Upload
dodung
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
48
BAB III
TEMPAT-TEMPAT RUKYAH DI JAWA TENGAH
A. Letak Geografis, Topografi dan Klimatologi Provinsi Jawa Tengah
Secara administratif wilayah Provinsi Jawa Tengah terletak berbatasan
dengan Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah Selatan,
Provinsi Jawa Barat di sebelah Barat, Provinsi Jawa Timur di sebelah Timur, dan
Laut Jawa di sebelah Utara (Jateng.go.id, 2012: II-1).
Gambar. 3.1. Peta administratif wilayah Provinsi Jawa Tengah
(Jateng.go.id, 2012: II-1)
Secara geografis letak wilayah Provinsi Jawa Tengah berada diantara lintang
5o 40’ s/d 8
o 30’ (Lintang Selatan) dan 108
o 30’ s/d 111
o 30’ (Bujur Timur). Di dalam
wilayah tersebut, kondisi wilayah di Provinsi ini meliputi daerah pegunungan dan
dataran tinggi yang membujur sejajar dengan panjang pulau Jawa, dataran rendah dan
daerah pantai yaitu pantai Utara dan Selatan. Lahan di Provinsi ini memiliki
49
kemiringan bervariasi meliputi 38% lahan dengan kemiringan 0-2%, 31% lahan
dengan kemiringan 2-15%, 19% lahan dengan kemiringan 15-40%, dan 12% lahan
dengan kemiringan lebih dari 40%. (Jateng.go.id, 2012: II-2).
Provinsi Jawa Tengah memiliki ketinggian tempat yang beraneka ragam,
yaitu berupa pegunungan dan dataran tinggi yang membujur di bagian tengah serta
dataran rendah yang tersebar hampir di seluruh wilayah Jawa Tengah yang pada
umumnya berupa wilayah pantai. Ketinggian 0-99 M DPL (Di atas Permukaan Laut)
menempati sekitar 53% wilayah Jawa Tengah. (Jateng.go.id, 2012: II-2)
Tabel 3.1.
Ketinggian Wilayah di Jawa Tengah
NO Ketinggian % Luas
1 0-99 53,3
2 100-499 27,4
3 500-999 14,7
4 >1000 4,6
Untuk iklim di wilayah Jawa Tengah termasuk dalam katagori iklim tropis
basah. Suhu udara di wilayah Utara rata-rata berkisar 21,7oC- 35,8
oC dengan
kelembaban berada pada kisaran 63%-99%. Sedangkan di wilayah Selatan suhu udara
berada pada kisaran 19,4oC-31,3
oC, dengan kelembaban udara pada kisaran rata-rata
74,6%-99,1%. Curah hujan tertinggi di wilayah Utara Jawa Tengah tercatat di Stasiun
Curah Hujan Sirampog Kabupaten Brebes yaitu 263 mm. Sedangkan pertahun jumlah
intensitas tertinggi tercatat di Stasiun Hujan Bongas Kabupaten Pemalang dengan
50
curah hujan 7.324 mm/tahun. Sedangkan curah hujan tertinggi untuk wilayah Selatan
tercatat di Stasiun Hujan Penjaringan Kabupaten Boyolali yaitu 610 mm, dengan
jumlah intensitas hujan 13.087 mm/tahun. (Jateng.go.id, 2012: II-5)
B. Kegiatan Rukyatulhilal dan Penetapan Awal Bulan Hijriyah di Jawa Tengah
Kegiatan penetapan awal bulan hijriyah di Provinsi Jawa Tengah sangat
beragam dan dilakukan oleh berbagai kalangan dan lapisan masyarakat. Di antara
penetapan awal bulan hijriyah yang dilakukan adalah:
1. Penetapan dengan Hisab.
Penggunaan hisab sebagai penetapan awal bulan hijriyah di Jawa Tengah
sangat beragam sekali. Di antara metode yang ada dan dipakai masyarakat
muslim Jawa Tengah adalah hisab ‘Urfi Aboge1, hisab haqīqī bi al-taqrīb
2,
hisab haqīqī bi al-tahqīq3 dan hisab Kontemporer
4.
1 Hisab ini sering disebut juga dengan hisab Jawa Islam, karena hisab ‘urfi ini perpaduan
antara tahun Hindu Jawa dengan hisab Hijriyah yang dilakukan oleh Sultan Agung Anyokro
Kusumo pada tahun 1663 M atau 1555 C (Caka). Metode hisab ini menetapkan satu daur ulang
(siklus) 8 tahun yang disebut Windu. Setiap kurun delapan tahun di tetapkan ada tiga tahun
Kabisat (Wuntu, panjang yang umurnya 355 hari) yaitu tahun-tahun ke 2, 4 dan 7 dan ada lima
tahun Bashitoh (Wastu, atau pendek yang umurnya 354 hari) yaitu tahun ke 1, 3, 5, 6, dan 8.
Aboge merupakan nama satu siklus besar (windu besar) dalam sistem Penanggalan Jawa Islam. Windu
besar sendiri ialah masa dimana setiap 120 tahun, tahun Jawa akan lebih banyak 1 hari dibandingkan
tahun Hijriyah, karena dalam 120 tahun tahun Jawa Islam mempunyai 45 tahun kabisat (120 dibagi 8 =
15, kemudian dikalikan 3), sedangkan Hijriyah urfi hanya mempunyai tahun kabisat sebanyak 44 (120
dibagi 30 = 4, kemudian dikalikan 11). Sehingga dilakukan pengurangan 1 hari setiap 120 tahun.
Sampai saat ini telah mengalami perubahan empat kali yakni, Ajumgi (tahun Alip Jum'at Legi 1555-
1674 J = 120 tahun), Amiswon (1675-1746 J = 72 tahun), Aboge (1747-1866 J = 120 tahun), dan
Asapon (1867-1986 J = 120 tahun) (Hambali (dalam Zenith), 2009: 4). Mulai permulaan tahun 1747
hingga menjelang tahun 1867, tanggal satu Suro tahun Alip jatuh pada hari Rabu Wage (Aboge). Mulai
tahun 1867 hingga menjelang tahun 1987, tanggal satu Suro tahun Alip jatuh pada hari Selasa Pon
(Asopon). Mulai permulaan tahun 1987, hingga menjelang tahun 2107, tanggal satu Suro tahun Alif
jatuh pada hari Senin Pahing (Anining) (PBNU, 2006: 49). 2 Hisab haqīqī bi al-taqrīb adalah hisab yang datangnya bersumber dari data yang telah
disusun dan telah dikumpulkan oleh Ulugh Beyk al-Samarqandy (wafat 1420 M). Data-data tersebut
51
Penggunaan hisab sebagai penetapan awal bulan hijriyah di wilayah Jawa
Tengah ini tidak terlepas dari sisi sejarah, keadaan serta perkembangan ilmu
falak. Dari sisi sejarah, wilayah Jawa Tengah merupakan basis dari kerajaan
Islam terbesar di Indonesia. Di Jawa Tengah ini setidaknya ada dua kerajaan
Islam terbesar pada masanya yang pernah berkembang yaitu Kerajaan Demak
Bintoro dan Kerajaan Mataram Jawa (Surakarta).
merupakan hasil pengamatan yang berdasarkan pada teori geosentris
2. Dalam mencari ketinggian
Hilal, menurut sistem hisab ini dihitung dari titik pusat Bumi, bukan dari permukaan bumi. ketinggian
Hilal sistem hisab ini berpedoman pada gerak rata-rata Bulan, yakni setiap harinya Bulan bergerak ke
arah timur rata-rata 12 derajat. Sehingga operasional hisab ini adalah dengan memperhitungkan selisih
waktu ijtimak (konjungsi) dengan waktu Matahari terbenam kemudian dibagi dua. Sebagai
konsekuensinya adalah apabila ijtimak terjadi sebelum Matahari terbenam, maka praktis Bulan (Hilal)
sudah di atas ufuk ketika Matahari terbenam. Hisab ini masih belum dapat memberikan informasi
tentang azimuth Bulan maupun Matahari (PBNU, 2006:49). Diantara pengguna hisab ini adalah
penganut kitab Fath al-Rauf al-Mannan karya Kyai Jalil Kudus dan kitab Sullam al-Nayyirain karya
Syekh Mansur al-Batawi. 3 Hisab haqīqī bi al-tahqīq menurut Syful Mujab (2007: 9-10) adalah hisab yang
perhitungannya berdasarkan data astronomis yang diolah dengan trigonometri (ilmu ukur segitiga)
dengan koreksi-koreksi gerak Bulan maupun Matahari yang sangat teliti. Dalam menyelesaikan
perhitungannya digunakan alat-alat elektronik misalnya kalkulator ataupun komputer. Dapat pula
diselesaikan dengan menggunakan daftar logaritma empat desimal maupun dengan menggunakan
Rubu' al-Mujayyāb. Hanya saja perhitungan yang diselesaikan dengan menggunakan daftar logaritma
maupun Rubu' hasilnya kurang begitu teliti. Hal ini disebabkan adanya pembulatan angka-angka invers
dari daftar logaritma, serta ketidaktepatan pembagian pada menit dan detik. Dalam menghitung
ketinggian Hilal, sistem hisab ini memperhatikan posisi observer (lintang tempat maupun bujur
tempatnya), deklinasi Bulan dan sudut waktu Bulan atau asensiorecta. Bahkan lebih lanjut
diperhitungkan pula pengaruh refraksi (pembiasan sinar)3, paralaks (beda lihat), dip (kerendahan ufuk)
dan semidiameter Bulan. Hisab haqīqī bi al-tahqīq ini mampu memberikan informasi tentang waktu
terbenamnya Matahari setelah terjadi konjungsi, ketinggian Hilal, serta azimuth Matahari maupun
Bulan untuk suatu tempat observasi. Pengguna metode ini diantaranya KH. Turaichan Adjhuri Kudus
dengan hisab Menara Kudus. 4 Untuk sistem hisab generasi ke tiga dari sistem hisab hakiki ini. pada dasarnya memiliki
kemiripan dengan sistem hisab haqīqī bi al-tahqīq, yaitu sama-sama telah memakai hisab dengan
perhitungannya berdasarkan data astronomis yang diolah dengan spherical trigonometry (ilmu ukur
segitiga bola) dengan koreksi-koreksi gerak Bulan dan Matahari yang sangat teliti (Syful Mujab: 9-10).
Adapun pembeda antara keduanya hanya data yang ditampilkan. Data-data hisab hakiki kontemporer
ini merupakan data yang sudah masak untuk diaplikasikan ke dalam rumus segitiga bola, tanpa harus
diolah terlebih dahulu seperti yang dipakai oleh sistem hisab sebelumnya. Selain itu pada sistem ini
koreksi atau pen-ta’dil-an dilakukan dengan tahapan yang banyak sekali (Sabiq, 2007: 106-107).
ORMAS Muhammadiyah merupakan penganut penggunaan hisab kontemporer ini sebagai penetapan
awal bulan Hijriyah.
52
Pada masa kerajaan Demak Bintoro pernah terjadi kegiatan yang terkenal
dan berhubungan dengan ilmu falak, yaitu sejarah ketika pembangunan Masjid
Agung Demak. Pada saat pembangunannya, Sunan Kalijaga yang menetapkan
arah kiblatnya5. Selain kerajaan Demak, kerajaan Mataram juga terkenal
dengan akulturasi Kalender Jawa dengan Kalender Hijriyah yang disebut
Kalender Jawa Islam ini diprakasai oleh Sultan Agung Hanyokro Kusumo.
Salah satu konsep Kalender Jawa Islam ini adalah hisab Aboge yang sebagian
muslim di Jawa Tengah menggunakannya sebagai penetapan awal bulan
hijriyah seperti masyarakat di Dusun Golak Desa Kenteng, Ambarawa
Semarang serta di Desa Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas
(Fauzi, 2011: 49-50).
Dalam perkembangannya di wilayah Jawa Tengah juga sejak dahulu
terkenal sebagai tempat lahirnya ahli hisab falak Indonesia dengan berbagai
karyanya dalam ilmu falak. Di antara ulama ahli falak Jawa Tengah adalah KH.
Dahlan al-Samarani, KH. Abdul Jalil Kudus dengan Karyanya Kitab Fath al-
Rauf al-Mannan, KH. Turaichan Adjhuri Kudus dengan Hisab Menara-nya,
KH. Zubair Umar Al-Jailani Salatiga (Rektor pertama IAIN Walisongo
Semarang) dengan kitabnya Khulashoh al-Wafiyah, KH. Noor Ahmad Jepara
dengan salah satu Karyanya kitab Nur al-Anwar, dan masih banyak lagi.
5 Dengan mengesampingkan ke-wali-an Sunan Kalijaga, penetapan kiblat dengan metode
serupa dapat dilakukan melalui metode penetapan arah kiblat memakai konsep perhitungan Rashdul
Kiblat (bayangan kiblat). Di mana penetapannya kita hanya mengarahkan kiblat suatu tempat sesuai
dengan arah bayangan Matahari pada waktu tertentu.
53
2. Penetapan dengan Rukyat.
Rukyat sebagai penetapan awal bulan hijriyah di Jawa Tengah telah
berlangsung sangat lama sekali. Salah satu yang mengidentifikasi hal tersebut
adalah konsep penetapan awal bulan hijriyah Ormas Nahdlatul Ulama (NU)
yang harus menggunakan Rukyat bi al-Fi’li (dengan mata langsung). Padahal
jika dilihat dari sejarahnya, sebagian ulama pendiri NU (ORMAS yang
didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H) berasal dari Jawa
Tengah, seperti KHR. Asnawi (Kudus), KH. Ma’shum (Lasem), KH. Ridlwan
(Semarang), dan KH. Dahlan Abdul Qahhar (Kertosono). (Zahro, 2004: 18)
Rukyat sebagai penetapan awal bulan hijriyah di Provinsi Jawa Tengah
pada perkembangannya dilaksanakan hampir di berbagai tempat di kabupaten
dan kota. Di antara sebagian tempat yang selalu dijadikan titik pengamatan
Hilal di Provinsi Jawa Tengah adalah, Pantai Marina dan Masjid Agung Jawa
Tengah (MAJT) untuk wilayah Kota Semarang, Pondok Pesantren As-Salam
Sukoharjo, Pantai Alam Indah Kabupaten Tegal, Pantai Kartini di Kabupaten
Jepara, Pantai Logending di Kebumen, dan lain sebagainya.
Pelaksanaan rukyat sebagai metode penetapan awal bulan hijriyah di
Provinsi Jawa Tengah hampir merata di setiap daerah baik di Kabupaten
maupun Kota. Kegiatan ini dilaksanakan oleh berbagai kalangan dan organisasi,
mulai Kantor Wilayah Kemenag Jawa Tengah dan Kabupaten/Kota, Pengadilan
Agama, Pemkab, BHRD (Badan Hisab Rukyat Daerah), Ormas-Ormas Islam,
dan sebagainya.
54
Rukyat yang berkembang di Jawa Tengah, seperti halnya yang berkembang
di Indonesia. Pengguna rukyat ini terbagi dalam dua klompok yaitu rukyat lokal dan
rukyat global. Rukyat lokal atau ru’yah fī wilāyāt al-ḥukmi sebagai konsep
penetapan awal bulan hijriyah merupakan metode yang dianut mayoritas ulama,
kelompok serta lembaga di Jawa Tengah. Keadaan ini bisa dilihat dengan
banyaknya tempat-tempat yang dikondisikan untuk rukyatulHilal sebagai sarana
untuk melihat Hilal yang tersebar di setiap daerahdi Jawa Tengah. Sedangkan
pengguna rukyat global di Jawa Tengah dianut oleh Ormas Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI)6 dan Jama’ah Hizbullah
7.
C. Data Tempat-Tempat Rukyat di Jawa Tengah
Kegiatan Rukyatulhilal di Jawa Tengah pada dasarnya dilakukan oleh
berbagai wilayah di setiap Kabupaten dan Kota di Provinsi ini. Kegiatan
Rukyatulhilal tersebut akan lebih baik jika diimbangi oleh lokasi yang strategis untuk
melakukannya. Di antara berbagai lokasi rukyat yang dianggap strategis oleh
berbagai wilayah di Provinsi Jawa tengah antara lain; Pantai Ujungnegoro Kabupaten
Batang, Pantai Binangun Kabupaten Rembang, Pelabuhan Kaliwungu Kabupaten
Kendal, Observatorium PP. As-Salam Kabupaten Sukoharjo, Pantai Alam Indah
Kabupaten Tegal, Pantai Logending Kabupaten Kebumen, Pantai Jatikontal
6 Metode ini diambil oleh HTI berdasar atas hadis nabi yang sahih, dan perwujudan kesatuan kaum
muslimin. HTI beranggapan bahwa di antara perwujudan persatuan kaum muslimin adalah kesatuan mereka
dalam mengawali Ramadan Syawal dab Zulhijjah sebagai wujud ketaatan mereka kepada Allah SWT. yang
telah menyatukan mereka, bukan didasarkan atas keputusan para penguasa politik (al-Misykah, 1999: 1) 7 Jama’ah Hijbullah penganut rukyat global ini diantaranya berada di Kecamatan Bulu Kota
Semarang (Ansorullah salah satu ahli hisab Jama’ah Hijbullah: 02 Januari 2014).
55
Kabupaten Purworejo, Pantai Kartini Kabupaten Jepara, dan Menara Al-Husna MAJT
Kota Semarang.
1. Pantai Ujungnegoro Kabupaten Batang.
Kabupaten Batang terletak pada koordinat 6°5’46” sampai 7°11’47”
Lintang Selatan dan antara 109°40’19” sampai 110°3’6” Bujur Timur di pantai
Utara Jawa Tengah dan berada pada jalur utama pantura (yang menghubungkan
Jakarta-Surabaya) dengan luas daerah 78.864,15 Ha. Batas wilayah Kabupaten
Batang adalah sebelah Barat berbatasan dengan Kota dan Kabupaten
Pekalongan, sebelah Selatan dengan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten
Banjarnegara, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan sebelah
utara berbatasan dengan Laut Jawa. Kondisi wilayah Kabupaten Batang
merupakan kombinasi antara daerah pantai, dataran rendah dan pegunungan
(www.batangkab.go.id, profil: diakses 05 Januari 2014).
Kabupaten Batang yang terletak di jalur pantai Utara Pulau Jawa
(Pantura) memiliki iklim tropis dengan jumlah hari hujan pada bulan Oktober-
April dan musim kemarau pada bulan April-Oktober, dimana kedua musim ini
silih berganti sepanjang tahun. Berdasarkan 15 stasiun penangkar curah hujan,
di wilayah Kabupaten Batang memiliki perbedaan yang cukup mencolok
sepanjang tahun, yaitu; daerah atas8 mempunyai curah hujan tahunan lebih
tinggi, yaitu 4.098 mm dengan rata-rata 683 mm, jumlah hari hujan 137 hari
8 Kecamatan, Wonotunggal, Bandar, Blado, Reban, Bawang dan Tersono
56
dengan rata-rata 23 hari. Daerah bawah9 mempunyai rata-rata curah hujan lebih
rendah, yaitu 2.277 mm dengan rata-rata 455,4 mm, jumlah hari hujan 88 hari
dengan rata-rata 18 hari. (jateng.litbang.deptan.go.id)
Dari hasil tersebut dapat disimpukan bahwa seluruh wilayah Kabupaten
Batang termasuk daerah tipe iklim basah, karena jumlah hujan 8.371 mm
dengan rata-rata 558,1 mm. Kualitas udara Kabupaten Batang termasuk bagus,
karena tidak banyak tercemari oleh polusi udara. Jarangnya aktifitas industri
dengan kondisi pedesaan yang masih banyak hutan menjadikan langit
Kabupaten Batang bersih dari polusi, baik polusi udara maupun polusi cahaya.
Gambar 3.2. Peta Kabupaten Batang Jawa Tengah
(www.batangkab.go.id: 05 Januari 2014)
Kabupaten Batang memiliki panjang pesisir pantai ± 38,75 km yang
membentang pada enam wilayah administrasi kecamatan dengan Pantai
Ujungnegoro yang terletak di Desa Ujungnegoro, Kecamatan Kandeman,
9 Kecamatan Gringsing, Limpung, Subah, Tulis, Batang, dan Warungasem
57
Kabupaten Batang adalah salah satu pantai yang terletak di pesisir Utara pulau
Jawa. Pantai ini berjarak 5 km ke arah utara dari jalur pantura Semarang-Jakarta
dan terletak 14 km arah timur laut dari Kota Batang Jawa Tengah
(www.batangkab.go.id: 05 Januari 2014).
Akses menuju Pantai Ujungnegoro Kabupaten Batang ini cukup mudah.
Dari pusat Kota Batang kita menuju ke arah timur melewati jalur pantura sejauh
10 km sampai gapura Pantai Ujungnegoro yang berada di pinggir jalur pantura
Kecamatan Kandeman. Dari gerbang Pantai Ujungnegoro tersebut, kita masuk
sejauh 5 km melewati jalan desa yang kondisi jalan yang cukup bagus sampai
lokasi wisata Pantai Ujungnegoro. Banyak potensi yang bisa dikembangkan di
Pantai Ujungnegoro Kabupaten Batang ini, diantaranya adalah potensi wisata,
potensi konservasi kelautan dan perikanan, potensi religi dan kearifan lokal,
dan potensi ilmiah.10
Potensi ilmiyah Pantai Ujungnegoro Kabupaten Batang ini sering
dijadikan sebagai obyek penelitian baik dari segi pengelolaan wisatanya,
sejarahnya, potensi kelautannya dan juga sering digunakan untuk kegiatan
10
Di pantai ini terdapat Daerah Tujuan Wisata (DTW) Pantai Ujungnegoro yang dikelola oleh
Pemda setempat. Kawasan wisata yang berupa pantai dengan pemandangan yang indah mampu
menjadi daya tarik wisata, baik oleh wisatawan lokal maupun dari luar kota. Jumlah kunjungan
wisatawan mencapai 22.720 orang pertahun. Selain Daerah Tujuan Wisata, di pantai ini juga terdapat
Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Ujungnegoro-Roban yang dikelola oleh Dinas Kelautan
dan Perikanan setempat. KKLD Pantai Ujungnegoro-Roban terletak pada posisi geografis 6°52'00" LS
– 109°50'59" BT memiliki luas kawasan laut sebesar 6.800 Ha dan kawasan terestrial seluas 93,75 ha.
Pendekatan Kawasan Konservasi Laut Daerah Pantai Ujungnegoro –Roban sebagai KKLD adalah
dikarenakan kawasan ini melindungi 3 obyek penting dalam menjaga ekosistem, yaitu : (1) kawasan
Karang Kretek yang memiliki peran penting melindungi potensi sumberdaya ikan bagi nelayan
tradisional; (2) kawasan situs Syekh Maulana Magribi yang berperan dalam penyebaran agama Islam
di Batang; dan (3) kawasan wisata pantai Ujungnegoro yang memberikan andil pada perkembangan
industri pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Batang.
58
pengamatan Hilal setiap tahun untuk menentukan awal bulan Hijriyah. Pantai
Ujungnegoro digunakan sebagai tempat rukyatulhilal setiap tahunnya oleh
beberapa instansi. Kegiatan rukyatulhilal rutin dilaksanakan setiap tahunnya
guna menentukan awal Rama an, Syawal dan ulhijjah oleh Kementerian
Agama setempat dengan berkoordinasi dengan Pengadilan Agama, Ormas
Islam dan Perguruan Tinggi.
Kegiatan rukyatulhilal dilaksanakan di pantai wisata Ujungnegoro
Kabupaten Batang pada koordinat 6°56’ LS dan 109°43’ BT. Kegiatan
rukyatulhilal ini dilaksanakan oleh Kementerian Agama Kabupaten Batang
sebagai koordinator dengan mengikutsertakan Ormas Islam dan Pengadilan
Agama setempat. Tidak hanya oleh Kementerian Agama Kabupaten Batang
saja, namun Kementerian Agama Pekalongan yang juga berkoordinasi dengan
Ormas Islam dan Pengadilan Agama setempat juga sering melaksanakan
rukyatulhilal di pantai ini. STAIN Pekalongan semenjak berdiri tahun 1997
juga ikut andil dalam pelaksanaan rukyatulhilal di tempat ini.
Pelaksanaan rukyatulhilal oleh Departemen Agama, Ormas-Ormas Islam
dan STAIN Pekalongan di Pantai Ujungnegoro ini menggunakan beberapa
peralatan bantu untuk mendukung kegiatan tersebut. Karena tidak tersedianya
fasilitas pendukung seperti sumber listrik dan untuk tujuan kepraktisan, maka
rukyatulhilal di pantai ini lebih sering menggunakan theodolit dan peralatan
sederhana lainya. (Nasrullah: 30-12-2013)
59
Di pantai ini pada dasarnya terdapat dua titik yang dijadikan pengamatan
Hilal. Kedua titik tersebut digunakan untuk pengamatan Hilal. Titik pertama
yaitu bertempat di sekitar komplek Makam Syaikh Maulana Maghribi yang
masih satu komplek dengan kawasan wisata Pantai Ujungnegoro. Lokasi
rukyatulhilal di titik pertama ini cukup luas dan tinggi dengan pemandangan
yang indah. Titik pertama ini sering digunakan oleh Kementerian Agama
Batang yang berkoordinasi dengan Ormas Islam dan Pengadilan Agama
setempat. Dari hasil observasi titik pertama diketahui bahwa pandangan ke arah
ufuk Barat terhalang oleh bukit yang berada di sebelah Barat daya. Bukit ini
menghalangi pandangan mulai dari azimuth 298°30’ sampai ke arah selatan.
Titik kedua bertempat di area perkebunan dengan posisi lintang 06°53’LS
dan bujur 109°47’ BT dengan ketinggian 27,5 meter di atas permukaan laut.
Pada awalnya pelaksanaan rukyatulhilal dilaksanakan di titik pertama, namun
pada titik pertama terdapat kelemahan yaitu terhalang oleh bukit yang berada di
sebelah Barat Daya. Meskipun pada titik pertama ada tempat yang cukup tinggi,
namun bukit yang posisinya menjorok ke utara ini juga tinggi, sehingga
menghalangi pandangan dari titik pertama ini ke arah Barat. Tim Hisab STAIN
Pekalongan yang dipimpin oleh Bapak Muslih (dosen Ilmu Falak STAIN
Pekalongan) berinisiatif mencari alternatif tempat pengamatan yang lebih baik
dari titik pertama ini dan dipilihlah titik kedua. (Nasrullah: 30-12-2013)
Titik kedua terletak di area perkebunan warga yang banyak ditanami
singkong, kakao dan sengon. Pada tahun 2002, STAIN Pekalongan
60
mengusulkan kepada Kementerian Agama Pusat untuk membebaskan tanah
perkebunan warga itu untuk dijadikan tempat pengamatan Hilal. Sebelum
dilakukan pembebasan tanah, datang utusan dari Kementerian Agama RI yang
pada waktu itu diwakili dari Subdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat untuk
melakukan uji kelayakan. Uji kelayakan dilaksanakan pada bulan Agustus 2002
dengan cara mengetahui arah mata angin sejati11
. (Nasrullah: 30-12-2013)
Dari hasil uji kelayakan tersebut, didapatkan hasil bahwa titik kedua
tersebut secara geografis layak untuk dijadikan tempat rukyatulhilal karena
mempunyai pandangan yang terbuka dan luas di ufuk sebelah barat mulai
246,5° ke utara. Setelah dilakukan uji kelayakan, pada tahun 200212
,
Kementerian Agama pusat membeli tanah seluas 3700 m2 dengan Sertifikat
Hak Pakai. Di atas tanah seluas 3700 m2 ini rencananya akan dibuatkan menara
setinggi 5 meter sebagai tempat pengamatan Hilal untuk menghindari gangguan
pandangan berupa pepohonan yang tumbuh di sekitar lokasi ini. (Nasrullah: 30-
12-2013)
11
Pengukuran dilakukan dengan acuan azimuth Matahari. Dengan menggunakan alat
theodolit, posisi matahari dibidik kemudian dihitung azimuthnya dengan bantuan data ephemeris.
Setelah azimuth matahari diketahui, selanjutnya theodolit diputar ke kiri sebesar nilai azimuth matahari
untuk mengetahui titik utara sejati. Setelah titik utara sejati diketahui, selanjutnya theodolit diputar
sebesar 23,5° ke utara dan 23,5° ke selatan dari nilai azimuth 270° 12
Tepatnya pada tanggal 1 November 2002.
61
Gambar 3.3. Lokasi Pantai Ujungnegoro Kabupaten Batang Jawa Tengah
(Google Earth)
Menurut M. Nasrullah ( Wawancara: 30-12-2013) dalam penentuan awal
bulan hijriyah, hisab yang dipakai untuk melakukan pengamatan Hilal di Pantai
Ujungnegoro ini beraneka ragam di antaranya dengan metode hisab haqiqi bi
al-taqrib, haqiqi bi al-tahqiq dan haqiqi bi al-tadqiq (kontemporer). Di antara
kitab yang dipakai untuk menghitung posisi, keadaan dan ketinggian Hilal
antara lain; Kitab Fath al-Rauf al-Mannan, Kitab Tashil al-Mitsal, Risalah al-
Qomarain, Al-Syahru, Ephimeris Hisab Rukyat Kemenag RI, Astronomical
Jean Meeus, dll.
62
Gambar 3.4. Pantai Ujungnegoro Kabupaten Batang Jawa Tengah
(dokumentasi Pribadi)
2. Pantai Binangun Kabupaten Rembang
Kabupaten Rembang terletak di ujung Timur laut Provinsi Jawa Tengah
dan dilalui jalan pantai Utara Jawa (Pantura). Letak geografis Kabupaten
Rembang pada koordinat 111o00
’-111
o30’ Bujur Timur dan 6
o30’-7
o6’ Lintang
Selatan. Secara umum kondisi wilayah berdataran rendah dengan ketinggian
tanahnya kurang lebih 70 m dpl. Secara administratif wilayah Kabupaten
Rembang berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kabupaten Tuban
Sebelah Selatan : Kabupaten Blora
Sebelah Barat : Kabupaten Pati
63
Gambar 3.5. Peta wilayah Kabupaten Rembang Jawa Tengah
(www.rembangkab.go.id: 05 Januari 2014)
Banyaknya gugusan pantai di Kabupaten Rembang yang menghadap ke
laut Jawa menjadikan kabupaten ini mudah untuk melihat benda-benda yang
ada di ufuk. Kemudahan ini diantaranya bisa dipakai untuk kegiatan
rukyatulhilal (melihat Hilal). Salah satu tempat yang dijadikan tempat kegiatan
rukyatulhilal adalah Pantai Binangun yang berada di Kecamatan Lasem
Kabupaten Rembang.
Akses jalan menuju pantai Binangun ini lancar (akses jalan Pantura) dan
dekat dengan jalan raya, dengan tempat yang rapi. Akan tetapi setiap sore
pantai ini ramai pengunjung karena merupakan salah satu tempat wisata pantai
di kabupaten Rembang. Dari berbagai pengamatan Hilal, peralatan yang
digunakan oleh Tim tergolong lengkap, diantaranya; Nextar, Theodolite, Sky
Scout, Telescop dan lain sebagainya.
Selain Badan Hisab Rukyat, Kementerian Agama dan Pengadilan Agama
Rembang, masih banyak lagi profesional dari ormas Islam dan masyarakat ikut
64
dalam pengamatan Hilal di tempat ini. Di antara yang terlibat adalah Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Kab. Rembang, NU, Muhammadiyah, DMI, berbagai
Pondok Pesantren di lingkungan Kab. Rembang. Secara Individu tim ahli
dipimpin oleh Bapak DRS. H. Zaenal Hakim dan KH. Zaenal Abidin.
Gambar 3.6. Pantai Binangun Rembang Jawa Tengah
(Dokumentasi Pribadi)
3. Pelabuhan Kaliwungu Kabupaten Kendal
Letak Kabupaten Kendal yang berbatasan langsung dengan Kota
Semarang sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah sedikit banyak memberikan
pengaruh bagi perkembangan wilayah Kabupaten Kendal. Batas-batas
administratif Kabupaten Kendal adalah :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kota Semarang
Sebelah Selatan : Kabupaten Temanggung
Sebelah Barat : Kabupaten Batang
65
Secara umum, wilayah Kabupaten Kendal terbagi menjadi 2 (dua) daerah
dataran, yaitu daerah dataran rendah (pantai) dan daerah dataran tinggi
(perbukitan hingga pegunungan). Wilayah Kabupaten Kendal bagian utara
merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 - 10 meter dpl13
.
Wilayah Kabupaten Kendal bagian selatan merupakan daerah dataran tinggi
yang terdiri atas tanah perbukitan hingga pegunungan dengan ketinggian antara
10-2.579 meter dpl14
.
Mengingat wilayah Kabupaten Kendal yang terbagi menjadi 2 (dua)
daerah dataran, maka kondisi tersebut mempengaruhi kondisi iklim wilayah
Kabupaten Kendal. Wilayah Kabupaten Kendal bagian utara yang didominasi
oleh daerah dataran rendah dan berdekatan dengan Laut Jawa, maka kondisi
iklim di daerah tersebut cenderung lebih panas dengan suhu rata-rata 27o C.
Sedangkan wilayah Kabupaten Kendal bagian selatan yang merupakan daerah
pegunungan dan dataran tinggi, kondisi iklim di daerah tersebut cenderung
lebih sejuk dengan suhu rata-rata 25o C.
13
Daerah ini meliputi Kecamatan Weleri, Rowosari, Kangkung, Cepiring, Gemuh, Ringinarum,
Pegandon, Ngampel, Patebon, Kendal, Brangsong, dan Kaliwungu. 14
Meliputi Kaliwungu Selatan, Plantungan, Pageruyung, Sukorejo, Patean, Singorojo, Boja dan
Limbangan.
66
Gambar 3.7. Peta Wilayah Kabupaten Kendal Jawa Tengah
(www.kendalkab.go.id: 05 Januari 2014)
Pelabuhan Kaliwungu yang menjadi tempat rukyatulhilal di Kabupaten
Kendal, terletak pada wilayah Kabupaten Kendal bagian Utara yang ketinggian
tempat 0-10 meter dpl, dengan kondisi iklim cendrung lebih panas dengan suhu
rata-rata 27o C. Kondisi jalan menuju tempat rukyat relatif dekat dan mudah
terjangkau dengan jarak 4,2 km dari jalan alteri Kaliwungu. Akan tetapi kondisi
jalan banyak yang rusak, sehingga ketika musim hujan jalan sangat licin dan
banyak genangan air.
Pelabuhan Kaliwungu terletak di Desa Wonorejo, Kec. Kaliwungu Kab.
Kendal dengan koordinat 6°55’05,07” LS dan 110°17’13,66” BT. Tekanan
udara di tempat ini mencapai 20-25°C dengan ketinggian 2 M dpl. Pelabuhan
ini dibangun pada tahun 2001 pada masa Bupati H. Hendy Boedoro, SH, M.Si.,
dengan luas 58 ha. Kondisi Pelabuhan Kaliwungu sebagai tempat melihat Hilal,
pelabuhan Kaliwungu digunakan pertama kali oleh BHRD Kabupaten Kendal
67
dan Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Kabupaten Kendal pada tahun
2008 (Abshor: 30-12-2013).
Gambar 3.8. Pelabuhan Kaliwungu Kabupaten Kendal Jawa Tengah
(dokumentasi pribadi)
4. Observatorium PP. As-Salam Kabupaten Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Sukoharjo terletak pada
posisi 110o 42’ 06.79” Bujur Timur – 110
o 57’ 33.70” Bujur Timur dan 7
o32’
17.00” Lintang Selatan –7o 49’ 32.00” Lintang Selatan. Batas wilayah
Kabupaten Sukoharjo meliputi
Sebelah Utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar
Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DIY) dan
Kabupaten Wonogiri
Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten.
68
Secara administrasi Kabupaten Sukoharjo terbagi menjadi 12 kecamatan
yang terdiri atas 150 desa dan 17 kelurahan, dengan Ibukota Kabupaten yang
terletak di Kecamatan Bendosari yang berjarak 12 km dari Kota Surakarta.
Kabupaten Sukoharjo memiliki luas wilayah keseluruhan sebesar 46.666 Ha
atau sekitar 1,43% luas wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Kemiringan lahan di Kabupaten Sukoharjo yang memiliki kemiringan
datar (0-2%) seluas 36.443 Ha, bergelombang (2 -15%) seluas 8.609,25 Ha,
curam (15-40%) seluas 1.088,75 dan sangat curam seluas 525 Ha. Kabupaten
Sukoharjo berada pada ketinggian wilayah antara 125 – 80 dpl. Tempat
tertinggi di atas permukaan air laut adalah Kecamatan Polokarto yaitu 125 m
dpl, dan yang terendah adalah Kecamatan Grogol yaitu 80 m dpl.
Gambar 3.9. Peta Wilayah Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah
(www.sukoharjokab.go.id: 05 Januari 2014)
Kabupaten Sukoharjo beriklim tropis dan bertemperatur sedang. Suhu
udara di Kabupaten Sukoharjo berkisar antara 24 C (suhu terendah) sampai
69
dengan 29 C. Sedangkan kelembaban udara yang terjadi bervariasi dari 75 %
sampai dengan 92%.
Di tengah Kota Kabupaten Sukoharjo ini, observatorium pengamatan
Hilal PPMI Assalam berada. Tempat ini berada pada koordinat geografis
7o33’12.1” Lintang Selatan dan 110
o46’16,2” Bujur Timur. Posisi tempat PP.
Assalam ini berada di daerah perkotaan dengan akses menuju tempat rukyat
lancar dan ramai. PP. Assalam ini pula, bersebelahan dengan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Ketinggian tempat observasi rukyat PP. Assalam ini
mencapai ketinggian 111 m dpl.
Secara kontruksi, tempat yang digunakan oleh PP. Assalam ini sangat
refresentatif dan tergolong canggih. Ini dikarenakan tempat yang dipakai
rukyatulhilal tersebut di desain khusus untuk observasi benda-benda langit.
Walaupun di tengah kota keberadaan tempatnya berada di atas dan
memudahkan melihat ufuk. Dikarenakan bangunan tempatnya berlantai enam
dengan posisi observasi di lantai lima dan enam.
Gambar 3.10. Lokasi tempat Rukyat PP Assalam Sukoharjo
(dokumentasi pribadi)
70
Adapun peralatan yang dipakai di tempat observatorium ini tergolong
sangat lengkap, dimulai dari alat yang sangat sederhana sampai teleskop
canggih. Peserta pengamatan Hilal di PP. Assalam ini sangat beragam dan
banyak. Diantara tim pengamatan Hilal terdiri dari CASA (Club Astronomi
Santri Assalam) yang dipimpin oleh Bapak AR Sugeng Riyadi yang sekaligus
penanggung jawab Observatorium Assalam ini, Kemenag Kabupaten dan Kota
se-Solo Raya15
, Universitas-Universitas se-Solo Raya, Ormas NU,
Muhammadiyah dan lain sebagainya.
5. Pantai Alam Indah Kota Tegal
Kota Tegal yang terletak di sebelah Barat Provinsi Jawa Tengah memiliki
luas wilayah 38,50 kilometer. Pemerintahannya terdiri atas empat wilayah
kecamatan, yaitu Kecamatan Margadana, Kecamatan Tegal Barat, Kecamatan
Tegal Timur dan Kecamatan Tegal Selatan. Kota Tegal memiliki beberapa
tempat wisata bahari yang menarik dan cocok untuk dikunjungi dalam mengisi
liburan bersama keluarga maupun kerabat. Wisata bahari yang terkenal di Tegal
adalah Pantai Alam Indah (PAI) yang didirikan pada tahun 1971. Pantai Alam
Indah (PAI) terletak di pesisir pantai Kota Tegal, Provinsi Jawa Tengah, dengan
luas sekitar 17 Hektar (tegalkota.go.id: 06-01-2014).
Pantai Alam Indah Tegal memiliki koordinat 6°51'6,3" LS, dan 109° 08'
34,1" BT dan memiliki azimut tempat batas wilayah Selatan sebesar
15
Solo Raya ini biasa disebut SUBOSUKA WONOSRATEN yaitu Surakarta, Boyolali,
Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Daerah ini dianggap sebagai daerah strategis
Solo Raya.
71
253°26’23,19’’. Wilayah Pantai Alam Indah di kotamadya Tegal memilik
kondisi airnya yang relatif tenang dan kondisi alamnya yang masih alami.
Pantai Alam Indah Tegal berada di pesisir pantai Kota Tegal yang termasuk
dalam Kelurahan Mintaragen Kecamatan Tegal Timur.
Lokasi pantai Alam Indah ini cukup luas, hingga mencapai 5 Ha. Bentuk
pantai yang datar dan bersih memanjang sampai sepanjang 1000 meter. Di
kawasan pantai ini terdapat juga bangunan-bangunan tua peninggalan angkatan
laut yang dahulu dipakai sebagai tempat pelatihan opsir. Salah satunya adalah
terdapatnya menara Distrik Navigasi yang mempunyai ketinggian (h) ± 30 m
yang biasa digunakan sebagai sarana pembantu dalam observasi Hilal.
Data sejarah pelaksanan rukyatulhilal di Pantai Alam Indah Tegal
menurut H. Faturrohim16
(24-12-2013) berawal dari tuntutan kewajiban
rukyatulhilal pada setiap bulannya terutama pada penentuan awal Rama an,
Syawal dan ulhijjah. Di Kota Tegal terdapat tiga pantai yang terkenal di
kalangan masyarakat, yaitu pantai Alam Indah Tegal, Pantai Purwahamba Indah
Tegal, dan Pantai Radar Angkatan Udara RI Tegal. Akan tetapi dari ketiga
tempat itu dipilihlah pantai Alam Indah Tegal sebagai tempat yang sering
digunakan untuk rukyatulhilal dengan pertimbangan, antara lain:
a) Keadaan pantai yang lebih menjorok ke Utara sehingga lebih menjangkau
untuk melihat ke arah Selatan ufuk.
b) Keadaan posisi pantai yang tidak terdapat penghalang di sepanjang ufuk.
16
Lajnah Falakiyah PCNU Tegal
72
c) Di pantai Alam Indah Tegal terdapat menara Distrik Navigasi (Menara
dengan ketinggian ± 40 m dpl.) sebagai sarana pembantu dalam pelaksanaan
rukyatulhilal.
Gambar 3.11. Lokasi tempat Rukyat PAI Tegal
(dokumentasi pribadi)
Fathurrohman menuturkan bahwa pelaksanaan rukyatulhilal di Pantai
Alam Indah Tegal pada dasanya telah dilalukan sejak tahun 1997, akan tetapi
pelaksanaan rukyat dengan sepengetahuan PBNU dilaksanakan sejak tahun
2006. Sebab sejak tahun itu setiap diadakan rukyat selalu melaporkan hasil
rukyat kepada PBNU.
Adapun tim rukyat di Pantai Alam Indah Tegal merupakan tim
gabungan, yakni dari Lajnah Falakiyah PCNU Tegal, BHRD Tegal, Kemenag
Tegal, PCNU Brebes dan Pemalang. Selama kegiatan rukyat peralatan rukyat
yang biasa dipakai di tempat rukyat ini adalah dengan menggunakan theodolit,
gawang lokasi dan teropong binokuler.
73
Posisi Pantai Alam Indah ini terletak di pinggir kota di mana akses
transportasi untuk menuju ke pantai tersebut sangat mudah terjangkau. Sebab
akses jalan berada di tepi jalan raya Pantura. Tempat rukyat ini memiliki
fasilitas tempat bersinggah untuk para tim rukyat dan para tamu undangan
ketika diadakan rukyat. Tempat tersebut merupakan salah satu ruangan operator
menara Distrik Navigasi yang digunakan sebagai tempat untuk melihat Hilal.
Gambar 3.12. Menara Distrik Navigasi PAI Tegal
(dokumentasi pribadi)
6. Pantai Logending Kabupaten Kebumen
Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah yang terletak di bagian selatan. Secara geografis, Kabupaten Kebumen
terletak pada posisi 7° 27’ – 7° 50’ Lintang Selatan dan 109° 22’ – 109° 50’
Bujur Timur. Secara administratif berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Timur : Kabupaten Purworejo
Sebelah Barat : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap
74
Wilayah Kabupaten Kebumen terletak pada elevasi 0 – 997.5 meter dari
permukaan air laut. Luas wilayah Kabupaten Kebumen sebesar 128.111,50
hektar atau 1.281, 11 km2 terdiri dari 26 kecamatan yang terbagi menjadi 11
kelurahan dan 449 desa. Sebagian besar wilayahnya berupa dataran rendah dan
sebagian merupakan daerah pantai dan pegunungan. Dari luas wilayah
Kabupaten Kebumen tercatat 39.745,00 hektar (31,02%) sebagai lahan sawah
dan 88.366,50 hektar (68,98%) sebagai lahan kering. (kebumenkab.go.id)
Wilayah Kabupaten Kebumen, sebagaimana daerah lain di Indonesia
mempunyai iklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Tercatat curah hujan terbesar 3.062,00 mm. Suhu terendah terjadi di
stasiun pemantauan Wadaslintang sebesar 14,50 C, rata-rata kelembaban udara
setahun 80,00% dan kecepatan angin 1,39 meter/detik. Pada ketinggian 5m-91m
dpl dan temperature rata-rata 24,40oC, menyebabkan Kebumen berselimutkan
iklim tropis yang diwarnai pergantian musim penghujan dan kemarau. Letak
geografis Kebumen sebenarnya menempatkannya sebagai jalur perdagangan
yang strategis di jalur pantai selatan. (kebumenkab.go.id)
75
Gambar 3.13. Peta Kabupaten Kebumen
(kebumenkab.go.id)
Di antara obyek wisata di Kabupaten Kebumen adalah gugusan pantai
Ayah. Selain obyek wisata, gugusan pantai Ayah ini juga menjadi tempat
berlangsungnya kegiatan ilmiah rukyatulhilal (melihat Hilal) yang diadakan
Kementerian Agama dan BHRD Kabupaten Kebumen. Salah satu gugusan
pantai ayah yang dijadikan tempat rukyatulhilal sebagai salah satu sarana
penetapan awal bulan hijriyah adalah Pantai Logending.
Pantai yang menghadap ke Samudra Indonesia ini berlokasi di koordinat
7° 43’55” Lintang Selatan dan 109° 23’26.9” Bujur Timur. Kondisi dan akses
jalan menuju tempat rukyat lancar dan berbukit serta sangat jauh dari pusat
Kota. Kondisi sarana dan prasarana yang dipakai walaupun masih minim masih
terdapat bangunan milik pemerintah daerah yang nyaman dan dapat
dipergunakan untuk kegiatan merukyat. Peralatan yang dimiliki hanya berupa
76
theodolite (milik Kemenag Kab. Kebumen) dan teleskop manual serta SLR
milik perorangan.
Gambar 3.14. Pantai Logending Kebumen
(Dokumentasi Pribadi)
Organisasi dan pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan dan
tempat rukyat di pantai Logending ini adalah Kementerian Agama Kab.
Kebumen yang berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti ahli falak dari
RHI (Rukyatul Hilal Indonesia). Sedangkan untuk berbagai pihak yang biasa
terlibat dalam setiap kegiatan rukyat di pantai ini sangat beragam, diantaranya;
tokoh masyarakat setempat, Kemenag Kab. Cilacap, Kemenag Kab.
Banjarnegara, Kemenag Kab. Purworejo, Kemenag Kab. Banyumas, Ormas
Nahdlatul Ulama, RHI, STAIN Purwokerto, STIS Kebumen, dan lain
sebagainya.
77
7. Pantai Jatikontal Kabupaten Purworejo
Secara geografis, Kabupaten Purworejo merupakan bagian dari Provinsi
Jawa Tengah, yang terletak pada posisi antara 109o 47’ 28” – 110
o 8’ 20” Bujur
Timur dan 7o 32’ – 7
o 54” LintangSelatan. Luas daerah adalah 1.034,82 km
2
yang terdiri dari +2/5 daerah dataran dan 3/5 daerah pegunungan dengan batas-
batas wilayah adalah (purworejokab.go.id):
Sebelah Utara : Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang
Sebelah Timur : Kabupaten Kulonprogo Provinsi DIY
Sebelah Selatan : Samudra Hindia
Sebelah Barat : Kabupaten Kebumen
Secara administratif, Kabupaten Purworejo meliputi 16 kecamatan yang
terdiri dari 469 desa dan 25 kelurahan. Dari enam belas kecamatan di
Kabupaten Purworejo, kecamatan terjauhadalah Kecamatan Bruno dengan jarak
35 km dari pusat kota, dan kecamatan terdekat dari Purworejo adalah
Kecamatan Banyuurip dengan jarak dari pusat kota 4 km. Seluruh
kecamatanyang ada di Kabupaten Purworejo telah terjangkau angkutan umum.
(purworejokab.go.id)
Keadaan rupa bumi17
(topografi) daerah Kabupaten Purworejo secara
umum dapat diuraikan sebagai berikut :
17
Sedangkan kemiringan lereng atau kelerengan di Kabupaten Purworejo dapat
dibedakansebagai berikut; Kemiringan 0 – 2% meliputi bagian selatan dan tengah wilayah
Kabupaten Purworejo. Kemiringan 2 – 15% meliputi sebagian Kecamatan Kemiri, Bruno,
Bener, Loano, dan Bagelen. Kemiringan 15 – 40% meliputi bagian utara dan timur wilayah
78
a) Bagian selatan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara
0 – 25 m dpl.
b) Bagian utara merupakan daerah berbukit-bukit dengan ketinggian antara 25
– 1050 m dpl.
Secara umum Kabupaten Purworejo mempunyai iklim tropis dengan dua
musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau yang datang setiap enam
bulan silih berganti. Suhu rata-rata 20oC – 32
oC. Sedangkan kelembaban rata-
rata antara 70 – 90% dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember sebesar
9.291 mm, diikuti bulan Januari sebesar 7.849 mm. (purworejokab.go.id)
Gambar 3.15. Peta wilayah Kabupaten Purworejo Jawa Tengah
(www.purworejokab.go.id)
Kabupaten Purworejo. Kemiringan > 40% meliputi sebagian Kecamatan Bagelen, Kaligesing,
Loano, Gebang, Bruno, Kemiri, dan Pituruh.
Jenis tanah di Kabupaten Purworejo terdiri dari tanah konsosiasi alluvial hidromorf;
konsosiasi alluvial kelabu; Asosiasi gley humus dan alluvial kelabu;komplek latosol coklat
tua,latosol coklat kemerahan dan litosol; Asosiasi latosol coklat kemerahan dan latosol coklat
tua. Komplek latosol merah kuning,latosol coklat tua dan litosol; konsosiasi regosol coklat;
konsosiasiregosol kelabu.
79
Salah satu daerah pantai yang berada di Kabupaten Purworejo adalah
pantai Jatikontal. Pantai ini berada di koordinat 7o53’11.2” lintang Selatan dan
110o00
o01,2” Bujur Timur. Secara kawasan berada di wilayah Desa Jatikontal
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo. Pantai ini oleh BHRD Kabupten
Purworejo dijadikan tempat rukyatulhilal dimulai pada tahun 2011.
Gambar 3.16. Pantai Jatikontal Purworejo Jawa Tengah
(www.purworejokab.go.id)
Akses menuju pantai Jatikontal ini mudah dijangkau karena di pantai ini
pula terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Alat yang selalu digunakan
pengamatan rukyat selama ini hanya sebuah theodolite milik BHRD Purworejo.
Walaupun demikian, apresiasi berbagai organisasi, ormas Islam dan masyarakat
terhadap pelaksanaan rukyat sangat antusias. Di antara pelaksana rukyat di
Pantai Jatikontal Purwodadi ini adalah BHRD Purworejo, NU, Muhammadiyah,
IKADI, Perguruan Tinggi (seperti STAI An-Nawawi), Pondok Pesantern
sekitar, juga Pemkab Purworejo.
80
8. Pantai Kartini Kabupaten Jepara
Jepara salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah yang terletak di
pantura timur Jawa Tengah, di mana bagian barat dan utara dibatasi oleh laut.
Bagian timur wilayah kabupaten ini merupakan daerah pegunungan. Wilayah
Kabupaten Jepara juga meliputi kepulauan Karimunjawa18
, yakni gugusan
pulau-pulau di Laut Jawa.
Letak Wilayah Jepara sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah
terletak pada: 110°9`48, 02″ sampai 110°58`37,40″ Bujur Timur 5°43`20,67″
sampai 6°47`25, 83″ Lintang Selatan. Dengan batas-batas : Sebelah Barat Laut
Jawa, Sebelah Utara: Laut Jawa, Sebelah Timur: Kabupaten Kudus & Pati
Sebelah Selatan: Kabupaten Demak. (jeparakab.go.id)
Pada saat monsun Barat (Desember, Januari dan Februari), cuaca di
Kabupaten Jepara relatif mendung karena musim penghujan pada umumnya
yang memang akan selalu terjadi di Indonesia. Temperatur (suhu) yang tinggi
terjadi pada bulan Oktober, yaitu antara 25o C sampai dengan 33
o C. Suhu
paling rendah terjadi pada bulan Juli, yaitu antara 19o C sampai dengan 30
o C.
Kelembaban19
udara rata-rata di Jepara sekitar 64% sampai dengan 87%.
(jeparakab.go.id)
18
Dua pulau terbesarnya adalah Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan. Sebagian besar
wilayah Karimunjawa dilindungi dalam Cagar Alam Laut Karimunjawa. Penyeberangan ke kepulauan
ini dilayani oleh kapal ferry yang bertolak dari Pelabuhan Jepara. Karimunjawa juga terdapat lapangan
terbang perintis yang didarati pesawat berjenis kecil dari Semarang. 19
Secara umum kelembaban (Relative Humidity) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan jumlah uap air yang ada di udara dan dinyatakan dalam persen dari jumlah uap air
maksimum dalam kondisi jenuh.
81
Curah hujan rata-rata per tahun di Jepara cukup tinggi. Curah hujan yang
tinggi tersebut dikarenakan evaporasi (penguapan) dari lautan yang cukup
tinggi. Untuk monsun Barat (MB), curah hujan di Jepara rata-rata per tahun
adalah 1919 mm. Untuk monsun Timur (MT), curah hujan rata-ratanya adalah
107 mm. curah hujan rata-rata di daerah Jepara pada umumnya memang relatif
lebih tinggi daripada daerah lain. (jeparakab.go.id)
Gambar 3.17. Peta Kabupaten Jepara Jawa Tengah
(www.jeparakab.go.id)
Pantai Kartini20
Jepara adalah salah satu pantai dan obyek wisata alam
yang terkenal di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Pantai yang berada
di koordinat lintang 6° 35' 19.68" LS dan bujur 110° 38' 40.01" BT, sekitar 2,5
km ke arah barat dari Pendopo Kabupaten Jepara dan seluas kurang lebih 3,5
20
Pantai ini juga merupakan bukti sejarah yang tidak akan lepas dari kehidupan pribadi tokoh
emansipasi wanita R.A Kartini. Pantai yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah kediaman (Pendopo
Kabupaten) di mana ia dibesarkan ini memang dulu menjadi daerah tujuan wisata bagi keluarga atau
kerabat kabupaten untuk beristirahat dan melepas lelah. Di pantai ini pula R.A Kartini pada masa
kecilnya sering bermain-main dan bercanda ria bersama-sama saudaranya. Akhirnya, sebagai
ungkapan penghargaan dan untuk mengingat kebesaran perjuangan R.A Kartini, maka pantai tersebut
dinamakan Pantai Kartini.
82
hektar ini memiliki pemandangan alam yang indah. Keberadaannya didukung
pula oleh obyek wisata Pulau Panjang dan Pulau Karimun Jawa yang terletak
tidak jauh dari lokasi pantai. Pantai Kartini berada sekitar 2 km dari pusat kota,
sehingga cukup mudah untuk dijangkau. Tepatnya terletak di Desa Bulu,
Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah.
Dalam hal ini, selain sebagai tempat wisata, pantai Kartini juga selalu
digunakan untuk kegiatan rukyatulhilal. Lokasi yang mudah dijangkau dan
kondisi udara yang relatif bersih karena tidak ada polusi udara dari pabrik itu,
membuat pantai ini menjadi salah satu titik rukyatulhilal provinsi Jawa Tengah.
Di pantai ini Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah yang
berkoordinasi dengan Kementerian Agama Kabupaten Jepara secara berkala
melakukan pengamatan Hilal di pantai ini. Selain kedua intansi tersebut,
Kementerian Agama Kudus dan Pati, Pengadilan Agama Kabupaten Jepara,
Kudus dan Pati, UIN Walisongo Semarang, UNISNU Jepara, STAIN Kudus,
PCNU Jepara, Kudus dan Pati, serta ormas Islam sekitar lainya melakukan
rukyatulhilal di pantai Kartini.
83
Gambar 3.18. Lokasi Pengamatan Pantai Kartini Jepara Jawa Tengah
9. Menara Al-Husna MAJT Kota Semarang
Letak dan kondisi geografis, Kota Semarang21
memiliki posisi astronomi di
antara garis 6o50’ – 7
o10’ Lintang Selatan dan garis 109
o35’ – 110
o50’ Bujur Timur.
21
Kota Semarang dengan luas wilayah 373,70 Km2 secara administratif terbagi menjadi 16
Kecamatan dan 177 Kelurahan. Dari 16 Kecamatan yang ada, terdapat 2 Kecamatan yang mempunyai
wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen, dengan luas wilayah 57,55 Km2 dan Kecamatan Gunungpati,
dengan luas wilayah 54,11 Km2. Kedua Kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan
wilayah perbukitan yang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan.
Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas
wilayah 5,93 Km2 diikuti oleh Kecamatan Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,14 Km2. Batas wilayah
administratif Kota Semarang sebelah barat adalah Kabupaten Kendal, sebelah timur dengan Kabupaten
Demak, sebelah selatan dengan Kabupaten Semarang dan sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan
panjang garis pantai mencapai 13,6 kilometer. Kota Semarang memiliki posisi geostrategis karena berada
pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, dan merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah yang terdiri
dari empat simpul pintu gerbang yakni koridor pantai Utara; koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti
Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah
Kabupaten Demak/Grobogan; dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Dalam perkembangan dan pertumbuhan
Jawa Tengah, Semarang sangat berperan terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transport darat (jalur
kereta api dan jalan) serta transport udara yang merupakan potensi bagi simpul transportasi Regional Jawa
84
Secara topografis Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan
daerah pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya
berbagai kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran
dengan kemiringan 25% dan 37,78 % merupakan daerah perbukitan dengan
kemiringan 15-40%. Wilayah Kota Semarang berada pada ketinggian antara 0
sampai dengan 348,00 meter dpl (di atas permukaan air laut). Secara topografi
terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah
yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Pada daerah perbukitan mempunyai
ketinggian 90,56 - 348 mdpl.22
(semarangkota.go.id)
Kota bawah merupakan pantai dan dataran rendah yang memiliki
kemiringan antara 0% sampai 5%, sedangkan dibagian Selatan merupakan daerah
dataran tinggi dengan kemiringan bervariasi antara 5%-40%. Secara lengkap
ketinggian tempat di Kota Semarang dapat dilihat pada tabel berikut ini
(semarangkota.go.id):
NO Bagian Wilayah Ketinggian (MDPL)
1 Daerah Pantai 0,75
2 Daerah Dataran Rendah
- Pusat Kota 2,45
- Simpang Lima 3,49
Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan
hubungan dengan luar Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah 22
yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel, Semarang Selatan, Tugu,
Mijen, dan Gunungpati, dan di dataran rendah mempunyai ketinggian 0,75 mdpl.
85
3 Daerah Perbukitan
- Candi Baru 90,56
- Jatingaleh 136,00
- Gombel 270,00
- Mijen 253,00
- Gunung Pati Barat 259,00
- Gunung Pati Timur 348,00
Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang membentuk
suatu kota yang mempunyai ciri khas yaitu terdiri dari daerah perbukitan, dataran
rendah dan daerah pantai. Dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan
adanya berbagai kemiringan tanah berkisar antara 0 persen sampai 40 persen
(curam) dan ketinggian antara 0,75 – 348,00 mdpl. (semarangkota.go.id)
Gambar 3.19. Peta Kota Semarang Jawa Tengah
(www.semarangkota.go.id)
86
Secara klimatologi, Kota Semarang seperti kondisi umum di Indonesia,
mempunyai iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin monsun barat dan
monsun timur. Dari bulan November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara
Barat Laut (NW) menciptakan musim hujan dengan membawa banyak uap air dan
hujan. Sifat periode ini adalah curah hujan sering dan berat, kelembaban relatif
tinggi dan mendung. Lebih dari 80% dari curah hujan tahunan turun di periode ini.
Dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari Selatan Tenggara (SE) menciptakan
musim kemarau, karena membawa sedikit uap air. Sifat periode ini adalah sedikit
jumlah curah hujan, kelembaban lebih rendah, dan jarang mendung.23
(semarangkota.go.id).
Salah satu obyek wisata religi yang berada di Kota Semarang adalah
Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). MAJT ini berada dikawasan Semarang
timur, tepatnya berlokasi di Jalan Gajah Raya Kelurahan Sambirejo, Kecamatan
Gayamsari, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Masjid yang mulai dibangun
pada hari Jumat, tanggal 6 September 2002 tersebut sarana prasarana yang
mempunyai daya tarik tersendiri yaitu bangunan bernama Menara Al-Husna
Tower yang tingginya 99 meter.
23
Berdasarkan data yang ada, curah hujan di Kota Semarang mempunyai sebaran yang tidak merata
sepanjang tahun, dengan total curah hujan rata-rata 9.891 mm per tahun. Ini menunjukkan curah hujan khas
pola di Indonesia, khususnya di Jawa, yang mengikuti pola angin monsun SENW yang umum. Suhu
minimum rata-rata yang diukur di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 21,1 °C pada September
ke 24,6 °C pada bulan Mei, dan suhu maksimum rata-rata berubah-ubah dari 29,9 °C ke 32,9 °C.
Kelembaban relatif bulanan rata-rata berubah-ubah dari minimum 61% pada bulan September ke maksimum
83% pada bulan Januari. Kecepatan angin bulanan rata-rata di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah
dari 215 km/hari pada bulan Agustus sampai 286 km/hari pada bulan Januari. Lamanya sinar matahari, yang
menunjukkan rasio sebenarnya sampai lamanya sinar matahari maksimum hari, bervariasi dari 46% pada
bulan Desember sampai 98% pada bulan Agustus.
87
Bagian dasar dari menara ini terdapat studio Radio Da’is (Dakwah Islam).
Sedangkan di lantai 2 dan lantai 3 digunakan sebagai Museum Kebudayaan
Islam, salah satu isinya terdapat Al-Qur’an Raksasa (Mushaf Akbar24
) karya
santri Pondok Pesantren Al-Asy’aryyah Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo
(Pendiri KH. Muntaha Al-Hafidz). di lantai 18 terdapat Kafe yang lantainya
dapat berputar 360 derajat. Di lantai 19 yaitu untuk menara pandang dilengkapi
dengan 5 teropong yang dapat melihat Kota Semarang. ada awal Rama an
1427 H25
, teropong di masjid ini untuk pertama kalinya digunakan untuk
melihat rukyatulhilal yang dilihat oleh Tim Rukyah Jawa Tengah dengan
menggunakan teropong canggih.
Gambar 3.20. Menara Al-Husna MAJT
(Dokumen Pribadi)
24
Disebut Mushaf Akbar karena ukuran yang besar yaitu 145 cm x 95 cm . 25
Observasi Tanggal 12 Juli 2013.
88
Secara fisik dan akses, Menara Al-Husna MAJT yang berlokasi geografis
6°59'4" Lintang Selatan dan 110°26'47" Bujur Timur tersebut sangat refresentatif
sekali. Hal tersebut dikarenakan akses jalan yang mudah dan bangunan yang
mendukung serta lengkap. Di dalam Menara al-Husna terdapat tempat yang didesain
khusus untuk rukyatulhilal. Tempat khusus tersebut dilengkapi berbagai sarana
pendukung untuk observasi langit termasuk teropong canggih.
Pelaksanaan rukyatulhilal di tempat ini hampir selalu dilaksanakan setiap
akhir bulan hijriyah Rama an, Syawal dan ulhijjah yang dikoordinir oleh Kanwil
Kementerian Agama Wilayah Jawa Tengah. Berbagai kalangan dan elemen yang
berpengaruh, tokoh masyarakat, civitas akademika, ormas-ormas Islam, pegiat Ilmu
Falak dan lain sebagainya melakukan pengamatan Hilal di Menara Al-Husna ini,
diantaranya; BAI MAJT, Kemenag Kota Semarang, Ormas NU, Muhammadiyah,
UIN Walisongo, RHI Jateng dan lain sebagainya.
Gambar 3.21. Kegiatan Rukyatulhilal di Menara Al-Husna MAJT
(Dokumen Pribadi)