24
8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori Medis 1. Pengertian a. Menurut (Sarwono Prawirohardjo, 2007) Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby (bayi dengan berat lahir rendah=BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). b. Menurut (Ika Pantiawati, 2010) Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang 2500 gram. Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang dari 2500 gram disebut prematur. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970), telah disusun definisi sebagai berikut: 1) Preterm Infant (prematur) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari) 2) Term Infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari)

BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

  • Upload
    vukiet

  • View
    226

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

8

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis

1. Pengertian

a. Menurut (Sarwono Prawirohardjo, 2007)

Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby

dengan low birth weight baby (bayi dengan berat lahir

rendah=BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan

berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. BBLR

ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500

gram (sampai dengan 2499 gram).

b. Menurut (Ika Pantiawati, 2010)

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan

lahir kurang 2500 gram. Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir

kurang dari 2500 gram disebut prematur. Untuk mendapatkan

keseragaman pada kongres European Perinatal Medicine II di London

(1970), telah disusun definisi sebagai berikut:

1) Preterm Infant (prematur) atau bayi kurang bulan : bayi dengan

masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)

2) Term Infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan

mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari)

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

9

3) Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan

mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih)

c. Menurut (Proverawati dan Cahyo, 2010)

Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang

dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada

dibawah persentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan.

Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram

disebut prematur. Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah

tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat laun diketahui bahwa

tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya

bergantung pada berat badan saja, tetapi juga pada tingkat maturitas

bayi itu sendiri. BBLR ialah BBL yang berat badannya saat lahir

kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).

2. Etiologi

a. Menurut (Arief dan Weni, 2009)

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur.

Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta

seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin

juga merupakan penyebab terjadinya BBLR. BBLR dapat disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu :

1) Faktor Ibu

a) Penyakit :

(1) Toksemia gravidarum

8

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

10

(2) Perdarahan antepartum

(3) Trauma fisik dan psikologis

(4) Nefritis akut

(5) Diabetes melitus

b) Usia Ibu

(1) Usia <16 tahun

(2) Usia >35 tahun

(3) Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat

c) Keadaan Sosial

(1) Golongan sosial ekonomi rendah

(2) Perkawinan yang tidak syah

d) Sebab lain

(1) Ibu yang perokok

(2) Ibu peminum alkohol

(3) Ibu pecandu narkoba

2) Faktor Janin

a) Hidramnion

b) Kehamilan ganda

c) Kelainan kromosom

3) Faktor Lingkungan

a) Tempat tinggal dataran tinggi

b) Radiasi

c) Zat-zat racun

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

11

b. Penyebab lain dari BBLR menurut (Rukiyah dan Lia, 2010) antara lain :

1) Faktor Ibu

a) Toksemia gravidarum (pre-eklampsia dan eklamspsia)

b) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum

dan malnutrisi

c) Kelainan bentuk uterus (misal : uterus bikornis)

d) Tumor (misal : mioma uteri)

2) Faktor Janin

a) Kehamilan ganda

b) Hidramnion

c) Ketuban Pecah Dini

d) Cacat bawaan

e) Kelainan kromosom

f) Infeksi (misal : rubella, sifilis, toksoplasmosis)

g) Insufensi plasenta

h) Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan

darah A, B, dan O)

i) Infeksi dalam rahim

3) Faktor lain

a) Faktor plasenta : plasenta previa, solusio plasenta

b) Faktor lingkungan : radiasi atau zat-zat beracun, keadaan sosial

ekonomi yang rendah

c) Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan dan merokok

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

12

3. Klasifikasi

a. Menurut (Proverawati dan Cahyo, 2010) ada beberapa cara dalam

mengelompokkan bayi BBLR, yaitu :

1) Menurut harapan hidupnya :

a) BBLR berat lahir 1500 sampai <2500 gram.

b) BBLSR berat lahir 1000 sampai 1500 gram.

c) BBLER berat lahir < 1000 gram.

2) Menurut masa gestasinya :

a) Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat

badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami

retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang

kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

b) Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu

dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa

gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai

untuk masa kehamilan (NKB-SMK).

c) Imatur adalah bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang dari

28 minggu. (Reeder dan Leonide L. Martin, 2003)

b. Menurut (Sarwono Prawirohardjo, 2007)

1) Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai

(masa kehamilan yang dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari

haid yang teratur)

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

13

2) Baby small for gestational age (SGA) : bayi yang beratnya kurang

dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa

kehamilan = KMK)

3) Kedua-duanya

Untuk menentukan apakah bayi baru lahir itu prematur (sesuai masa

kehamilan = SMK), matur normal, KMK atau besar untuk masa

kehamilan (BMK) dapat dipakai tabel growth charts of weight

againt gestation. Pada tabel ini berat bayi matur normal dan bayi

prematur (SMK) terletak diantara 10th persentil dan 90

th persentil.

Pada bayi KMK beratnya dibawah 10th

persentil. Bila berat bayi di

atas 90th persentil disebut heavy for dates atau BMK. Bayi postmatur

bila kelahirannya terjadi pada masa kehamilan lebih dari 42 minggu.

4. Manifestasi klinis

Secara umum menurut (Surasmi dkk, 2009), gambaran klinis dari bayi

BBLR adalah sebagai berikut :

a. Umumnya BB < 2500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkar dada < 30

cm, lingkar kepala < 33 cm

b. Kepala relatif lebih besar daripada badannya, kulit tipis, transparan,

lanugo banyak, lemak subkutan sedikit

c. Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia

immatur, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki

testis belum turun

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

14

d. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltik usus pun dapat

terlihat

e. Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu

per satu

f. Daun telinga datar, lembut karena tulang rawannya masih sedikit

g. Puting susu belum terbentuk dengan baik, jaringan mammae belum

terlihat

h. Muskuler pleksornya belum berkembang serta tonus otot belum

sempurna lemah dengan sedikit gerakan atau tidak ada kegiatan yang

aktif bergerak

i. Kondisi ekstremitas lemah dengan sedikit gerakan atau tidak ada

kegiatan yang aktif bergerak

j. Berbaring dalam posisi ekstensi

k. Bayi lebih banyak tertidur daripada terbangun, tangisnya lemah,

pernafasan belum teratur dan sering terdapat apnea

l. Otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua

tungkai dalam keadaan abduksi, sendi lutut dan kaki dalam keadaan

fleksi dan kepala menghadap kearah satu jurusan

m. Reflek tonus otot biasanya masih lemah, reflek moro (+). Reflek

menghisap dan menelan belum sempurna, begitu juga dengan reflek

batuk. Frekuensi nadi 100-140/menit, pernafasan pada hari pertama 40-

50/menit, pada hari-hari berikutnya 35-45/menit.

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

15

5. Komplikasi

Menurut (Hanifa, 2004), komplikasi dari BBLR seebagai berikut :

a. Hipotermia

Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal

dan stabil yaitu 36,5°C sampai dengan 37,5° C. Segera setelah lahir

bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah.

Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh

bayi. Selain itu, Hiportermia dapat terjadi karena kemampuan untuk

mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas

sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup

memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem syaraf

yang mengatur suhu tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan

berat badan sehingga mudah kehilangan panas.

Tanda klinis hipotermia:

1) Suhu tubuh di bawah normal (36,5-37,50c)

2) Kulit dingin

3) Akral dingin

4) Sianosis (muka dan ekstremitas)

b. Hipoglikemia

Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan

bahwa Hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur.

Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin.

Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

16

ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan

terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan

kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72 jam pertama, sedangkan bayi

berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini disebabkan

cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia bila kadar

gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dL.

Tanda klinis hipoglikemia :

1) Gemetar atau tremor

2) Sianosis (muka dan ektremitas)

3) Apatis

4) Kejang

5) Apnea intermiten

6) Tangisan melemah atau melengking

7) Kelumpuhan atau letargi

8) Kesulitan minum

9) Terdapat gerakan putar mata

10) Keringat dingin

11) Hipotermia

12) Gagal jantung dan henti jantung (sering berbagai gejala muncul

bersama-sama)

c. Perdarahan Intrakranial

Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, disseminated

intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

17

germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang

sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan.

Tanda klinis perdarahan intrakranial :

1) Kegagalan umum untuk bergerak normal

2) Refleks moro menurun atau tidak ada

3) Tonus otot menurun

4) Letargi

5) Pucat dan sianosis

6) Apnea

7) Kegagalan menetek dengan baik

8) Muntah yang kuat

9) Tangisan bernada tinggi dan tajam

10) Kejang

11) Kelumpuhan

12) Fontanella mayor mungkin tegang dan cembung

13) Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan

manifestasi klinik satu pun.

d. Asfiksia

Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan

teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan

meningkatkan CO2.

Tanda dan gejalanya antara lain :

1) Pernafasan megap-megap dan dalam

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

18

2) Denyut jantung terus menerus

3) Bayi terlihat lemas

Penatalaksanaan asfiksia yaitu :

1) Bersihkan jalan nafas

2) Rangsang reflek pernafasan

3) Mempertahankan suhu tubuh

e. Hiperbilirubinemia

Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin pada bayi baru

lahir. Penurunan bilirubin dapat terjadi akibat dari kesalahan

metabolisme bawaan, hipotiroidisme, ikterus ASI, prematuritas.

Penatalaksanaan :

1) Tempatkan bayi di dalam inkubator

2) Berikan cahaya foto terapi

3) Gunakan selimut serap optik (jika ada)

4) Pantau kondisi kulit dan ganti popok dengan sering

5) Pantau asupan dan pengeluaran serta amati adanya tanda-tanda

dehidrasi

6) Pantau suhu dan pertahankan lingkungan termal yang netral

7) Pantau intensitas cahaya dengan bilimeter

f. Infeksi atau sepsis

Infeksi prenatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa

antenatal, intranatal, dan postnatal.

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

19

Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi antara lain :

1) Bayi malas minum

2) Gelisah mungkin juga terjadi letargi

3) Berat badan menurun

4) Pergerakan kurang

5) Muntah

6) Diare

7) Kejang

Penatalaksanaan :

1) Mengatur posisi tidur/semi fowler

2) Apabila suhu tinggi lakukan kompres sedikit demi sedikit

3) Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur

miring ke kiri atau ke kanan.

4) Apabila bayi diare perhatikan personal hygiene dan keadaan

lingkungan.

5) Rujuk segera ke rumah sakit. Jelaskan pada keluarga untuk inform

consent.

6. Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi

dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan

anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. (Lismayani,

2005)

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

20

a. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk

menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap terjadinya BBLR :

1) Umur ibu

2) Riwayat hari pertama haid terakhir

3) Riwayat persalinan sebelumnya

4) Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

5) Kenaikan berat badan selama hamil

6) Aktivitas

7) Penyakit yang diderita selama hamil

8) Obat-obatan yang diminum selama hamil

b. Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara

lain :

1) Berat badan

2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk

masa kehamilan)

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

1) Pemeriksaan skor ballard

2) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

21

3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas

diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah

4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada BBL dengan umur

kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat atau

diperkirakan atau terjadi sindrom gawat nafas.

7. Pencegahan

Upaya-upaya yang dapat dilaksanakan untuk mencegah terjadinya BBLR

(Hassan, 2005) :

a. Upaya agar melaksanakan antenatal care yang baik, segera melakukan

konsultasi dan merujuk bila ibu terdapat kelainan.

b. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya

persalinan dengan BBLR.

c. Tingkatkan penerimaan keluarga berencana.

d. Anjurkan lebih banyak istirahat, bila kehamilan mendekati aterm, atau

istirahat berbaring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari

kehamilan normal.

e. Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat

kepercayaan masyarakat.

8. Penatalaksanaan

Menurut (Ika Pantiawati, 2010), penatalaksanaan dari BBLR adalah :

a. Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 :

1) Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

22

2) Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat

lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)

b. Diatetik

Pemberian nutrisi yang adekuat

1) Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit

demi sedikit

2) Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui

sendok atau pipet

3) Apabila bayi belum ada reflek mengisap dan menelan harus dipasang

siang penduga/sonde fooding

c. Suportif

1) Membersihkan jalan nafas

2) Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat

3) Membersihkan badan bayi dengan kapas minyak bayi/minyak

kelapa

4) Memberikan obat mata

5) Membungkus bayi dengan kain hangat

6) Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan BBLR

7) Mempertahankan suhu tubuh bayi

8) Membungkus bayi dengan menggunakan selimut

9) Menidurkan bayi di dalam inkubator

10) Suhu lingkungan bayi harus dijaga

11) Badan bayi harus dalam keadaan kering

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

23

12) Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu

tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, metode kanguru, pemancar

panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat

fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk

13) Jangan memandikan bayi atau menyentuh bayi dengan tangan

dingin

14) Ukur suhu tubuh dengan berkala

15) Yang harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:

a) Jaga dan pantau patensi jalan nafas

b) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

16) Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh:

hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)

17) Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

18) Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi

d. Pemantauan

1) Pemantauan saat dirawat

a) Terapi

(1) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

(2) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2

minggu

b) Tumbuh kembang

(1) Pantau berat badan bayi secara periodik

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

24

(2) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama

(sampai 10 % untuk bayi dengan berat lahir ≥ 1500 gram dan

15% untuk bayi dengan berat lahir <1500)

(3) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (ada semua

kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :

(a) Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kgBB/hari sampai

tercapai jumlah 180ml/kgBB/hari

(b) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat

badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180

ml/kgBB/hari

(c) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan

jumlah pemberian ASI hingga 200ml/kgBB/hari

(d) Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar

kepala setiap minggu

2) Pemantauan setelah pulang

Diperlukan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan

mencegah/mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi

setelah pulang sebagai berikut :

a) Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap

bulan

b) Hitung umur koreksi

c) Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala

d) Tes perkembangan, denver development screening test (DDST)

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

25

e) Awasi kelainan bawaan

f) Mengajarkan ibu atau orangtua cara :

(1) Membersihkan jalan nafas

(2) Mempertahankan suhu tubuh

(3) Mencegah terjadinya infeksi

(4) Perawatan bayi sehari-hari :

(a) Memandikan

(b) Perawatan talipusat

(c) Pemberian ASI

g) Menjelaskan pada ibu (orangtua)

(1) Pemberian ASI

(2) Makanan bergizi bagi ibu

(3) Mengikuti program KB segera mungkin

h) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada

perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus

dirujuk ke Rumah Sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga

bahwa anaknya harus dirujuk ke Rumah Sakit.

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

26

9. Pathways BBLR

Bagan 1.1 Patways BBLR (Sumber : Ika Pantiawati, 2010)

Faktor lingkungan:

tempat tinggal dataran

tinggi, radiasi, zat-zat

racun

Faktor janin:

hidramnion/polihidr

amnion, kehamilan

ganda, kelainan

kromosom

Ibu : penyakit usia <16

th/>35th, sosial

ekonomi rendah,

kebiasaan ibu(perokok,

pecandu)

Medikamentosa: Vit.K (injeksi 1 mg

IM sekali pemberian,

per oral 2 mg sekali

pemberian atau 1 mg

3 kali pemberian

(saat lahir, umur 3-10

hari, dan umur 4-6

minggu))

Diatetik: ASI

yang adekuat,

cairan IV

Suportif: bersihkan jalan nafas, jaga

kehangatan,

inkubator,jaga

kebersihan, support

mental keluarga

Pemantauan:

terapi dan

tumbuh kembang

BBLR, BBLSR, BBLER

Immatur, Prematur, Dismatur

Komplikasi 1 :

Hipotermia

Komplikasi 6:

Perdarahan

Intrakranial

Perdarahan

intrakranial

Komplikasi 2:

Asfiksia

Komplikasi 3:

Hiperbilirubine

mia

Komplikasi 4:

Hipoglikemi

Komplikasi 5:

Infeksi/sepsis

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

27

B. Teori Manajemen Kebidanan

Menurut pendapat Muslihatun (2009) tentang Manajemen Kebidanan :

1. Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah aktivitas atau intervensi yang

dilaksanakan oleh bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau

permasalahan, khususnya dalam KIA atau KB.

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung

jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai

kebutuhan atau masalah bidan meliputi masa kehamilan, persalinan,nifas,

bayi, dan keluarga berencana termasuk kesehatan reproduksi perempuan

serta pelayanan kesehatan masyarakat.

2. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan (menurut Muslihatun, 2009) adalah metode

kerja profesi dengan menggunakan langkah-langkah sehingga merupakan

alur kerja dan perorganisasian pikiran dan bertindak sebagai suatu

langkah-langkah yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun

bagi bidan.

Proses manajemen ini terdiri dari 7 langkah berurutan dimana

disetiap langkah disempurnakan secara periodik, proses ini dimulai dari

pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.

Dengan adanya proses manajemen asuhan kebidanan ini maka mudah kita

dapat mengenali dan mengidentifikasi masalah selanjutnya, merencanakan

dan melaksanakan suatu asuhan yang aman dan efektif.

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

28

3. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

a. Langkah I. Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)

Merupakan langkah awal dan manajemen kebidanan, langkah yang

merupakan kemampuan intelektual dalam mengidentifikasi masalah

ibu, pada tahap ini merupakan dasar langkah selanjutnya. Kegiatan

yang dilaksanakan dalam langkah identifikasi data dasar meliputi

pengumpulan data, menggali data atau informasi baik ibu, keluarga,

maupun tim kesehatan lainnya atau data yang diperoleh dari hasil

pemeriksaan pada pencatatan dokumen medik.

b. Langkah II. Interpretasi Data Dasar

Menginterpretasikan data secara spesifik ke dalam suatu rumusan

diagnosa kebidanan dan masalah. Diagnosa lebih sering didefinisikan

oleh bidan yang difokuskan pada apa yang dialami oleh klien

sedangkan masalah lebih sering berhubungan dengan bagaimana klien

menguraikan keadaan yang dirasakan.

c. Langkah III. Identifikasi adanyamasalah atau diagnosa potensial

Tahap ini mengantisipasi masalah potensial yang mungkin terjadi atau

yang akan dialami olehbayi bila tidak mendapat penanganan yang

adekuat, didapat melalui pengamatan yang cermat, observasi secara

akurat dan persiapan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.

d. Langkah IV. Antisipasi Tindakan Segera

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.

Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

29

dokter dan atau untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. Dalam hal ini

di lakukan antisipasi dengan cara melakukan kolaborasi dan rujukan ke

tempat tenaga kesehatan yang lebih tinggi.

e. Langkah V. Perencanaan

Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan merencanakan tindakan secara

komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang relevan dan

diakui kebenarannya, sesuai kondisi dan situasi berdasarkan analisa

yang seharusnya dikerjakan atau tidak oleh bidan.

f. Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

Langkah implementasi atau pelaksanaan asuhan didalam manajemen

kebidanan dilaksanakan oleh bidan maupun bekerjasama dengan tenaga

kesehatan lain, berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Pelaksanaan

asuhan kebidanan di upayakan dalam waktu singkat dan seefektif

mungkin, hemat dan berkualitas, serta sesuai rencana yang

komprehensif. Implementasi memberikan asuhan kebidanan yang

sesuai dengan masalah atau penyakit yang diderita ibu.

g. Langkah VII. Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan

Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan

kepada klien. Pada tahap ini bidan harus melakukan pengamatan dan

observasi terhadap masalah yang dihadapi klien, apakah masalah di

atasi seluruhnya. Sebagian telah dapat dipecahkan atau mungkin timbul

masalah baru.

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

30

Selain terhadap permasalah klien, bidan juga harus mengenal apakah

rencana yang telah ditetapkan dapat dilakukan dengan baik, apakah

perlu disusun kembali intervensi yang lain sehingga masalah dapat

dipecahkan dengan tepat.

Pada prinsipnya, tahapan evaluasi ada pengkajian kembali terhadap

klien untuk menjawab pertanyaan beberapa jauh tercapainya rencana

yang dilakukan.

C. Teori Hukum Kewenangan Bidan

Pengertian Kewenangan Bidan adalah pelayanan kepada wanita, pada

masa pranikah termasuk remaja putri, prahamil, kehamilan, persalinan, nifas,

dan menyusui. Hukum Kewenangan Bidan yaitu peraturan resmi yang

dikukuhkan oleh pemerintah yang mengatur tentang pelayanan kepada

wanita, pada masa pranikah termasuk remaja putri, prahamil, kehamilan,

persalinan, nifas, dan menyusui (Permenkes, 1464/2010).

a. Kewenangan Bidan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,

kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

1) Pasal 9

Bidan dalam penyelenggaraan praktik, berwenang untuk memberikan

pelayanan meliputi :

a) Pelayanan kesehatan ibu

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-ariniluhwu... · Hiperbilirubinemia Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin

31

b) Pelayanan kesehatan anak

c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

2) Pasal 11

a) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 9

diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra

sekolah.

b) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk :

(1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,

pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin

K1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari),

dan perawatan tali pusat.

(2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.

(3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.

(4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.

(5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra

sekolah.

(6) Pemberian konseling dan penyuluhan.

(7) Pemberian surat keterangan kelahiran, dan Pemberian surat

keterangan kematian.