21
29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan Pangeran Hangabehi. Selain keraton Surakarta, terdapat pula keraton Mangkunegaran yang diperintah oleh Mangkunegara IX. Kedua raja ini tidak memiliki kekuasaan politik di Surakarta. Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintahan Kota Surakarta. Secara de facto tanggal 16 Juni 1946 terbentuk Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sekaligus menghapus kekuasaan Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran. Secara yuridis Kota Surakarta terbentuk berdasarkan Penetapan Pemerintah tahun 1946 Nomor 16/SD, yang diumumkan pada tanggal 15 Juli. Dengan berbagai pertimbangan faktor-faktor historis sebelumnya, tanggal 16 Juni 1946 ditetapkan sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta. Salah satu sensus paling awal yang dilakukan di wilayah Karesidenan Surakarta (Residentie Soerakarta) pada tahun 1885 mencatat terdapat 1.053.985 penduduk, termasuk 2.694 orang Eropa dan 7.543 orang Tionghoa. Wilayah seluas 5.677 km² tersebut memiliki kepadatan 186 penduduk/km. Ibukota karesidenan tersebut sendiri pada tahun 1880 memiliki 124.041 penduduk. Jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia, kota Surakarta merupakan kota terpadat di Jawa Tengah dan ke-8 terpadat di Indonesia, dengan luas wilayah ke- 13 terkecil, dan populasi terbanyak ke-22 dari 93 kota otonom dan 5 kota administratif di Indonesia.

BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

29

bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran

Tedjowulan dan Pangeran Hangabehi. Selain keraton Surakarta, terdapat pula keraton

Mangkunegaran yang diperintah oleh Mangkunegara IX. Kedua raja ini tidak

memiliki kekuasaan politik di Surakarta.

Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintahan Kota Surakarta. Secara de

facto tanggal 16 Juni 1946 terbentuk Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang berhak

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sekaligus menghapus kekuasaan

Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran.

Secara yuridis Kota Surakarta terbentuk berdasarkan Penetapan Pemerintah

tahun 1946 Nomor 16/SD, yang diumumkan pada tanggal 15 Juli. Dengan berbagai

pertimbangan faktor-faktor historis sebelumnya, tanggal 16 Juni 1946 ditetapkan

sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta.

Salah satu sensus paling awal yang dilakukan di wilayah Karesidenan

Surakarta (Residentie Soerakarta) pada tahun 1885 mencatat terdapat 1.053.985

penduduk, termasuk 2.694 orang Eropa dan 7.543 orang Tionghoa. Wilayah seluas

5.677 km² tersebut memiliki kepadatan 186 penduduk/km. Ibukota karesidenan

tersebut sendiri pada tahun 1880 memiliki 124.041 penduduk.

Jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia, kota Surakarta merupakan

kota terpadat di Jawa Tengah dan ke-8 terpadat di Indonesia, dengan luas wilayah ke-

13 terkecil, dan populasi terbanyak ke-22 dari 93 kota otonom dan 5 kota

administratif di Indonesia.

Page 2: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

30

b. Potensi Kota

Daya tarik dan potensi pariwisata yang dimiliki kota Solo sangat beragam.

Masing-masing atraksi memungkinkan para pengunjung atau wisatawan untuk

melakukan beragam aktivitas yang berhubungan dengan seni, budaya, pengetahuan,

belanja, makanan, batik dan sebagainya. Banyak hal yang dapat kita temui khususnya

bidang sosial-budaya, sejarah dan kesenian. Bukan hanya itu, dua karaton di Solo,

yaitu Kasunanan dan Mangkunegaran menjadi sebuah magnet kuat bagi wisatawan

untuk berwisata ke Solo.

Keterjangkauan kota Solo juga sangat mendukung bidang kepariwisataannya.

Amenitas yang dimiliki kota Solo pun telah memadai apabila dijadikan salah satu

destinasi wisata. Sejumlah hotel, restoran, bank, money changer, maupun rumah sakit

juga telah banyak tersedia di Solo. Alat-alat transportasi khas seperti kereta tengah

kota „Steam Loco Jaladara‟, bus tingkat wisata Werkudara serta Batik Solo Trans

menjadi alternatif wisatawan untuk menjangkau keunikan, kekhasan, dan keindahan

pariwisata kota Solo.

Kampung Batik Kauman dan Laweyan yang kini telah berkembang turut

mewarnai keunikan kota Solo. Wisata belanja di Pasar Klewer, Pasar Windujenar,

Pasar Gedhe, Night Market Ngarsopuro, dan Gladag Langen Bogan Solo pun sayang

untuk dilewatkan. Taman Balekambang, Museum Radya Pustaka, Wayang Orang

Sriwedari tak kalah menarik sebagai daya tarik wisata. Jajanan khas Solo yang

bervariasi, misalnya Serabi Notosuman, Nasi Liwet, Cabuk Rambak, Timlo Solo, es

Gempol Pleret, Tengkleng, Sate Buntel dan masih banyak lagi, siap memanjakan

lidah pengunjungnya.

Page 3: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

31

2. Pasar Gede

a. Sejarah

Pada mulanya pasar Gede merupakan pasar kecil dan berbentuk warungan

tanah seluas 10.421 m . Pasar Gede berdiri di jalan atau di depan Gubernuran

(Kota Praja) yang sekarang mnjadi Balai Kota Surakarta.

Pada tahun 1928 dibangun oleh pemerintah Belanda atas inisitif Pangeran

Paku Buwono ke X dan selesai pada tahun 1930 dan menjadi pasar yang paling

megah di Surakarta. Hasil penarikan retribusi dilaksanakan dari Keraton Surakarta,

yang memakai seragam kain atau bebet, baju beskap memakai blangkon, disetor ke

Kasunanan, bangunan ditingkat 2 karena dekat dengan Gubernur.

Sekitar tahun 1947 dirusak oleh bangsa kita karena digunakan oleh Belanda.

Pada tahun 1949 direhap (setelah republik). Pada tahun 1981 direhap memakai

Sirap. Tahun 1986/1987 Pasar Gede direhap kembali dengan dana bantuan Inpres.

Tahun 1997 ada perbaikan dari dana P3KT.

Pasar Gede terbakar tanggal 28 April 2000 pukul 12.00 WIB para pedagang

ditampung dipasar darurat Gladak, setelah ada pemugaran pasar Gede, pedagang

kembali menempati tempatnya masing-masing. Pasar Gede diresmikan pada

tanggal 29 Desember 2001 oleh Bapak Gubernur Mardiyanto.

b. Visi Pasar Gede :

“Terwujudnya Pasar Gede Harjonagoro yang bersih, aman, nyaman serta Pasar

Gede berperan serta dalam mewujudkan Pasar Gede menjadi pasar tujuan wisata.”

Misi Pasar Gede Harjonagoro Surakarta adalah:

1) Terwujudnya kebersihan, ketertiban, dan keamanan di Pasar Gede

Harjonagoro.

2) Memberikan pelayanan terbaik bagi pedagang dan pengunjung pasar.

Page 4: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

32

3) Mewujudkan karakter pedagang yang mempunyai jiwa wirausaha, gigih,

ulet, dan handal melalui program pelatihan pedagang.

4) Memberikan stimulasi pdagang untuk lbih kreatif, inovatif dalam

mengelola dagangan yang higienis dan rapi.

5) Meningkatkan daya saing dengan pasar modern sehingga mampu

bersinergi.

c. Tujuan Pasar Gede Harjonagoro Surakarta adalah:

Meningkatkan kesejahteraan pedagang tradisional khusunya Pasar Gede

sehingga membrikan kontribusi positif terhadap pemerintah Kota Surakarta

sehingga terwujud pasar yang berseri dan Pasar Gede Harjonagoro yang

ngangeni.

d. Lokasi Pasar

Letak lokasi Pasar Gede Harjonagoro sudah sesuai rencana tata ruang

wilayah kota Surakarta. Berdasarkan Perda tentang Rencana Tata Ruang dan

Wilayah yang sekarang masih dalam proses pembahasan tingkat nasional

menyesuaikan letak Pasar Gede, karena Pasar Gede dibangun sudah sejak

tahun 1923, dan merupakan cagar budaya.

Pasar Gede terletak di Jalan Urip Sumoharjo, Kelurahan Sudiroprajan,

Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut:

1) Sebelah Timur : Pertokoan dan Perkampungan Balong

2) Sebelah Barat : Kali Pepe

3) Sebelah Selatan : Pertokoan (Jln. RE. Martadinata)

4) Sebelah Utara : Pertokoan Kepatihan

Page 5: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

33

Pasar Gede berada di dekat pusat Pemerintahan Kota Surakarta yaitu Balaikota

Surakarta, dan tidak terletak pada daerah rawan bencana, rawan kecelakaan,

maupun Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

e. Bangunan Pasar

Bangunan dan rancang bangun Pasar Gede Surakarta sesuai dengan

peraturan yang berlaku di Kota Surakarta yang diatur dalam Surat Keputusan

Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 646/116/1/1997

tentang Penetapan Bangunan-Bangunan dan Kawasan Kuno Bersejarah di

Kotamadya Dati II Surakarta yang dilindungi UU No. 5 tahun 1992 tentang

Benda Cagar Budaya.

Pembagian area atau zoningisasi disesuaikan dengan peruntukannya

dan lengkap dengan identitasnya, dengan pembagian sebagai berikut:

1) Pasar Sebelah Timur :

a) Lantai atas timur : ikan laut dan daging segar

b) Lantai atas selatan : bunga hias

c) Lantai atas barat : grosir buah

d) Lantai atas utara : ayam

e) Lantai bawah tengah : wade, sayur, dan buah

f) Lantai bawah utara : ayam potong dan ayam

petelor

g) Lantai bawah selatan : grosir buah dan sayur

h) Lantai bawah barat : jamu, sayur, buah

i) Lantai bawah timur : warung makan, grabatan,

ayam, goring, beras

j) Lantai bawah luar : buah, sayur, gorengan

Page 6: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

34

2) Pasar Sebelah Barat :

b) Zoning Buah

b) Zoning Ikan Hias

Pasar Gede tidak ada tempat penampungan ayam, akan tetapi hanya untuk

menjual ayam potong, berada di lantai 2. Pasar Gede terdiri dari 2 bangunan yaitu

bangunan sebelah timur dan bangunan sebelah barat, dengan pembagian lokasi

sebagai berikut:

1) Bagian barat, dengan luas : 1.364 m² (buah dan

ikan hias)

2) Bagian timur, dengan luas : 5.607 m² (kebutuhan

sehari-hari dan mempunyai

spesifikasi menyediakan

makanan khas Solo (aneka kue,

dawet, intip, ampyang, serabi,

pecel, gethuk, dll)

3) Jumlah Los : 633 buah

4) Jumlah Kios : 108 buah

5) Jumlah MCK : 8 lokasi

6) Jumlah Tempat Ibadah / Mushola : 3 lokasi

7) Jumlah Pos Keamanan : 2 lokasi (Pos Satpam

dan Polisi)

8) Jumlah Tempat Parkir : 10 titik

9) Kantor Pasar : 1 tempat, dengan

ventilasi memenuhi syarat

Page 7: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

35

10) Kantor Paguyuban Pedagang : 1 tempat

11) Jumlah Pedagang Pasar Gede sebanyak 1005 pedagang terbagi menjadi

3 sesuai lokasinya, adalah sebagai berikut:

a) Pedagang Oprokan : 246 pedagang

b) Pedagang Kios : 126 pedagang

c) Pedagang Los : 633 pedagang

12) Kegiatan Pasar

a) Pagi : Jam 05.30 – 12.00 WIB

b) Siang : Jam 13.00 – 16.00 WIB

c) Sore : Jam 18.30 – 21.00 WIB

13) Kegiatan kebudayaan Pasar Gede

a) Grebek Pasar Gede

b) Latihan Karawitan

c) Kursus Bahasa Inggris untuk pedagang

d) Olah raga bersama

14) Kegiatan Perekonomian Pasar Gede

Adanya KOPERASI RUKUN MAKMUR Pasar Gede, dengan jumlah

anggota 60 orang.

15) Kegiatan Sosial Pasar Gede

a) Kunjungan orang sakit

b) Pelayanan kesehatan / pengobatan gratis

c) Bantuan untuk bencana alam

Page 8: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

36

Gambar 1: denah Pasar Gede

(dokumentasi Pasar Gede)

f. Pedagang atau Karyawan

1) Jumlah pegawai 35 orang, yaitu:

a) Kepala Pasar : 1 orang

b) Tenaga Administrasi : 3 orang

c) Tenaga Kebersihan : 12 orang

d) Tenaga Keamanan : 11 orang

e) Pemungut Retribusi : 8 orang

2) Kelompok atau Asosiasi pedagang pasar

Pasar Gede Surakarta memiliki 2 Paguyuban Pedagang Pasar yaitu:

a) Paguyuban Pedagang Pasar dengan nama “Paguyuban Rukun

Makmur Sejahtera” ketua Bapak Jumadi Alfradi, SE, dengan

anggota 125 orang.

Page 9: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

37

b) Paguyuban Pedagang Pasar dngan nama “Komunitas Pedagang

Pasar Gede (KOMPAG)”, ketua bapak Hendro, dengan anggota 460

orang. Dalam menjalankan pmerintah Pasar Gede Surakarta,

dibentuklah “Gugus Kendali Mutu Pasar Gede Surakarta,

penanggung jawab atau fasilitator Kepala Pasar Gede”

Pedagang Pasar Gede sudah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa

Celemek, sedangkan pedagang ikan berada dilantai atas selain menggunakan

celemek juga menggunakan sepatu boot dan sarung tangan. Setiap pedagang yang

menggunakan kran air, semua sudah menyiapkan sabun dan serbet, baik yang

berada di los ikan, daging, unggas potong dan unggas hidup maupun di pedagang

latengan.

Pelatihan atau sosialisasi yang pernah diikuti oleh pedagang atau karyawan

adalah:

1) Simulasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR), peserta tenaga keamanan.

2) Diklat membangun jiwa kewirausahaan dan kepemimpinan pedagang

pasar, peserta pedagang pasar dan kepala pasar.

3) Diklat manajemen keuangan bagi pedagang pasar, peserta pedagang pasar

dan kepala pasar.

4) Diklat Manajemen Pasar bagi aparat dan pedagang pasar, peserta

pedagang, aparat pasar, dan pengelola MCK, parker.

5) Pelatihan Tata Cara Pemungutan Retribusi, peserta staf Dinas Pengelolaan

Pasar yang ditugasi sebagai pemungut retribusi.

Page 10: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

38

Gambar 2 : struktur karyawan Pasar Gede

(dokumentasi Pasar Gede)

Page 11: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

39

g. Pengunjung atau Pembeli

1) Adanya alat pemanggil untuk masyarakat pengunjung:

a) Alat pemanggil HT dan radio panggil

b) Slogan-slogan

2) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pengunjung atau pembeli (PHBS):

a) Dilakukan kebersihan pasar supaya pengunjung nyaman datang ke

pasar.

b) Adanya slogan tentang kebersihan yang membuat pngunjung

tertarik.

c) Setiap pembeli yang memilih barang dagangan basah selalu

disiapkan air dan serbet.

d) Ketersediaan tempat duduk bagi pengunjung yang mengantar. Pasar

Gede ada bangunan book di setiap kios sebelah selatan, barat,dan

timur pasar.

h. Sanitasi

1) Ketersediaan dan kualitas air bersih sangat memadai sesuai dengan

standart kelayakan uji air bersih.

2) Jumlah kamar mandi dan toilet, kebersihannya, dan penanggung jawab

kebersihan toilet:

a) Penanggung jawab toilt adalah pihak ke-3

b) Toilet dibagi menjadi dua, khusus wanita dan laki-laki

c) Jumlah toilet:

(1) Pasar Timur sebelah Bawah : 8 kamar mandi

(2) Pasar Timur sebelah Atas : 6 kamar mandi

(3) Pasar Barat : 2 kamar mandi

Page 12: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

40

3) Ketersediaan tempat sampah di setiap kios dan los memadai, setiap kios

dan los menyediakan tempat sampah atau kantong plastik. Di dalam pasar

trsedia 18 bin sampah dan juga keranjang sampah yang dipasang per blok.

4) Pemisahan sampah basah dan kering:

Tempat sampah pisah antara basah dan kering ada 5 buah, berada di luar

pasar.

5) Ketersediaan Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) ada 1

tempat.

6) Ketersediaan saluran limbah cair atau Drainase lancer.

7) Kondisi kebersihan tempat penjualan makanan dan bahan pangan dan

perlengkapannya, dengan kondisi bersih dan rapi.

i. Keamanan Pasar

1) Kebersihan Alat Pemadaman Kebakaran (APAR) :

a) APAR memadai atau tiap blok ada, terutama didekatkan pada

pedagang yang menggunakan api.

b) Jumlah APAR 29 buah, dipasang di 16 titik, dengan perincian sebagai

berikut:

(1) APAR Besar : 6 kg = 19 buah dan 50 kg = 5 buah

(2) APAR Kecil : 3,5 kg = 5 buah

2) Ketersediaan hidran air, ada 8 titik di setiap sudut pasar (luar dan dalam

pasar)

3) Standart Operating Procedure (SOP) penggunaan APAR

4) Ketersediaan Pos Keamanan

a) 1 Pos Satpam dengan perlengkapannya

b) 1 Pos Polisi dengan perlengkapannya

Page 13: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

41

5) Keamanan di setiap blok kios dan los, pengamanan mengantisipasi situasi

di dalam pasar dilakukan setiap saat.

6) Keamanan dan ketertiban secara umum yang dilaksanakan oleh Satpam

dan partisipasi pedagang.

j. Retribusi Pasar

Sumber penerimaan retribusi Pasar Gede terdiri dari:

1) Retribusi Plataran

2) Retribusi Los

3) Retribusi Klos

4) Retribusi Lain-lain (SHP, KTPP, Balik Nama, Listrik)

Pemasukan pendapatan Pasar Gede dari tahun 2005 s/d 2010 adalah sebagai

berikut:

Gambar 3: Retribusi Pasar

(dokumentasi Pasar Gede)

k. Fasilitas Lain

1) Legalitas penteraan terhadap alat ukur atau timbangan di pasar:

Pengecekan timbangan dilakukan setiap 6 bulan, pelebelan pada

timbangan dan dilakukan sidak tiap bulan dari Metrologi dan

Perdagangan.

Page 14: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

42

2) Ketersdiaan tmpat parker roda dua dan empat:

Parkir dipisah sesuai dengan jenis kendaraan

Roda empat ada 5 titik dan roda dua ada 5 titik dan becak ada 4 titik

3) Ketersediaan tempat ibadah / Mushola:

Mushola ada 3 tempat, di pasar timur 2 buah dan pasar barat 1 buah

4) Ketersediaan Pos Pelayanan Kesehatan dan Pos Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan (P3K)

Pos kesehatan dan Pos P3K dibuka setiap hari Kamis pada jam 09.00 WIB

– 12.00 WIB dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta melalui Puskesmas

Keliling dengan tenaga 1 dokter dan perawat.

Page 15: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

43

B. Komparasi

Tidak adanya buku jajanan pasar yang memuat isi yang sama dengan buku coffee

table book “Jajanan Pasar Gedhe Solo” menjadi dasar penulis untuk tidak menggunakan

kompetitor, namun menggunakan pembanding. Pembanding yang digunakan untuk

perancangan buku coffee table book “Jajanan Pasar Gedhe Solo” adalah buku jajanan “Buku

Resep-Resep Klasik Jajanan Pasar Tradisional” dan buku jajanan “Buku Jajanan Pasar Aneka

Resep dan Analisis Usaha”.

1. Buku Resep-Resep Klasik Jajanan Pasar Tradisional

a. Judul : Buku Resep-Resep Klasik Jajanan Pasar Tradisional

b. Pengarang : oleh Tim Dapoer Episentrum

c. Penerbit : PT Citra Medika Pustaka

d. Tebal : 43 halaman

e. Ukuran : 15,5 x 23,5cm

Gambar 3: Cover Buku

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013

Page 16: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

44

Walaupun saat ini kue dari mancanegara semakin banyak di temui, tetapi Jajan

Pasar tetap menjadi pilihan istimewa dan tak lekang oleh waktu. Selain cita rasannya

yang khas Indonesia, Jajan Pasar sarat akan nostalgia.

Aneka Jenis Jajan Pasar dibuat sesuai dengan hasil alam yang ada di Indonesia, karena

itu tepung beras, daun pandan, gula merah, serta buah-buahan khas Indonesaia seperti

pisang dan kelapa seringkali kita jumpai sebagai bahan dasar kue-kue tradisional kita.

Anda ingin melestarikan warisan budaya kita melalui masakan? Awali dengan cara yang

sederhana, yaitu memperkenalkan aneka jajanan atau kue khas Indonesia pada keluarga

Anda tersayang. Buku ini menyajikan 20 resep Jajanan Pasar Tradisional, yang tentu saja

lezat dan dapat Anda buat sendiri.

2. Buku Jajanan Pasar Aneka Resep dan Analisis Usaha

a. Judul : Buku Jajanan Pasar Aneka Resep dan Analisis Usaha

b. Pengarang : oleh Yuni Kustianingsih & Hadi Anto

c. Penerbit : PT Kawan Pustaka

d. Tebal : 64 halaman

e. Ukuran : 15x23cm

Gambar 4: cover Buku

Dokumentasi Pribadi, 2013

Page 17: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

45

Jajan Pasar adalah istilah untuk kue-kue basah tradisional khas Indonesia. Mengapa

disebut demikian? Karena pada zaman dulu, kue-kue ini dibeli di pasar tradisional. Meski

tidak semua orang bisa membuat sendiri jajan pasar, tetapi jajan pasar tetap menjadi favorit di

hati. Buku ini mengoleksi 24 resep jajan pasar pilihan, yang bisa Anda buat sendiri dengan

hasil memuaskan. Mulai dari Kue Lumpur dari ubi merah; Kue Lupis dari beras ketan hitam

yang disajikan bersama kelapa parut dan rebusan gula merah kental; Kue Mangkok Tepung

Beras dari tepung beras, tape nasi, dan air kelapa; sampai Iwel-iwel dari tepung beras, kelapa

muda, gula merah, dan Awuk-awuk dari tepung ketan, kelapa parut, pewarna makanan.

Semuanya serba legit, harum, dan menggoda selera.

C. Analisis SWOT

Untuk mengetahui kondisi Buku coffee table book Jajanan Pasar Gedhe Solo di

pasar, perlu diadakan observasi terhadap pembandingannya maka penulis menggunakan

analisa SWOT (strength, weakness, opportunity, and reality) atau kekuatan, kesempatan, dan

ancaman bagi Buku coffee table book Jajanan Pasar Gedhe Solo adalah sebagai berikut:

1. Strength (kekuatan)

Untuk mengetahui peluang utama dalam suatu usaha maka perlu diketahui terlebih dahulu

kekuatan apa yang dimiliki buku ini untuk dapat bertahan dan sekaligus bisa mencapai sukses

dan mendapat respon yang bagus dari pembaca di tanah air.

2. Weakness (kelemahan)

Untuk menghadapi segala situasi dan kondisi yang berpengaruh, maka perlu diketahui

kelemahan yang adapada produk agar dapat mengatasi segala permasalahan yang mungkin

akan timbul.

Page 18: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

46

3. Opportunity (kesempatan)

Kesempatan atau peluang yang akan timbul dengan dibuatnya buku ini.

4. Threat (ancaman)

Ancaman yang timbul yang merupakan dampak atau efek dari dibuatnya buku.

SWOT

Resep-Resep Klasik

Jajanan Pasar

Tradisional

Jajanan Pasar Aneka

Resep dan Analisis

Usaha

Buku (Coffee Table

Book) Jajanan

Pasar Gedhe Solo

Strenght

(Kekuatan)

- Merupakan buku

kuliner yang

mengangkat jajanan

pasar tradisional di

Indonesia

- Merupakan buku

yang disukai oleh

pecinta kuliner

khususnya jajanan

pasar dan para

masyarakat yang

tertarik untuk

membuat usaha

kuliner jajanan pasar

tradisional.

- Buku (Coffee Table

Book) Jajanan Pasar

pertama yang

mebuat informasi

yang lengkap

tentang jajanan

Pasar Gedhe Solo

dari filosofi sampai

dengan proses

pembuatannya.

Weakness

(Kelemahan)

- Informasi yang

diberikan tidak

lengkap, sehingga

membuat oara

pembaca kurang

tertarik untuk

- Gambar atau foto

yang ada di dalam

isi buku kurang

menarik, dan data

yang diberikan

kurang jelas.

Page 19: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

47

membeli dan

membaca.

Opportunity

(Kesempatan)

- Mendapatkan

tanggapan yang baik

dari masyarakat

mengingat ini adalah

buku yang

memberikan

informasi tentang

jajanan tradisional

Indonesia.

- Mendapatkan

tanggapan yang baik

karena jajanan yang

ditampilkan lebih

banyak dan

bervariasi.

- Buku (Copy Table

Book) Jajanan

Pasar pertama,

sehingga akan

mendapatkan

tanggapan yang

baik dari

masyarakat ataupun

dari wisatawan baik

lokal maupun

internasional.

Threats

(Ancaman)

- Buku ini kurang laris

dipasaran

dikarenakan kurang

jelas informasi yang

diberikan.

- Jumlah cetakan

buku sedikit, jadi

sulit didapatkan.

- Akan adanya

kompetitor yang

lain, yang akan

membuat buku

yang sama.

Page 20: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

48

D. Positioning

Positioning adalah suatu proses menempatkan suatu produk, merek, perusahaan,

individu atau apa saja dalam pikiran mereka yang dianggap sebagai sasaran atau

konsumennya. (Rhenald Khasali, 1995 : 155)

Positioning merupakan sebuah inti dari segala sesuatu yang kita inginkan agar

dipikirkan, dipasarkan dan dipercaya oleh khalayak sasaran mengenai produk kita, dimana

kita yakin akan dapat memebedakannya dari produk-produk lain yang sejenis. Upaya ini

dianggap perlu karena kondisi masyarakat atau konsumen sudah over communicated. Untuk

itu perlu ditampilkan personalitas atau citra tersendiri untuk menempati posisi tertentu pada

benak khalayak. Personalitas bagi suatu produk adalah penting apabila banyak produk-

produk lain yang beredar di masyarakat.

Positioning yang diinginkan untuk dicapai adalah supaya Pasar Gedhe lebih dikenal

oleh masyarakat dan para wisatawan yang datang berkunjung ke Pasar Gedhe. Dalam hal ini

ingin menunjukan bahwa di dalam Pasar Gedhe juga terdapat banyak kuliner jajanan pasar

yang beraneka ragam.

E. Unique Selling Preposition (USP)

Buku coffee table book Jajanan Pasar Gedhe Solo ini adalah Buku dokumentasi

tentang jajanan/makanan tradisional yang menggunakan media fotografi. Dengan visualisasi

yang menarik, khas dan data yang lebih lengkap ditambah dengan cetakan full color akan

membuat buku ini memiliki nilai lebih dibanding buku kuliner yang lain. Selain mengetahui

jenis jajanan tradisional favorit yang ada di Surakarta, tentunya dengan gambar yang

menarik. Buku coffee table book Jajanan Pasar Gedhe Solo kan membawa pembacanya

menjelajahi aneka ragam jajanan tradisional sekaligus mengajak untuk menikmati wisata

Page 21: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0708059_bab3.pdf · 29 bergelar Pakubuwono XIII, yang saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan

49

kuliner pasar di Surakarta. Selain dengan cetakan full color buku coffee table book Jajanan

Pasar Gede Solo ini akan lebih lengkap memberikan segala informasi tentang jajanan pasar

yang ada di Pasar Gedhe dari proses pembuatannya, sampai yang sudah jadi. Sehingga

setelah membaca buku coffee table book Jajanan Pasar Gede Solo ini akan membuat para

masyarakat kota Solo atau para wistawan dapat langsung tertarik untuk datang ke Pasar

Gedhe dan mencicipi langsung jajanan tersebut.