Upload
vothuy
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IV
ALIRAN MUSIK BLACKMETAL DI WILAYAH
KABUPATEN BOYOLALI
Blackmetal merupakan salah satu sub-genre dari Metal Underground.
Blackmetal memiliki keunikan dari aliran-aliran musik metal yang lainnya, dari
sisi penampilan, lirik lagunya maupun kostum dan aksesoris yang digunakan oleh
pemain band dari aliran ini. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab-bab
sebelumnya, pada bab ini akan mengupas dan menjelaskan lebih banyak tentang
Aliran Musik Blackmetal, terutama yang berada di Kabupaten Boyolali.
4.1 Sejarah umum musik Blackmetal
Blackmetal adalah sebuah terms dari aliran ekstrim metal yang dipelopori
oleh band NWOBHM (New wave of british heavy metal), bernama VENOM.
Venom memberikan cacatan sejarah dengan memberikan konsep awal dari musik
Black Metal ini, dengan karakteristik sound yang kasar, vokal yang shrieking dan
tema lagu-lagu dengan suasana mistis, paganis dan horror. Gelombang pertama
dari musik Black metal selain Venom, ada Bathory dari Swedia, King Diamond /
Mercyful Fate dari Denmark juga Celtic Frost / Hellhammer dari Swiss dan
Death SS dari Italia. Jerman juga mencatat band seperti Sodom, Destruction dan
Necronomicon, namun kurang diperhitungkan sebagai pelopor dari Black Metal
karena liriknya kebanyakan mengemukakan tentang peperangan, walaupun dari
atribut yang digunakan dan konsep musiknya sama seperti pelopor Black Metal
lainnya, kecuali untuk Sodom di dalam album In the sign of evil dan
Necronomicon di album pertamanya yang dapat dikategorikan sebagai album
referensi sebagai awal perkembangan aliran black metal ini.
Band gelombang pertama inilah yang merasuki dan menjiwai anak anak
muda di Skandinavia untuk memulai sesuatu yang lebih ekstrim dengan
penjiwaan paganis sesuai dengan kebudayaan nenek moyang mereka sebagai
bangsa Viking. Sedangkan gelombang kedua dari musik Black Metal diawali oleh
perkembangan aliran musik ini yang semakin berevolusi dengan berbagai karakter
bermusik dipelopori oleh Mayhem dari Norwegia
(http://dzaoent.blogspot.com/p/sejarah-black-metal.html dipost tanggal 3 Januari 2010).
Seperti yang tertulis adalah artikel yang ditulis oleh mahasiswa ISI
Surakarta, dalam artitel tersebut menyebutkan bahwa Blackmetal yang ada di
Jawa itu menganut Pagan dan aliran Kejawen. Dalam kamus bahasa Indonesia
Pagan dapat diartikan sebagai penyembahan berhala, namun dalam hal ini pagan
yang dimaksud adalah ajaran untuk menghargai dan menghormati Tuhan, Alam
sekitarnya dan dengan manusia dan atau pagan diartikan sebagai kebudayaan
lokal1. Jika kita mengikuti makna pagan dalam kamus bahasa indonesia bisa saja
akan banyak orang salah mengartikan makna pagan tersebut, sedangkan padan
sendiri ada yang mengartikannya sebagai kebudayaan lokal. Dalam kedjawen juga
mengajarkan tentang menghormati dan menghargai yang ada disekitar kita karena
semua itu merupakan bentuk ucapan syukur kita untuk apa yang kita dapatkan
selama ini.
1 “Pagan sepengertian saya adalah budaya lokal, lha pagannya yang ada dijawa ya ritual tersebut”
(Wawancara dengan Agung Siramandalem Legion pada tanggal 28 November 2012)
Usman Genderuwo2 salah satu penikmat musik Blackmetal mengatakan
bahwa “Blackmetal adalah genre musik metal yang memperjuangan kesejatian
atau suatu seni pengekspresian keindahan kegelapan, kuatnya kegelapan, bahwa
setiap mahluk hidup mempunyai sisi gelap dalam jiwa mereka yang dalam. Selain
itu juga memperjuangkan dan mengingatkan tentang kejayaan leluhur dimasa
lampau, mempertahankan tradisi dan budaya lokal dan mengkritisi gaya hidup
konsumerisme, ajaran agama dengan pemikiran dangkal, dan mengingatkan kita
tentang kematian bahwa harta dan tahta akan membusuk, dan kesejatian kita
sebagai jiwa kuat dengan kearifan lokal, hidup dengan alam, partyculary relation
with our God, dan bangga sebagai anak ring of fire atau garda nusantara yang
jaya.” (Wawancara, 25 Desember 2012). Usman juga mengutarakan bahwa secara
garis besar Blackmetal adalah aliran yang antichrist karena sejarah mengatakan
aliran ini muncul untuk memerangi kristen yang pada saat itu menggunakan
ajaran paksaan, yang tidak mau mengikuti ajaran kristen akan dihancurkan,
menurt sejarah disebuah bukit di Norway yang merupakan ground zero kaum
pagan norway yang digunakan sebagai tempat merayakan upacara ritual
dihancurkan kaum kristen dan dibangun gereja tepat diatasnya, ini merupakan
penghinaan yang dilakukan oleh kaum kristen dan sebagai tanda bahwa kristen
sama sekali tidak menghormati budaya norway.
Musik Blackmetal disajikan sebagai bentuk ekspresi emosional langsung
yang dipandang baik sebagai sesuatu yang menghibur, melibatkan dan sahh oleh
2 Wawancara dengan Usman Genderuwo, Vocal Scream dan Growl band Kalabintalu (Blackened
Javanical Pagan Folk Metal) pada tanggal 25 Desember 2012
audiens kawula muda pada umumnya maupun dipandang sebagai sesuatu yang
membahayakan tidak terkontrol atau disebut musik setan (Devil’s music) oleh
orang-orang tua pada umumnya. Karena audiens pada kalangan usia dewasa telah
terbiasa dengan pola tingkah laku yang lebih terkontrol dan formal serta telah
terbiasa menahan emosi. (Stratton, 1989)
4.2 Musik di Kabupaten Boyolali
Manusia telah mengenal musik sejak berabad-abad yang lalu, bahkan
ketika jaman kehidupan manusia purba, hanya saja konsep mengenai musik mulai
banyak dibicarakan sejak abad ke-17 (Passaribu, 1953). Musik bersumber dari
kata “Muse”. Kata “Muse” yang kemudian diambil alih kedalam bahasa Inggris
jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai renungan.
Menurut mitologi Yunani Muse dan sembilan saudaranya dewi-dewi kesenian,
mereka adalah penciptakan lagu, puisi, seni, dan pengetahuan, mereka lahir dari
hasil perkawinan antara Dewa Zeus dengan Dewi Mnemosyne. Hal ini
mengambarkan bahwa telah berabad-abad lamanya manusia sesungguhnya
menyadari bahwa musik memiliki dampak spiritual yang besar bagi kesejahteraan
hidup manusia (Campbell, 1997).
Lepas dari sejarah dan mitologi, disebutkan bahwa musik adalah seni
pengungkapan gagasan melalui bunyi yang unsur dasarnya berupa melodi, irama
dan harmoni dengan unsur pendukung bentuk gagasan, sifat dan warna bunyi,
namun penyampaiannya masih berpadu dengan unsur-unsur lain seperti bahasa,
gerak dan warna (Suharto, 1992). Sedangkan menurut T. Slamet Suparno (2003)
musik adalah suatu bentuk kesenian yang dapat mengeluarkan aneka perasaan dan
gelora jiwa melalui media suara. Dalam hal ini ia lebih menyoroti musik dari
sudut pandang budaya, maksudnya sebuah musik dari hasil kebudayaan suatu
kelompok masyarakat.
Kabupaten Boyolali sebagai salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi
Jawa Tengah. Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah sebesar 101.510,1
hektar secara administratif Kabupaten Boyolali terdiri dari 19 Kecamatan yang
terbagi menjadi 262 desa, batas-batas wilayah Kabupaten Boyolali adalah sebelah
Utara berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang; sebelah
timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen dan
Kabupaten Sukoharjo; sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; dan sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang.
Secara geografis Kabupaten Boyolali membentang barat-timur sepanjang
48 km, dan utara-selatan 54 km. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah
dan dataran bergelombang dengan perbukitan yang tidak begitu terjal. Jumlah
penduduk di Kabupaten Boyolali berkisar 949.583 jiwa(2008)
dengan jumlah
kepadatan penduduknya 935,46 jiwa/km2.
Dijaman yang semakin modern dan maju ini muncul bermacam-macam
jenis musik, seperti musik Pop, Rock, Jazz, Dangdut, Metal dll. Di Boyolali musik
yang muncul juga bermacam-macam variasi dan penikmatnya juga lumayan
banyak. Di Boyolali juga sering mengadakan event-event musik yang bertujuan
untuk mempersatukan perbedaan antara aliran musik yang satu dengan aliran
musik yang lain karena musik bersifat bebas dan didalam musik tidak ada
perbedaan. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa aliran
musik Metal masih memiliki beberapa sub-genre lagi seperti Deathmetal, Gothic,
Blackmetal dll. Walaupun aliran-aliran ini penikmatnya hanya sedikit namun
dikalangan remaja dan anak-anak cukup memiliki pendukung dan penikmat yang
lumayan banyak. Di Boyolali sendiri penggemar dari aliran musik ini cukup
banyak. Aliran musik Blackmetal di Boyolali sendiri memiliki beberapa band
yang cukup terkenal dikalangannya seperti Siramandalem Legion, Hastonoloyo,
Sasmito Gaib, Bhrobosan, Astonoloyo dll.
4.3 Sekilas tentang sejarah masuknya aliran musik Blackmetal di Boyolali
Musik atau lagu adalah salah satu alternatif hiburan untuk menghilangkan
rasa kejenuhan. Semua orang pasti suka musik dan musik yang mereka sukai juga
pasti berbeda-beda. Dewasa ini aliran musik yang muncul sudah mulai bermacam-
macam salah satunya adalah “Musik Metal Underground”. Aliran musik ini
masih memiliki beberapa aliran lagi diantaranya adalah Gothic, Blackmetal,
Deathmetal, Brutaldeath dan lain-lain. Istilah Underground atau dalam bahasa
Indonesia diartikan bawah tanah, muncul karena aliran musik ini ingin memprotes
ataupun memberontak terhadap tatanan-tatanan yang sudah ada dalam kehidupan
mereka yang mereka anggap tidak sesuai dan ada pemaksanaan, karena mereka
tidak bisa meluapkan kekecewaan mereka terhadap sistem yang ada secara
terbuka dimuka umum, akhirnya mereka membentuk aliran musik dan
menuangkan semua kekecewaan mereka didalam musik.
Jika diartikan dari namanya Blackmetal berarti aliran musik metal yang
hitam, karena penggambaran dari personil band dan penikmat musik ini selalu
menggunakan kostum berwarna hitam (Kaos berwarna hitam dengan logo-logo
atau gambar-gambar metal dan nama band metal lokal maupun band metal luar
negeri), istilah ini disebutan dengan istilah “Irengan” karena kostum yang mereka
pakai identik dengan warna hitam. Berdasarkan hasil wawancara dengan Mbah
Gombloh salah satu senior penggemar Blackmetal di Boyolali, Beliau mengatakan
bahwa “Aliran musik Blackmetal pertama kali masuk di wilayah Kabupaten
Boyolali antara tahun 1990-an dan sekitar tahun itu acara pertama kali diadakan di
lapangan Kridanggo sebelum Kantor Kabupaten Boyolali. Band yang membawa
wabah Blackmetal untuk pertama kali di Boyolali ini adalah MAKAM band asal
Surakarta.”3
Menurut artikel yang di tulis oleh Ilham Riski Satriawan, Mahasiswa
Etnomusikologi di ISI Surakarta mengatakan bahwa “Musik Blackmetal Makam
berakar pada Paganisme dan ajaran Jawa (Kedjawen). Kelompok musik makam
yang berada di kota Surakarta merupakan kelompok musik Blackmetal dengan
mengusung konsep sebuah ideologi pagan Jawa dan ajaran Jawa. Ideologi musik
makam merupakan sebuah warisan kepercayaan spiritual asli dari nenek moyang
suku Jawa. Ajaran Kedjawen Kabuyutan Hangajawi atau Kahayuangan
3 Wawancara dengan Mbah Gombloh senior penggemar musik Blackmetal di Boyolali pada
tanggal 26 September 2012
merupakan salah satu kepercayaan spiritual yang dianut oleh para nenek moyang
asli suku Jawa pada jaman dahulu”.4
4.3.1 Sekilas tentang komunitas Pengging Total Hitam
Kelompok merupakan salah satu konsep penting dalam sosiologi, namun
belum ada suatu kesepakatan mengenai definisi suatu kelompok. Tapi ada suatu
definisi kelompok yang lebih disenangi oleh para sosiolog yang mengartikan
istilah kelompok itu adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama
akan keanggotaannya dan saling berinteraksi (Paul B Horton, 1999), maka bila
ada 2 orang yang antri di toilet tidak bisa disebut suatu kelompok, tetapi bila
orang tersebut melakukan suatu interaksi dalam bentuk apapun, maka bisa disebut
sebagai kelompok. Karena manusia itu memang spesial tidak seperti makhluk
Tuhan lainnya, misalnya saja bayi tidak bisa hidup tanpa bantuan orang tuanya,
karena manusia itu mempunyai suatu akal, pikiran, naluri, perasaan, hasrat, dan
juga nafsu.
Hubungan antar manusia, manusia memiliki suatu hasrat yaitu hasrat
untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (masyarakat) dan juga
dengan lingkungan di sekitarnya, maka untuk menghadapi dan menyesuaikan diri
dengan kedua lingkungan tersebut manusia membutuhkan suatu pikiran, perasaan
dan kehendak. Jadi pada dasarnya pengertian dari kelompok itu adalah kumpulan
manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaanya dan saling
4 Diposkan oleh Rencansih di 1:07 PM. http://sanggit.blogspot.com/2012/10/musik-black-metal-
makam-berakar-pada.html diunduh tanggal 20 Oktober 2012
berinteraksi. Semua itu menimbulkan kelompok-kelompok sosial/social group,
sehingga untuk terbentuknya suatu kelompok diperlukannya beberapa
persyaratan, yaitu:
Adanya kesadaran sebagai dari suatu kelompok.
Memiliki suatu struktur, kaidah serta pola perilaku yang sama.
Mempunyai norma-norma yang mengatur hubungan di antara anggotanya.
Mempunyai kepentingan bersama.
Adanya interaksi dan komunikasi diantara anggotanya.
(Horton, 1999)
Komunitas Metal Underground merupakan suatu komunitas yang
melakukan pergerakan secara diam-diam atau tidak diketahui banyak orang.
Mereka menyebut gerakan tersebut dengan UR (Underground Resistance) dan
tidak memilih jalur formal untuk mendirikan suatu perkumpulan. Alasan mereka
tidak mau menjadi suatu komunitas yang formal karena mereka merasa hal
tersebut hanya merupakan birokrasi yang berbelit-belit (Birokrasi Kompleks).
Terdapat suatu keyakinan dalam diri mereka yaitu jika ingin menyuarakan suara,
cukup dengan beraksi dari diri sendiri dan orang-orang sekitar yang dekat.
Sehingga komunitas Underground lebih condong atau terlihat suatu wadah untuk
kumpul atau nongkrong. Mereka pun memilih untuk nongkrong di emperan toko
pada malam hari. Hal tersebut dikarenakan banyak dari mereka merasa berkumpul
di siang hari terlihat lebih menarik perhatian, terlebih mereka sadar bahwa mereka
merupakan kaum yang dikesampingkan oleh masyarakat dan dianggap sebagai
sesuatu yang meresahkan.
Persamaan keyakinan baik berupa hobi, gaya hidup, paham, dsb, dalam
diri merekalah yang membuat persaudaraan mereka lebih erat karena merasa sama
rasa, rata dan tanpa perbedaan, terlebih terdorong dari pribadi sendiri yang secara
sadar untuk masuk ke dalam komunitas tersebut tanpa paksaan. Setelah masuk ke
dalam komunitas, secara sadar maupun tidak, biasanya individu tersebut akan
mengikuti pola life style dari komunitas tersebut. Kelompok/komunitas
Blackmetal ini bisa dibilang peminatnya lebih sedikit dibandingkan dengan
peminat aliran musik yang lainnya. Seperti komunitas yang ada di Pengging,
Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Di daerah ini terdapat komunitas
Metal yang masih berusaha untuk menjaga eksistensi bermusik mereka dan
kekompakan mereka bukan hanya dalam aliran Blackmetal namun juga aliran
musik lain seperti Deathmetal, Hardcore, Gothicmetal dll, walaupun mereka sadar
bahwa peminat aliran musik ini lebih sedikit dibandingkan dengan aliran musik
yang lainnya, namun mereka tetap berusaha untuk menjaga eksistensi mereka
dalam bermusik.
Komunitas ini adalah PTH (Pengging Total Hitam), komunitas ini terdapat
di Pengging, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Sejarah awal mula
munculnya Komunitas PTH (Pengging Total Hitam) terbentuk antara tahun 2003.
Pendiri komunitas ini adalah Pak Doddik (Traxtor/Mortorg/Tragical Memories)
dan Yusuf Wiyono Bassis Siramandalem Legion. Tujuan terbentuknya komunitas
ini adalah mereka ingin semua aliran musik atau semua genre itu bisa menyatu
dalam satu wadah dan dalam wadah itu mereka bisa saling bertukar pikiran,
bertukar pengalaman dan saling menghargai antara satu genre dengan genre yang
lainnya. Untuk membuktikan bahwa komunitas ini berjalan dan terorganisasi
dengan baik, PTH (Pengging Total Hitam) beberapa kali membuat sebuah event
musik, event musik yang paling besar yang pernah mereka buat, event yang
mereka buat hingga 2 hari berturut-turut, dengan tema “The Day Dark Fest”.
Komunitas Pengging Total Hitam, dengan mentor, Doddik
(Traxtor/Mortorg/Tragical Memories) dan dibantu supervisi Kusworo (Holy
Flesh), pada tahun 2010 anak-anak muda Pengging menggagas sebuah event
metalfest yang digelar selama dua hari berturut turut. Sebuah kegiatan mengacu
pada event metalfest yang ada di luar negeri. Menggarap event metalfest selama
dua hari yang membutuhkan persiapan yang luar biasa. Mereka menyiapkannya
selama berbulan-bulan. dan tentunya dengan segala sesuatu yang dipersiapkan
sedemikian rupa, mengingat dalam dua hari ini, event metalfest menghadirkan
nama-nama besar seperti Funeral Inception (Jakarta), Devadata (Surabaya),
Rezume (Bali), Tragical Memories (Boyolali), Down For Life (Solo), Siksa Kubur
(Jakarta), dan Venomed (Yogjakarta). Mulai dari venue, sound system, dan segala
pernak-perniknya. Acara ini menunjukkan bahwa komunitas PTH (Pengging
Total Hitam) memiliki nilai positif dengan menunjukkan kekompakan mereka
dalam menggarap sebuah event besar yang dilaksanakan selama 2 hari tersebut.
Selain event yang diselenggarakan selama 2 hari tersebut, event yang
mereka garap belum lama juga pada tanggal 10 Juli 2012 mereka kembali
menggagas sebuah event yang mendatangkan bintang tamu dari Jakarta
(SOULSICK), dengan menggarap event ini mampu menunjukkan kekompakan
anak-anak PTH (Pengging Total Hitam) bahwa mereka memiliki kemauan untuk
maju dan memiliki kreativitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu
mereka juga mampu menunjukkan bahwa komunitas PTH bukan hanya tempat
atau wadah untuk nongkrong-nongkrong saja namun juga tempat untuk
menunjukkan kemampuan mereka dalam berorganisasi.
4.3.2 Sekilas Tentang SDL (Siramandalem Legion)
Salah satu band dengan aliran Blackmetal yang cukup terkenal diantara
penikmat musik Blackmetalnya adalah Siramandalem Legion. Sejarah tentang
awal berdirinya band yang bernama Siramandalem Legion ini lahir pada 13 Juni
2000 di tanah Pengging, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Awalnya
band ini bernama ARWAH GELAP dengan konsep formasi personilnya adalah
Blackistadz sebagai vocal dan pemain rhytem, Yusuf Blasstorm sebagai pemain
lead guitars, Edo sebagai pemain bass, dan Andri sebagai pemain drumnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, pada pertengahan tahun 2003 formasi ini
berubah dengan additional vocal dipegang oleh Wongso, dikarenakan pada saat
itu sang vocal baru ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan.
Pada tahun 2005 formasi ini berubah lagi karena pemain drum dan
bassnya sudah tidak sejalur lagi dengan konsep dan idealisme dari Siramandalem
sendiri, maka posisi itu diganti oleh Garut sebagai pemain bass, dan Agung
sebagai pemain drum yang menggantikan personil yang sebelumnya. Formasi ini
berjalan hanya dalam 1 tahun, karena sang bassis keluar untuk pergi merantau
mencari pekerjaan. Formasi ini bertahan sampai sekarang dan pada formasi ini
ada sedikit perubahan yaitu vocal dipegang oleh Blackistadz sekaligus dia juga
memainkan lead guitars, Yusuf Blasstorm sebagai pemain bass, dan Agung
Dalbarian sebagai pemain drumnya.
Pada tahun 2005 ARWAH GELAP berganti nama dengan
SIRAMANDALEM LEGION. Siramandalem Legion ini berarti sebagai tentara
penjaga pemandian suci para raja-raja terdahulu KERATON PENGGING
HANDAYANINGRAT, karena menurut sejarahnya Pengging dahulu adalah
sebuah keraton. Selama perjalanan band Siramandalem Legion, mereka sudah
mengikuti berbagai event dalam kota maupun luar kota. Siramandalem Legion
mengusung tema DEATH SYMPHONIC JAVANESSE WAR METAL. Konsep
musik mereka menggabungkan antara Blackmetal dengan konsep Jawa perang
yang kemudian ditambah dengan sedikit ritual. Artis yang mereka sukai
diantaranya adalah Marduk, Dark Funeral, Gorgoroth, Ov Hell, Venom,
Mayhem, Bathory dll. Siramandalem Legion sudah merekam beberapa karya
mereka di Biru Studio yang beralamat di Solo, lagu yang mereka buat diantaranya
adalah Tahta Setan dan Gending Kematian, dua lagu ini cukup disukai oleh
penikmat musik Blackmetal.
4.3.5 Kegiatan dan Ritual
Blackmetal selalu identik dengan warna hitam, demikian juga dengan
personil-personilnya dan sampai penikmati aliran musik ini pun selalu
menggunakan warna hitam sehingga disebut dengan “irengan”.
Band tersebut adalah “Siraman Dalem Legion”, yang berarti
Siramandalem (pemandian raja atau ratu), sedangkan Legion (pasukan), jadi
Siraman Dalem Legion dapat diartikan sebagai pasukan penjaga pemandian raja
atau ratu. Dalam setiap penampilannya, mereka, personil Siramandalem Legion
selalu menggunakan riasan wajah (corpsepaint), aksesoris-aksesoris dan satu hal
yang selalu mereka lakukan sebelum mereka tampil di atas panggung adalah
mereka melakukan sebuah ritual. Mereka selalu melakukan ritual sebelum mereka
tampil diatas panggung. Sebelum band ini tampil dalam sebuah acara biasanya
mereka akan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan yang akan
menunjang penampilan mereka diatas panggung. Beberapa kesempatan dalam
event yang diadakan beberapa waktu yang lalu, Siramandalem Legion
mendapatkan kesempatan untuk tampil dan perform. Pada tanggal 10 Juni 2012
yang lalu PTH (Pengging Total Hitam) membuat sebuah acara dengan tema “Hate
Fest”. Dalam event ini Siramandalem Legion mendapatkan kesempatan untuk
memeriahkan acara tersebut. Penulis juga mendapatkan kesempatan untuk melihat
dan menyimak langsung apa yang dilakukan band ini sebelum mereka tampil
diatas panggung. Mula-mula mereka akan merias wajah mereka dengan 2 (dua)
warna yaitu hitam dan putih, istilah merias wajah ini disebut dengan Corpse Paint.
Mereka merias wajah mereka dengan tujuan ingin menampilkan sisi garang atau
sisi seram yang akan menunjang penampilan meraka diatas panggung. Dalam
sebuah artikel di Majalah Musik for Life (2011) mengatakan bahwa “Corpse Paint
bermaksud untuk menciptakan citra mayat dalam diri mereka, atau secara ideologi
mereka ingin mengutarakan konsep inhumanity yang immortal, melawan sifat
mortal alami dalam diri manusia”.
Pertama yang mereka lakukan adalah membersihkan wajah mereka dengan
air ataupun pembersih wajah, lalu mengoleskan bedak putih yang dicairkan
dengan air kemudian mereka oleskan di wajah mereka seperti menggunakan
masker, agar bedak putih yang mereka pakai cepat mengering, mereka mengipasi
wajah mereka, setelah kering wajah mereka akan seperti kertas putih yang siap
untuk dilukis. Setelah selesai mengoleskan bedak putih tersebut mereka
mengoleskan/menggariskan garis hitam diwajah mereka, warna hitam yang
mereka gunakan adalah “pideh” atau yang biasa digunakan oleh perias pengantin
Jawa “Paes” untuk mempercantik pengantin perempuan dalam adat Jawa. Mereka
menggariskan warna hitam tersebut ke wajah mereka yang putih seperti sudah ada
motif di wajah mereka, dengan bebas mereka mengoleskan atau menorehkan
pideh sebagai warna hitamnya diwajah mereka sesuai dengan keinginan mereka
dan mereka tinggal mempertebal motif diwajah mereka itu. Setelah mereka selesai
merias wajah mereka dengan dibantu crew-crew band, mereka mempersiapkan
sebuah peralatan yang nantinya akan digunakan sebagai ritual tersebut. Mereka
mempersiapkan sebuah Tampah kecil yang didalamnya terdapat kembang-
kembang sekaran dan vas untuk meletakkan dupa yang sudah dibakar, dalam
tampah tersebut mereka meletakkan stiker-stiker nama band mereka didalamnya.
Pengalaman yang penulis temukan pada saat mengikuti event beberapa
waktu yang lalu, saat mereka naik keatas panggung tampah yang diguna ritual
tersebut dibawa diatas panggung dan diletakkan ditengah-tengah formasi mereka,
bahkan mereka menambah efek dupa yang dibakar ini dengan sabut kelapa yang
dibakar, dengan dukungan lighting lampu yang cukup mendukung, penampilan
band ini cukup membuat merinding ketika mereka memulai lagu pertama mereka
“Tahta Setan”. Bau dupa yang menyebar didalam ruangan bercampur dengan asap
dari sabut kelapa yang dibakar, membuat penampilan mereka semakin menonjol,
bisa merasakan bahwa atmosfer didalamnya cukup membuat merinding. Ketika
lagu kedua yaitu “Gending Kematian” membuat penampilan mereka semakin
memperlihatkan sisi mistis, dari lagu-lagu yang mereka mainkan seolah-olah
membuat suatu energi magis yang menghipnotis semua penonton yang ada di
tempat itu untuk menggerakkan tubuh mereka mengikuti alunan nada dan lagu
yang mereka lantunkan. Hingga band ini selesai tampil para penonton masih
terhipnotis dan masih ingin mendengarkan lagu-lagu yang mereka mainkan.
Setelah mereka tampil biasanya mereka akan langsung merapikan alat
musik mereka seperti gitar, bazz dan double pedal serta peralatan yang mereka
gunakan tadi. Karena menurut mereka peralatan yang mereka gunakan ibaratnya
adalah sebuah senjata bagi mereka. Senjata perang mereka dalam menampilkan
sebuah sajian kreatifitas bermusik mereka agar tidak punah.