40
11 BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian diri Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi bagian dari lingkungan tertentu. Disamping itu individu juga memiliki kebutuhan, harapan, dan tuntutan didalam dirinya, yang harus diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan. Jadi penyesuaian diri dapat dikatakan sebagai cara tertentu yang dilakukan oleh individu untuk bereaksi terhadap tuntutan dalam diri maupun situasi eksternal yang dihadapinya. Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Membahas tentang pengertian penyesuaian diri, menurut Schneiders (Ali dan Mohamad, 2015:173-174) dapat ditinjau dari tiga sudut pandangyaitu ; a. Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation) Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptaion). Padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Penyesuaian diri cenderung diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara fisik (self- maintenance atau survival). Penyesuaian diri diartikan sama dengan usaha mempertahankan diri maka hanya selaras dengan keadaan fisik saja, bukan penyesuaian dalam arti psikologis. Padahal, dalam penyesuaian diri diri

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

11

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Penyesuaian Diri

1. Pengertian Penyesuaian diri

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi bagian dari

lingkungan tertentu. Disamping itu individu juga memiliki kebutuhan, harapan,

dan tuntutan didalam dirinya, yang harus diselaraskan dengan tuntutan dari

lingkungan. Jadi penyesuaian diri dapat dikatakan sebagai cara tertentu yang

dilakukan oleh individu untuk bereaksi terhadap tuntutan dalam diri maupun

situasi eksternal yang dihadapinya.

Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau

personal adjustment. Membahas tentang pengertian penyesuaian diri, menurut

Schneiders (Ali dan Mohamad, 2015:173-174) dapat ditinjau dari tiga sudut

pandangyaitu ;

a. Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation)

Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi

(adaptaion). Padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada

penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Penyesuaian diri

cenderung diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara fisik (self-

maintenance atau survival). Penyesuaian diri diartikan sama dengan usaha

mempertahankan diri maka hanya selaras dengan keadaan fisik saja, bukan

penyesuaian dalam arti psikologis. Padahal, dalam penyesuaian diri diri

Page 2: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

12

sesungguhnya tidak sekedar penyesuaian fisik, melainkan yang lebih

kompleks dan lebih penting lagi adalah adanya keunikan dan keberadaan

kepribadian individu dalam hubungannya dengan lingkungan.

b. Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (Conformity)

Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas,

menyiratkan bahwa disana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat

untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku,

baik secara moral, sosial, maupun emosional. Individu selalu diarahkan

kepada tuntutan konformitas dan terancam akan tertolak dirinya manakala

perilakunya tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Norma yang berlaku pada suatu budaya tertentu tidak sama dengan norma

pada budaya lainnya sehingga tidak mungkin merumuskan serangkaian

prinsip-prinsip penyesuaian diri berdasarkan budaya yang dapat diterima

secara universal. Konsep penyesuaian diri sesungguhnya bersifat dinamis

dan tidak dapat disusun berdasarkan konformitas sosial.

c. Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (Mastery)

Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai

sebagai usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk

merencanakan dan mengorganisasikan respon dalam cara-cara tertentu

sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustasi tidak terjadi. Penyesuaian

diri diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam mengembangkan diri

sehingga dorongan, emosi, dan kebiasaan menjadi terkendali dan terarah.

Pemaknaan penyesuaian diri sebagai penguasaan (mastery) mengandung

Page 3: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

13

kelemahan, yaitu menyamaratakan semua individu. Prinsip-prinsip penting

mengenai hakikat penyesuaian diri, yaitu sebagai berikut.

1) Setiap individu memiliki hakikat penyesuaian diri yang berbeda.

2) Penyesuaian diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau

kecenderungan yang telah dicapainya.

3) Penyesuaian diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam

hubungannya dengan tuntutan lingkungan individu yang bersangkutan.

Menurut Schneiders (Agustiani, 2009:146) mengemukakan bahwa

penyesuaian diri merupakan satu proses yang mencakup respon-respon mental dan

tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan,

ketegangan, konflik dan frustasi yang dialami di dalam dirinya. Penyesuaian diri

bukan merupakan suatu yang bersifat absolut atau mutlak. Tidak ada individu

yang dapat melakukan penyesuaian diri dengan sempurna. Penyesuaian diri

bersifat relatif, artinya harus dinilai dan dievaluasi sesuai dengan kapasitas

individu untuk memenuhi tuntutan terhadap dirinya.

Penyesuaian diri merupakan salah satu tugas perkembangan masa remaja

yang tersulit (Hurlock, 2016: 257). Mengacu pada seberapa jauhnya kepribadian

sesorang individu berfungsi secara efisien dalam masyarakat. Tedapat pola

perilaku tertentu yang secara karakteristik dikaitkan dengan anak yang

berpenyesuaian yang baik dan pola yang dikaitkan dengan mereka yang

berpenyesuaian buruk. Penyesuaian diri yang baik memiliki semacam harmoni

dalam, artinya mereka sewaktu-waktu ada kekecewaan dan kegagalan yang

mereka berusaha terus untuk mencapai tujuan. Mereka menganggap tujuan

Page 4: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

14

tersebut terlalu tinggi, mereka bersedia memodifikasi tujuan agar cocok dengan

kemampuan mereka. Penyesuaian diri adalah suatu proses alamiah dan dinamis

yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih

sesuai dengan kondisi lingkungannya. (Fatimah, 2008:198).

Menurut sobur (2016:449) penyesuaian diri merupakan faktor yang penting

dalam kehidupan manusia. Hidup manusia sejak lahir sampai mati tidak lain

adalah penyesuaian diri. Kelainan-kelainan kepribadian tidak lain adalah kelainan-

kelainan penyesuaian. Menunjukan kelainan-kelainan kepribadian seseorang

sering dikemukakan maladjustment, yang artinya “tidak ada penyesuaian” atau

“tidak memiliki kemampuan menyesuaiakn diri”. Jadi, misalnya seorang anak

yang mengalami hambatan-hambatan emosional sehingga anak menjadi nakal,

anak tersebut sering disebut maladjusted child. Sedangkan menurut musthafa,

penyesuaian adalah suatu proses dinamis secara terus-menerus yang bertujuan

untuk mengubah tingkah laku untuk mendapatkan hubungan yang lebih serasi

antara diri dan lingkungan.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulakan penyesuaian diri adalah

kemampuan yang dimiliki individu untuk berinteraksi dengan orang lain yang

bertujuan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya, baik secara

pribadi ataupun sosial.

2. Aspek-aspek penyesuaian diri

Sesuai dengan kekhasan perkembangan fase remaja maka penyesuaian diri

dikalangan remaja pun memiliki aspek-aspek yang khas pula.Aspek-

Page 5: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

15

aspekpenyesuaian diri remaja adalah sebagai mana dipaparkan berikut ini. (Ali

dan Mohammad, 2015:179-181).

a. Penyesuaian diri remaja terhadap peran dan identitasnya

Pesatnya perkembangan fisik dan psikis, seringkali menyebabkan remaja

mengalami krisis peran dan identitasnya. Remaja senantiasa berjuang agar

dapat memainkan perannya agar sesuai dengan perkembangan masa

peralihannya dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Tujuannya adalah

memperoleh identitas diri yang semakin jelas dan dapat dimengerti serta

diterima oleh lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah, ataupun

masyarakat. Penyesuaian diri remaja secara khas berupaya untuk dapat

berperan sebagai subjek yang kepribadiaanya memang berbeda dengan

anak-anak ataupun orang dewasa.

b. Penyesuaian diri remaja terhadap pendidikan

Remaja sebenarnya mengetahui bahwa untuk menjadi orang yang sukses

harus rajin belajar. Upaya pencarian identitas diri yang kuat menyebabkan

mereka seringkali lebih senang mencari kegiatan-kegiatan selain belajar

tetapi menyenangkan bersama-sama kelompoknya. Seringkali ditemui

remaja yang malas dan tidak disiplin dalam belajar. Penyesuaian diri

remaja secara khas berjuang ingin meraih sukses dalam studi, tetapi

dengan cara-cara yang menimbulkan perasaan bebas dan senang, terhindar

dari tekanan dan konflik, atau bahkan frustasi.

Page 6: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

16

c. Penyesuaian diri remaja terhadap kehidupan seks

Remaja perlu menyesuaikan penyaluran kebutuhan seksualnya dalam

batas-batas penerimaan lingkungan sosialnya sehingga terbebas dari

kecemasan psikoseksual, tetapi juga tidak melanggar nilai-nilai moral

masyarakat dan agama. Secara khas seksual penyesuaian diri remaja dalam

konteks ini adalah mereka ingin memahami kondisi seksual dirinya dan

lawan jenisnya serta mampu bertindak untuk menyalurkan dorongan

seksualnya yang dapat dimengerti dan dibenarkan oleh norma sosial dan

agama.

d. Penyesuaian diri remaja terhadap norma sosial

Dalam kehidupan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, tentunya

memiliki ukuran-ukuran dasar yang dijunjung tinggi mengenai apa yang

dikatakan baik atau buruk, benar atau salah, yang boleh atau tidak boleh

dilakukan, dalam bentuk norma-norma, hukum, nilai-nilai moral, sopan

santun, maupun adat istiadat. Perjuangan penyesuaian diri remaja terhadap

norma sosial adalah ingin menginteraksikan antara dorongan untuk

bertindak bebas di satu sisi, dengan tuntutan norma sosial pada masyarakat

disisi lain. Tujuannya adalah agar dapat terwujud internalisasi norma, baik

pada kelompok remaja itu sendiri, lingkungan keluarga, sekolah, maupun

masyarakat luas.

e. Penyesuaian diri remaja terhadap penggunaan waktu luang

Waktu luang remaja merupakan kesempatan untuk memenuhi dorongan

bertindak bebas. Remaja dituntut mampu menggunakan waktu luangnya

Page 7: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

17

untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.

Upaya penyesuaian diri remaja adalah melakukan penyesuaian dorongan

kebebasannya serta inisiatif dan kreativitasnya dengan kegiatan-kegiatan

yang bermanfaat. Penggunaan waktu luang akan menjunjung

pengembangan diri dan manfaat sosial.

f. Penyesuaian diri remaja terhadap penggunaan uang

Remaja juga berupaya untuk memenuhi dorongan sosial lain yang

memerlukan dukungan finansial. Remaja belum sepenuhnya mandiri,

dalam masalah finansial, mereka memperoleh jatah dari orang tua sesui

dengan kemampuan keluarganya. Perjuangan penyesuaian diri remaja

adalah berusaha untuk mampu bertindak secara proposional, melakukan

penyesuaian antara kelayakan pemenuhan kebutuhannya dengan kondisi

ekonomi orang tuanya.

g. Penyesuaian diri terhadap kecemasan, konflik, dan frustasi

Dinamika perkembangan yang sangat dinamis, remaja seringkali

dihadapkan pada kecemasan, konflik, dan frustasi. Strategi penyesuaian

diri terhadap kecemasan, konflik, dan frustasi tersebut biasanya melalui

suatu mekanisme pertahanan diri seperti kompensasi, rasionalisasi,

proyeksi, sublimasi, identifikasi, regresi, dan reaksi. Batas-batas kewajaran

dan situasi tertentu untuk sementara cara-cara tersebut memang masih

memberikan manfaat dalam upaya penyesuaian diri remaja. Cara-cara

tersebut seringkali ditempuh dan menjadi kebiasaan, hal itu akan menjadi

tidak sehat.

Page 8: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

18

Menurut Sundari (2015;40-42) karakteristik remaja dalam penyesuaian diri

dapat dipaparkan sebagai berikut.

a. Penyesuaian terhadap keluarga (family adjustment)

Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keharmonisan keluarga

terwujud bila seluruh anggota keluarga mempunyai kesadaran dan

kesanggupan memenuhi fungsinya. Tiap anggota keluarga berusaha

mengadakan penyesuaian diri dalam keluarganya, antara lain:

1) Mempunyai relasasi yang sehat dengan segenap anggota

keluarga.

2) Mempunyai solidaritas dan loyalitas keluarga serta membantu

usaha keluarga dalam mencapai tujuan tertentu.

3) Mempunyai kesadaran adanya emansipasi yang gradual serta

kemerdekaan dalam taraf kedewasaan.

4) Mempunyai kesadaran adanya otoritas orang tua.

5) Mempunyai kesadaran bertanggung jawab menjalankan aturan-

aturan larangan secara disiplin.

b. Penyesuaian diri terhadap sosial (social adjustment)

Sosial atau masyarakat merupakan kumpulan individu, keluarga,

organisasi dan lain-lainnya. Terjadi keharmonisan dalam masyarakat

harus ada kesadaran bermasyarakat. Penyesuaian terhadap masyarakat:

1) Ada kesanggupan mengadakan relasi yang sehat terhadap

masyarakat.

Page 9: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

19

2) Ada kesanggupan bereaksi secara efektif dan harmonis

terhadap kenyataan sosial.

3) Kesanggupan menghargai dan menjalankan hukum tertulis

maupun tidak tertulis.

4) Kesanggupan menghargai orang lain mengenai hak-haknya dan

pribadinya.

5) Kesanggupan untuk bergaul dengan orang lain dalam bentuk

persahabatan.

c. Penyesuaian diri terhadap sekolah (school adjustment)

Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam

mengembangkan potensinya, terutama perkembangan intelegensi

maupun pribadinya. Sekolah harus menumbuhkan penyesuaian diri yang

baik, bersifak konstruktif, sehingga terwujud:

1) Disiplin dalam sekolah terhadap peraturan-peraturan yang ada.

2) Pengakuan otoritas guru atau pendidik.

3) Interes terhadap mata pelajaran di sekolah.

4) Situasi dan fasilitas yang cukup, sehingga tujuan sekolah dapat

tercapai.

d. Penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi

Perguruan tinggi merupakan tempat pendidikan tertinggi, untuk

mencapai gelar, tempat yang menyenangkan penuh kenangan.

Mahasiswa merupakan tempat yang diliputi keraguan, kecemasan

Page 10: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

20

bahkan kegagalan. Penyesuaian diri di perguruan tinggi hampir sama di

sekolah, tetapi harus ditambah dengan:

1) Pengembangan kepribadian yang seimbang yaitu dapat

memenuhi tuntutan ilmiah, jasmani, dan rohani yang sehat serta

tanggung jawab sosial yang masak.

2) Dapat belajar menyesuaikan diri di tempat kelak bekerja.

3) Siap menghadapi persaingan, ulet dalam mengahadapi segala

persoalan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan aspek-aspek penyesuaian diri

yaitu peran dan identitasnya, kematangan emosional, kematangan sosial, dan

kognisi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyesuaian diri

Menurut Schneider (Ali dan Mohammad, 2015:181) setidaknya ada lima

faktor yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja, yaitu:

a. Kondisi fisik.

Seringkali kondisi fisik berpengaruh kuat terhadap proses penyesuaian

diri remaja. Aspek-aspek berkaitan dengan kondisi fisik yang dapat

memengaruhi penyesuaian diri remaja adalah.

1) Hereditas dan konstitusi fisik, pengaruh hereditas terhadap

penyesuaian diri, lebih digunakan pendekatan fisik karena hereditas

dipandang lebih dekat dan tak terpisahkan dari mekanisme fisik.

Page 11: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

21

2) Sistem utama tubuh, termasuk ke dalam sistem utama tubuuh yang

memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri adalah sistem syaraf,

kelenjar, dan otot.

3) Kesehatan fisik, kondisi fisik yang sehat dapat menimbulkan

penerimaan diri, percaya diri, harga diri, dan sejenisnya yang akan

menjadi kondisi yang sangat menguntungkan bagi proses

penyesuaian diri.

b. Kepribadian

Unsur-unsur kepribadian yang penting pengaruhnya terhadap

penyesuaian diri adalah.

1) Kemauan dan kemapuan untuk berubah, merupakan karakteristik

kepribadian yang pengaruhnya sangat menonjol terhadap proses

penyesuaian diri. Sebagai suatu proses yang dinamis dan

berkelanjutan, penyesuaian diri membutuhkan kecenderungan

untuk berubah dalam bentuk kemauan, perilaku, sikap, dan

karakteristik sejenis lainnya.

2) Pengaturan diri, sama pentingnya dengan proses penyesuaian diri

dan pemeliharaan stabilitas mental, kemampuan untuk mengatur

diri, dan mengarahkan diri.

3) Realisasi diri, perkembangan kepribadian berjalan normal

sepanjang masa kanak-kanak dan remaja, di dalamnya tersirat

potensi laten dalam bentuk sikap, tanggung jawab pengahayatan

Page 12: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

22

nilai-nilai, penghargaan diri dan lingkungan, serta karakteristik

lainnya menuju pembentukan kepribadian dewasa.

4) Intelegensi, kemampuan pengaturan diri sesungguhnya muncul

tergantung pada kualitas dasar lainnya yang penting peranannya

dalam penyesuaian diri, yaitu kualitas intelegensi.

c. Edukasi

Termasuk unsur-unsur penting dalam edukasi atau pendidikan yang

dapat mempengaruhi penyesuaian diri inidvidu, adalah.

1) Belajar, merupakan unsur penting dalam penyesuaian diri individu

karena pada umunya respon-respons dan sifat-sifat kepribadian

yang diperlukan bagi penyesuaian diri diperoleh dan menyerap ke

dalam diri individu melalui proses belajar.

2) Pengalaman, ada dua jenis pengalaman yang memiliki nilai

signifikan terhadap proses penyesuaian diri, yaitu pengalaman yang

menyehatkan (salutary experience), dan pengalaman traumatik

(traumatic experience). Pengalaman yang menyehatkan adalah

peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan

sebagai sesuatu yang mengenakan, mengasyikan, dan bahkan

dirasa ingin mengulangnya kembali. Sedangkan pengalaman

traumatik adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu

dan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat tidak mengenakan,

menyedihkan, atau bahkan sangat menyakitkan. Sehingga yang

mengalami pengalaman traumatik akan cenderung ragu-ragu,

Page 13: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

23

kurang percaya diri, gamang, rendah diri, atau bahkan merasa takut

ketika harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru

dibandingkan dengan yang mengalami pengalaman menyehatkan.

3) Latihan, merupakan proses belajar yang dioreintasikan kepada

perolehan ketrampilan dan kebiasaan. Seseorang yang sebelumnya

memiliki penyesuaian diri yang kurang baik dan kaku, tetapi karena

melakukan latihan secara sungguh-sungguh, akhirnya lambat laun

menjadi bagus dalam setiap penyesuaian diri dengan lingkungan

baru.

4) Determinasi diri, bahwa sesungguhnya individu itu sendiri harus

mampu menentukan dirinya sendiri untuk melakukan proses

penyesuaian diri. Determinasi merupakan faktor yang sangat kuat

yang dapat digunakan untuk kebaikan atau keburukan, untuk

mencapai penyesuaian diri secara tuntas, atau bahkan merusak diri

sendiri.

d. Lingkungan.

Berbicara faktor lingkungan sebagai variabel yang berpengaruh

terhadap penyesuaian diri sudah tentu meliputi lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah, dan masyarakat.

1) Lingkungan keluarga, merupakan lingkungan utama yang sangat

penting atau bahkan tidak ada yang lebih penting dalam kaitannya

dengan penyesuaian diri individu. Unsur-unsur di dalam keluarga,

seperti konstelasi keluarga, interaksi orang tua dan anak,

Page 14: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

24

karakteristik keluarga, kekohesifan keluarga, dan gangguan dalam

keluarga akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri individu.

2) Lingkungan sekolah, juga dapat menjadi kondisi yang

memungkinkan berkembangnya atau terhambatnya proses

perkembangan penyesuaian diri. Sekolah dipandang sebagai media

yang sangat berguna untuk mempengaruhi kehidupan dan

perkembangan intelektual, sosial, nilai-nilai, sikap, dan moral

siswa.

3) Lingkungan masyarakat, juga menjadi faktor yang dapat

berpengaruh terhadap perkembangan penyesuaian diri. Konsistensi

nilai-nilai, sikap, aturan-aturan, norma, moral, dan perilaku

masyarakat tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap proses

perkembangan penyesuaian dirinya.

e. Agama dan Budaya

Agama memberikan sumbangan nilai-nilai, keyakinan, praktik-praktik

yang memberikan makna sangat mendalam, tujuan, serta kestabilan dan

keseimbangan hidup individu. Faktor agama memiliki sumbangan yang

berarti terhadap penyesuaian diri individu. Selain agama, budaya juga

merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan individu.

Adanya karakteristik budaya yang diwariskan kepada individu melalui

berbagai media dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Menurut Soeparwoto, (dalam Kumalasari.2011:23) faktor penyesuaian diri

dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Page 15: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

25

a. Faktor internal

1) Motif, yaitu motif-motif sosial seperti motif berafiliasi, motif

berprestasi dan motif mendominasi.

2) Konsep diri remaja, yaitu bagaimana remaja memandang dirinya

sendiri, baik dari aspek fisik, psikologis, sosial maupun aspek

akademik. Remaja dengan konsep diri tinggi akan lebih memiliki

kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri yang menyenangkan

dibanding remaja dengan konsep diri rendah, pesimis ataupun

kurang yakin terhadap dirinya.

3) Persepsi remaja, yaitu pengamatan dan penilaian remaja terhadap

objek, peristiwa dan kehidupan, baik melalui proses kognisi maupun

afeksi untuk membentuk konsep tentang objek tertentu.

4) Sikap remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk berperilaku positif

atau negatif. Remaja yang bersikap positif terhadap segala sesuatu

yang dihadapi akan lebih memiliki peluang untuk melakukan

penyesuaian diri yang baik dari pada remaja yang sering bersikap

negatif.

5) Intelegensi dan minat, intelegensi merupakan modal untuk menalar.

Manganalisis, sehingga dapat menjadi dasar dalam melakukan

penyesuaian diri. Ditambah faktor minat, pengaruhnya akan lebih

nyata bila remaja telah memiliki minat terhadap sesuatu, maka

proses penyesuaian diri akan lebih cepat.

Page 16: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

26

6) Kepribadian, pada prinsipnya tipe kepribadian ekstrovert akan lebih

lentur dan dinamis, sehingga lebih mudah melakukan penyesuaian

diri dibanding tipe kepribadian introvert yang cenderung kaku dan

statis.

b. Faktor eksternal

1) Keluarga terutama pola asuh orang tua, pada dasarnya pola asuh

demokratis dengan suasana keterbukaan akan lebih memberikan

peluang bagi remaja untuk melakukan proses penyesuaian diri secara

efektif.

2) Kondisi sekolah, kondisi sekolah yang sehat akan memberikan

landasan kepada remaja untuk dapat bertindak dalam penyesuaian

diri secara harmonis.

3) Kelompok sebaya, hampir setiap remaja memiliki teman-teman

sebaya dalam bentuk kelompok. Kelompok teman sebaya ini ada

yang menguntungkan pengembangan proses penyesuaian diri tetapi

ada pula yang justru menghambat proses penyesuaian diri remaja.

4) Prasangka sosial, adanya kecenderungan sebagian masyarakat yang

menaruh prasangka terhadap para remaja, misalnya memberi label

remaja negatif, nakal, sukar diatur, suka menentang orang tua dan

lainlain, prasangka semacam itu jelas akan menjadi kendala dalam

proses penyesuaian diri remaja.

5) Hukum dan norma sosial, bila suatu masyarakat benar-benar

konsekuen menegakkan hukum dan norma-norma yang berlaku

Page 17: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

27

maka akan mengembangkan remaja-remaja yang baik penyesuaian

dirinya.

Shcneiders (Agustiani, 2009:147) penyesuaian diri yang dilakukan oleh

individu dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu sebagai berikut:

a. Faktor kondisi fisik, yang meliputi faktor keturunan, kesehatan, bentuk

tubuh dan hal-hal lain yang berkaitan dengan fisik.

b. Faktor perkembangan dan kematangan, yang meliputi perkembangan

intelektual, sosial, moral, dan kematangan emosional.

c. Faktor psikologis, yaitu faktor-faktor pengalaman individu, frustasi dan

konflik yang dialami, dan kondisi-kondisi psikologis seseorang dalam

penyesuaian diri.

d. Faktor lingkungan, yaitu kondisi yang ada pada lingkungan, seperti

kondisi keluarga, kondisi rumah.

e. Faktor budaya, termasuk adat istiadat dan agama yang turut

mempengaruhi penyesuaian diri seseorang

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor penyesuaian diri

yaitu adanya faktor internal yang berdasarkan pada diri sendiri, Remaja dengan

konsep diri tinggi akan lebih memiliki kemampuan untuk melakukan penyesuaian

diri yang menyenangkan dibanding remaja dengan konsep diri rendah, pesimis

ataupun kurang yakin terhadap dirinya. Faktor eksternal yang berdasarkan dari

lingkungan dia tempat tinggal, kelompok teman sebaya ini ada yang

menguntungkan pengembangan proses penyesuaian diri tetapi ada pula yang

justru menghambat proses penyesuaian diri remaja.

Page 18: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

28

B. Dukungan Sosial Teman Sebaya

1. Pengertian dukungan sosial teman sebaya

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan

orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan), kebutuhan sosial

(pergaulan, pengakuan, sekolah, pekerjaan) dan kebutuhan psikis termasuk rasa

ingin tahu, rasa aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhin tanpa

bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik

ringan maupun berat. Pada saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan

sosial dari orang sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan

dicintai.

Menurut Sarason (Azizah, 2011:97) mengatakan bahwa dukungan sosial

adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dan orang-orang yang dapat diandalkan,

menghargai dan menyayangi kita. Pendapat lain mengatakan dukungan sosial

sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan

sikap menerima kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dan individu

maupun kelompok. Dukungan sosial mencakup dua hal yaitu jumlah sumber

dukungan sosial yang tersedia dan merupakan persepsi individu terhadap sejumlah

orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan

berdasarkan kuantitas), dan tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang

diterima berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi

(pendekatan berdasarkan kualitas).

Page 19: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

29

Oktaviana (dalam Mulia.dkk.2014:2) mengatakan bahwa dukungan sosial

bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan yang berarti bagi individu

seperti keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan kerja, tetangga dan saudara.

Teman dekat merupakan sumber dukungan sosial yang utama bagi remaja karena

dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama mengalami

Sarason dan Sarason (dalam Marni dan Rudy,2015:2) mengemukakan

bahwa dukungan sosial adalah dukungan yang didapat dari keakraban sosial

(teman, keluarga, anak ataupun orang lain) berupa pemberian informasi, nasehat

verbal atau non verbal, bantuan nyata atau tidak nyata, tindakan yang bermanfaat

sosial dan efek perilaku bagi penerima yang akan melindungi diri dari perilaku

yang negatif. Pendapat lain dukungan sosial adalah mengadakan atau

menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain, serta memberikan

dorongan atau pengobatan semangat dan nasehat kepada orang lain dalam satu

situasi dalam mengambil keputusan.

Roberts & Gilbert (dalam Kusrini dan Nanik, 2014) dukungan sosial dapat

dianggap sebagai sesuatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh

dari orang lain yang dapat dipercaya. Dari keadaan tersebut individu akan

mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintainya.

Dukungan sosial adalah suatu pemikiran terbaik sebagai suatu konstruk

multidimensional yang terdiri dari komponen fungsional dan struktur.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosialadalah

dukungan yang berupa pemberian informasi, dipercaya dan adanya ketersediaan

Page 20: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

30

orang-orang yang terdekat dengan individu yang memberikan rasa senang dan

nyaman.

Menurut Bandura (Gunarsa dan Yulia.2012:238) masa remaja menjadi suatu

pertentangan dan pemberontakan karena terlalu menitik beratkan pada ungkapan-

ungkapan bebas dan ringan dari ketidakpatuhan. Remaja merupakan masa

peralihan antara masa anak dan masa dewasa, yakni antara 12 sampai 21 tahun.

Masa remaja mulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan berkaitan dengan

tanda-tanda kedewasaan fisik.

Menurut Mussen dkk (Desmita, 2015:194) masa remaja adalah suatu periode

kehidupan dimana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan

secara efisien mencapai puncaknya. Menurut pendapat tokoh lain perkembangan

kehidupan sosial remaja juga ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh

teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian besar waktunya dihabiskan

untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebaya mereka.

persahabatan remaja erat kaitannya dengan perubahan aspek-aspek pengendalian

psikologis yang berhubungan dengan kecintaan pada diri sendiri dan munculnya

phallic conflicts. Pada prinsipnya teman sebaya mempunyai arti penting bagi

kehidupan remaja.

Menurut Santrock (2011:446) sebagian besar anak-anak, menjadi populer

bersama teman sebayanya merupakan motivator yang kuat. Diawal masa remaja,

remaja biasanya memilih untuk memiliki beberapa sahabat yang lebih intens dan

akrab dibandingkan anak kecil. Pendapat tokoh lain, teman sebaya sangat penting

untuk memenuhi kebutuhan sosial, kebutuhan akan intimasi meningkat dimasa

Page 21: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

31

remaja awal, dan memotivasi remaja mencari sahabat. Jika remaja gagal untuk

menempa persahabatan yang akrab, mereka akan menurun. Remaja tergantung

pada kawan-kawan daripada orang tua untuk memenuhi kebutuhan mereka atas

kebersamaan, kentetraman hati, dan intimasi.

Menurut Piaget (dalam Ananda dan dian, 2015:300) dukungan sosial teman

sebaya memiliki fungsi sebagai dukungan ego, dimana persahabatan menyediakan

harapan atau dukungan, dorongan dan umpan balik yang dapat membantu

mempertahankan kesan atas dirinya sebagai seorang individu yang mampu,

berharga, dan menarik.

Menurut Rahmawan (dalam Mulia, 2014:2) dukungan teman sebaya

merupakan sumber dukungan sosial yang utama bagi remaja karena dapat

memberikan rasa senang dan dukungan selama mengalami suatu permasalahan

dan penerimaan yang diperoleh dari pergaulan dapat menimbulkan rasa

kebermaknaan hidup pada remaja.

Menurut Sarafino (dalam Sasmita dan Rustika, 2015:282) teman sebaya

merupakan sumber dukungan emosional penting sepanjang transisi masa remaja.

Dukungan sosial teman sebaya adalah dukungan yang diberikan kepada individu

oleh kelompok sebayanya berupa kenyamanan secara fisik dan psikologis

sehingga individu merasa dicintai, diperhatikan, dihargai sebagai bagian dari

kelompok sosial. Dukungan tersebut berupa empati, kasih sayang, perhatian,

penghargaan positif, dan nasihat. Kondisi seperti itu akan memberikan individu

Page 22: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

32

rasa penerimaan, kehangatan dan pengertian sehingga dapat membantu individu

meningkatkan kemampuan dalam menghadapi masalahnya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan dukungan sosial teman sebaya

adalah dukungan yang berasal dari teman dekat yang berupa empati, kasih sayang,

perhatian, dan dapat memberikan informasi terkait hal apa yang harus dilakukan

remaja dalam upaya bersosialisasi dengan baik pada lingkungannya.

2. Aspek-aspek dukungan sosial teman sebaya

House (Mahmudi, 2014:188) membedakan empat aspek atau dimensi

dukungan sosial teman sebaya:

a. Dukungan emosional: mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian terhadap orang yang bersangkutan, seperti umpan balik dan

penegasan.

b. Dukungan penghargaan: terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan)

positif untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan

atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang-

orang lain, seperti orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk

keadaannya (menambah penghargaan diri).

c. Dukungan instrumental: mencakup bantuan langsung, seperti kalau orang-

orang memberi pinjaman uang kepada orang itu atau menolong dengan

pekerjaan pada waktu mengalami stress.

d. Dukungan informatif: mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk,

saran-sara atau umpan balik.

Page 23: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

33

Untuk menjelaskan konsep dukungan sosial teman sebaya, kebanyakan

penelitian sependapat untuk membedakan aspek-aspek yang berlainan. Sarafino

(dalam Jarmitia, dkk. 2016:64) membagi dukungan sosial teman sebayaantara

lain:

a. Dukungan instrumental yaitu penyediaan materi yang dapat memberikan

pertolongan langsung seperti memberikan sesuatu pelayanan dan

dukungan yang berupa uang atau barang.

b. Dukungan informasional yaitu mendapatkan saran dan menerima

nasehat untuk pemecahan masalah.

c. Dukungan emosional yaitu mendapatkan perhatian dan empati.

d. Dukungan penghargaan yaitu penilaian positif terhadap ide‐ide, perasaan

dan performa diri sendiri dari orang lain, dorongan untuk maju.

e. Dukungan dari kelompok sosial, individu merasa menjadi anggota dari

suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat, rasa memiliki,

diperhatikan, dan aktivitas sosial dengan kelompok, dengan demikian

individu akan merasa senasib.

Jenis dukungan yang diterima dan diperlukan orang tergantung pada

keadaan-keadaan yang bersangkutan. Dukungan instrumental akan lebih efektif

untuk kesukaran seperti kemiskinan. Dukungan informasional akan berfaedah

kalau terdapat kekurangan pengetahuan dan ketrampilan, dan dalam hal yang amat

tidak pasti tentang persoalaan yang terkait.

Page 24: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

34

Sarafino (dalam Kusrini dan Nani, 2014:133) mengemukakan dukungan

sosial teman sebaya meliputi empat aspek, yaitu:

a. Dukungan emosional. Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati

dan perhatian terhadap individu sehingga individu tersebut merasa

nyaman, dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini meliputi perilaku

seperti memberikan perhatian dan afeksi serta bersedia mendengarkan

keluh kesah orang lain.

b. Dukungan penghargaan. Dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa

pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan

performa orang lain.

c. Dukungan instrumental. Dukungan ini melibatkan bantuan langsung,

misalnya yang berupa bantuan finansial atau bantuan dalam

mengerjakan tugas-tugas tertentu.

d. Dukungan informasi. Dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa

saran, pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana cara

memecahkan persoalan.

Sedangkan menurut Sheridan dan Radmacher (Azizah, 2011:101)

membedakan dukungan sosial teman sebaya menjadi lima aspek, yaitu:

a. Dukungan instrumental (tangible assisstance)

Dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat

memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian

barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat

mengurangi stres karena individu dapat langsung memecahkan

Page 25: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

35

masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instrumental

sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan labih

mudah.

b. Dukungan informasional

Dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan

balik tentang situasi dan kondisi individu, jenis informasi seperti ini

dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah

dengan lebih mudah.

c. Dukungan emosional

Dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin,

diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga

individu dapat menghadapi masalah dengan baik. Dukungan ini sangat

penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat

terkontrol.

d. Dukungan pada harga diri

Dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian

semangat, persetujuan pada pendapat individu, perbandingan yang

positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu

dalam membangun harga diri dan kompetensi.

e. Dukungan dari kelompok sosial

Dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari suatu

kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial

Page 26: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

36

dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman

senasib.

Dari beberapa pendapat ahli di atas aspek-aspek dukungan sosial teman

sebaya dapat disimpulkan, adanya dukungan instrumental, dukungan informasi,

dukungan emosional, dan dukungan penghargaan. Membantu setiap individu

dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya dan individu merasa dirinya

dihargai dan diterima sebagi anggota dari kelompok sosial dengan kondisi

nyaman dan mempunyai teman yang senasib.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial teman sebaya

Myers (dalam wahyuni, 2016) mengungkapkan bahwa ada tiga faktor yang

mendorong individu untuk memberikan dukungan yang positif, diantaranya :

a. Empati, yaitu merasakan kesusahan orang lain dengan tujuan

mengurangi kesusahan dan meningkatkan kesejateraan orang lain.

b. Pertukaran sosial, yaitu hubungan timbal balik dalam perilaku sosial

antara cinta, informasi, dan pelayanan. Terjadinya keseimbangan dalam

pertukaran akan menghasilkan kondisi hubungan interpersonal yang

memuaskan. Pengalaman ini membuat individu lebih percaya bahwa

orang lain akan menyediakan dukungan.

c. Norma dan nilai sosial, berfungsi sebagai pembimbing individu dalam

menjalankan kewajiban dalam kehidupannya.

Sarafino (dalam safareka, 2017) yang mengungkapkan bahwa tidak semua

individu mendapatkan dukungan sosial yang mereka butuhkan, banyak faktor

Page 27: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

37

yang menentukan seseorang menerima dukungan. Faktor-faktor yang

mempengaruhi dukungan sosial meliputi :

a. Penerima dukungan, seseorang tidak mungkin menerima dukungan

sosial jika mereka tidak ramah, tidak pernah menolong orang lain, dan

tidak membiarkan orang mengetahui bahwa dia membutuhkan bantuan.

b. Penyedia dukungan, seseorang yang seharusnya menjadi penyedia

dukungan mungkin saja tidak mempunyai seseuatu yang dibutuhkan

orang lain atau mungkin mengalami stress sehingga tidak memikirkan

orang lain atau bisa saja tidak sadar akan kebutuhan orang lain.

c. Faktor komposisi dan struktur jaringan sosial, hubungan yang dimiliki

individu dengan orang-orang dalam keluarga dan lingkungan.

Hubungan ini dapat bervariasi dalam ukuran (jumlah orang yang

berhubungan dengan individu), frekuensi hubungan (seberapa sering

individu bertemu dengan orang-orang tersebut), komposisi (apakah

orang-orang tersebut keluarga, teman, rekan kerja) dan intimasi

(kedekatan hubungan individu dan kepercayaan satu sama lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

terbentuknya dukungan sosial teman sebaya adalah adanya penerima dukungan,

adanya pemberi dukungan, empati, pertukaran sosial, serta norma dan nilai sosial.

Page 28: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

38

C. Konsep diri

1. Pengertian konsep diri

Konsep diri berasal dari abad kedua puluh dan didefinisikan secara samar

yang disamakan dengan konsep-konsep metafisik seperti “jiwa”, “keinginan”, dan

“roh”. William James adalah seorang psikolog pertama yang menguraikan tentang

konsep diri, dimana james menguraikan secara mendalam dua aspek dari diri yang

global, yaitu diri sebagai “me” dan diri sebagai “I”. Diri merupakan “me” dan “I”

secara bersamaaan. James menyebutkan bahwa diri yang empiris terdiri atas

empat komponen yang diklasifikasikan bagi rasa harga diri, yaitu diri spiritual,

diri kebenaran, diri sosial dan diri badaniah (Sobur, 2016:437). Chaplin

(2009:451) mengemukakan konsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri

sendiri, penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang

bersangkutan.

Fitts (Agustiani, 2009:138-139) mengungkapkan bahwa konsep diri

merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang

merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Konsep diri

secara fenomenologis ketika individu memper-sepsikan dirinya, bereaksi terhadap

dirinya, memberikan arti dan penilaian serta membentuk abstraksi tentang dirinya,

berarti menunjukan suatu kesadaran diri dan kemampuan untuk keluar dari dirinya

sendiri untuk melihat dirinya seperti yang lakukan terhadap dunia luar dirinya.

Hurlock (2016:237) menyatakan bahwa konsep diri adalah konsep

seseorang dari siapa dan apa dia itu. Konsep ini merupakan bayangan cermin,

Page 29: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

39

ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungan dengan orang lain, dan

apayang kiranya reaksi orang lain terhadapnya. Menurut Rogers (Sobur,

2016:436) konsep diri adalah bagian dasar dari ruang fenomenal yang disadari dan

disimbolkan, yaitu “aku” merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep

diri ini merupakan bagian inti dari pengalaman individu secara perlahan-lahan

dibedakan dan disimbolkan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa

dan siapa aku sebenarnya” dan “apa sebenarnya yang harus aku perbuat”. Konsep

diri adalah kesadaran batin yang tetap, menganai pengalaman yang berhubungan

dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah gambaran

diri sebagai kesan terhadap diri sendiri secara keseluruhan dan mendalam yang

diberikan secara optimal berdasar pandangan diri sendiri dan pengalaman yang

berhubungan dengan orang lain terhadap dirinya.

2. Aspek-aspek konsep diri

Menurut Fitts (Agustiani, 2009:139) konsep diri terdiri dari dua aspek

pokok, yaitu sebagai berikut:

a. Aspek internal

Yang disebut juga kerangka acuan internal adalah penilaian yang

dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia dalam

dirinya. Aspek ini terdiri dari tiga bentuk:

1) Diri identitas, merupakan aspek yang paling mendasar pada

konsep diri dan mengacu pada pertanyaan “siapakah saya?”.

Page 30: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

40

Dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol-

simbol yang diberikan pada dirinya (self) oleh individu-individu

yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan

membangun identitasnya.

2) Diri pelaku, merupakan persepssi individu tentang tingkah

lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang

dilakukan oleh diri”. Diri yang adekuat akan menunjukan adanya

keserasian antara diri identitas dengan diri pelakunya, sehingga ia

dapat mengenali dan menerima, baik diri sebagai identitas

maupun diri sebagai pelaku.

3) Diri penerimaan atau penilai, berfungsi sebagai pengamat,

penentu standar, dan evaluator. Kedudukannya adalah sebagai

perantara antara diri identitas dan diri pelaku.

Ketiga bagian internal ini mempunyai peran yang berbeda-beda,

namun saling melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu diri yang

utuh dan menyeluruh.

b. Aspek eksternal

Pada aspek eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan

dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain

diluar dirinya. Aspek eksternal yang bersifat umum bagi semua orang,

dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu:

1) Diri fisik, menyangkut persepsi sseseorang terhadap keadaan

dirinya secara fisik.

Page 31: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

41

2) Diri etik-moral, merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya

dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika.

3) Diri pribadi, merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang

keadaan dirinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau

hubungan dengan orang lain.

4) Diri keluarga, menunjukan perasaan dan harga diri seseorang

dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga.

5) Diri sosial, merupakan penilaian individu terhadap interaksi

dirinya dengan orang lain maupun lingkungan disekitarnya,

Menurut sobur (2016:439) konsep diri terbentuk berdasarkan persepsi

seseorang tentang sikap orang lain terhadap dirinya. Pada seorang anak, mulai

belajar berpikir dan merasakan dirinya seperti apa yang telah ditentukan oleh

orang lain dalam lingkungannya. Konsep diri terbentuk atas berbagai tahapan.

Paling dasar adalah konsep diri primer, yaitu konsep yang terbentuk atas dasar

pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya. Konsep sebagai perannya,

aspirasi-aspirasinya ataupun tanggung jawabnya dalam kehidupan ini, banyak

ditentukan atas dasar didikan ataupun tekanan-tekanan yang datang dari orang

tuanya.

Konsep diri sekunder banyak ditentukan pula oleh konsep diri primernya.

Konsep diri primer yang dimiliki seseorang adalah ia tergolong orang yang

pendiam, penurut, tidak nakal atau tidak suka membuat keributan, ia akan

cenderung pula memilih teman bermain yang sesuai dengan konsep diri yang

sudah dimilikinya, dan teman, teman barunya itulah yang nantinya menunjang

Page 32: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

42

terbentuknya konsep diri sekunder. Menurut Clara, konsep diri terbentuk atas dua

komponen, yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Komponen kognitif

merupakan pengetahuan individu tentang keadaan dirinya. Komponen kognitif

merupakan penjelasan dari “siapa saya” yang akan memberi gambaran tentang

diri saya. Gambaran diri tersebut akan membentuk citra diri. Sedangkan

komponen kognitif merupakan penilaian individu terhadap diri. Penilaian tersebut

akan membentuk penerimaan terhadap diri, serta penghargaan diri individu.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa komponen kognitif

merupakan data yang bersifat objektif, sedangkan komponen afektif merupakan

data yang bersifat subjektf. Didalam konsep diri tidak terlepas dari masalah

gambaran diri, citra diri, penilaian diri, penerimaan diri, serta penghargaan diri.

Menurut hurlock (2016:237) menyebutkan ada dua aspek konsep diri yaitu:

a. Aspek fisik, terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang

penampilannya, kesesuaian dengan seks, arti penting tubuhnya dalam

hubungan dengan perilakunya, dan gengsi yang diberikan tubunya di

mata orang lain.

b. Aspek psikologis, terdiri dari konsep inidividu tentang kemampuan dan

ketidakmampuannya, harga dirinya dan hubungannya dengan orang lain.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek konsep diri

antara lain identitas, penerimaan, psikologis, kondisi fisik, dan sosial.

Page 33: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

43

3. Faktor-faktor terbentuknya konsep diri

Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2017:282-285) pada masa terbentuknya

konsep diri seorang remaja, banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor

lingkungan, bagaimana reaksi orang lain terhadap diri atau perilakunya,

bagaimana pujian-pujian atas segala prestasi yang dibuatnya ataupun segala

hukuman atas segala kesalahan, akan membentuk suatu konsep tentang dirinya

sendiri.

Di samping faktor-faktor tersebut, ada pula beberapa faktor spesifik lainnya

yang berkaitan erat dengan macam konsep diri seperti apa yang akan

dikembangkan oleh seorang remaja. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah

sebagai berikut.

a. Jenis kelamin

Dorongan biologis secara bawaan menyebabkan seseorang,

berperilaku, berpikir, dan berperasaan yang berbeda antara jenis kelamin

yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan antara laki-laki dan

perempuan (dalam hal perasaan, berperilaku, dan berpikir) sudah ada

sebelum anak mampu untuk menerima latihan dari lingkungannya guna

berperan secara berbeda berdasarkan janis kelamin.

b. Harapan-harapan

Stereotip sosial mempunyai peranan penting dalam menentukan

harapan-harapan apa yang dipunyai seorang terhadap dirinya sendiri dan

mana harapan terhadap dirinya sendiri yang merupakan pencerminan

Page 34: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

44

dari harapan-harapan orang lain terhadap dirinya. Harapan-harapan ini

penting bagi perkembangan konsep diri si remaja sendiri.

c. Suku bangsa

Dalam suatu masyarakat, umumnya terdapat suatu kelompok suku

bangsa tertentu yang dapat dikatakan sebagi minoritas. Hal ini tidak saja

menyangkut suku bangsa, tetapi juga menyangkut kelompok-kelompok

minoritas lainnya, seperti kelompok anak cacat, orang yang berekonomi

sangat lemah, ataupun remaja yang kurang berhasil dalam bidang

tertentu dibandinngkan dengan kelompok seusianya. Remaja-remaja dan

kelompok ini umumnya juga memperkembangkan suatu konsep diri

yang lebih cenderung kurang positif dibandingkan kelompok mayoritas

lainnya.

d. Nama dan pakaian

Kedua hal ini umumnya dianggap faktor yang kurang penting

dibandingkan dengan faktor-faktro lainnya, tetapi nyatanya mempunyai

pengaruh cukup penting bagi perkembangan konsep diri seorang remaja.

Nama-nama tertentu yang akhirnya menjadi bahan tertawaan dari teman-

teman akan membawa seorang remaja ke pembentukan konsep diri yang

lebih negatif. Sebaliknya, nama-nama panggilan yang bernada lebih

positif, dapat mengubah konsep diri seseorang kearah yang lebih positif

dan kemungkinan dapat meningkatkan prestasi kerjanya sesuai dengan

panggilan tersebut.

Page 35: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

45

Fitts (Agustiani, 2009:139) konsep diri seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor sebagai berikut:

a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan

perasaan positif dan perasaan berharga.

b. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain.

c. Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi

yang sebenarnya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi konsep diri bagi remaja, perbedaan jenis kelamin, harapan-harapan,

suku bangsa, dan nama dan pakaian. Jadi dalam konsep diri seorang baik

mengenai lingkungan masyarakat, golongan suku tertentu, sekolah ataupun diri

sendiri secara tidak langsung mempengaruhi segala macam perilaku yang

ditampilkan.

Page 36: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

46

D. Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Konsep Diri sebagai

prediktordalam Penyesuaian Diri pada Remaja yang tinggal di Panti

Asuhan

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan

orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan), kebutuhan sosial

(pergaulan, pengakuan, sekolah, pekerjaan) dan kebutuhan psikis termasuk rasa

ingin tahu, rasa aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhinya tanpa

bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik

ringan maupun berat. Pada saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan

sosial dari orang sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan

dicintai.

Menurut Sarason (Azizah, 2011:97) mengatakan bahwa dukungan sosial

teman sebaya adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dan orang-orang yang

dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Pendapat lain mengatakan

dukungan sosial teman sebaya sebagai adanya kenyamanan, perhatian,

penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan

sosial teman sebaya tersebut diperoleh dan individu maupun kelompok. Dukungan

sosial teman sebaya mencakup dua hal yaitu jumlah sumber dukungan sosial yang

tersedia dan merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat

diandalkan saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan

kuantitas), dan tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima berkaitan

dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan

berdasarkan kualitas).

Page 37: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

47

Hurlock (1999:261) menyatakan bahwa individu dengan konsep diri yang

negatif akan merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan, merasa dibenci, melawan,

bersikap negatif dan agresif. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat

pribadinya secara utuh, menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual,

termasuk didalamnya adalah persepsi individu dengan orang lain maupun

lingkungannya, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek serta

tujuan, harapan dan keinginannya

Menurut Schneiders (Agustiani, 2009:146) bahwa penyesuaian diri

merupakan satu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku,

yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan,

konflik dan frustasi yang dialami di dalam dirinya. Penyesuaian diri bukan

merupakan suatu yang bersifat absolut atau mutlak. Tidak ada individu yang dapat

melakukan penyesuaian diri dengan sempurna. Penyesuaian diri bersifat relatif,

artinya harus dinilai dan dievaluasi sesuai dengan kapasitas individu untuk

memenuhi tuntutan terhadap dirinya.

Menurut Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia

(2010:1). Undang-undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1979 pasal 2 ayat 1,

tampak jelas terlihat bahwa setiap anak berhak untuk mendapat kesejahteraan,

perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang yang baik dalam

keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang

wajar.

Page 38: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

48

Mengingat latar belakang anak asuh yang berbeda-beda ketika masuk ke

dalam panti asuhan, untuk mempunyai kebijakan maupun cara sendiri dalam

berperan dan bertugas sebagai pengganti orang tua terlebih dalam perkembangan

moral anak. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia (2009), panti sosial

asuhan anak mempunyai tugas memberikan bimbingan, pelayanan, rehabilitasi

sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif dalam membentuk bimbingan

pengetahuan dasar pendidikan, fisik, mental, sosial, pelatihan ketrampilan,

resosialisasi bimbingan lanjut bagi anak yatim, piatu, dan yatim piatu yang kurang

mampu, terlantar agar potensi dan kapasitas belajarnya pulih kembali, dapat

berkembang secara wajar, serta pengkajian, pengembangan standar pelayanan dan

rujukan.

Remaja yang tinggal dipanti asuhan dihadapkan tuntutan. Kemampuan

remaja mengatur perilakunya terhadap tuntutan tersebut didasarkan pada

dukungan sosial teman sebaya dan konsep diri yang dimilikinya. Dengan

dukungan sosial teman sebaya dan konsep diri yang baik maka dapat menentukan

kemampuan penyesuaian diri dalam memenuhi berbagai tuntutan yang ada.

Apabila tidak bisa menyesuaiakan diri dengan baik dapat menimbulkan dan

kesulitan bagi remaja yang tinggal di panti asuhan itu sendiri.

Page 39: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

49

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Penyesuaian Diri Remaja yang tinggal

di Panti Asuhan dapat diprediksi berdasarkan Dukungan Sosial Teman Sebaya

dan Konsep Diri.

Page 40: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

11

11