Upload
duongkhuong
View
243
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
38
BAB III
Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)
Dalam bab ini penulis akan mendeskripsikan tentang sejarah singkat, teologi dan
teologi misi yang mencakup pengertian misi, tujuan misi, dan pelaku misi dalam Gereja
Batak Karo Protestan (GBKP).
A. Sejarah Singkat GBKP
Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) secara organisatoris berawal dari pekerjaan
badan pekabaran Injil Nederlandsche Zendeling Genootschap (NZG) yang dimulai pada
tahun 1890. Selain karena dorongan pengajaran yang benar dan keinginan yang murni untuk
mengabarkan Injil, juga terselip harapan dari maskapai perkebunan Belanda di Sumatera
Timur (sebagai penyandang dana bagi pekerjaan tersebut) agar orang Karo tidak lagi
mengganggu kelancaran usaha perkebunan mereka.1 Motivasi ganda itu rupanya menjadi
salah satu sebab, mengapa pertumbuhan GBKP sangat lambat pada saat-saat permulaan.
Secara garis besar, sejarah GBKP dapat dibagi atas tujuh periode, yaitu:
1. Tahun-tahun permulaan (1890-1906);
2. Masa penanaman dan penggarapan (1906-1940);
3. GBKP berdiri sendiri (1941-1949);
4. Masa membangun kembali (1950-1960);
5. Masa pertumbuhan pesat (1961-1968);
6. Masa tantangan membangun kedalam dan keluar (1969-1990);
7. Persiapan menuju jemaat missioner (1990-...).2
1 Th. Muller Kruger, Sedjarah Geredja di Indonesia, Djakarta: BPK Gunung Mulia, 1959, 199.
2 F.L. Cooley & Team Penelitian GBKP, Benih Yang Tumbuh IV, Jakarta 1976, 6.
39
A.1. Tahun-tahun Permulaan (1890-1906)
Periode ini, yang dimulai tanggal 18 April 1890, bersifat perintisan dengan tibanya
pekabar Injil pertama H. C. Kruyt dari Tomohon dan empat orang penginjil lain pada tahun
berikutnya. Mereka tinggal di kampung Buluh Awar, daerah Deli Hulu. Dua tahun kemudia,
datang pendeta J. K. Wijngaarden menggantikan H. C. Kruyt. Pendeta ini berhasil melakukan
pembabtisan pertama terhadap enam orang suku karo pada tanggal 20 Agustus 1893 di desa
Buluh Awar. Pada tahun 1894, pendeta J. K. Wijngaarden meninggal dan digantikan oleh
pendeta Joustra yang kemudia menerjemahkan Alkitab dan buku katekisasi ke dalam bahasa
Karo. Lembaran baru sejarah penginjilan Karo dimulai tahun 1990, ketika pendeta J. H.
Neuman membuka pos penginjilan baru di Sibolangit, lalu mengadakan pendekatan multi
aspek melalui kegiatan kolportase, pelayanan dibidang kesehatan, pertanian, perdagangan dan
pendidikan.
A.2. Masa Penanaman dan Penggarapan (1906-1940)
Program pendidikan zending yang bertujuan menghasilkan guru sekolah dan
sekaligus mendukung pekerjaan perkabaran Injil, ternyata tidak berjalan lancar bahkan
akhirnya ditutup pada tahun 1920. Tenaga-tenaga pengajarnyakemudian dialihkan menjadi
penginjil di desa-desa. Pada tahun 1940, jemaat-jemaat mulai berdiri dan diangkatlah
penatua-penatua menjadi anggota majelis jemaat. Dibawah pimpinan pendeta J.V. Muylwijk,
pendidikan guru sekolah dua tahun dibuka kembali. Sekolah ini kemudian berkembang di
desa-desa. Pada tahun 1941, dibuka juga HIS di Kabanjahe dan Tigajumpa.
Pelaksanaan perkabaran Injil yang multi aspek seperti yang dilakukan oleh pendeta
J.H. Neuman terus berlanjut, namun pendekatan kultural masih terabaikan. Walaupun pos-
pos pekabaran Injil banyak dibuka di tengah-tengah masyarakat Karo, namun setelah masa
perkabaran Injil mencapai kurun waktu 50 tahun, jumlah orang kristen di tengah-tengah
40
masyarakat Karo baru mencapai 5000 orang dengan tenaga pekerja pendeta dari NZG 6
orang, guru jemaat/guru Injil 38 orang dan 2 orang calon pendeta suku Karo.
A.3. GBKP Berdiri Sendiri (1941-1949)
Tahun 1941 menjadi sejarah yang penting bagi perkembangan kekristenan Karo. Pada
tanggal 23 Juli, diadakan sidang sinode pertama yang mencatat beberapa hal penting, yakni:
- Penahbisan pertama dua orang pendeta Karo;
- Lahirnya Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) yang sebelumnya disebut dengan
Gereja Zending.
Pecahnya Perang Dunia II tahun 1942 mengakibatkan GBKP harus segera menangani
sendiri seluruh kegiatan pelayanan, baik organisasi maupun keuangannya. Oleh karena itu,
diadakanlah sidang sinode II pada bulan September 1943 yang menetapkan penerjemahan
dan penyempurnaan tata gereja serta kepengurusan sinode.
Ketika pecah aksi Polisionil pada tahun 1947, Belanda kembali memasuki daerah
Karo tetapi pemimpin GBKP mengambil sikap pro Republik dan aktif berjuang
mempertahankan kemerdekaan. Dalam masa-masa sulit itu, khususnya dalam menanggung
penderitaan pengungsian di hutan-hutan Bukit Barisan, kehidupan orang kristen Karo sangat
mengesankan bagi orang lain, karena tetap memiliki kepercayaan yang teguh, pengharapan
yang kuat dan rasa persaudaraan yang erat. Sesudah Konperensi Meja Bundar tahun 1949,
keadaan mulai tenang dan GBKP mulai membangun dirinya.
A.4. Masa Membangun Kembali (1950-1960)
Hasil kesaksian masa lalu sewaktu mengalami penderitaan, ternyata menyuburkan
pertumbuhan GBKP. Pengalaman selama tahun 1949-1953 itu, semakin membuka mata
orang Karo terhadap Injil. Kota-kota besar yang menampung banyak pemuda-pemudi Karo,
41
mulai menjadi pusat kegiatan GBKP. Pekabaran Injil terhadap orang tua dengan dibantu oleh
para pemuda, sangat banyak mendorong perkembangan gereja. Sebuah contoh yang sulit
dilupakan oleh GBKP adalah pembabtisan satu Batalion TNI-AD dari suku Karo pada tahun
1953. Pelayanan terhadap warga GBKP terus dibenahi, misalnya pembentukan organisasi
kaum ibu dan pemuda gereja, demikian juga hubungan dengan lembaga-lembaga gereja di
luar negeri. Kerjasama dengan gereja-gereja di Indonesia diwujudkan melalui keikutsertaan
GBKP dalam pembentukan DGI tahun 1950 dan kerjasama oikumenis lainnya.
A.5. Masa Pertumbuhan Pesat (1961-1968)
Pada tahun 1960-1965, GBKP benar-benar merasakan tekanan dari Partai Komunis
Indonesia dan organisasi onderbouwnya. Mereka juga menyusupi gereja dengan memasukkan
tokoh-tokohnya ke dalam organisasi GBKP. Namun demikian, gejala pertumbuhan dan
perkembangan pesat GBKP mulai nampak pada tahun 1963 dengan semakin banyaknya
orang Karo datang meminta pengajaran katekisasi dan pembabtisan.
Tahun 1965 terjadi kejutan bagi perkembangan kuantitas anggota GBKP yang pada
waktu tersebut telah mencapai jumlah anggota ± 75.000 orang, sedangkan 15 tahun
sebelumya hanya berjumlah 5000 orang. Sehubungan dengan itu, ada dua peristiwa penting
yang menarik untuk disimak:
Pertama, peringatan jubileum 75 tahun GBKP di Medan. Peringatan jubileum tersebut
menghasilakan beberapa terobosan baru, antara lain:
- Spontanitas dari jemaat-jemaat GBKP untuk menerima musik dan gendang tradisional
karo digunakan di luar kebaktian gereja;
- Munculnya tekat dari tokoh-tokoh awam GBKP, yang dengan kesadaran sendiri
menyatakan keinginannya untuk berbuat sesuatu bagi kemajuan gereja. Mereka
42
menggalakkan perkabaran Injil dengan mengunjungi keluarga mereka, khususnya di
desa-desa.
Kedua, peristiwa pemberontakan G 30 S/PKI ternyata menjadi salah satu pendorong
pertambahan anggota GBKP.
Kedua hal di atas semakin memacu GBKP lebih giat melakukan pekerjaan perkabaran
Injil. Pada tahun 1966, terjadilah babtisan-babtisan masal di beberapa kota, kecamatan dan
desa-desa di Kabupaten Karo, Langkat dan Deli Serdang, sehingga dalam pelaksanaannya
GBKP harus meminta bantuan dari gereja-gereja tetangga di Sumatera Utara, bahkan dari
GMIM (Gereja Minahasa) dan GPM (Gereja Maluku).
Pertumbuhan pesat itu mendorong GBKP untuk segera menambah tenaga pendeta,
baik melalui program pendidikan akademis (STT) maupun dengan kursus pendeta bagi guru
agama yang dianggap memenuhi syarat. Selain itu dikembangkan juga bentuk-bentuk
pelayanan kemasyarakatan, seperti panti asuhan, perluasan sekolah-sekolah Masehi,
pengadaan Institut Pendidikan Neumann, pemberian bea siswa bagi mahasiswa-mahasiswa
GBKP di perguruan Tinggi.
A.6. Tantangan Membangun Kedalam dan Keluar (1969-1990)
Pembabtisan massal pada periode sebelumnya telah menyebabkan pertambahan
jumlah anggota GBKP. Pada tahun 1972, anggota GBKP mencapai 100.000 orang dari
keseluruhan orang Karo sebanyak 445.000 jiwa, yang 5% diantaranya beragama Islam, 13%
anggota gereja lain dan selebihnya masih menganut agama perbegu (penyembah berhala).3
Pertambahan anggota masih terus terjadi walaupun tidak sebanyak pada periode lalu. GBKP
juga mulai memberikan perhatian pada bidang pembinaan warga gereja. Disamping
3 Ibid, 125.
43
pembinaan kedalam dan penginjilan keluar, GBKP mulai memperhatikan dengan lebih serius
perihal hubungannya dengan budaya Karo.
Hubungan dengan budaya semakin dirasakan manfaatnya, sehingga Moderamen
GBKP terdorong untuk mengadakan beberapa seminar adat Karo, antara lain tahun 1980 dan
1983 serta konsultasi theologia tentang budaya Karo pada tahun 1984. Hal ini menyiratkan
bahwa GBKP semakin menyadari eksistensinya di tengah-tengah budaya Karo dan berupaya
menggumulinya secara kontekstual.
A.7. Persiapan Menuju Jemaat Misioner (1990-...)
Periode ini diawali dari kegiatan Jubileum 100 tahun GBKP, yang dipandang sebagai
suatu momen untuk lebih mempersiapkan diri menghadapi tantangan masa depan. Menyadari
tantangan menjelang abad ke-21 dengan terjadinya perubahan nilai-nilai sebagai dampak
pembangunan dan mobilitas masyrakat, GBKP memanfaat pesta jubileum tersebut sebagai
media penjemaatan pemahaman jemaat misioner dengan motivasi warganya agar berperan
serta secara sadar dan aktif dalam seluruh kegiatan pelayanan dan kesaksian GBKP.4 Untuk
itu, melalui Sidang Sinode 1994, GBKP dengan Garis-garis Besar Pelayanan Tahun 1995-
2000 menetapkan empat tujuan yang hendak dicapai, yakni: kemandirian theologia, daya,
dana dan administrasi. Hal itu menunjukkan bahwa pembinaan warga jemaat menjadi
perhatian penting. Sekarang, menurut statistik GBKP, jumlah anggota pada tahun 1996 ada
250.000 orang dengan 95.000 diantaranya berada di wilayah Kabupaten Karo.5 Ini berarti
sebagian besar warga GBKP berada di luar wilayah Kabupaten Karo, namun mereka tetap
menggunakan bahasa dan tata cara Karo. Ini berarti dalam aktivitas pelayanan GBKP, baik
4 Panitia Jubileum 100 Tahun GBKP, Ini Aku Utuslah Aku, Medan: Sekretariat Panitia Jubileum 100
Tahun GBKP, 1990, 5. 5 Penjelasan Pdt. M. Sinulingga, 59 tahun, Sekretaris Umum GBKP 1996, dalam pertemuan tanggal 10
Juli 1996 di Kabanjahe.
44
menyangkut pemisioneran jemaat ataupun bentuk pelayanan lainnya, unsur budaya Karo
tetap merupakan faktor yang dianggap penting.
B. Teologi GBKP
Sebelum penulis menguraikan seputar teologi misi GBKP ada baiknya disini penulis
menguraikan teologi GBKP secara umum. Dengan demikian melalui pengenalan akan teologi
GBKP kita akan mengetahui pengertian misi, tujuan misi, dan pelaku misi. Teologi GBKP
tertuang dalam pengakuan dasar (konfesi) GBKP, sebagaimana yang terdapat dalam tata
gereja GBKP:6
Pengakuan Dasar (Konfesi) GBKP
Pasal 1 : Allah
Allah adalah pencipta, pemelihara dan pengatur alam semesta dan isinya.
Sehingga pengenalan anak-Nya, dengan bantuan Roh Kudus, adalah melalui
ciptaan-Nya dan Alkitab yang berpusat pada kesaksian kasih-Nya dalam Yesus
Kristus.
Pasal 2 : Ciptaan
a. Seluruh alam semesta dan isinya, baik yang nampak maupun yang tidak
nampak adalah Ciptaan, sehingga berada dibawah kuasa Allah. Maka
tidaklah layak untuk disembah atau dialihkan. (Kel. 20:1-5)
b. Setiap komponen ciptaan berada dalam hukum saling ketergantungan
antar-sesama ciptaan, dan hubungan saling ketergantungan antar ciptaan ini
adalah baik bahkan amat baik. Dan manusia dimandatkan oleh Allah untuk
mempertahankan keharmonisan hubungan saling ketergantungan antara
ciptaanya ini. Sebagai yang dimandatkan oleh Allah, manusia haruslah
tidak pernah mengambil alih hak kepemilikan ciptaan dari Allah.
Pasal 3 : Alkitab
a. Alkitab adalah salah satu bentuk dari kumpulan kesaksian tentang Allah
yang kontekstual yang dituliskan dengan bantuan Roh Kudus, dalam
kumpulan tulisan yang dinamakan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
b. Inti kesaksian Alkitab adalah Kasih Allah yang tidak berkesudahan yang
dimulai sejak awal penciptaan dunia hingga kelahiran, kematian,
kebangkitan, kenaikan dan kedatangan Yesus kelak. Oleh karena itu,
dengan bantuan Roh Kudus, Alkitab haruslah difungsikan sebagai dasar
kehidupan gereja, teologia dan manusia yang menyebut dirinya Kristen.
(Yoh. 1: 1-14; Fil. 2:6-11).
6 Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP 2005-2015, Kabanjahe, 2005, 128-131.
45
Pasal 4 : Manusia
a. Manusia diciptakan dalam bentuk dan rupa Allah sebagai lelaki dan
perempuan yang bermartabat dan berkemampuan sama untuk menjaga
keharmonisan tatanan ciptaan, yang awalnya adalah dalam kondisi sangat
baik (Kej. 1:26, 28, 31).
b. Bagaimanapun kedominasian dosa dalam keberadaan manusia, yang
seutuhnya, dan hal ini berdampak ketatanan masyarakat dan keutuhan
ciptaan. Sehingga Roh Kudus yang telah diberikan kepada manusia dalam
babtisan adalah penolong yang selalu memampukan manusia untuk
bertahan dalam proses menuju kesempurnaan dirinya, yang akan
berdampak dalam perubahan di masyarakat dan keutuhan ciptaan. Sehingga
keselamatan adalah anugrah Allah semata dan hak Allah. Dan
selayaknyalah orang yang telah dibabtis memunculkan pola hidup sebagai
manusia baru yang hidup didalam Roh. (Roma 8 : 1-9; 2 Kor. 5:17).
Pasal 5 : Gereja
a. Gereja adalah persekutuan manusia baru yang harus terus menerus
diperbaharui oleh Roh Kudus, agar mampu dan bertahan menjadi
garam dan terang di konteks dimana ia berada. Sehingga gereja
haruslah menyaksikan pola hidup Yesus, agar kerajaan Allah terwujud
di dunia ini. Inilah arti gereja sebagai tubuh Kristus dan Kristus sebagai
kepalanya. (Mat. 5:13-16; Ef. 4:12-16).
b. Gereja tidak mengadopsi nilai-nilai dunia, tapi memproklamasikan
nilai-nilai Allah yang nampak dari kehidupan Yesus yaitu cinta kasih,
keberpihakan pada yang miskin, tidak berdaya, dan yang tersingkirkan
untuk menegakkan kebenaran dan keadilan (diakonia). Inilah panggilan
gereja, menyelamatkan dunia; mengubah dan mentransformasinya.
c. Gereja harus mampu melakukan dialog dengan pemerintah dimana ia
berada.
d. Semua anggota persekutuan yang adalah manusia baru berperan dan
mendapat bagian dalam kesaksian (marturia), persekutuan (koinonia)
dan pelayanan (diakonia) gereja, sebagai wujud dari jemaat yang
missioner dibawah koordinasi dan arahan dari para pelayan khusus:
pendeta, penatua dan diaken.
Pasal 6 : Ibadah
a. Sebagai manusia yang telah diselamatkan Allah, haruslah kehidupan
orang-orang Kristen sebagai ungkapan rasa syukur yang dinampakkan
melalui pikiran, ucapan dan tindakannya. Inilah ibadah orang Kristen
yang sejati. (Roma 12:1).
b. Selayaknyalah orang Kristen mempersembahkan diri, pekerjaan dan
keluarganya utuh-penuh kepada Allah.
c. Setiap orang Kristen haruslah berada di dalam dunia ini, tapi tidak
pernah menjadi sama dengan dunia ini.
d. Setiap orang Kristen haruslah berani memberi dalam bentuk materi dari
keadaan kekurangannya bukan kelebihannya, agar terhindar dari
masalah kekawatiran dan mampu memuliakan Allah di segala
keberadaannya. (2 Kor. 8:1-5).
e. Setiap orang Kristen haruslah mempunyai pengharapan dalam
kehidupannya karena Allah mempunyai rencana atas tiap-tiap orang
pilihan-Nya, sehingga mampu bersukacita senantiasa. (Fil. 4:4)
46
f. Setiap perkawinan Kristen ialah perkawinan antara lelaki dan
perempuan yang berdasarkan ikatan perjanjian seperti yang
diteladankan Allah kepada manusia sejak zaman Nuh hingga
pengutusan anak-Nya Yesus: yaitu perjanjian yang dilandasi oleh kasih
setia yang tidak berkesudahan. Sehingga dalam perkawinan Kristen
tidak dikenal perceraian, karena Allah tidak pernah memutuskan penuh
hubungannya dengan manusia. (Kej. 1:27; Mat. 19:4-6).
g. Untuk mampu mewujudkan ibadahnya setiap saat dan di segala tempat,
hendaklah orang Kristen bersekutu bersama dalam perayaan ibadah
komunal, seperti ibadah minggu, untuk bersama memuji Allah,
bersama mendengar kesaksian tentang Allah dan tuntutan hidup baru,
bersama diperbaharui dan saling menguatkan dan dikuatkan. Maka di
dalam persekutuan ibadah minggulah dilaksanakan pemberitaan firman,
baik dalam bentuk khotbah maupun sakramen babtisen anak dan orang
dewasa serta perjamuan kudus.
h. Hendaklah anak dan anggota keluarga Kristen yang tidak dalam status
pengembalaan khusus, dibaptis dan mengikuti perjamuan kudus.
i. Hendaklah ibadah minggu dilaksanakan dalam suasana ucapan syukur
memuliakan Tuhan, yang dinampakkan dalam sikap peserta dan
pemimpin ibadah.
j. Hendaklah peserta dan pelaku ibadah minggu membawakan diri,
pemberian dan pelayanan yang terbaik bagi Allah.
k. Hendaklah pelayan ibadah menguasai dasar-dasar teologis dari liturgi
dan nyanyian yang digunakan dalam kekbaktian, sehingga dari awal
hingga akhir kebaktian nampak suatu teologia yang utuh.
l. Hendaklah dasar teologia, bentuk dan irama dari liturgi dan nyanyian
yang digunakan dalam ibadah adalah hasil dari hubungan yang dialetik
antara Alkitab dan Tradisi dengan konteks peserta dan pemimpin
ibadah.
Demikianlah pengakuan dasar (konfesi) GBKP yang mewarnai seluruh program-program
pelayanan dan tata gereja (peraturan GBKP).
C. Teologi Misi GBKP
C.1. Pengertian Misi
Pengertian misi tidak ada disebutkan secara rinci dalam pengakuan dasar (konfesi)
GBKP, tetapi kosep misi dapat kita lihat dalam pengakuan dasar (konfesi) GBKP khususnya
tentang gereja, yaitu “gereja haruslah menyaksikan pola hidup Yesus, agar kerajaan Allah
terwujud di dunia ini. Inilah arti gereja sebagai tubuh Kristus dan Kristus sebagai kepalanya.
Gereja memproklamasikan nilai-nilai Allah yang nampak dari kehidupan Yesus yaitu cinta
47
kasih, keberpihakan pada yang miskin, tidak berdaya, dan yang tersingkirkan untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan (diakonia). Inilah panggilan gereja, menyelamatkan
dunia, mengubah dan mentransformasinya. Semua anggota persekutuan yang adalah manusia
baru berperan dan mendapat bagian dalam kesaksian (marturia), persekutuan (koinonia) dan
pelayanan (diakonia) gereja, sebagai wujud dari jemaat yang missioner dibawah koordinasi
dan arahan dari para pelayanan khusus: pendeta, penatua, dan diaken.7
Jadi pengertian misi dalam konsep GBKP menyangkut menyaksikan dan
meproklamirkan pola hidup Yesus, nilai-nilai Allah yang nampak dari kehidupan Yesus.
Sehingga dalam pembukaan tata gereja GBKP disebutkan:
Allah memanggil semua orang untuk diselamatkan. Untuk itu Yesus
Kristus diutus ke dalam dunia sebagai jalan keselamatan dan hidup bagi
manusia. Orang-orang yang menyambut panggilan ini dikuduskan dan
dipersekutukan oleh Roh Kudus di dalam suatu persekutuan baru dengan
Dia. Persekutuan ini meliputi umat manusia di segala tempat dan
disepanjang zaman, disebut gereja yang Kudus dan Am. Di dalam
persekutuan dengan Dia, gereja dipanggil dan dipergunakan oleh Allah dan
teman sekerja dalam memproklamasikan Injil Kerajaan Allah melalui
hidup yang bersekutu, bersaksi dan melayani sampai akhir zaman. (1 Ptr.
2:9-10;Yoh. 17:17-18;1 Kor. 3:9).8
Misi bagi semua anggota jemaat GBKP adalah memproklamasikan Injil kerajaan Allah
dalam setiap aspek kehidupannya.
Dalam tata gereja GBKP juga disebutkan tugas dan kewajiban anggota sidi yaitu:
menjalankan fungsi dan peran sebagai Nabi, Imam dan Raja (imamat am orang percaya)
untuk menyebarluaskan Kerajaan Allah (Keluaran 19:5-6; Petrus 2:9-10).9 Dalam hal ini misi
diartikan menyebarluaskan kerajaan Allah.
7 Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP 2005-2015, Kabanjahe, 2005, 130.
8 Ibid, 1.
9 Ibid, 5. Jika dibandingkan dengan Amanat dan tugas anggota gereja dalam tata gereja GBKP tahun
1971 yaitu “kepada gereja diamanatkan Tuhan untuk memberitakan kabar kesukaan ke seluruh dunia (Matius
28:19-20) memberikan kesaksian dan menyampaikan kasihNya kepada manusia (Johanes 13:15; 17:18; Matius
25:46; 1Korintus 13:13).Tim Peneliti GBKP Dan Staf Proyek Survey Menyeluruh DGI (PGI) Dr. Frank L.
Cooley, Benih Yang Tumbuh IV , Jakarta: Lembaga Penelitian dan Study Dewan Gereja-Gereja Di Indonesia,
1976, 165.
48
Jelas terlihat sebagaimana hakekat kegiatan gereja yang dituangkan dalam tata gereja
GBKP adalah: Haketkan kegiatan gereja adalah: Buah iman warga jemaat pada bidang
Marturia (kesaksian), Koinonia (persekutuan) dan Diakonia (pelayanan) untuk pertumbuhan
dan pembangunan jemaat sebagai perwujudan Tubuh Kristus di tengah dunia bagi kemuliaan
nama Tuhan. (Matius 28:16-20; Efesus 4:16; Matius 25:41-46). Konsep misi jelas terlihat
dalam kegiatan Marturia (Kesaksian), kegiatan ini mencakup:
1. Mengadakan Pekabaran Injil Keluar kepada seluruh manusia yang belum mengenal
Kristus.
2. Mengadakan Pekabaran Injil Kedalam sesuai dengan ajaran GBKP dan disetujui
oleh Majelis Jemaat, Klasis, Moderamen sesuai wilayah pelayanannya.
3. Memobilisasi seluruh warga jemaat (pribadi/kelompok) agar kita ikut bertanggung
jawab dalam tugas Pekabaran Injil melalui doa, daya, dana maupun perilaku
kristiani dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mempersiapkan warga jemaat menjadi warga jemaat yang missioner .
5. Mengadakan dan mengembangkan sarana Pekabaran Injil.
6. Mengadakan dialog antar iman
7. Pengembangan Wisata Rohani.10
Dari tujuh kegiatan marturia (kesaksian) yang disebutkan satu sampai lima menekankan
Pekabaran Injil (PI) baik keluar maupun kedalam.
Konsep misi juga tidak bisa dipisahkan dengan marturia (kesaksian), seperti yang
dikatakan Pdt. Kongsi Kaban.S.Th (Ketua bidang Marturia Modramen GBKP).
”Pengertian misi adalah kesaksian anggota GBKP yang tetap menjadikan
Matius 28:19-20 sebagai amanat agung Tuhan Yesus, tapi bukan dalam
arti kristenisasi. Tapi dihubungkan dengan Matius 22:34-40, bahwa
dengan menunjukkan kasih kepada Allah dan sesama, dengan
menunjukkan berkat Allah yang telah kita terima, dan bukan kita membuat
10
Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP 2005-2015, Kabanjahe, 2005, 48.
49
orang lain percaya, sebab itu pekerjaan Allah. Bila melalui kesaksian
seperti ini orang lain jadi percaya, ia akan menjadi anggota GBKP.”11
Jadi pengertian misi menurut GBKP adalah menyaksikan, memproklamirkan, dan
menyebarluaskan kerajaan Allah (pola hidup meneladani Yesus) oleh setiap anggota GBKP,
misi dimasukkan kedalam kegiatan-kegiatan marturia (kesaksian), koinonia (persekutuan),
dan diakonia (pelayanan).
C.2. Tujuan Misi
Tujuan misi dalam GBKP adalah:
- Memenuhi panggilan sebagai alat dan teman sekerja Allah dalam memproklamasikan
Injil kerajaan Allah.
Allah memanggil semua orang untuk diselamatkan. Untuk itu Yesus Kristus diutus ke
dalam dunia sebagai jalan keselamatan dan hidup bagi manusia. Orang-orang yang
menyambut panggilan ini dikuduskan dan dipersekutukan oleh Roh Kudus di dalam suatu
persekutuan baru dengan Dia. Persekutuan ini meliputi umat manusia di segala tempat dan
sepanjang zaman, disebut Gereja yang Kudus dan Am. Di dalam persekutuan dengan Dia,
Gereja dipanggil dan dipergunakan oleh Allah sebagai alat dan teman sekerja dalam
memproklamasikan Injil Kerajaan Allah melalui hidup yang bersekutu, bersaksi dan
melayani sampai akhir zaman. (I Ptr. 2:9-10; Yoh. 17:17-18; I Kor. 3:9).
- Meningkatkan jumlah orang-orang untuk dibabtis (dikristenkan).
Sebagaimana yang tertuang dalam Garis Besar Pelayanan GBKP, penginjilan adalah
sebuah program yang utama dalam keberadaan GBKP. Penginjilan amat penting karena
menunjukkan Kasih Allah kepada dunia (Yoh. 3:16). Oleh sebab itu maka program
Penginjilan harus dikembangkann sebagai wujud kesetiaan kepada Allah Bapa sebagai
11
Hasil Wawancara dengan Pendeta Kongsi Kaban. S.Th, (Ketua bidang Marturia Modramen GBKP),
9 February 2012, 5:30 PM.
50
pemilik gereja sehingga berita keselamatan harus diberitakan kepada semua orang (Mat
28:18-20; Mark 16:15; Kis 1:8). Gereja atau semua orang percaya berkewajiban untuk
memberitakan injil, sehingga pewujudan berlaku sebagai tubuh Kristus sungguh dapat
dinyatakan melalui program pekabaran injil yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah
orang-orang untuk dibabtis (dikristenkan).
- Membangkitakan semangat penginjilan.
Buluh Awar Mission adalah sebuah program untuk menggantikan nama Wisata
Rohani. Pergantian ini adalah untuk lebih menekankan arti dan makna peristiwa bersejarah
masuknya Injil bagi orang karo. Dengan nama baru ini kita akan lebih didekatkan kepada
maksud program ini yang bertujuan untuk tetap membangkitkan semangat penginjilan pada
setiap gerak GBKP kini dan akan datang. Dalam pengembangan program ini untuk
mengenang peristiwa masuknya Injil bagi masyrakat Karo maka program ini akan
menjadikan Buluh Awar sebagai satu tempat wisata rohani dengan fasilitas pendukung yang
layak untuk sebuah program wisata yang mengandung unsur pendidikan dan pembinaan yang
berorientasi penginjilan disetiap bagian kegiatannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas maka sinode/moderamen GBKP membuat
program antara lain:
- Perkabaran Injil Kedalam (Evangelisasi)
Pelayanan melalui kebaktian-kebaktian dan PA yang dilakukan di GBKP bertujuan
untuk membangun iman jemaat agar dapat berlaku sebagai mana tugas dan panggilan yang
diterima dari Allah Bapa kepada gerejanya. Pada kenyataannya jemaat yang terbangun
imannya hanya anggota jemaat yang aktif ke gereja (kurang lebih 40%) mereka juga yang
aktif menghadiri PJJ dan PA Lembaga. Sedangkan yang kurang aktif dan tidak aktif sama
sekali tidak tersentuh oleh pemberitaan Firman Tuhan.
51
Dalam pelaksanaan PI kedalam atau yang dimaksud juga Evangelisasi maka kegiatan
ini lebih dititik beratkan dilaksanakan oleh klasis dan terutama Runggun-Runggun bersama
lembaga Kategorial pelayanan diwilayahnya masing-masing. Dalam hal ini bidang kesaksian
di Modramen akan lebih melakukan pemberdayaan kepada Klasis-Klasis dan bukan sebagai
pelaksana langsung dari kegiatan PI kedalam yang akan dilaksanakan.
Oleh karena itu pelayanan dalam hal PI kedalam (Evangelisasi) ini diprogramkan
untuk dilaksanakan oleh setiap lingkup pelayanan GBKP baik Sinode/Modramen, Klasis,
Runggun, dan unit pelayanan dan pelayanan Kategorial yang dianggap membutuhkan
sehingga pelayanan ini akan:12
Program Kerja Di Wilayah Sinode/Modramen
1. Ibadah Minggu.
Melakukan pengembangan program guna peningkatan kwalitas Ibadah minggu
yang akan disosialisasikan ke setiap Klasis yang kemudian diteruskan ke
Runggun-Runggun.
2. PA, Perpulungun Jabu-Jabu, Perkunjungan Rumah Tangga, Kebaktian
Kebangunan Iman.
Mengadakan pengkajian dan pengembangan metode dan strategi dengan berbagai
cara antara lain dengan pemutaran film, Kebaktian Kebangunan Iman,
penempatan tenaga Detaser, dan lainnya. Dalam program ini akan ditemukan
metode PI perkotaan, dan juga desa, sehingga ini dapat dipergunakan bagi semua
unit pelayanan diwilayah masing-masing, dan juga bekerjasama dengan lembaga
PI yang ada dari dalam luar GBKP.
12
Modramen GBKP, Garis Besar Pelayanan GBKP 2010-2015, Kabanjahe, 2010, 65-67.
52
3. Pemberdayaan.
Memberdayakan dan mengembangkan gerakan Evangelisasi oleh Klasis,
Runggun, sehingga setiap Klasis dan Runggun memiliki program yang jelas
dengan pencapaian hasil yang berdampak positif kepada peningkatan kehadiran
jemaat setiap tahunnya.
Program Kerja Di Wilayah Klasis.
1. Ibadah Minggu
Melakukan pemberdayaan peningkatan kwalitas pelaksanaan Ibadah Minggu di
Runggun-Runggun.
2. PA, Perpulungen Jabu-Jabu, Perkunjungan Rumah Tangga, Kebaktian
Kebangunan Iman.
Mengadakan pengkajian dan pengembangan metode dan strategi dengan berbagai
cara antara lain dengan pemutaran film, Kebaktian Kebangunan Iman,
penempatan tenaga Detaser, dan lainnya. Dalam program ini akan ditemukan
metode PI perkotaan dan juga desa, sehingga ini dapat dipergunakan bagi semua
unit pelayanan di wilayah masing-masing, dan juga bekerja sama dengan lembaga
PI yang ada dari dalam luar GBKP.
3. Pemberdayaan.
Memberdayakan dan mengembangkan gerakan Evangelisasi oleh runggun
sehingga oleh setiap Runggun memiliki progam yang jelas dengan pencapaian
hasil yang berdampak positif kepada peningkatan kehadiran jemaat setiap
tahunnya.
53
Program Kerja Di Wilayah Runggun.
1. Ibadah Minggu
Melakukan upaya peningkatan kwalitas Ibadah minggu dari setiap bagian acara
dengan memperhatikan makna mengajak dan memotivasi dengan cara
penyampaian yang tidak kaku namun jelas, memperkaya kreativitas acara
sehingga tidak monoton dan minim acara, memperlengkapi peralatan-peralatan
pendukung yang sesuai dengan kebutuhan berupa Alkitab, buku nyanyian, sound
system, LCD Proyektor, kebersihan kerapian gedung gereja dan halaman.
2. PA, Perpulungen Jabu-Jabu (Kebaktian Rumah Tangga).
Melakukan upaya kreatif terhadap pelaksanaan PA, Perpulungen Jabu-Jabu
dengan berbagai metode, dan merumuskan hasil dan manfaat yang akan dicapai
menurut pembagian waktu bulanan triwulan, dan tahunan.
3. Perkunjungan Rumah Tangga.
Membentuk tim atau pribadi untuk melakukan perkunjungan rumah tangga yang
terdiri dari para pelayanan atau anggota jemaat dengan membagi seluruh anggota
jemaat menurut pengelompokan yang ada dan memberikan tugas tanggungjawab
yang jelas bagi tim atau setiap orang yang ditunjuk sebagai petugas pelayan untuk
kelompok atau pribadi yang dianggap perlu untuk mendapat pelayanan.
4. Kebaktian Kebangunan Iman.
Menggalakkan Kebaktian Kebangunan Iman yang diselenggarakan oleh Majelis
jemaat/Runggun untuk memberikan ruang kreativitas dan penyegaran bagi
anggota jemaat.
5. Pengembangan Metode.
Mengadakan pengkajian dan pengembangan metode dan strategi dengan berbagai
cara antara lain dengan pemutaran film, Kebaktian Kebangunan Iman dan lainnya.
54
Dalam program ini akan ditemukan metode PI perkotaan, dan juga desa, sehingga
ini dapat dipergunakan bagi semua unit pelayanan diwilayah masing-masing, dan
juga bekerja sama dengan lembaga PI yang ada dari dalam luar GBKP.
6. Pemberdayaan.
Memberdayakan dan mengembangkan gerakan Evangelisasi oleh runggun
sehingga setiap Klasis dan Runggun memiliki program yang jelas dengan
pencapaian hasil yang berdampak positif kepada peningkatan kehadiran jemaat
setiap tahunnya.
- Program kerja PI keluar
Penginjilan adalah sebuah program yang utama dalam keberadaan GBKP. Penginjilan
sangat penting karena menunjukkan kasih Allah kepada dunia (Yoh 3:16). Oleh sebab itu
maka program Penginjilan harus dikembangkan sebagai wujud kesetiaan kepada Allah Bapa
sebagai pemilik gereja sehingga berita keselamatan harus diberitakan kepada semua orang
(Mat 28:18-20; Mark 16:15; Kis 1:8). Gereja atau semua orang percaya berkewajiban untuk
memberitakan Injil, sehingga pewujudan berlaku sebagai tubuh Kristus sungguh dapat
dinyatakan melalui program ini.
Program Kerja Di Wilayah Sinode/Modramen.
1. Melakukan pengembangan metode dan cara PI keluar yang lebih efektif dan
berdampak kepada pertambahan orang yang menerima Yesus Kristus sebagai
Tuhan Juruselamat di kota dan desa dengan berbagai cara. Dalam program ini
akan ditemukan metode PI perkotaan dan juga desa, sehingga ini dapat
dipergunakan bagi semua unit pelayanan di wilayah masing-masing.
55
2. Memberdayakan pembentukan dan pelatihan tim PI di Klasis dan lembaganya
untuk memiliki kemampuan PI keluar dengan hasil yang nyata terjadi
pertambahan orang yang menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat.
3. Pemberdayaan jemaat untuk menjadi pelaku PI melalui:
a. Pembinaan kesadaran dan pemahaman PI melalui tulisan, kursus, PJJ dan
bahan PA.
b. Pembinaan jemaat tentang perkabaran Injil pribadi melalui perkataan dan cara
hidup sehari-hari sebagai orang Kristen.
c. Mengajak jemaat untuk mengabarkan Injil kepada keluarga yang belum
percaya.
d. Mendorong jemaat kota menetapkan daerah PI dan jemaat binaan di desa.
e. Pemetaan dan penempatan tenaga PI yang bekerja sama dengan majelis
jemaat/klasis setempat.
Program Kerja Di Wilayah Klasis.
1. Melakukan pengembangan metode dan cara PI keluar yang lebih efektif dan
berdampak kepada pertambahan orang yang menerima Yesus Kristus sebagai
Tuhan Juruselamat di kota dan desa dengan berbagai cara. Dalam program ini
akan ditemukan metode PI perkotaan dan juga desa, sehingga ini dapat
dipergunakan bagi semua unit pelayanan diwilayah masing-masing.
2. Membentuk dan melatih tim PI di Klasis dan lembaganya, Runggun dan
lembaganya untuk memiliki kemampuan PI keluar dengan hasil yang nyata terjadi
pertambahan yang menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat.
56
3. Pemberdayaan jemaat untuk menjadi pelaku PI melalui:
a. Pembinaan kesadaran dan pemahaman PI melalui tulisan, kursus, PJJ dan
bahan PA.
b. Mendorong jemaat kota menetapkan daerah PI dan jemaat binaan di desa.
c. Pemetaan dan penempatan tenaga PI yang bekerja sama dengan majelis
jemaat/klasis setempat.
Program Kerja Di Wilayah Runggun.
1. Melakukan pengembangan metode dan cara PI keluar yang efektif dan berdampak
kepada pertambahan orang yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan
Juruselamat di Runggun dengan berbagai cara. Dalam program ini akan
ditemukan metode PI yang dapat dipergunakan bagi semua unit pelayanan di
wilayah masing-masing.
2. Membentuk dan melatih tim PI di Runggun dan lembaganya untuk memiliki
kemampuan PI keluar dengan hasil yang nyata terjadi pertambahan orang yang
percaya Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
3. Pemberdayaan jemaat untuk menjadi pelaku PI melalui:
a. Pembinaan jemaat tentang Perkabaran Injil pribadi melalui perkataan dan cara
hidup sebagai orang Kristen.
b. Mengajak jemaat untuk mengabarkan Injil kepada keluarga yang belum
percaya.
- Buluh Awar Mission
Buluh Awar Mission adalah sebuah program untuk menggantikan sebuah nama
Wisata Rohani. Pergantian ini adalah untuk lebih menekankan arti dan makna peristiwa
57
bersejarah masuknya Injil bagi orang Karo. Dengan nama Buluh Awar Mission ini kita akan
lebih didekatkan kepada maksud program ini yang bertujuan untuk tetap membangkitkan
semangat penginjilan pada setiap gerak GBKP kini dan akan dating. Dalam pengembangan
program ini untuk mengenang peristiwa masuknya Injil bagi masyarakat Karo maka program
ini akan menjadikan Buluh Awar sebagai salah satu tempat wisata rohani dengan fasilitas
pendukung yang layak untuk sebuah program wisata yang mengandung unsur pendidikan dan
pembinaan yang berorientasi penginjilan disetiap bagian kegiatannya.
Program Kerja Di Wilayah Sinode/Modramen
1. Mengembangkan program yang berorientasi penginjilan (mission oriented) yang
berpusat di Desa Buluh Awar dalam berbagai bentuk antara lain: Wisata Napak
Tilas Zending, Perkemahan PI, Festival PI, Malam perenungan Missi Ber-PI,
Keperdulian Missi.
2. Meningkatkan fasilitas/sarana di Buluh Awar sehingga kondusif sebagai tempat
wisata dan sekaligus pembinaan penginjilan GBKP.
3. Pusat Training Penginjilan GBKP di Desa Buluh Awar. Mengimani bahwa Buluh
Awar dipilih oleh Tuhan Allah sebagai pos pertama Injil masuk ketanah Karo,
maka untuk mengenang dan melanjutkan momentum bersejarah ini, Buluh Awar
dijadikan sebagai pusat Training Penginjilan GBKP yang menyediakan
pendidikan dan pelatihan Pekabaran Injil bagi semua pelayanan dan warga GBKP
yang membutuhkan dan terutama Tim PI GBKP disemua lingkup pelayanan yang
ada:
a. Pengadaan Trainer Penginjilan masa kini untuk desa dan kota.
b. Pengadaan Modul Pelatihan Penginjilan GBKP.
c. Pengadaan sarana Pelatihan Penginjilan.
58
4. Menempatkan dan memberdayakan tenaga Detaser sebagai tenaga yang memiliki
tugas dan kemampuan melakukan Pekabaran Injil. Penempatan tenaga Detaser
adalah penempatan orang yang memiliki kemampuan untuk Penginjilan. Dengan
demikian perlu diadakan program pelatihan bagi tenaga-tenaga Detaser secara
regular sehingga GBKP akan memiliki tenaga yang terlatih dan cukup untuk
melakukan Penginjilan diberbagai daerah yang dianggap butuh.
Program Kerja Di Wilayah Klasis.
1. Dalam mengenang moment Buluh Awar dipilih sebagai Pos Penginjilan pertama
masuknya Injil ke masyarakat Karo, maka program yang berorientasi penginjilan
(mission oriented) dengan nama program Buluh Awar Mission dalam berbagai
bentuk antara lain: Wisata Napak Tilas Zending, Perkemahan PI, Festival PI,
Malam Perenungan Missi ber-PI, Keperdulian Missi, dilaksanakan di Klasis
masing-masing yang waktunya pada peringatan masuknya Injil (Sehna Berita
Simeriah) setiap tahunnya.
2. Training Penginjilan GBKP di Desa Buluh Awar. Mempersiapkan dan
mengkoordinasi Tim PI dari setiap Klasis dan Runggun-Runggun untuk mengikuti
training di pusat training Penginjilan GBKP Buluh Awar.
Program Kerja Di Wilayah Runggun.
1. Dalam mengenang moment Buluh Awar dipilih sebagai Pos Penginjilan pertama
masuknya Injil kemasyarakat Karo, maka program yang berorientasi penginjilan
(mission oriented) dengan nama program Buluh Awar Mission dalam berbagai
bentuk antara lain: Wisata Napak Tilas Zending, Perkemahan PI, Festival PI,
Malam Perenungan Missi ber-PI, Keperdulian Missi. Dilaksanakan di runggun
59
masing-masing yang waktunya pada peringatan masuknya Injil (Sehna Berita
Simeriah) setiap tahunnya.
2. Training Penginjilan GBKP di Desa Buluh Awar. Mempersiapkan dan
mengkoordinasi Tim PI dari Runggun untuk mengikuti training di Pusat Training
Penginjilan GBKP di Buluh Awar.
C.3. Pelaku Misi
GBKP adalah persekutuan orang-orang yang dipanggil untuk memberitakan Kerajaan
Allah melalui kesaksian, persekutuan dan pelayanannya. (Matius 28 : 18-20; Markus 16:15;
Johanes 17:21; Kisah Para Rasul 1:8; 2 :43-47; Efesus 2:10; 4 : 23-24; Pilipi 2:11; Kolose
1:10; I Petrus 2:9 dan Wahyu 21:5).13
Allah memanggil semua orang untuk diselamatkan. Untuk itu Yesus Kristus diutus ke
dalam dunia sebagai jalan keselamatan dan hidup bagi manusia. Orang-orang yang
menyambut panggilan ini dikuduskan dan dipersekutukan oleh Roh Kudus di dalam suatu
persekutuan baru dengan Dia. Persekutuan ini meliputi umat manusia di segala tempat dan
sepanjang zaman, disebut Gereja yang Kudus dan Am. Di dalam persekutuan dengan Dia,
Gereja dipanggil dan dipergunakan oleh Allah sebagai alat dan teman sekerja dalam
memproklamasikan Injil Kerajaan Allah melalui hidup yang bersekutu, bersaksi dan
melayani sampai akhir zaman. (I Ptr. 2:9-10; Yoh. 17:17-18; I Kor. 3:9).
Semua anggota persekutuan yang adalah manusia baru berperan dan mendapat bagian
dalam kesaksian (marturia), persekutuan (koinonia) dan pelayanan (diakonia) gereja, sebagai
wujud dari jemaat yang missioner dibawah koordinasi dan arahan dari para pelayan khusus:
pendeta, penatua dan diaken.
13
Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP 2005-2015, Kabanjahe, 2005, 4.
60
Untuk mensukseskan setiap program-program misi yang tertuang dalam program-
program bidang marturia maka di GBKP telah ditetapkan ada 5 Unit Pelayanan di Bidang
Marturia GBKP, yakni :
1. Tim Pembinaan dan Pelatihan PI ke Klasis-Klasis dan ke Majelis-Mejlis.
2. PI keluar dann ke dalam, yang menjangkau daerah-daerah baru di wilayah
GBKP dengan mengutus tenaga Detaser, Pemutaran Film Rohani,
melaksanakan Kebaktian Kebangunan Iman (KKI), dll.
3. Unit Dialog Antar Iman (DAI), membina kerukunan antar umat beragama.
Sebab bagaimanapun Indonesia bangsa yang majemuk, kita seperti orang
yang tinggal dalam satu rumah (rumah adat Karo, delapan keluarga dalam
satu rumah), kita harus mampu saling menerima satu dengan yang lain.
4. Unit Wisata Rohani, membina jemaat dalam missi melalui wisata,
termasuk ke daerah wisata yang dibangun oleh GBKP, yakni ke desa
Buluh Awar, desa pertama masuk Injil ke Karo.
5. Varia GBKP: yaitu PI melalui Media Massa, seperti: radio dan media
lainnnya.14
Pada masing-masing unit pelayanan telah diangkat para petugas (pengurus) oleh
modramen GBKP dengan masa kerja selama lima tahun, dan dalam melaksanakan program
pelayanannya para pengurus bertanggung jawab kepada modramen GBKP.
14
Hasil Wawancara dengan Pendeta Kongsi Kaban. S.Th, (Ketua bidang Marturia Modramen GBKP),
9 February 2012, 5:30 PM.