181
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Materi pengajaran merupakan salah satu komponen yang penting dalam pembelajaran bahasa Inggris. Bahasa adalah milik suatu budaya, oleh karena itu pembelajaran bahasa juga harus disertai pembelajaran akan budaya. Budaya yang ada di sekeliling siswa sangat bermacam- macam, oleh karena itu agar bisa berhubungan dan berinteraksi dengan baik dengan orang dari berbagai budaya maka siswa perlu dibekali wawasan yang memadai tentang keberagaman budaya yang ada di sekitar mereka. Wawasan multikultur ini bisa diinsersikan di dalam pembelajan formal di sekolah di beberpa mata pelajaran yang relevan termasuk bahasa Inggris. Oleh karena itu bahan ajar bahasa Inggris yang didalamnya terdapat muatan multikultur diperlukan karena keberadaannya bisa menjadi salah satu alat bantu guru dalam praktik pembelajaran. Pengetahuan dan wawasan tentang nilai 1

BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Materi pengajaran merupakan salah satu komponen yang penting dalam

pembelajaran bahasa Inggris. Bahasa adalah milik suatu budaya, oleh karena itu

pembelajaran bahasa juga harus disertai pembelajaran akan budaya. Budaya yang

ada di sekeliling siswa sangat bermacam-macam, oleh karena itu agar bisa

berhubungan dan berinteraksi dengan baik dengan orang dari berbagai budaya

maka siswa perlu dibekali wawasan yang memadai tentang keberagaman budaya

yang ada di sekitar mereka. Wawasan multikultur ini bisa diinsersikan di dalam

pembelajan formal di sekolah di beberpa mata pelajaran yang relevan termasuk

bahasa Inggris. Oleh karena itu bahan ajar bahasa Inggris yang didalamnya

terdapat muatan multikultur diperlukan karena keberadaannya bisa menjadi salah

satu alat bantu guru dalam praktik pembelajaran. Pengetahuan dan wawasan

tentang nilai multikultur ini sendiri penting untuk dimiliki oleh guru dan siswa

karena hal ini berkontribusi positif bagi pembangunan bangsa secara umum.

Dengan adanya pemahaman yang baik tentang multikultur ini, peristiwa negatif

yang disebabkan tidak adanya pengertian atau karena munculnya salah faham

tentang budaya yang berbeda dengan budaya peserta didik diharapkan bisa

diminimalisir dan akan lahir manusia Indonesia yang dewasa dalam menyikapi

perbedaan.

Kemajemukan budaya bukan saja terjadi di tingkat dunia namun terjadi

pula di tingkat nasional (Indonesia) karena negara kita terdiri dari berbagai budaya

1

Page 2: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

2

yang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk budaya nasional.

Melalu mata pelajaran bahasa Inggris, para pelajar bisa diarahkan untuk mulai

mengetahui (knowing), memahami (understanding) dan merasakan bahwa

perbedaan adalah sesuatu yang sangat alami dan karenanya harus dihormati dan

disikapi secara arif. Sayangnya, budaya lokal Indonesia yang adiluhung dirasa

makin tergerus oleh zaman. Banyak nilai budaya lokal yang kehilangan pamornya

dan tidak pernah dimunculkan di dalam mata pelajarn digantikan dengan budaya

asing yang tengah populer. Pendapat bahawa pelajaran harus menyesuaikan

zaman dan konteks di sekitar peserta didik adalah benar namun itu tidak berarti

aspek buday adi luhung tidak diinformasikan kepada siswa. Dengan

diinsersikannya budaya bangsa sendiri secara positif makan akan tumbuh

kebanggaan pada diri siswa sebagai bangsa Indonesia.

Salah satu fungsi utama pendidikan adalah untuk mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, berkembangnya potensi peserta

didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3, UU No. 20 tahun 2003

tentang Sisdiknas). Sejalan dengan cita-cita luhur itu, Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), yang merupakan kurikulum terbaru di Indonesia, mendorong

sekolah untuk mengangkat budaya lokal dan mengintegrasikannya di dalam

kurikulum sekolah. KTSP merupakan peluang yang sangat baik bagi para praktisi

pendidikan yang peduli dengan masalah penjagaan dan pengembangan budaya

Page 3: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

3

lokal. Upaya untuk melestarikan dan menjadikan generasi muda bangga dan dapat

mempromosikan budaya lokal kepada dunia wajib dilaksanakan. Salah satu cara

yang dapat dilakukan adalah dengan mengintegrasikan aspek budaya atau kearifan

lokal ke dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Dalam hal ini budaya dan

kearifan lokal dapat dikembangkan menjadi bahan ajar bahasa Inggris di sekolah,

termasuk di SMP, dan digunakan dalam proses pembelajaran.

Pemerintah sudah mewacanakan pentingnya insersi budaya lokal sebagai

salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran multikultur melalui materi

pembelajaran bahasa. Dalam menindaklanjuti hal ini para penulis buku dan

pengembang bahan ajar dihimbau untuk menginsesikan local wisdom ke dalam

produk mereka. Sejauh ini belum banyak studi yang mengungkap bagaimana

sebenarnya komponen budaya, termasuk diantaranya budaya lokal Indonesia ini,

diinsersikan. Aspek budaya apa saja yang selama ini diinformasikan kepada

peserta didik dan dengan cara bagaimana mereka diinsersikan menjadi pertanyaan

penting yang harus dijawab. Selain itu, penting juga untuk mengungkap sejauh

mana peran guru dalam membentuj pemahaman budaya para siswa. Untuk dapat

mengambil peran yang positif, guru tentu saja harus memiliki wawasan dan

pandangan yang bijak tentang budaya dengan segala aspek dan peranannya.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Selama ini masih sedikit buku ajar yang digunakan para guru

memperhatikan aspek multikultur secara khusus. Kandungan kebudayaan

Indonesia dan kebudayaan asing dalam buku ajar seringkali masih timpang/tidak

Page 4: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

4

berimbang dan bias. Sikap rendah diri (inferior) sebagai dampak kolonialisme

masih sering tercermin dalam tulis, termasuk buku ajar. Misalnya, penggambaran

budaya lokal dikesankan sebagai inferior dibandingkan budaya luar, khususnya

budaya barat; atau, budaya barat dicitrakan sebagai lebih baik dan modern

dibanding budaya lokal.

Budaya merupakan hal yang luas, tidak sekedar berupa produk benda tapi

juga adat istiadat dan perilaku manusia dalam sebuah masyarakat. Sesungguhnya

setiap budaya adalah istimewa dan unik oleh karena itu pengemasan pengajaran

budaya dalam pembelajaran bahasa Inggris harus dirancang sedemikian rupa agar

siswa dapat memetik banyak manfaat diantaranya mempelajari bahasa Inggris,

mempelajari dan menilai budaya secara objektif, dan mampu menghargai budaya

lokal Indonesia.

Penelitian ini menitikberatkan pada upaya untuk menghasilkan materi

pengajaran bahasa Inggris yang mencakup aspek multikultur di dalamnya. Pada

tahun pertama ini penelitian dibatasi pada identifikasi buku ajar bahasa Inggris

yang saat ini banyak digunakan di SMP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta;

identifikasi tingkat pemahaman para guru tentang insersi budaya asing dalam

pembelajaran bahasa asing yang terefleksi dalam buku ajar bahasa Inggris;

identifikasi tanggapan para guru tentang insersi budaya asing dalam buku-buku

ajar bahasa Inggris SMP tersebut, dan identifikasi aspek-aspek multikultur dan

pola insersi budaya asing yang ada dalam buku-buku.

Page 5: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

5

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan buku ajar bahasa

Inggris berbasis multikultur sebagai upaya pemertahanan budaya lokal untuk

siswa SMP. Untuk mencapai tujuan tresebut, maka penelitian ini dibagi menjadi

2 tahap yaitu tahun pertama dan kedua yang masing-masing memiliki tujuan yang

berbeda.

Tujuan penelitian tahun pertama: (1) mengidentifikasi buku ajar bahasa

Inggris yang saat ini banyak digunakan di SMP di wilayah Daerah Istimewa

Yogyakarta; (2) mengidentifikasi tingkat pemahaman para guru tentang insersi

budaya asing dalam pembelajaran bahasa asing yang terefleksi dalam buku ajar

bahasa Inggris; (3) mengidentifikasi tanggapan para guru tentang insersi budaya

asing dalam buku-buku ajar bahasa Inggris SMP tersebut, dan (4) identifikasi

aspek-aspek multikultur dan pola insersi budaya asing yang ada dalam buku-buku

ajar bahasa Inggris SMP tersebut.

Sedangkan tujuan penelitian tahun kedua adalah: (1) menyusun draf awal

model buku ajar yang diharapkan dapat membangkitkan kesadaran para guru

akan pentingnya insersi budaya lokal/ nasional pada buku ajar bahasa Inggris

SMP; (2) merumuskan tujuan pengembangan buku ajar Bahasa Inggris; (3)

meminta pendapat ahli/ pakar pengajaran bahasa Inggris; (4) melakukan uji coba

model buku ajar secara terbatas; (5) melakukan uji keterbacaan model buku ajar

dan revisi; (6) melakukan uji coba model buku ajar secara luas; dan (6) diseminasi

dan implementasi buku ajar secara lebih luas.

Page 6: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

6

D. Signifikansi Penelitian

Penelitian tahap pertama ini memberi beberapa manfaat umum sebagai

berikut:

1. Dengan diketahuinya aspek budaya apa saja yang ada di dalam buku

maka jenis budaya dan komposisi budaya yang diinformasikan kepada

anak didik menjadi lebih jelas terlihat. Hal ini menjadi informasi

penting bagi para pendidik dan pemegang kebijakan lainnya untuk

menentukan apakah buku tersebut bisa dipakai atau tidak dalam

pembelajaran, juga menentukan tambahan atau penekanan seperti apa

saja yang perlu dilakukan di kelas.

2. Pendapat guru tentang budaya dan insesinya dalam pembelajaran

bahasa Inggris memberi tambahan informasi bagi fihak yang

berwenang untuk mengevaluasi pengajaran bahasa Inggris secar

keseluruhan, terutama dalam kaitannya dengan upaya untuk

mempertahankan jati diri dan budaya bangsa.

3. Salah satu implikasi penelitian ini adalah pentingnya penjelasan dan

bimbingan lanjut di kelas oleh para guru tentang budaya yang muncul

dalam pembelajaran bahasa Inggris. Aspek budaya yang diinsersikan

secara implisit terutama melalui gambar bisa menimbulkan mutitafsir

oleh karena itu guru harus memberi bimbingan agar tafsiran siswa

mejadi terarah dan positif. Oleh karena itu guru harus memiliki

cultural awareness.

Page 7: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

7

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Buku Ajar

Buku ajar merupakan paket belajar yang berkenaan dengan suatu unit

materi belajar. Perwujudan buku ajar dapat berupa bahan cetak untuk dibaca

subjek belajar dan bahan cetak ditambah tugas. Pada dasarnya buku ajar diartikan

sebagai buku acuan yang digunakan sebagai pedoman kegiatan belajar mengajar

di kelas. Dalam kamus Merriam-Webster, textbook didefinisikan sebagai “a book

about a particular subject that is used in the study of that subject especially in a

school.” Buku ajar sejatinya adalah buku yang dibuat untuk siswa dan guru di

kelas atau sekolah, yang menyajikan serangkaian materi pembelajaran dalam satu

mata pelajaran atau mata pelajaran-mata pelajaran yang terkait erat (Tiwari,

2008). Hal ini ditegaskan oleh Richards and Schmidt (2002: 550) yang

mendefinisikan buku ajar atau text book sebagai:

A book on a specific subject used as a teaching learning guide, especially in a school or college. Textbooks for foreign language learning are often part of a graded series covering multiple skills (listening, reading, writing, speaking, grammar) or deal with a single skill (e.g. reading).

Sementara itu, Kaiser (2005: 223) membagi dua definisi textbooks, untuk

bisa membedakannnya dengan teks populer, yaitu berdasarkan kegunaan dan

tujuannya. Berdasar kegunaanya, textbook adalah “every text practically used as a

didactic instrument in teaching institutions.” Sedangkan berdasar tujuannya,

textbook adalah “every text especially and explicitly designed to be used as a

didactic instrument in teaching institutions.”

Page 8: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

8

Buku ajar menjadi tali pengikat keseluruhan proses pembelajaran,

menjadikan proses pembelajaran sebagai sebuah sistem dan “checks unnecessary

repetition and ommission” (Choudhury, 1998: 154). Selain itu, buku ajar

merupakan instrumen untuk mencapai tujuan pembelajaran, membantu guru

dalam mempersiapkan pembelajaran, tugas, dan mengelola kelas, serta

membimbing siswa belajar, baik di rumah atau di kelas (Tiwari, 2005). Lebih

lanjut Richards and Schmidt (2002: 339) juga menyatakan bahwa “the use of

modules is said to allow for flexible organization of a course and can give

learners a sense of achievement because objectives are more immediate and

specific”.

B. Pemahaman tentang Pendidikan Multikultur

Pengertian dan definisi pendidikan berbasis multikultur telah banyak

dikemukakan oleh para ahli. Sinagatullin (2003: 83) misalnya mendefinisikan

pendidikan multikultur sebagai: “an idea stating that all students, regardless of

their gender, ethnicity, race, culture, social class, religion, or exceptionality,

should have an equal opportunity to learn at school”. Menilik definisi

pendidikan multikultur yang dikemukakan Sinagatulin tersebut, tidaklah

berlebihan bila pendidikan multikultur dipandang sebagai sebentuk reformasi

dalam dunia pendidikan yang hakikatnya adalah untuk memberikan porsi

kesempatan yang sama pada semua siswa, apapun keadaannya dan dari suku

apapun dan juga yang memiliki bahasa yang berbeda untuk mendapatkan

pendidikan. Banks and Banks (2009: 1) menyatakan,

Page 9: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

9

Multicultural education is an idea, an educational reform movement, and a process whose major goals is to change the structure of educational institution so that male and female students, exceptional students who are members of diverse racial, ethnic, language, and cultural groups will have an equal chance to achieve academically in school.

Lebih lanjut Sinagatullin (2003: 114) menyatakan salah satu tujuan

pendidikan multikultur adalah “to help students acquire attitudes, knowledge, and

skills needed to successfully function within their own micro-culture, mainstream

culture, and the global community”. Dalam pendidikan multikultur, secara umum

para siswa akan belajar memahami budaya asing yang berbeda dengan budayanya

sendiri dan mempelajarinya namun tanpa mengurangi pemahaman dan kecintaan

para siswa akan budayanya sendiri. Hal ini sejalan dengan pernyataan Banks and

Banks (2009: 43) bahwa, Teaching about the cultural practices of other people

without stereotyping or misinterpreting them and teaching about one’s own

cultural practices without invidiously characterizing the practices of other people

should be the aims of multicultural education

Berdasarkan definisi dan tujuan pendidikan multikultur tersebut, dengan

jelas tampak bahwa konsep pendidikan ini, sejalan dengan definisi pendidikan

nasional kita, yakni pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD RI 1945

yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap

terhadap tuntutan zaman (Pasal 1 ayat 2 UU No 2 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

Pendidikan berbasis multikultur ini pada dasarnya merupakan sarana untuk

meningkatkan ‘cultural awareness’ atau kepekaan budaya dalam praktek

pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Hal ini sejalan dengan

pernyataan Tanaka (2006: 37) mengenai pentingnya cultural awareness dalam

Page 10: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

10

konteks pembelajaran bahwa “the concept of ‘cultural awareness’—

understanding of different cultures—has been emphasized as an essential part of

English learning and teaching”. Pemahaman mengenai cultural awareness ini

juga merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan budaya asal para siswa

mengingat tidak semua aspek budaya yang menyertai pembelajaran bahasa asing

dinyatakan secara eksplisit dalam pembelajaran Banks and Banks (2009: 37)

menyatakan bahwa, some aspects of culture are explicit, and others are implicit

learned, and shared outside conscious awareness. Our moods and desires as well

as our thoughts are culturally constructed.

Oleh karena itu, keberadaan pendidikan berbasis multikultur ini menjadi

penting, terutama dalam menjembatani perbedaan budaya yang juga merupakan

permasalahan dasar dalam pembelajaran bahasa asing. Brown dalam Richards and

Renandya (2002: 12) menyatakan “whenever you teach a language, you also

teach a complex system of cultural customs, values, and ways of thinking, feeling,

and acting”.

Konsep pendidikan berbasis multikultur ini tidak mungkin akan dapat

diterapkan dengan efektif manakala tidak melibatkan semua komponen yang

terkait dengan proses pembelajaran, termasuk kurikulum, para praktisi

pembelajaran, para siswa, dan juga aspek-aspek pembelajaran lainnya, seperti

materi pembelajaran dan metode pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Banks and Banks (2001: xii) dalam bukunya yang berjudul Handbook of Research

on Multicultural Education yang mendefinisikan pendidikan multikultur sebagai

…. a field of study designed to increase educational equity for all students that incorporates, for this purpose, content, concepts, principles, theories,

Page 11: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

11

and paradigms from history, the social and behavioral sciences, and particularly from ethnic studies and women studies.

Dimensi multikultur yang dikembangkan oleh Banks and Banks ini

menyatakan adanya suatu kerangka konseptual pendidikan multikultural yang

melibatkan beberapa unsur, yakni: “content integration, the knowledge

construction process, prejudice reduction, an equity pedagogy, and an

empowering school culture and social structure”.

C. Konsep tentang Bahasa dan Budaya Lokal

Bahasa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari budaya. Foley

(2001:19) menyatakan,

Language is often treated theoretically as a sub system of culture within cognitive anthropology but in practice and structure of language as revealed by modern linguistics has generally served as the paradigm for analyzing other aspects of culture.

Sementara itu Linton (1945 dalam Mesthrie, et al., 2009: 28) menyatakan

budaya sebagai ‘the way of life of its members; the collection of ideas and habits

which they learn, share and transmit from generation to generation’. Hal ini

berarti bahwa budaya dapat diartikan sebagai ‘design for living’, yang memberi

makna pada cara dan bentuk kebiasaan yang dianggap pantas dan berterima dari

suatu kelompok masyarakat tertentu, sedangkan bahasa diperlakukan sebagai a

cultural activity and, at the same time, an instrument for organizing other cultural

domains (Sharifian & Palmer, 2007: 1). Sementara itu, Taylor (dalam Peoples &

Bailey, 2009: 22) mendefinisikan budaya sebagai “complex whole which includes

Page 12: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

12

knowledge, belief, art, morals, law, customs, and any other capabilities and habits

acquired by man as a member of society.” Dengan kata lain, pengetahuan,

keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan kebiasaan lain yang diperoleh

manusia sebagai bagian dari masyarakat merupakan komponen budaya. Budaya

membuat seseorang menjadi lengkap sekaligus menimbulkan adanya perbedaan di

tingkat kelompok, sehingga menjadi pembeda antar satu kelompok masyarakat

dengan kelompok masyarakat lainnya. Banks and Banks (2009: 8) menyatakan

bahwa

Culture consists of the shared beliefs, symbols, and interpretations within a

human group. Most social scientists today view culture as consisting

primarily of the symbolic, ideational, and intangible aspects of human

societies. The essence of a culture is not its artifacts, tools, or other tangible

cultural elements but how the members of the group interpret, use, and

perceive them. People in a culture usually interpret the meanings of

symbols, artifacts, and behaviors in the same or in similar ways.

Bahasa dan budaya merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Budaya

dapat diartikan sebagai kesamaan pemaknaan terhadap aspek-aspek kehidupan

manusia dan makna tersebut diekspresikan dengan menggunakan bahasa.

Maureen Guirdham, M ( 2005: 46) menyatakan bahwa

Culture is about ‘shared meanings’. Meanings are produced and exchanged

through language, which is the medium through which we ‘make sense’ of

Page 13: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

13

things. Meanings can only be shared through language. Thus, ‘to say that

two people belong to the same culture is to say that they interpret the world

in roughly the same ways and can express themselves, their thoughts and

feelings about the world, in ways which will be understood by each other’.

Selain sistem religi dan upacara adat, sistem organisasi sosial dan

kemasyarakatan, sistem ilmu pengetahuan, kesenian, sistem ekonomi dan mata

pencaharian, serta sistem alat dan teknologi, sebagai salah satu sub sistem budaya,

bahasa merupakan unsur budaya yang mencerminkan budaya masyarakat dan

menjadi pembeda dari masyarakat yang lain. Ketujuh unsur tersebut akan selalu

ditemukan di masyarakat manapun dengan berbagai variasinya (Koentjaraningrat,

1996, dalam Simanjuntak, 2011).

Perbedaan budaya merupakan permasalahan utama dalam pendidikan

lintas budaya. Oleh karenanya dalam konteks pendidikan perlu

mempertimbangkan perbedaan budaya. Grant dan Lei (2001: 10-11) lebih lanjut

menyarankan empat komponen utama pendidikan yang mempertimbangkan

perbedaan sosiokultural dan bahasa, yakni:

1)Subjective and objective support of the identity of socio-cultural and

linguistic minority students; 2) Constructing curriculum contents implying

and reflecting the positive value of the plurality of cultures and languages;

3) Building communicative, action-oriented skills; and 4) Accepting socio-

cultural diversity and the plurality of ideas as a challenge for democracy.

Page 14: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

14

Dalam konteks pemeblajaran bahasa asing, seperti bahasa Inggris, tidak

dapat dipungkiri dalam praktek pembelajarannya tidak dapat dilaksanakan secara

efektif tanpa disertai pemahaman budaya masyarakat penuturnya. Para praktisi

pengajaran bahasa Inggris tentu saja dituntut untuk tidak hanya mengajarkan

bahasa namun juga menghadirkan konteks budaya di tempat bahasa itu digunakan.

Sementara itu para siswa pun harus mempelajari budaya masyarakat pengguna

bahasa yang tengah mereka pelajari. Hal ini merupakan fenomena yang umum

dalam pembelajaran bahasa asing karena untuk dapat berkomunikasi secara efektif

menggunakan bahasa asing, seorang penutur dituntut tidak hanya memiliki

kemampuan berbahasa asing tetapi juga memiliki pemahaman budaya di tempat

bahasa asing tersebut digunakan.

Apabila hal ini tidak disadari dari awal oleh para praktisi pengajaran bahasa

asing, pemahaman budaya asing ini dapat mengarahkan pada penurunan

pemahaman para siswa akan budaya mereka sendiri. Apabila hal ini terus

berlanjut, tanpa diimbangi dengan langkah-langkah atau upaya pemertahanan

budaya lokal, dapat berakibat perubahan perilaku anak didik kita sebagai wujud

internalisasi nilai-nilai budaya asing yang telah mereka pelajari, dan pada

gilirannya dapat menyebabkan hilangnya pemahaman terhadap budaya lokal dan

nasional yang adiluhung. Hal ini akan sangat merugikan kelangsungan budaya

bangsa ini. Oleh karenanya, pemahaman akan budaya lokal dan juga kepekaan

akan muatan budaya asing amat diperlukan dalam konteks pembelajaran bahasa

asing, khususnya bahasa Inggris yang saat ini telah menjadi salah satu bahasa

asing terpenting yang harus dipelajari oleh anak didik kita, dari tingkat pendidikan

Page 15: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

15

dasar dan bahkan dari tingkat pendidikan yang paling rendah, yakni pada

pendidikan anak-anak usia dini.

Berdasarkan kenyataan ini, pengenalan dan pemahaman akan budaya lokal

perlu ditanamkan sejak dini. Istilah budaya lokal seringkali dikaitkan dengan

istilah tradisi yang secara tekstual berarti “adat kebiasaan turun-temurun (dari

nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat, yang berangkat dari

penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling

baik dan benar” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 1208). Istilah ini

membuahkan kata turunan yakni tradisional, yang maknanya juga hampir sama,

yakni sebagai sebentuk sikap atau cara berpikir serta bertindak yang selalu

berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun.

Dengan demikian terminologi dari konsep tradisi itu maknanya dekat dengan

konsep dan khazanah lokalitas.

Dalam perspektif arkeologi, khazanah tradisi dan budaya lokal kerap

diistilahkan sebagai ‘local genius’ (Koentjaraningrat, 1986: 80), yang dalam kata-

kata Wales (dalam Poespowardojo, 1986: 30) diberikan pengertian, “the sum of

the cultural characteristic which the vast majority of a people have in common as

a result of their experience in early life”. Pentingnya ciri-ciri khas yang ada dalam

setiap budaya bangsa, atau yang biasa disebut sebagai ‘pribumi’ itulah yang oleh

Wales diistilahkan ‘local genius’, yang di dalamnya terkandung makna sebagai

‘basic personality of each culture’, atau dalam pemaknaan Anderson (2002: 6)

disebut sebagai ‘cultural artefacts of a particular kind’. Dengan demikian, local

genius merupakan manifestasi dari kepribadian masyarakat, yang tercermin dalam

Page 16: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

16

orientasi yang menunjukkan pandangan hidup serta sistem nilainya, dalam

persepsi untuk melihat dan menanggapi dunia luarnya, dalam pola, gaya, serta

sikap hidup yang ditunjukkan dalam tingkah laku sehari-hari, yang mewarnai

perikehidupannya.

Adapun wilayah yang menjadi ruang tempat meng-`ada’-nya nilai-nilai

local genius itu, seluas pemaknaan hakikat kebudayaan manusia itu sendiri, yang

secara substantif, sebagaimana dikemukakan antropolog, Honingmann (dalam

Koentjaraningrat, 1990:186-187), menyangkut tiga kategori besar, yakni sistem:

ideas, activities, dan artifacts. Lebih lanjut, Koentjaraningrat (2005, dalam

Bhaswara, 2008) menggolongkan 4 wujud kebudayaan sebagai perluasan dari

kategori tersebut, yaitu kebudayaan sebagai (1) nilai ideologis, (2) sistem gagasan,

(3) sistem tingkah laku dan tindakan yang berpola, dan (4) benda fisik (artifak).

Hubungan antara kategori budaya dari Honingmann dan Koentjaraningrat dapat

dilihat melalui gambar berikut.

Gb. 1. Kerangka Konsentris Kebudayaan (Koentjaraningrat 2005, dalam

Bhaswara, 2008)

Page 17: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

17

Diagram kerangka konsentris kebudayaan tersebut dijelaskan lebih

lanjut sebagai berikut (Koentjaraningrat, 1996, dalam Simanjuntak, 2011: 15).

1. Bagian yang paling luar merupakan kebudayaan sebagai artifacts, atau

benda-benda fisik. Yakni berupa benda-benda hasil karya manusia

yang bersifat kongkret yang dapat diraba. Misalnya bangunan,

peralatan, dan benda teknologi. Sebutan bagi budaya dalam bentuk

konkret ini adalah kebudayaan fisik

2. Bagaian kedua terluar merupakan wujud dan tingkah laku manusia.

Wujud berikut ini masih bersifat konkret. Dapat difoto ataupun di film.

Semua gerak-gerak yang dilakukan dari waktu ke waktu. Merupakan

pola tingkah laku yang dilakukan berdasarkan sistem. Karena itu pola

tingakah laku manusia disebut sistem sosial.

3. Bagian ketiga merupakan wujud gagasan dari kebudayaan, dan

tempatnya ada didalam diri warga kebudayaan. Kebudayaan dalam

wujud ini bersifat abstrak. Dan hanya dapat diketahui dan dipahami

setelah ia mempelajarinya dengan mendalam, baik dengan wawancara

intensif atau dengan membaca literatur yang sudah ada. Kebudayaan

dalam wujud gagasan juga berpola berdasarkan sistem-sistem tertentu

yang disebut sistem budaya.

4. Bagian keempat merupakan bagian yang terdalam, merupakan gagasan-

gagasan yang telah dipelajari oleh para warga suatu kebudayaan sejak

usia dini dan karenanya sukar diubah. Istilah untuk menyebut unsur-

unsur kebudayaan yang menjadi pusat dari semua unsur yang lain

Page 18: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

18

adalah nilai-nilai budaya, yang menentukan sifat dan corak dari pikiran,

cara berfikir, serta tingkah laku manusia sebuah kebudayaan.

Tiga kategori dari Honingmann, yaitu gagasan, tindakan dan artefak,

dijadikan landasan/pedoman kategorisasi buku ajar Bahasa Inggris SMP dalam

penelitian ini dengan didukung oleh kategorisasi dari Koentjaraningrat.

Page 19: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

19

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Sejalan dengan topik dan tujuan penelitian ini, maka jenis pendekatan yang

digunakan adalah research and development (R&D). Alasan penggunaan metode

R&D dalam penelitin ini adalah untuk mengatasi adanya kesenjangan antara hasil-

hasil penelitian dasar yang bersifat teoritis dengan penelitian terapan yang bersifat

praktis. Seperti dikatakan oleh Gall, Gall dan Borg (2003: 570-573), R & D

adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi

produk pendidikan yang meliputi materi, prosedur dan proses. Langkah-langkah

yang akan dilakukan mengikuti tahapan umum dalam penelitian R &D yaitu

pengembangan, uji coba, revisi, uji coba kembali dan diseminasi.

Produk yang dihasilkan dari penelitian ini memiliki karakteristik-

karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut merupakan perpaduan dari sejumlah

konsep, prinsip, asumsi, hipotesis, prosedur berkenaan dengan sesuatu hal yang

telah ditemukan atau dihasilkan dari penelitian dasar. Menurut Sukmadinata

(2005: 166), penelitian tentang fenomena-fenomena yang bersifat fundamental

sosial humaniora dilakukan melalui penelitian dasar (basic research), sedang

penelitian tentang praktik sosial humaniora dilakukan melalui penelitian terapan

(applied research). Sering dihadapi adanya kesenjangan antara hasil-hasil

penelitian dasar yang bersifat teoritis dengan penelitian terapan yang bersifat

Page 20: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

20

praktis. Kesenjangan ini dapat dijembatani dengan adanya penelitian dan

pengembangan (R&D).

B. Partisipan dalam Penelitian

Objek penelitian ini adalah buku-buku ajar Bahasa Inggris yang digunakan

di SMP. Penelitian ini melibatkan 30 guru Bahasa Inggris SMP untuk

mendapatkan data mengenai persepsi mereka tentang pendidikan multikultur

dalam pengajaran dan buku ajar, serta pendapat tentang cara insersinya dalam

praktek pembelajaran di kelas. Berdasarkan angket yang disebarkan kepada guru-

guru Bahasa Inggris SMP, baik peserta FGD maupun guru Bahasa Inggris

lainnya, buku yang diteliti adalah 7 buku ajar Bahasa Inggris SMP kelas VII (2

buku BSE, 2 buku dari penerbit Erlangga, 2 buku dari penerbit Yudistira, dan 1

buku dari Tiga Serangkai). Sedangkan guru yang terlibat dalam FGD adalah para

guru Bahasa Inggris SMP dari 5 kabupaten se-propinsi DIY (dengan wakil setiap

kabupaten, 2 atau 3 sekolah, masing-masing 2-3 guru Bahasa Inggris), dan 10

guru SMP Bahasa Inggris se-Kalimantan Selatan yang sedang menempuh

pendidikan S2 di Pascasarjana UNY. Penelitian ini juga melibatkan pakar budaya

yang merupaka staf pengajar di FBS UNY.

C. Metode Penelitian

Dalam pelaksanaan R&D ini ada beberapa metode yang digunakan, yaitu:

deskriptif dan evaluatif. Metode penelitian deskriptif digunakan dalam penelitian

awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada. Metode penelitian

Page 21: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

21

evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu

produk. Metode penelitian eksperimen digunakan untuk menguji keampuhan dari

produk yang dihasilkan. Pada tahap deseminasi, model pengembangan modul

pembelajaran bahasa Inggris untuk SMP berbasis multikultur diimplementasikan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan FGD (Focus Group Discussion)

untuk mengetahui teknik, saran, pengalaman dan pendapat guru tentang penerapan

muatan budaya lokal dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SMP dari para guru

pengampu Bahasa Inggris. Selain itu, data utama tentang pola insersi budaya

asing didapatkan dengan menganalisis muatan (content analysis) buku-buku ajar

Bahasa Inggris yang banyak digunakan di SMP. Instrumen yang digunakan adalah

pedoman FGD dan pedoman dokumentasi data, serta foto dan rekaman sebagai

pendukung. Bentuk data utama yang dihasilkan adalah transkrip FGD dan kutipan

kata/deskripsi dari materi (content) buku ajar dalam bentuk tabel.

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh lebih bersifat kualitatif, berwujud kata-kata. Data dari

FGD dianalisis dengan mengambil pokok-pokok pendapat/saran/pengalaman dan

penerapan budaya dalam pengajaran Bahasa Inggris dan membandingkannya satu

sama lain.

Sedangkan data dari buku-buku ajar Bahasa Inggris SMP dianalisis

dengan mengumpulkan dan mengkategorisasi data, mereduksi, menginterpretasi

Page 22: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

Need analysis

Goals and Objectives

Syllabus Design

Methodology/ Material

Testing and Evaluation

22

dan menentukan pola dan kemudian membandingkan hasil tersebut melalui

diskusi antar peneliti.

F. Validitas dan Reliabilitas Data

Dalam penelitian ini, validitas dan reliabilitas data diperoleh dengan

beberapa metode, yaitu, (1) metode pengumpulan data ganda, mencakup FGD,

dokumentasi dan angket; (2) sumber data ganda, meliputi data lisan, tulisan, dan

audiovisual; (3) ketekunan dan kecermatan penelitian, dan (4) diskusi antar

peneliti, yaitu keempat peneliti menganalisis seluruh buku ajar yang diteliti, dan

kemudian membandingkan dan mendiskusikan hasil temuannya.

G. Langkah-langkah Penelitian

Studi ini mengikuti teori pngembangan materi dan langkah umum dalam R & D.

Sebagai dasar pengembangan peneliti mengunakan teori Dublin dan Olstain

tentang course design process seperti dicantumkan dalam Masuhara melalui

Tomlinson (1998: 247). Model tersebut bisa digambarkan sebagai berikut:

Page 23: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

23

Diagram 1. Course Design Model (Masuhara in Tomlinson, 1998: 247)

Peneliti juga mempertimbangkan tahapan utama R & D yang diusulkan

oleh Gall, Gall, and Borg (2003: 570-573) sebagai berikut:

1. Research and information collecting (mengumpulkan informasi dan

penelitian)

2. Planning (membuat perencanaan)

3. Develop preliminary form of product (mengembangkan produk

pendahuluan)

4. Preliminary field testing (uji coba produk pendahuluan)

5. Main product revision (revisi produk utama)

6. Main field testing (Uji coba utama)

7. Operational product revision (revisi produk operasional)

8. Operational field testing (uji coba operasional)

9. Final product revision (revisi produk akhir)

10. Dissemination and implementation (diseminasi dan penerapan)

Dengan mempertimbangkan 2 model R & D, peneliti mengkombinasikan

dan menyederhanakan model. Oleh karena itu prosedur dalam penelitian ini

adalah:

1. conducting a needs analysis ( melakukan analisis kebutuhan)

Page 24: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

24

2. writing the course grid ( merancang course grid)

3. developing the first draft (mengembangkan draft pertama)

4. evaluating the first draft (mengevaluasi draft pertama)

5. developing the second draft ( mengembangkan draft kedua)

6. trying-outs (uji coba 1)

7. evaluating the second draft; (mengevaluasi draft kedua)

8. developing third draft (mengembangkan draft ke tiga)

9. Trying outs (uji coba 2)

10. Developing the final draft (mengembangkan draft terakhir)

11. Diseminasi dan implementasi

Tahapan dalam penelitian ini selengkapnya adalah sebagai berikut.

1. conducting a needs analysis ( melakukan analisa kebutuhan)

Tahap ini dapat dikatakan sebagai tahap studi pendahuluan. Dalam tahap

ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah melakukan studi pustaka dan survei

di lapangan guna mendapatkan: (a) identifikasi buku ajar bahasa Inggris yang

saat ini banyak digunakan di SMP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta; (b)

identifikasi tingkat pemahaman dan tanggapan para guru tentang insersi budaya

asing dalam buku-bukuajar bahasa Inggris SMP tersebut; (c) identifikasi aspek-

aspek multikultur dan pola insersi budaya asing dalam buku-buku ajar bahasa

Inggris SMP tersebut.

Page 25: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

25

Untuk mendapat informasi tentang aspek budaya yang sebaiknya

diketahui siswa peneliti melakukan analisis buku teks dan FGD dengan para guru

Bahasa Inggris SMP. Untuk mengetahui tentang kebutuhan dalam proses

pembelajaran peneliti juga melakukan observasi kelas.

2. writing the course grid ( merancang course grid)

Setelah studi pendahuluan dilakukan, langkah berikutnya adalah merancang

course grid. Setelah mendapatkan hasil dari analisis kebutuhan, peneliti

menggunakan hasil itu sebagai pedoman untuk menyusun course grid yang

meliputi unsur pengetahuan tentang budaya dan bahasa yang harus dipelajari

siswa. Course grid ini merupakan pedoman dalam pengembangan materi. Course

grid ini terdiri dari: aspek budaya, topik tujuan pembelajaran, unsur kebahasaan,

contoh ekspresi, kosakata kunci, input teks, media dan aktivitas pembelajaran.

3. developing the first draft (mengembangkan draft pertama)

Tahap ini merupakan tahap perancangan silabus dan penyusunan draft awal buku

ajar bahasa Inggris SMP yang akan dikembangkan, termasuk di dalamnya sarana

dan prasarana yang diperlukan untuk uji coba dan validasi silabus, alat evaluasi

dan lain-lain. Proses perancangan awal ini menjadikan Course grid sebagai

acuan.

4. evaluating the first draft (mengevaluasi draft pertama)

Page 26: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

26

Langkah ini penting untuk dilakukan untuk menjamin bahwa draft awal yang

dikembangkan telah mempertimbangkan kelayakan aspek materi maupun aspek

pembelajaran. Kajian dan evaluasi terhadap draft awal ini dilakukan oleh ahli

materi dan ahli pembelajaran (expert judgment). Langkah ini dimaksudkan untuk

memperoleh masukan dari ahli materi dan ahli pembelajaran tentang draft awal

yang telah dikembangkan. Dengan demikian diharapkan secara prinsip teoretis,

rancangan (draft) awal telah memenuhi syarat.

5. developing the second draft ( mengembangkan draft kedua)

Berbagai saran dan masukan dari ahli materi dan pembelajaran akan digunakan

sebagai pedooman untuk merevisi draft pertama.

6. trying-outs (uji coba)

Tujuan dari tahap ini adalah memperoleh deskripsi latar (setting) penerapan atau

kelayakan suatu model buku ajar dengan meminta pendapat para praktisi

pengajaran bahasa Ingris di SMP dan juga para pakar jika produk tersebut benar-

benar layak dikembangkan menjadi buku ajar bahasa Inggris di SMP. Uji coba

pendahuluan ini bersifat terbatas. Hasil uji coba terbatas ini dipakai sebagai bahan

untuk melakukan revisi terhadap draf buku ajar yang akan dikembangkan.

7. evaluating the second draft; (mengevaluasi draft kedua)

Evaluasi terhadap draft dilakukan berdasarkan hasil dan informasi yang didapat

selama uji coba. Di tahapan ini meliputi pula interview terhadap siswa SMP.

8. developing the third draft (mengembangkan draft ketiga)

Infomasi yang diperoleh dari tahapan sebelumnya diguankan untuk memperbaiki

draft dan mengembangkan draft terakhir.

Page 27: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

27

9. (trying-outs ) uji coba lanjut

Tahap ini biasanya disebut sebagai uji coba utama dengan jangkauan yang lebih

luas. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menentukan apakah draf buku ajar yang

baru saja dikembangkan itu benar-benar siap dipakai di sekolah tanpa melibatkan

kehadiran peneliti atau pengembang produk. Pada umumnya, tahap ini disebut

sebagai tahap uji validasi model.

10. Developing the final draft

Tahap ini meliputi pengembangan draft terakhir berdasarkan masukan dan

informasi yang diperoleh pada tahapan sebelumnnya.

11. Diseminasi dan Implementasi

Tahap ini merupakan tahap akhir penelitian.

Adapun keseluruhan tahapan-tahapan penelitian ini secara lengkap, dapat

dilihat pada diagram berikut.

Page 28: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

PENGEMBANGAN BUKU AJAR BAHASA INGGRIS SMP BERBASIS MULTI KULTURAL SEBAGAI UPAYA PEMERTAHANAN BUDAYA LOKAL

TAHUN IStudi Pendahuluan, Perencanaan,

Pengembangan, dan Validasi.

Identifikasi Buku Ajar Bahasa Inggris yang digunakan di SMP di DIYIdentifikasi Aspek-aspek Budaya yang ada pada Buku Ajar Bahasa Inggris SMP

Identifikasi Tanggapan para Guru, Siswa dan Orang tua SiswaIdentifikasi Pemahaman Guru dan Siswa serta Orang Tua Siswa tentang Insersi Nilai-Nilai Budaya pada Pembelajaran Bahasa Asing (Analisis Kebutuhan di Lapangan)

Pola/Bentuk Insersi Budaya pada Buku Ajar Bahasa Inggris SMP

Penyusunan Silabus dan draf awal Buku Ajar Bahasa Inggris SMP berbasis Multikultural.Perumusan Tujuan Pengembangan Buku Ajar Bahasa InggrisValidasi oleh Ahli Materi (expert judgment)

TAHUN IIPengembangan Buku Ajar

Bahasa Inggris SMP

Uji Coba Keterbacaan Buku Ajar di Lapangan Terbatas.

Uji Coba Keterbacaan Buku Ajar di Lapangan Luas.

Evaluasi dan Revisi

Model Buku Ajar

Sosialisasi/Desiminasi dan PublikasiModel Buku Ajar

28

Page 29: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

29

E. Hasil/Sasaran yang Direncanakan

Penelitian ini merupakan penelitian multitahun tahun pertama. Hasil yang

diharapkan untuk tahun pertama adalah, pertama, identifikasi buku-buku ajar

bahasa Inggris yang banyak digunakan di SMP di DIY. Kedua, identifikasi

tanggapan dan tingkat pemahaman para guru tentang pola-pola insersi budaya

pada pembelajaran bahasa asing. Ketiga, identifikasi aspek-aspek multikultur dan

pola insersi budaya asing yang ada di dalam buku-buku ajar bahasa Inggris SMP

yang banyak digunakan di wilayah DIY. Keempat, menyusun pola-pola insersi

multikultur pada buku ajar bahasa Inggris SMP.

Pada tahun kedua, hasil yang diharapkan adalah pengembangan buku ajar

bahasa Inggris SMP berbasis multikultur dengan memasukkan aspek-aspek

budaya lokal atau budaya bangsa Indonesia sendiri.

Page 30: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

30

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAAN

Pada bab ini disajikan hasil penelitian yang telah dilakukan beserta

pembahasannya. Secara umum bab ini dibagi menjadi dua sub bagian yakni:

deskripsi umum hasil penelitian, dan pembahasan tentang pola insersi budaya

pada buku ajar bahasa Inggris SMP.

A. Deskripsi Umum Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan awal dan komunikasi informal dengan

guru-guru di sekolah, dan mahasiswa prodi Pendidikan bahasa Inggris yang

sedang melakukan KKN-PPL di sekolah pada semester khusus Tahun Akademik

2010/2011 teridentifikasi tujuh judul buku ajar Bahas Inggris yang dipakai

sebagai sumber bahan belajar di SMP utamanya kelas VII di wilayah Daerah

Istimewa Yogyakarta. Ketujuh buku ajar inilah yang kemudian dijadikan sampel

penelitian ini. Ketujuh buku tersebut adalah sebagai berikut.

1. Real Time ( Erlangga)

2. English on Sky (Erlangga)

3. Interactive English (Yudhistira)

4. The Bridge to English Competence (Yudistira)

5. English in Focus (BSE)

6. Passport to the World (Platinum Tiga Serangkai)

7. Scaffolding (BSE)

Page 31: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

31

Sementara itu berdasarkan hasil Focus Group Discussion yang

dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2011 di Ruang Cine Club FBS UNY dan

melibatkan 20 orang guru Bahasa Inggris SMP yang mengajar di Wilayah Daerah

Istimewa Yogyakarta dan juga 10 orang guru bahasa Inggris SMP yang mengajar

di propinsi Kalimantan Selatan yang sedang menempuh S2 di Program

Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta diperoleh informasi tentang tingkat

pemahaman guru mengenai insersi budaya asing pada praktik pembelajaran

bahasa asing khususnya bahasa Inggris, dan juga tanggapan mereka akan perlunya

melakukan insersi budaya lokal dan aspek budaya yang diajarkan serta cara

mengintegrasikannya di dalam proses pembelajaran.

Secara umum sebagian besar peserta FGD menyatakan telah

menginsersikan budaya Indonesia dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Komponen

budaya yang dimaksud secara umum dibagi menjadi tiga komponen umum

kebudayaan yakni, cultural knowledge, patterns of behaviours dan cultural

representation. Hasil FGD selengkapnya terdokumentasi dalam notulensi FGD

yang ada pada bagian lampiran laporan ini.

Selain ditujukan untuk mengidenfikasi tingkat pemahaman dan pendapat

guru tentang insersi budaya dalam pembelajaran bahasa Inggris, penelitian ini

juga bertujuan untuk mengidentifikasi aspek-aspek multikultur dan pola insersi

budaya asing yang ada dalam buku-buku ajar bahasa Inggris SMP tersebut.

Berdasarkan pembacaan pada ketujuh buku ajar Bahasa Inggris yang

dijadikan sampel penelitian ini berhasil teridentifikasi aspek-aspek multikultur

dan juga komponen-komponen budaya yang diinsersikan pada materi

Page 32: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

32

pembelajaran bahasa Inggris, baik yang berupa budaya Indonesia maupun budaya

barat, yang utamanya diwakili oleh budaya Amerika.

Berbicara mengenai aspek-aspek multikultur, dalam ketujuh buku yang

dijadikan sampel penelitian ini ditemukan beberapa aspek multikultur, utamanya

yang terkait dengan aspek gender, ethnicity, race, dan culture. Aspek gender

(perbedaan jenis kelamin) ditunjukkan dengan adanya pemakaian model gambar

untuk ilustrasi maupun nama-nama orang yang digunakan dalam teks bacaan yang

mewakili kedua jenis kelamin, yakni laki-laki dan wanita. Sementara itu, aspek

ethnicity dan race ditunjukkan misalnya dengan: 1) penggunaan nama-nama orang

yang berasal dari suku bangsa yang berbeda, baik yang ada di Indonesia maupun

yang ada di luar Indonesia, seperti dari India, Jepang, Jerman, dan Indonesia

(misalnya penggunaan nama Hans, Butet, Made, Wisnu, Alice, dan sebagainya);

dan 2) teks dan gambar tentang makanan khas satu negara (seperti, pasta, pizza,

fried rice (yang dikenal sebagai nasi goreng dalam budaya Indonesia).

Dari keempat aspek multi kultur tersebut aspek budaya (culture) lah yang

paling dominan. Hal ini tidaklah mengherankan mengingat sampel penelitian ini

adalah buku ajar bahasa (yang dalam hal ini buku ajar bahasa Inggris SMP).

Ketika berbicara mengenai bahasa tentu tidak bisa dilepaskan dengan

perbincangan mengenai budaya, mengingat bahasa merupakan bagian dari budaya

seperti halnya pernyataan Foley (2001:19) bahwa, “ Language is often treated

theoretically as a sub system of culture… . Oleh karenanya mengajarkan bahasa

tidaklah mungkin dilakukan tanpa disertai dengan mengajarkan budaya

masyarakat penuturnya seperti halnya ungkapan Brown dalam Richards and

Page 33: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

33

Renandya (2002: 12) bahwa “whenever you teach a language, you also teach a

complex system of cultural customs, values, and ways of thinking, feeling, and

acting”. Oleh karena itu aspek multikultur yang berupa aspek budaya (culture) lah

yang kemudian menjadi fokus pembahasan dalam bab ini. Berikut adalah 2 tabel

yang menunjukkan gambaran umum aspek budaya yang teridentifikasi dari

ketujuh buku ajar bahasa Inggris tersebut, yang secara umum dapat dikategorikan

menjadi tiga komponen utama budaya yakni cultural knowledge/belief, patterns of

behaviour, dan cultural representations.

Tabel 1. Insersi Budaya Barat pada Buku Ajar SMP

Wujud InsersiKomponen Budaya

Keterangan HalamanCultural Knowle

dge (CK)

Patterns of

Behaviors (PoB)

Cultural Representations

(CR)

1. Real Timea. Gambar 2 12 10 CK=19

PB=1,3,8,16,19,30,70,72,8 6,116,123

CR=0,16,38,40,59,100,109,112, 115

b. Tulisan 4 17 12 CK=14,68,17,19,52,115PB=2,17,23,25,33,46,52,63,87,88,89,98,106,115,125,1

26CR=2,16,19,40,41,56,59,6,

77,88,1131492. English on

Skya. Gambar 0 10 4 CK=0

PB=24,29,47,95,100,104,1 12,14

CR=112,120,142,148b. Tulisan 2 27 19 CK=24,81

PB=22…183,15,2,24,26,28,60,78,81,

83,86

Page 34: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

34

CR=22…83,26,783. The Bridge of

English Competence for SMP grade VIIa. Gambar 11 21 32 CK=23,22, 24

PB=64, 27, 6,74, 100CR= 28,33, 29, 83, 31, 32, 34, 35

b. Tulisan 56 6 23 CK= 14,26,63,82, 115,19, 21 22,25,PB= unit 1, 8, 87, 21,33CR= 3,113,41,10

4. Interactive English Junior High Schoola. Gambar 2 24 21 CK=13, 17

PB=26,34,31,4,6,55,58CR=1,28,29,8,14,89,85,7,85,89

b. Tulisan 5 24 13 CK= 13,17,25PB=6,27,1CR=85,89

5. English in Focusa. Gambar

7 2 0

CK=74,103,107,116PB=74,140,148CR=0

b. Tulisan5 0 0

CK= 8,10,11,116,140

6. Passport to the Worlda. Gambar 0 1 0 PB=115b. Tulisan

11 0 0

CK=3,8,9,16,34,35,51,53,65,84,89

7. Scaffoldinga. Gambar

0 20 2PB=111,112,114,115,119CR=102,107

b. Tulisan3 1 0

CK=4,60,30,72PB=14

JUMLAH 108 165 136

Page 35: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

35

Tabel 2. Insersi Budaya Indonesia pada Buku Ajar SMP

Wujud InsersiKomponen Budaya

Keterangan HalamanCultural

Knowledge

Patterns of

Behaviors

Cultural Representation

s1. Real Time

a. Gambar 0 3 0 PB=12,17,21b. Tulisan 0 2 13 PB=17,114

CR=2,3,4,16,17,23,29,32,44,51,53,99,112

c. English on Skya. Gambar 0 14 5 PB=3,4,5,8,29,36,40,42

,95,107,146,149,156,160

CR=107,121,146,150,160

b. Tulisan 2 57 46 CK=16,20PB=2…186,16,20,42,43

,45,61,62,74,86CR=2,3,4,5,6,7,8,10,14,15,20,28,29,34,40,…186

3. The Bridge of English Competence for SMP grade VIIa. Gambar 0 13 109 CK= 0

PB= xii, 99, 16, 66, 76,117CR=33,67,55,82,83,84,93, 31, 34,33 ,51,111, 112, 117,121,120, 51,17,32,76,14,11,13,85,89,90,13,23,24,29,31,32

b. Tulisan 0 41 233 CK= 0PB=5,64,33,41,42,66,48,55CR=89,19,9

Page 36: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

36

4.Interactive English Junior High Schoola. Gambar 0 12 79 CK= 0

PB= 1,2.31.32.3.49.26.55.85.86.89CR=33, 37,39,40,60,50,52,85,86,89,2,36,39,55,57,79,6,7,74,75,76,49

b. Tulisan 6 1 0 CK=41PB=41CR=0

5. English in Focusa. Gambar

1 18 0

CK=43PB=43,47,57,83,97,104,113,118,123,125,126

b. Tulisan6 2 0

CK=13,29,30,73,43,75PB=43,113

6.Passport to the Worlda. Gambar

0 54 4

PB=1,3,4,6,7,8,9,10,1119,21,22,23,29,30,36,37,44,57,59,60,62,133,135,137,143,153CR=37,99,149,137

b. Tulisan6 0 0

CK=102,103,107, 114,105,106

7.Scaffoldinga. Gambar

0 8 3

PB=1,29,30,66,75,120,122,172

CR=35,37,145

b. Tulisan 1 0 0 CK=30,172JUMLAH 22 225 432

Dari kedua tabel diatas bisa disimpulkan bahwa buku ajar Bahasa Inggris

telah ketiga komponen budaya, baik Indonesia maupun barat, dimana budaya

Indonesia mendapat porsi yang lebih besar. Akan tetapi, belum terjadi pemerataan

Page 37: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

37

dalam hal komponen budaya yang diinsersikan. Misalnya, untuk budaya

Indonesia, cultural knowledge merupakan komponen yang paling sedikit

diinsersikan. Terkait pola insersi, ada dua pola insersi yang ditemukan, yaitu

implisit (diintegrasikan ke dalam teks/task) dan eksplisit (diwujudkan melalui sub

unit khusus). Adapun pola insersi budaya terbanyak dilakukan secara implisit, dan

seringkali tanpa konteks dan penjelasan yang memadai. Dari kedua tabel diatas

juga bisa disimpulkan bahwa ada dua media insersi yang digunakan dalam buku-

buku ajar tersebut, yaitu gambar dan tulisan.

Deskripsi lengkap mengenai pola insersi yang ditemukan pada ketujuh

buku dan juga pembahasan tentang cara ataupun metode yang digunakan penulis

buku untuk menginsersikan kedua sistem budaya (Barat dan Indonesia) dalam

setiap buku akan dibahas pada sub bagian hasil penelitian dan pembahasan.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Buku 1

Identitas Buku

Judul : Real Time An Interactive English Course for Junior High School Students Year VII

Pengarang : Nina BatesPenerbitTempat/tahun

::

ErlanggaJakarta, 2007

1. Deskripsi Umum

Buku ini terdiri dari 130 halaman yang terbagi atas tujuh unit. Setiap

unit dari buku ini memiliki judul atau tema-tema tersendiri, yakni Please Call

Page 38: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

38

Me Susan, Watch Out!, Friends Forever, My Favorite Things, One at a Time,

The Places You Go, dan Shop Till You Drop. Setiap unit terbagi atas sub-sub

bagian, yakni: Objectives (tujuan) yang hendak dicapai, Warm-Up Activities,

Listening and Speaking Activities (yang didalamnya tebagi lagi atas beberapa

bagian yakni : Useful Expressions dan Vocabulary and Pronunciation), Written

Activities (yang terdiri dari sub bagian: Vocabulary and pronunciation,

Working with Grammar, Cultural Notes, Reading, Writing) dan School Project.

Dalam buku ini juga terdapat bagian tambahan yang diberi nama Did You

Know.

2. Pola Insersi dan Media Insersi Budaya

Secara umum ada dua pola insersi yang ditemukan dalam buku ini yakni

yang dilakukan secara eksplisit maupun implisit. Insersi dilakukan secara

eksplisit ditunjukkan dengan adanya sub bagian dari buku ini yang disebut

dengan Cultural Notes yang utamanya bertujuan untuk mengenalkan budaya

barat. Sub bagian ini ada disetiap unit dari buku dengan tema yang berbeda,

yakni: Foreign Culture (pada bagian ini dijelaskan apa yang sebaiknya kita

lakukan ketika kita bertemu rang untuk pertama kali dan petanyaan-pertanyaan

apa yan boleh kita tanyakan dan juga yang tidak boleh kita tanyakan sesuai

dengan konsep budaya Amerika), Tips for Studying Abroad (yang berisi

penjelasan mengenai hal-hal yang hendaknya dipersiapkan ketika orang ingin

belajar keluar negeri), Bedtime stories ( yang berisi kebiasaan orang Amerika

yang suka membacakan cerita pada anak-anak mereka sebelum tidur), Sport

Leagues (yang berisi penjelasan tentang asalah satu olah raga khas yang ada di

Page 39: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

39

Amerika yakni, football ), Barbeque (yang berisi penjelasan tentang tradisi

barbeque yang ada di budaya Amerika), Transportation in America (yang

berisi penjelasan tentang alat transportasi yang umumnya dipakai oleh orang

Amerika untuk bepergian), dan Dining Out (yang berisi tentang penjelasan

kebiasaan dan tradisi makan di restoran di Amerika).

Selain sub bagian ini terdapat pula sub bagian tambahan yang disebut

dengan Did You Know, yang umumnya berisi penjelasan tambahan pada aspek

budaya barat yang hendak dikenalkan atau untuk menjelaskan item grammar

tertentu.

Selain kedua sub bagian ini, insersi budaya barat maupun banyak

dilakukan secara implisit dengan menggunakan gambar-gambar, baik yang

merupakan gambar ilustrasi untuk memperjelas penjelasan ataupun gambar

utama yang digunakan sebagai input text dalam latihan. Gambar-gambar

ilustrasi yang umumnya digunakan menunjukkan adanya superiority budaya

barat dalam buku ajar ini, hal ini dapat terlihat diantaranya pada halaman: 1, 8,

17, 30, 32, 34, 49, 70, 72,75.86, 110,115, 116. Gambar-gambar ilustrasi yang

digunakan menggunakan setting budaya barat, seperti model yang digunakan,

setting tempat dan sikap, meskipun sebenarnya gambar-gambar tersebut tidak

dimaksudkan untuk menjelaskan tentang suatu konsep budaya namun lebih

sebagai ilustrasi penjelasan tentang suatu konsep budaya yang umumnya. Pada

halaman 8 misalnya ada teks yang bertemakan keluarga, dan ada gambar foto

keluarga barat yang dijadikan ilustrasi.

Page 40: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

40

Adapun gambar-gambar yang digunakan sebagai sub bagian utama atau

bahkan menjadi input utama dalam buku ini juga banyak yang menunjukkan

adanya dominasi budaya barat, yang secara implisit memberi kesan bahwa

itulah contoh yang terbaik dan benar serta berterima dalam masyarakat.

Contoh-contoh gambar tersebut diantaranya terdapat pada halaman: 3, 16, 17,

19, 34,37,38, 40, 41,59,88, 100, 109,115,123. Padahal bila dikaji lebih lanjut,

banyak dari gambar-gambar tersebut yang menunjukkan kebiasaan yang

kurang sesuai dengan kultur budaya Indonesia. Misalnya, pada halaman 16

digambarkan suasana makan pagi sebuah keluarga asing yang menurut teks

tinggal di Yogyakarta. Gambar tersebut menunjukkan bagaimana sang ibu dan

salah satu anak masih menggunakan piyama dan sedang makan pagi.

Gambar 1. Contoh gambar yang menunjukkan dominasi budaya barat

(Bates, 2007: 16)

Page 41: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

41

Gambar yang lain, misalnya pada halaman 34. Pada gambar ini

ditunjukkan suasana kelas dimana guru sedang menerangkan/ menjelaskan dan

salah seorang murid mau bertanya dengan mengacungkan tangan kiri, yang

mungkin merupakan hal yang biasa dilakukan oleh murid di negara barat,

namun bila hal ini dilakukan dalam konteks kelas di Indonesia sepertinya akan

cukup mengundang perhatian dari sang guru. Berikut adalah gambar yang

ditampilkan dalam buku ini.

Gambar 2. Contoh gambar yang menunjukkan budaya barat yang

kurang sesuai dengan budaya Indonesia

(Bates, 2007: 34)

Kejadian yang hampir mirip juga terdapat pada gambar di halaman 115,

yang menunjukkan gambar seorang laki-laki yang sedang membayar untuk

makanan yang dia beli dan dia menggunakan tangan kiri untuk menyerahkan

uangnya. Hal ini tentu saja juga tidak pas dengan konteks budaya Indonesia

Page 42: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

42

yang pada umumnya orang akan menggunakan tangan kanannya daripada

tangan kiri untuk menyerahkan uang atau barang lain pada orang lain. Dalam

konteks budaya Indonesia, laki-laki tersebut bisa saja dianggap tidak sopan

atau kurang menghargai si penjual. Berikut adalah gambar yang ditampilkan.

Gambar 3. Contoh gambar yang menunjukkan budaya barat yang

kurang berterima di konteks budaya Indonesia

(Bates, 2007: 115)

Penunjukkan superiority barat juga nampak pada penggunaan ilustrasi

yang seolah menampilkan dua setting budaya, yakni budaya Indonesia dan

Barat. Namun, apabila ditelisik lebih jauh hal tersebut seringkali malah

menunjukkan adanya bias budaya yakni menunjukkan dominasi budaya barat

Page 43: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

43

atas budaya Indonesia. Hal ini bisa diamati, misalmya melui gambar ilustrasi

yang ditampilkan dalam buku Real Time ini yakni pada halaman 59 dan

merupakan teks utama atau dijadikan input teks. Berikut adalah gambar yang

ditampilkan.

Gambar 4. Contoh gambar yang menunjukkan dominasi budaya barat.

(Bates, 2007: 59)

Hal-hal tadi sebenarnya hanyalah upaya penulis buku untuk mengenalkan

budaya barat yang merupakan budaya penutur bahasa Inggris, dan hal ini tentu

saja perlu untuk memberi gambaran yang menyeluruh pada pembelajar bahasa

Inggris yang diharapkan tidak hanya mempelajari aspek kebahasaannya namun

juga mempelajari aspek budayanya yang tercermin dari kebiasaan-kebiasaan

masyarakat penuturnya.

Page 44: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

44

Akan tetapi, nampaknya hal ini harus tetap menjadi perhatian kita

bersama selaku paktisi dalam pembelajaran bahasa Inggris sehingga

diharapkan tidak terjadi kesalahpahaman pembelajar dalam hal ini siswa bahwa

contoh yang mereka dapatkan itulah yang terbaik dan layak untuk ditiru. Kita

perlu memiliki dan mengembangkan apa yang disebut dengan cultural

awareness ataupun kesadaran akan budaya sehingga kita menjadi lebih peka

terhadap item-item budaya asing tersebut dan sekiranya ada item budaya yang

kurang sesui dengan budaya kita, kita perlu memberikan penjelasan tambahan

pada para siswa akan konteks yang sesuai dengan budaya kita.

3. Komponen Budaya yang Disisipkan (diinsersikan)

Secara umum ada dua budaya yang disisipkan dalam buku ini, yakni

budaya barat yang diwakili oleh budaya Amerika dan budaya Indonesia, yang

terbagi menjadi tiga bagian utama, yakni Cultural knowledge, Patterns of

Behaviour, dan Cultural Representations. Komponen budaya dari kedua sistem

budaya tersebut namapaknya ingin disisipkan oleh penulis dalam buku ini

walaupun porsi nya tidak seimbang. Budaya barat nampak lebih mendominasi

dalam hal jumlah. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang komponen-

komponen budaya yang ditemukan dalam buku ini.

a. Budaya Barat (Amerika)

(1) Cultural Knowledge

Komponen budaya ini ditunjukkan diantarannya berupa: cara menulis

kata ganti orang pertama tunggal , yakni, ‘I’ yang selalu ditulis dengan

huruf kapital meskipun tidak berada posisi awal kalimat, yakni pada

Page 45: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

45

halaman 14, dan 68). Hal ini menunjukkan konsep ‘aku’ yang menjadi

konsep penting dalam pemahaman budaya Amerika. Contoh yang lain

adalah konsep tentang pertanyaan-pertanyaan yang sopan dan tidak

sopan untuk ditanyakan pada orang yang baru saja dikenal (halaman

17). Kemudian, contoh situasi suasana di kelas yang umum di Amerika,

dimana murid dan juga guru tidak selalu harus mengenakan seragam

dan bahkan dalam gambar di halaman 34 ditunjukkan ada salah satu

murid yang mengangkat tangan kiri ketika ingin bertanya, yang

merupakan hal yang lazim dalam pemahaman budaya Amerika

walaupun mungkin akan kurang berterima dalam budaya Indonesia. Hal

senada juga ditemukan pada halaman 115, yang menunjukkan gambar

seorang pemuda menerimauang kembalian dengan tangan kiri. Hal-hal

tersebut merupakan hal yang lazim dan dipandang umum dalam

konteks budaya Amerika.

(2) Patterns of Behaviours

Berbeda dengan cultural knowledge, komponen budaya ini merupakan

komponen budaya yang banyak ditemukan dalam buku ajar ini. Adapun

aspek budaya yang ditemukan diantaranya berupa: konsep penamaan

‘first name, middle name,last name’ (pada halaman 2), nama-nama

yang biasa dipakai untuk menamai orang barat (pada halaman:

2,16,19,40,41,56,59,63,77,88, 113), kebiasaan yang dilakukan ketika

liburan (pada halaman: 23), konsep tentang public dan private school

(pada halaman 25), konsep tentang slumber party (halaman 46),

Page 46: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

46

kebiasaan membaacakan cerita pada anak sebelum tidur (halaman 52),

satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran berat (halaman

87), kebiasaan makan di luar ruangan (barbeque) (halaman 89), alat

transportasi yang umum digunakan orang Amerika untuk bepergian

(halaman 106), makanan dan minuman khas Amerika (halaman 112),

dan kebiasaan makan dan tata cara makan di restoran Amerika (125).

(3) Cultural Representation

Komponen budaya yang berupa cultural representation yang

ditemukandalam buku ini diantaranya berupa: nama-nama orang barat

(2,16,19,40,41,56,59,63,77,88, 113), postur orang barat (halaman 16,

38, 40, dan 49), gambar poster film barat (halaman 59), gambar tempat-

tempat umum di Amerika, seperti stasiun kereta, bandar udara, dan lain

sebagainya (halaman 100), makanan dan minuman khas Amerika

(halaman 109, dan 112)

b. Budaya Indonesia

(1) Cultural Knowledge

Tidak ditemukan data mengenai komponen budaya ini yang sesuai

dengan konsep budaya Indonesia.

(2) Patterns of Behaviours

Komponen budaya ini ditunjukkan diantaranya dengan: gambar

petamni yang sedang membajak sawahnya dengan kerbau (halaman

12), kebisaan menyeberang jalan yang dilakukan anak-anak sekolah

Page 47: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

47

(halaman 21), dan teks tentang menu makanan Indonesia (halaman

114).

(3) Cultural Representations

Komponen budaya yang berupa cultural represenations paling banyak

ditunjukkan dalam bentuk nama-nama tempat dan orang Indonesia yang

digunakan dalam buku ini (pada halaman 2,3,4,16,17,

23,29,32,44,51,,53,99, dan 112).

Buku 2

Identitas Buku

Judul : English on Sky 1 for Junior High Scool Year VII

Pengarang : Dr. Mukarto, M.Sc., Sujatmiko B.S., S.Pd.,

Josephine Sri Murwani, S.Pd., Widya Kiswara, S.Pd.

Penerbit : Erlangga

Tempat/tahun

terbit

: Jakarta, 2007

1. Deskripsi Umum

Buku ini terdiri dari 202 halaman yang terbagi menjadi tujuh unit.

Setiap unit diberi nama atau judul/ topik tersediri dan dibagi atas tiga bagian

Page 48: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

48

utama. Bagian pertama setiap unit disebut dengan On Air, yang berisi kegiatan

Warming Up atau pengenalan topik. Bagian kedua merupakan bagian kegiatan

utama yang dibagi menjadi dua kegiatan utama, yakni Let’s Listen and Talk

yang berisi aktivitas-aktvitas atau latihan yang terkait peningkatan kemampuan

mendengarkan dan berbicara, dan Let’s Read and Write, yang secara umum

berisi empat kegiatan utama, yakni: Let’s build the Field, Let’s Learn the

Model, Let’s Learn to Construct Texts, dan Let’s Construct Texts. Yang

menarik dari buku ini pada bagian/kegiatan utama yakni Let’s Listen and Talk

dan Let’s Read and Write seringkali terdapat sub-bagian tambahan yakni

Grammar Pit Stop, yang berisi penjelasan item grammar yang digunakan pada

seb bagian sebelumnya. Sedangkan bagian terakhir setiap unit ada semacam

kegiatan untuk pengayaan yang diberi judul berbeda-beda sesui dengan topik

unit yang diacu.

2. Pola Insersi dan Media Insersi Budaya

Secara umum buku ini tidak kalah menarik dengan buku yang pertama.

Namun ada satu perbedaan mendasar antara buku ini dengan buku yang

pertama, terutama dalam hal cara menginsersikan aspek budaya baik budaya

barat maupun budaya indonesia. Kalau dalam buku yang pertama terdapat ada

dua cara insersi yakni dengan cara eksplisit dan implisit, dalam buku ini

banyak digunakan cara implisit dengan cara menyisipkan konsep-konsep

budaya barat dalam gambar maupun teks yang digunakan.

3. Komponen Budaya yang Disisipkan (diinsersikan)

Page 49: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

49

Adapun konsep-konsep budaya yang dikenalkan utamanya berwujud

cultural behavors yang ada di kedua sistem budaya, yakni budaya Barat dan

Indonesia. Konsep-konsep budaya tersebut diantaranya ditunjukkan dengan:

cara mengenalkan diri (halaman 15, 20), waktu kegiatan baik menurut budaya

barat maupun budaya Indonesia (halaman 60,61-62), kebiasaan berpakaian

(misalnya pada halaman 5,13,20,148), pesta (163).

Dalam buku ini secara implisit menunjukkan konsep/ide dan praktek

budaya yang biasa dilakukan untuk melalui gambar ataupun teks. Untuk

konsep tentang mengenalkan diri, misalnya dalam buku ini ditunjukkan dengan

melalui teks percakapan yang disertai ilustrasi dan inti percakapan adalah

tentang mengenalkan diri. Pada halaman 15 digunakan gambar kartun yang

menunjukkan dua orang tengah berkomunikasi dan ada teks pendek yang berisi

ungkapan/ekspresi yang diucapkan untuk mengenalkan diri. Adapun pada

halaman 20 berupa percakapan dua orang yang yang disertai ilustrasi foto

seorang murid perempuan yang sedang mewawancarai seorang murid laki-laki.

Percakapan dan gambar pada halaman 20 ini selain menunjukkan ekpresi yang

lazimnya digunakan orang barat menanyakan nama juga disertai dengan

pengenalan kebiasaan orang barat yang suka mengeja namanya, mskipun

dalam percakapan ini yang melakukan adalah siswa Indonesia. Kebiasaan

mengeja nama memang hal yang bisa dalam konteks budaya barat, meskipun

harusnya konteks percakapan tersebut tidak sepenuhnya benar.

Adapun mengenai konsep waktu, dalam buku ini ditunjukan kebiasaan

orang barat yang memulai aktifitas di sekolah pada pukul 9 dan juga

Page 50: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

50

dikenalkan konsep waktu dalam konteks budaya Indonesia dimana umumnya

orang bangun pagi kira-kira pukul 5 dan aktifitas sekolah umumnya dimulai

pada pukul tujuh pagi. Sama halnya dengan konsep pengenalan diri dan konsep

waktu, untuk konsep tentang cara penulis buku ini juga menunjukkan adanya

kebiasaan berpakain pada konteks kedua sistem budaya. Namun, untuk konsep

tentang pesta, buku ini hanya menunjukan contoh suasana pesta yang lazimnya

ada di konteks budaya barat dan bukan budaya Indonesia.

Selain memuat pesan, tentang konsep dan pola kebiasaan berbudaya

tersebut, ternyat dalam buku ini juga tersirat adanya superiorty pada salah satu

budaya tertentu. Superiority pada budaya barat misalnya ditunjukkan dengan

adanya perbandingan yang tidak seimbang dalam hal jumlah gambar maupun

substansi dari gambar. Hal ini misalnya dapat dilihat pada contoh kegiatan

pada halaman 86 yang menunjukkan kegiatan yang bertemakan Talking about

Jobs. Berikut adalah gambar yang digunakan sebagai input teks pada kegiatan

latihan tersebut.

Page 51: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

51

Gambar 5. Gambar yang menunjukkan dominasi budaya barat.

(Mukarto, dkk. 2007: 86)

Gambar tersebut menunjukkan dominasi barat terhadap Indonesia, hal itu

ditunjukkan dengan jumlah gambar yang lebih banyak diwakili oleh model barat

yakni berjumlah 14 sedangkan model yang berpostur Indonesia hanya dua dan itu

pun digunakan untuk model pada profesi anggota polisi dan yang satunya adalah

petani.

Page 52: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

52

Superiority barat juga dapat dilihat pada halaman 120-121. Pada kedua

halaman ini ditampilkan gambar-gambar yang digunakan untk memberi ilustrasi

pada aktifitas terkait pengucapan vokal (æ) dalam bahasa Inggris. Diantara

gambar-gambar tersebut ada gambar foto artis Indonesia yang berpostur gemuk

yang digunakan untuk menunjukkan kata fat sedangkan untuk kata happy

digunakan model yang berasal dari barat. Kedua hal ini menunjukkan masih

adanya kesan superiority budaya barat yang diwakili oleh Amerika atas budaya

timur, yang dalam hal ini diwakili oleh Indonesia.

Melampaui semua deskripsi tersebut buku ini cukup memberikan porsi

yang cukup adil akan munculnya aspek-aspek budaya Indonesia yang mencoba

untuk disandingkan dengan aspek-aspek budaya barat yang ditampilkan.

Buku 3

Identitas Buku

Judul : The Bridge English Competence for SMP Grade VIIPengarang : Kistono, Ismukoco, Albert Tupan, Esti Tri AndayaniPenerbit : YudhistiraTempat Terbit : IndonesiaTahun Terbit : Juli, 2006

1. Deskripsi Umum

Judul lengkap buku ini adalah The bridge English Competence for SMP

Grade VII, ditulis oleh Kistono, Ismukoco, Albert Tupan, Esti Tri Andayani,

diterbitkan oleh Yudhistira tahun 2006 di Indonesia. Buku ini terdiri dari 7 unit

yang masing-masing mengusung tema tertentu yaitu: Personal Life (1), School

Life (2), Family Life (3), Professions (4), Hobbies (5), Things Around Us (6),

Page 53: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

53

Shopping (7). Di awal setiap unit terdapat bagian introduction dan learning

objectives beserta kerangka umum unit tersebut. Di setiap bab, 4 keterampilan

utama mendapat porsi tersendiri dengan urutan: listening, speaking, reading dan

writing. Chat Room adalah sebuah bagian dari unit buku yang lebih fokus pada

latihan komunikasi sedangkan Grammar Help adalah untuk untuk penjelasan

grammar. Ekspresi yang dicakup dalam buku ini adalah : How to greet and

introduce someone, How to give command, How to say sorry, Expression of

agreement and disagreement, How to thank people, Asking time, Asking and

giving factual information, How to express of politeness, Asking and giving facts,

Asking for clarification, Expression of like and islike, Asking and giving opinion,

Asking and offering a favor, dan How to offer something. Selain ini, buku ini

dilengkapi pula dengan petunjuk penggunakan (How to use this book). Total

jumlah halaman adalah 152. Buku ini juga memiliki unsur pelengkap seperti

What’s up, Rrivial quiz, Note, Quizz on personal life yang muncul di setiap unit.

2. Pola insersi dan Media Insersi Budaya

a. Pola Insersi

Secara umum pola insersi budaya yang ada di dalam buku ini disampaikan

secara implisit melalui tulisan dan gambar. Budaya Indonesia dan asing yang sam-

sama dimunculkan di dalam buku ini. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut

tentang kedua media insersi tersebut.

b. Media insersi

1) Budaya Barat

a) Gambar

Page 54: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

54

(1) Cultural Knowledge

Salah satu aspek CK yang diinsersikan adalah aturan sekolah

(halaman 23,22, 24) sebanyak 11 item. Aturan ini berisi perintah dan

larangan yang sekaligus bisa dikatakan sebagai norma yang berlaku di

lingkungan sekolah. Contohnya adalah larangan merokok disekolah,

larangan memakai kaos, larangan memakai sendal jepit, anjuran

membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan lingkungan,

dan menempatkan buku di rak buku.

(2) Pattern of Behaviour

(a) Makan di luar ruangan (pesta kebun)

Di halaman 27 terdapat gambar 2 keluarga Inggris yang tengah

menikmati makan di luar ruangan. Mungkin pula itu adalah sebuah

moment pesta kebun sederhana. Pesta kebun atau garden party sering

dilakukan di budaya Inggris pada momen-momen tertentu dimana

mereka membawa meja makan ke luar ruangan untuk digunakan

untuk tempat menghidangkan makanan.

(b) Tegur sapa dan perkenalan (menjabat tangan)

Tegur sapa (greeting) adalah salah satu budaya unik di Inggris. Begitu

pula dengan perkenalan. Untuk 2 momen ini ada aturan budaya

tertentu yang berlaku dan berbeda dengan budaya lainnya. Misalnya

wajib bagi orang yang disapa untuk menjawab sapaan juga membalas

perkenalan karena jika tidak bisa dianggap tidak sopan atau kasar.

Dua momen sosial ini juga sering disertai momentum berjabat tangan.

Page 55: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

55

Di dalam buku ini terdapat gambar orang saling berjabat tangan dalam

konteks perkenalan.

(c) Belanja di mall/departement store

Buku ini memperlihatkan bagaimana 2 wanita berpostur dan

penampilan asli Eropa berbelanja di mall. Kebiasaan untuk berbelanja

di mall sebenarnya bukan saja milik kebudayaan Inggris.

(d) Hobi

Setiap manusia kebanyakan memiliki kegemaran atau hobi. Buku ini

di halaman 74 memuat gambar aktivitas beberapa orang berpostur

Eropa (Inggris) tengah melakukan hobi mereka, misalnya bermain

musik, berenang,berkebun, bermain game dan lainnya. Disamping

gambar bagian ini juga dilengkapi tulisan. Perihal hobi ini juga

merupakan fenomena sosial dalam sebuah kebudayaan.

(3) Cultural Representation

(a) Bangunan dan ruangan

Pada halaman sampul, buku ini memuat gambar rumah dan jembatan

dengan pepohonan yang meranggas di sekitarnya. Gambaran pohon

yang gugur selurih daunnya ini seperti menunjukan kondisi

lingkungan pedesaan di Eropa begitu pula model jembatan yang

ada. Di halaman 47 terdapat wanita Eropa tengah duduk di ruang

kerjanya, seorang guru mengajar beberapa siswa si ruang kelas, juga

pegawai pos yang berpose di depan sebuah gedung. Pada halaman 29

terdapat bagian-bagian rumah yang mirip nuansa Eropa, akan tetapi

Page 56: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

56

ini tidak bisa dipastikan mengingat di era globalisasi ini amat

mungkin orang dari berbagai belahan dunia memiliki desain rumah

yang lazim ada di budaya lain termasuk Eropa.

(b)Perkakas dan Alat

Meliputi alat masak (halaman 31,34,33,51,111,112,117,121,120),

alat transportasi (33, 67,55,82,83,84,93), alat komunikasi,

komputer/IT (halaman 51), alat tulis (halaman 17), perlengkapan

mandi ( halaman 32), alat makan (34,109), alat olahraga (73), alat

kedokteran (halaman 51), alat pertukangan (halaman 51), alat musik

(70,75,82).

(c)Pakaian dan aksesoris

Pakaian dan aksesoris muncul di halaman (11,13,85,89,90,13)

sebanyak 47 kali.

b) Tulisan

(1)Cultural Knowledge

(a) Pepatah

Pepatah atau wise words ini terdapat di bagian akhir unit tertentu

(halaman14,26,63,82, 115) dan muncul sebanyak sebanyak 15

kali.Contoh peribahasa tersebut adalah: Thinking is the hardest

work, many hands make light work, always be smarter than the

people who hire you, travel broadens the mind. Travel is the best

teacher. You win a few; you loose a few, buyer needs a hundred

Page 57: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

57

eyes, the seller needs only one, money often cost too much. Jenis

pepatah ini menyesuaikan topik yang ada, misalnya jika topik yang

tengah disajikan adalah shopping maka pepatah yang dipilih adalah

pepatah terkait uang atau belanja itu sendiri. Pepatah merupakan

hal yang ada dalam hampir setiap kebudayaan termasuk Inggris.

Pepatah ini mucul sejak lama dan diwariskan turun temurun dan

sering menjadi keyakinan serta bahan perimbangan seseorang

dalam beraktivitas sehari-hari.

(b) Karakter baik dan buruk

Konsep karakter baik dan buruk ini muncul di halaman halaman

19 dan 20. Contoh karakter yang baik adalah friendly, kind, patient,

dan discipline, sedang karakter buruk misalnya adalah egois,lazy,

ignored dan careless. Karakter baik dan buruk yang dipilih ini

adalah berdasarkan konsep nilai yang berlaku secara universal.

(c) Kesopanan berbahasa

Pada halaman 57 terdapat bagian khusus semacam kolom yang

memuat informasi tentang asek sopan santun dalam berbahasa

Inggris yaitu tentang penggunaan kata please dan modals seperti

could, should dan may.

(2)Pattern of Behaviour

(a) Tegur sapa dan perkenalan (unit 1)

Tegur sapa dan perkenalan adalah 2 peristiwa sosial yang

mendapat perhatian lebih dalam budaya Inggris. Ada semacam

Page 58: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

58

aturan bahwa misalnya jika seseorang tidak membalas sapaan maka

akan dikesankan tidak sopan. Dua hal ini menjadi satu unit

tersendiri dan nampaknya mendapat porsi cukup besar mengingat

ini adalah 2 keterampilan sosial yang jadi bekal penting dalam

komunikasi.

(b) Ulang tahun

Kata birthday atau ulang tahun muncul di halaman 8 dan 87.

Birthday ini menjadi salah satu momen penting dalam budaya

Inggris yang seringkali dirayakan dengan pesta tertentu.Tentu saja

cara merayakan hari ulang than di setiap budaya tidak sama.

(c) Pramuka

Kata scouting atau di Indonesia Pramuka, muncul di halaman 21.

Ini merupakan aktivitas yang biasa dilakukan remaja usia sekolah.

(d) Penamaan dan nama keluarga

Penamaan disini termasuk pemilihan nama dalam budaya Inggris

juga cara memanggil sesorang dalam budaya Inggris. Nama

panggilan seperti Mr. Smith, Miss Linda (halaman 6), Margareth,

Anne Frank, (halaman 26) dan banyak lainnya menunjukan

kebiasaan jenis nama yang ada di kebudayaan Inggris. Selain itu,

konsep nama keluarga juga muncul dalam buku ini misalnya The

Taylor family (halaman 33 dan 34).

(3) Cultural Representation

(a) Nama kota

Page 59: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

59

Kota Seattle muncul di halaman 10 mewakili informasi geografis

di Amerika.

(b) Mata uang (euro)

Di halaman halaman 113 terdapat ungkapan tentang mata uang

Euro, merepresentasikan mata uang yang berlaku di negara

anggota Uni Eropa.

2) Budaya Indonesia

a) Gambar

(1) Cultural Knowledge

Tidak ada data

(2) Patterns of Behaviours

Selain gambar-gambar karya budaya, buku ini juga menghadirkan

gambar yang merupakan representasi kebiasaan manusia. Hal ini

terlihat pada beberapa gambar yang ada di buku ini.

(a) Fashion

Gambar seorang wanita dengan baju jenis tank top. Tata cara

berpakaan seperti ini kurang sesuai dengan beberapa budaya

lokal Indonesia yang terutama berbasis agama tertentu, namun

hal ini diterima dalam budaya populer Indonesia yang diusung

selebritis. Buku ini secara tidak langsung mengekspos tata cara

berbusana di depan umum yang kemungkinan kurang berterima

di kalangan masyarakat tertentu. Baju batik muncul dalam

konteks seragam sekolah.

Page 60: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

60

(b) Berbelanja di toko/mall

Kondisi gambar yang bersetting Indonesia (ada tulisan expo

salon) menunjukan wajah ibu-ibu yang kurang ceria, susunan

barang obralan yang berantakan. Ini kontras dengan gambar 2

wanita asing (bule dan Afro) di halaman sebaliknya yang

berbelanja di mal dengan membawa tas belanja yang sangat

rapi dan indah dan mereka tersenyum lebar.

(c) Kebiasaan sehari-hari khas pelajar Indonesia

Halaman 66 memuat 8 aktifitas yang dilakukan seorang pelajar

Indonesia dan menjadi kebiasaan pelajar Indonesia secara

umum. Aktifitas tersebut disertai pula dengan jam. Disana

terlihat pelajar Indonesia memulai aktifitas lebih pagi

dibanding remaja di negara yang mengadopsi budaya Inggris,

salah satunya.

(d) Bertani/bercocok tanam

Indonesia adalah negara agraris oleh karena itu contoh aktifitas

keagrarisan juga muncul di buku ini sebagai bentuk kebiasaan

orang Indonesia (halaman 76 dan 117).

(3) Cultural Representation

(a) Perkakas dan Alat

Meliputi alat masak (halaman

31,34,33,51,111,112,117,121,120), alat transportasi (33,

67,55,82,83,84,93), alat komunikasi, komputer/IT (halaman

Page 61: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

61

51), alat tulis (halaman 17), perlengkapan mandi ( halaman

32), alat makan (34,109), alat olahraga (73), alat kedokteran

(halaman 51), alat pertukangan (halaman 51), alat musik

(70,75,82). Contoh budaya Indonesia yang muncul dalam

bentuk gambar adalah alat memasak pada halaman 34 dan 8.

Salah satu dari gambar itu adalah tungku atau kompor yang

lazim dikenal sebagai kompor minyak tanah dengan sebuah

panci di atasnya. Secara tidak langsung gambar ini

menggambarkan sebuah budaya pengolahan

makanan/minuman di Indonesia. Kompor sejenis ini dipakai

secara masal oleh kebanyakan masyarakat Indonesia, namun

khususnya di pulau Jawa terutama daerah kota kompor sejenis

ini sudah ditinggalkan masyarakat seiring diberlakukannya

konversi minyak tanah ke gas. Siswa, terutama yang

lingkungan sosialnya sudah menerapkan konversi ini, akan

lebih menjumpai kompor gas dibanding minyak tanah. Gambar

kompor ini menjadi menarik jika dihubungkan dengan

masalah keterwakilan sebuah konsep oleh gambar Pertama

bisa dikatakan bahwa konsep kompor (stove) memunculkan

gambaran yang berbeda bagi beberapa orang. Saat mendengar

kata stove di benak siswa bisa muncul gambar kompor minyak

tanah atau kompor gas. Bahkan sangat mungkin di masyarakat

Inggris, konsep kompor/stove direperesentasikan dengan

Page 62: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

62

bentuk sebuah tungku kotak berukuran cukup besar yang bisa

berbakar gas ataupun listrik yang dilengkapi dengam

pemangang/oven. Di Indonesia, khususnya masyarakat umum,

kompor dan oven/pemanggang adalah 2 konsep yang berbeda.

(b) Bangunan dan ruang

Bagunan dan runag yang mewakili Indonesia muncul di

halaman 28,33, 29.

(c) Furniture

Pada halaman 23,24,29,31,32 terdapat gambar furniture

sebanyak 13 jenis.

(d) Pakaian dan aksesoris (11,13,85,89,90,13) sebanyak 47 kali.

b) Tulisan

(1) Cultural Knowledge

Tidak ada data.

(2) Patterns of Behaviors

(a) Kekerabatan

Nama keluarga Indonesia dipakai di dalam buku ini, dan bukan

nama keluarga Eropa. Misalnya keluarga Andi Nugroho dan

Lisa Nugroho (halaman 32-33)

(b) Gelar akademik Indonesia (Sarjana Ekonomi, halaman 48)

(c) Kebiasaan sehari-hari pelajar indonesia41.42, 66

(d) Nama koran Indonesia; Jawa pos (halaman 55)

Page 63: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

63

Fenomena yang cukup menarik yang berhasil ditemukan di

dalam buku ini diantaranya adalah dijadikannya budaya Indonesia

sebagai konteks atau framework bagi siswa/penulis untuk

memutuskan jawaban benar atau salah terhadap sebuah aktivitas

pemecahan masalah/latihan. Contoh di di dalam buku The Bridge

English Competence halaman 116 terdapat instruksi dan tabel

berikut:

Task 2 In small groups, complete the table using the correct words of

your own.

Profession Color of uniform

Place of work

Kinds of Work

1 ……….. Grey or brown

….. Teach….

2 policeman …….. In streets Direct…3 …………. White …… Cure…4 Soldier ……. Battle field ….enemies.5 ………. Colourful ………. Serve passengers

in the plane6 Postman ………. From house

to houseDeliver………

7 ……. White and blue

Offices, schools, banks

………

Latihan ini bisa dikatakan sebagai sebuah bentuk insersi budaya

Indonesia di dalam buku teks. Letak insersinya terlihat dari

petunjuk (clue) untuk jawaban benar. Contoh untuk soal nomor

satu, wana abu-abu dan atau coklat adalah baju khas atau baju

wajib bagi guru di Indonesia, sementara di negara lain, dalam hal

ini English speaking countries, para guru tidak harus berpakaian

Page 64: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

64

dengan kedua warna tersebut. Juga pada soal nomor 7, jawaban

yang mungkin diminta dari soal tersebut adalah satpam (security).

Dan seperti diketahui bersama, tidak semua petugas keamanan

berpakaian dengan warna putih dan biru. Jadi dalam mengerjakan

Task 2 ini siswa akan berfikir dengan menggunakan framework

Indonesia. Task ini tidak memberi petunjuk tentang konteks

budaya mana yang harus dipakai untuk melengkapi bagian kosong

tersebut. Bisa saja terjadi nanti siswa memiliki perbedaan jawaban

karena mereka menggunakan seting budaya yang berbeda,

misalnya satu siswa berfikir tentang bagaimana polisi berseragam

di Indonesia (coklat) dan Australia/ Inggris (biru tua dan biru

muda).

(3) Cultural Representation

Tidak ada data.

Buku 4

Identitas Buku

Judul Interactive English Junior High School Grade VII)Pengarang/Penyusun Emalia Iragila S, Iswahyuni, farida ulfa,Maria

Anunsiata, Fitri Hariana OPenerbit YudhistiraTempat Terbit IndonesiaTahunterbit Maret, 2009

1. Deskripsi umum

Buku ini terdiri dari 104 halaman dan 14 Unit. Secara keseluruhan buku

ini terdiri atas halaman sampul, identitas buku, preface, daftar isi,

Page 65: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

65

penjelasan/keterangan tentang struktur buku, unit-unit pembelajaran dan

bibliography. Masing-masing unit diberi judul yang berbed-beda yaitu: Getting to

know othes, Friends around the world, It’s all about me,! Feelings, Home sweet

home, What should I buy?, My classroom, Let’s go to school, Obs, Hardworking,

How’s the day, Fashion, Let’s go shopping, It’s show time. Selain bagian

berbentuk unit pelajaran tersebut buku ini jga memiliki bagian review, yaitu

review 1 dan review 2, serta transkrip dari semua aktifitas listening, yaitu bagian

listening transcript.

Setiap Unit dari buku memuliki detail sub unit yang bernama:

pendahuluan (learning goals, grammars), Starting Up, Sub Unit (Activity 1,

Activity 2, Activity 3, works alone), sub unit 2 ( Activiy 1, Activity 2, Activity 3,

Activity 4), dan Reference. Setiap aktvitas yang ada di dalam unit tersebut

dirancang untuk dikerjakan secara mandiri, berpasangan dan berkelompok.

Aktifitas membaca dan menulis diberikan di dalam aktifitas 4 untuk setiap unit.

Bagian reference memberi penjelasan tentang materi yang diajarkan (teori). Buku

ini memiliki banyak sekali gambar. Dari semua gambar beberapa diataranya

merepresentasikan orang dan budaya Indonesia dan non Indonesia. Gambar

orang/figur Indonesia misalnya ada di halaman 1 dan 2.

2. Pola dan media insersi budaya

a. Pola Insersi

Secara umum pola insersi budaya baik asing, termasuk budaya barat, dan

Indonesia dilakukan secara implisit. Berdasarkan data yang ada, budaya yang

dimasukan di dalam buku sebagian besar dilakukan secara implisit. Insersi

Page 66: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

66

implisit ini dilakukan baik dengan gambar (visual) dan tulisan. Implisit berarti

aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri dalam sebuah topik khusus

(eksplisit) melainkan disisipkan dalam beberapa topik dan kegiatan yang

relevan (implisit). Sebagai contoh misalnya budaya berpamitan dan bertegur

sapa. Di dalam buku tidak disebutkan secara esplisit atau secara langsung

bahwa bertegur sapa dan berpamitan adalah bagian dari budaya, di dalam buku

ini yang ditampilkan adalah ekspresi-ekspresi yang digunakan saat bertegur

sapa dengan orang yang sudah dikenal maupun belum dikenal. Adanya 2

ekspresi kebahasaan dalam bahasa Inggris itu menyiratkan atau

mengimplikasikan eksistensi sebuah kebiasaan atau behaviour yang diterapkan

di sebuah komunitas. Jika tidak ada 2 budaya itu maka tidak mungkin dikenal

bahasa untuk berpamitan atau bertegur sapa.

Insersi budaya ini mencakup budaya Indonesia dan budaya Inggris.

Karena buku ini adalah buku pelajaran bahasa Inggris, sudah selayaknya jika

budaya Inggris juga menjadi bagian dari pembelajaran ini karena mempelajari

bahasa Inggris tidak akan utuh jika unsur budaya Inggris juga tidak dipelajari.

Insersi budaya Indonesia di dalam buku muncul secara implisit terutama

melalui gambar, contohnya adalah nama berbau Indonesia yang digunakan di

dalam teks, atau nama jalan dan letak geografis lain. Makanan, alat kesenian

atau sistem prilaku khas Indonesia juga muncul di buku ini walaupun porsinya

sedikit. Bagaimanapun siswa perlu tahu lingkungan budaya sekitarnya dan

membandingkan budaya mereka dengan budaya Inggris dimana bahasanya

menjadi target language.

Page 67: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

67

b. Media insersi

Seperti telah disebutkan sebelumnya, pola insersi budaya yang ditemuan di

dalam buku ini cenderung implisit. Insersi implisit ini dilakukan melalui

gambar dan tulisan. Gambar itu sendiri bisa dipilah menjadi dua yaitu gambar

yang memotret benda hasil karya manusia sebagai suatu produk budaya serta

gambar yang memotret representasi sebuah keyakinan atau tingkah-laku yang

diyakini oleh sebuah kebudaan dalam hal ini Indonesia dan Inggris.

1) Budaya barat

a) Gambar

(1) Pattern of Behaviour

Buku ini menghadirkan gambar yang merupakan representasi

kebiasaan atau prilaku manusia. Hal ini terlihat pada beberapa gambar

yang ada di buku ini misalnya gambar orang nonton pertunjukan seni,

gambar makanan khas budaya Inggris, gambar orang barat yang

bersalaman sambil tersenyum dalam konteks perkenalan. Gambar-gambar

tersebut tentu mewakili mewakili hal yang bebeda.

Data menunjukan bahwa sedikitnya ada 4 jenis budaya terkait

prilaku yang diinsersikan di dalam buku melalui gambar yaitu terkait

dengan makanan/minuman dan kebiasaan makan (halaman 26, 34),

kebiasaan berbelanja di toko modern seperti mall/department store

(halaman 34 dan 31), kebiasaan rekreasi di alam (halaman 26), kebiasaan

melambaikan tangan saat berpisah (halaman 4,6).

Page 68: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

68

Gambar berikut adalah contoh insersi budaya melalui gambar yang

ada di dalam buku.

(2) Cultural Representation

Budaya adalah hasil cipta, karsa dan karya manusia yang bisa

berwujud karya nyata semacam benda/alat atau artefak juga karya berupa

yang tidak nyata berwujud benda misalnya pertunjukan kesenian atau

olahraga.

Di dalam buku ini representasi budaya barat muncul dalam gambar

bagunan baik bangunan utuh maupun bagian-bagian ruangan (halaman 1,

28 dan 29), gambar bendera yang merupakan simbol negara yaitu the

union flag/jack (8), gambar yang menunjukan kesenian barat misalnya tari

balet (halaman 14, 85 dan 89), serta kesenian berupa musik dan lagu

(halaman 85 dan 89).

b) Tulisan

(1) Cultural Knowledge

Cultural belief ini mencakup nilai baik buruk, keyakinan,

kepercayaan yang besifat konseptual. Contoh aspek budaya yang

menyangkut nilai adalah konsep good and bad habit (halaman 17)

misalnya berolahraga diyakini sebagai habit yang baik, menonton TV

terlalu banyak adalah kebiasaan buruk, makan permen terlalu banyak

adalah kebiasan buruk, makan dengan benar dan sehat adalah kebiasaan

baik, menggosok gigi sebelum tidur adalah hal baik, begadang adalah

kebiasaan buruk. Juga ada proverb (halaman 25) yang berisi

Page 69: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

69

perumpamaan tentang keluarga yaitu “family faces are magic

mirrors. .Looking at people who belong to us, we see the past, present

and future” ( Gail Lumet Bukley). Peribahasa ini muncul dan menjadi

keyakinan yang hidup di dalam kebudayaan dimana bahasa Inggris

dipakai sebagai bahasa komunikasi.

(2) Patterns of Behaviors

Salah satu yang menunjukan insersi implisit ini misalnya adalah

gambar chart berteks family chart. Hubungan kekerabatan adalah

juga salah satu aspek kebudayaan. Beberapa tulisan yang ada

merepresentasikan aspek budaya PB misalnya di halaman 27 muncul

istilah brother, daughter, grandmother, nephew dan sebagainya.

Kemunculan istilah-istilah ini sebenarnya menunjukan sebuah sistem

kekerabatan yang ada dalam budaya Inggris. Istilah ini mewakili suatu

budaya lain misalnya pernikahan yang resmi (making family).

Keluarga tidak akan terbentuk tanpa adanya perkawinan.

Istilah extended family dan nuclear family atau keluarga besar dan

keluarga inti merupakan 2 istilah yang lazim digunakan dalam

mendeskripikan sebuah kekerabatan. Aturan kekeluargaan, berikut

hubungan antar anggota kerabat bisa jadi berbeda antara satu budaya

dengan budaya lain. Di dalam buku ini, hubungan kekerabatan yang

dimunculkan adalah extended family. Model kekerabatan seperti ini

lazim berlaku di masyarakat Indonesia. Pada kenyataanya dalam

kebudayaan Inggris atau Amerika dikenal istilah single parent atau

Page 70: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

70

child free couple. Misalnya single parent berlaku pada salah satu

pasangan yang tidak menikah tapi memiliki anak dan salah satu

membesarkan anak tersebut; atau single parent yang terjadi juga di

beberapa budaya lain yaitu dikarenakan perceraian atau kematian.

Dalam hal ini konsep kekeluargaan di buku memang hanya mewakili

konsep keluarga “normal” yang lazim ada di kebudayaan Indonesia

maupun Inggris.

(3) Cultural Representations

Representasi budaya muncul secara tertulis dalam bentuk nama.

Nama ini mencakup nama-nama yang lazim dipakai di budaya Inggris

seperti george, John, Charlotte, Darren, Laura, Angela, Bobby,Mary.

Juga nama keluarga seperti Newton dan Webber. Contoh lain adalah

kesenian yaitu lagu Hockey Pockey. Di dalam buku ini teks lengkap

lagu tersebut ditulisakan. Lagu adalah salah satu contoh hasil

kebudayaan manusia dan dalam hal ini siswa di Indonesia

diperkenalkan pada lagu yang diciptakan dan dipergunakan di budaya

Inggris. Lagu yang bercirikan budaya populer juga muncul dalam

buku ini walaupun hanya judulnya misalnya di halaman Misery yang

dipopulerkan Good Charlote, Sweet Escape diyanyikan Gwen Stefani

dan Bye Bye Bye dipopulerkan oleh boyband Nsync (halaman 8).

2) Budaya Indonesia

a) Gambar

Page 71: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

71

(1) Cultural Knowledge

Tidak ada data

(2) Patterns of Behaviours

Berbelanja di pasar tradisonal (halaman 31,32), kebiasaan melambaikan

tangan saat berpisah (halaman 3), olahraga (halaman 3,49) , makan

bersama keluarga di rumah (halaman 26).

(3) Cultural Representation

Alat musik gendang

b) Tulisan

(1) Cultural Knowledge

Tidak ada data.

(2) Patterns of Behaviours

Kebiasaan jam belajar di sekolah di Indonesia untuk level SMP adalah

jam 7.30 sampai jam 2.

(3) Cultural Representation

Tidak ada data.

c. Komponen budaya

Komponen budaya yang ditemukan di dalam buku yang dibagi

berdasarkan 3 kategori yaitu Cultural Knowledge (CK), Pattern of Behaviour

(PB) dan Cultural Representation (CP). Budaya yang ditemukan di dalam buku

dibagi menjadi 2 kategori yakni budaya Indonesia dan Non Indonesia (Barat,

khususnya English speaking countries), akan tetapi pada prakteknya pemilahan

Page 72: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

72

seperti ini agak sulit dilakukan karena perkembangan zaman dewasa ini

memberi pengaruh pada budaya yang ada di setiap negara. Budaya-budaya

tersebut berinteraksi dan saling mempengaruhi. Pada beberapa aspek

pemilahan budaya berbasis wilayah geografis atau etnis menjadi hal yang sulit.

Misalnya kita tidak tahu apakah benda seperti komputer itu budaya mana, yang

jelas itu adalah salah satu alat hasil budaya yang kini dipakai di berbagai

belahan dunia dan lintas budaya. Begitu pula dengan beberapa makanan seperti

misalnya roti dan keju.

1) Budaya Barat

a) Cultural Knowledge

(1) Peribahasa

(2) Konsep baik dan buruk

Kebiasaan hidup sehat diinsersikan dengan teks dan gambar

(halaman 17). Diantara kebiasaan baik tersebut adalah : do exercise

(olahraga), menyikat gigi sebelum tidur (brush your teeth before sleeping),

Makan dengan benar (eat right). Sedang budaya yang kurang/ tidak sehat

antara lain adalah bergadang (stay up late), makan permen/gula terlalu

banyak (eat too many sweets), dan menonton TV dan main game seharian

(watch TV and play game all the time).

b) Pattern of Behavior

(1) Berterima kasih

Page 73: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

73

Budaya berterima kasih secara tersurat disajikan di dalam unit 4

dalam bentuk ekspresi tertulis. Mengucapkan terimakasih saat mendapat

kebaikan atau pertolongan dari orang lain dalam kebudayaan Inggris

adalah simbol kesopanan.

(2) Kekerabatan

Budaya kekerabatan yang diinsersikan di dalam buku ini bukan

sekedar keluarga inti tapi juga keluarga besar. Ini terlihat dari munculnya

beberapa kosakata yang lazim dipakai, contohnya, kakek, nenek, paman,

bibi, sepupu, keponakan. Budaya kekerabatan ini sekaligus juga

menunjukan sistem keluarga. Budaya Indonesia lebih berscirikan extended

family (keluarga besar). Pohon keluarga yang ada di halaman 27

menunjukan skema extended family. Pernikahan dari 2 pasangan yang

masing-masing memiliki nama keluarga misalnya Charles dan Rose

Webber, serta Angela dan Edwin Newton. Sistem nama keluarga ini lazim

dipakai di budaya Inggris, sedang di Inodonesia hanya beberapa tempat

saja yang masih memepertahankan tradisi ini.

(3) Budaya Makan/ minum

Budaya makan dan minum bersama baik di dalam maupun di luar

rumah. Salah satu contohnya adalah budaya meminum kopi di tempat

umum adalah bentuk budaya yang ditampilkan di buku ini, dan yang

meminum kopi tidak hanya laki-laki tapi juga perempuan. Selain itu,

Page 74: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

74

dalam buku ini terdapat sebuah gambar dimana di salah satu cup / gelas

terdapat merek Starbucks Coffee yang merupakan merek sebuah penyedia

minuman kopi internasional. Ini juga bentuk “kampanye” budaya minum

kopi di kafe Starbucks. Dengan mengkonsumsi kopi di coffee shop,

mereka juga merasakkan bahwa ini adalah gaya hidup “modern”. George

Ritzer (1996) menilai fenomena semacam ini sebagai salah satu ciri dari

McDonaldization of Society. McDonaldization itu sendiri merupakan

sebuah fenomena sosial (dan budaya) yang dimaknai sebagai “the process

by which the principles of the fast-food restaurant are coming to dominate

more and more sectors of American society as well as of the rest of the

world”. Secara tidak langsung penulis buku ini memotret dan

menginsersikan budaya minum kopi di coffee shop dan bukan di warung

kopi selayaknya orang Indonesia kebanyakan.

(4) Jual beli

Budaya jual beli tradisionl dan modern ditampilkan di buku. Jual

beli modern ditampilkan di halaman 82 dan 83. Terdapat teks serta

gambar yang menjelaskan jual beli online dan penggunaan credit card.

Gambar vending machine (halaman 81) juga merupakan representasi

budaya jual-beli dengan menggunakan mesan yang lazim terdapat di

negara barat seperti Korea, Inggris, Jepang.

Berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar lazim dilakukan

kebanyakan masyarakat Indonesia. Di pasar ini terjadi interaksi antara

berbagai orang. Gambar pasar tradisional ini mewakili berbagai

Page 75: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

75

fenomena budaya lain. Beragam bentuk budaya ada di pasar misalnya

budaya tawar menawar barang, budaya kuliner, tata cara makan minum,

budaya mengukur berat barang (liter, kilo dll), budaya dan tata krama

jual beli, dan sebagainya. Di dalam buku tampak gambar seorang penjual

yang dikerubuti pembeli; penjual dan pembeli tersebut tampak amat

serius dan tidak ada senyum yang terlihat. Ini kontras dengan gambar di

halaman 34, dimana terdapat 3 gambar situasi tempat jual beli modern.

Di dalam gambar tersebut figur yang muncul adalan non Indonesia dan

mereka tersenyum lebar dan terlihat sangat bahagia. Suasana akrab juga

terlihat dari gambar tersebut.

(5) Penamaan

Disamping insersi dengan bentuk gambar, budaya asing

dinsersikan pula dalam bentuk tulisan. Setiap budaya memiliki

kelompok nama-nama tersendiri. Di Inggris misalnya nama yang lazim

adalah nama seperti John, Alex, Bobby, Darren sedangkan di Indonesia

misalnya Suryono, Linda.

Selain itu, budaya tersebut misalnya adalah kebiasaan mengeja

huruf pada nama. Kebiasaan ini (spelling) lazim dilakukan orang

beberapa budaya terutama budaya orang Inggris. Tulisan dan cara

membaca kata di dalam bahasa Inggris kadang sangat berbeda; oleh

karena itu untuk memastikan ejaan yang benar dari nama orang sering

menanyakan hal ini. Di budaya Indonesia hal ini jarang terjadi karena

tulisan dan cara membaca kata relatif sama.

Page 76: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

76

(6) Kesenian

Budaya seni pertunjukan dan film disajikan di unit 14 dan

merupakan satu topik tersendiri. Di halaman 85 terdapat beberapa

gambar yang berisi adegan film produksi Hollywood (Spiderman,

Simba, Hulk) dan pertunjukan musik dan tari luar negeri. Budaya

menari tari balet diinsersikan dalam bentuk gambar gadis dan jejaka

yang menari balet (halaman 85 dan 14). Tari balet adalah tarian yang

bukan berasal dari Indonesia, namun dewasa ini banyak orang

Indonesia yang menjad penari balet. Budaya lainnya adalah seni topeng,

band, koor/paduan suara, tari modern.

(7) Perkenalan dan tegur sapa

Di buku ini gambar orang tersenyum sambil berjabat tangan

muncul dalam konteks perkenalan. Tokoh dalam gambar itu adalah

figur yang secara fisik identik dengan orang Indonesia juga orang non

Indonesia. Budaya tersenyum dan jabat tangan adalah simbol

perkenalan yang ada di budaya Indonesia modern dan Inggris. Di dalam

budaya Indonesia, budaya jabat tangan dilakukan dengan berbagai cara

tergantung wilayah, ada yang dengan dua telapak tangan, ada yang satu

tangan kanan saja. Bahkan ada daerah yang tidak melakukan jabat

tangan langsung saat bersalaman misalnya daerah Jawa Barat dan Aceh.

Akan tetapi dewasa ini budaya jabat tangan ala barat (yaitu dengan satu

tangan kanan) menjadi sesuatu yang lebih lazim dan popoler. Dan

Page 77: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

77

mungkin karena itulah model jabat tangan seperti inilah yang

direpresentasikan di dalam buku teks.

Dalam situasi sosial di masyrakat Inggris, seorang pria tradisional

diperkenalkan kepada seorang wanita. Namun, dalam perkenalan dunia

usaha didasarkan pada peringkat seseorang atau posisi dalam sebuah

organisasi. Siapa pun adalah orang tertinggi diperkenalkan kepada

orang lain dalam urutan posisi mereka. Orang di Inggris melakukan

jabat tangan, yaitu ketika pertama kali diperkenalkan kepada orang-

orang baru, namun mereka jarang berjabat tangan saat berpisah.

Dalam situasi informal, ada kalanya mereka berciuman (ciuman sosial)

dan sering hanya kecupan di pipi; ini dapat diterima antara laki-laki dan

perempuan dan juga antara wanita yang mengenal satu sama lain

dengan sangat baik Tetapi jarang dijumpai dua pria Inggris berciuman,

bahkan jika hanya di pipi. Ketika berjabat tangan, seseorang mungkin

menyebut nama mereka tanpa mengatakan "Hallo" atau apa pun. Hal

ini dapat dianggap sebagai sesuatu yang sedikit tidak ramah, tapi itu

tidak dianggap kasar.

(8) Pekerjaan dan sekolah

Gambar jadwal sekolah yang terdapat di halaman

41menggmbarkan bahwa hari aktif sekolah dimulai hari Senin sampai

Sabtu, mulai pukul 7.30. Mata pelajaran yang dipelajari antara lain

Page 78: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

78

Agama, PPKN, Bahasa Inggris, Sejarah Ekonomi, Fisika, Sosiologi,

Matematika, Kimia, Olahraga. Geografi, Bahasa Indonesia, Biologi dan

Seni. Jam sekolah di Indonesia dimulai sekitar pukul 07.00 atau 07.30

dan berakhir pukul 14.00. Sedangkan di negara lain sekolah dimulai

sekitar pukul 09.00.

c) Cultural Representation

Di dalam buku ini, mayoritas gambar produk budaya yang

muncul adalah barang/benda kebutuhan manusia sehari-hari baik di

Indonesia maupun di negara berbudaya Inggris. Benda-benda ini disebut

hasil kebudayaan karena mereka lahir atas proses cipta rasa dan karsa

manusia. Era globalisasi dan modernisasi telah membuat barang-barang

yang semula menjadi ciri khas sebuah wilayah dengan mudah didapati di

mana pun. Mayoritas gambar benda hasil budaya yang ditampilkan di

buku ini adalah benda yang dipakai baik oleh masyarakat Indonesia dan

non Indonesia.

(1) Bendera

Di halaman 8 terdapat gambar bendera “the Union Jack” atau “the

Union Flag”. Gambar ini muncul bersama gambar seorang anak bernama

Harry yang berasal dari London. Bendera yang muncul

merepresentasikan hasil atau benda hasil kebudayaan. Bendera Union

Jack ini merupakan simbol bersatunya Great Britain dengan Irlandia.

Page 79: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

79

Gambar 6. Bendera the United Kingdom (Iragila dkk, 2009: 8)

Di halaman 49 juga terdapat representasi budaya berupa bendera

Sang merah putih yang merupakan bendera negara Indonesia. Tema dari

unit 8 dimana gambar bendera ini dimuat adalah Let’s go to school.

Dalam hal ini bendera merah putih ini mucul sebagai salah satu benda

yang ada di sekolah (schoolyard).

(2) Bangunan dan Furniture

Di bagian cover muka dan cover dalam, buku ini menampilkan

gambar sebuah banguan khas Eropa dengan sebuah sungai besar yang

mengalir di depannya. Bangunan itu terlihat megah dan kokoh. Lampu-

lampu yang dipasang disekeliling bangunan membuatnya semakin

menarik dan eksotik.

Representasi budaya barat yang tidak mudah dibedakan adalah

bangunan dan bagian rumah (1, 28, 29). Di dalam unit 5B (halaman 28)

terdapat gambar berbagai ruangan di dalam rumah serta halaman. Jenis

representasi budaya khas negara maju misalnya terlihat di gambar kamar

mandi modern (bathtub, closet duduk, dan basin), dapur modern (kulkas,

kitchen set, microwave, kompor gas/oven, kamar tidur dan ruang tamu.

Kamar mandi terdiri dari WC duduk dan bathtub juga wastafel. Di

Page 80: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

80

halaman 28 buku ini menampilkan bagian-bagian rumah yang terkesan

sangat modern. Dapur dilengkapi dengan kitchen set yang komplit. Di

sana ada ada kulkas, microwave, kompor gas/listrik dan lainnya. Pada

periode tertentu, model dapur juga kamar mandi seperti ini lazim ditemui

di negara maju di Eropa. Seiring kemajuan zaman dewasa ini model

kamar mandi seperti ini juga marak di Indonesia akan tetapi kalau dilihat

dari asal muasalnya, benda budaya ini berasal dan populer digunakan di

negara maju atau bukan Indonesia.

(Gambar 6. Bathtub dan Wastafel, Iragila dkk, 2009: 28)

(3) Papan penunjuk informasi

Papan petunjuk informasi bertuliskan bahasa Inggris seperti Be

quiet yang diinsersikan di sini jelas menunjukan bahwa ini adalah budaya

Inggris karena bahasa yang digunakan juga Inggris dan notice tertulis

seperti ini juga lazim ada di budaya Inggris.

(4)Fashion

Page 81: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

81

Penggambaran budaya cara berpakaian diinsersikan secara

langsung melalui gambar. Fashion menjadi topik tersendiri di unit 12. Di

unit ini terdapat gambar berbagai busana modern yang sedang populer.

Fashion yang ditampilkan diantaranya meliputi pakaian wanita seperti:

gaun pesta, celana jeans, hotpants, T shirt lengan panjang, kemeja kotak-

kotak, hoody, sweater, kaos panjang, gaun pendek, celana panjang, dasi,

jaket kulit, jas resmi, jaket tebal, sepatu bot, sepatu sports, rok mini, gaun

panjang dan sebagainya. Beberapa dari baju tersbut sangat bercirikan

budaya tertentu misalnya Korea dan barat. Di unit fashion ini tidak

dijumpai pakaian khas Indonesia seperti batik.

(5)Kesenian

Tari balet (halaman 14, 89, 85) merupakan tarian khas Eropa, atau

bukan Indonesia, walau tidak terlalu pasti dari mana tarian ini aslinya

berasal.

(6)Perkakas dan Alat

Perkakas dan alat ini meliputi alat rumah tangga, alat kebersihan,

alat mandi, alat tulis, alat kedokteran, alat transportasi, alat

komunikasi/IT, alat musik, alat olahraga.

(7)Makanan

Jenis makanan minuman impor/ barat misalnya terdapat pada

halaman 33: roti, cake, coklat batang, sebotol minuman coke, susu skim

(skimmed milk), butter. Makanan fast food/ makanan cepat saji

Page 82: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

82

diinsersikan di dalam buku ini dalam bentuk gambar, misalnya gambar

burger, pizza, coca colla, french fries, orange juice, dan pasta.

2) Budaya Indonesia

a) Cultural Knowledge

Berdasarkan kajian tidak ditemukan data.

b) Patterns of Behaviour

Beberapa kebiasaan yang ada di dalam buku ini misalnya

berhubungan dengan makan bersama keluarga di rumah, bahasa

tubuh, waktud an kebiasaan di sekolah, dan belanja di pasar

tradional.

c) Cultural Representation

(1) Makanan

(2) Perkakas dan Alat

Meliputi alat tulis (37,39,40), kedokteran (halaman 55), komputer

dan IT (halaman 2,36,39,55,57,79,82) berjumlah 7 data, pakaian dan

aksesoris (halaman 67,74,75,76) berjumlah 52 data, alat musik

tradisional gendang (halaman 49), dan bendera merah putih.

(3) Kesenian

Gendang adalah alat musik khas Indonesia. Salah satu insersi budaya

Indonesia dalam bentuk seni tradisional terlihat dalam gambar

seorang pria memainkan gendang (halaman 89).

Page 83: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

83

(4) Fashion

Buku ini menampilkan fashion/ gaya berbusana modern yang banyak

diinspirasi negara luar. Kan tetapi pada kenyataannya kita fashion

seperti itu telah diadopsi bangsa Indonesia dan menjadi budaya

keseharian masyarakat Indonesia.

(5) Papan petunjuk

Di halaman 50 dan 52 terdapat simbol-simbol yang bermakna.

Misalnya papan tanda panah yang bermakna belok kanan dan kiri.

Buku 5

1. Deskripsi Umum

Judul : English in Focus 1; for Grade VII Junior High SchoolPengarang : Wardiman, A., Jahur, M.B., dan Djusma, M.S.PenerbitTempat/tahun

::

Pusat Perbukuan, DepdiknasJakarta, 2008

Buku ini terdiri dari 182 halaman yang terbagi atas 8 unit dan dua bagaian

unit evaluasi.. Setiap unit dari buku ini memiliki judul atau tema-tema tersendiri,

yakni What is Your Name?, Things around Us, Let’s Go to School, What Should I

Buy?, Family Life, What Do You Do, Work Out, dan My Hobby.Setiap unit terbagi

atas sub-sub bagian, yakni: Chapter Title, Material You Are Going to Learn in

This Chapter, Listening, Speaking, Reading, and Writin, Follow Up Activity,

Learning Essential, dan Learning Review. Selain itu, ada pula bagian tambahan

berupa UN Challenge, yng berisi soa-soal UN yang relevan, Log On, yang berisi

materi dari Internet, New Horizon, dan Enrich Your Knowledge di setiap unit.

Page 84: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

84

2. Pola dan Insersi Insersi Budaya

a. Pola insersi budaya

Secara umum, pola insersi budaya, baik Barat atau Indonesia, yang

ditemukan dalam buku ini adalah pola insersi secara implisit, melalui media

tulisan dan gambar, dan tidak ditemukan adanya pola insersi budaya secara

eksplisit. Dalam buku ini, ada tiga elemen budaya yang diinsersikan, yaitu

cultural knowledge, patterns of behaviors, dan cultural representations.

Berdasarkan data, budaya yang diinsersikan terbanyak adalah budaya Indonesia

(27: 13), berupa patterns of behaviour (19 data), yang disampaikan melalui media

gambar.

b. Media insersi budaya

1) Budaya Barat

Insersi budaya Barat dilakukan secara implisit melalui media gambar (9

data) dan tulisan (4 data) dengan komponen budaya terbanyak berupa cultural

knowledge (7 dan 5) disusul dengan patterns of behaviour (2 dan 1). Sedangkan

komponen cultural representation tidak ditemukan dalam buku ini.

a) Gambar

(1) Cultural Knowledge

Berdasarkan data, gambar merupakan media yang paling banyak

dipakai untuk menginsersikan budaya barat secara implisit, dimana

cultural knowledge merupakan komponen budaya yang paling

sering muncul (7 data). Pada umumnya, gambar-gambar tersebut

ditampilkan untuk mendukung teks/task. Sebagai contoh, pada

Page 85: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

85

halaman 74, ditampilkan gambar seorang anak kulit hitam yang

sedang berlari dengan memakai jaket dan celana ketat. Sehingga,

bisa disimpulkan bahwa budaya barat yang diperkenalkan adalah

cara berpakaian ketat/memakai celana ketat untuk olahraga lari.

Budaya ini tidak sesuai dengan kebudayaan dan adat sopan santun

masyarakat Indonesia, dimana pakaian sopan, dan tidak ketat

merupakan norma berpakaian yang berlaku; bahkan, siswa di

sekolah dianjurkan/diwajibkan memakai celana olahraga berbahan

tebal dan tidak ketat.

(Gambar 7. Norma berpakaian, Wardiman dkk, 2008: 74)

Konsep cultural knowledge lain yang diperkenalkan adalah konsep

persons and places (hal. 116), dimana ada tiga gambar wanita dan

pria dan deskripsi tentang pekerjaan dan asal negara mereka, yaitu

Inggris, Meksiko, dan Jerman. Jika ditinjau dari aspek multikultur,

ketiga gambar dan deskripsi tersebut sudah memperkenalkan nilai-

nilai multikulturalisme; namun, juga masih mengindikasikan

Page 86: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

86

superioritas benua tertentu, sehingga akan lebih baik jika gambar

dan deskripsi mewakili beberapa benua/negara berbeda, misalnya

Afrika, Asia, Eropa dan Amerika.

Konsep ketiga yang diperkenalkan adalah tentang pekerjaan

(hal. 103 dan 107). Di halaman 103, digambarkan 4 orang barat

yang berprofesi sebagai pemadam kebakaran, pelayan, atlet, dan

sekretaris. Sedangkan halaman menampilkan gambar seorang pilot

berkulit putih dengan teks dialog bertema pekerjaan Mr Fandi

sebagai pilot Garuda Indonesia. Gambar-gambar tersebut belum

menunjukkan multikulturalisme, karena yang ditampilkan hanya

orang-orang barat/kulit putih. Selain itu, gambar-gambar tersebut

juga mengimplikasikan superiority budaya barat terhadap

budaya/orang Indonesia, yaitu gambaran orang barat sebagai orang

keren dengan berbagai pekerjaan yang baik.

(Gambar 8. Persons and places, Wardiman dkk, 2008: 103)

Page 87: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

87

(Gambar 9. Profesi-Superiority Barat, Wardiman dkk, 2008: 140)

(2) Patterns of behaviour

Konsep yang diperkenalkan terkait patterns of behaviour yang

diperkenalkan melalui media gambar adalah skateboarding (hal.

140 dan 148), dimana digambarkan bahwa dua orang berkulit putih

sedang bermain skateboarding dengan memakai perlengkapan

keselamatan seperti helm, serta pelindung siku dan lutut. Sehingga

siswa diperkenalkan dengan konsep keselamatan/perlindungan saat

berolahraga skateboarding. Akan tetapi, karena kedua orang

tersebut berkulit putih, hal tersebut mengimplikasikan superiority

budaya barat terhadap budaya/orang Indonesia, yaitu orang barat

sebagai orang modern, dan keren. Selain itu, teks dialog yang

menyertai gambar di halaman 140 tidak sesuai dengan gambar

yang disajikan, dimana teks dialog menggunakan nama orang

Page 88: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

88

Indonesia sedangkan gambar berupa orang berkulit putih bermain

skateboard, sehingga terjadi ketidakcocokan gambar dan teks. Hal

tersebut dimungkinkan sebagai upaya untuk lebih menampilkan

budaya Indonesia.

(Gambar 10. Skateboarding-Superiority Barat, Wardiman dkk, 2008: 148)

(Gambar 11. Skateboarding-Superiority Barat, Wardiman dkk, 2008: 140)

(3) Cultural representation

Tidak ada data.

Page 89: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

89

b) Tulisan

(1) Cultural Knowledge

Media insersi budaya barat secara implisit lainnya adalah tulisan.

Seperti halnya dalam gambar, cultural knowledge juga

mendominasi komponen budaya yang muncul dalam data. Konsep

budaya barat pertama yang diperkenalkan adalah konsep waktu

menurut budaya barat, yaitu good morning, good afternoon dan

good night (hal. 8), dimana konsep pagi, siang dan sore di negara

barat berbeda dengan Indonesia. Misalnya, di Indonesia, jam 11

pagi, sudah disebut sebagai siang. Namun, pengenalan konsep ini

tidak disertai penjelasan tentang perbandingan konsep waktu

Inggris dan Indonesia sehingga berpotensi menimbulkan

kesalahanpahaman budaya.

(Gambar 12. Konsep waktu, Wardiman dkk, 2008: 8)

Konsep barat lainnya yang diperkenalkan dalam buku ini adalah sistem

sapaan, yaitu penggunaan Mrs/Mr dengan nama belakang untuk menyapa nama

Page 90: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

90

orang yang lebih tua/dihormati/tidak dikenal baik. Hal tersebut terlihat dari nama

“Mrs Felix” di dalam teks dialog di halaman 9. Konsep ini sesuai dengan norma

yang berlaku di budaya barat. Namun, konsep ini berpotensi menimbulkan

masalah apabila tidak disertai penjelasan perbandingan budaya yang memadai,

karena konsep sapaan dalam budaya Indonesia adalah menggunakan nama depan,

dengan disertai gelar/sapaan seperti ‘pak/bu/mbak/dsb.’

(Gambar 13. sistem sapaan, Wardiman dkk, 2008: 9)

(2) Patterns of behaviour

Tidak ada data

(3) Cultural representation

Tidak ada data

2) Budaya Indonesia

Insersi budaya Indonesia secara implisit dilakukan melalui media gambar

dibanding media tulisan (19:7). Sementara komponen budaya terbanyak adalah

berupa patterns of behaviour untuk gambar (18 data) dan cultural knowledge

untuk tulisan (6 data).

a) Gambar

Page 91: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

91

Berdasarkan data, gambar merupakan media yang paling banyak dipakai

untuk menginsersikan budaya barat secara implisit, dimana patterns of behaviour

menjadi komponen budaya terbanyak yang ditampilkan. Pada umumnya, gambar-

gambar tersebut ditampilkan untuk mendukung teks/task.

(1) Cultural Knowledge

Budaya Indonesia berupa cultural knowledge yang diperkenalkan

melalui gambar adalah konsep kesadaran berlalu lintas (hal 43).

Gambar ini mendukung teks tentang aturan berlalu lintas yang

berlaku di Indonesia. Di dalam gambar, jelas terlihat si pengendara

motor memboncengkan dua orang di depan dan belakangnya, tanpa

mengenakan helm. Hal tersebut merupakan hal yang umum

ditemukan di Indonesia, namun merupakan pelanggaran hukum.

(Gambar 14. Budaya berlalu lintas, Wardiman dkk, 2008: 43)

(2) Patterns of behaviour

Salah satu konsep budaya Indonesia berupa patterns of behaviour

yang diperkenalkan adalah seragam SMP. Dalam buku ini, banyak

disajikan gambar siswa-siswa SMP berseragam putih biru khas

seragam SMP di Indonesia, misalnya di halaman judul, 1, dan 47.

Page 92: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

92

(Gambar 15. seragam SMP, Wardiman dkk, 2008: judul)

Budaya Indonesia lainnya yang diperkenalkan dalam buku

ini adalah jilbab/kerudung, seperti di halaman 42, 43, dan 44,

dimana seorang guru wanita mengenakan jilbab/kerudung dengan

style khas muslim Indonesia, yaitu diikat dan dimasukkan ke dalam

baju atasan.

Selain itu, halaman 43 juga memperkenalkan konsep

budaya meminta maaf, dimana seorang siswa menangkupkan

tangan dan menundukkan kepala. Konsep yang diperlihatkan disini

adalah budaya sikap meminta maaf dengan menangkup tangan dan

menundukkan kepala, serta pemakaian jilbab sebagai kebiasaan

wanita Indonesia muslim.

Page 93: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

93

(Gambar 16. sikap meminta maaf, Wardiman dkk, 2008: 43)

Konsep Indonesia lainnya yang diperkenalkan adalah cara

berpakaian kepolisian Indonesia, dimana warna seragam, topi, dsb.

yang dikenakan sangat merepresentasikan polisi Indonesia

(Gambar14).

Budaya Indonesia lain yang diperkenalkan melalui gambar

adalah budaya bersanggul, seperti yang terlihat di halaman 32, 83

dan 97. Pada gambar di halaman 83, misalnya, sebuah keluarga

berfoto bersama saat wisuda, dimana sang ibu (tengah, duduk)

bersanggul.

(Gambar 17. Bersanggul, Wardiman dkk, 2008: 83)

Konsep cultural behaviour lain yang diperkenalkan melalui

gambar adalah aktivitas petani Indonesia (hal. 113). Gambar yang

disajikan mendukung teks tentang gambaran dan kegiatan petani

Indonesia sehari-hari. Namun, gambaran ini bisa menyesatkan.

Pertama, petani Indonesia sudah jarang menggunakan kerbau untuk

membajak sawah. Mereka sudah menggunakan traktor/mesin bajak

Page 94: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

94

sawah. Kedua, gambar tersebut bisa mengesankan inferioritas

profesi petani, dimana petani digambarkan sebagai orang yang

berkubang dengan lumpur dan kerbau, terlihat kuno/tidak modern

dan berpakaian seadanya.

(Gambar 18. Petani Indonesia, Wardiman dkk, 2008: 113)

Konsep budaya Indonesia lainnya adalah tentang sikat gigi dua kali

sehari. Hal ini terlihat di halaman 118, dimana terdapat gambar dokter

gigi dengan poster besar dibelakangnya bertuliskan “Gigi kuat, bersih,

bersinar” dan “Sikat Gigi 2x Sehari”. Poster semacam ini merupakan

salah satu slogan pemerintah Indonesia dalam membiasakan

masyarakat untuk hidup sehat.

Page 95: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

95

(Gambar 19. Poster kesehatan gigi, Wardiman dkk, 2008: 118)

(3) Cultural representation

Tidak ada data

b) Tulisan

Media kedua dalam menginsersikan budaya Indonesia adalah tulisan (8

data) dengan cultural knowledge menjadi komponen budaya terbanyak yang

diperkenalkan.

(1) Cultural knowledge

Konsep budaya Indonesia yang diperkenalkan melalui tulisan yang

tergolong komponen cultural knowledge adalah penamaan jalan

dan tempat (hal. 13, 29, 30 dan 73), dimana di dalam teks, nama

jalan yang digunakan adalah nama jalan yang umum ditemukan di

Indonesia.

Page 96: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

96

(Gambar 20. penamaan jalan dan tempat, Wardiman dkk, 2008: 30)

Konsep lainnya yang diperkenalkan adalah pengetahuan tentang

tempat-tempat wisata di Indonesia di halaman 75.

Page 97: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

97

(Gambar 21. tempat wisata di Indonesia, Wardiman dkk, 2008: 75)

Selain itu, di halaman 43, diinsersikan konsepbudaya berlalu lintas,

yaitu aturan berkendara dan memakai helm yang disajikan melalui

teks dialog antara polisi dan Mr. Kiemas.

(Gambar 22. budaya berlalu lintas, Wardiman dkk, 2008: 43)

Page 98: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

98

(2) Patterns of behaviour

Selain sebagai cultural knowledge, Gambar 22 jua

menunjukkan konsep budaya berkendara dan memakai helm yang

diperkenalkan melalui teks dialog antara polisi dan Mr. Kiemas di

halaman 43 juga merepresentasikan patterns of behaviour; dalam

hal ini, perilaku masyarakat Indonesia dalam berkendara, dimana

banyak dari mereka yang tidak memakai helm, memboncengkan

lebih dari satu, dan sebagainya. Hal tersebut bertentangan dengan

aturan dan norma yang berlaku.

Selain itu, di halaman 113 terdapat teks mengenai deskripsi

kegiatan seorang petani bernama Mr. Kartolo. Teks tulisan ini

memperkenalkan budaya bertani/bercocok tanam ala Indonesia.

Apalagi, hal ini ditunjang oleh gambar berupa petani yang sedang

membajak sawah dengan kerbau, sebuah kegiatan yang sudah

jarang dijumpai di pedesaan, terlebih lagi di perkotaan.

Page 99: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

99

(Gambar 23. Budaya bercocok tanam, Wardiman dkk, 2008: 113)

(3) Cultural representation

Tidak ada data.

Buku 6

1. Deskripsi Umum

Judul : Passport to the World 1. Pengarang : Djatmika, Priyanto A.G., & Dewi, IKPenerbitTempat/tahun

::

Platinum/Tiga Serangkai Pustaka MandiriSolo, 2009

Buku ini memiliki 10 unit dan dua bagian evaluasi/semester exam dan

berjumlah 115 halaman. Setiap unit dalam buku ini terdiri dari empat bagian

utama (section), yaitu Listen and Talk, Read and Write, Cooling Down dan Unit

Evaluation. Kedua bagian utama tadi dibagi lagi menjadi sub-sub bagian yang

dimulai dengan Standard of Competetence, Basic Competencies and Course

Page 100: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

100

Objectives; Concept Map; Keywords of Unit; Warming Up; Activity; Listening

Practice; Working in Group; Get More; Check the Expression; Grammar Check;

Grammar Practice; Fun Time; Creative Corner; Game; Grammar Summary;

Don't You Know Yet?; Compact Dictionary; Reflection and Evaluation.

2. Pola dan Media Insersi Budaya

a. Pola insersi budaya

Secara umum ada dua pola insersi yang ditemukan dalam buku ini yakni

yang dilakukan secara eksplisit maupun implisit. Insersi budaya dilakukan secara

eksplisit ditunjukkan dengan adanya sub bagian di setiap unit dalam buku ini yang

disebut dengan (1) Wise Words yang berisi peribahasa dalam Bahasa Ingris

beserta penjelasan maknanya, dan (2) Don’t you Know Yet yang berisi kebiasaan

dan pengetahuan terkait seni dan budaya (khususnya barat), Terkadang, budaya

yang diperkenalkan merupakan budaya spesifik suatu negara barat barat, misalny

budaya makan apel sebagai sarapan pagi di Australia, dan pengetahuan tentang

sebutan weakdays dan weekends di Amerika Serikat. Contoh kedua sub bagian

tersebut ada di halaman 112.

Page 101: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

101

(Gambar 24. Wise Words dan Don’t Know Yet?, Djatmika dkk, 2009: 112)

Buku ini berupaya menyajikan aspek multikultur melalui informasi budaya

dari beberapa negara-negara berbeda, seperti Australia, Amerika Serikat dan

Jepang. Misalnya, di halaman 89, disajikan perbandingan makna ekspresi “excuse

me-sumi ma sen” dalam budaya Jepang.

(Gambar 24. Excuse Me dalam budaya Jepang, Djatmika dkk, 2009: 89)

Akan tetapi, Namun, terdapat ambiguitas/kerancuan terkait budaya yang

diinsersikan. misalnya informasi budaya sarapan di Australia (hal. 129) dan istilah

Page 102: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

102

weekend dan weekdays di Amerika Serikat (hal 112). Kebiasaan memakan apel

tidak hanya ada di Australia. Demikian pula dengan penggunaan istilah weekend

dan weekdays, tidak hanya ditemukan di Amerika Serikat.

(Gambar 25. Budaya sarapan di Australia, Djatmika dkk, 2009: 129)

Selain kedua sub bagian ini, insersi budaya barat maupun Indonesia

banyak dilakukan secara implisit dengan menggunakan gambar-gambar, baik

yang merupakan gambar ilustrasi untuk memperjelas penjelasan ataupun gambar

utama yang digunakan sebagai input text dalam latihan.

b. Media Insersi

Insersi budaya secara implisit, baik Indonesia ataupun barat, dilakukan

melalui dua media, yaitu tulisan dan gambar. Budaya Indonesia lebih banyak

diinsersikan melalui media gambar sedangkan budaya barat banyak diinsersikan

melalui media tulisan.

1) Budaya Barat

Insersi budaya Barat secara eksplisit dan implisit dilakukan melalui media

tulisan dan gambar dengan komponen budaya berupa cultural knowledge melalui

media tulisan (5 data) dan patterns of behaviour melalui media gambar (1 data).

Berdasarkan data, cara insersi terbanyak dilakukan adalah menggunakan media

tulisan, dengan aspek cultural knowledge.

Page 103: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

103

a) Gambar

(1) Cultural knowledge

Tidak ada data.

(2) Patterns of behaviour

Dalam buku ini, hanya ada satu gambar yang digunakan dalam

menginsersi budaya barat, dengan aspek cultural behaviour, yaitu

gambar di halaman 115. Budaya yang dimunculkan adalah budaya

berpakaian. Di negara barat, berpakaian kaos/atasan tanpa lengan

merupakan sesuatu hal yang lazim. Namun, kebiasaan tersebut

tidak sesuai dengan budaya Indonesia, dimana berpakaian atasan

tanpa lengan dianggap tidak sopan.

(Gambar 26. Norma berpakaian, Djatmika dkk, 2009: 115)

Page 104: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

104

(3) Cultural representation

Tidak ada data.

b) Tulisan

(1) Cultural knowledge

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tulisan

merupakan media yang paling banyak dipakai untuk menginsersi

budaya barat, dengan culural behaviour sebagai satu-

satunyakomponen budaya barat yang diinsersikan.

Sistem sapaan merupakan salah satu konsep barat yang

disajikan dalam buku ini (hal. 3). Namun, konsep tersebut menjadi

rancu karena sistem sapaan ala barat menggunakan nama belakang

setelah Mrs/Mr/Ms/Miss (misal, Mr Purnomo), sedangkan dalam

teks monolog tertulis tersebut, nama depan digunakan setelah “Mr”

(i.e., Mr Andi).

Page 105: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

105

(Gambar 27. Sistem sapaan, Djatmika dkk, 2009: 3)

Konsep kedua adalah konsep pengejaan nama (name

spelling, hal. 8). Di dalam teks,yang merupakan budaya barat.

Namun, pengenalan konsep tersebut berpotensi menimbulkan

keracuan karena tidak disertai konteks dan penjelasan yang

memadai, misalnya mengenai kapan name spelling dilakukan.

Lazimnya, pengejaaan nama dilakukan saat mengisi formulir,

pembicaraan lewat telepon dsb. yang membutuhkan si pendengar

Page 106: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

106

untuk menuliskan nama si pembicara. Mengeja nama tidak lazim

ditemukan dalam perkenalan.

(Gambar 28. name spelling, Djatmika dkk, 2009: 8)

Konsep waktu menjadi konsep barat lainnya yang

diinsersikan dalam buku ini. Halaman 65, misalnya, menyajikan

konsep AM/PM, sedangkan halaman 105-106 menyajikan konsep

waktu untuk kegiatan rutin sehari-hari, seperti bangun pagi dan

makan pagi. Namun, sebaiknya pengenalan konsep tersebut

menggunakan konteks dan penjelasan yang memadai karena waktu

untuk makan pagi dan bangun pagi bagi orang barat berbeda. Jika

dalam budaya Indonesia, waktu untuk bangun pagi adalah sekitar

jam 4-5 dan makan pagi sekitar jam 6.30 pagi. Sedangkan di barat,

waktu bangun pagi adalah sekitar jam 7-9 dan makan pagi mulai

jam 7.30an.

Teks lain yang digunakan untuk menginsersikan budaya

barat adalah teks tentang ukuran berat dalam pounds (hal. 84).

Page 107: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

107

Konsep berat ini tidak lazim digunakan di Indonesia. Di budaya

barat, ukuran berat yang lazim dipakai adalah pounds sedangkan di

Indonesia ukuran berat yang dipakai adalah kilogram dan ons.

Selain itu, konsep budaya ini tidak disertai penjelasan yang

memadai, misalnya tentang perbedaan penggunaan ukuran berat

antara Indonesia dan barat.

Selain memperkenalkan konsep berat, teks tulisan di

halaman 84 juga memperkenalkan konsep birth announcement,

yang merupakan konsep budaya barat, dimana di budaya barat,

lazimnya pernikahan, kematian, dan kelahiran akan diumumkan di

surat kabar. Sedangkan di Indonesia, kelahiran bayi tidak lazim

diumumkan di surat kabar.

(Gambar 29. Konsep berat dan birth announcement, Djatmika dkk, 2009: 84)

(2) Patterns of behaviour

Tidak ada data.

Page 108: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

108

(3) Cultural representation

Tidak ada data.

2) Budaya Indonesia

Insersi budaya Indonesia dilakukan secara implisit melalui media gambar

dan tulisan, dimana gambar menjadi media yang paling banyak digunakan, dan

patterns of behaviour menjadi komponen budaya yang paling banyak diinsersikan

melalui gambar, disusul oleh cultural representations. sedangkan temuan budaya

Indonesia yang diinsersikan melalui media tulisan hanya berupa cultural belief.

a) Gambar

Pada umumnya, gambar ditampilkan untuk mendukung teks/task.

Berdasarkan data, gambar merupakan media yang paling banyak dipakai

untuk menginsersikan budaya barat secara implisit, dimana patterns of

behaviour menjadi komponen budaya terbanyak (54 data) yang

ditampilkan disusul oleh cultural representation (4 data).

(1) Cultural knowledge

Tidak ada data.

(2) Patterns of behaviour

Salah satu konsep budaya Indonesia, dengan komponen

patterns of behaviour, yang diinsersikan melalui gambar berupa

kebiasaan pemakaian seragam SMP Indonesia. Konsep ini muncul,

misalnya, di halaman 1, 3, 4, 6 19,21, 24, 22, 23, 62, 153 , 7, 9, 10,

Page 109: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

109

11, 30, 36, 37, 59, 60, 143. Di dalam gambar-gambar tersebut,

terlihat anak-anak SMP yang mengenakan seragam putih biru khas

SMP Indonesia.

(Gambar 30. Seragam SMP, Djatmika dkk, 2009: 37)

Konsep budaya Indonesia berikutnya adalah jilbab

(misalnya di hal. 6, 8, dan 57). Di halaman-halaman tersebut,

terdapat gambar guru mengenakan jilbab dengan gaya Indonesia,

yaitu dimasukkan ke baju atasan dan diikat.

Budaya Indonesia lainnya yang diinsersikan adalah budaya

gotong royong, seperti terlihat di halaman 133, dimana beberapa

siswa sedang bersama-sama membersihkan ruangan kelas.

Kegiatan semacam ini sangat lazim ditemukan di sekolah

(Indonesia). Sedangkan di budaya barat, kebersihan kelas biasanya

dilakukan oleh janitor (tukang kebun).

Page 110: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

110

(Gambar 31. Gotong royong, Djatmika dkk, 2009: 37)

(3) Cultural representation

Konsep budaya Indonesia, dari komponen cultural representation,

yang diinsersikan melalui gambar adalah batik dan foto presiden

dan wakil presiden serta gambar Pancasila didalam kelas. Di

halaman 99 dan 149, bati kdijadikan alas tidur dan seragam

sekolah. Sementara itu, di halaman 137, ditampilkan foto presiden

dan wakil presiden di dinding kelas beserta gambar Pancasila di

tengah-tengahnya. Penggambaran ini menampilkan ciri khas

budaya Indonesia, dimana landasan negara adalah Pancasila.

Page 111: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

111

(Gambar 32. Pancasila, Foto presiden dan wakil presiden, Djatmika dkk, 2009: 37)

b) Tulisan

Budaya Indonesia yang diperkenalkan melalui tulisan dalam buku ini

hanya berupa cultural knowledge. Tidak ditemukan komponen patterns

of behaviour dan cultural representation.

(1) Cultural knowledge

Konsep budaya Indonesia yang diinsersikan melalui tulisan dalam

komponen cultural knowledge terkait waktu, kegiatan sehari-hari

anak Indonesia, misalnya di halaman 102. Waktu-waktu untuk

menjalankan kegiatan yang dituliskan di halaman 102 merupakan

waktu khas Indonesia. Misalnya, bangun jam 4 pagi, makan pagi

jam 6, dsb. sedangkan di negara barat, bangun pagi biasanya jam 7-

an dan sarapan sekitar jam 8.

(2) Patterns of behaviour

Tidak ada data.

(3) Cultural representation

Tidak ada data.

Page 112: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

112

Buku 7

1. Deskripsi Umum

Judul ScaffoldingPengarang/Penyusun Priyana, J., Mumpuni, A., & Riandi.Penerbit Pusat Perbukuan DepdiknasTempat/Tahun Jakarta, 2008

Buku ini memiliki 10 unit dan dua bagian evaluasi/semester exam dengan

total 192 halaman. Setiap unit dalam buku ini terdiri dari Lead-In, Lesson Proper

(terdiri dari Focus on Listening and Speaking, dan Focus on Reading and

Writing), Homework, Evaluation, Reflection, Summary, dan Vocabulary List.

Setiap unit dimulai langsung dengan Lead-In tanpa Concept Map, ataupun

Keywords of the Unit. Di setiap unit terdapat Fun Space yang berisi pengetahuan

budaya, tebak-tebakan, anagram dsb., dengan posisi yang berubah-ubah disetiap

unitnya.

2. Pola dan Media Insersi Budaya

a. Pola insersi budaya

Secara umum, dalam buku ini porsi antara representasi budaya barat

maupun budaya Indonesia sudah cukup berimbang, dimana porsi budaya barat

masih sedikit lebih banyak.dibanding budaya Indonesia; namun hal ini bisa

dimaklumi karena buku ini adalah buku pembelajaran Bahasa Inggris. Adapun

pola insersi budaya yang digunakan adalah cara implisit yakni melalui media

gambar ataupun teks/tulisan yang digunakan. Elemen budaya yang diinsersikan

umumnya berupa patterns of behaviors yang ada di kedua sistem budaya. Tidak

ditemukan adanya insersi budaya, baik Indonesia atau barat, secara eksplisit.

Page 113: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

113

b. Media insersi budaya

1) Budaya Barat

Berdasar data, media gambar merupakan media insersi budaya barat yang paling

banyak digunakan, dengan elemen budaya terbanyak adalah patterns of behavior.

Tidak ditemukan elemen cultural knowledge dalam buku ini. Sedangkan media

tulisan paling banyak dipakai sebagai media penyampaian cultural knowledge.

a) Gambar

Ada dua elemen budaya yang diinsersikan dengan menggunakan media gambar,

yaitu patterns of behavior dan cultural representations; tidak ditemukan adanya

elemen cultural knowledge.

(1) Cultural knowledge

Tidak ada data.

(2) Patterns of behaviour

Insersi budaya barat berupa penggambaran profesi ada di

halaman 111 dan 112, yang digambarkan berbagai

profesi/pekerjaan dimana orang-orang berkulit putih menjadi

dokter, petani modern, dan guru; orang Cina menjadi manager,

sedangkan orang Indonesia menjadi supir bis. Penggambaran ini

menimbulkan kesan superioritas budaya asing dan inferioritas

budaya/masyarakat Indonesia, yaitu bahwa hanya orang-orang luar

(barat/Cina) yang pantas menduduki posisi tinggi.

Page 114: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

114

(Gambar 33. Inferioritas Profesi, Priyana dkk, 2008: 111 dan 112)

(3) Cultural representation

Insersi budaya barat sebagai cultural representation budaya

barat berupa denah/bagian-bagian rumah, (hal. 102 dan 107).

Seperti terlihat pada gambar berikut, di dalam denah rumah

terdapat ruang gallery (ruang display lukisan/gambar), entry/hall

(ruang pas depan pintu masuk), en suite (kamar mandi dan kamar

tidur terhubung satu sama lain) dan rumpus room (ruang hiburan).

Ruang-ruang tersebut tidak lazim ditemukan dalam rumah-rumah

di budaya Indonesia. Umumnya, rumah Indonesia mempunyai

ruang tamu (di budaya Inggris tidak ada ruang tamu), kamar mandi

terpisah dengan kamar tidur; sedangkan ruang hiburan, game,

gallery biasanya menjadi satu di ruang keluarga (living room).

Page 115: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

115

(Gambar 34. Bagian-bagian Rumah, Priyana dkk, 2008: 107)

b) Tulisan

Secara umum, unsur budaya barat yang diinsersikan melalui media tulisan

berupa cultural knowledge berupa teks tentang budaya berkenalan, kesopanan

(penggunaan kata ‘please’), dan sistem sapaan (addressing system).

(1) Cultural knowledge

Seperti terlihat di halaman 4, budaya berkenalan ala barat,

khususnya topik yang tidak lazim ditanyakan saat berkenalan,

dinyatakan secara jelas dan eksplisit. Penjelasan semacam ini

memudahkan pemahaman siswa tentang budaya berkenalan dalam

adat barat, sehingga diharapkan mereka bisa menerapkan

pemahaman tersebut saat berinteraksi dengan orang barat.

Page 116: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

116

(Gambar 35. Budaya Berkenalan, Priyana dkk, 2008: 4)

Selain budaya berkenalan, budaya lain yang diinsersikan

adalah budaya kesopanan ala barat, dengan penggunaan kata

‘please’ (hal. 60). Penjelasan diberikan secara eskplisit, sehingga

siswa akan lebih mudah memahami budaya tersebut dan

membandingkannnya dengan budaya Indonesia.

(Gambar 36. Kesopanan/penggunaan ‘Please’, Priyana dkk, 2008: 60)

Konsep budaya berikutnya adalah sistem sapaan, yaitu

penggunaan Mrs., dimana seharusnya gelar Mrs. dipakai bersama

dengan nama belakang. Namun, pada insersi budaya sistem sapaan,

Page 117: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

117

terdapat kerancuan dimana teks menggunakan aturan sistem sapaan

Indonesia tetapi diterapkan dalam bahasa Inggris, seperti yang

terlihat di halaman 30 dan 172 (transkrip), di halaman tersebut,

seorang wanita disapa menggunakan kata “Mrs Ratna; sedangkan

dalam bahasa Inggris, Mrs dipakai dengan nama belakang orang

bersangkutan.

(Gambar 37. Penggunaan Mrs dalam sapaan, Priyana dkk, 2008: 172)

(2) Patterns of behaviour

Tidak ada data.

(3) Cultural representation

Tidak ada data.

2) Budaya Indonesia

Secara umum, gambar merupakan media insersi budaya Indonesia yang paling

banyak dipakai, sedangkan aspek budaya yang paling banyak diinsersikan adalah

cultural behavior.

Page 118: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

118

a) Gambar

(1) Cultural belief

Tidak ada data.

(2) Patterns of behaviour

Tidak ada data.

(3) Cultural representation

Secara umum, gambar yang mencerminkan budaya Indonesia

ditemui dengan penggunaan seragam, latar ruang kelas/sekolah

khas Indonesia. Misalnya di halaman 29, diilustrasikan ruang kelas

SMP, dimana siswa berseragam putih biru sedang mengikuti

pelajaran di kelas. Selain itu, di halaman 35, diperkenalkan budaya

Indonesia (aspek cultural representation), berupa toilet jongkok.

Di Negara barat, bentuk toilet yang umum ditemui adalah toilet

duduk, sedangkan di Indonesia, toilet yang lebih umum ditemukan

adalah toilet jongkok.

(Gambar 38. Toilet jongkok, Priyana dkk, 2008: 35)

Page 119: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

119

b) Tulisan

Tulisan sebagai media insersi budaya Indonesia tidak banyak dipakai

dalam buku ini. Komponen budaya yang muncul dalam tulisan hanya berupa

cultural knowledge berupa budaya sapaan, dimana kata “Mrs”, yang sebenarnya

merupakan budaya barat digunakan dengan nama panggilan/nama depan, yang

merepresentasikan budaya Indonesia. Namun, insersi ini tidak disertai penjelasan

dan perbandingan budaya barat-Indonesia sehingga berpotensi menimbulkan salah

paham.

Page 120: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

120

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian sebagaimana telah disajikan pada Bab

IV, dan juga sejalan dengan fokus atau rumusan masalah yang telah ditetapkan,

maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Dalam praktek pembelajaran bahasa Inggris di SMP di wilayah

Yogyakarta dan sebagian wilayah Kalimantan Selatan, para guru menyatakan

kalau selain mengajarkan bahasa mereka juga mengajarkan budaya baik budaya

barat maupun budaya Indonesia walaupun tidak mencakup semua aspek atau

komponen budaya.

Setelah melakukan pembacaan yang mendalam pada ketujuh buku ajar

Bahasa Inggris yang dijadikan sampel penelitian, diperoleh gambaran umum

aspek multikultur dan komponen budaya yang diinsersikan, cara yang dilakukan

penulis atau penyusun buku untuk menginsersikan komponen-komponen budaya

tersebut, serta media yang digunakan.

Aspek multikultur yang ditemukan, utamanya yang terkait dengan aspek

gender, ethnicity, race, dan culture. Aspek gender (perbedaan jenis kelamin)

ditunjukkan dengan adanya pemakaian model gambar untuk ilustrasi maupun

nama-nama orang yang digunakan dalam teks bacaan yang mewakili kedua jenis

kelamin, yakni laki-laki dan wanita. Sementara itu, aspek ethnicity dan race

ditunjukkan misalnya dengan: 1) penggunaan nama-nama orang yang berasal dari

suku bangsa yang berbeda, baik yang ada di Indonesia maupun yang ada di luar

Indonesia, seperti dari India, Jepang, Jerman, dan Indonesia (misalnya

Page 121: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

121

penggunaan nama Hans, Butet, Made, Wisnu, Alice, dan sebagainya); dan 2) teks

dan gambar tentang makanan khas satu negara (seperti, pasta, pizza, fried rice

(yang dikenal sebagai nasi goreng dalam budaya Indonesia).

Adapun mengenai aspek budaya yang diinsersikan, secara umum aspek

budaya ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga komponen utama budaya yakni

yang berupa: cultural knowledge, patterns of behavior, dan cultural

representation. Pada sebagian besar buku tersebut, penulis lebih cenderung

melakukan insersi dengan cara implisit, yakni dengan mengintegrasikannya

dengan materi kebahasaan adapun sebagian yang lain melakukan insersi dengan

cara eksplisit yakni dengan menampilkan unsur budaya pada salah satu bagian

tertentu dalam setiap unit dalam buku yang mereka susun, yang khusus membahas

tentang budaya atu memberi catatan khusus setiap kali ada komponen budaya

asing yang menyertai materi kebahasaannya. Adapun media yang digunakan para

penulis untuk menginsersikan komponen-komponen budaya tersebut umumnya

adalah media gambar dan teks atau tulisan.

B. Saran

Hasil pembacaan pada buku ajar bahasa Inggris yang digunakan di Daerah

Istimewa Yogyakarta tersebut menunjukkan fakta bahwa selalu ada komponen

budaya yang diinsersikan dalamnya. Oleh karena itu, diharapkan para guru

ataupun praktisi pembelajaran bahasa Inggris hendaknya menaruh perhatian pada

hal itu. Hal ini berarti, para guru diharapkan memiliki apa yang disebut sebagai

cultural awareness, yaitu kepekaan akan komponen budaya apa yang terinsersi

pada materi yang akan mereka ajarkan dan sekaligus diharapkan bisa memberikan

Page 122: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

122

tambahan penjelasan pada para siswanya manakala komponen budaya yang

diinsersikan berbeda ataupun bahkan bertentangan dengan budaya Indonesia.

Sementara itu, bagi para pembelajar bahasa asing pada umumnya,

hendaknya menyadari sepenuhnya bahwa mempelajari bahasa tidak mungkin

terlepas dari budaya masyarakat penuturnya. Hal ini berarti bahwa ketika mereka

mempelajari bahasa asing tentu saja mereka juga mempelajari budaya asing.

Mereka hendaknya menyadari hal itu, dan juga harus mempunyai pemahaman

yang komprehensif tentang budaya mereka sendiri, sehingga tidak terlarut dengan

budaya asing dan melupakan budaya mereka sendiri karena belum tentu budaya

asing tersebut dapat berterima dalam konteks budaya mereka.

Page 123: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

123

Daftar Pustaka

Anderson, B. 2002. Imagined Communities (Komunitas-komunitas Terbayang). Cetakan Kedua. Yogyakarta: INSIST Bekerjasama dengan Pustaka Pelajar.

Banks, J. A & Banks, C. A. M. (Eds.). 2001. Handbook of Research on Multicultural Education. San Francisco: Jossey-Bass.

Banks, James A & Banks, Cherry A. McGee (2009). Multicultural Education: Issues and Perspectives. 111 River Street, Holoken, NJ USA: John Waley and Sons, Inc.

Bhaswara, R. 2008. “Ideologi, gagasan, tindakan, artefak: proses berarsitektur dalam telaah antropologis”. Jurnal Teori dan Desain Arsitektur Vol. 2 No. 2

Brown, H. D. 2001. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy, 2nd Edition. San Francisco: Longman A Pearson Education Company.

Choudhury, N.R. 1998. Teaching English in Indian Schools. New Delhi: APH Pub. Corp.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan Ketiga, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Foley, W. A. 2001. Anthropological Linguistics: An Introduction. Oxford: Blackwell Publishers Inc.

Gall, M. D., Gall, J. P., & Borg, R. B. 2003. Educational Research: An Introduction. New York: Allyn and Bacon.

Grant, C. A. & Lei, J. L. (eds). 2001. Global Constructions Of Multicultural Education: Theories And Realities. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Guirdham, Maureen. (2005). Communicating Across Cultures at Work Second Edition. New York: Palgrave. Macmillan.

Kaiser, D. 2005. Pedagogy and the Practice of Science: Historical and Contemporary Perspectives. Massachusetts: MIT

Koentjaraningrat. 1986. “Peranan Local Genius dalam Akulturasi”, dalam Ayatrohaedi, (ed.), Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Pustaka Jaya.

__________.1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Cetakan Kedelapan. Jakarta: Rineka Cipta.

Merriam-Webster. n.d. Merriam-Webster’s Learner’s Dictionary. Online resource.link:http://www.learnersdictionary.com/search/textbook%5B1%5D

Page 124: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

124

Mesthrie, R., J. Swann, A. Deumer & W. L. Leap. (2009). Introducing Sociolinguistics. Edinburgh: Edinburg University Press.

Peoples, J., & Bailey, G. 2009. Humanity: an Introduction to Cultural Anthropology. Wadsworth: Wadsworth, Cengage Learning

Poespowardojo, Soerjanto. 1986. “Pengertian Local Genius dan Relevansinya dalam Modernisasi”, dalam Ayatrohaedi, (ed.), Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Pustaka Jaya.

Richards, J. C. & Renandya, W. (eds). 2002. Methodology in Language Teaching: An Anthology of Current Practice. Cambridge: Cambridge University Press.

Richard, J. C. & Schmidt, R. 2002. Longman Dictionary of Language Teaching and Applied Linguistics 3rd Edition. Edinburgh: Pearson Education Limited.

Sharifian, F. & Palmer, G. B. 2007. Applied Cultural Linguistics Implications for Second Language Learning and Intercultural Communication. Amsterdam/Philadelphia: John Benjamins Publishing Company.

Simanjuntak, H.A. 2011. “Budaya Politik Masyarakat Perkebunan (Studi Kasus PTPN IV Bah Jambi)”. diambil dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23973

Sinagatullin, I. M. 2003. Constructing Multicultural Education in a Diverse Society. London: The Scarecrow Press, Inc.

Tanaka, S. 2006. “English and Multiculturalism—from the Language User’s Perspective “, in RELC Journal (2006; 37), 47

Tiwari, S.R. 2008. Teaching of English. New Delhi: APH Pub. Corp.Tomlinson, Brian. (1989). Material development in Language teaching.

Cambridge:CUP.

Page 125: BAB III - Welcome to Lumbung Pustaka UNY - Lumbung ...eprints.uny.ac.id/26413/1/laporan penelitian unggulan... · Web viewyang berbeda-beda. Budaya lokal kedaerahan itu membentuk

125