Upload
fahmi-n-s
View
75
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
STRUKTUR RUANG
Citation preview
Dalam Sistem Perkotaan Nasional, Kota Tangerang ditetapkan sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) sebagaimana yang dikemukakan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional yang telah ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008. Penetapan Kota Tangerang sebagai PKN ini sudah tertuang
di dalam Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang serta Rencana Struktur Ruang
Wilayah Provinsi yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi Banten Tahun 2010-2030.
Beberapa faktor yang mendasari penetapan Kota Tangerang sebagai PKN tersebut
adalah:
a. Kota Tangerang sebagai bagian dari Kawasan Megapolitan Jabodetabek;
b. Kota Tangerang sebagai pintu gerbang provinsi dari segi transportasi udara;
c. Kota Tangerang sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang
menuju kawasan internasional karena adanya Bandar Udara Internasional
Soekarno-Hatta; dan
d. Fungsi Kota Tangerang yang diarahkan untuk kegiatan perumahan,
perdagangan dan jasa skala nasional, industri nonpolutan dan berorientasi pasar,
dan difungsikan sebagai pusat pengembangan kegiatan ekonomi unggulan.
Rencana struktur ruang wilayah Kota Tangerang meliputi:
a. sistem pusat pelayanan;
b. sistem jaringan transportasi;
c. sistem jaringan energi dan kelistrikan;
d. sistem jaringan telekomunikasi;
e. sistem jaringan sumber daya air; dan
f. sistem infrastruktur perkotaan.
Rencana struktur ruang wilayah kota digambarkan dalam peta Rencana Struktur
Ruang Kota Tangerang sebagaimana terlihat pada gambar 3.1.
Gambar. 3.1. PETA RENCANA STRUKTUR RUANG KOTA TANGERANG
3.1. SISTEM PUSAT PELAYANAN
Rencana sistem pusat pelayanan dimaksudkan untuk memperjelas hirarki
kota sesuai dengan struktur kota yang ditetapkan sehingga diperoleh suatu
sistem pemanfaatan ruang yang optimal untuk setiap bagian kota. Dalam
realitanya, pengembangan sistem pusat pelayanan akan mempermudah
masyarakat kota untuk mendapatkan pelayanan sarana dan prasarana
perkotaan.
Pembagian sistem pusat pelayanan dilakukan atas dasar pertimbangan
sebagai berikut :
Fungsi Kota Tangerang yang diarahkan untuk kegiatan perumahan,
perdagangan dan jasa skala nasional, industri nonpolutan dan berorientasi
pasar, dan difungsikan sebagai pusat pengembangan kegiatan ekonomi
unggulan.
Penetapan Kota Tangerang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
dalam Rencana Sistem Perkotaan Nasional
Jangkauan pelayanan secara fungsional
Aksesibilitas antar kawasan dan antar wilayah
Kelengkapan dan pemusatan sarana dan prasarana
Efisiensi pemanfaatan lahan
Dalam pengembangan ke depannya, Sistem Pusat Pelayanan Kota
Tangerang 20 tahun depan, dimana direncanakan 4 Pusat Pelayanan Kota
(PPK), 3 Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK), dan 6 Pusat Lingkungan (PL).
Pusat pelayanan kota meliputi:
a. PPK I sebagai Pusat Kota Baru memiliki fungsi sebagai pusat
pemerintahan, perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional
ditetapkan di Kecamatan Tangerang;
b. PPK II memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa dengan skala
pelayanan regional dan perumahan kepadatan menengah tinggi
ditetapkan di Kecamatan Cibodas;
c. PPK III memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa dengan skala
pelayanan regional dan perumahan kepadatan menegah rendah
ditetapkan di Kecamatan Pinang; dan
d. PPK IV memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa dengan skala
pelayanan regional dan perumahan kepadatan menengah rendah
ditetapkan di Kecamatan Cipondoh.
PPK dikembangkan dengan konsep green heart yaitu jantung kota yang
hijau. Konsep green heart ini diharapkan akan menjadi citra baru bagi Kota
Tangerang, yang benar-benar menanamkan konsep back to nature. Program
green heart adalah sebuah upaya dalam mewujudkan kota yang hijau dan
rindang, penuh pepohonan serta sehat yang merupakan bentuk komitmen
Pemerintah Kota Tangerang dalam meningkatkan kualitas lingkungan. Kota
hijau, merupakan konsep pembangunan yang pro-lingkungan dimana di
dalam perwujudannya, dibutuhkan kepedulian dari seluruh lapisan
masyarakat.
Subpusat Pelayana Kota meliputi:
a. SPPK I memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa, perumahan
kepadatan menegah, perumahan kepadatan tinggi, industri
konveksi/tekstil skala kecil dan rumah tangga ditetapkan di Kecamatan
Ciledug;
b. SPPK II memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa, perumahan
kepadatan menengah tinggi, dan industri terpadu berwawasan lingkungan
ditetapkan di Kecamatan Periuk; dan
c. SPPK III memiliki fungsi sebagai penunjang kegiatan Bandar Udara
Internasional Soekarno Hatta, industri kecil dan menengah yang ramah
lingkungan, dan perumahan kepadatan rendah ditetapkan di Kecamatan
Benda.
Pusat lingkungan meliputi:
a. PL I ditetapkan di Kelurahan Kreo Kecamatan Larangan;
b. PL II ditetapkan di Kelurahan Karang Mulya Kecamatan Karang Tengah;
c. PL III ditetapkan di Kelurahan Batuceper Kecamatan Batuceper;
d. PL IV ditetapkan di Kelurahan Neglasari Kecamatan Neglasari;
e. PL V ditetapkan di Kelurahan Cimone Kecamatan Karawaci; dan
f. PL VI ditetapkan di Kelurahan Jatake Kecamatan Jatiuwung.
Untuk lebih jelas mengenai sistem pusat pelayanan Kota Tangerang dapat
dilihat pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.2.
Tabel 3.1 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PUSAT PELAYANAN KOTA TANGERANG
No.
PUSAT PELAYANAN /
SUB PUSAT PELAYANAN /
UNIT LINGKUNGAN
FUNGSI SKALA
PELAYANAN
A. PUSAT KOTA
1. PUSAT KOTA BARU Pusat pemerintahan Kota Tangerang
Pusat Perdagangan dan Jasa
Perkantoran
Permukiman
Regional & Kota
2. PUSAT KOTA LIPPO KARAWACI UTARA
Perkantoran
Pusat perdagangan dan jasa
Permukiman
Regional & Kota
3. PUSAT KOTA ALAM SUTRA Perkantoran
Pusat perdagangan dan jasa
Permukiman
Regional & Kota
4. PUSAT KOTA CIPONDOH Perkantoran
Pusat perdagangan dan jasa
Permukiman
Regional & Kota
B. SUB PUSAT KOTA
1. CILEDUG Perdagangan dan Jasa
Permukiman
Kota dan Lokal
2. PERIUK Perdagangan dan jasa
Permukiman
Industri Non Polutan
Kota dan Lokal
3. BENDA Perdagangan dan Jasa
Permukiman
Pergudangan dan Industri ringan non polutan
Regional & Kota
C. PUSAT LINGKUNGAN
1. KARAWACI Permukiman
Perdagangan dan Jasa
Industri eksisting
Kota dan Lokal
Regional
2. BATUCEPER Permukiman
Perdagangan dan jasa
Industri non polutan
Kota dan Lokal
Regional
3. NEGLASARI Perdagangan dan jasa
Permukiman
Industri ringan non polutan dan pergudangan
Kota dan lokal
4. LARANGAN Permukiman
Perdagangan dan jasa
Wisata Belanja Cipadu
Kota dan lokal
Regional
5 KARANG TENGAH Permukiman
Perdagangan dan jasa
Pusat Tanaman Hias
Kota dan Lokal
Regional
6 JATIUWUNG Industri Non Polutan
Perdagangan dan jasa
Permukiman
Regional
Kota dan lokal
Sumber : Hasil Rencana, 2010
Gambar 3.2 PETA RENCANA SISTEM PUSAT PELAYANAN KOTA
3.2. SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI
Transportasi merupakan kegiatan yang berperan sebagai urat nadi kehidupan
ekonomi maupun sosial. Oleh karenanya kegiatan tersebut perlu diarahkan
pada terwujudnya sistem jaringan transportasi yang andal, berkemampuan
tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, aman, lancar, nyaman,
efisien dan selamat dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika
pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta
mendukung pola distribusi.
Dalam rangka mengembangkan sistem jaringan transportasi Kota Tangerang
yang efektif dan efisien memang secara ideal seluruh program dapat
dilaksanakan secara simultan namun hal tersebut sudah barang tentu sangat
sulit untuk diwujudkan mengingat berbagai keterbatasan baik dari segi waktu
maupun penganggaran, oleh karena itu guna mewujudkan kegiatan
transportasi dapat berjalan sesuai yang diharapkan maka rencana dalam
mengembangkan sistem jaringan transportasi Kota Tangerang adalah
sebagai berikut:
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan perkeretaapian; dan
c. simpul transportasi udara.
Rencana sistem jaringan transportasi Kota Tangerang dijelaskan lebih rinci
dalam peta Rencana Sistem Jaringan Transportasi dapat dilihat pada Gambar
3.3.
3.2.1. SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT
Rencana Pengembangan sistem jaringan transportasi darat meliputi:
a. sistem jaringan jalan;
b. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan
c. jaringan pelayanan angkutan jalan.
Gambar 3.3 PETA RENCANA SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI KOTA TANGERANG
A. Sistem Jaringan Jalan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, telah
ditetapkan mengenai sistem, fungsi dan status jalan di wilayah perkotaan.
Dalam peraturan tersebut ditetapkan fungsi jalan yang dikelompokkan ke
dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan, baik
dalam sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
Sedangkan menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional,
jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
Jalan nasional terdiri atas jalan arteri primer, jalan kolektor primer yang
menghubungkan antaribukota provinsi, jalan tol, dan jalan strategis
nasional. Jalan provinsi terdiri atas jalan kolektor primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota,
jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota kabupaten atau
kota, dan jalan strategis provinsi. Jalan kota adalah jalan umum dalam
sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat
pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota.
Di dalam RTRW Kota Tangerang tidak semua fungsi jalan ditetapkan
hanya pada tingkatan jalan arteri dan jalan kolektor, dengan perincian :
1. Jalan Arteri Primer adalah jalan nasional dalam sistem jaringan jalan
primer, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-
pusat kegiatan, yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
2. Jalan Kolektor Primer adalah jalan provinsi dalam sistem jaringan
jalan primer, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa
untuk pengembangan semua wilayah di tingkat provinsi, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-
pusat kegiatan, yang berfungsi melayani angkutan pengumpulan atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Arteri Sekunder adalah jalan kota dalam sistem jaringan jalan
sekunder, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa
untuk masyarakat di dalam kota, dengan menghubungkan antarpusat
pelayanan dalam kota, yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
4. Jalan Kolektor Sekunder adalah jalan kota dalam sistem jaringan
jalan sekunder, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa
untuk masyarakat di dalam kota, dengan menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota, yang berfungsi melayani
angkutan pengumpulan atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
Atas dasar pengertian-pengertian tersebut di atas dan rencana sistem
pusat pelayanan kota, maka direncanakan pengembangan jalan sebagai
berikut :
a. jaringan jalan arteri primer meliputi ruas jalan Batas Kota dengan DKI
JakartaJalan Daan MogotJalan MerdekaJalan Gatot Subroto
Batas Kota dengan Kabupaten Tangerang;
b. jaringan jalan arteri sekunder meliputi:
1. Jalan Benteng Betawi;
2. Jalan Imam Bonjol;
3. ruas Jalan Oto IskandardinataJalan KS. Tubun;
4. Jalan M. Toha;
5. Jalan Prabu Kiansantang;
6. Jalan Prabu Siliwangi;
7. Jalan Pajajaran;
8. ruas Jalan Teuku UmarJalan Proklamasi;
9. ruas Jalan SoebandiJalan GaleongJalan Benua Indah;
10. Jalan Bouraq (Lio Baru);
11. Jalan Pembangunan 3;
12. ruas Jalan JuandaJalan MerpatiJalan Garuda;
13. Jalan Halim Perdanakusuma;
14. ruas Jalan Husein SastranegaraJalan AMD; dan
15. Jalan Raden Saleh;
c. jaringan jalan kolektor primer meliputi:
1. ruas Jalan KH. Hasyim AshariJalan HOS. CokroaminotoBatas
Kota dengan DKI Jakarta; dan
2. ruas Jalan Raden FatahJalan Jombang RayaBatas Kota
dengan Kota Tangerang Selatan;
d. jaringan jalan kolektor sekunder dapat dilihat pada Tabel 3.2;
e. jaringan jalan lokal sekunder meliputi ruas-ruas jalan yang
menghubungkan antar pusat-pusat permukiman;
f. jaringan jalan lingkungan sekunder meliputi ruas-ruas jalan yang
menghubungkan antar persil dalam wilayah kota, kecuali yang
dikategorikan sebagai jalan arteri, kolektor, dan lokal;
g. jaringan jalan tol meliputi:
1. ruas Jalan Tol JakartaTangerang;
2. Jalan Tol Prof. Dr. Sedyatmo ruas Batas Kota dengan Provinsi
DKI JakartaBandar Udara Internasional Soekarno Hatta;
3. Rencana Jalan Tol JORR II ruas Bandar Udara Internasional
Soekarno Hatta BatuceperKunciranSerpong; dan
4. Rencana Jalan Tol JORR II ruas TeluknagaBatuceper; dan
h. jaringan jalan lokal sekunder dan lingkungan sekunder akan diatur
lebih lanjut dalam rencana rinci tata ruang yang terdiri dari rencana
detail tata ruang dan rencana tata ruang kawasan strategis.
Tabel 3.2 RENCANA PENGEMBANGAN JALAN KOLEKTOR SEKUNDER
NO NAMA JALAN
1 Jl. Adam Malik
2 Jl. Wahid Hasyim
3 Jl. dr. Cipto Mangunkusomo
4 Jl. Pondok Kacang
5 Jl. Lingkar Selatan
6 Jl. Muchtar Raya
7 Jl. Swadaya (Perumahan Larangan Indah)
8 Jl. Puri Beta Utara (Perumahan Puri Beta)
9 Jl. Bazoka Raya
10 Jl. Raden Saleh
11 Jl. Tembus Kr. Tengah - Larangan
12 Jl. Graha Raya
13 Jl. KH. Mas Mansyur
14 Jl. Sultan Ageng Tirtayasa
15 Jl. Gempol Raya
16 Jl. Kyai Maja
17 Jl. Alam Sutra (Perumahan Alam Sutra)
18 Jl. HR. Rasuna Said
19 Jl. Frontage Tol JORR II
20 Jl. H. Mansur
21 Jl. KH. Ahmad Dahlan
22 Jl. Ki Hajar Dewantara
23 Jl. Tembus Polsek Cipondoh-Pikun
24 Jl. Maulana Hasanudin
25 Jl. Sisi Barat Maulana Hasanudin
26 Jl. Tembus Komplek Garuda - Poris Indah
27 Jl. Poris Jaya
28 Jl. Poris Indah
29 Jl. Panglima Polim
30 Jl. Permata Raya ( Perumahan Taman Royal)
31 Jl. KH. Agus Salim
32 Jl. Sisi Utara Rel Kereta
33 Jl. Frontage Tol JORR II
34 Jl. Wijaya Kusuma (Perumahan Banjar Wijaya)
35 Jl. Taman Golf Boulevard (Perumahan Modernland)
36 Jl. Modern Golf Boulevard (Perumahan Modernland)
37 Jl. Hartono Boulevard (Perumahan Modernland)
38 Jl. Honoris Raya (Perumahan Modernland)
39 Jl. Kampung Kelapa
40 Jl. Tembus Modernland - Frontage
41 Jl. TMP Taruna
42 Jl. Moh. Yamin
43 Jl. Veteran
44 Jl. Kisamaun
45 Jl. Perintis Kemerdekaan
46 Jl. Nyimas Melati
47 Jl. Maulana Yusuf
48 Jl. Tembus Veteran - Merdeka
NO
NAMA JALAN
49 Jl. MT. Haryono
50 Jl. Dimyati
51 Jl. Kiasnawi
52 Jl. Ahmad Yani
53 Jl. Dewi Sartika - Satria
54 Jl. Windu Karya - Siswa Dalam
55 Jl. Liem Si Liong
56 Jl. Tembus Husein - Perancis
57 Jl. Perancis
58 Jl. Atang Sanjaya
59 Jl. Husein Sastranegara
60 Jl. Halim Perdanakusuma
61 Jl. Saluran Irigasi Cisadane Timur
62 Jl. Garuda
63 Jl. Merpati
64 Jl. Juanda
65 Jl. Pembangunan 1
66 Jl. Pembangunan 2
67 Jl. Adisucipto
68 Jl. dr. Sitanala
69 Jl. Marsekal Suryadarma
70 Jl. Iskandar Muda
71 Jl. Tembus I Suryadarma - Iskandar Muda
72 Jl. Tembus II Suryadarma - Iskandar Muda
73 Jl. Tembus III Suryadarma - Iskandar Muda
74 Jl. Promenade Sungai Cisadane
75 Jl. KS.Tubun
76 Jl. Saluran Induk Cisadane Barat
77 Jl. Arya Kemuning
78 Jl. Benua Indah
79 Jl. Galeong
80 Jl. Soebandi
81 Jl. Aria Santika
82 Jl. Sasmita
83 Jl. Aria Wasangkara
84 Jl. Beringin Raya (Perumnas I)
85 Jl. Kavling Pemda
86 Jl. Karet (Perumnas I)
87 Jl. Prambanan (Perumnas II)
88 Jl. Dipati Unus
89 Jl. Empu Gandring Raya
90 Jl. Borobudur (Perumnas II)
91 Jl. Dipati Ukur
92 Jl. Dharma Wangsa
93 Jl. Prabu Siliwangi
94 Jl. Kali Sabi
95 Jl. Palem Manis 3-4
96 Jl. Palem Manis Raya
97 Jl. Manis Raya
98 Jl. Telesonik
99 Jl. Jalan Industri
NO
NAMA JALAN
100 Jl. Gajah Tunggal
101 Jl. Caplang
102 Jl. Tembus Caplang - Mutiara Pluit 103 Jl. Duta Indah Residen
104 Jl. Doyong
105 Jl. Purati
106 Jl. Vila Tangerang Raya (Perumahan Vila Tangerang Regensi)
107 Jl. Mutiara Pluit Utama (Perumahan Mutiara Pluit)
108 Jl. Taman Elang
109 Jl. Kota Bumi
Pengembangan dan optimalisasi jaringan jalan terdiri atas:
1. Pengembangan Jalan Strategis Nasional meliputi ruas Jalan Jendral
SudirmanJalan M.H. ThamrinBatas Kota dengan Kota Tangerang
Selatan;
2. Pembangunan jalan meliputi:
a. Jalan CiledugBandara (STA 11);
b. Jalan Sepanjang Sisi kanan kiri Tol JakartaTangerang (Frontage
Tol);
c. Jalan Sepanjang Sisi Kanan Kiri Sungai Cisadane (Promenade);
d. Jalan Sisi Utara Rel Kereta Api;
e. Jalan Sisi Selatan Mookervart;
f. Jalan Cadas Kedaung;
g. Jalan Tembus Jalan Prabu KiansantangJalan Pajajaran; dan
h. Jalan Lingkar Selatan terdiri dari ruas Jalan Adam MalikJalan
Taman Asri Lama Jalan Cipto MangunkusumoJalan Raden
FatahJalan Puri KartikaJalan Graha Raya;
3. pengembangan rencana simpang tidak sebidang meliputi:
a. simpang Jalan Jenderal SudirmanJalan Pembangunan 3;
b. simpang Benda;
c. simpang Jalan Gatot SubrotoJalan Gajah Tunggal;
d. simpang Jalan Gatot SubrotoJalan Siliwangi;
e. simpang Jalan Gatot SubrotoJalan Telesonik;
f. simpang Jalan CiledugBandara (STA 11) dengan Jalan Daan
Mogot; dan
g. simpang Jalan CiledugBandara (STA 11) dengan Jalan Benteng
Betawi dan rel kereta api;
4. optimalisasi simpang tidak sebidang eksisting meliputi:
a. simpang Cikokol;
b. simpang Ciledug;
c. simpang Jalan Jendral SudirmanJalan Hasyim Ashari; dan
d. simpang Jalan Gatot SubrotoJalan Taman Cibodas.
5. pembangunan jembatan meliputi:
a. jembatan yang menghubungkan Kedaung dengan Sepatan
(eretan);
b. jembatan yang menghubungkan Jalan M.H. Thamrin dengan Jalan
Imam Bonjol;
c. jembatan yang menghubungkan Jalan Pembangunan 3 dengan
Cadas; dan
d. jembatan yang menghubungkan Jalan K.S. Tubun dengan Jalan
Lio Baru;
6. penataan perempatan dan persimpangan jalan dalam wilayah kota;
7. sistem jaringan jalan didesain dan dapat difungsikan sebagai jalur
angkutan umum massal; dan
8. persilangan dengan jalur kereta api diarahkan menjadi persilangan
tidak sebidang.
B. Jaringan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud
meliputi terminal angkutan penumpang dan terminal angkutan barang.
Rencana pengembangan terminal angkutan penumpang di Kota
Tangerang meliputi:
1. Terminal Tipe A meliputi Terminal Poris Plawad dengan konsep
pengembangan sebagai terminal terpadu dan Terminal Jatiuwung;
2. Terminal Tipe B yaitu pembangunan terminal antar kota di
perbatasan. Pembangunan terminal perbatasan dilakukan sebagai
upaya membatasi angkutan umum khususnya bus antar kota antar
propinsi masuk ke dalam kota. Terminal perbatasan yang akan
direncanakan terdiri dari meliputi:
a. Terminal Ciledug atau Larangan;
b. Terminal Imam Bonjol di Kecamatan Cibodas; dan
c. Terminal Cadas atau Periuk.
Pengembangan terminal di wilayah Ciledug dan sekitarnya sudah
sangat mendesak. Hal ini dikarenakan Ciledug dan sekitarnya
merupakan wilayah perdagangan dan jasa serta pemukiman yang
padat, oleh karenanya Ciledug merupakan pusat bangkitan dan
tarikan lalu lintas yang tinggi yang berdampak pada tingginya tingkat
mobilitas di wilayah tersebut dan hal tersebut tidak dibarengi
penyediaan kapasitas jalan yang memadai sehingga seringkali terjadi
kemacetan lalu lintas.
Kondisi Ciledug yang merupakan salah satu titik rawan kemacetan
lalu lintas semakin diperparah dengan kesemrawutan lalu lintas yang
disebabkan oleh angkutan umum yang mangkal/parkir di tiap sudut
bagian wilayah Ciledug. Hal tersebut dikarenakan terminal Lembang
yang ada sudah tidak berfungsi lagi mengingat lokasi tersebut untuk
saat ini telah difungsikan sebagai pasar tradisional.
Dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di wilayah Ciledug yang kian
hari bertambah parah maka Pemerintah Kota telah melakukan
penanganan dengan membangun underpass persimpangan Ciledug,
dimana diharapkan dengan adanya simpang susun akan mereduksi
titik konflik arus lalu lintas sehingga kelancaran lalu lintas dapat
terwujud.
Namun demikian persoalan kemacetan lalu lintas tidak hanya
disebabkan oleh konflik lalu lintas di persimpangan Ciledug saja tetapi
hal yang perlu dipertimbangkan adalah banyaknya lokasi-lokasi yang
dijadikan sebagai terminal bayangan dari angkutan umum yang
beroperasi di wilayah Ciledug sehingga sangat mempengaruhi sekali
terhadap tingkat kelancaran lalu lintas. Sebagai informasi angkutan
umum yang beroperasi di wilayah Ciledug terdiri dari 14 trayek
dengan jumlah kendaraan 1.750 unit.
Dengan demikian untuk mengatasi permasalahan kemacetan dan
kesemrawutan lalu lintas di wilayah Ciledug dan sekitarnya harus
dilaksanakan secara komprehensif. Hal yang sangat perlu
dipertimbangkan adalah dengan mengembangkan Terminal angkutan
penumpang umum di wilayah Ciledug yang difungsikan sebagai
berikut:
a. Adanya terminal Ciledug akan berfungsi sebagai salah satu alat
pengendali lalu lintas dimana angkutan umum yang beroperasi di
wilayah tersebut memiliki orientasi asal dan tujuan sebagai titik
transfer penumpang sehingga dengan lokasi terminal yang
representatif dapat menghilangkan terminal bayangan dan pada
akhirnya dapat berkonstribusi terhadap kelancaran lalu lintas di
wilayah Ciledug.
b. Berdasarkan informasi yang ada, oleh Pemerintah Propinsi DKI
Jakarta akan dikembangkan Koridor Bus way Blok M Ciledug
maka dengan adanya pengembangan terminal Ciledug dapat
digunakan sebagai terminal asal/tujuan bus way, dimana dengan
masuknya bus way ke wilayah Ciledug secara signifikan dapat
berkonstribusi pada peningkatan kelancaran lalu lintas mengingat
munculnya harapan adanya peralihan penggunaan kendaraan
pribadi ke angkutan umum.
Supaya keberadaan terminal nantinya dapat beroperasi secara
optimal, maka pengembangan terminal dilengkapi dengan
penyediaan fasilitas parkir kendaraan pribadi dengan konsep park
and ride untuk berpindah angkutan di terminal.
3. terminal Tipe C meliputi terminal eksisting yaitu Terminal Cimone dan
Terminal Cibodas serta pengembangan terminal baru dalam kota.
Rencana terminal penumpang Tipe C akan dijelaskan lebih rinci
dalam rencana detail tata ruang.
Selain mengembangkan terminal angkutan penumpang, akan
direncanakan pembangunan terminal angkutan barang yang berlokasi di
Kecamatan Jatiuwung, karena kecamatan ini merupakan wilayah dengan
dominasi kegiatan industri. Secara umum permasalahan yang dihadapi
oleh angkutan barang adalah belum tersedianya terminal angkutan
barang dan jaringan lintas yang representatif dimana pilihan jalur untuk
lalu lintas angkutan barang pada jaringan jalan kota terbatas.
Adapun konsep dasar pengembangan program pengembangan jaringan
lintas dan terminal angkutan barang adalah sebagai berikut:
a. Dalam mengembangkan jaringan lintas angkutan barang sumber
daya yang dibutuhkan adalah adanya sistem jaringan jalan yang
menghubungkan langsung ke pusat-pusat kegiatan pembangkit dan
penarik distribusi barang (industri, pergudangan, bandara)
b. Berdasarkan perencanaan sistem jaringan jalan yang ada sesuai
dokumen RTRW Kota Tangerang menunjukkan sistem jaringan jalan
yang terbentuk sangat menunjang konsep tersebut, dimana secara
makro adanya pola jalan circular yang memungkinkan
pengembangan jaringan lintas angkutan barang melalui ruang-ruang
kegiatan distribusi barang dan kondisi demikian akan sangat
mengeliminir lalu lintas angkutan barang yang selama ini menjadi
salah satu komponen utama yang berkonstribusi pada kurang
lancarnya arus lalu lintas di pusat-pusat kota.
c. Selain dari pengembangan jaringan lintas maka guna
mengoptimalkan distribusi barang perlu diwujudkan adanya terminal
angkutan barang yang memiliki jaringan pelayanan yang terintegrasi
dengan sistem kepelabuhan sehingga kecepatan, kepastian dan
biaya distribusi barang menjadi lebih efisien.
d. Dengan terbentuknya sistem jaringan lintas dan terminalisasi
angkutan barang diharapkan lebih menjamin kelancaran distribusi
barang sehingga pada akhirnya dapat memberikan nilai tambah bagi
kota Tangerang untuk berkompetisi dalam menarik investor.
C. Jaringan Pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pada hakekatnya pengembangan jaringan pelayanan lalu lintas dan
angkutan jalan merupakan perubahan yang mendasar pola pelayanan
angkutan penumpang umum terutama angkutan AKAP dan Bus Kota
yang beroperasi di wilayah Kota Tangerang.
Adapun konsep dasar pengembangan program ini adalah sebagai berikut:
a. Dengan terbangunnya jaringan jalan STA 11 yang menghubungkan
Tol Jakarta Merak Benteng Betawi Tol Prof Sedyatmo ataupun
terbangunnya jaringan jalan STA 15 yang dikenal sebagai JORR 2
yang menghubungkan BSD Tol Jakarta Merak Bandara Soekarno
Hatta merupakan sumber daya dalam mengembangkan sistem primer
jaringan pelayanan angkutan penumpang umum dimana Bus AKAP
dan Bus Kota yang menghubungkan Kota Tangerang dengan daerah
lain diarahkan pada jaringan jalan dimaksud menuju ke Terminal
Poris Plawad.
b. Konsep tersebut akan berdampak mengurangi kepadatan lalu lintas
yang melintas di pusat kota yakni Jalan Jendral Sudirman dan Jalan
M.H. Thamrin.
c. Selain dari itu konsep tersebut dapat secara signifikan
mengoptimalkan fungsi Terminal Poris Plawad sebagai central
terminating akibat adanya perubahan pola pergerakan angkutan,
dimana akan menghilangkan transfer penumpang di sepanjang ruas
Jalan Jendral Sudirman dan Jalan MH. Thamrin sehingga para
penumpang secara sistem diarahkan melakukan pindah moda
angkutan di Terminal Poris Plawad.
Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan meliputi:
a. pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan dalam kota
yang diarahkan sebagai moda angkutan umum pada jalan-jalan
utama yang memiliki nilai strategis; dan
b. pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan yang
terintegrasi dengan sistem angkutan umum massal JABODETABEK.
Pengembangan potensi sistem angkutan umum massal (SAUM) di
wilayah Kota Tangerang dilaksanakan berdasarkan pertimbangan
sebagai berikut bahwa konsep sistem angkutan umum massal (SAUM)
adalah mengedepankan passenger traffic daripada vehicle traffic
yakni:
a. Melayani tingginya tingkat mobilitas masyarakat dengan penyediaan
jumlah angkutan umum terbatas namun sesuai kebutuhan,
b. adanya angkutan umum massal dapat memberikan pilihan bagi
pelaku perjalanan yang selama ini dalam melakukan mobilitasnya
dengan menggunakan kendaraan pribadi diharapkan beralih ke
angkutan umum massal sebagai sarana angkut alternatif,
c. terlaksananya kedua kondisi tersebut diatas, diharapkan dapat
berkonstribusi terhadap penurunan kepadatan lalu lintas di koridor-
koridor utama wilayah Kota Tangerang.
Adanya perubahan kebijakan transportasi umum di wilayah DKI Jakarta
yang difokuskan pada pengembangan angkutan massal, maka
berdampak pula terhadap pola mobilitas masyarakat daerah penyangga
termasuk Kota Tangerang mengingat sebagian besar pola pergerakan
masyarakat daerah penyangga merupakan pelaku perjalanan komuter.
Oleh karena itu Sistem Angkutan Umum Massal Kota Tangerang dapat
memberikan peluang kemudahan berupa transportasi umum yang andal,
dimana selain dapat menghubungkan kawasan permukiman di wilayah
Kota Tangerang dengan pusat-pusat kegiatan lainnya secara aman,
nyaman, tepat waktu dan teratur juga dapat terintegrasi dengan
pelayanan angkutan massal di wilayah lainnya seperti Trans Jakarta.
Pengembangan angkutan massal diharapkan selain dapat meningkatkan
kualitas pelayanan transportasi umum, juga diharapkan dapat menekan
biaya transportasi karena tarif yang dikenakan angkutan massal lebih
rendah dibanding dengan angkutan non massal.
Pengembangan potensi angkutan umum massal dengan sistem bus
prioritas sangat memungkinkan dikembangkan di Kota Tangerang
terutama di Koridor Jalan Daan Mogot Jalan Sudirman Jalan MH.
Thamrin.
Pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan dalam kota
meliputi:
a. Koridor CadasTerminal Poris Plawad;
b. Koridor JatiuwungTerminal Poris Plawad;
c. Koridor KarawaciTerminal Poris Plawad;
d. Koridor CiledugTerminal Poris Plawad;
e. Koridor Bandara Internasional Soekarno HattaTangerang; dan
f. Koridor yang menghubungkan antara koridor dalam kota.
Namun demikian agar pengembangan sistem bus prioritas ini dapat
dilaksanakan secara optimal, maka pengembangan sistem angkutan
massal berbasis jalan yang terintegrasi dengan sistem angkutan umum
massal JABODETABEK meliputi:
a. Koridor Kalideres-Tangerang;
b. Koridor Blok M-Ciledug; dan
c. Koridor Tangerang-Harmoni melalui Jalan Frontage Tol Jakarta-
Tangerang.
Pengembangan sistem angkutan umum massal JABODETABEK dengan
pertimbangan sebagai berikut:
a. Pengembangan koridor dari Jakarta - Tangerang akan sangat
mendudukkan wilayah Tangerang semakin strategis mengingat
masyarakat Tangerang dapat diberikan kemudahan mencapai seluruh
wilayah DKI Jakarta.
b. Keberadaan sistem angkutan umum massal JABODETABEK
memberikan daya tarik tersendiri pada sebagian penumpang komuter
untuk melakukan transfer kendaraan umum yang pada akhirnya dapat
mewujudkan sinergi antara sistem busway dengan trayek
angkutan Kota Tangerang yang berorientasi di Terminal Poris
Plawad sebagai trayek pengumpan jalur Busway (Feeder
Busway) sehingga diharapkan penggunaan Terminal Poris Plawad
sebagai central terminating menjadi lebih optimal.
c. Sistem Pengembangan angkutan massal ke Kota Tangerang yang
menyatu dengan sistem angkutan umum massal JABODETABEK
akan menjadi lebih efisien mengingat bahwa penumpang dari
Tangerang ke Jakarta atau sebaliknya dilakukan hanya sekali
perjalanan.
3.2.2. SISTEM JARINGAN PERKERETAPIAN
Sistem jaringan jalur kereta api sebagai salah satu moda transportasi tidak
dapat dipisahkan dari moda-moda transportasi lain. Transportasi sistem
jaringan jalur kereta api, dibanding dengan transportasi jalan, mempunyai
keunggulan tersendiri. Sistem jaringan jalur kereta api mempunyai
karakteristik pengangkutan secara massal dan memakai ruang secara lebih
efisien. Karena itu, moda ini perlu lebih dikembangkan potensinya dan
ditingkatkan peranannya sebagai penghubung antar wilayah dan sebagai
penunjang, pendorong dan penggerak pembangunan demi peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Kota Tangerang dilalui jalur kereta api Tangerang (Pasar Anyar) Jakarta
(Duri) sejauh 6,80 km. Optimalisasi penggunaan moda angkutan kereta api
merupakan salah satu alternatif terbaik untuk mengatasi masalah kongesti
lalu lintas jalan raya, di samping melakukan peningkatan kondisi jaringan
jalan.
Arahan pengembangan sistem jaringan jalur kereta api meliputi
pengembangan jalur kereta api dalam skala regional, pengembangan jalur
kereta api untuk keperluan penyelenggaraan kereta api bagi, serta
pengembangan jalur kereta api baru. Sistem jaringan perkeretapian meliputi:
a. jaringan jalur kereta api; dan
b. prasarana perkeretaapian berupa stasiun kereta api.
Jaringan jalur kereta api meliputi:
a. peningkatan jalur kereta api jalur ganda Tangerang Jakarta;
b. pengembangan jaringan jalur kereta api Tangerang Jakarta;
c. pengembangan jalur kereta api Bandara Soekarno Hatta Jakarta;
d. pengembangan jalur kereta api Bandara Soekarno Hatta Serpong; dan
e. pengembangan prasarana dan sarana baru jaringan kereta api intra kota
yang menghubungkan antar pusat pelayanan.
Prasarana perkeretaapian berupa stasiun kereta api meliputi:
a. pengembangan stasiun kereta api eksisting meliputi Stasiun Tangerang,
Stasiun Tanah Tinggi, Stasiun Batuceper dan Stasiun Poris; dan
b. pembangunan stasiun baru pada rencana pengembangan jalur kereta api
di Kelurahan Panunggangan Barat dan di pusat-pusat pelayanan.
3.2.3. SIMPUL TRANSPORTASI UDARA
Simpul transportasi udara lebih diarahkan untuk meningkatkan interaksi antar
kawasan, sehingga arahan pengembangan bandar udara di Kota Tangerang
meliputi:
a. mendukung pengembangan Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta
yang ditetapkan sebagai bandar udara pengumpul dengan skala
pelayanan primer; dan
b. penataan dan pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar kawasan
Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta didasarkan pada batas
kawasan kebisingan dan KKOP yang telah ditetapkan.
Untuk mendukung kelancaran pergerakan orang dan barang dari dan ke Kota
Tangerang dan sekitarnya dengan menggunakan Bandar Udara Soekarno-
Hatta, maka yang diperlukan adalah rencana pembangunan jalan bebas
hambatan dan jaringan jalur kereta api untuk meningkatkan aksesibilitas ke
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.
3.3. SISTEM JARINGAN ENERGI DAN KELISTRIKAN
Pengembangan sistem jaringan energi dan kelistrikan diarahkan agar terjamin
keandalan dan kesinambungan penyediaannya. Sistem jaringan energi terdiri
atas:
a. jaringan pipa minyak dan gas bumi; dan
b. jaringan tenaga listrik.
Pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi terdiri atas:
a. Pengembangan Rencana Wilayah Jaringan Distribusi Tangerang sesuai
dengan Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi
Nasional;
b. pengembangan pelayanan energi gas untuk transportasi melalui
pengadaan Stasiun Pengadaan Bahan Bakar Gas (SPBBG) pada jalan-
jalan arteri dan kolektor;
c. pengembangan energi alternatif bagi masyarakat dengan pendistribusian
gas melalui perpipaan; dan
d. penyediaan dan pemanfaatan jaringan pipa minyak dan gas bumi diatur
lebih lanjut oleh penyelenggara minyak dan gas bumi.
Penetapan rencana pelayanan kebutuhan prasarana listrik di masa
mendatang perlu memperhatikan ketentuan penetapan jaringan kabel harus
mengikuti koridor jalan utama maupun lingkungan, dan perkiraan kebutuhan
listrik 5 10 tahun mendatang, dengan didasarkan pada kebutuhan sebagai
berikut:
Diasumsikan tiap keluarga terdiri dari 4 5 jiwa
Standar kebutuhan listrik antara 450 1200 watt untuk rumah tangga
Standar kebutuhan kegiatan sosial dan ekonomi 250% dari kebutuhan
rumah tangga
Daya listrik untuk industri besarnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pengembangan jaringan tenaga listrik dilakukan melalui:
a. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik meliputi:
- jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
dari Station PLN di Kembangan Jakarta Barat ke Kecamatan Karang
Tengah Kecamatan Ciledug Kecamatan Pinang dan PLTU 3
Banten ke Kecamatan Priuk Kecamatan Neglasari Kecamatan
Batuceper Kecamatan Cipondoh Kecamatan Pinang Kecamatan
Tangerang Kecamatan Cibodas Kecamatan Jatiueung;
- Gardu Induk di Kelurahan Batujaya Kecamatan Batuceper, Gardu
Induk di Kelurahan Cikokol Kecamatan Tangerang, Gardu Induk di
Kelurahan Gandasari Kecamatan Jatiuwung, dan Gardu Induk di
Kelurahan Periuk Jaya Kecamatan Periuk, pengadaan gardu
distribusi di seluruh wilayah kota; dan
- pengembangan jaringan transmisi bawah tanah.
b. pemerataan pelayanan penerangan jalan umum pada seluruh lingkungan
permukiman dan peningkatan kualitas penerangan jalan umum pada jalan
protokol, jalan penghubung, taman serta pusat-pusat aktifitas masyarakat;
c. penyediaan energi listrik alternatif yang berwawasan lingkungan dengan
memanfaatkan tenaga surya, angin, dan sumber lainnya terutama untuk
bangunan-bangunan dengan kebutuhan energi listrik yang besar; dan
d. penyediaan dan pemanfaatan jaringan tenaga listrik diatur lebih lanjut
oleh penyelenggara kelistrikan.
Rencana sistem jaringan energi/kelistrikan wilayah Kota Tangerang
digambarkan dalam peta Rencana Jaringan Transmisi dan Distribusi Jaringan
Listrik Kota Tangerang sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 PETA RENCANA SISTEM JARINGAN KELISTRIKAN KOTA TANGERANG
3.4. SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI
Penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib menjamin terselenggaranya
telekomunikasi melalui jaringan yang diselenggarakannya dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Dalam penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, penyelenggara jaringan
telekomunikasi wajib membangun dan atau menyediakan jaringan
telekomunikasi;
b. Penyelenggara jaringan telekomunikasi dalam membangun jaringan
telekomunikasi wajib memenuhi ketentuan perundang-undangan yang
berlaku;
c. Penyelenggara jaringan telekomunikasi dalam membangun dan atau
menyediakan jaringan telekomunikasi, wajib mengikuti ketentuan teknis
dalam Rencana Dasar Teknis;
d. Ketentuan mengenai Rencana Dasar Teknis ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi terdiri atas:
a. pengembangan komunikasi sistem kabel, seluler dan satelit;
b. arahan pengembangan prasarana telekomunikasi sebagaimana dimaksud
pada huruf a, sebagai kebutuhan informasi tersebar di seluruh
kecamatan;
c. pengembangan jaringan telekomunikasi bawah tanah untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas ruang kota;
d. pembangunan, penataan dan pengendalian menara telekomunikasi
dengan sistem penggunaan menara bersama telekomunikasi (BTS) untuk
mendukung efisiensi dan efektifitas pemanfaatan ruang yang diatur lebih
lanjut dengan peraturan Walikota; dan
e. ketentuan penggunaan frekuensi pemancar radio untuk menjamin
kelancaran dan keamanan arus penerbangan ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3.5. SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR
Sistem jaringan sumber daya air Kota Tangerang termasuk dalam Daerah
Aliran Sungai (DAS) Cisadane, DAS Angke, dan DAS Cirarab. Sistem
jaringan sumber daya air meliputi:
a. wilayah sungai;
b. situ;
c. sistem jaringan irigasi;
d. sistem jaringan air baku untuk air minum; dan
e. sistem pengendali banjir.
Pada wilayah Kota Tangerang terdapat beberapa wilayah sungai yang
meliputi:
a. wilayah sungai lintas provinsi terdiri atas Sungai Cisadane, Kali Angke,
dan Saluran Pembuang Mookervart;
b. wilayah sungai lintas kabupaten/kota terdiri atas Kali Cirarab, Kali Sabi,
Kali Cantiga, dan Saluran Pembuang Perancis dan/atau Dadap; dan
c. wilayah sungai dalam satu kota terdiri atas Kali Ledug, Kali Wetan, dan
Saluran Pembuang Cipondoh.
Sedangkan untuk situ di wilayah Kota Tangerang terdiri dari:
a. Situ Cipondoh dengan luas kurang lebih 126,17 (seratus dua puluh enam
koma tujuh belas) hektar;
b. Situ Bulakan dengan luas kurang lebih 22 (dua puluh dua) hektar;
c. Situ Gede dengan luas kurang lebih 5,07 (lima koma nol tujuh) hektar;
d. Situ Cangkring dengan luas kurang lebih 5,17 (lima koma tujuh belas)
hektar;
e. Situ Bojong dengan luas kurang lebih 0,6(nol koma enam) hektar; dan
f. Situ Kunciran dengan luas kurang lebih 0,3 (nol koma tiga) hektar.
Sistem jaringan irigasi yang ada di Kota Tangerang terdiri dari daerah irigasi
(DI) Cipondoh seluas kurang lebih 21 (dua puluh satu) hektar dan masih
terdapat beberapa saluran irigasi utama yang terdiri dari:
a. Saluran Induk Irigasi Cisadane Utara seluas kurang lebih 5,5 (lima koma
lima) hektar;
b. Saluran Induk Irigasi Cisadane Barat seluas kurang lebih 10,7 (sepuluh
koma tujuh) hektar;
c. Saluran Induk Irigasi Cisadane Timur seluas kurang lebih 8,7 (delapan
koma tujuh) hektar; dan
d. Saluran Induk Tanah Tinggi seluas kurang lebih 4,5 (empat koma lima)
hektar.
Keberadaan saluran irigasi yang diarahkan untuk menunjang penyediaan air
bagi lahan pertanian eksisting yang ada di Kota Tangerang dengan kriteria
pengembangan sistem jaringan irigasi adalah:
a. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan
pendayagunaan sumber daya air yang didasarkan pada keterkaitan antara
air hujan, air permukaan, dan air tanah secara terpadu dengan
mengutamakan pendayagunaan air permukaan.
b. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan
prinsip satu sistem irigasi satu kesatuan pengembangan dan pengelolaan,
dengan memperhatikan kepentingan pemakai air irigasi dan pengguna
jaringan irigasi di bagian hulu, tengah, dan hilir secara selaras.
c. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang dilaksanakan oleh
pemerintah wajib melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan
mengutamakan kepentingan dan peran serta masyarakat.
Sistem jaringan air baku untuk air minum di wilayah Kota Tangerang meliputi
Sungai Cisadane, Kali Angke, Saluran Induk Cisadane Timur, Saluran Induk
Cisadane Barat, Saluran Induk Tanah Tinggi, Situ Cipondoh, Situ Bulakan,
dan tandon air yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan.
Sedangkan untuk sistem pengendali banjir di wilayah Kota Tangerang
meliputi:
a. normalisasi aliran sungai, kali, dan saluran pembuang;
b. normalisasi dan/atau pengerukan situ;
c. penataan dan/atau pelebaran sungai, kali dan saluran pembuang;
d. penurapan dan pompanisasi sungai, kali, dan saluran pembuang; dan
e. pembuatan polder dan/atau tandon air dan/atau kolam resapan dan
sumur resapan di seluruh wilayah kota.
Arahan pemanfaatan ruang pada wilayah di sekitar sungai, situ/rawa, dan
saluran irigasi sebagai ruang terbuka dan jalur hijau utama kota untuk
menjamin keseimbangan ekologi kota. Rencana sistem jaringan sumber daya
air wilayah Kota Tangerang dilengkapi dengan peta Rencana Sistem Jaringan
Sumber Daya Air Kota Tangerang sebagaimana dapat dilihat pada Gambar
3.5.
3.6. SISTEM INFRASTRUKTUR PERKOTAAN
Sistem infrastruktur perkotaan di wilayah Kota Tangerang meliputi:
a. sistem penyediaan air minum;
b. sistem pengelolaan air limbah;
c. sistem persampahan;
d. sistem drainase;
e. penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan
pejalan kaki;
f. penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalur
sepeda;
g. jalur evakuasi bencana;
h. sistem proteksi kebakaran; dan
i. sistem perparkiran.
3.6.1. SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
Air minum merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, demikian
pula dengan kota Tangerang. Warga kota harus dapat mengakses air minum
dengan harga yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah. Pemerintah Kota Tangerang perlu mengupayakan
ketersediaan air minum guna memenuhi kebutuhan warganya. Untuk itu perlu
menyusun rencana sebaik mungkin. Hal utama dalam penyediaan air minum
adalah ketersediaan sumber air baku yang tersedia di kota Tangerang atau
daerah terdekat. Sumber air yang dapat digunakan untuk air minum adalah
mata air, namun tidak tersedia di daerah Tangerang. Yang ada adalah
sumber air baku dari sungai Cisadane dan Situ-situ. Salah satu yang dapat
dijadikan sumber air baku adalah air dari bendungan Karian dengan
pengolahan penjernihan air di Parung Panjang. Air tanah tidak disarankan
untuk diambil, apalagi dalam jumlah yang besar, karena akan merusak
lingkungan.
Gambar 3.5 PETA RENCANA SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR KOTA TANGERANG
Kriteria pengembangan sistem prasarana air minum adalah sebagai berikut:
a. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dan swasta selain pemerintah
dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan prasarana air bersih.
b. Melindungi masyarakat berpendapatan rendah melalui subsidi,
peningkatan blok tarif, hibah dan insentif lain yang bisa meningkatkan
penyediaan air bersih.
c. Memperkuat kapasitas komunitas untuk meningkatkan sumber financial,
manajemen air dan penyediaan fasilitas air bersih.
d. Rehabilitasi dan perlindungan air yang didasarkan pada ekosistem untuk
memperbaiki kualitas dan kuantitas sumber air.
e. Penyediaan prasarana air bersih dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Sistem penyediaan air minum di wilayah Kota Tangerang meliputi:
a. jaringan perpipaan; dan
b. jaringan non-perpipaan.
Pengembangan sistem penyediaan air minum jaringan perpipaan di wilayah
Kota Tangerang meliputi:
a. pengembangan penyediaan air minum dilakukan untuk memenuhi
cakupan pelayanan minimal 80 (delapan puluh) persen dari seluruh
jumlah penduduk;
b. pengembangan unit air baku yang memanfaatkan air permukaan
bersumber sungai, situ, dan tandon, meliputi Sungai Cisadane, Saluran
Induk Cisadane Timur di Kecamatan Benda dan Batuceper, Saluran Induk
Tanah Tinggi, Suplesi Bendung Nerogtog Kali Angke, dan Situ Cipondoh
di Kecamatan Cipondoh dan Saluran Induk Cisadane Barat dan Situ
Bulakan di Kecamatan Periuk;
c. pengembangan unit produksi dan sistem distribusi yang disesuaikan
dengan wilayah layanan dengan mempertimbangkan optimasi ruang,
efisiensi dan efektifitas pelayanan;
d. pengembangan sistem penyediaan air minum dilakukan menurut tiga
zona pelayanan terdiri atas:
1. Zona Riungdaperuk meliputi Kecamatan Neglasari, Kecamatan
Jatiuwung, Kecamatan Benda dan Kecamatan Periuk;
2. Zona Karpiladug meliputi Kecamatan Karang Tengah, Kecamatan
Pinang, Kecamatan Larangan, dan Kecamatan Ciledug; dan
3. Zona Ciptawadas meliputi Kecamatan Cipondoh, Kecamatan
Tangerang, Kecamatan Karawaci, dan Kecamatan Cibodas;
e. pengembangan sistem penyediaan air minum sebagaimana dimaksud
pada huruf d terdiri atas jaringan distribusi primer, jaringan distribusi
sekunder dan jaringan retikulasi yang pengembangannya diintegrasikan
dengan sistem jaringan jalan dan saluran;
f. pengembangan unit pelayanan dilakukan dengan mempertimbangkan
optimasi ruang, efisiensi dan efektifitas pelayanan; dan
g. pengembangan unit pengelolaan berupa bangunan gedung kantor
dilakukan dengan mempertimbangkan optimasi ruang, efisensi dan
efektifitas pelayanan.
Pengembangan sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan di
wilayah Kota Tangerang meliputi:
a. sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan hanya dilakukan
pada wilayah yang belum terlayani oleh Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) perpipaan;
b. sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan dilakukan dalam
bentuk individual, komunal, dan komunal khusus; dan
c. sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan berbentuk
individual, komunal, dan komunal khusus dilakukan dengan
mempertimbangkan optimasi spasial, efektifitas dan efisiensi.
Rencana pengembangan pelayanan jaringan air minum dilengkapi dengan
peta Rencana Pengembangan Pelayanan Jaringan Air Minum Kota
Tangerang sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.6.
3.6.2. SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Sistem pengelolaan air limbah di wilayah Kota Tangerang meliputi:
a. air limbah domestik;
b. air limbah industri; dan
c. air limbah kegiatan lainnya.
Gambar 3.6 PETA RENCANA JARINGAN PENYEDIAAN AIR MINUM KOTA TANGERANG
Kriteria pengembangan sistem pengelolaan air limbah adalah:
a. Pengembangan prasarana air limbah diarahkan untuk meminimalkan
tingkat pencemaran pada badan air dan air tanah, serta meningkatkan
sanitasi kota melalui pemisahan antara sistem jaringan air limbah
domestik, air limbah industri dan air limbah rumah sakit dan sistem
drainase;
b. Pengembangan prasarana air limbah diarahkan untuk mencapai
integrasi antara rencana penyediaan air bersih dengan pengelolaan
limbah sehingga setiap limbah yang dihasilkan dari pemanfaatan air
bersih dapat langsung terkelola dengan baik.
c. Pembangunan prasarana air limbah domestik skala komunitas berbasis
masyarakat diarahkan pada kawasan kumuh perkotaan, masyarakat
pendapatan rendah dan rawan sanitasi.
d. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam upaya
pengembangan sistem pengelolaan air limbah di permukiman dan
kawasan industri dan rumah sakit.
e. Pelaksanaan penanganan air limbah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengelolaan air domestik yang berasal dari kakus (black water) penduduk
Kota Tangerang sebagian besar adalah dengan menggunakan pengolahan
setempat (on site), yaitu berupa tangki septik dan sistem peresapan di
halaman rumahnya. Sedangkan untuk air limbah yang berasal dari mandi,
cuci dan dapur (grey water), umumnya dibuang langsung ke saluran
drainase yang ada di depan rumah. Namun sebagian masyarakat juga
masih melakukan pembuangan air limbah langsung ke badan air seperti
sungai dan situ, terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan
tersebut.
Sistem pengelolaan air limbah domestik yang akan dikembangkan di wilayah
Kota Tangerang meliputi:
a. pengembangan prasarana air limbah domestik terdiri atas
pengembangan prasarana limbah yang dihasilkan oleh kegiatan di
kawasan perumahan, permukiman, dan kawasan perdagangan dan jasa;
b. pengembangan sistem prasarana air limbah domestik diarahkan untuk
pengembangan sistem sanitasi setempat dengan pengendalian yang
memadai;
c. peningkatan kualitas dan pengembangan pelayanan prasarana air
limbah domestik sistem sanitasi terpusat yang telah ada meliputi IPAL
TanahTinggi, IPLT Bawang, dan Kolam Oksidasi Perumnas 1;
d. peningkatan akses pelayanan air limbah domestik hingga mencapai
cakupan pelayanan minimal 80 (delapan puluh) persen dari seluruh
jumlah penduduk dengan memprioritaskan penggunaan sistem terpusat
dan sistem setempat; dan
e. penurunan beban pencemaran limbah cair domestik pada anak sungai
maupun saluran pembuang sebelum masuk ke badan air penerima
dengan membuat instalasi pengolahan limbah domestik dengan
menggunakan tanaman hias (ecotech garden).
Ecotech garden adalah suatu inovasi dalam mengolah limbah domestik
greywater maupun effluen tangki septik dengan menggunakan tanaman
hias yang diprakarsai oleh Ir. Ratna Hidayat. Greywater adalah limbah
rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi,
dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. Sistem ini menggunakan selokan
terbuka yang ditanami tanaman hias seperti, Melati air, Kana (bunga
Tasbeh), Arrowhead Sagita Japanica, dan lain-lain yang dapat
menurunkan kandungan BOD, COD bahkan Phospat. Selain
menurunkan beban pencemar, sistem ini juga menambah keindahan
karena membuat kesan dekoratif. Sistem ini sudah diterapkan di
Komplek Perumahan Bumi Asri Padasaka sejak tahun 2005.
Sistem pengelolaan air limbah industri yang akan dikembangkan di wilayah
Kota Tangerang meliputi:
a. pemenuhan standar buangan yang sesuai dengan baku mutu air limbah
industri;
b. untuk industri skala besar dan menengah, pengembangan pengolahan
air limbah dilakukan secara sistem sanitasi setempat dengan teknologi
yang lebih maju yang dibarengi dengan pengurangan beban
pencemaran air limbah dan penerapan prinsip-prinsip teknologi bersih;
c. untuk industri kecil dan industri rumah tangga, dilaksanakan dengan
pembuatan instalasi pengolahan limbah secara komunal dengan
membentuk cluster atau kampung-kampung industri yang mempunyai
karakteristik limbah yang relatif sama;
d. pembuatan instalasi pengolahan air limbah industri secara terpadu dapat
dikembangkan dengan cara mendorong pihak swasta dan masyarakat
dengan sistem:
1. pelayanan dilaksanakan dengan sistem gabungan antara sistem
perpipaan dan pengangkutan secara manual dengan menggunakan
truk tanki;
2. pemilihan industri yang akan dilayani didasarkan pada kuantitas dan
karakteristik buangan yang dihasilkan;
3. pengembangan prasarana limbah industri terpusat untuk mencegah
pencemaran tanah dan sumber air melalu sistem jaringan perpipaan
tertutup dengan sistem cluster, dengan rincian sebagai berikut:
- IPAL Terpusat 1 yang melayani Cluster 1 yaitu industri yang
berada di daerah sekitar Kali Sabi dan Sungai Cirarab yang
berdekatan dengan Sungai Cisadane sebelah selatan;
- IPAL Terpusat 2 yang melayani Cluster 2 yaitu industri yang
berada di daerah sekitar Saluran Mookervart yang berdekatan
dengan Sungai Cisadane sebelah utara
Sistem pengelolaan limbah limbah cair lainnya yang akan dikembangkan di
wilayah Kota Tangerang meliputi pemenuhan yang sesuai dengan baku
mutu air limbah bagi kegiatan rumah sakit, hotel dan limbah domestik dari
kegiatan/dan atau usaha seperti mall, apartemen, restoran, dengan
pengolahan sistem sanitasi setempat instalasi pengolahan air limbah dan
penerapan prinsip-prinsip teknologi bersih. Sistem pengelolaan air limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Rencana sistem pengelolaan air limbah Kota Tangerang dijelaskan lebih
rinci dalam peta Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah sebagaimana
dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 PETA RENCANA PENGELOLAAN AIR LIMBAH KOTA TANGERANG
3.6.3. SISTEM PERSAMPAHAN
Sampah adalah pencerminan wajah kota. Kota yang bersih tanpa terlihat
sampah, akan meningkatkan citra sebuah kota. Untuk memperoleh citra
tersebut, perlu disusun rencana sebagai berikut:
a. Pengelolaan angkutan sampah dari sumbernya (perumahan/industri/
pertokoan) ke tempat pembuangan akhir.
b. Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir.
c. Pengolahan sampah menjadi barang bernilai ekonomis, antara lain
dengan memproduksi gas metane dari sampah organik selain pembuatan
kompos
d. Pengurangan Volume Sampah
Kriteria pengembangan sistem persampahan adalah:
a. Sistem pengelolaan persampahan diselenggarakan berdasarkan asas
tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas
kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan
asas nilai ekonomi.
b. Pengembangan persampahan diarahkan untuk meminimalkan volume
sampah sejak dari sumbernya dan pengembangan prasarana pengolahan
sampah dengan teknologi yang tepat guna dan berwawasan lingkungan.
c. Mendorong penggunaan bahan produksi yang menimbulkan sampah
sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau
mudah diurai oleh proses alam.
d. Pelaksanaan penanganan sampah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rencana pengembangan sistem persampahan di wilayah Kota Tangerang
meliputi:
a. peningkatan akses pelayanan pengelolaan persampahan hingga
mencapai cakupan minimal 80 (delapan puluh) persen dari seluruh jumlah
penduduk;
b. pengembangan usaha pemilahan dan minimalisasi sampah dengan
pemanfaatan kembali oleh masyarakat secara swadaya melalui program
pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau
pemanfaatan kembali sampah maupun dengan mengundang investor
pemanfaat sampah;
c. upaya pengurangan timbulan sampah terdiri atas:
1. penetapan target pengurangan sampah secara bertahap dalam
jangka waktu tertentu;
2. penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
3. kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
4. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
d. mengoptimalkan pemanfaatan TPA sampah Rawa Kucing dengan
teknologi yang tepat guna dan berwawasan lingkungan;
e. pengadaan lokasi tempat penampungan sementara (TPS) terpadu pada
setiap kelurahan;
f. pengembangan prasarana pemrosesan sampah yang memiliki
kandungan bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan teknologi dan
metode pemrosesan yang sesuai dengan peraturan perundangan; dan
g. meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dan swasta dalam
upaya pengembangan sistem pengelolaan persampahan kota dengan
teknologi yang berwawasan lingkungan.
Rencana pengembangan sistem persampahan Kota Tangerang dijelaskan
lebih rinci dalam peta Rencana Sistem Persampahan sebagaimana dapat
dilihat pada Gambar 3.8.
3.6.4. SISTEM DRAINASE
Kriteria pengembangan sistem drainase adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan penanganan genangan melalui pembangunan sistem
drainase perkotaan yang terintegrasi dengan prasarana dan sarana kota
lainnya dengan prinsip terdesentralisir, efisien, efektif dan terpadu.
b. Pengembangan sistem jaringan drainase harus terpisah dengan sistem
jaringan air limbah karena dapat membawa pada penurunan kualitas air
permukaan.
c. Pengembangan sistem drainase harus menggunakan pendekatan sistem
penanganan dari hulu ke hilir, tidak secara parsial dengan memperhatikan
debit banjir rencana.
Gambar 3.8 PETA RENCANA SISTEM PERSAMPAHAN KOTA TANGERANG
d. Pengembangan sistem jaringan drainase perkotaan yang mengarah pada
konservasi air dan berlandaskan konsep drainase yang berwawasan
lingkungan yaitu konsep tanpa peningkatan run-off (zero delta Q) melalui
upaya menahan air hujan sebanyak-banyaknya sebelum akhirnya masuk
ke badan air penerima seperti rawa/situ, tandon air, dan sumur resapan.
Rencana pengembangan sistem drainase di wilayah Kota Tangerang adalah
sebagai berikut:
a. penataan kembali sempadan sungai dan situ sejalan dengan penataan
sungai dan situ menurut fungsinya yaitu sebagai pengendali banjir,
drainase, dan penggelontor;
b. pembangunan, peningkatan dan pengembangan fungsi situ, tandon air,
kolam resapan dan sumur resapan sebagai lokasi tempat penampungan
air terutama di bagian hulu dan daerah cekungan secara terbatas dan
lahan terbuka;
c. pengembangan drainase diarahkan sebagai saluran air hujan yang
merupakan saluran drainase utama sungai, drainase lingkungan, dan
drainase jalan; dan
d. pembangunan polder dan/atau tandon dan/atau kolam dan sumur
resapan yang terintegrasi dengan sistem drainase lingkungan perumahan
dan pengembangan kawasan.
Strategi pengembangan sistem drainase kota meliputi:
a. sistem jaringan drainase kota terdiri atas jaringan drainase makro dan
mikro;
b. jaringan drainase makro sebagaimana dimaksud pada huruf a merupakan
bagian dari sistem pada masing-masing DAS di Kota Tangerang; dan
c. jaringan drainase mikro sebagaimana dimaksud pada huruf b terdiri dari
drainase primer, sekunder, dan tersier yang ditetapkan dengan
menggunakan pendekatan sub DAS pada masing-masing kecamatan di
Kota Tangerang.
Rencana sistem jaringan drainase wilayah Kota Tangerang digambarkan
dalam peta Rencana Jaringan Drainase Kota Tangerang sebagaimana dapat
dilihat pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9 PETA RENCANA SISTEM DRAINASE KOTA TANGERANG
3.6.5. PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN PRASARANA DAN SARANA JARINGAN JALAN PEJALAN KAKI
Skenario pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki
untuk Kota Tangerang adalah memposisikan prasarana dan sarana jaringan
jalan pejalan kaki sebagai kepanjangan dari sistem angkutan umum berjadwal
dan memiliki rute tetap. Pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan
pejalan kaki di sini tidak akan (tidak perlu) mengubah tatanan dan pengaturan
pemanfaatan ruang yang sudah ditetapkan.
Rencana pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki
Kota Tangerang tahun 2010-2030, dengan lebar sekurang-kurangnya 2 (dua)
meter adalah untuk mendukung pengembangan prasarana dan sarana
jaringan jalan pejalan kaki di kawasan pusat kota dan sub pusat kota.
Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan
kaki meliputi:
a. trotoar;
b. penyeberangan sebidang berupa tempat penyeberangan yang dinyatakan
dengan marka jalan dan atau rambu lalu lintas serta dapat didukung
dengan lampu lalu lintas; dan
c. penyeberangan tidak sebidang berupa jembatan penyeberangan atau
terowongan penyeberangan.
Rencana pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki
meliputi:
a. Rencana peningkatan fasilitas pedestrian/trotoar yang sudah ada di jalan-
jalan di kawasan pusat kota dan sub pusat kota, yang menghubungkan
antar kawasan fungsional di pusat kota utamanya kawasan perdagangan,
perkantoran, sekolah dan rekreasi/wisata, serta mengkaitkannya dengan
lokasi-lokasi perhentian angkutan umum (halte).
b. Rencana peningkatan fasilitas pedestrian/trotoar yang sudah ada di jalan-
jalan di luar kawasan pusat kota, yang menghubungkan antar kawasan
fungsional sekitar utamanya kawasan perumahan, sekolah dan
rekreasi/wisata, serta mengkaitkannya dengan tempat perhentian
angkutan umum (halte).
c. Rencana pengembangan jalur pedestrian/trotoar yang baru di jalan-jalan
di kawasan pusat kota, sub pusat kota, dan di luar kawasan pusat kota
meliputi:
- Penyediaan lahan bagi jalur pedestrian dilakukan dengan cara melalui
pembebasan lahan pekarangan/bangunan dan membangun trotoar
jalan.
- Penyediaan lahan bagi jalur pedestrian yang baru dapat dilakukan
bersamaan dengan rencana peningkatan jalan (rencana-rencana
pelebaran jalan yang telah disusun oleh Pemerintah Kota Tangerang).
d. penyediaan penyeberangan sebidang ditempatkan pada kaki
persimpangan yang dikendalikan dengan lampu lalu lintas atau tanpa
lampu lalu lintas serta pada ruas jalan yang memiliki tingkat penyeberang
jalan yang tinggi;
e. penyediaan penyeberangan tidak sebidang ditempatkan pada lokasi
rawan kecelakaan bagi pejalan kaki, lokasi dengan volume arus lalu lintas
dan pejalan kaki yang menyeberang tinggi serta lokasi penyeberangan
sebidang yang tersedia sudah mengganggu lalu lintas yang ada;
f. penyediaan jalur pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c,
d, dan e tetap mempertimbangkan segi keselamatan, keamanan,
kenyamanan dan kelancaran dengan memperhatikan bagi penyandang
cacat serta terintegrasi dengan sistem transportasi lainnya.
3.6.6. PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN PRASARANA DAN SARANA
JARINGAN JALUR SEPEDA
Pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalur sepeda di wilayah Kota
Tangerang meliputi:
a. koridor primer yang meliputi koridor Sungai Cisadane, koridor Hasyim
Ashari Cisadane Sudirman dan koridor Gatot Subroto Merdeka
Cisadane;
b. koridor sekunder yang meliputi koridor Daan Mogot Cisadane, koridor
Ciledug Hasyim Ashari, koridor Cikokol Cisadane dan koridor Kian
Santang Gandasari; dan
c. penyediaan jalur sepeda sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b
tetap mempertimbangkan segi keselamatan, keamanan, kenyamanan dan
kelancaran dengan memperhatikan bagi penyandang cacat serta
terintegrasi dengan sistem transportasi lainnya.
Pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalur sepeda digambarkan
dalam peta Rencana Pengembangan Jalur Sepeda sebagaimana dapat
dilihat pada Gambar 3.10.
3.6.7. JALUR EVAKUASI BENCANA
Jalur evakuasi bencana meliputi escape way dan melting point. Jalan-jalan
yang ditetapkan sebagai jalur penyelamatan (escape way) meliputi jalan-jalan
lingkungan perumahan dan jalan protokol di sekitar wilayah rawan banjir yang
mengarah ke tempat-tempat penampungan terdiri atas:
a. ruas jalan-jalan di lingkungan perumahanJalan KH. Hasyim Ashari di
Kecamatan Pinang, Kecamatan Karang Tengah, dan Kecamatan Ciledug;
b. ruas jalan-jalan di lingkungan perumahan Jalan Kali Sabi Jalan Gatot
Subroto Jalan Dipati Ukur di Kecamatan Cibodas;
c. ruas jalan-jalan di lingkungan perumahan Jalan Vila Tangerang Raya
Jalan Doyong Jalan M. Toha di Kecamatan Periuk;
d. ruas jalan-jalan di lingkungan perumahan Jalan M. Toha Jalan Benua
Indah Jalan Aria Wasangkara di Kecamatan Karawaci.
Kawasan ruang bencana ditetapkan pada balai warga, sarana peribadatan,
serta ruang terbuka berupa lapangan atau ruang-ruang lainnya yang dapat
berubah fungsi menjadi melting point ketika bencana terjadi yang meliputi:
a. Kecamatan Pinang di Kelurahan Pinang dan Kelurahan Sudimara Pinang;
b. Kecamatan Karang Tengah di Kelurahan Pedurenan;
c. Kecamatan Ciledug di Kelurahan Sudimara Selatan;
d. Kecamatan Periuk di Kelurahan Gembor, Kelurahan Periuk, Kelurahan
Gebang Raya; Kelurahan Periuk Jaya, dan Kelurahan Sangiang Jaya;
e. Kecamatan Karawaci di Kelurahan Nambo Jaya; dan
f. Kecamatan Cibodas di Kelurahan Uwung Jaya dan Kelurahan Jatiuwung.
Ruang terbuka yang dapat berubah fungsi menjadi ruang evakuasi bencana
dilengkapi dengan standar pelayanan minimum prasarana pendukung ruang
evakuasi.
Jalur evakuasi bencana digambarkan dalam peta Jalur Evakuasi Bencana
Kota Tangerang sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Gambar 3.10 PETA RENCANA PENGEMBANGAN JALUR SEPEDA KOTA TANGERANG
Gambar 3.11 PETA JALUR EVAKUASI BENCANA KOTA TANGERANG
3.6.8. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
Pengembangan sistem proteksi kebakaran dimaksudkan untuk mencegah
dan menanggulangi kebakaran dalam lingkup kota, lingkungan, dan
bangunan. Sistem proteksi kebakaran mencerminkan layanan yang disepakati
oleh pemangku kepentingan yang meliputi layanan:
a. pecegahan kebakaran;
b. pemberdayaan peran masyarakat;
c. pemadam kebakaran; dan
d. penyelamatan jiwa dan harta benda.
Pengembangan sistem proteksi kebakaran meliputi:
a. peningkatan dan pengembangan prasarana dan sarana proteksi
kebakaran di seluruh wilayah kecamatan; dan
b. penempatan lokasi hidran kebakaran yang tersebar di setiap
persimpangan jalan utama di seluruh wilayah kota dan fasilitas umum
kota.
Sistem proteksi kebakaran akan diatur lebih lanjut dalam Rencana Induk
Sistem Proteksi Kebakaran Kota Tangerang.
3.6.9. SISTEM PERPARKIRAN
Pengembangan sistem perparkiran meliputi:
a. penyediaan parkir di luar badan jalan, untuk kegiatan perdagangan dan
jasa, perkantoran, industri dan pergudangan dan kegiatan pelayanan
umum meliputi area parkir, taman parkir dan gedung parkir;
b. pembatasan dan penataan parkir pada jalan di kawasan pasar lama;
c. penyediaan fasilitas parkir kendaraan pribadi dengan konsep park and
ride untuk berpindah angkutan di terminal dan di stasiun. Konsep park
and ride adalah batas/tempat dimana pengendara roda dua dan empat
dapat menitipkan/memarkir kendaraannya untuk selanjutnya
menggunakan angkutan massal ke tempat tujuannya; dan
d. jumlah minimal parkir yang harus disediakan pada setiap jenis kegiatan
yang menimbulkan bangkitan perjalanan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.