sebagai
berikut “Aset tetap adalah aset berwujud yang : (a) dimiliki untuk digunakan
dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntakan kepada pihak
lain, atau untuk tujuan administrasi; dan (b) diharapkan untuk digunakan selama
lebih dari satu periode”.
Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap, ada
beberapa defenisi aktiva tetap yang dikemukakan oleh penulis akuntasi maupun
lembaga profesi akuntansi seperti yang diuraikan di bawah ini yaitu menurut
Mulyadi (2002 : 179) aktiva tetap adalah “kekayaan perusahaan yang memiliki
wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh
perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual
kembali”. Menurut Soemarso (2005 : 20) aktiva tetap adalah “aktiva berwujud
(tangible asset) yang (1) Masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) Digunakan
dalam kegiatan perusahaan; (3) Dimiliki untuk dijual kembali dalam kegiatan
normal perusahaan serta; (4) Nilainya cukup besar”. Warren, Reeve, Fess (2005 :
492) “aktiva tetap sebagai aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif
permanen, yang dapat disebut juga dengan aktiva berwujud (tangible assets)”.
Pendapat Muhammad Fakhri (2004 : 23-2) “aktiva tetap perusahaan adalah aktiva
Universitas Sumatera Utara
7
tetap berwujud yang terletak atau berada di Indonesia, yang dimiliki dan
dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
merupakan objek pajak“.
Dari ketiga defenisi yang dikemukakan di atas aktiva tetap mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
1. Mempunyai bentuk fisik
2. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan
3. Dimiliki tidak sebagai investasi
4. Tidak untuk dimiliki
5. Memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode
akuntansi/lebih dari satu tahun)
6. Memberi manfaat di masa yang akan datang
Menurut pendapat Harahap (2002 : 22) “aktiva tetap dapat dikelompokkan
ataupun digolongkan berdasarkan substansi aktiva tetap dan dari sudut pandang
disusutkan atau tidak disusutkan”.
1) Dari sudut pandang substansinya
a. Aktiva Berwujud (Tangible Assets)
Aktiva berwujud adalah aktiva yang dimiliki perusahaan yang
berwujud, atau ada secara fisik, dan tidak dimaksudkan untuk dijual
sebagai bagian dari operasi normal perusahaan sepanjang masih baik.
Universitas Sumatera Utara
8
Aktiva tetap berwujud dibagi beberapa bagian, antara lain :
• Tanah
• Bangunan
• Kendaraan
• Mesin
• Peralatan
• Inventaris
b. Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets)
Aktiva tidak berwujud merupakan aktiva jangka panjang yang tidak
eksis secara fisik yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk
dijual. Aktiva tidak berwujud terdiri dari :
• Patent
• Copyright
• Goodwill
• Trademark
• Hak cipta, dan lain-lain
2) Dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan
a. Depreciated Plant Assets, yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti
bangunan, peralatan, mesin, dan lain-lain
b. Undepreciated Plant Assets, yaitu aktiva yang tidak disusutkan seperti
tanah yang bukan lokasi tambang
Universitas Sumatera Utara
9
3. Akuntansi Perolehan Aktiva Tetap
Banyak cara yang dilakukan perusahaan dalam memperoleh aktiva tetap.
Cara perolehan aktiva tetap akan mempengaruhi akuntansi dari aktiva tetap
khususnya mengenai masalah harga perolehannya yang merupakan dasar
pencatatan suatu aktiva tetap, harga perolehan tersebut meliputi seluruh biaya-
biaya dalam rangka perolehan aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap
digunakan. Menurut Smith dan Skousen (2003 : 443) ”Biaya atau harga perolehan
aktiva tetap tidak hanya meliputi harga pembelian atau nilai setaranya tetapi juga
pengeluaran lain yang diperlukan untuk memperoleh serta menyiapkan agar dapat
digunakan sesuai dengan tujuan”.
Aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dapat diperoleh dengan
berbagai cara antara lain : membeli dengan tunai, membeli dengan angsuran,
pertukaran, sewa guna usaha/leasing, penerbitan surat-surat berharga, dibangun
sendiri, dan pemberian atau hibah.
a) Membeli dengan tunai
Dalam Standar Akuntansi Keuangan dinyatakan bahwa “aktiva tetap yang
diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat dengan harga beli
ditambah dengan biaya yang terjadi untuk menempatkan aktiva itu pada kondisi
dan tempat yang siap untuk digunakan”.
Namun tidak demikian dengan ketentuan pajak, perolehan aktiva tetap
diakui tergantung dari status hubungan antara pembeli dan penjual sebagaimana
dinyatakan Gunadi (2002 : 49) “dalam ketentuan perpajakan, tergantung dari
status hubungan antara penjual dan pembeli, sehubungan dengan pihak yang
Universitas Sumatera Utara
10
terlibat dalam transaksi pembelian aktiva dipisahkan antara pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dan yang tidak”.
Selanjutnya dijelaskan “harga beli aktiva antarpihak yang mempunyai
hubungan istimewa (misalnya penjual memiliki paling sedikit 25% saham badan
pembeli) dapat dihitung kembali sesuai dengan nilai pasar (wajar)”. Maksud dari
kutipan diatas adalah hubungan pembeli dan penjual dikaitkan adanya hubungan
istimewa dan ini ada terkait kepemilikan saham pada perusahaan yang
bersangkutan.
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli tunai dicatat sebesar
jumlah uang yang dikeluarkan yang mencakup semua pengeluaran untuk
pembelian dan penyiapan hingga dapat dipakai sebagaimana dimaksudkan.
Apabila ada potongan harga, maka langsung dipotong harga faktur.
b) Pertukaran
Pertukaran adalah peroleh aktiva tetap dengan menyerahkan aktiva tetap
yang dimiliki untuk ditukarkan dengan aktiva tetap yang baru (baru disini bukan
berarti senantiasa belum pernah dipakai). Aktiva tetap yang ditukarkan dapat
sejenis dan tidak sejenis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pertukaran aktiva tetap antara lain :
• Harga peroleh aktiva yang dilepas
• Harga aktiva yang diperoleh
• Nilai buku aktiva tetap yang dilepas
• Akumulasi penyusutan aktiva yang dilepas
Universitas Sumatera Utara
11
• Harga pasar yang wajar
• Jumlah uang tunai yang diberikan atau diterima jika dengan tukar tambah
Dalam hal pertukaran aktiva ini Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 16.6)
memberikan batasan-batasan pertukaran yaitu sebagai berikut :
Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya pos semacam ini diukur pada nilai wajar yang dilepaskan atau diperoleh, yang mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer.
Berdasarkan ketentuan di atas, maka perolehan aktiva tetap dalam
pertukaran pencatatannya dilakukan sebesar nilai wajar aktiva yang diperoleh atau
disebarkan. Dalam hal ini, jika terdapat laba pertukaran, laba tersebut baru diakui
apabila aktiva tetap tersebut dijual, sebaliknya jika terdapat kerugian atas
pertukaran aktiva tetap, maka kerugian tersebut diakui sebagai kerugian.
c) Sewa Guna Usaha/Leasing
Lease adalah penyajian kontraktual yang memberikan hak bagi lesse untuk
mempergunakan aktiva yang dimiliki lessor selama suatu periode waktu tertentu.
Lessor adalah perusahaan yang memiliki aktiva tetap atau yang memberikan sewa
guna usaha. Sedangkan lesse adalah perusahaan yang menyewa guna usaha aktiva
tetap. Menurut Harahap (2002 : 170) defenisi leasing sebagai berikut “Leasing
adalah suatu cara memperoleh hak untuk menggunakan aktiva berwujud tertentuu
dalam jangka waktu tertentu”.
Universitas Sumatera Utara
12
Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 30.1) dalam PSAK
memberikan defenisi leasing sebagai berikut :
Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati.
Sewa guna usaha dengan opsi adalah salah satu cara yang dapat
dikategorikan sebagai pembelian angsuran. Pada masa sewa guna usaha aktiva
tetap dikapitalisasi sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran ditambah nilai sisa
yang harus dibayar pada akhir sewa guna usaha.
d) Penerbitan Surat-Surat Berharga
Memperoleh aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara menerbitkan surat
berharga yaitu berupa obligasi atau saham sendiri. Dalam hal ini aktiva tetap
tersebut dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pengeluarannya.
Jika obligasi atau saham dijual dengan harga lebih tinggi atau harga lebih rendah
dari nilai pari atau nominal, hutang obligasi atau saham harus dikredit sebesar
harga pari dan selisihnya dicatat sebagai agio atau disagio.
e) Membuat Sendiri
Ada saatnya perusahaan memutuskan untuk membangun sendiri aktiva
tetap mereka. Beberapa pertimbangan yang diambil perusahaan untuk
pembangunan sendiri antara lain :
Universitas Sumatera Utara
13
• Memanfaatkan fasilitas yang tidak terpakai yaitu kapasitas menganggur di
dalam perusahaan
• Anggapan menghemat biaya atau adanya cost saving yang diharapkan
perusahaan tersebut
• Keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik dari yang ada
• Untuk memenuhi kebutuhan, karena perusahaan tersebut tidak mampu
memenuhi tepat pada saat diperlukan
Untuk memperoleh aktiva tetap perusahaan dapat mengambil suatu
kebijakan atas pertimbangan sendiri untuk membuat aktiva tetap yang akan
digunakan dengan beberapa alasan seperi yang diungkapkan oleh Smith dan
Skousen yaitu (2003 : 447) “untuk menghemat biaya konstruksi, menggunakan
fasilitas yang menganggur, untuk mencapai kualitas konstruksi yang lebih tinggi”.
Biaya yang dikeluarkan untuk perolehan aktiva tetap yang dibuat sendiri adalah
seluruh biaya-biaya pembuatannya yaitu mulai dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, biaya tida langsung yang merupakan biaya operasi sehari-hari. Jika
harga pokok dari aktiva tetap yang dibangun sendiri lebih tinggi dari harga
perolehannya dicatat menurut harga pasar maka selisihnya sebagai kerugian dan
sebaliknya bukan dihitung laba.
f) Pemberian atau Hibah
Seandainya aktiva tetap diperoleh sebagai sumbangan atau pemberian
maka tidak ada harga perolehan sebagai dasar penilaiannya, atau aktiva tetap
dicatat dengan harga pasarnya yang wajar. Meskipun pengeluaran tertentu
Universitas Sumatera Utara
14
mungkin dilakukan atas pemberian aktiva tetap tersebut, tetapi pengeluaran itu
biasanya jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diperoleh : Dalam PSAK,
Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 16.7) mengemukakan tentang pencatatan aktiva
tetap yang berasal dari sumbangan sebagai berikut “Aktiva tetap yang diperoleh
dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak
dengan mengkreditkan akun modal donasi”.
4. Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan di dalam menjalankan
operasinya akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah. Menurut
Warren (2005 : 496) penurunan produktivitas ini disebabkan oleh berbagai faktor
yaitu, faktor fisik dan faktor fungsional.
a. Faktor Fisik
Faktor fisik terjadi karena kerusakan, keausan dan karena cuaca ketika
digunakan perusahaan tersebut.
b. Faktor Fungsional
Faktor fungsional terjadi karena :
1) Tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan
2) Perubahan modal, mutu dan lain-lain permintaan terhadap barang dan
jasa yang dihasilkan perusahaan
3) Kemajuan teknologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis
lagi, atau tidak sanggup bersaing
Universitas Sumatera Utara
15
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 16.2) “Penyusutan adalah
alokasi jumlah suatu asset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat
estimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik
secara langsung maupun tidak langsung”. Tujuan dari penyusutan aktiva tetap
dalam suatu periode akuntansi juga dikemukakan oleh Hongren, Horrison,
Robinson, dan Secokusumo (2001 : 509) yaitu : “Tujuan utama dari akuntansi
penyusutan adalah untuk menentukan berapa keuntungan yang diperoleh
perusahaan, sedangkan kegunaan lainnya adalah untuk memperhitungkan
penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaiannya”.
Masa manfaat menurut PSAK No. 17 (2004 : 17.2) adalah :
1. Periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan
2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva
oleh perusahaan
Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan, tahun,
atau jasa operasi seperti jam kerja atau unit output. Pengalokasian biaya aktiva
berdasarkan pengurangan manfaat yang diperoleh dikenal dengan tiga macam
istilah yaitu, penyusutan, deplesi, dan amortisasi.
1) Penyusutan
Istilah ini digunakan sebagai aktiva tetap yang dibuat manusia dapat
digunakan berulang-ulang dalam produksi, contoh : gedung, pabrik, dan
lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
16
2) Deplesi
Istilah ini digunakan sebagai penyusutan aktiva tetap yang berupa sumber-
sumber alam. Aktiva tersebut tidak dapat dipakai secara berulang-ulang
dan karena sifat alamiahnya justru menjadi produksi untuk dijual, contoh :
lokasi tambang.
3) Amortisasi
Istilah amortisasi untuk aktiva tidak berwujud, contoh : paten, goodwill,
dan copyright.
Melihat semua keterangan di atas dapat disimpulkan ada tiga faktor yang
harus diperhatikan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui
setiap periode yaitu, nilai perolehan, nilai residual, dan masa manfaat.
1. Harga Perolehan (Historical Cost)
Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan
dengan perolehan dan penyajiannya agar dapat dipakai.
2. Nilai Residual atau Nilai Sisa
Nilai residual adalah jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada
saat aktiva sudah tidak digunakan lagi.
3. Masa Manfaat
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 17.2) dalam PSAK No. 17
masa manfaat adalah “periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan
oleh perusahaan, atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan
diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”.
Universitas Sumatera Utara
17
Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (2004 : 5) penyusutan
adalah “alokasi secara sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu
aktiva sepanjang masa manfaat”.
Sesuai dengan aktiva yang akan di susutkan, maka istilah yang digunakan
berbeda-beda, berikut ini penjelasannya :
1) Depresiasi
Menurut Zaki Baridwan (2004 : 305) bahwa : “Depresiasi adalah
sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis
dialokasikan menjadi biaya setiap periode tertentu”.
Sedangkan depresiasi menurut Haryono Yusuf (2001 : 162) bahwa :
“Depresiasi adalah proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap
menjadi biaya selama masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan
sistematis”.
Dari keterangan di atas jelas bahwa depresiasi bukanlah suatu proses
penilaian aktiva atau prosedur pengumpulan dana untuk mengganti
aktiva tetapi suatu metode untuk mengalokasikan harga perolehan
aktiva tetap ke periode-periode akuntansi.
2) Deplesi
Deplesi adalah berkurangnya harga perolehan aktiva tetap berwujud
yang tidak dapat diganti seperti sumber-sumber alam. Menurut Zaki
Baridwan (1999 : 324) bahwa deplesi adalah : “Berkurangnya harga
perolehan (cost) atau nilai sumber-sumber alam seperti tambang dan
Universitas Sumatera Utara
18
hutan kayu yang di sebabkan oleh perubahan-perubahan (pengelolan)
sumber-sumber alam tersebut sehingga menjadi persediaan”.
Sedangkan menurut Haryono Yusuf (2001 : 205) dikatakan bahwa :
“Deplesi adalah penghapusan harga perolehan sumber alam secara
sistematis”.
3) Amortisasi
Menurut Henry Simamora (2002 ; 323) bahwa : “Alokasi sistematis
biaya perolehan aktiva tak berwujud selam masa manfaatnya”.
Amortisasi adalah istilah yang digunakan untuk menghapus aktiva tak
berwujud. Berbeda dengan aktiva lancer amortisasi aktiva tak
berwujud hanya mengenal satu metode yaitu metode garis lurus.
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan metode penyusutan dapat
dikelompokkan menurut kriteria (PSAK No. 17 : paragraf 9) :
1. Berdasarkan waktu
a) Metode garis lurus (straight line method)
Metode garis lurus merupakan metode yang paling banyak digunakan
karena sangat sederhana dalam penggunaannya. Dalam metode ini aktiva tetap
dianggap sama penggunaannya sepanjang waktu artinya mempertimbangkan
penyusutan sebagai fungsi waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Beban
penyusutan besarnya sama setiap periode (kecuali ada penyesuaian-penyesuaian).
Kelemahan metode ini adalah kapasitas produksi aktiva tetap semakin lama
semakin menurun serta biaya pemeliharaan dan reperasi dari suatu peiode ke
Universitas Sumatera Utara
19
periode berikutnya akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur
aktiva tetap tersebut.
Menurut Zaki Baridwan (2001 : 309) depresiasi yang konstan setiap
periode seolah-olah menunjukan bahwa kemampuan aktiva relatif sama dalam
suatu periode padahal aktiva tetap semakin lama mempunyai kemampuan semakin
menurun dan karenanya sangat tidak logis kalau beban penyusutan diperlakukan
sama dengan peiode sebelumnya.
Besarnya penyusutan tiap periode ditentukan dengan rumus berikut :
Dimana :
D = depreciation (beban penyusutan)
C = cost (harga perolehan)
S = salvage value (nilai residu)
n = useful life (taksiran masa manfaat)
Contoh :
Pada awal tahun 2000 PT Nusa Citra Perdana membeli sebuah aktiva tetap dengan
harga perolehan sebesar Rp 10.000.000,- Masa manfaat aktiva tersebut diestimasi
selama 5 tahun dengan nilai residu sebesar Rp 500.000,-
Dari data tersebut maka penyusutan setiap tahunnya dihitung sebagai berikut:
Penyusutan = Rp 10.000.000 – 500.000
5 = Rp 1.900.000
D = C - S
n
Universitas Sumatera Utara
20
Besarnya penyusutan aktiva tersebut sampai dengan akhir masa manfaatnya
disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus
Akhir Tahun Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Rp 10.000.000
2000 1.900.000 1.900.000 8.100.000 2001 1.900.000 3.800.000 6.200.000 2002 1.900.000 5.700.000 4.300.000 2003 1.900.000 7.600.000 2.400.000 2004 1.900.000 9.500.000 500.000
Sumber : Penulis, 2011
Metode ini lebih sesuai jika dipergunakan perusahaan yang produknya dari
tahun ke tahun tidak banyak mengalami fluktuasi. Bila produksi dari tahun ke
tahun sangat bervariasi, maka penggunaan metode ini kurang sesuai, karena
pengahapusan selalu sama setiap tahun. Pada periode dimana produksinya rendah,
beban penyusutan per unit bisa menjadi lebih besar, demikian sebaliknya.
Fluktuasi beban penyusutan mempengaruhi tingkat penjualan, pada saat pasar
sedang sepi dimana produksi kecil, harga pokok produk tersebut bisa menjadi
tinggi. Demikian sebaliknya pada saat pasar sedang ramai, harga pokok justru
rendah.
b) Metode pembebanan menurun (decreasing charge depreciation)
• Metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method)
Metode ini beban penyusutan akan menurun secara bertahap dari tahun ke
tahun, karena angka pecahan dikalikan setiap tahunnya dengan harga perolehan
dan dikurangi dengan nilai sisa. Pecahan dihitung dalam periode umur aktiva
tersebut. Pembilangannya adalah angka-angka tahun yang ikut menurun,
Universitas Sumatera Utara
21
sedangkan penyebutnya adalah hasil jumlah angka tahun dari awal sampai akhir.
Misal suatu aktiva taksiran umurnya 5 tahun, maka penyebut pecahan penyusutan
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
n n + 1 2
Contoh :
Dari contoh sebelumnya, maka penyebut pecahannya adalah :
5 5 + 1 = 15 2
Besarnya penyusutan aktiva tersebut dengan menggunakan metode ini dapat
dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.2 Penyusutan Menurut Metode Jumlah Angka Tahun
Akhir Tahun
Penyusutan Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
10.000.000 2000 5/15 x 9.500.000 = 3.166.667 3.166.667 6.833.333 2001 4/15 x 9.500.000 = 2.533.333 5.700.000 4.300.000 2002 3/15 x 9.500.000 = 1.900.000 7.600.000 2.400.000 2003 2/15 x 9.500.000 = 1.266.667 8.866.667 1.133.333 2004 1/15 x 9.500.000 = 633.333 9.500.000 500.000
Sumber : Penulis, 2011
• Metode saldo menurun / saldo menurun ganda (declining /
double declining balance method)
Metode Saldo menurun ganda adalah perhitungan beban penyusutan dalam
satu periode dengan mengalikan suatu persentase tertentu yang tetap terhadap
nilai buku aktiva tetap.
Universitas Sumatera Utara
22
Penetapan tarif penyusutan dalam metode ini dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
n S Dimana : r = 1 - C r = rate (tarif penyusutan)
Contoh :
Berdasarkan contoh sebelumnya, maka tarif penyusutan aktiva tersebut
berdasarkan metode ini adalah :
n S r = 1 - C
5 Rp 500.000 = 1 - 10.000.000 = 1 - 0.55
= 0,45
= 45%
Besarnya beban penyusutan aktiva tersebut untuk setiap tahun dengan
menggunakan metode ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.3 Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun
Akhir Tahun
Penyusutan Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
10.000.000 2000 45 % x 10.000.000 = 4.500.000 4.500.000 5.500.000 2001 45 % x 5.500.000 = 2.475.000 6.975.000 3.025.000 2002 45 % x 3.025.000 = 1.361.250 8.336.250 1.663.750 2003 45 % x 1.663.750 = 748.688 9.084.938 915.062 2004 45 % x 915.062 = 411.778 9.496.716 503.284
Sumber : Penulis, 2011
Universitas Sumatera Utara
23
Metode saldo menurun ganda hampir sama dengan metode saldo menurun
yang mengalokasikan harga perolehan dengan tarif tetap dengan nilai buku.
Perbedaannya adalah pada penentuan tarif penyusutan. Tarif penyusutan pada
metode ini adalah dua kali dari tarif metode garis lurus dengan tidak
memperhitungkan nilai sisa. Keuntungan dari metode ini adalah apabila aktiva
tersebut rusak atau dihentikan pemakaiannya sebelum masa manfaatnya habis,
jumlah penyusutan yang telah dibebankan sudah cukup besar, sehingga kerugian
yang diderita tidak terlalu besar dibandingkan dengan metode garis lurus.
Contoh :
Dari contoh sebelumnya, diketahui masa manfaat aktiva adalah 5 tahun, maka
tarif penyusutan menurut metode garis lurus adalah : 100% x 5 = 20 %. Untuk
memperoleh tarif penyusutan saldo menurun ganda, tarif tersebut dikalikan dua.
Maka, tarif penyusutannya adalah 20 % x 2 = 40 %
Besarnya beban penyusutan aktiva tersebut untuk setiap tahun dengan
menggunakan metode ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.4 Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda
Akhir Tahun Penyusutan Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
10.000.000 2000 40% x 10.000.000 = 4.000.000 4.000.000 6.000.000 2001 40% x 6.000.000 = 2.400.000 6.400.000 3.600.000 2002 40% x 3.600.000 = 1.440.000 7.840.000 2.160.000 2003 40% x 2.160.000 = 864.000 8.704.000 1.296.000 2004 40% x 1.296.000 = 518.400 9.222.400 777.600
Sumber : Penulis, 2011
Universitas Sumatera Utara
24
1. Berdasarkan penggunaan
a) Metode jam jasa (service hour method)
Metode di atas diasumsikan bahwa penurunan umur aktiva tetap
dihubungkan langsung dengan jumlah waktu penggunaan aktiva. Sehingga dalam
estimasi umur aktiva tersebut diperlukan taksiran usia dalam ukuran jasa jam
produksi. Besarnya beban penyusutan menurut metode di atas adalah mengalikan
jam jasa aktiva tetap dengan tingkat penyusutan per jam.
Perhitungan besar beban penyusutan per jam adalah dengan rumus berikut : Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa / Jumlah Jam Jasa
Contoh :
PT. XYZ membeli sebuah pesawat terbang dengan harga Rp. 200.000.000, - nilai
sisa 10%. Jumlah jam jasa pesawat terbang tersebut diestimasi sebesar 1000 jam.
Beban penyusutan pesawat terbang per jam dapat dihitung sebagai berikut :
Penyusutan = Rp. 200.000.000 – Rp. 20.000.000 / 1000 jam = 180.000/jam
Jika dalam tahun pertama pesawat terbang tersebut telah bekerja selama 100 jam
kerja maka beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 100 jam x 180.000
jam = Rp. 18.000.000,-
b) Metode jumlah unit produksi (productive output method)
Pada dasarnya sama dengan metode jam jasa. Perbedaannya pada metode
sebelumnya menggunakan jam sebagai dasar maka pada metode unit produksi
jumlah jam tersebut digambarkan sebagai output atau produksi dalam unit. Rumus
untuk mencari besarnya penyusutan per unit adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
25
Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa / Output
Untuk mencari besarnya beban penyusutan per tahun adalah jumlah
produksi setahun dikali besarnya penyusutan per unit.
2. Berdasarkan kriteria lainnya
a) Metode kelompok dan gabungan (combine and group method)
Pada pembahasan sebelumnya, diasumsikan bahwa beban penyusutan
dihubungkan dengan aktiva individual dan diperlakukan sebagai unit yang
terpisah. Praktik ini disebut dengan penyusutan per unit. Dari sudut pandang
praktis, dimungkinkan untu menghitung penyusutan atas sekelompok aktiva
solah-olah kelompok aktiva tersebut adalah satu aktiva. Prosedur pengalokasian
harga perolehan kelompok disebut dengan penyusutan kelompok ketika aktiva-
aktiva dalam kelompok tersebut sejenis atau misalkan semua mobil van
perusahaan dan penyusutan gabungan. Jika aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut
berbeda-beda (misalnya meja, kursi dan komputer perusahaan).
b) Metode Anuitas (annuity method)
Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang akan
memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga perolehan dari aktiva
tersebut dianggap sebagai present value yang akan didiskontokan atau jasa yang
akan diberikannya secara merata selama umur teknisnya. Menurut metode ini
penyusutan merupakan angka bunga yang diperhitungkan atas harga perolehan
aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan. Angka yang
Universitas Sumatera Utara
26
dibebankan ke akumulasi penyusutan merupakan beban bersih (biaya perusahaan)
yang menunjukkan peningkatan tiap tahun sehingga totalnya sama dengan harga
pokok dikurangi nilai residu. Metode ini sangat cocok digunakan dalam mencatat
besarnya penyusutan aktiva tetap yang diperoleh secara leasing
c) Sistem persediaan (inventory system)
Dalam metode ini, penyusutan dihitung dengan menambah persediaan
awal aktiva yang tersedia dengan perolehan aktiva tetap selama periode berjalan,
kemudian dikurangi persediaan akhir aktiva tetap tersebut. Metode ini biasanya
dipakai untuk menilai sejumlah aktiva tetap yang nilainya relatif kecil, seperti
perkakas, peralatan dan lain-lain. Metode persediaan ini cukup ringkas digunakan,
namun tidak sistematis dan tidak rasional. Disamping itu juga sulit menentukan
nilai sesungguhnya dari aktiva tetap tersebut pada akhir tahun.
5. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan
Menurut buku Standar Akuntansi Keuangan (2002 : 1.3) laporan keuangan
yang lengkap meliputi komponen-komponen berikut ini :
1) Neraca
2) Laporan laba rugi
3) Laporan perubahan ekuitas
4) Laporan arus kas
5) Catatan atas laporan keuangan
Universitas Sumatera Utara
27
Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan pada
komponen neraca dan berada pada sisi debit neraca. Menurut penulis Harahap
(2002 : 123), bentuk penyajian aktiva tetap di dalam neraca yang umumnya sering
digunakan oleh perusahaan adalah :
1. Di neraca hanya mencantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap
masing-masing dan kemudian dikurangi akumulasi penyusutan secara
global.
2. Informasi yang lebih lanjut dapat dibuat dalam catatan atas laporan
keuangan. Disini dapat dibuat nilai cost masing-masing dan akumulasi
penyusutan masing-masing.
3. Informasi lebih lanjut dan lengkap dapat dilihat melalui lampiran daftar
aktiva tetap.
Universitas Sumatera Utara
28
Tabel 2.5 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca
PT. MAJU
Neraca 31 Desember 200A
(Rp)
ASET
KEWAJIBAN dan EKUITAS
Aset Lancar : Kas dan setara kas Rp. xxx Surat berharga Rp. xxx Piutang usaha Rp. xxx Piutang dagang Rp. xxx Persediaan Rp. xxx Perlengkapan Rp. xxx Asuransi dibayar dimuka Rp. xxx Jumlah Aset Lancar Rp. xxx Aset Tidak Lancar : Tanah Rp. xxx Gedung Rp. xxx Peralatan Rp. xxx Akumulasi penyusutan Rp. xxx Jumlah Aset Tidak Lancar Rp. xxx Jumlah Aset Rp. xxx
Kewajiban Lancar : Hutang wesel Rp. xxx Hutang usaha Rp. xxx Hutang bank jangka pendek Rp. xxx Hutang gaji Rp. xxx Hutang bunga Rp. xxx Jumlah Kewajiban Lancar Rp. xxx Kewajiban Tidak Lancar : Hutang obligasi Rp. xxx Jumlah Kewajiban Tidak Lancar Rp. xxx Ekuitas : Modal disetor Rp. xxx Laba ditahan Rp. xxx Ekuitas - Bersih Rp. xxx Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Rp. xxx
Sumber : Soemarso S.R. (2004 : 228)
Universitas Sumatera Utara
29
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :
1. Nurlela A. (2004)
Judul penelitian “Pengakuan dan Pengukuran Aktiva Tetap pada
Perusahaan Jasa Angkutan Darat Antar Kota Antar Provinsi Di
Lingkungan Dinas Perhubungan Medan-Sumatera Utara”. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa pada dasarnya, proses pengakuan awal yang
dilakukan oleh perusahaan terhdap bus-busnya sudah memadai, namun
proses pencatatan dan perlakuan akuntansi selama penggunaan aktiva tetap
yang belum sempurna menimbulkan kesulitan dalam hal pengukuran nilai
aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan pada akhir periode
akuntansi.
2. Tampubolon (2005)
Judul penelitian “Analisa Penggunaan, Penghentian Aktiva Tetap, dan
Penyajiannya dalam Laporan Keuangan pada PT. Musim Mas Medan”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan perusahaan dalam
menentukan capital expenditure atau revenue expenditure dalam hal biaya
pemeliharaan dan perawatan, yaitu dengan mengelompokkan dan
pemeliharaan aktiva perusahaan dalam empat bagian. Dalam menghitung
penyusutan perusahaan menggunakan metode garis lurus. Kebijakan
perusahaan untuk masalah penghentian aktiva tetap temasuk cara
penghentian, pengalokasian biaya yang terjadi pada saat penghentian, dan
lain-lain sdh cukup baik.
Universitas Sumatera Utara
30
Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu
Nama
Judul Penelitian
Perumusan Masalah
Hasil Penelitian
Ramot Nurlela A. 2004
Erni M. Tampubolon 2005
Pengakuan dan Pengukuran Aktiva Tetap pada Perusahaan Jasa Angkutan Darat Antar Kota Antar Provinsi Di Lingkungan Dinas Perhubungan Medan-Sumatera Utara
Analisa Penggunaan, Penghentian Aktiva Tetap, dan Penyajiannya dalam Laporan Keuangan pada PT. Musim Mas Medan
Bagaimana perlakuan akuntansi dalam hal pengakuan dan pengukuran aktiva tetap pada perusahaan jasa angkutan darat antar kota antar provinsi di lingkungan Dinas Perhubungan Medan-Sumatera Utara dan apakah perlakuan akuntansi tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia? Apakah penggunaan, penghentian aktiva tetap dan penyajiannya dalam laporan keuangan telah sesuai dengan PSAK No. 16?
Pada dasarnya, proses pengakuan awal yang dilakukan oleh perusahaan terhdap bus-busnya sudah memadai, namun proses pencatatan dan perlakuan akuntansi selama penggunaan aktiva tetap yang belum sempurna menimbulkan kesulitan dalam hal pengukuran nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan pada akhir periode akuntansi.
Kebijakan perusahaan dalam menentukan capital expenditure atau revenue expenditure dalam hal biaya pemeliharaan dan perawatan, yaitu dengan mengelompokkan dan pemeliharaan aktiva perusahaan dalam empat bagian. Dalam menghitung penyusutan perusahaan menggunakan metode garis lurus. Kebijakan perusahaan untuk masalah penghentian aktiva tetap temasuk cara penghentian, pengalokasian biaya yang terjadi pada saat penghentian, dan lain-lain sdh cukup baik.
Universitas Sumatera Utara
31
C. Kerangka Konseptual
Gambar di bawah ini untuk merumuskan permasalahan sesuai dengan latar
belakang masalah penelitian, penulis menguraikan kerangka konseptual dalam
permasalahan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Sumber : Penulis, 2011
AKTIVA TETAP PT BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS, TBK.
Perolehan Aktiva Tetap
Pengeluaran Setelah Perolehan Aktiva Tetap
Pelepasan Aktiva Tetap
Penyusutan Aktiva Tetap
Penyajian Aktiva Tetap Dalam Laporan Keuangan Sesuai SAK
Universitas Sumatera Utara
32
Penjelasan Kerangka Konseptual :
Kebijakan akuntansi aktiva tetap yaitu kebijakan dalam pemilihan prinsip-
prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang diterapkan oleh
perusahaan untuk menentukan :
1. Cara perolehan aktiva tetap
2. Pengeluaran aktiva tetap
3. Metode penyusutan aktiva tetap
4. Penarikan aktiva tetap
5. Pengeluaran selama penggunaan aktiva tetap
6. Penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan
Sehingga kebijakan ini sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu
PSAK No. 16 dan PSAK No. 17.
Universitas Sumatera Utara