BAB III Rencana Struktur Ruang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

STRUKTUR RUANG

Citation preview

  • Dalam Sistem Perkotaan Nasional, Kota Tangerang ditetapkan sebagai Pusat

    Kegiatan Nasional (PKN) sebagaimana yang dikemukakan dalam Rencana Tata

    Ruang Wilayah Nasional yang telah ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah

    Nomor 26 Tahun 2008. Penetapan Kota Tangerang sebagai PKN ini sudah tertuang

    di dalam Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang serta Rencana Struktur Ruang

    Wilayah Provinsi yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

    Provinsi Banten Tahun 2010-2030.

    Beberapa faktor yang mendasari penetapan Kota Tangerang sebagai PKN tersebut

    adalah:

    a. Kota Tangerang sebagai bagian dari Kawasan Megapolitan Jabodetabek;

    b. Kota Tangerang sebagai pintu gerbang provinsi dari segi transportasi udara;

    c. Kota Tangerang sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang

    menuju kawasan internasional karena adanya Bandar Udara Internasional

    Soekarno-Hatta; dan

    d. Fungsi Kota Tangerang yang diarahkan untuk kegiatan perumahan,

    perdagangan dan jasa skala nasional, industri nonpolutan dan berorientasi pasar,

    dan difungsikan sebagai pusat pengembangan kegiatan ekonomi unggulan.

    Rencana struktur ruang wilayah Kota Tangerang meliputi:

    a. sistem pusat pelayanan;

    b. sistem jaringan transportasi;

    c. sistem jaringan energi dan kelistrikan;

    d. sistem jaringan telekomunikasi;

    e. sistem jaringan sumber daya air; dan

    f. sistem infrastruktur perkotaan.

    Rencana struktur ruang wilayah kota digambarkan dalam peta Rencana Struktur

    Ruang Kota Tangerang sebagaimana terlihat pada gambar 3.1.

  • Gambar. 3.1. PETA RENCANA STRUKTUR RUANG KOTA TANGERANG

  • 3.1. SISTEM PUSAT PELAYANAN

    Rencana sistem pusat pelayanan dimaksudkan untuk memperjelas hirarki

    kota sesuai dengan struktur kota yang ditetapkan sehingga diperoleh suatu

    sistem pemanfaatan ruang yang optimal untuk setiap bagian kota. Dalam

    realitanya, pengembangan sistem pusat pelayanan akan mempermudah

    masyarakat kota untuk mendapatkan pelayanan sarana dan prasarana

    perkotaan.

    Pembagian sistem pusat pelayanan dilakukan atas dasar pertimbangan

    sebagai berikut :

    Fungsi Kota Tangerang yang diarahkan untuk kegiatan perumahan,

    perdagangan dan jasa skala nasional, industri nonpolutan dan berorientasi

    pasar, dan difungsikan sebagai pusat pengembangan kegiatan ekonomi

    unggulan.

    Penetapan Kota Tangerang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

    dalam Rencana Sistem Perkotaan Nasional

    Jangkauan pelayanan secara fungsional

    Aksesibilitas antar kawasan dan antar wilayah

    Kelengkapan dan pemusatan sarana dan prasarana

    Efisiensi pemanfaatan lahan

    Dalam pengembangan ke depannya, Sistem Pusat Pelayanan Kota

    Tangerang 20 tahun depan, dimana direncanakan 4 Pusat Pelayanan Kota

    (PPK), 3 Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK), dan 6 Pusat Lingkungan (PL).

    Pusat pelayanan kota meliputi:

    a. PPK I sebagai Pusat Kota Baru memiliki fungsi sebagai pusat

    pemerintahan, perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional

    ditetapkan di Kecamatan Tangerang;

    b. PPK II memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa dengan skala

    pelayanan regional dan perumahan kepadatan menengah tinggi

    ditetapkan di Kecamatan Cibodas;

    c. PPK III memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa dengan skala

    pelayanan regional dan perumahan kepadatan menegah rendah

    ditetapkan di Kecamatan Pinang; dan

  • d. PPK IV memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa dengan skala

    pelayanan regional dan perumahan kepadatan menengah rendah

    ditetapkan di Kecamatan Cipondoh.

    PPK dikembangkan dengan konsep green heart yaitu jantung kota yang

    hijau. Konsep green heart ini diharapkan akan menjadi citra baru bagi Kota

    Tangerang, yang benar-benar menanamkan konsep back to nature. Program

    green heart adalah sebuah upaya dalam mewujudkan kota yang hijau dan

    rindang, penuh pepohonan serta sehat yang merupakan bentuk komitmen

    Pemerintah Kota Tangerang dalam meningkatkan kualitas lingkungan. Kota

    hijau, merupakan konsep pembangunan yang pro-lingkungan dimana di

    dalam perwujudannya, dibutuhkan kepedulian dari seluruh lapisan

    masyarakat.

    Subpusat Pelayana Kota meliputi:

    a. SPPK I memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa, perumahan

    kepadatan menegah, perumahan kepadatan tinggi, industri

    konveksi/tekstil skala kecil dan rumah tangga ditetapkan di Kecamatan

    Ciledug;

    b. SPPK II memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa, perumahan

    kepadatan menengah tinggi, dan industri terpadu berwawasan lingkungan

    ditetapkan di Kecamatan Periuk; dan

    c. SPPK III memiliki fungsi sebagai penunjang kegiatan Bandar Udara

    Internasional Soekarno Hatta, industri kecil dan menengah yang ramah

    lingkungan, dan perumahan kepadatan rendah ditetapkan di Kecamatan

    Benda.

    Pusat lingkungan meliputi:

    a. PL I ditetapkan di Kelurahan Kreo Kecamatan Larangan;

    b. PL II ditetapkan di Kelurahan Karang Mulya Kecamatan Karang Tengah;

    c. PL III ditetapkan di Kelurahan Batuceper Kecamatan Batuceper;

    d. PL IV ditetapkan di Kelurahan Neglasari Kecamatan Neglasari;

    e. PL V ditetapkan di Kelurahan Cimone Kecamatan Karawaci; dan

    f. PL VI ditetapkan di Kelurahan Jatake Kecamatan Jatiuwung.

    Untuk lebih jelas mengenai sistem pusat pelayanan Kota Tangerang dapat

    dilihat pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.2.

  • Tabel 3.1 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PUSAT PELAYANAN KOTA TANGERANG

    No.

    PUSAT PELAYANAN /

    SUB PUSAT PELAYANAN /

    UNIT LINGKUNGAN

    FUNGSI SKALA

    PELAYANAN

    A. PUSAT KOTA

    1. PUSAT KOTA BARU Pusat pemerintahan Kota Tangerang

    Pusat Perdagangan dan Jasa

    Perkantoran

    Permukiman

    Regional & Kota

    2. PUSAT KOTA LIPPO KARAWACI UTARA

    Perkantoran

    Pusat perdagangan dan jasa

    Permukiman

    Regional & Kota

    3. PUSAT KOTA ALAM SUTRA Perkantoran

    Pusat perdagangan dan jasa

    Permukiman

    Regional & Kota

    4. PUSAT KOTA CIPONDOH Perkantoran

    Pusat perdagangan dan jasa

    Permukiman

    Regional & Kota

    B. SUB PUSAT KOTA

    1. CILEDUG Perdagangan dan Jasa

    Permukiman

    Kota dan Lokal

    2. PERIUK Perdagangan dan jasa

    Permukiman

    Industri Non Polutan

    Kota dan Lokal

    3. BENDA Perdagangan dan Jasa

    Permukiman

    Pergudangan dan Industri ringan non polutan

    Regional & Kota

    C. PUSAT LINGKUNGAN

    1. KARAWACI Permukiman

    Perdagangan dan Jasa

    Industri eksisting

    Kota dan Lokal

    Regional

    2. BATUCEPER Permukiman

    Perdagangan dan jasa

    Industri non polutan

    Kota dan Lokal

    Regional

    3. NEGLASARI Perdagangan dan jasa

    Permukiman

    Industri ringan non polutan dan pergudangan

    Kota dan lokal

    4. LARANGAN Permukiman

    Perdagangan dan jasa

    Wisata Belanja Cipadu

    Kota dan lokal

    Regional

    5 KARANG TENGAH Permukiman

    Perdagangan dan jasa

    Pusat Tanaman Hias

    Kota dan Lokal

    Regional

    6 JATIUWUNG Industri Non Polutan

    Perdagangan dan jasa

    Permukiman

    Regional

    Kota dan lokal

    Sumber : Hasil Rencana, 2010

  • Gambar 3.2 PETA RENCANA SISTEM PUSAT PELAYANAN KOTA

  • 3.2. SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI

    Transportasi merupakan kegiatan yang berperan sebagai urat nadi kehidupan

    ekonomi maupun sosial. Oleh karenanya kegiatan tersebut perlu diarahkan

    pada terwujudnya sistem jaringan transportasi yang andal, berkemampuan

    tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, aman, lancar, nyaman,

    efisien dan selamat dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika

    pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

    mendukung pola distribusi.

    Dalam rangka mengembangkan sistem jaringan transportasi Kota Tangerang

    yang efektif dan efisien memang secara ideal seluruh program dapat

    dilaksanakan secara simultan namun hal tersebut sudah barang tentu sangat

    sulit untuk diwujudkan mengingat berbagai keterbatasan baik dari segi waktu

    maupun penganggaran, oleh karena itu guna mewujudkan kegiatan

    transportasi dapat berjalan sesuai yang diharapkan maka rencana dalam

    mengembangkan sistem jaringan transportasi Kota Tangerang adalah

    sebagai berikut:

    a. sistem jaringan transportasi darat;

    b. sistem jaringan perkeretaapian; dan

    c. simpul transportasi udara.

    Rencana sistem jaringan transportasi Kota Tangerang dijelaskan lebih rinci

    dalam peta Rencana Sistem Jaringan Transportasi dapat dilihat pada Gambar

    3.3.

    3.2.1. SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT

    Rencana Pengembangan sistem jaringan transportasi darat meliputi:

    a. sistem jaringan jalan;

    b. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan

    c. jaringan pelayanan angkutan jalan.

  • Gambar 3.3 PETA RENCANA SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI KOTA TANGERANG

  • A. Sistem Jaringan Jalan

    Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan

    Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, telah

    ditetapkan mengenai sistem, fungsi dan status jalan di wilayah perkotaan.

    Dalam peraturan tersebut ditetapkan fungsi jalan yang dikelompokkan ke

    dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan, baik

    dalam sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.

    Sedangkan menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional,

    jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.

    Jalan nasional terdiri atas jalan arteri primer, jalan kolektor primer yang

    menghubungkan antaribukota provinsi, jalan tol, dan jalan strategis

    nasional. Jalan provinsi terdiri atas jalan kolektor primer yang

    menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota,

    jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota kabupaten atau

    kota, dan jalan strategis provinsi. Jalan kota adalah jalan umum dalam

    sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat

    pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,

    menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat

    permukiman yang berada di dalam kota.

    Di dalam RTRW Kota Tangerang tidak semua fungsi jalan ditetapkan

    hanya pada tingkatan jalan arteri dan jalan kolektor, dengan perincian :

    1. Jalan Arteri Primer adalah jalan nasional dalam sistem jaringan jalan

    primer, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk

    pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan

    menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-

    pusat kegiatan, yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri

    perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan

    masuk dibatasi secara berdaya guna.

    2. Jalan Kolektor Primer adalah jalan provinsi dalam sistem jaringan

    jalan primer, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa

    untuk pengembangan semua wilayah di tingkat provinsi, dengan

    menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-

    pusat kegiatan, yang berfungsi melayani angkutan pengumpulan atau

  • pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata

    sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

    3. Jalan Arteri Sekunder adalah jalan kota dalam sistem jaringan jalan

    sekunder, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa

    untuk masyarakat di dalam kota, dengan menghubungkan antarpusat

    pelayanan dalam kota, yang berfungsi melayani angkutan utama

    dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan

    jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

    4. Jalan Kolektor Sekunder adalah jalan kota dalam sistem jaringan

    jalan sekunder, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa

    untuk masyarakat di dalam kota, dengan menghubungkan antarpusat

    permukiman yang berada di dalam kota, yang berfungsi melayani

    angkutan pengumpulan atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak

    sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk

    dibatasi.

    Atas dasar pengertian-pengertian tersebut di atas dan rencana sistem

    pusat pelayanan kota, maka direncanakan pengembangan jalan sebagai

    berikut :

    a. jaringan jalan arteri primer meliputi ruas jalan Batas Kota dengan DKI

    JakartaJalan Daan MogotJalan MerdekaJalan Gatot Subroto

    Batas Kota dengan Kabupaten Tangerang;

    b. jaringan jalan arteri sekunder meliputi:

    1. Jalan Benteng Betawi;

    2. Jalan Imam Bonjol;

    3. ruas Jalan Oto IskandardinataJalan KS. Tubun;

    4. Jalan M. Toha;

    5. Jalan Prabu Kiansantang;

    6. Jalan Prabu Siliwangi;

    7. Jalan Pajajaran;

    8. ruas Jalan Teuku UmarJalan Proklamasi;

    9. ruas Jalan SoebandiJalan GaleongJalan Benua Indah;

    10. Jalan Bouraq (Lio Baru);

  • 11. Jalan Pembangunan 3;

    12. ruas Jalan JuandaJalan MerpatiJalan Garuda;

    13. Jalan Halim Perdanakusuma;

    14. ruas Jalan Husein SastranegaraJalan AMD; dan

    15. Jalan Raden Saleh;

    c. jaringan jalan kolektor primer meliputi:

    1. ruas Jalan KH. Hasyim AshariJalan HOS. CokroaminotoBatas

    Kota dengan DKI Jakarta; dan

    2. ruas Jalan Raden FatahJalan Jombang RayaBatas Kota

    dengan Kota Tangerang Selatan;

    d. jaringan jalan kolektor sekunder dapat dilihat pada Tabel 3.2;

    e. jaringan jalan lokal sekunder meliputi ruas-ruas jalan yang

    menghubungkan antar pusat-pusat permukiman;

    f. jaringan jalan lingkungan sekunder meliputi ruas-ruas jalan yang

    menghubungkan antar persil dalam wilayah kota, kecuali yang

    dikategorikan sebagai jalan arteri, kolektor, dan lokal;

    g. jaringan jalan tol meliputi:

    1. ruas Jalan Tol JakartaTangerang;

    2. Jalan Tol Prof. Dr. Sedyatmo ruas Batas Kota dengan Provinsi

    DKI JakartaBandar Udara Internasional Soekarno Hatta;

    3. Rencana Jalan Tol JORR II ruas Bandar Udara Internasional

    Soekarno Hatta BatuceperKunciranSerpong; dan

    4. Rencana Jalan Tol JORR II ruas TeluknagaBatuceper; dan

    h. jaringan jalan lokal sekunder dan lingkungan sekunder akan diatur

    lebih lanjut dalam rencana rinci tata ruang yang terdiri dari rencana

    detail tata ruang dan rencana tata ruang kawasan strategis.

  • Tabel 3.2 RENCANA PENGEMBANGAN JALAN KOLEKTOR SEKUNDER

    NO NAMA JALAN

    1 Jl. Adam Malik

    2 Jl. Wahid Hasyim

    3 Jl. dr. Cipto Mangunkusomo

    4 Jl. Pondok Kacang

    5 Jl. Lingkar Selatan

    6 Jl. Muchtar Raya

    7 Jl. Swadaya (Perumahan Larangan Indah)

    8 Jl. Puri Beta Utara (Perumahan Puri Beta)

    9 Jl. Bazoka Raya

    10 Jl. Raden Saleh

    11 Jl. Tembus Kr. Tengah - Larangan

    12 Jl. Graha Raya

    13 Jl. KH. Mas Mansyur

    14 Jl. Sultan Ageng Tirtayasa

    15 Jl. Gempol Raya

    16 Jl. Kyai Maja

    17 Jl. Alam Sutra (Perumahan Alam Sutra)

    18 Jl. HR. Rasuna Said

    19 Jl. Frontage Tol JORR II

    20 Jl. H. Mansur

    21 Jl. KH. Ahmad Dahlan

    22 Jl. Ki Hajar Dewantara

    23 Jl. Tembus Polsek Cipondoh-Pikun

    24 Jl. Maulana Hasanudin

    25 Jl. Sisi Barat Maulana Hasanudin

    26 Jl. Tembus Komplek Garuda - Poris Indah

    27 Jl. Poris Jaya

    28 Jl. Poris Indah

    29 Jl. Panglima Polim

    30 Jl. Permata Raya ( Perumahan Taman Royal)

    31 Jl. KH. Agus Salim

    32 Jl. Sisi Utara Rel Kereta

    33 Jl. Frontage Tol JORR II

    34 Jl. Wijaya Kusuma (Perumahan Banjar Wijaya)

    35 Jl. Taman Golf Boulevard (Perumahan Modernland)

    36 Jl. Modern Golf Boulevard (Perumahan Modernland)

    37 Jl. Hartono Boulevard (Perumahan Modernland)

    38 Jl. Honoris Raya (Perumahan Modernland)

    39 Jl. Kampung Kelapa

    40 Jl. Tembus Modernland - Frontage

    41 Jl. TMP Taruna

    42 Jl. Moh. Yamin

    43 Jl. Veteran

    44 Jl. Kisamaun

    45 Jl. Perintis Kemerdekaan

    46 Jl. Nyimas Melati

    47 Jl. Maulana Yusuf

    48 Jl. Tembus Veteran - Merdeka

  • NO

    NAMA JALAN

    49 Jl. MT. Haryono

    50 Jl. Dimyati

    51 Jl. Kiasnawi

    52 Jl. Ahmad Yani

    53 Jl. Dewi Sartika - Satria

    54 Jl. Windu Karya - Siswa Dalam

    55 Jl. Liem Si Liong

    56 Jl. Tembus Husein - Perancis

    57 Jl. Perancis

    58 Jl. Atang Sanjaya

    59 Jl. Husein Sastranegara

    60 Jl. Halim Perdanakusuma

    61 Jl. Saluran Irigasi Cisadane Timur

    62 Jl. Garuda

    63 Jl. Merpati

    64 Jl. Juanda

    65 Jl. Pembangunan 1

    66 Jl. Pembangunan 2

    67 Jl. Adisucipto

    68 Jl. dr. Sitanala

    69 Jl. Marsekal Suryadarma

    70 Jl. Iskandar Muda

    71 Jl. Tembus I Suryadarma - Iskandar Muda

    72 Jl. Tembus II Suryadarma - Iskandar Muda

    73 Jl. Tembus III Suryadarma - Iskandar Muda

    74 Jl. Promenade Sungai Cisadane

    75 Jl. KS.Tubun

    76 Jl. Saluran Induk Cisadane Barat

    77 Jl. Arya Kemuning

    78 Jl. Benua Indah

    79 Jl. Galeong

    80 Jl. Soebandi

    81 Jl. Aria Santika

    82 Jl. Sasmita

    83 Jl. Aria Wasangkara

    84 Jl. Beringin Raya (Perumnas I)

    85 Jl. Kavling Pemda

    86 Jl. Karet (Perumnas I)

    87 Jl. Prambanan (Perumnas II)

    88 Jl. Dipati Unus

    89 Jl. Empu Gandring Raya

    90 Jl. Borobudur (Perumnas II)

    91 Jl. Dipati Ukur

    92 Jl. Dharma Wangsa

    93 Jl. Prabu Siliwangi

    94 Jl. Kali Sabi

    95 Jl. Palem Manis 3-4

    96 Jl. Palem Manis Raya

    97 Jl. Manis Raya

    98 Jl. Telesonik

    99 Jl. Jalan Industri

  • NO

    NAMA JALAN

    100 Jl. Gajah Tunggal

    101 Jl. Caplang

    102 Jl. Tembus Caplang - Mutiara Pluit 103 Jl. Duta Indah Residen

    104 Jl. Doyong

    105 Jl. Purati

    106 Jl. Vila Tangerang Raya (Perumahan Vila Tangerang Regensi)

    107 Jl. Mutiara Pluit Utama (Perumahan Mutiara Pluit)

    108 Jl. Taman Elang

    109 Jl. Kota Bumi

    Pengembangan dan optimalisasi jaringan jalan terdiri atas:

    1. Pengembangan Jalan Strategis Nasional meliputi ruas Jalan Jendral

    SudirmanJalan M.H. ThamrinBatas Kota dengan Kota Tangerang

    Selatan;

    2. Pembangunan jalan meliputi:

    a. Jalan CiledugBandara (STA 11);

    b. Jalan Sepanjang Sisi kanan kiri Tol JakartaTangerang (Frontage

    Tol);

    c. Jalan Sepanjang Sisi Kanan Kiri Sungai Cisadane (Promenade);

    d. Jalan Sisi Utara Rel Kereta Api;

    e. Jalan Sisi Selatan Mookervart;

    f. Jalan Cadas Kedaung;

    g. Jalan Tembus Jalan Prabu KiansantangJalan Pajajaran; dan

    h. Jalan Lingkar Selatan terdiri dari ruas Jalan Adam MalikJalan

    Taman Asri Lama Jalan Cipto MangunkusumoJalan Raden

    FatahJalan Puri KartikaJalan Graha Raya;

    3. pengembangan rencana simpang tidak sebidang meliputi:

    a. simpang Jalan Jenderal SudirmanJalan Pembangunan 3;

    b. simpang Benda;

    c. simpang Jalan Gatot SubrotoJalan Gajah Tunggal;

    d. simpang Jalan Gatot SubrotoJalan Siliwangi;

    e. simpang Jalan Gatot SubrotoJalan Telesonik;

    f. simpang Jalan CiledugBandara (STA 11) dengan Jalan Daan

    Mogot; dan

  • g. simpang Jalan CiledugBandara (STA 11) dengan Jalan Benteng

    Betawi dan rel kereta api;

    4. optimalisasi simpang tidak sebidang eksisting meliputi:

    a. simpang Cikokol;

    b. simpang Ciledug;

    c. simpang Jalan Jendral SudirmanJalan Hasyim Ashari; dan

    d. simpang Jalan Gatot SubrotoJalan Taman Cibodas.

    5. pembangunan jembatan meliputi:

    a. jembatan yang menghubungkan Kedaung dengan Sepatan

    (eretan);

    b. jembatan yang menghubungkan Jalan M.H. Thamrin dengan Jalan

    Imam Bonjol;

    c. jembatan yang menghubungkan Jalan Pembangunan 3 dengan

    Cadas; dan

    d. jembatan yang menghubungkan Jalan K.S. Tubun dengan Jalan

    Lio Baru;

    6. penataan perempatan dan persimpangan jalan dalam wilayah kota;

    7. sistem jaringan jalan didesain dan dapat difungsikan sebagai jalur

    angkutan umum massal; dan

    8. persilangan dengan jalur kereta api diarahkan menjadi persilangan

    tidak sebidang.

    B. Jaringan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

    Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud

    meliputi terminal angkutan penumpang dan terminal angkutan barang.

    Rencana pengembangan terminal angkutan penumpang di Kota

    Tangerang meliputi:

    1. Terminal Tipe A meliputi Terminal Poris Plawad dengan konsep

    pengembangan sebagai terminal terpadu dan Terminal Jatiuwung;

    2. Terminal Tipe B yaitu pembangunan terminal antar kota di

    perbatasan. Pembangunan terminal perbatasan dilakukan sebagai

    upaya membatasi angkutan umum khususnya bus antar kota antar

    propinsi masuk ke dalam kota. Terminal perbatasan yang akan

    direncanakan terdiri dari meliputi:

  • a. Terminal Ciledug atau Larangan;

    b. Terminal Imam Bonjol di Kecamatan Cibodas; dan

    c. Terminal Cadas atau Periuk.

    Pengembangan terminal di wilayah Ciledug dan sekitarnya sudah

    sangat mendesak. Hal ini dikarenakan Ciledug dan sekitarnya

    merupakan wilayah perdagangan dan jasa serta pemukiman yang

    padat, oleh karenanya Ciledug merupakan pusat bangkitan dan

    tarikan lalu lintas yang tinggi yang berdampak pada tingginya tingkat

    mobilitas di wilayah tersebut dan hal tersebut tidak dibarengi

    penyediaan kapasitas jalan yang memadai sehingga seringkali terjadi

    kemacetan lalu lintas.

    Kondisi Ciledug yang merupakan salah satu titik rawan kemacetan

    lalu lintas semakin diperparah dengan kesemrawutan lalu lintas yang

    disebabkan oleh angkutan umum yang mangkal/parkir di tiap sudut

    bagian wilayah Ciledug. Hal tersebut dikarenakan terminal Lembang

    yang ada sudah tidak berfungsi lagi mengingat lokasi tersebut untuk

    saat ini telah difungsikan sebagai pasar tradisional.

    Dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di wilayah Ciledug yang kian

    hari bertambah parah maka Pemerintah Kota telah melakukan

    penanganan dengan membangun underpass persimpangan Ciledug,

    dimana diharapkan dengan adanya simpang susun akan mereduksi

    titik konflik arus lalu lintas sehingga kelancaran lalu lintas dapat

    terwujud.

    Namun demikian persoalan kemacetan lalu lintas tidak hanya

    disebabkan oleh konflik lalu lintas di persimpangan Ciledug saja tetapi

    hal yang perlu dipertimbangkan adalah banyaknya lokasi-lokasi yang

    dijadikan sebagai terminal bayangan dari angkutan umum yang

    beroperasi di wilayah Ciledug sehingga sangat mempengaruhi sekali

    terhadap tingkat kelancaran lalu lintas. Sebagai informasi angkutan

    umum yang beroperasi di wilayah Ciledug terdiri dari 14 trayek

    dengan jumlah kendaraan 1.750 unit.

    Dengan demikian untuk mengatasi permasalahan kemacetan dan

    kesemrawutan lalu lintas di wilayah Ciledug dan sekitarnya harus

  • dilaksanakan secara komprehensif. Hal yang sangat perlu

    dipertimbangkan adalah dengan mengembangkan Terminal angkutan

    penumpang umum di wilayah Ciledug yang difungsikan sebagai

    berikut:

    a. Adanya terminal Ciledug akan berfungsi sebagai salah satu alat

    pengendali lalu lintas dimana angkutan umum yang beroperasi di

    wilayah tersebut memiliki orientasi asal dan tujuan sebagai titik

    transfer penumpang sehingga dengan lokasi terminal yang

    representatif dapat menghilangkan terminal bayangan dan pada

    akhirnya dapat berkonstribusi terhadap kelancaran lalu lintas di

    wilayah Ciledug.

    b. Berdasarkan informasi yang ada, oleh Pemerintah Propinsi DKI

    Jakarta akan dikembangkan Koridor Bus way Blok M Ciledug

    maka dengan adanya pengembangan terminal Ciledug dapat

    digunakan sebagai terminal asal/tujuan bus way, dimana dengan

    masuknya bus way ke wilayah Ciledug secara signifikan dapat

    berkonstribusi pada peningkatan kelancaran lalu lintas mengingat

    munculnya harapan adanya peralihan penggunaan kendaraan

    pribadi ke angkutan umum.

    Supaya keberadaan terminal nantinya dapat beroperasi secara

    optimal, maka pengembangan terminal dilengkapi dengan

    penyediaan fasilitas parkir kendaraan pribadi dengan konsep park

    and ride untuk berpindah angkutan di terminal.

    3. terminal Tipe C meliputi terminal eksisting yaitu Terminal Cimone dan

    Terminal Cibodas serta pengembangan terminal baru dalam kota.

    Rencana terminal penumpang Tipe C akan dijelaskan lebih rinci

    dalam rencana detail tata ruang.

    Selain mengembangkan terminal angkutan penumpang, akan

    direncanakan pembangunan terminal angkutan barang yang berlokasi di

    Kecamatan Jatiuwung, karena kecamatan ini merupakan wilayah dengan

    dominasi kegiatan industri. Secara umum permasalahan yang dihadapi

    oleh angkutan barang adalah belum tersedianya terminal angkutan

  • barang dan jaringan lintas yang representatif dimana pilihan jalur untuk

    lalu lintas angkutan barang pada jaringan jalan kota terbatas.

    Adapun konsep dasar pengembangan program pengembangan jaringan

    lintas dan terminal angkutan barang adalah sebagai berikut:

    a. Dalam mengembangkan jaringan lintas angkutan barang sumber

    daya yang dibutuhkan adalah adanya sistem jaringan jalan yang

    menghubungkan langsung ke pusat-pusat kegiatan pembangkit dan

    penarik distribusi barang (industri, pergudangan, bandara)

    b. Berdasarkan perencanaan sistem jaringan jalan yang ada sesuai

    dokumen RTRW Kota Tangerang menunjukkan sistem jaringan jalan

    yang terbentuk sangat menunjang konsep tersebut, dimana secara

    makro adanya pola jalan circular yang memungkinkan

    pengembangan jaringan lintas angkutan barang melalui ruang-ruang

    kegiatan distribusi barang dan kondisi demikian akan sangat

    mengeliminir lalu lintas angkutan barang yang selama ini menjadi

    salah satu komponen utama yang berkonstribusi pada kurang

    lancarnya arus lalu lintas di pusat-pusat kota.

    c. Selain dari pengembangan jaringan lintas maka guna

    mengoptimalkan distribusi barang perlu diwujudkan adanya terminal

    angkutan barang yang memiliki jaringan pelayanan yang terintegrasi

    dengan sistem kepelabuhan sehingga kecepatan, kepastian dan

    biaya distribusi barang menjadi lebih efisien.

    d. Dengan terbentuknya sistem jaringan lintas dan terminalisasi

    angkutan barang diharapkan lebih menjamin kelancaran distribusi

    barang sehingga pada akhirnya dapat memberikan nilai tambah bagi

    kota Tangerang untuk berkompetisi dalam menarik investor.

    C. Jaringan Pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

    Pada hakekatnya pengembangan jaringan pelayanan lalu lintas dan

    angkutan jalan merupakan perubahan yang mendasar pola pelayanan

    angkutan penumpang umum terutama angkutan AKAP dan Bus Kota

    yang beroperasi di wilayah Kota Tangerang.

    Adapun konsep dasar pengembangan program ini adalah sebagai berikut:

  • a. Dengan terbangunnya jaringan jalan STA 11 yang menghubungkan

    Tol Jakarta Merak Benteng Betawi Tol Prof Sedyatmo ataupun

    terbangunnya jaringan jalan STA 15 yang dikenal sebagai JORR 2

    yang menghubungkan BSD Tol Jakarta Merak Bandara Soekarno

    Hatta merupakan sumber daya dalam mengembangkan sistem primer

    jaringan pelayanan angkutan penumpang umum dimana Bus AKAP

    dan Bus Kota yang menghubungkan Kota Tangerang dengan daerah

    lain diarahkan pada jaringan jalan dimaksud menuju ke Terminal

    Poris Plawad.

    b. Konsep tersebut akan berdampak mengurangi kepadatan lalu lintas

    yang melintas di pusat kota yakni Jalan Jendral Sudirman dan Jalan

    M.H. Thamrin.

    c. Selain dari itu konsep tersebut dapat secara signifikan

    mengoptimalkan fungsi Terminal Poris Plawad sebagai central

    terminating akibat adanya perubahan pola pergerakan angkutan,

    dimana akan menghilangkan transfer penumpang di sepanjang ruas

    Jalan Jendral Sudirman dan Jalan MH. Thamrin sehingga para

    penumpang secara sistem diarahkan melakukan pindah moda

    angkutan di Terminal Poris Plawad.

    Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan meliputi:

    a. pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan dalam kota

    yang diarahkan sebagai moda angkutan umum pada jalan-jalan

    utama yang memiliki nilai strategis; dan

    b. pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan yang

    terintegrasi dengan sistem angkutan umum massal JABODETABEK.

    Pengembangan potensi sistem angkutan umum massal (SAUM) di

    wilayah Kota Tangerang dilaksanakan berdasarkan pertimbangan

    sebagai berikut bahwa konsep sistem angkutan umum massal (SAUM)

    adalah mengedepankan passenger traffic daripada vehicle traffic

    yakni:

    a. Melayani tingginya tingkat mobilitas masyarakat dengan penyediaan

    jumlah angkutan umum terbatas namun sesuai kebutuhan,

  • b. adanya angkutan umum massal dapat memberikan pilihan bagi

    pelaku perjalanan yang selama ini dalam melakukan mobilitasnya

    dengan menggunakan kendaraan pribadi diharapkan beralih ke

    angkutan umum massal sebagai sarana angkut alternatif,

    c. terlaksananya kedua kondisi tersebut diatas, diharapkan dapat

    berkonstribusi terhadap penurunan kepadatan lalu lintas di koridor-

    koridor utama wilayah Kota Tangerang.

    Adanya perubahan kebijakan transportasi umum di wilayah DKI Jakarta

    yang difokuskan pada pengembangan angkutan massal, maka

    berdampak pula terhadap pola mobilitas masyarakat daerah penyangga

    termasuk Kota Tangerang mengingat sebagian besar pola pergerakan

    masyarakat daerah penyangga merupakan pelaku perjalanan komuter.

    Oleh karena itu Sistem Angkutan Umum Massal Kota Tangerang dapat

    memberikan peluang kemudahan berupa transportasi umum yang andal,

    dimana selain dapat menghubungkan kawasan permukiman di wilayah

    Kota Tangerang dengan pusat-pusat kegiatan lainnya secara aman,

    nyaman, tepat waktu dan teratur juga dapat terintegrasi dengan

    pelayanan angkutan massal di wilayah lainnya seperti Trans Jakarta.

    Pengembangan angkutan massal diharapkan selain dapat meningkatkan

    kualitas pelayanan transportasi umum, juga diharapkan dapat menekan

    biaya transportasi karena tarif yang dikenakan angkutan massal lebih

    rendah dibanding dengan angkutan non massal.

    Pengembangan potensi angkutan umum massal dengan sistem bus

    prioritas sangat memungkinkan dikembangkan di Kota Tangerang

    terutama di Koridor Jalan Daan Mogot Jalan Sudirman Jalan MH.

    Thamrin.

    Pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan dalam kota

    meliputi:

    a. Koridor CadasTerminal Poris Plawad;

    b. Koridor JatiuwungTerminal Poris Plawad;

    c. Koridor KarawaciTerminal Poris Plawad;

    d. Koridor CiledugTerminal Poris Plawad;

    e. Koridor Bandara Internasional Soekarno HattaTangerang; dan

  • f. Koridor yang menghubungkan antara koridor dalam kota.

    Namun demikian agar pengembangan sistem bus prioritas ini dapat

    dilaksanakan secara optimal, maka pengembangan sistem angkutan

    massal berbasis jalan yang terintegrasi dengan sistem angkutan umum

    massal JABODETABEK meliputi:

    a. Koridor Kalideres-Tangerang;

    b. Koridor Blok M-Ciledug; dan

    c. Koridor Tangerang-Harmoni melalui Jalan Frontage Tol Jakarta-

    Tangerang.

    Pengembangan sistem angkutan umum massal JABODETABEK dengan

    pertimbangan sebagai berikut:

    a. Pengembangan koridor dari Jakarta - Tangerang akan sangat

    mendudukkan wilayah Tangerang semakin strategis mengingat

    masyarakat Tangerang dapat diberikan kemudahan mencapai seluruh

    wilayah DKI Jakarta.

    b. Keberadaan sistem angkutan umum massal JABODETABEK

    memberikan daya tarik tersendiri pada sebagian penumpang komuter

    untuk melakukan transfer kendaraan umum yang pada akhirnya dapat

    mewujudkan sinergi antara sistem busway dengan trayek

    angkutan Kota Tangerang yang berorientasi di Terminal Poris

    Plawad sebagai trayek pengumpan jalur Busway (Feeder

    Busway) sehingga diharapkan penggunaan Terminal Poris Plawad

    sebagai central terminating menjadi lebih optimal.

    c. Sistem Pengembangan angkutan massal ke Kota Tangerang yang

    menyatu dengan sistem angkutan umum massal JABODETABEK

    akan menjadi lebih efisien mengingat bahwa penumpang dari

    Tangerang ke Jakarta atau sebaliknya dilakukan hanya sekali

    perjalanan.

    3.2.2. SISTEM JARINGAN PERKERETAPIAN

    Sistem jaringan jalur kereta api sebagai salah satu moda transportasi tidak

    dapat dipisahkan dari moda-moda transportasi lain. Transportasi sistem

    jaringan jalur kereta api, dibanding dengan transportasi jalan, mempunyai

    keunggulan tersendiri. Sistem jaringan jalur kereta api mempunyai

  • karakteristik pengangkutan secara massal dan memakai ruang secara lebih

    efisien. Karena itu, moda ini perlu lebih dikembangkan potensinya dan

    ditingkatkan peranannya sebagai penghubung antar wilayah dan sebagai

    penunjang, pendorong dan penggerak pembangunan demi peningkatan

    kesejahteraan masyarakat.

    Kota Tangerang dilalui jalur kereta api Tangerang (Pasar Anyar) Jakarta

    (Duri) sejauh 6,80 km. Optimalisasi penggunaan moda angkutan kereta api

    merupakan salah satu alternatif terbaik untuk mengatasi masalah kongesti

    lalu lintas jalan raya, di samping melakukan peningkatan kondisi jaringan

    jalan.

    Arahan pengembangan sistem jaringan jalur kereta api meliputi

    pengembangan jalur kereta api dalam skala regional, pengembangan jalur

    kereta api untuk keperluan penyelenggaraan kereta api bagi, serta

    pengembangan jalur kereta api baru. Sistem jaringan perkeretapian meliputi:

    a. jaringan jalur kereta api; dan

    b. prasarana perkeretaapian berupa stasiun kereta api.

    Jaringan jalur kereta api meliputi:

    a. peningkatan jalur kereta api jalur ganda Tangerang Jakarta;

    b. pengembangan jaringan jalur kereta api Tangerang Jakarta;

    c. pengembangan jalur kereta api Bandara Soekarno Hatta Jakarta;

    d. pengembangan jalur kereta api Bandara Soekarno Hatta Serpong; dan

    e. pengembangan prasarana dan sarana baru jaringan kereta api intra kota

    yang menghubungkan antar pusat pelayanan.

    Prasarana perkeretaapian berupa stasiun kereta api meliputi:

    a. pengembangan stasiun kereta api eksisting meliputi Stasiun Tangerang,

    Stasiun Tanah Tinggi, Stasiun Batuceper dan Stasiun Poris; dan

    b. pembangunan stasiun baru pada rencana pengembangan jalur kereta api

    di Kelurahan Panunggangan Barat dan di pusat-pusat pelayanan.

    3.2.3. SIMPUL TRANSPORTASI UDARA

    Simpul transportasi udara lebih diarahkan untuk meningkatkan interaksi antar

    kawasan, sehingga arahan pengembangan bandar udara di Kota Tangerang

    meliputi:

  • a. mendukung pengembangan Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta

    yang ditetapkan sebagai bandar udara pengumpul dengan skala

    pelayanan primer; dan

    b. penataan dan pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar kawasan

    Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta didasarkan pada batas

    kawasan kebisingan dan KKOP yang telah ditetapkan.

    Untuk mendukung kelancaran pergerakan orang dan barang dari dan ke Kota

    Tangerang dan sekitarnya dengan menggunakan Bandar Udara Soekarno-

    Hatta, maka yang diperlukan adalah rencana pembangunan jalan bebas

    hambatan dan jaringan jalur kereta api untuk meningkatkan aksesibilitas ke

    Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.

    3.3. SISTEM JARINGAN ENERGI DAN KELISTRIKAN

    Pengembangan sistem jaringan energi dan kelistrikan diarahkan agar terjamin

    keandalan dan kesinambungan penyediaannya. Sistem jaringan energi terdiri

    atas:

    a. jaringan pipa minyak dan gas bumi; dan

    b. jaringan tenaga listrik.

    Pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi terdiri atas:

    a. Pengembangan Rencana Wilayah Jaringan Distribusi Tangerang sesuai

    dengan Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi

    Nasional;

    b. pengembangan pelayanan energi gas untuk transportasi melalui

    pengadaan Stasiun Pengadaan Bahan Bakar Gas (SPBBG) pada jalan-

    jalan arteri dan kolektor;

    c. pengembangan energi alternatif bagi masyarakat dengan pendistribusian

    gas melalui perpipaan; dan

    d. penyediaan dan pemanfaatan jaringan pipa minyak dan gas bumi diatur

    lebih lanjut oleh penyelenggara minyak dan gas bumi.

    Penetapan rencana pelayanan kebutuhan prasarana listrik di masa

    mendatang perlu memperhatikan ketentuan penetapan jaringan kabel harus

    mengikuti koridor jalan utama maupun lingkungan, dan perkiraan kebutuhan

    listrik 5 10 tahun mendatang, dengan didasarkan pada kebutuhan sebagai

  • berikut:

    Diasumsikan tiap keluarga terdiri dari 4 5 jiwa

    Standar kebutuhan listrik antara 450 1200 watt untuk rumah tangga

    Standar kebutuhan kegiatan sosial dan ekonomi 250% dari kebutuhan

    rumah tangga

    Daya listrik untuk industri besarnya disesuaikan dengan kebutuhan.

    Pengembangan jaringan tenaga listrik dilakukan melalui:

    a. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik meliputi:

    - jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)

    dari Station PLN di Kembangan Jakarta Barat ke Kecamatan Karang

    Tengah Kecamatan Ciledug Kecamatan Pinang dan PLTU 3

    Banten ke Kecamatan Priuk Kecamatan Neglasari Kecamatan

    Batuceper Kecamatan Cipondoh Kecamatan Pinang Kecamatan

    Tangerang Kecamatan Cibodas Kecamatan Jatiueung;

    - Gardu Induk di Kelurahan Batujaya Kecamatan Batuceper, Gardu

    Induk di Kelurahan Cikokol Kecamatan Tangerang, Gardu Induk di

    Kelurahan Gandasari Kecamatan Jatiuwung, dan Gardu Induk di

    Kelurahan Periuk Jaya Kecamatan Periuk, pengadaan gardu

    distribusi di seluruh wilayah kota; dan

    - pengembangan jaringan transmisi bawah tanah.

    b. pemerataan pelayanan penerangan jalan umum pada seluruh lingkungan

    permukiman dan peningkatan kualitas penerangan jalan umum pada jalan

    protokol, jalan penghubung, taman serta pusat-pusat aktifitas masyarakat;

    c. penyediaan energi listrik alternatif yang berwawasan lingkungan dengan

    memanfaatkan tenaga surya, angin, dan sumber lainnya terutama untuk

    bangunan-bangunan dengan kebutuhan energi listrik yang besar; dan

    d. penyediaan dan pemanfaatan jaringan tenaga listrik diatur lebih lanjut

    oleh penyelenggara kelistrikan.

    Rencana sistem jaringan energi/kelistrikan wilayah Kota Tangerang

    digambarkan dalam peta Rencana Jaringan Transmisi dan Distribusi Jaringan

    Listrik Kota Tangerang sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.4.

  • Gambar 3.4 PETA RENCANA SISTEM JARINGAN KELISTRIKAN KOTA TANGERANG

  • 3.4. SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI

    Penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib menjamin terselenggaranya

    telekomunikasi melalui jaringan yang diselenggarakannya dengan kriteria

    sebagai berikut:

    a. Dalam penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, penyelenggara jaringan

    telekomunikasi wajib membangun dan atau menyediakan jaringan

    telekomunikasi;

    b. Penyelenggara jaringan telekomunikasi dalam membangun jaringan

    telekomunikasi wajib memenuhi ketentuan perundang-undangan yang

    berlaku;

    c. Penyelenggara jaringan telekomunikasi dalam membangun dan atau

    menyediakan jaringan telekomunikasi, wajib mengikuti ketentuan teknis

    dalam Rencana Dasar Teknis;

    d. Ketentuan mengenai Rencana Dasar Teknis ditetapkan sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi terdiri atas:

    a. pengembangan komunikasi sistem kabel, seluler dan satelit;

    b. arahan pengembangan prasarana telekomunikasi sebagaimana dimaksud

    pada huruf a, sebagai kebutuhan informasi tersebar di seluruh

    kecamatan;

    c. pengembangan jaringan telekomunikasi bawah tanah untuk menjaga dan

    meningkatkan kualitas ruang kota;

    d. pembangunan, penataan dan pengendalian menara telekomunikasi

    dengan sistem penggunaan menara bersama telekomunikasi (BTS) untuk

    mendukung efisiensi dan efektifitas pemanfaatan ruang yang diatur lebih

    lanjut dengan peraturan Walikota; dan

    e. ketentuan penggunaan frekuensi pemancar radio untuk menjamin

    kelancaran dan keamanan arus penerbangan ditetapkan sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

  • 3.5. SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR

    Sistem jaringan sumber daya air Kota Tangerang termasuk dalam Daerah

    Aliran Sungai (DAS) Cisadane, DAS Angke, dan DAS Cirarab. Sistem

    jaringan sumber daya air meliputi:

    a. wilayah sungai;

    b. situ;

    c. sistem jaringan irigasi;

    d. sistem jaringan air baku untuk air minum; dan

    e. sistem pengendali banjir.

    Pada wilayah Kota Tangerang terdapat beberapa wilayah sungai yang

    meliputi:

    a. wilayah sungai lintas provinsi terdiri atas Sungai Cisadane, Kali Angke,

    dan Saluran Pembuang Mookervart;

    b. wilayah sungai lintas kabupaten/kota terdiri atas Kali Cirarab, Kali Sabi,

    Kali Cantiga, dan Saluran Pembuang Perancis dan/atau Dadap; dan

    c. wilayah sungai dalam satu kota terdiri atas Kali Ledug, Kali Wetan, dan

    Saluran Pembuang Cipondoh.

    Sedangkan untuk situ di wilayah Kota Tangerang terdiri dari:

    a. Situ Cipondoh dengan luas kurang lebih 126,17 (seratus dua puluh enam

    koma tujuh belas) hektar;

    b. Situ Bulakan dengan luas kurang lebih 22 (dua puluh dua) hektar;

    c. Situ Gede dengan luas kurang lebih 5,07 (lima koma nol tujuh) hektar;

    d. Situ Cangkring dengan luas kurang lebih 5,17 (lima koma tujuh belas)

    hektar;

    e. Situ Bojong dengan luas kurang lebih 0,6(nol koma enam) hektar; dan

    f. Situ Kunciran dengan luas kurang lebih 0,3 (nol koma tiga) hektar.

    Sistem jaringan irigasi yang ada di Kota Tangerang terdiri dari daerah irigasi

    (DI) Cipondoh seluas kurang lebih 21 (dua puluh satu) hektar dan masih

    terdapat beberapa saluran irigasi utama yang terdiri dari:

    a. Saluran Induk Irigasi Cisadane Utara seluas kurang lebih 5,5 (lima koma

    lima) hektar;

    b. Saluran Induk Irigasi Cisadane Barat seluas kurang lebih 10,7 (sepuluh

    koma tujuh) hektar;

  • c. Saluran Induk Irigasi Cisadane Timur seluas kurang lebih 8,7 (delapan

    koma tujuh) hektar; dan

    d. Saluran Induk Tanah Tinggi seluas kurang lebih 4,5 (empat koma lima)

    hektar.

    Keberadaan saluran irigasi yang diarahkan untuk menunjang penyediaan air

    bagi lahan pertanian eksisting yang ada di Kota Tangerang dengan kriteria

    pengembangan sistem jaringan irigasi adalah:

    a. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan

    pendayagunaan sumber daya air yang didasarkan pada keterkaitan antara

    air hujan, air permukaan, dan air tanah secara terpadu dengan

    mengutamakan pendayagunaan air permukaan.

    b. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan

    prinsip satu sistem irigasi satu kesatuan pengembangan dan pengelolaan,

    dengan memperhatikan kepentingan pemakai air irigasi dan pengguna

    jaringan irigasi di bagian hulu, tengah, dan hilir secara selaras.

    c. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang dilaksanakan oleh

    pemerintah wajib melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan

    mengutamakan kepentingan dan peran serta masyarakat.

    Sistem jaringan air baku untuk air minum di wilayah Kota Tangerang meliputi

    Sungai Cisadane, Kali Angke, Saluran Induk Cisadane Timur, Saluran Induk

    Cisadane Barat, Saluran Induk Tanah Tinggi, Situ Cipondoh, Situ Bulakan,

    dan tandon air yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan.

    Sedangkan untuk sistem pengendali banjir di wilayah Kota Tangerang

    meliputi:

    a. normalisasi aliran sungai, kali, dan saluran pembuang;

    b. normalisasi dan/atau pengerukan situ;

    c. penataan dan/atau pelebaran sungai, kali dan saluran pembuang;

    d. penurapan dan pompanisasi sungai, kali, dan saluran pembuang; dan

    e. pembuatan polder dan/atau tandon air dan/atau kolam resapan dan

    sumur resapan di seluruh wilayah kota.

    Arahan pemanfaatan ruang pada wilayah di sekitar sungai, situ/rawa, dan

    saluran irigasi sebagai ruang terbuka dan jalur hijau utama kota untuk

    menjamin keseimbangan ekologi kota. Rencana sistem jaringan sumber daya

  • air wilayah Kota Tangerang dilengkapi dengan peta Rencana Sistem Jaringan

    Sumber Daya Air Kota Tangerang sebagaimana dapat dilihat pada Gambar

    3.5.

    3.6. SISTEM INFRASTRUKTUR PERKOTAAN

    Sistem infrastruktur perkotaan di wilayah Kota Tangerang meliputi:

    a. sistem penyediaan air minum;

    b. sistem pengelolaan air limbah;

    c. sistem persampahan;

    d. sistem drainase;

    e. penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan

    pejalan kaki;

    f. penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalur

    sepeda;

    g. jalur evakuasi bencana;

    h. sistem proteksi kebakaran; dan

    i. sistem perparkiran.

    3.6.1. SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

    Air minum merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, demikian

    pula dengan kota Tangerang. Warga kota harus dapat mengakses air minum

    dengan harga yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan

    menengah ke bawah. Pemerintah Kota Tangerang perlu mengupayakan

    ketersediaan air minum guna memenuhi kebutuhan warganya. Untuk itu perlu

    menyusun rencana sebaik mungkin. Hal utama dalam penyediaan air minum

    adalah ketersediaan sumber air baku yang tersedia di kota Tangerang atau

    daerah terdekat. Sumber air yang dapat digunakan untuk air minum adalah

    mata air, namun tidak tersedia di daerah Tangerang. Yang ada adalah

    sumber air baku dari sungai Cisadane dan Situ-situ. Salah satu yang dapat

    dijadikan sumber air baku adalah air dari bendungan Karian dengan

    pengolahan penjernihan air di Parung Panjang. Air tanah tidak disarankan

    untuk diambil, apalagi dalam jumlah yang besar, karena akan merusak

    lingkungan.

  • Gambar 3.5 PETA RENCANA SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR KOTA TANGERANG

  • Kriteria pengembangan sistem prasarana air minum adalah sebagai berikut:

    a. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dan swasta selain pemerintah

    dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan prasarana air bersih.

    b. Melindungi masyarakat berpendapatan rendah melalui subsidi,

    peningkatan blok tarif, hibah dan insentif lain yang bisa meningkatkan

    penyediaan air bersih.

    c. Memperkuat kapasitas komunitas untuk meningkatkan sumber financial,

    manajemen air dan penyediaan fasilitas air bersih.

    d. Rehabilitasi dan perlindungan air yang didasarkan pada ekosistem untuk

    memperbaiki kualitas dan kuantitas sumber air.

    e. Penyediaan prasarana air bersih dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    Sistem penyediaan air minum di wilayah Kota Tangerang meliputi:

    a. jaringan perpipaan; dan

    b. jaringan non-perpipaan.

    Pengembangan sistem penyediaan air minum jaringan perpipaan di wilayah

    Kota Tangerang meliputi:

    a. pengembangan penyediaan air minum dilakukan untuk memenuhi

    cakupan pelayanan minimal 80 (delapan puluh) persen dari seluruh

    jumlah penduduk;

    b. pengembangan unit air baku yang memanfaatkan air permukaan

    bersumber sungai, situ, dan tandon, meliputi Sungai Cisadane, Saluran

    Induk Cisadane Timur di Kecamatan Benda dan Batuceper, Saluran Induk

    Tanah Tinggi, Suplesi Bendung Nerogtog Kali Angke, dan Situ Cipondoh

    di Kecamatan Cipondoh dan Saluran Induk Cisadane Barat dan Situ

    Bulakan di Kecamatan Periuk;

    c. pengembangan unit produksi dan sistem distribusi yang disesuaikan

    dengan wilayah layanan dengan mempertimbangkan optimasi ruang,

    efisiensi dan efektifitas pelayanan;

    d. pengembangan sistem penyediaan air minum dilakukan menurut tiga

    zona pelayanan terdiri atas:

    1. Zona Riungdaperuk meliputi Kecamatan Neglasari, Kecamatan

    Jatiuwung, Kecamatan Benda dan Kecamatan Periuk;

  • 2. Zona Karpiladug meliputi Kecamatan Karang Tengah, Kecamatan

    Pinang, Kecamatan Larangan, dan Kecamatan Ciledug; dan

    3. Zona Ciptawadas meliputi Kecamatan Cipondoh, Kecamatan

    Tangerang, Kecamatan Karawaci, dan Kecamatan Cibodas;

    e. pengembangan sistem penyediaan air minum sebagaimana dimaksud

    pada huruf d terdiri atas jaringan distribusi primer, jaringan distribusi

    sekunder dan jaringan retikulasi yang pengembangannya diintegrasikan

    dengan sistem jaringan jalan dan saluran;

    f. pengembangan unit pelayanan dilakukan dengan mempertimbangkan

    optimasi ruang, efisiensi dan efektifitas pelayanan; dan

    g. pengembangan unit pengelolaan berupa bangunan gedung kantor

    dilakukan dengan mempertimbangkan optimasi ruang, efisensi dan

    efektifitas pelayanan.

    Pengembangan sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan di

    wilayah Kota Tangerang meliputi:

    a. sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan hanya dilakukan

    pada wilayah yang belum terlayani oleh Sistem Penyediaan Air Minum

    (SPAM) perpipaan;

    b. sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan dilakukan dalam

    bentuk individual, komunal, dan komunal khusus; dan

    c. sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan berbentuk

    individual, komunal, dan komunal khusus dilakukan dengan

    mempertimbangkan optimasi spasial, efektifitas dan efisiensi.

    Rencana pengembangan pelayanan jaringan air minum dilengkapi dengan

    peta Rencana Pengembangan Pelayanan Jaringan Air Minum Kota

    Tangerang sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.6.

    3.6.2. SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH

    Sistem pengelolaan air limbah di wilayah Kota Tangerang meliputi:

    a. air limbah domestik;

    b. air limbah industri; dan

    c. air limbah kegiatan lainnya.

  • Gambar 3.6 PETA RENCANA JARINGAN PENYEDIAAN AIR MINUM KOTA TANGERANG

  • Kriteria pengembangan sistem pengelolaan air limbah adalah:

    a. Pengembangan prasarana air limbah diarahkan untuk meminimalkan

    tingkat pencemaran pada badan air dan air tanah, serta meningkatkan

    sanitasi kota melalui pemisahan antara sistem jaringan air limbah

    domestik, air limbah industri dan air limbah rumah sakit dan sistem

    drainase;

    b. Pengembangan prasarana air limbah diarahkan untuk mencapai

    integrasi antara rencana penyediaan air bersih dengan pengelolaan

    limbah sehingga setiap limbah yang dihasilkan dari pemanfaatan air

    bersih dapat langsung terkelola dengan baik.

    c. Pembangunan prasarana air limbah domestik skala komunitas berbasis

    masyarakat diarahkan pada kawasan kumuh perkotaan, masyarakat

    pendapatan rendah dan rawan sanitasi.

    d. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam upaya

    pengembangan sistem pengelolaan air limbah di permukiman dan

    kawasan industri dan rumah sakit.

    e. Pelaksanaan penanganan air limbah dilaksanakan sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pengelolaan air domestik yang berasal dari kakus (black water) penduduk

    Kota Tangerang sebagian besar adalah dengan menggunakan pengolahan

    setempat (on site), yaitu berupa tangki septik dan sistem peresapan di

    halaman rumahnya. Sedangkan untuk air limbah yang berasal dari mandi,

    cuci dan dapur (grey water), umumnya dibuang langsung ke saluran

    drainase yang ada di depan rumah. Namun sebagian masyarakat juga

    masih melakukan pembuangan air limbah langsung ke badan air seperti

    sungai dan situ, terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan

    tersebut.

    Sistem pengelolaan air limbah domestik yang akan dikembangkan di wilayah

    Kota Tangerang meliputi:

    a. pengembangan prasarana air limbah domestik terdiri atas

    pengembangan prasarana limbah yang dihasilkan oleh kegiatan di

    kawasan perumahan, permukiman, dan kawasan perdagangan dan jasa;

  • b. pengembangan sistem prasarana air limbah domestik diarahkan untuk

    pengembangan sistem sanitasi setempat dengan pengendalian yang

    memadai;

    c. peningkatan kualitas dan pengembangan pelayanan prasarana air

    limbah domestik sistem sanitasi terpusat yang telah ada meliputi IPAL

    TanahTinggi, IPLT Bawang, dan Kolam Oksidasi Perumnas 1;

    d. peningkatan akses pelayanan air limbah domestik hingga mencapai

    cakupan pelayanan minimal 80 (delapan puluh) persen dari seluruh

    jumlah penduduk dengan memprioritaskan penggunaan sistem terpusat

    dan sistem setempat; dan

    e. penurunan beban pencemaran limbah cair domestik pada anak sungai

    maupun saluran pembuang sebelum masuk ke badan air penerima

    dengan membuat instalasi pengolahan limbah domestik dengan

    menggunakan tanaman hias (ecotech garden).

    Ecotech garden adalah suatu inovasi dalam mengolah limbah domestik

    greywater maupun effluen tangki septik dengan menggunakan tanaman

    hias yang diprakarsai oleh Ir. Ratna Hidayat. Greywater adalah limbah

    rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi,

    dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. Sistem ini menggunakan selokan

    terbuka yang ditanami tanaman hias seperti, Melati air, Kana (bunga

    Tasbeh), Arrowhead Sagita Japanica, dan lain-lain yang dapat

    menurunkan kandungan BOD, COD bahkan Phospat. Selain

    menurunkan beban pencemar, sistem ini juga menambah keindahan

    karena membuat kesan dekoratif. Sistem ini sudah diterapkan di

    Komplek Perumahan Bumi Asri Padasaka sejak tahun 2005.

    Sistem pengelolaan air limbah industri yang akan dikembangkan di wilayah

    Kota Tangerang meliputi:

    a. pemenuhan standar buangan yang sesuai dengan baku mutu air limbah

    industri;

    b. untuk industri skala besar dan menengah, pengembangan pengolahan

    air limbah dilakukan secara sistem sanitasi setempat dengan teknologi

    yang lebih maju yang dibarengi dengan pengurangan beban

    pencemaran air limbah dan penerapan prinsip-prinsip teknologi bersih;

  • c. untuk industri kecil dan industri rumah tangga, dilaksanakan dengan

    pembuatan instalasi pengolahan limbah secara komunal dengan

    membentuk cluster atau kampung-kampung industri yang mempunyai

    karakteristik limbah yang relatif sama;

    d. pembuatan instalasi pengolahan air limbah industri secara terpadu dapat

    dikembangkan dengan cara mendorong pihak swasta dan masyarakat

    dengan sistem:

    1. pelayanan dilaksanakan dengan sistem gabungan antara sistem

    perpipaan dan pengangkutan secara manual dengan menggunakan

    truk tanki;

    2. pemilihan industri yang akan dilayani didasarkan pada kuantitas dan

    karakteristik buangan yang dihasilkan;

    3. pengembangan prasarana limbah industri terpusat untuk mencegah

    pencemaran tanah dan sumber air melalu sistem jaringan perpipaan

    tertutup dengan sistem cluster, dengan rincian sebagai berikut:

    - IPAL Terpusat 1 yang melayani Cluster 1 yaitu industri yang

    berada di daerah sekitar Kali Sabi dan Sungai Cirarab yang

    berdekatan dengan Sungai Cisadane sebelah selatan;

    - IPAL Terpusat 2 yang melayani Cluster 2 yaitu industri yang

    berada di daerah sekitar Saluran Mookervart yang berdekatan

    dengan Sungai Cisadane sebelah utara

    Sistem pengelolaan limbah limbah cair lainnya yang akan dikembangkan di

    wilayah Kota Tangerang meliputi pemenuhan yang sesuai dengan baku

    mutu air limbah bagi kegiatan rumah sakit, hotel dan limbah domestik dari

    kegiatan/dan atau usaha seperti mall, apartemen, restoran, dengan

    pengolahan sistem sanitasi setempat instalasi pengolahan air limbah dan

    penerapan prinsip-prinsip teknologi bersih. Sistem pengelolaan air limbah

    Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diatur sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    Rencana sistem pengelolaan air limbah Kota Tangerang dijelaskan lebih

    rinci dalam peta Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah sebagaimana

    dapat dilihat pada Gambar 3.7.

  • Gambar 3.7 PETA RENCANA PENGELOLAAN AIR LIMBAH KOTA TANGERANG

  • 3.6.3. SISTEM PERSAMPAHAN

    Sampah adalah pencerminan wajah kota. Kota yang bersih tanpa terlihat

    sampah, akan meningkatkan citra sebuah kota. Untuk memperoleh citra

    tersebut, perlu disusun rencana sebagai berikut:

    a. Pengelolaan angkutan sampah dari sumbernya (perumahan/industri/

    pertokoan) ke tempat pembuangan akhir.

    b. Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir.

    c. Pengolahan sampah menjadi barang bernilai ekonomis, antara lain

    dengan memproduksi gas metane dari sampah organik selain pembuatan

    kompos

    d. Pengurangan Volume Sampah

    Kriteria pengembangan sistem persampahan adalah:

    a. Sistem pengelolaan persampahan diselenggarakan berdasarkan asas

    tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas

    kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan

    asas nilai ekonomi.

    b. Pengembangan persampahan diarahkan untuk meminimalkan volume

    sampah sejak dari sumbernya dan pengembangan prasarana pengolahan

    sampah dengan teknologi yang tepat guna dan berwawasan lingkungan.

    c. Mendorong penggunaan bahan produksi yang menimbulkan sampah

    sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau

    mudah diurai oleh proses alam.

    d. Pelaksanaan penanganan sampah dilaksanakan sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Rencana pengembangan sistem persampahan di wilayah Kota Tangerang

    meliputi:

    a. peningkatan akses pelayanan pengelolaan persampahan hingga

    mencapai cakupan minimal 80 (delapan puluh) persen dari seluruh jumlah

    penduduk;

    b. pengembangan usaha pemilahan dan minimalisasi sampah dengan

    pemanfaatan kembali oleh masyarakat secara swadaya melalui program

    pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau

  • pemanfaatan kembali sampah maupun dengan mengundang investor

    pemanfaat sampah;

    c. upaya pengurangan timbulan sampah terdiri atas:

    1. penetapan target pengurangan sampah secara bertahap dalam

    jangka waktu tertentu;

    2. penerapan teknologi yang ramah lingkungan;

    3. kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan

    4. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.

    d. mengoptimalkan pemanfaatan TPA sampah Rawa Kucing dengan

    teknologi yang tepat guna dan berwawasan lingkungan;

    e. pengadaan lokasi tempat penampungan sementara (TPS) terpadu pada

    setiap kelurahan;

    f. pengembangan prasarana pemrosesan sampah yang memiliki

    kandungan bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan teknologi dan

    metode pemrosesan yang sesuai dengan peraturan perundangan; dan

    g. meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dan swasta dalam

    upaya pengembangan sistem pengelolaan persampahan kota dengan

    teknologi yang berwawasan lingkungan.

    Rencana pengembangan sistem persampahan Kota Tangerang dijelaskan

    lebih rinci dalam peta Rencana Sistem Persampahan sebagaimana dapat

    dilihat pada Gambar 3.8.

    3.6.4. SISTEM DRAINASE

    Kriteria pengembangan sistem drainase adalah sebagai berikut:

    a. Pengembangan penanganan genangan melalui pembangunan sistem

    drainase perkotaan yang terintegrasi dengan prasarana dan sarana kota

    lainnya dengan prinsip terdesentralisir, efisien, efektif dan terpadu.

    b. Pengembangan sistem jaringan drainase harus terpisah dengan sistem

    jaringan air limbah karena dapat membawa pada penurunan kualitas air

    permukaan.

    c. Pengembangan sistem drainase harus menggunakan pendekatan sistem

    penanganan dari hulu ke hilir, tidak secara parsial dengan memperhatikan

    debit banjir rencana.

  • Gambar 3.8 PETA RENCANA SISTEM PERSAMPAHAN KOTA TANGERANG

  • d. Pengembangan sistem jaringan drainase perkotaan yang mengarah pada

    konservasi air dan berlandaskan konsep drainase yang berwawasan

    lingkungan yaitu konsep tanpa peningkatan run-off (zero delta Q) melalui

    upaya menahan air hujan sebanyak-banyaknya sebelum akhirnya masuk

    ke badan air penerima seperti rawa/situ, tandon air, dan sumur resapan.

    Rencana pengembangan sistem drainase di wilayah Kota Tangerang adalah

    sebagai berikut:

    a. penataan kembali sempadan sungai dan situ sejalan dengan penataan

    sungai dan situ menurut fungsinya yaitu sebagai pengendali banjir,

    drainase, dan penggelontor;

    b. pembangunan, peningkatan dan pengembangan fungsi situ, tandon air,

    kolam resapan dan sumur resapan sebagai lokasi tempat penampungan

    air terutama di bagian hulu dan daerah cekungan secara terbatas dan

    lahan terbuka;

    c. pengembangan drainase diarahkan sebagai saluran air hujan yang

    merupakan saluran drainase utama sungai, drainase lingkungan, dan

    drainase jalan; dan

    d. pembangunan polder dan/atau tandon dan/atau kolam dan sumur

    resapan yang terintegrasi dengan sistem drainase lingkungan perumahan

    dan pengembangan kawasan.

    Strategi pengembangan sistem drainase kota meliputi:

    a. sistem jaringan drainase kota terdiri atas jaringan drainase makro dan

    mikro;

    b. jaringan drainase makro sebagaimana dimaksud pada huruf a merupakan

    bagian dari sistem pada masing-masing DAS di Kota Tangerang; dan

    c. jaringan drainase mikro sebagaimana dimaksud pada huruf b terdiri dari

    drainase primer, sekunder, dan tersier yang ditetapkan dengan

    menggunakan pendekatan sub DAS pada masing-masing kecamatan di

    Kota Tangerang.

    Rencana sistem jaringan drainase wilayah Kota Tangerang digambarkan

    dalam peta Rencana Jaringan Drainase Kota Tangerang sebagaimana dapat

    dilihat pada Gambar 3.9.

  • Gambar 3.9 PETA RENCANA SISTEM DRAINASE KOTA TANGERANG

  • 3.6.5. PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN PRASARANA DAN SARANA JARINGAN JALAN PEJALAN KAKI

    Skenario pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki

    untuk Kota Tangerang adalah memposisikan prasarana dan sarana jaringan

    jalan pejalan kaki sebagai kepanjangan dari sistem angkutan umum berjadwal

    dan memiliki rute tetap. Pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan

    pejalan kaki di sini tidak akan (tidak perlu) mengubah tatanan dan pengaturan

    pemanfaatan ruang yang sudah ditetapkan.

    Rencana pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki

    Kota Tangerang tahun 2010-2030, dengan lebar sekurang-kurangnya 2 (dua)

    meter adalah untuk mendukung pengembangan prasarana dan sarana

    jaringan jalan pejalan kaki di kawasan pusat kota dan sub pusat kota.

    Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan

    kaki meliputi:

    a. trotoar;

    b. penyeberangan sebidang berupa tempat penyeberangan yang dinyatakan

    dengan marka jalan dan atau rambu lalu lintas serta dapat didukung

    dengan lampu lalu lintas; dan

    c. penyeberangan tidak sebidang berupa jembatan penyeberangan atau

    terowongan penyeberangan.

    Rencana pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki

    meliputi:

    a. Rencana peningkatan fasilitas pedestrian/trotoar yang sudah ada di jalan-

    jalan di kawasan pusat kota dan sub pusat kota, yang menghubungkan

    antar kawasan fungsional di pusat kota utamanya kawasan perdagangan,

    perkantoran, sekolah dan rekreasi/wisata, serta mengkaitkannya dengan

    lokasi-lokasi perhentian angkutan umum (halte).

    b. Rencana peningkatan fasilitas pedestrian/trotoar yang sudah ada di jalan-

    jalan di luar kawasan pusat kota, yang menghubungkan antar kawasan

    fungsional sekitar utamanya kawasan perumahan, sekolah dan

    rekreasi/wisata, serta mengkaitkannya dengan tempat perhentian

    angkutan umum (halte).

    c. Rencana pengembangan jalur pedestrian/trotoar yang baru di jalan-jalan

    di kawasan pusat kota, sub pusat kota, dan di luar kawasan pusat kota

  • meliputi:

    - Penyediaan lahan bagi jalur pedestrian dilakukan dengan cara melalui

    pembebasan lahan pekarangan/bangunan dan membangun trotoar

    jalan.

    - Penyediaan lahan bagi jalur pedestrian yang baru dapat dilakukan

    bersamaan dengan rencana peningkatan jalan (rencana-rencana

    pelebaran jalan yang telah disusun oleh Pemerintah Kota Tangerang).

    d. penyediaan penyeberangan sebidang ditempatkan pada kaki

    persimpangan yang dikendalikan dengan lampu lalu lintas atau tanpa

    lampu lalu lintas serta pada ruas jalan yang memiliki tingkat penyeberang

    jalan yang tinggi;

    e. penyediaan penyeberangan tidak sebidang ditempatkan pada lokasi

    rawan kecelakaan bagi pejalan kaki, lokasi dengan volume arus lalu lintas

    dan pejalan kaki yang menyeberang tinggi serta lokasi penyeberangan

    sebidang yang tersedia sudah mengganggu lalu lintas yang ada;

    f. penyediaan jalur pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c,

    d, dan e tetap mempertimbangkan segi keselamatan, keamanan,

    kenyamanan dan kelancaran dengan memperhatikan bagi penyandang

    cacat serta terintegrasi dengan sistem transportasi lainnya.

    3.6.6. PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN PRASARANA DAN SARANA

    JARINGAN JALUR SEPEDA

    Pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalur sepeda di wilayah Kota

    Tangerang meliputi:

    a. koridor primer yang meliputi koridor Sungai Cisadane, koridor Hasyim

    Ashari Cisadane Sudirman dan koridor Gatot Subroto Merdeka

    Cisadane;

    b. koridor sekunder yang meliputi koridor Daan Mogot Cisadane, koridor

    Ciledug Hasyim Ashari, koridor Cikokol Cisadane dan koridor Kian

    Santang Gandasari; dan

    c. penyediaan jalur sepeda sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b

    tetap mempertimbangkan segi keselamatan, keamanan, kenyamanan dan

    kelancaran dengan memperhatikan bagi penyandang cacat serta

    terintegrasi dengan sistem transportasi lainnya.

  • Pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalur sepeda digambarkan

    dalam peta Rencana Pengembangan Jalur Sepeda sebagaimana dapat

    dilihat pada Gambar 3.10.

    3.6.7. JALUR EVAKUASI BENCANA

    Jalur evakuasi bencana meliputi escape way dan melting point. Jalan-jalan

    yang ditetapkan sebagai jalur penyelamatan (escape way) meliputi jalan-jalan

    lingkungan perumahan dan jalan protokol di sekitar wilayah rawan banjir yang

    mengarah ke tempat-tempat penampungan terdiri atas:

    a. ruas jalan-jalan di lingkungan perumahanJalan KH. Hasyim Ashari di

    Kecamatan Pinang, Kecamatan Karang Tengah, dan Kecamatan Ciledug;

    b. ruas jalan-jalan di lingkungan perumahan Jalan Kali Sabi Jalan Gatot

    Subroto Jalan Dipati Ukur di Kecamatan Cibodas;

    c. ruas jalan-jalan di lingkungan perumahan Jalan Vila Tangerang Raya

    Jalan Doyong Jalan M. Toha di Kecamatan Periuk;

    d. ruas jalan-jalan di lingkungan perumahan Jalan M. Toha Jalan Benua

    Indah Jalan Aria Wasangkara di Kecamatan Karawaci.

    Kawasan ruang bencana ditetapkan pada balai warga, sarana peribadatan,

    serta ruang terbuka berupa lapangan atau ruang-ruang lainnya yang dapat

    berubah fungsi menjadi melting point ketika bencana terjadi yang meliputi:

    a. Kecamatan Pinang di Kelurahan Pinang dan Kelurahan Sudimara Pinang;

    b. Kecamatan Karang Tengah di Kelurahan Pedurenan;

    c. Kecamatan Ciledug di Kelurahan Sudimara Selatan;

    d. Kecamatan Periuk di Kelurahan Gembor, Kelurahan Periuk, Kelurahan

    Gebang Raya; Kelurahan Periuk Jaya, dan Kelurahan Sangiang Jaya;

    e. Kecamatan Karawaci di Kelurahan Nambo Jaya; dan

    f. Kecamatan Cibodas di Kelurahan Uwung Jaya dan Kelurahan Jatiuwung.

    Ruang terbuka yang dapat berubah fungsi menjadi ruang evakuasi bencana

    dilengkapi dengan standar pelayanan minimum prasarana pendukung ruang

    evakuasi.

    Jalur evakuasi bencana digambarkan dalam peta Jalur Evakuasi Bencana

    Kota Tangerang sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.11.

  • Gambar 3.10 PETA RENCANA PENGEMBANGAN JALUR SEPEDA KOTA TANGERANG

  • Gambar 3.11 PETA JALUR EVAKUASI BENCANA KOTA TANGERANG

  • 3.6.8. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

    Pengembangan sistem proteksi kebakaran dimaksudkan untuk mencegah

    dan menanggulangi kebakaran dalam lingkup kota, lingkungan, dan

    bangunan. Sistem proteksi kebakaran mencerminkan layanan yang disepakati

    oleh pemangku kepentingan yang meliputi layanan:

    a. pecegahan kebakaran;

    b. pemberdayaan peran masyarakat;

    c. pemadam kebakaran; dan

    d. penyelamatan jiwa dan harta benda.

    Pengembangan sistem proteksi kebakaran meliputi:

    a. peningkatan dan pengembangan prasarana dan sarana proteksi

    kebakaran di seluruh wilayah kecamatan; dan

    b. penempatan lokasi hidran kebakaran yang tersebar di setiap

    persimpangan jalan utama di seluruh wilayah kota dan fasilitas umum

    kota.

    Sistem proteksi kebakaran akan diatur lebih lanjut dalam Rencana Induk

    Sistem Proteksi Kebakaran Kota Tangerang.

    3.6.9. SISTEM PERPARKIRAN

    Pengembangan sistem perparkiran meliputi:

    a. penyediaan parkir di luar badan jalan, untuk kegiatan perdagangan dan

    jasa, perkantoran, industri dan pergudangan dan kegiatan pelayanan

    umum meliputi area parkir, taman parkir dan gedung parkir;

    b. pembatasan dan penataan parkir pada jalan di kawasan pasar lama;

    c. penyediaan fasilitas parkir kendaraan pribadi dengan konsep park and

    ride untuk berpindah angkutan di terminal dan di stasiun. Konsep park

    and ride adalah batas/tempat dimana pengendara roda dua dan empat

    dapat menitipkan/memarkir kendaraannya untuk selanjutnya

    menggunakan angkutan massal ke tempat tujuannya; dan

    d. jumlah minimal parkir yang harus disediakan pada setiap jenis kegiatan

    yang menimbulkan bangkitan perjalanan sesuai dengan ketentuan yang

    berlaku.