54
47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO A. Latar Belakang Munculnya Kerajinan Eceng Gondok Di Desa Kebondowo Rawa Pening merupakan rawa yang terletak di Kabupaten Semarang yang berada di empat kecamatan, yaitu: Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Bawen, Kecamatan Tuntang, dan Kecamatan Banyubiru. Rawa Pening dikelilingi oleh tiga gunung, yaitu: Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran, sehingga menjadikan Rawa Pening sebagai salah satu tempat wisata yang berada di Kabupaten Semarang. Keberadaan Rawa Pening sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sekitarnya, seperti: sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Jelok (Bringin)–Timo (Karangjati), perikanan, pengairan atau irigasi, pertanian, dan pariwisata. Rawa Pening juga merupakan tempat bagi kehidupan dan ekosistem air tawar, seperti: ikan air tawar, dan hewan rawa lainnya, serta tanaman yang hidup di perairan. 1 PLTA Jelok terletak di Kabupaten Semarang kurang lebih 45 km dari Kota Semarang, atau 15 km ke arah timur laut Kota Salatiga. PLTA Jelok saat ini dikelola oleh PT Indonesia Power, salah satu anak Perusahaan PLN yang bergerak di bidang pembangkit tenaga listrik, diantara 16 PLTA di Jawa Tengah di bawah tanggung jawab Unit Bisnis Pembangkitan Mrica. Tiga Unit mesin dibangun tahun 1938, dan tahun 1962 ditambah 1 unit. Tinggi 1 J. Yanney Ewuise., Ekologi Tropika, (Bandung: ITB, 1990), hlm. 194.

BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

  • Upload
    vocong

  • View
    259

  • Download
    15

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

47

BAB III

MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

A. Latar Belakang Munculnya Kerajinan Eceng Gondok Di Desa Kebondowo

Rawa Pening merupakan rawa yang terletak di Kabupaten Semarang yang

berada di empat kecamatan, yaitu: Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Bawen,

Kecamatan Tuntang, dan Kecamatan Banyubiru. Rawa Pening dikelilingi oleh

tiga gunung, yaitu: Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran,

sehingga menjadikan Rawa Pening sebagai salah satu tempat wisata yang berada

di Kabupaten Semarang.

Keberadaan Rawa Pening sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat

sekitarnya, seperti: sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Jelok

(Bringin)–Timo (Karangjati), perikanan, pengairan atau irigasi, pertanian, dan

pariwisata. Rawa Pening juga merupakan tempat bagi kehidupan dan ekosistem

air tawar, seperti: ikan air tawar, dan hewan rawa lainnya, serta tanaman yang

hidup di perairan.1

PLTA Jelok terletak di Kabupaten Semarang kurang lebih 45 km dari Kota

Semarang, atau 15 km ke arah timur laut Kota Salatiga. PLTA Jelok saat ini

dikelola oleh PT Indonesia Power, salah satu anak Perusahaan PLN yang

bergerak di bidang pembangkit tenaga listrik, diantara 16 PLTA di Jawa Tengah

di bawah tanggung jawab Unit Bisnis Pembangkitan Mrica.

Tiga Unit mesin dibangun tahun 1938, dan tahun 1962 ditambah 1 unit. Tinggi

1 J. Yanney Ewuise., Ekologi Tropika, (Bandung: ITB, 1990), hlm. 194.

Page 2: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

48

terjun air PLTA Jelok adalah 144 meter dan daya terpasang 4 X 5,12 MW, dengan

tinggi terjun air dan besar daya terpasang tersebut PLTA Jelok dapat

menghasilkan energi listrik sebesar 93 GWh/tahun. Turbin buatan Werk Spoor

Escher Wyss Holland dengan type Francis poros dapat memutarkan Generator

buatan AG Brown Hemaf Oerlikon dalam putaran 600 rpm.

Air penggerak turbin diambil dari Rawa Pening yang disadap melalui Sungai

Tuntang yang kemudian dibendung dengan sebuah dam yang dilengkapi dengan 6

buah pintu air. Walaupun usianya sudah lebih dari 78 tahun, mesin pembangkit

PLTA Jelok-Timo masih tetap dioperasikan, karena kondisinya masih baik

dengan biaya operasi relatif murah. Tahun 1994 mesin pembangkit ini direnovasi

untuk tujuan perawatan dengan mengganti governor dan main inlet valve, retrofit

9 sistem kontrol dan rewinding stator generator.

PLTA Jelok dan Timo merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan

aliran air dari waduk alami Rawa Pening. PLTA Jelok berkapasitas 20 megawatt

(MW), sedangkan Timo sekitar 12 MW. Produksi listrik kedua pembangkit itu

dihubungkan ke sistim Jawa-Bali melalui Gardu Induk Jelok milik PT PLN Unit

Pelayanan Transmisi Surakarta.2 PLTA Jelok, tahun 2001 produksinya masih

mencapai 186 juta KWH, melebihi target 141 juta KWH. Sementara pada tahun

2007 hanya mencapai 81 persen dari target 97 juta KWH, pada 2008 menjadi 97

persen dari target 93 juta KWH, dan tahun 2009 target produksi kembali

diturunkan menjadi 77 juta KWH.3 Penurunan produksi listrik PLTA Jelok-Timo

diakibatkan pendangkalan dan tumbuhan eceng gondok yang menutupi sebagian

2 Kompas, “PLTA Jelok dan Timo Macet”, tanggal 10 Juni 2009.

3 Kompas, “Mendesak, Revitalisasi Rawa Peninng”, tanggal 3 Oktober 2009.

Page 3: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

49

besar permukaan Rawa Pening.4 Tanpa ada upaya terpadu, danau seluas 2.600

hektar itu diperkirakan mengering dan berubah menjadi daratan pada tahun 2015

atau 2020.5

Eceng gondok merupakan salah satu tanaman yang tumbuh di Rawa

Pening dan merupakan tanaman air yang mengapung. Eceng gondok atau dalam

bahasa latinya Eichornia crassiper termasuk dalam family Pontederiaceae. Eceng

gondok tidak membentuk buah, tetapi tanaman ini berkembang secara vegetatif

dengan sangat cepat. Eceng gondok merupakan tanaman yang mengapung,

terkadang berakar sampai tanah. Eceng gondok menghasilkan tunas yang

merambat keluar dari ketiak daun, sehingga menumbuhkan tanaman baru dengan

tinggi 0,4-0,8 m. Batang eceng gondok yang dewasa ukurannya lebih panjang dari

pada batang yang muda, karena batang yang muda berukuran pendek dan

berperut. Daun eceng gondok memiliki panjang 25 cm. Bunga eceng gondok

berbentuk bulir sebanyak 10-35 buah, yang sering disebut dengan lila, berbatang

dengan panjang 2-3 cm, dan pelepahnya berbentuk tabung dengan ukuran panjang

1,5-2 cm dari akar. Di tengah-tengah bunga lila berwarna kuning cerah terdapat

benang sari sebanyak 6 buah, 3 diantaranya lebih besar dari yang lain. Bakal buah

eceng gondok berjumlah 3 ruang dan berbiji banyak. Eceng gondok yang tumbuh

di Pulau Jawa, buahnya tidak pernah tumbuh sampai sempurna.6

4 Solo Pos, “Rawa Pening Terancam Mengering”, tanggal 14 November 2011.

5 Kompas, “Usia Rawa Pening Tinggal Lima Tahun Lagi”, tanggal 9 Mei 2010 .

6 C. G. G. J. Van. Steenis., Flora: Untuk Sekolah di Indonesia, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1975), hlm. 21-22.

Page 4: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

50

Tanaman eceng gondok yang berkembang di Indonesia berasal dari

Brazilia, Amerika Selatan. Pada awalnya eceng gondok merupakan tanaman hias,

yang pada tahun 1894 dikoleksi di Kebun Raya Bogor. Apabila pertumbuhannya

terkendali, eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, membantu

menetralkan air yang tercemar, dan sebagai pelindung ikan.7

Gambar 11Eceng gondok basah dan kering

Sumber: Foto di KUPP Karya Muda “Syarina Production”

Eceng gondok di Rawa Pening berkembang secara cepat dan menjadi

gulma (tanaman penganggu). Eceng gondok hanya membutuhkan waktu yang

singkat untuk menyebar dan menutupi sebagian besar daerah rawa, yang

mengakibatkan kerugian berbagai pihak. Bagi pemilik keramba, tanaman ini

sering masuk ke dalam keramba dan harus sering dibersihkan. Jika menutup

permukaan air di dalam keramba ikan, maka akan mengurangi pasokan oksigen

7 Suprihatin., Terampil Mengeanyam Enceng Gondok, (Yogyakarta: Hikayat, 2007), hlm. 1-2.

Page 5: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

51

dalam air dan hal ini berakibat tidak baik terhadap pertumbuhan ikan yang

dipelihara. Bagi para pencari ikan di rawa, tanaman ini akan sangat mengganggu

jalannya perahu dan proses penangkapan ikan dengan cara memancing ataupun

dengan menggunakan jala. Bagi pengelola wisata, jalur perahu wisata akan

terhambat dan sering mengganggu putaran baling-baling perahu mesin.

Pemandangan di rawa juga akan terlihat kotor karena permukaan rawa tertutup

oleh hamparan tanaman eceng gondok, sehingga akan mengurangi kenikmatan

dalam berwisata.

Secara umum dampak dari eceng gondok ini cukup merugikan karena

lahan rawa menjadi relatif menyusut akibat efek pendangkalan lumpur dari limbah

tanaman eceng gondok yang telah mati dan mengalami pembusukan. Selain itu,

debit air rawa juga akan berkurang dan dapat mengganggu pasokan air untuk

penggerak Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Jelok, Bringin dan PLTA

Timo di Karangjati.

Sesuai dengan namanya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), faktor air

yang merupakan produksi alam sangat menentukan kelangsungan beroperasinya

PLTA. Pada musim kemarau debit air di Rawa Pening menurun drastis, hanya

satu turbin yang berfungsi, bahkan bila air tidak mencukupi, bisa saja semua

turbin tidak difungsikan. Sebaliknya bila musim hujan, empat turbin yang dimiliki

PLTA Jelok dapat beroperasi semua.8

8 Suara Merdeka, “Debit Air Kurang, Hanya Dua Turbin Yang Difungsikan”, tanggal 20 September 2009.

Page 6: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

52

Rawa Pening adalah satu dari 15 danau di Indonesia yang menjadi

prioritas ditangani.9 Keberadaan eceng gondok merupakan masalah yang besar.

Populasi eceng gondok adalah permasalahan pertama yang harus diselesaikan

dalam penanganan Rawa Pening. Permasalahan eceng gondok menempati urutan

pertama karena pertumbuhanya sangat cepat. Pertumbuhan eceng gondok

mencapai satu meter persegi per 52 hari. Kalau dibiarkan pasti mengganggu

fungsinya sumber air pertanian dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).10

Berbagai upaya dilakukan untuk pengendalian dan pembasmian tanaman eceng

gondok ini dari Rawa Pening. Di antara usaha yang dilakukan adalah dengan cara

mekanis, kimiawi, dan biologis. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan

mengambil (mencabut) tanaman eceng gondok ini dan menimbunnya di tempat

yang kering. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan cara penyemprotan

herbisida (micoherbisida). Pengendalian secara biologis dilakukan dengan

pembiakan dan penyebaran pemangsa seperti serangga.11 Dari ketiga cara

tersebut, pengendalian eceng gondok yang lebih praktis dan menguntungkan

untuk Rawa Pening adalah dengan menggunakan cara mekanis, yaitu mengambil

eceng gondok secara manual dan memanfaatkannya sebagai bahan baku

kerajinan. Cara tersebut lebih aman, karena tidak menggunakan cara-cara yang

dapat merusak ekosistem di rawa.

9 Solo Pos, “Rawa Pening Terancam Mengering”, tanggal 14 Oktober 2011.

10 Suara Merdeka, “Pembersihan Eceng Gondok Ditargetkan 14 Hari”, tanggal 28 Agustus 2011.

11 Anton Gerbono dan Abbas Siregar Djarijah., Kerajinan Enceng Gondok, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm. 10.

Page 7: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

53

Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Semarang mengatakan

“Pembersihan eceng gondok di Rawa Pennig diperkirakan memakan waktu 14

hari”. Langkah pembersihan tersebut dimulai oleh masyarakat sekitar bersama

TNI di bawah kodim 0714 Salatiga pada 7-19 September 2011. Dalam

pembersihan eceng gondok TNI dan warga akan turun langsung untuk

membersihkannya. Berdasarkan perkiraan sementara, anggaran yang dibutuhkan

sekitar 15 miliar rupiah.12

Eceng gondok telah dimanfaatkan sebagai bahan baku oleh industri

kerajinan eceng gondok di kawasan Rawa Pening dan kawasan yang lainnya.

Batang eceng gondok kering yang berasal dari Rawa Pening memiliki kelebihan

atau kualitas yang bagus, yaitu bersih, bentuknya memanjang, silindris, dilapisi

serat yang kuat dan lentur, kaku sehingga bagus untuk bahan anyaman dengan

berbagai motif, serta teksturnya yang unik dan alami.

Kerajinan ialah suatu produktif di sektor pertanian, baik merupakan mata

pencaharian utama ataupun sampingan. Kerajinan ini termasuk usaha industri

kecil dan belum memasuki tingkat pabrik baru pada tingkat kerajinan rumah

tangga dan industri kecil.13

Masyarakat Desa Kebondowo awalnya hanya mengambil batang eceng

gondok dan mengeringkannya, sebelum dijual atau dikirim ke Yogyakarta untuk

bahan baku kerajinan eceng gondok. Seiring berjalannya waktu, kemudian

masyarakat memanfaatkan eceng gondok dengan cara mengolah dan

mewujudkannya dalam bentuk kerajinan eceng gondok. Proses dan teknik tertentu

12 Op. Cit., Suara Merdeka, tanggal 28 Agustus 2011.

13 Soeri Soeroto., “Sejarah Kerajinan Di Indonesia”, Prisma No. 8, (Jakarta: LP3ES, 1893), hlm. 20.

Page 8: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

54

dalam pengolahan bahan mulai dikembangkan untuk mewujudkan bentuk-bentuk

yang baru, kreatif, unik, dan memiliki nilai seni yang tinggi. Produk yang

dihasilkan bukan hanya produk fungsional saja, namun juga produk untuk elemen

atau perlengkapan estetis (dinikmati keindahannya).

Pengolahan eceng gondok di Desa Kebondowo ini, memberikan beberapa

manfaat baik dilihat dari segi ekonomi dan lingkungan. Keuntungan yang pertama

dilihat dari segi ekonomi yaitu memanfaatkan dan mengolah eceng gondok

sebagai mata pencaharian masyarakat. Selain sebagai petani dan para pencari ikan

di rawa, masyarakat memanfaatkan serta mengolah eceng gondok untuk

meningkatkan perekonomian dan sumber penghasilan, sedangkan dari segi

lingkungan yaitu berguna untuk mengurangi jumlah gulma yang ada di Rawa

Pening, rawa menjadi bersih dan dapat menunjang aktivitas nelayan dan

kepariwisataan.

Salah satu usaha kerajinan eceng gondok di kawasan Rawa Pening yang

memanfaatkan eceng gondok sebagai bahan baku kerajinan adalah industri

rumahan (home industri) atau kelompok usaha bersama KUPP (Kelompok Usaha

Pemuda Produktif) Karya Muda “Syarina Production” di Desa Kebondowo yang

dikelola oleh Slamet Triamanto. Produk dari KUPP ini berbeda dengan home

industry yang lain, karena bentuk produknya yang unik, natural, inovatif, seperti

yang terlihat pada bentuk-bentuk miniatur hias seperti mobil antik, lokomotif,

kereta kencana, gerobak, dan sebagainya. Dari segi teknik, pembuatan miniatur ini

dibuat dengan teknik merakit dan kolase.14 Keunikan dan kualitas produk yang

14 Kolase yaitu, teknik menempel berbagai macam materi cat, seperti kertas, kain, kaca, logam, dan sebagainya kemudian dikombinasi dengan penggunaan cat (minyak) dan teknik lainnya.

Page 9: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

55

dihasilkan, menjadikan KUPP ini mendapat berbagai penghargaan dari

pemerintah kabupaten maupun provinsi. Dari segi perkembangan, produk dari

KUPP ini lebih berkembang dibandingkan dengan unit usaha atau pengrajin

lainnya, dan telah dipasarkan di dalam negeri dan luar negeri.

Gambar 12Plakat KUPP Karya Muda “Syarina Production”

Sumber: Foto Plakat KUPP Karya Muda “Syarina Production”.

Letak KUPP Karya Muda “Syarina Production” sangat strategis, berada di

daerah yang tidak jauh dari Rawa Pening, yang menyediakan bahan baku eceng

gondok. Selain itu, KUPP ini berdekatan dengan beberapa obyek wisata andalan

Kabupaten Semarang, yaitu: obyek wisata Rawa Pening dengan Bukit Cinta,

Pemandian dan Pemancingan Muncul, Museum Kereta Api Ambarawa, Goa

Maria, Bandungan, Candi Gedong Songo. Banyaknya lokasi wisata tersebut,

memberi peluang bagi KUPP Karya Muda “Syarina Production” untuk

mengembangkan kerajinan eceng gondok.

Page 10: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

56

B. Perkembangan Kerajinan Eceng Gondok Di Desa Kebondowo

Suatu kegiatan usaha yang didirikan dalam bentuk sederhana dan

tradisional, apabila diperhatikan dan ditekuni secara mendalam pasti akan

mengalami peningkatan dan perkembangan. Sejalan dengan perihal di atas maka

bagaimanapun lambatnya perkembangan kerajinan eceng gondok di Desa

Kebondowo tentunya mengalami suatu kemajuan atau peningkatan. Peningkatan

dan kemajuan tersebut bersumber dari pengaruh dari dalam dan dari luar.

Perkembangan dan peningkatan sebuah industri biasanya didorong oleh adanya

faktor sosial ekonomi dari para pekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup

keluarganya. Adanya tuntutan dalam pemenuhan kebutuhan, membuat manusia

menggunakan akal pikiran untuk mencapai hasil yang diinginkan. Hal tersebut

sejalan dengan apa yang terjadi di dalam kehidupan para pengrajin enceng gondok

di Desa Kebondowo. Perkembangan zaman yang semakin maju membuat para

pengrajin eceng gondok yang ada di Desa Kebondowo ini harus dapat

menyesuaikan diri terhadap jenis pekerjaan yang dilakukan, baik itu yang

menyangkut peralatan serta hasil barang yang dibuat, masalah kualitas, serta jenis

kerajinan eceng gondok yang dihasilkan, jumlah dan adanya perluasan daerah

pemasaran. Perkembangan industri kerajinan eceng gondok ini dibagi ke dalam

dua periode, yaitu:

1. Muncul dan perkembangannya: tahun 2004-2007

Sebelum adanya KUPP Karya Muda “Syarina Production”, masyarakat

Desa Kebondowo umumnya bekerja sebagai petani, namun melihat kondisi

geografis yang ada di Desa Kebondowo di mana wilayah rawa lebih luas dari

Page 11: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

57

daerah pertanian membuat para penduduk Desa Kebondowo mencari pekerjaan

sampingan sebagai pencari eceng gondok. Kegiatan tersebut mereka lakukan

selain sebagai usaha sampingan juga bertujuan untuk mengurangi jumlah eceng

gondok sebagai tanaman penganggu (gulma) yang sudah menutupi separuh luas

area Rawa Pening. Pekerjaan sebagai pencari eceng gondok kebanyakan

dilakukan oleh para ibu-ibu untuk membantu perekonomian keluarga. Selain

sebagai pengambil eceng gondok, sebagian besar ibu-ibu rumah tangga di Desa

Kebondowo juga mengerjakan pembuat eceng gondok setengah jadi dalam bentuk

karton yang dilapisi eceng gondok untuk dibuat anyaman, dan pilinan atau

kepangan yang dilakukan di rumah masing-masing. Hasil dari olahan eceng

gondok ini kemudian dikirim ke Yogyakarta untuk dijual.15 Pada tahun 2004,

muncul kerajinan eceng gondok di Kecamatan Banyubiru, tepatnya di Desa

Kebondowo. Munculnya kerajinan eceng gondok di Desa Kebondowo ini

membuat hasil olahan eceng gondok tidak hanya dijual ke Yogyakarta, namun

juga di jual ke daerah Kebondowo.

Kerajinan eceng gondok di Desa Kebondowo dimulai pada tahun 2004

yang didirikan oleh Slamet Triamanto. Awal pendirian usaha ini disebabkan, PHK

yang diterima Slamet dari sebuah perusahaan yang ada di Jakarta. Pekerjaan

Slamet waktu itu adalah sebagai supir bank swasta yang ada di Jakarta. PHK

tersebut membuat Slamet pulang ke kampung dan bekerja sebagai tukang

pengambil eceng gondok di rawa. Pekerjaan sebagai pengambil eceng gondok

tersebut membuat dia berfikir bahwa dengan semakin meningkatnya kebutuhan

15 Wawancara dengan Marmi selaku penyedia bahan baku di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di tempat kerja (rumah Bapak Slamet Triamanto), pukul 10.00 WIB.

Page 12: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

58

hidupnya, tidak akan cukup kalau cuma mengandalkan pekerjaan sebagai

pengambil eceng gondok. Oleh sebab itu ia berfikir bahwa dia tidak hanya

mengambil kemudian menjemur dan menjualnya, namun dia berinisiatif untuk

menjadikan eceng gondok itu sebagai suatu kerajinan.16

Slamet Triamanto belajar menciptakan kerajinan dari batang eceng gondok

belajar dari Munadi yang merupakan teman bisnisnya dari Jogja. Kerajinan yang

diciptakan pertama kali dari eceng gondok oleh Slamet berupa miniatur becak,

bemo, oplet, dan sepeda ontel yang kemudian dijual di pinggir-pinggir jalan.

Akibat yang timbul dari penjualan hasil kerajinan eceng gondok di pinggir jalan,

Slamet ditawari untuk ikut dalam pelatihan KUPP (Kelompok Usaha Pemuda

Produktif) tingkat provinsi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah.

Dengan adanya tawaran dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pada bulan Juni

tahun 2004, Slamet langsung membentuk kelompok usaha yang terdiri dari 5

orang (termasuk Slamet), yang diberi nama “Syarina Production”. “Syarina

Production” mengikuti pelatihan tersebut selama 5 hari, terhitung dari 7 Juni

sampai dengan 12 Juni 2004.17 Sukses mengikuti pelatihan dari Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah membuat nama usaha Slamet Triamanto

berubah menjadi KUPP Karya Muda “Syarina Production”.

Gambar 13Miniatur becak dari eceng gondok

16 Wawancara dengan Slamet Triamanto selaku pemimpin KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.17

Page 13: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

59

Sumber: http:// sheillahandycraft.files.wordpess.com

KUPP (Kelompok Usaha Pemuda Produktif) merupakan progam yang

dicanangkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah yang

merupakan salah satu strategi untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM)

yang terampil, serta mandiri. Melalui KUPP, masyarakat khususnya para generasi

muda, diberikan pendidikan ketrampilan, selain itu mereka juga diberikan

pergertian mengenai manfaat berwirausaha, sehingga dapat mandiri dan dapat

bersaing. Di samping untuk membentuk SDM yang cerdas dan terampil, juga

merupakan salah satu pembelajaran kepada para pemuda untuk dapat

berwirausaha, sehingga mampu mengolah atau memanfaatkan Sumber Daya

Alam (SDA) yang ada di lingkungan sekitarnya, dengan demikian para pemuda

usia produktif tidak hanya sebagai pencari kerja, namun dengan ketrampilan yang

Page 14: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

60

mereka miliki, diharapkan mampu membuka lapangan pekerjaan yang mandiri,

sehingga dapat mengurangi pengangguran.18

KUPP Karya Muda “Syarina Production” merupakan sebuah usaha

rumahan yang bergerak dalam bidang kerajinan. Usaha kerajinan ini dikelola

sendiri oleh Slamet Triamanto, termasuk dalam manajemen usaha penyediaan

bahan produksi, modal produksi dan juga pemasaran produksi. Selain sebagai

pengusaha peran Slamet Triamanto juga sebagai pengrajin eceng gondok, di mana

usaha kerajinan ini masih sebatas sentra industri (Industri menengah). Sehingga

pemilik usaha dapat merangkap jabatanya bukan hanya sebagai pengusaha, namun

juga sebagai pengrajin.

a. Tempat Usaha

Tempat usaha merupakan syarat yang penting yang dibutuhkan oleh

seorang pengusaha dalam membangun usahanya. Dibutuhkan tempat yang luas

dan memadai agar hasil produksi dapat terpenuhi dengan baik. Tempat usaha

kerajinan eceng gondok yang digunakan oleh Slamet dalam membuat kerajinan

adalah rumah mertua Slamet, yang berada di Desa Kebondowo. Namun bagi

sebagian pengrajin, pengerjaan kerajinan eceng gondok ini dikerjakan di rumah

mereka masing-masing. Alasan pengerjaan kerajinan di rumah mereka sendiri

adalah karena pekerjaan ini dapat mereka kerjakan sewaktu-waktu, dan dalam

proses yang mudah. Selain itu, ruang kerja yang begitu sempit (di rumah mertua

18 Wawancara dengan Slamet Triamanto selaku pemimpin KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

Page 15: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

61

Slamet) menjadi penyebab pengerjaan kerajinan ini dikerjakan di rumah masing-

masing pengrajin.19

Perkembangan kerajinan eceng gondok Desa kebondowo mengalami

pasang surut yang disebabkan oleh faktor dari dalam dan luar. Masa perintisan

hampir semua pengusaha mengalami masalah yang menonjol yaitu masalah

modal, tenaga kerja, bahan baku, pemasaran hasil produksi, dan kelangsungan

hidup industri itu sendiri.20

b. Modal

Modal merupakan sesuatu yang dibutuhkan dalam sebuah usaha yang

berhubungan dengan barang yang bernilai ekonomis, sebagai daya dukung untuk

mencapai kelancaran dalam dalam bidang usaha. Modal dapat dibagi menjadi 2

macam, yaitu: modal tetap dan juga modal lancar.

Modal tetap merupakan modal tetap yang digunakan sebagai pendirian

usaha, modal tetap disini berupa tanah yang dimiliki oleh pengusaha. Modal

lancar adalah modal yang dimiliki pengusaha berupa uang dan persediaan bahan

baku. Modal berupa uang, pengusaha dapatkan dari simpanan pribadi dan juga

pinjaman dari bank, atau kerabatnya, sedangkan bahan berupa bahan baku

pengusaha dapatkan dari para pekerjanya yang mencari eceng gondok di Rawa

Pening.

19 Wawancara dengan Supriyanto selaku pegawai KUPP Karya Muda “Syarina Production , tanggal 3 April 2016, di Rumah Bapak Supriyanto, pukul 10.00 WIB.

20 Andrie Kusuma Putra., 2005, “Perkembangan Sentra Industri Angel Desa Salamrejo Kabupaten Kulonprogo Tahun 1990-2010”,Skripsi Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, hlm. 30.

Page 16: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

62

Bapak Slamet menggunakan modal pribadi sebesar Rp. 65.000,00 saat

pertama kali mendirikan usaha “Syarina Production”. Melalui beberapa lomba

yang diikuti, KUPP mendapat modal yang cukup banyak yang digunakan untuk

memperbesar usahanya. Seiring dengan berjalan dan berkembangnya usaha

tersebut, Slamet mencari bantuan pinjaman modal usaha melalui jasa perbankan.

Pinjaman modal pertama dari bank yang didapat oleh Slamet adalah sebesar Rp.

7.000.000,00. Setelah lunas pada pinjaman pertama, Slamet kemudian melakukan

pinjaman lagi untuk kedua kalinya, pada pinjaman kedua ini pak Slamet

mendapatkan pinjaman modal usaha dari perbankan sebesar Rp. 10.000.000,00,

dan setelah lunas pada pinjaman kedua ini, Slamet melakukan pinjaman yang

ketiga kalinya sekaligus yang terakhir, pada pinjaman yang ketiga dan terakhir ini

pak Slamet mendapat modal usaha kembali sebesar Rp. 35.000.000,00. Modal

pinjaman tersebut telah membuat KUPP Karya Muda “Syarina Production” dapat

berjalan sampai dengan sekarang.21

c. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang memiliki peran

besar terhadap kelancaran suatu produksi. Hal ini disebabkan tenaga kerja

berhubungan langsung dalam proses produksi, posisinya sebagai pelaksana atas

dasar perintah majikan. Tenaga kerja dan majikan merupakan hubungan yang

tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan usaha, karena mereka saling

21 Wawancara dengan Slamet Triamanto selaku pemimpin KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

Page 17: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

63

membutuhkan, tenaga kerja membutuhkan pekerjaan dan majikan membutuhkan

orang untuk melaksanakan proses produksi.

Pada awal berdirinya KUPP Karya Muda “Syarina Production”, Slamet

Triamanto dibantu oleh empat orang karyawan, yaitu: Supriyanto (Adik Slamet),

Munadi (Tetangga), Ansori (Tetangga), dan Nang ndut (Tetangga). Hal ini terjadi

karena masih kecilnya usaha kerajinan ecng gondok dan kurangnya minat

masyarakat terhadap kerajinan eceng gondok.

d. Sistem Upah

Upah diartikan sebagai bentuk penghasilan yang diterima oleh pekerja,

baik berupa uang maupun barang dalam jangka waktu tertentu.22 Upah yang

diberikan disesuaikan dengan tugas dan keahlian masing-masing yang sudah

tertata dengan baik.

Sistem peneriamaan upah yang diperoleh pengrajin dari pembuatan

kerajinan eceng gondok dalam pengerjaannya adalah dengan sistem upah

borongan. Sistem upah ini diberlakukan untuk mereka yang bekerja sebagai

pembuat anyaman atau kepangan dari eceng gondok. Sistem upah borongan ini

adalah sistem upah dimana seorang pekerja yang dapat menghasilkan produksi

yang banyak maka dia akan mendapat upah yang banyak pula, begitupun

sebaliknya bagi mereka yang hanya dapat menghasilkan produksi sedikit maka

mereka akan mendapat upah yang sedikit pula. Rata-rata penghasilan perhari dari

para pengrajin dalam sistem upah ini mencapai Rp. 35.000,00 – Rp. 70.000,00.

22 Nurimansyah Hasibuan., “Upah Tenaga Kerja dan Konsentrasi Sektor Industri”, Prisma No V, hlm. 3.

Page 18: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

64

e. Bahan Baku

Dana awal yang terbatas membuat Slamet Triamanto hanya dapat

menciptakan kerajinan dalam jumlah terbatas. Kerajinan yang diciptakan Slamet

waktu itu masih dalam bentuk miniatur, seperti: miniatur becak, sepeda ontel,

bemo, miniatur mobil antik dan tempat tisu. Pembuatan miniatur tersebut

membutuhkan bahan baku utama dan tambahan, serta peralatan yang harus

disediakan oleh Slamet, antara lain:

1) Bahan Baku

Bahan baku merupakan faktor penting dalam setiap produksi. Tersedianya

bahan baku yang cukup akan memperlancar produksi dan dapat berpengaruh

terhadap peningkatan jumlah produksi. Oleh karena itu suatu usaha kerajinan

memerlukan bahan baku untuk memproduksi suatu barang. Proses pembuatan

kerajinan eceng gondok di KUPP Karya Muda “ Syarina Production”

menggunakan bahan utama dan bahan tambahan untuk membuat kerajinan.23

a) Bahan utama adalah batang eceng gondok kering.

Batang eceng gondok dengan ukuran panjang ±30–60 cm, dijemur hingga

kering berwarna kecoklatan. Dipilih yang bagus dan lentur, permukaan kulit

batangnya halus dan yang tidak memiliki bercak jamur.24 Bahan baku ini

diperoleh Slamet Triamanto dari para pekerjanya yang mencari eceng gondok di

Rawa Pening. Untuk bahan baku utama ini Slamet tidak pernah mimiliki kendala,

dalam pencarian eceng gondok untuk usaha kerajinannya.

23 Wawancara dengan Marmi selaku penyedia bahan baku KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 10 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

24 Ibid.

Page 19: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

65

b) Bahan Tambahan

1. Kertas daur ulang, karton, kardus, bambu, dan rotan yang

digunakan untuk kerangka atau bidang.

2. Tali agel yang dipilin diambil dari serat pohon agel yang

didatangkan dari Yogyakarta.25

3. Lem (Super, Rajawali, Latex, dan Alteco) untuk merekatkan

rangkaian bidang-bidang, kerangkan maupun hiasan.

4. Kain furing untuk melapisi bagian dalam atau bagian belakang

produk kerajinan agar halus dan rapi.

5. Rotan dan kayu yang digunakan sebagai pegangan pada tas

maupun sebagai bentuk sadel pada becak dan sepeda.

6. Penggulung kain digunakan untuk kerangka berbentuk tabung

dan kerangka roda.

7. Melamin atau clear merupakan sejenis bahan kimia yang

digunakan untuk melapisi bahan kerajinan enceng gondok agar

terhindar dari jamur ataupun hama.

8. Tiner untuk mencairkan melamin.26

25 Tali Agel adalah daun dari pohon gebang. Tanaman ini masih merupakan family palmae. tinginya bisa mencapai 30 m atau lebih, karena masih satu family dengan pohon kelapa maka daunnya tampak sama seperti daun pohon kelapa maka daunnya tampak sama seperti daun pohon kelapa tetap sedikit lebih kaku dan lebar, tetapi tanaman ini hanya memiliki nilai ekonomis pada daun.

26 Wawancara dengan Marmi selaku penyedia bahan baku KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 10 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

Page 20: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

66

c) Peralatan Produksi

Penciptaan kerajinan yang terbuat dari eceng gondok ini tidak dapat

dilakukan dengan peralatan yang bersifat mesin, namun menggunakan peralatan-

peralatan yang sederhana. Peralatan yang digunakan untuk membuat kerajinan

eceng gondok adalah gunting, cutter, palu, penggaris, alat tulis, gergaji. Gunting

dan cutter untuk memotong pola atau merapikan bagian-bagian yang tidak rapi.

Penggaris digunakan agar ukurannya sesuai dan presisi hasil produknya. Alat tulis

digunakan untuk membuat pola. Palu digunakan untuk merekatkan bagian-bagian

bidang dengan pola hias ataupun potongan pola dari eceng gondok setengah jadi

yang lain agar merekat kuat dan merata. Gergaji siku digunakan untuk memotong

pigura.27

d) Proses Produksi

Proses produksi merupakan bagian dari inti suatu kegiatan produksi.

Tanpa adanya proses produksi suatu kegiatan produksi tidak berjalan dengan

lancar. Produksi adalah suatu pendayagunaan segala sumber yang tersedia untuk

mewujudkan hasil yang terjamin baik kualitas maupun kuantitasnya, terkelola

dengan baik sehingga merupakan komoditi yang dapat dipergunakan. Proses

produksi kerajinan eceng gondok melalui beberapa tahapan untuk menjadi sebuah

kerajinan, yaitu:

27 Wawancara dengan Mahmudi selaku pegawai KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

Page 21: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

67

1). Tahap Pemilihan Bahan Baku

Bahan baku eceng gondok diambil dari rawa, sawah ataupun sungai

dengan kriteria sebagai berikut, eceng gondok diambil yang sudah tua (dapat

dilihat warna batang eceng gondok yang berwarna hijau tua), selain itu panjang

eceng gondok ± 30–60 cm, selanjutnya eceng gondok dipotong pada pangkalnya

serta dibuang daun dan bunganya untuk diambil batangnya dan dikelupas kulit

batangnya.28

2). Tahap Penjemuran Batang Eceng Gondok

Tahap kedua setelah pemilihan bahan baku adalah tahap penjemuran

batang eceng gondok. Pada tahap ini dapat dilakukan dengan 3 cara sebagai

berikut:

1. Eceng gondok dijemur di atas pasir (apabila di lokasi pantai)

2. Eceng gondok dijemur di atas ubin atau lantai semen

3. Eceng gondok dijemur di atas permukaan tanah, untuk penjemuran

yang dilakukan di atas permukaan tanah harus dibuat rak-rak

penjemuran minimal 30 cm di atas permukaan tanah, karena jika di

jemur di atas permukaan tanah langsung, akan lembab dan jamur

mudah tumbuh sehingga dapat menimbulkan bercak-bercak pada

batang eceng gondok.

Penjemuran batang eceng gondok membutuhkan waktu kurang lebih 7 hari

di bawah terik matahari. Namun apabila cuaca mendung, waktu yang dibutuhkan

untuk menjemur eceng gondok kurang lebih 10 hari, tujuannya agar eceng gondok

28 Wawancara dengan Marmi selaku penyedia bahan baku KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

Page 22: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

68

dapat kering secara keseluruhan. Batang eceng gondok kering yang baik yakni

memiliki ciri-ciri: bersih, lentur, kering sempurna, tidak tumbuh jamur, dan tidak

rusak atau busuk. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas produk yang

dihasilkan agar tetap baik dan berkualitas tinggi.29

3). Tahap Pengolahan Eceng Gondok Menjadi Bahan Setengah Jadi

Sebelum eceng gondok dibuat kerajinan, batang eceng gondok yang sudah

kering harus diolah terlebih dahulu menjadi bahan baku setengah jadi. Proses

pengolahan bahan setengah jadi ini ada 4 macam, yaitu: karton yang dilapisi

lempengan eceng gondok, anyaman eceng gondok, kepangan atau pilinan eceng

gondok, dan tenunan eceng gondok.30 Tehnik yang digunakan dalam pembuatan

kerajinan eceng gondok dari proses eceng gondok kering sampai menjadi bahan

setengah jadi adalah:

a). Pertama, untuk membuat karton yang dilapisi dengan lempengan

eceng gondok sehingga menjadi lembaran, terlebih dahulu eceng

gondok kering dibelah dan dibuang busa dalamnya sehingga

tinggal kulitnya, dipress sampai kulit eceng gondok tersebut pipih

dan halus, setelah itu direkatkan dengan lem satu persatu di atas

kertas karton dengan menggunakan lem kayu sampai sesuai dengan

lembar yang diinginkan.

29 Wawancara dengan Marmi selaku penyedia bahan baku KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

30 Wawancara dengan Maskun selaku pegawai KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

Page 23: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

69

b). Kedua, untuk membuat anyaman eceng gondok, maka eceng

gondok kering dibelah menjadi dua kemudian dipress agar menjadi

pipih, lalu dianyam dengan teknik anyaman tunggal.

c). Ketiga, untuk membuat kepangan atau pilinan, caranya dengan

menjalin 2 atau lebih batang eceng gondok kering hingga

membentuk seperti kepangan pada ikatan rambut. Pilinan dalam

kerajinan ini menggunakan pilinan tunggal.

d). Keempat, untuk membuat tenunan terlebih dahulu eceng gondok

kering dibelah atau disuir kecil-kecil dan kemudian ditenun

menggunakan alat tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin),

sampai menjadi tenunan seperti kain yang terbuat dari eceng

gondok.31

4). Tahap Produksi Kerajinan

Eceng gondok yang sudah menjadi bahan setengah jadi, akan mulai

diproses untuk membuat produk kerajinan, melalui langkah-langkah sebagai

berikut:

a). Membuat desain produk

Sebelum memproduksi kerajinan, terlebih dahulu membuat konsep atau

rancangan desain yang akan diproduksi. Pembuatan rancangan desain produk,

KUPP Karya Muda “Syarina Production” melakukan dengan cara membuat

desain produk baru dan menggunakan bentuk produk yang sudah ada sebagai

31 Wawancara dengan Maskun selaku pegawai KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

Page 24: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

70

referensi yang kemudian dimodifikasi dan dikembangkan menjadi produk bentuk

baru. Desain yang sudah dimodifikasi kemudian direalisasikan dengan bahan

eceng gondok dan bahan tambahan yang akan dibuat menjadi produk sesuai

dengan desain yang sudah ada.

KUPP juga mengembangkan bentuk–bentuk baru yang unik dan menarik.

Selain mengembangkan desain produk sendiri, ada pula desain yang merupakan

pesanan dari orang lain. Membuat desain dengan cara menggambar produk

kerajinan sesuai dengan yang diinginkan, meliputi bentuk, ukuran maupun motif

atau hiasan produk. Salah satu contoh produk yang didesain yaitu: miniatur mobil

antik yang didesain hingga tiga jenis.

b). Membuat pola desain yang sudah menjadi gambar

Pola dibuat seperti pada desain yang telah dibuat dengan cara mencontoh

atau menjiplak agar pola yang dibuat dapat sama, karena dalam setiap pola akan

dibuat lebih dari satu kerajinan, hal ini bertujuan untuk mempermudah proses

penggandaan produk kerajinan. Selain hal tersebut, juga bertujuan untuk

mempermudah membuat pola yang sama seperti pola yang telah dibuat. Sebelum

dijiplak pada bahan baku, pola pada kertas terlebih dahulu, setelah itu kertas yang

sudah berbentuk pola dijiplakkan pada bahan karton eceng gondok setengah jadi

yang berupa lembaran, anyaman atau tenuan, kemudian dipotong sesuai dengan

yang sudah dibentuk.

c). Penyatuan pola atau perakitan dan pemasangan hiasan

Cara menyatukan pola yaitu dengan merakit atau merekatkan potongan

pola-pola dengan menggunakan lem sehingga membentuk kerangka, sesuai

dengan desain yang telah dibuat. Bahan tambahan bambu juga dapat dijadikan

Page 25: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

71

sebagai kerangka untuk dijadikan bentuk-bentuk seperti miniatur lokomotif.

Perakitan merupakan tahap akhir untuk menyatukan potongan-potongan pola

menjadi produk kerajinan eceng gondok yang utuh. Setelah perakitan selesai,

kemudian menambahkan pola atau hiasan pada produk agar lebih estetis.

5). Tahap akhir atau finishing

Setelah proses penyatuan dengan kerangka selesai dilakukan, maka

terbentuklah bentuk utuh produk yang dihasilkan sesuai dengan desain yang

dibuat. Pada tahap ini dilakukan tahap pembersihan dan pemotongan bagian-

bagian yang masih kurang rapi. Selanjutnya kerajinan yang telah jadi dihaluskan

menggunakan kain lap yang digosok-gosokkan ke permukaan kerajinan,

kemudian proses selanjutanya adalah pewarnaan dengan menggunakan semir

sepatu untuk warna gelap coklat atau hitam dan untuk polos atau natural, tidak

diberi warna sama sekali, untuk tas anyam, serat eceng gondok diwarnai terlebih

dahulu dengan cara direbus menggunakan pewarna batik atau pewarna kain

sebelum dianyam.

Proses akhir adalah pemberian clear atau melamin agar kerajinan awet dan

terlihat berkilau. Selain itu digunakan juga proses uji kualitas produk yakni

dengan melihat, mengamati dan meneliti bagian-bagian permukaan produk yang

selesai dibuat, apakah sudah baik atau masih terdapat bagian yang cacat guna

menjamin kualitas produk sebelum dipasarkan.32

6). Pengemasan

32 Wawancara dengan Mahmudi selaku pegawai KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

Page 26: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

72

Kerajinan yang telah selesai dibuat secara hati-hati agar kerajinan tetap

utuh tidak rusak dan siap dipasarkan atau didistribusikan. Kemasan yang

digunakan adalah menggunakan plastik, bok karton, kardus, palet dari kayu.

Plastik digunakan untuk lapisan paling dalam dan untuk produk kerajinan yang

berbentuk kotak dan produk perabotan yang ukurannya kecil. Bok karton dengan

plastik mika dengan salah satu sisi, digunakan untuk packing per item atau untuk

produk miniatur. Kardus digunakan untuk packing produk per item yang ukuranya

besar dan untuk palet dari kayu dipergunakan untuk packing kardus yang telah

diisi berbagai produk supaya aman dalam pengiriman barang.

f. Pemasaran

Pemasaran merupakan segala bentuk aktivitas untuk memindahkan barang

dari tangan produsen ke konsumen.33 Kegiatan produksi ini dianggap penting oleh

pengusaha karena dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Pemasaran

akan dapat berjalan dengan lancar ketika pengusaha dapat melihat situasi pasar

dan barang yang dihasilkan harus berkualitas dengan desain yang berbeda dan

bervariasi agar para konsumen tidak jenuh dalam melihatnya.

Awal berdirinya kerajinan eceng gondok di Desa Kebondowo ini

pemasaran produknya adalah menjualnya di pinggir jalan raya, dan di tempat

wisata seperti Bukit Cinta Rawa Pening dan Wisata Candi Gedong Songo.

33 M. Manulang., Pengantar Ekonomi Perusahaan, (Yogyakarta: Liberty, 1969), hlm. 210.

Page 27: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

73

g. Hasil Produksi

Kerajinan yang dihasilkan oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production”

pada periode ini, hanya menghasilkan kerajinan dalam bentuk miniatur yang

digunakan untuk hiasan. Sedikitnya hasil kerajinan serta sempitnya pemasaran

hasil kerajinan oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production” membuat omset

bulanan usaha kerajinan eceng gondok begitu sedikit. Rata-rata penghasilan usaha

kerajinan eceng gondok dalam sebulan kurang lebih hanya Rp. 5.000.000,00

sampai Rp. 10.000.000,00. Hal ini tentunya membuat membuat pengusaha harus

lebih banyak menghasilkan barang produksi dan lebih aktiv dalam hal pemasaran,

agar dapat memajukan usahanya. Selain itu, peran pemerintah dalam memberikan

bantuan untuk usaha kerajinan eceng gondok di Desa Kebondowo ini juga sangat

diperlukan. Contoh kerajinan dalam bentuk miniatur pada periode ini adalah:

miniatur becak, bemo, sepeda ontel, dan mobil antik.

1. Miniatur Becak

Kerajinan miniatur becak merupakan produk awal yang dihasilkan oleh

KUPP Karya Muda “Syarina Production”. Namun sekarang kerajinan ini sudah

tidak diproduksi lagi, karena kerajinan ini sudah tidak begitu laku dipasaran.

Bahan utama dalam pembuatan kerajinan ini adalah, eceng gondok yang

teksturnya halus, bersih, dan rapi yang digunakan untuk atap, dan juga eceng

gondok dalam bentuk setengah jadi yang sudah dipilin/anyamam yang digunakan

untuk roda. Bahan tambahan yang digunakan untuk produksi kerajinan ini adalah,

kayu rotan untuk sadel, tali agel, dan bambu. Pada tahap akhir, kerajinan ini

disemprot dengan melamin, agar kerajinan ini terhindar dari hama, jamur, dan

rayap.

Page 28: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

74

Gambar 14Miniatur becak dari eceng gondok

Sumber: http:// sheillahandycraft.files.wordpess.com

2. Miniatur Mobil Antik

Kerajinan miniatur mobil antik merupakan produk KUPP Karya Muda

“Syarina Production”. Bentuk fisik dari kerajinan ini pada dasarnya berbentuk

kotak yang kemudina ditambah assesoris, antara lain: atap mobil, kap mobil,

kemudi, jok mobil, bumper mobil, spion, slebor mobil, roda dan hiasan pada kap

mobil serta bumper dan lampu dari tali agel.

Bahan yang digunakan untuk pembuatan mobil antik ini adalah, eceng

gondok dengan tekstur, halus, rapi dan bersih, eceng gondok setengah jadi yang

berbentuk pilinan. Bahan tambahan yang digunakan adalah, tali agel untuk hiasan

mobil, dan bambu untuk pengaitan roda. Pada tahap finishing, kerajinan mobil

antik ini disemprot dengan melamin dengan tujuan agar terhindar dari jamur,

rayap, dan serangga lainnya yang dapat merusak kerajinan.

Page 29: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

75

Gambar 15Miniatur mobil antik dari eceng gondok

Sumber: Foto hasil kerajinan eceng gondok

3. Tempat Tisu

Tempat Tisu merupakan produk awal yang diprodusi oleh KUPP Karya

Muda “Syarina Production”. tempat tisu ini berbahan eceng gondok dalam bentuk

pipih dan teksturnya bersih dan halus, selain itu bahan utama dari kerjinan ini

adalah eceng gondok yang berbentuk pilinan atau kepangan. Bahan tambahan

yang digunakan untuk produksi kerajinan ini adalah kertas daur ulang, dan serat

tali agel yang digunakan untuk hiasan. Pada proses finishing, produk kerajinan ini

disemprot dengan melamin, dengan tujuan agar terhindar dari jamur, rayap, dan

hama.

Page 30: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

76

Gambar 16Tempat tisu dari eceng gondok

Sumber: Kerajinanambarawa.com

2. Perkembangan dan kemajuan:tahun 2007-2011

Kegiatan suatu usaha akan mengalami peningkatan dari masa ke masa.

Perkembangan zaman yang semakin maju mendorong para pengrajin industri

eceng gondok berbuat sesuatu yang lebih baik, sehingga dapat berdampak pada

suatu perkembangan untuk industrinya. KUPP Karya Muda “Syarina Production”

yang semakin berkembang membuat usaha ini harus menciptakan kerajinan eceng

gondok yang semakin variatif dengan beraneka ragam bahan lain. Produk yang

dihasilkanpun mulai dari benda pakai sampai benda hias, dari yang sederhana

samapai yang sulit, yang berukuran kecil hingga ukuran besar, dari yang murah

sampai dengan yang mahal.34

34 Wawancara dengan Slamet Triamanto selaku pemilik KUPP Karya Muda “Syarina Production , tanggal 3 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

Page 31: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

77

Perkembangan awal KUPP Karya Muda “Syarina Production” dimulai dari

tingkat yang kecil, yaitu dari keikutsertaanya dalam acara pelatihan Kelompok

Usaha Pemuda Produktif tingkat Provinsi Jawa Tengah yang diselenggarakan

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah pada Juni 2004. Hal

tersebut tentunya menjadikan awal semangat pemilik KUPP Karya Muda

“Syarina Production” untuk membuat KUPP ini semakin maju. Berbagai lomba

diikuti oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production”, di Tingkat Kabupaten

Semarang KUPP Karya Muda “Syarina Production” berhasil meraih Juara I,

menang di tingkat kabupaten, KUPP ini kemudian maju ke tingkat provinsi, di

tingkat provinsi KUPP ini kembali mendapat Juara I dan menjadikan KUPP ini

semakin dikenal dikalangan masyarakat.

Kemenangan KUPP Karya Muda “Syarina Production” dalam beberapa

lomba kerajinan, membuat KUPP ini mengikuti beberapa pameran dan juga

kegiatan pelatihan untuk semakin mengembangkan usaha dan para pekerjanya.

Pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh KUPP “Karya Muda “Syarina Production”

antara lain:

1. Pelatihan Anyaman Eceng Gondok di Kecamatan Banyubiru

2. Pelatihan KUPP tingkat Provinsi Jawa Tengah

3. Pelatihan Managemen dari DISPENDAGRI Kabupaten Semarang

4. Pelatihan Tepat Guna UNDIP Semarang

5. Peserta Pertukaran Pemuda Provinsi (PPAP)

6. Peserta Kemah Persatuan Pemuda (KPP)

7. Pelatihan Anyam Serat Alam Non Tekstil yang diselenggarakan

Disperindag Pusat bekerjasama dengan BBKB (Balai Besar Kerajinan

Page 32: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

78

Batik) Yogyakarta serta JICA (Japan International Courporation

Agency)

8. Pelatihan Evaluasi dan Pembinaan KUPP tingkat provinsi Jawa

Tengah

9. Pelatihan Kepemimpinan Pemuda Tingkat Provinsi Jawa Tengah

10. Pendamping PPAP dan KPP

11. Pelatihan Peserta Pendamping PPAP (Pertukaran Pemuda Antar

Provinsi) Jawa tengah

12. Peserta Pembinaan Purna Program yang diselenggarakan oleh Deputi

Bidang Kewirausahaan dan Industri Olahraga, Kementrian Pemuda

dan Olahraga Republik Indonesia

13. Peserta Pekan Lingkungan Hidup yang diselenggarakan oleh

Kementrian Negara Lingkungan Hidup Indonesia

14. Peserta Pendamping PPAP dan KKP

15. Pelatihan BPAP (Bakti Pemuda Antar Provinsi)

16. Temu Kerajinan Serat Non Tekstil dan Pemanfaatan Limbah Kelapa

yang diselenggarakan oleh Kementrian Negara Koperasi, usaha kecil

dan menengah Republik Indonesia

17. Pelatihan Pengembangan Pemasaran Ekspor Produk Kerajinan yang

diselenggarakan oleh BBPPEI dan BPTN bekerja sama dengan JICA

(Japan Internationan Cooperation Agency)

18. Peserta Bimtek Internet yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi

Provinsi Jawa Tengah beerja sama dengan ALFA COM

Page 33: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

79

19. Peserta Evaluasi Pengembangan UKM yang diselenggarakan oleh

Deputi Pengembangan UKM Kementrian Negara Koperasi

20. Peserta PPBI (Pekan Produksi Budaya Indonesia) Tingkat Nasional

yang diselenggarakan di JCC (Jakarta Convention Center).

21. Pendamping BPI dan BPAP di Bengkulu.

22. Peserta Peningkatan Kualitas SDM dan Manajemen Lembaga

Kewirausaan Pemuda, Asisten Deputi Kelembagaan Kewirausahaan

Pemuda, Deputi Bidang Kewirausahaan Pemuda dan Industri olahraga

Republik Indonesia.

Gambar 17Kegiatan Pameran PPBI (Pekan Produksi Budaya Indonesia) yang diikuti KUPP Karya Muda “Syarina Production”

Sumber: Foto kegiatan Slamet Triamanto

Kemenangan dan pengalaman dari mengikuti berbagai lomba, pelatihan,

dan pameran nasional yang ada di Jakarta, KUPP ini mulai dikenal dan diberi

kepercayaan untuk memberikan pelatihan membuat kerajinan eceng gondok di

berbagai daerah. Daerah yang diberi pelatihan pertama oleh KUPP Karya Muda

“Syarina Production” adalah Kutai Barat (Kalimantan Timur). Sukses pada

pemberian pelatihan di Kutai Barat (Kalimantan Timur), KUPP ini kemudian

Page 34: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

80

kembali diberi kepercayaan untuk memberikan pelatihan di Gorontalo,

Samarinda, Palembang, dan Jambi.35 Semakin banyaknya pelatihan yang

dilakuakan KUPP keluar daerah, menjadikan KUPP ini berkembang dengan pesat.

Perkembangan KUPP tersebut dibantu oleh media cetak dan elektronik yang

meliput kegiatan KUPP Karya Muda ”Syarina Production”.

Gambar 18Pelatihan kerajinan eceng gondok di Gorontalo

Sumber: Foto Kegiatan Slamet Triamanto

Perkembangan KUPP Karya Muda “Syarina Production” begitu terlihat

pada tahun 2007 ketika KUPP mengikuti pameran pertamanya di mancanegara

yaitu di Dubai. Sukses pameran pertamanya di mancanegara, membuat Slamet

untuk ikut serta lagi dalam usahanya memasarkan kerajinannya ke mancanegara,

pameran yang selanjutnya diikuti adalah di Malaysia, Singapore, Hongkong dan

Mesir.36

35 Wawancara dengan Diyah Eka Sari selaku sekretaris KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production” pukul 10.00 WIB.

36 Wawancara dengan Slamet Triamanto selaku pemimpin KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

Page 35: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

81

Perkembangan KUPP Karya “Muda Production” yang begitu pesat

mendapat apresiasi dari pemerintah dan juga mendapat bantuan peralatan untuk

lebih memajukan hasil kerajinannya. Peralatan yang diberikan oleh pemerintah

antara lain: compressor, alat press, mesin jahit dan juga alat pemotong kertas.

Gambar 19Bantuan dari pemerintah berupa compressor dan alat press

Sumber: Foto di KUPP Karya Muda “Syarina Production”

Kemajuan yang dialami oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production” dan

adanya bantuan dari pemerintah berupa peralatan produksi membuat KUPP ini

semakin membutuhkan banyak tenaga dan juga bahan baku untuk

mengembangkan model kerajinannya.

a. Tenaga Kerja

Perkembangan KUPP yang begitu pesat membuat KUPP ini membutuhkan

lebih banyak tenaga kerja untuk semakin megembangkan usahanya. Pekerja

KUPP Karya Muda “Syarina Production” yang semula hanya berjumlah 5 orang,

bertambah menjadi 20 orang di tahun 2007 dan menjadi 36 orang pekerja pada

tahun 2011. Pekerja yang dimiliki Slamet ini terdiri dari, 10 orang pengrajin

Page 36: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

82

profesional dan 26 pengranjin kurang terampil, para pengrajin tersebut terdiri 13

orang pengrajin laki-laki dan 23 orang pengrajin ibu-ibu rumah tangga.37

Sebagian besar ibu-ibu yang bekerja di KUPP Karya Muda “Syarina Production”

merupakan warga sekitar yang ingin membantu perekonomian keluarga. Mereka

mengerjakan eceng gondok setengah jadi yang kemudian dirakit oleh perajin yang

terampil. Dibekali pelatihan dan pengalaman kerja yang lama, lambat laun perajin

yang tadinya kurang terampil dapat menjadi tenaga kerja perajin yang terampil.

Penambahan pegawai dan bahan baku yang dilakukan oleh Slamet

Triamanto selaku pemilik KUPP Karya Muda “Syarina Production” membawa

hasil yang positif untuk usahanya. Akibat dari penambahan pegawai dan bahan

baku, produksi hasil kerajinan eceng gondok dalam sebulan mencapai 25 sampai

dengan 100 unit bentuk kerajinan. Namun tidak semua jenis kerajinan diproduksi

oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production”, hanya beberapa produk unggulan

yang merupakan pemesanan dan permintaan dari pasar yang banyak lebih

diutamakan produksinya. Jumlah produksi yang dihasilkan oleh KUPP Karya

Muda “Syarina Production” antara lain 25 unit miniatur kereta api, 25 unit

miniatur mobil antik, 25 unit kapal pinishi, 25 unit miniatur kereta kencana, 100

unit cermin hias dan sandal, 150 unit kotak tisu. Sementara produk-produk

lainnya diproduksi apabila ada permintaan pasar dan pada saat ada pameran.38

37 Wawancara dengan Diyah Eka Sari selaku sekretaris KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

38 Wawancara dengan Diah Eka Sari selaku sekretaris KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

Page 37: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

83

b. Sistem Kerja dan Sistem Upah

Bertambahnya jumlah pekerja yang ada di KUPP Karya Muda “Syarina

Production” membuat KUPP ini harus menciptakan suatu sistem kerja. Sistem

yang ada di KUPP Karya Muda “Syarina Production” di Desa Kebondowo adalah

dilakukan setiap hari, dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00

WIB,39 sedangkan sistem produksi di KUPP Karya Muda “Syarina Production”

ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:

a. Pekerja yang tidak terampil menyiapkan bahan baku dan membuat

bahan eceng gondok setengah jadi berupa anyaman, pilinan, karton

dilapisi eceng gondok pipih, dan tenunan eceng gondok.40

b. Pekerja yang terampil membuat pola-pola yang akan dirakit, melakukan

perakitan, dan melakukan proses finishing.

Selain penciptaan sistem kerja, KUPP Karya Muda “Syarina Production”

juga membuat sistem upah kerja. Awalnya Sistem upah yang ada di KUPP ini

hanya sistem upah borongan, namun dengan semakin berkembangnya KUPP

Karya Muda “Syarina Production”, membuat sistem upah di KUPP ini menjadi 2

jenis sistem upah, yaitu:

1. Sistem upah di KUPP Karya Muda “Syarina Production” yang pertama

adalah sistem upah mingguan dengan hitungan perharinya para

pengrajin digaji Rp 50.000,00, sehingga apabila sistem gajinya

39 Wawancara dengan Diyah Eka Sari selaku sekretaris KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

40 Pilinan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hasil memilih atau dipilih. Pipih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tipis atau rata, sedangkan memipihkan adalah menekan atau menipiskan.

Page 38: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

84

perminggu para pengrajin eceng gondok ini mendapatkan hasil Rp

300.000,00 per minggunya.41

2. Selain sistem mingguan, sistem upah yang kedua di pembuatan

kerajinan eceng gondok ini adalah sistem upah borongan. Sistem upah

ini diberlakukan untuk mereka yang bekerja sebagai pembuat anyaman

atau kepangan dari eceng gondok. Sistem upah borongan ini adalah

sistem upah dimana seorang pekerja yang dapat menghasilkan produksi

yang banyak maka dia akan mendapat upah yang banyak pula,

begitupun sebaliknya bagi mereka yang hanya dapat menghasilkan

produksi sedikit maka mereka akan mendapat upah yang sedikit pula.42

Rata-rata penghasilan perhari dari para pengrajin dalam sistem upah ini

mencapai Rp. 75.000,00 – Rp. 100.000,00.

c. Bahan Produksi

Bertambahnya jumlah pekerja dan juga adanya bantuan peralatan dari

pemerintah seperti compressor yang digunakan untuk proses finishing dan

menyemprotkan cairan clear atau melamin begitu membantu dalam proses

meningkatkan produksi. Kerajinan yang dihasilkan bukan hanya dalam bentuk

hiasan, namun berupa benda pakai dan peralatan dalam rumah tangga, seperti:

sandal, tas, toples, dan cermin. Peningkatan hasil produksi KUPP, membuat bahan

41 Wawancara dengan Ahmad Amsori selaku bendahara KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 27 Maret 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

42 Ibid.

Page 39: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

85

produksi yang digunakan semakin bertambah, penambahan bahan produksi di

KUPP Karya Muda “Syarina Production antara lain:

1. Kain saten yang berfungsi sebagai hiasan dan pegangan pada

tas

2. Tempurung kelapa atau batok dibentuk bulat atau oval sebagai

kancing atau assesoris pada tas.

3. Benang nilon, untuk tali dan perekat pada kapal pinishi.

4. Karet sol digunakan untuk alas bawah sandal.

5. Bahan pewarna: semir sepatu untuk warna coklat atau hitam

yang digunakan saat finishing dan pewarna batik atau pewarna

kain yang digunakan saat pencelupan bahan enceng gondok

kering yang dijadikan tas.

d. Pemasaran

Dalam kegiatan pemasaran, seorang penguasaha dituntut untuk ahli dalam

melihat kondisi pasar, tujuannya adalah agar usaha yang dijalankannya dapat

berjalan dengan baik dan lancar. Selain itu, pengusaha juga dituntut untuk kreatif

di mana setiap barang yang dihasilkan harus barang yang berkualitas dengan

desain yang beragam dan bervariasi, agar para konsumen dapat tertarik dengan

hasil produksinya. Pemasaran merupakan segala bentuk aktivitas untuk

memindahkan barang dari tangan produsen ke tangan konsumen.43 Pemasaran

hasil produksi KUPP Karya Muda “Syarina Production” dilakukan dengan dua

cara, yaitu dengan pemasaran langsung dan pemsaran tidak langsung.

43 M. Manulang., Pengantar Ekonomi Perusahaan, (Yogyakarta: Liberty, 1969), hlm. 210.

Page 40: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

86

1. Pemasaran Langsung

Pemasaran secara langsung adalah pemasaran hasil produksi yang dapat

diperoleh langsung dari produsen kepada konsumen tanpa adanya perantara.

Dalam kegiatan pemasaran secara langsung, pengusaha menyediakan tempat

khusus untuk memajang semua hasil produksinya, atau yang biasa kita sebut

dengan showroom. Dengan adanya showroom memudahkan konsumen untuk

dapat memilih dan menentukan sendiri desain kerajinan yang diinginkannya.

Pemasaran dengan cara ini juga memberikan keuntungan bagi pengusaha dan

konsumen, karena harga yang ditetapkan tidak memerlukan penambahan laga,

seperti yang dilakukan oleh pihak ketiga atau perantara.

2. Pemasaran Secara Tidak Langsung

Pemasaran tidak langsung merupakan pemasaran barang produksi dimana

konsumen mendapatkan barang tidak langsung dari produsen, melainkan dari

pihak ketiga atau perantara, seperti pedagang dan artshop. Pemasaran kerajinan

eceng gondok dengan cara seperti ini biasanya melibatkan para pedagang yang

telah memiliki tempat pemasaran sendiri, seperti daerah Ambarawa, Semarang

dan sekitarnya, jakarta, Surabaya, Bogor, Yogyakarta, Bali, Bengkulu, Samarinda,

Jambi, dan Gorontalo.44 Setiap bualan para pedagang mengambil barang dari

pengusaha kemudian produk dijual kepada konsumen melalui artshop mereka.

Kegiatan pemasaran ini tentunya sangat membatu pemasaran kerajinan eceng

44 Wawancara dengan Slamet Triamanto selaku pemilik KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

Page 41: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

87

gondok, karena dengan lingkup daerah yang luas, selain makin mengenalkan

KUPP Karya Muda “Syarina Production” juga menambah omset bagi pengusaha.

Pemasaran kerajinan eceng gondok ini tidak hanya melalui lingkup

Nusantara, namun pemasaran hasil produksi ini juga sudah sampai mancanegara

seperti Malaysia, Singapore, Mesir dan juga Dubai, namun pemasaran untuk

mancanegara masih relatif kecil. Kegiatan pemasaran kerajinan eceng gondok ini

dilakukan melalui kegiatan atau even-even lokal, maupun nasional. Pada even di

luar negeri difasilitasi oleh Kementrian Luar Negeri dan Bank Mandiri. Harga

kerajinan eceng gondok ini bermacam-macam, harga penjualan kerajinan ini

didasarkan pada bentuk dan ukuran kerajinan tersebut.

e. Hasil Produksi

Produk-produk unggulan yang dapat dihasilkan oleh KUPP Karya Muda

“Syarina Production” untuk dipasarkan pada periode ini antara lain:

1. Toples atau Tempat makanan

Toples atau tempat makanan yang ukurannya kecil merupakan produk

dengan bentuk tabung yang berfunsi untuk menyimpan makanan. Toples makanan

ini berukuran diameter 15 cm dan tinggi 7 cm, yang terdiri dari 2 bagian, yaitu

bagian tabung dan bagian tutupnya. Bahan utama produk ini adalah eceng gondok

yang setengah jadi yang ditenun, karton yang dilapisi eceng gondok yang pipih,

kertas daur ulang, potongan penggulung kain, serta tali agel untuk tepian hiasan.

Bahan tambahan lain, yaitu toples bening yang diletakkan di dalam toples eceng

gondok.

Page 42: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

88

Bahan eceng gondok tenun untuk lapisan dasar toples serta tutup toples,

sedangkan karton yang dilapisi eceng gondok pipih berbentuk lembaran

digunakan untu membuat pola sesuai dengan desain yang akan dibuat. Setelah itu,

direkatkan pada bagian luar tempat toples. Selain dengan menggunakan karton

yang dilapisi lembaran eceng gondok, pembuatan pola pada toples juga

menggunakan tali agel yang ditempel pada bagian tepi.

Proses finishing pada toples ini adalah dengan menyemprotkan melamin

ke toples, dengan tujuan untuk mencegah rayap, jamur, dan gigitan hama. Bagian

dalam toples dilapisi dengan kertas daur ulang yang telah dilapisi dengan kain

furing dan yang terakhir adalah memasukkan toples bening kedalam toples eceng

gondok ini.

Gambar 20Toples dari eceng gondok

Sumber: Foto hasil kerajinan eceng gondok

Toples berguna sebagai tempat makanan atau cemilan dan harganya yang

relatif murah, bentuk toples ini juga unik, sehingga toples ini begitu diminati oleh

banyak konsumen. Jarang ditemui bahan eceng gondok dijadikan toples makanan.

Untuk tetap membuat toples ini laku dan diminati oleh konsumen, para pengrajin

harus dapat mengembangankan atau menambahan variasi pada toples.

Page 43: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

89

2. Sandal

Sandal merupakan produk yang diciptakan KUPP Karya Muda “Syarina

Production” untuk alas kaki dengan bahan eceng gondok. Bahan utama yang

digunakan untuk pembuatan sandal adalah eceng gondok yang setengah jadi

berbentuk pilinan, anyaman, dan tenunan, serta bahan tambahan karet atau sol

sandal.

Eceng gondok anyaman dan tenunan digunakan sebagai lapisan alas kaki,

sedangkan eceng gondok pilinan digunakan untuk tali sandal. Pilinan yang

digunakan untuk tali sandal adalah pilinan ganda dan pilinan tunggal. Selain itu,

pada alas bawah sandal direkatkan karet atau sol sandal yang sudah dipotong

sesuai dengan ukuran dan pola sandal. Pada tahapfinishing, sandal disemprot

dengan melamin agar sandal terhindar dari rayap, timbulnya jamur maupun

gigitan hama.

Gambar 21Sandal dari Eceng Gondok

Sumber: Foto hasil kerajinan eceng gondok

3. Cermin dari Eceng gondok

Cermin rias dari eceng gondok ini memiliki ukuran bingkai 45 cm x 30. Di

tengah bingkai terdapat kaca cermin yang difungsikan untuk bercermin dengan

Page 44: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

90

ukuran yang disesuaikan dengan bingkai. Bahan utama yang digunakan dalam

pembuatan kerajinan ini adalah eceng gondok setengah jadi berbentuk pilinan,

anyaman, karton yang dilapisi eceng gondok pipih, dan bahan tambahan seperti

kaca cermin, kertas daur ulang, triplek, kardus, kain furing, serta tali agel untuk

tepi pola hias kaca cermin.

Bahan eceng gondok dan karton yang dilapisi eceng godok pipih lembaran

digunakan sebagai lapisan dasar yang menutupi bingkai cermin, sedangkan

pilinan sebagian besar digunakan untuk tepian bingkai. Bingkai terbuat dari kertas

daur ulang, kardus, dan triplek yang sudah dilapisi dengan eceng gondok. Tali

agel digunakan untuk tepi pola hiasan dan tepi bingkai cermin rias. Proses

finishing pada kerajinan ini adalah disemprot dengan melamin untuk mencegah

adanya jamur, rayap, ataupun gigitan hama. Pada bagian belakang cermin yang

terbuat dari triplek, direkati dengan kain pelapis atau furing agar triplek tidak

terlihat dan terkesan halus permukaannya.

Gambar 22Cermin dari eceng gondok

Sumber: Foto kerajinan eceng gondok

Page 45: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

91

4. Vas Bunga

Vas bunga dari eceng gondok ini terdiri dari berbagai ukuran, ada 4 tipe

ukuran pada vas bunga ini dari tipe pertama dengan ukuran tinggi tabung 10cm

dan diameter 3cm, tipe dua tinggi tabung 10cm dan berdiameter 4cm, tipe tiga

berukuran tinggi tabung 15cm dan berdiameter 3cm, dan pada tipe ke empat

berukuran tinggi tabung 15cm dan berdiameter 4cm. Ada pula vas dengan ukuran

sedang yaitu tinggi tabung 40cm dan berdiameter 10cm.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan vas bunga ini adalah, eceng

gondok setengah jadi dalam bentuk pilinan atau anyaman, karton ynag dilapisi

eceng gondok pipih, dan bahan tambahan yang digunakan adalah kertas daur

ulang, tali agel untuk hiasan, bambu yang berbentuk tabung. Proses pembuatan

kerajinan ini tidak berbeda jauh dengan cara membuat toples, yaitu: bahan eceng

gondok pilinan/anyaman untuk bahan dasar vas bunga, sedangkan karton yang

telah dilapisi eceng gondok pipih digunakan untuk membuat pola sesuai yang

akan dibuat, setelah itu direkatkan pada bagian luar vas. Selain dengan

mengguanakan karton yang dilapisi lembaran eceng gondok, pembuatan pola pada

toples juga dapat menggunakan tali agel yang di tempel pada bagian tepi. Pada

proses finishing kerajinan ini disemprot dengan melamin agar terhindar dari

jamur, rayap, dan gigitan hama.

Page 46: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

92

Gambar 23Vas bunga dari eceng gondok

Sumber: Indonesia.alibaba.com

5. Tas

Tas berbahan eceng gondok merupakan salah satu barang pakai yang

diproduksi oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production”. Tas ini berbahan utama

eceng gondok yang berbentuk pilinan/kepangan, dan beberapa bahan tambahan

seperti tali agel, kain, kayu, dan batok kelapa. Dalam proses produksinya , eceng

gondok yang berbentuk pilinan/kepangan terlebih dahulu dicelupkan kedalam

pewarna untuk memberikan warna pada tas. Setelah selesai pada tahap

pewarnaan, eceng gondok dalam bentuk pilinan/kepangan tersebut dirangkai

sesuai dengan desain dan digabungkan dengan kain dan kayu yang berfunsi

sebagai pegangan pada tas. Tali agel dan batok kelapa biasanya digunakan untuk

kancing tas. Pada tahap akhir, tas eceng gondok ini disemprot dengan melamin

untuk mencegah jamur, rayap, dan hama.

Tas berbahan eceng gondok ini, cukup diminati oleh konsumen. Bahan tas

yang ramah lingkungan dan bentuk tas yang unik membuat tas ini begitu diminati

oleh konsumen. Namun sayangnya produk kerajinan eceng gondok ini bukan

Page 47: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

93

produk unggulan KUPP Karya Muda “Syarina Production”, sehingga pembuatan

kerajinan ini hanya diproduksi ketika ada pesanan pasar.

Gambar 24Tas dari eceng gondok

Sumber: Foto kerajinan eceng gondok

6. Miniatur Kereta Api

Kerajinan berbentuk miniatur lokomotif kereta api merupakan

pengembangan dari kereta api yang ada di Museum Kereta Ambarawa. Produk

kerajinan miniatur kereta api ini merupakan bentuk kerajinan yang berkualitas,

terbukti dengan pilihan bahan setengah jadi karton yang dilapisi eceng gondok

pipih, teksturnya halus, pipih, dan rapi, badan miniatur lokomotif sudah selesai

dengan tempatnya dan dirakit dengan baik, serta hiasan tali, serta hiasan tali agel

direkatkan secara rapi dan tidak berantakan.

Page 48: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

94

Gambar 25Miniatur kereta api dari eceng gondok

Sumber: Foto hasil kerajinan eceng gondok

Pembuatan produk miniatur lokomotif ini dikerjakan oleh perajin yang

sudah ahli dan terlatih, karena produk miniatur lokomotif ini memiliki tingkat

kesulitan yang tinggi dalam pengerjaannya. Pola dan bidang miniatur

lokomotifnya banyak dan potongannya bervariasi. Bahan yang digunakan juga

bukan hanya dari bahan eceng gondok setengah jadi, tetapi juga mengggunakan

bahan tambahan seperti, bambu untuk jeruji dari miniatur lokomotif, triplek untuk

alas penyangga bagian bawah, penggulungan kain untuk bentuk-bentuk tabung,

dan tali agel yang direkatkan dan diatur sedemikian rupa agar terlihat estetis. Pada

tahap finishing, miniatur kereta disemprot dengan melamin agar terhindar dari

rayap, jamur, dan gigitan hama.

7. Miniatur Kereta Kencana

Miniatur Kereta Kencana merupakan produk kerajinan yang

dikembangkan dari model kereta kencana yang ada di keraton. Bahan yang

digunakan untuk pembuatan miniatur Kereta Kencana ini adalah, eceng gondok

setengah jadi dalam bentuk pilinan, eceng gondok yang teksturnya halus, pipih

Page 49: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

95

dan rapi. Sedangkan bahan tambahan yang digunakan dalam miniatur Kereta

Kencana ini adalah, bambu yang digunakan untuk jeruji, serta tali agel yang

digunakan untuk hiasan, dan triplek yang dipotong melengkung untuk kaki-kaki

bawah kereta. Pada tahap finishing, miniatur Kereta Kencana disemprot dengan

melamin agar terhindar dari rayap, jamur, dan gigitan hama.

Gambar 26Miniatur Kereta Kencana

Sumber: Foto hasil kerajinan eceng gondok

Peningkatan jumlah produksi dan penyesuain hasil produksi dengan

permintaan pasar, membuat kerajinan yang diproduksi oleh KUPP Karya Muda

“Syarina Production” laku terjual dipasaran lokal, luar pulau, maupun

mancanegara. Omzet penjualan dari KUPP Karya Muda “Syarina Production”

dalam sebulan kurang lebih Rp. 40.000.000,00 sampai Rp. 50.000.000,00.45 Hal

ini merupakan penghargaan yan tinggi atas kreativitas kerajinan eceng gondok

45 Wawancara dengan Ahmad Amsori selaku bendahara KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

Page 50: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

96

yang dulunya hanya dianggap sebagai gulma (tanaman penganggu), kini menjadi

kerajinan yang berharga jual tinggi.

Slamet Triamanto telah berhasil menjalankan usaha kerajinan eceng

gondok yang membuatnya bisa membangun rumah pribadi pada tahun 2009.

Ruang kerja KUPP Karya Muda “Syarina Production” yang semula berada di

rumah Slamet, pada tahun 2009 dipindah ke rumah pribadi Slamet. Keberhasilan

sebagai pengusaha eceng gondok juga membuat Slamet Triamanto tidak lagi

kesulitan dalam mencari modal untuk lebih memajukan usahanya. Keuntungan

yang didapat dari penjualan eceng gondok dapat menjadi modal usaha tanpa harus

melakukan pinjaman ke bank seperti saat awal pendirian usaha. Puncak

keberhasilan kerajinan eceng gondok milik Slamet selain menembus pasaran

mancanegara dan adanya rumah pribadi adalah berhasilnya KUPP Karya Muda

“Syarina Production” meraih Juara 1 Tingkat Nasional pada tahun 2010.

Hasil kerajinan KUPP Karya Muda “Syarina Production” bermacam-

macam. Harga penjualan kerajinanpun berbeda-beda, pejualan produksi tersebut

disesuaikan dengan bentuk kerajinan dan juga tingkat kesulitan kerajinan tersebut.

berikut daftar tabel harga kerajinan eceng gondok di KUPP Karya Muda “Syarina

Production”:

Page 51: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

97

Tabel 5Produk Kerajinan Enceng Gondok beserta Harganya

No Nama Produk Harga1 Toples / Wadah Permen 15.000, 002 Sandal 25.000, 003 Mobil- mobilan 65.000, 004 Tempat tisu meja

makan25.000, 00

5 Kaca Cermin 275.000, 006 Vas Bunga Tipe 1 15.000,007 Vas Bunga Tipe 2 30. 000, 008 Vas Bunga Tipe 3 35. 000, 009 Vas Bunga Tipe 4 45. 000, 0010 Vas Sedang 65. 000, 0011 Tas 65.000,0011 Cup Lampu besar 400.000, 0012 Box / tempat sampah 125.000, 0013 Celengan 150.000, 0014 Miniatur kereta api 425.000, 0015 Miniatur mobil antic 85.000, 0016 Miniatur kereta kencana 250.000, 00

17 Miniatur kapal pinishi 90.000, 0018 Tank 3.750.000, 00

Sumber: Wawancara Diah Eka Sari

C. Faktor Pendorong dan Penghambat Kerajinan Eceng Gondok di Desa Kebondowo

1. Faktor Pendorong Perkembangan Kerajinan Eceng Gondok

Pendorong kerja merupakan sesuatu yang bersifat abstrak melekat pada

diri manusia yang berwujud non materi. hal itu merupakan sikap mendasar pada

diri manusia atau dapat dikatakan sebagai watak kebudayaan milik masyarakat,

sehingga pendorong kerja dapat diwujudkan keluar dari kehidupan.46

46 Taufik Abdullah., Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, (Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 2.

Page 52: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

98

Kerja adalah perjuangan manusia melawan alam untuk kesejahteraan.47

Kerja sebagai produksi yang berpangkal pada manusia, sehingga manusia

mempunyai peranan penting untuk menjalankan proses produksi. Kerja dapat

dikatakan sebagai perbuatan manusia yang ditujukan pada orang lain dan sebagai

balas jasanya diberikan upah.48 Saat melakukan kegiatan kerja terdapat semangat

dalam perbuatannya, sehingga menjadikan seseorang memiliki keingginan untuk

bekerja. Hal tersebut sama seperti yang dilakukan oleh para pengrajin eceng

gondok di Desa Kebondowo, dimana mereka memiliki semangat dalam

melakukan pekerjaannya. Semangat kerja yang dimiliki para pengrajin eceng

gondok di Desa Kebondowo adalah, adanya keinginan untuk mencukupi

kebutuhan hidupnya, baik yang sudah berkeluarga ataupun yang belum

berkeluarga.49 Semangat dari para pengrajin ini tentunya merupakan faktor

penting yang mempengaruhi kemajuan sentra industri kerajinan eceng gondok

Desa Kebondowo. Dari semangat kerja yang datang dari para pekerja dan

pengusaha, kerajinan eceng gondok ini dapat dikenal bukan hanya di daerah Desa

Kebondowo saja, namun sudah sampai di beberapa kota besar seperti Jakarta,

Yogyakarta, bahkan pemasaran kerajinan eceng gondok ini sudah samapai

mancanegara.

Semangat kerja yang dimiliki oleh pengrajin dan pengusaha bukan hanya

dari keinginannya untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun juga dari sistem

47 Arie Benggolo., Kerja, (Jakarta: PT Gramedia, 1973), hlm. 32.

48 Manuel Kaisepo., “Mitos Kerja”, Prisma, No. 5 Mei 1981, hlm. 3.

49 Wawancara dengan Slamet Triamanto selaku pemilik KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production, pukul 10.00 WIB.

Page 53: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

99

kerja yang berlaku di desa, dimana sistem kerja kekeluargaan membuat mereka

kompak dan terus memiliki semangat kerja. Semangat para pengrajin dan

pengusaha eceng gondok Desa Kebondowo telah membawa manfaat yang positif,

bukan hanya untuk pengrajin ataupun pengusaha, namun juga untuk usaha yang

mereka jalankan, dimana dengan semangat kerja yang tinggi telah membawa

usaha yang mereka jalankan menuju kearah kemajuan.

Faktor pendorong perkembangan kerajinan eceng gondok ini selain dari

semangat pengrajin dan pengusaha eceng gondok, juga berasal dari tersedianya

bahan baku untuk kerajinan eceng gondok. Keberadaan Desa Kebondowo yang

dekat dengan Rawa Pening membuat usaha kerajinan ini mendapatkan bahan baku

kerajinan dengan sangat mudah, karena eceng gondok tersedia banyak di Rawa

Pening.50

2. Faktor Penghambatan Perkembangan Kerajinan Eceng Gondok

a. Proses Produksi dan Tenaga Profesional

Proses produksi merupakan salah satu hal yang penting dalam mengolah

bahan baku mentah menjadi barang jadi yang siap dipasarkan. Proses produksi

ditentukan oleh beberapa kondisi untuk dapat membuat sebuah kerajinan yang

bernilai dan berkualitas. Salah satu dari kondisi tersebut adalah ketika musim

penghujan datang proses produksi akan sedikit terhambat karena waktu

pemjemuran bahan baku kerajianan agak lama dari pada saat musim kemarau,

karena kurangnya cahaya matahari.

50 Wawancara dengan Slamet Triamanto selaku pemilik KUPP Karya Muda “Syarina Production”, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.

Page 54: BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511035_bab3.pdf · 47 BAB III MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KERAJINAN ECENG GONDOK YANG ADA DI DESA KEBONDOWO

100

Faktor penghambat lain selain penyediaan bahan baku adalah tentang

sulitnya mencari tenaga profesional. Kebanyakan orang yang bekerja di KUPP

Karya Muda “Syarina Production” adalah kurang terampil, dan hanya ada 5

pekerja profesional di KUPP Karya Muda “Syarina Production”. Dalam hal ini

peran pemerintah sangatlah penting dalam memberikan pelatiahan-pelatihan untuk

dapat menciptakan tenaga yang ahli dan profesional. Selain itu, kehidupan

masyarakat desa yang masih ada kerukukan membuat warga desa harus absen

kerja apabila ada acara hajatan di desa, tentunya itu sangat mengganggu sistem

produksi kerajinan eceng gondok.

b. Pemasaran

Pemasaran yang dilakukan oleh KUPP Karya Muda “Syarina Production”

melalui pameran sebenarnya sudah bagus, namun masih perlu peran serta

pemerintah dalam hal pemasaran, hal itu diperlukan untuk meningkatkan

pemasaran ke mancanegara yang masih relatif kecil. Adanya peran serta

pemerintah dalam hal pemasaran kerajinan eceng gondok akan sangat membantu

KUPP dalam mengembangkan penjualannya dan mencapai visi dan misi dari

KUPP “Syarina Production”.51

51 Wawancara dengan Slamet Triamanto selaku pemilik KUPP Karya Muda “Syarina Production, tanggal 14 April 2016, di KUPP Karya Muda “Syarina Production”, pukul 10.00 WIB.