122
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN Batik Danar Hadi yang kita kenal hingga saat ini mulai dibuat pada akhir tahun 1967 pada masa batik Indonesia dan berkembang di lingkungan masyarakat saudagaran (Santosa Doellah, 2002: 230). Batik Danar Hadi berawal dari kota Solo ketika pasangan H. Santosa Doellah dan Hj. Danarsih Santosa memutuskan untuk mendirikan usaha batik pada tahun 1967 yang kini kediaman mereka beralamatkan di Jl. Radjiman No. 164, Surakarta. Nama Danar Hadi sendiri diambil dari gabungan nama Ibu Hj. Danarsih dengan nama orang tuanya Bapak H. Hadipriyono, karena perusahaan ini dipersembahkan oleh Bapak H. Santosa Doellah untuk istrinya Ibu Hj. Danarsih. 1 H. Santosa Doellah adalah keturunan dari pengusaha batik. Dalam hal ini ia mengikuti jejak ayahnya Alm. H. Bakri yang telah berpengaruh dalam Serekat Dagang Islam (Asosiasi Perdagangan Muslim) pada tahun 1912 bersama dengan nasionalis legendaris H. Samanhudi, seorang pengusaha batik di Laweyan yang aktif di zaman pergerakan kemerdekaan nasional. Di awal tahun 1970, Ibu Hj. Danarsih menawarkan kain batik kepada teman-temannya saat ada acara atau mendatanginya dari rumah ke rumah, karena menurut beliau teman adalah bagian penting dari jaringan yang nantinya akan menyebar dari mulut ke mulut. Memadukan keuletan, keahlian, pengalaman dan jiwa wiraswasta serta keterbukaan menerima perkembangan mode dan cita rasa, Batik Danar Hadi berkembang dari sekedar usaha wiraswasta menjadi aset nasional yang kini 1 Wawancara dengan Ibu Asti, staf Museum Batik Danarhadi, Surakarta (27/10/14) 41

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN - abstrak.uns.ac.id · 44 Produk pakaian wanita yang dihasilkan Danar Hadi cukup beragam, mulai dari pakaian kasual, semi formal, formal dan busana muslim

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

41

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

Batik Danar Hadi yang kita kenal hingga saat ini mulai dibuat pada akhir

tahun 1967 pada masa batik Indonesia dan berkembang di lingkungan masyarakat

saudagaran (Santosa Doellah, 2002: 230). Batik Danar Hadi berawal dari kota

Solo ketika pasangan H. Santosa Doellah dan Hj. Danarsih Santosa memutuskan

untuk mendirikan usaha batik pada tahun 1967 yang kini kediaman mereka

beralamatkan di Jl. Radjiman No. 164, Surakarta.

Nama Danar Hadi sendiri diambil dari gabungan nama Ibu Hj. Danarsih

dengan nama orang tuanya Bapak H. Hadipriyono, karena perusahaan ini

dipersembahkan oleh Bapak H. Santosa Doellah untuk istrinya Ibu Hj. Danarsih.1

H. Santosa Doellah adalah keturunan dari pengusaha batik. Dalam hal ini ia

mengikuti jejak ayahnya Alm. H. Bakri yang telah berpengaruh dalam Serekat

Dagang Islam (Asosiasi Perdagangan Muslim) pada tahun 1912 bersama dengan

nasionalis legendaris H. Samanhudi, seorang pengusaha batik di Laweyan yang

aktif di zaman pergerakan kemerdekaan nasional. Di awal tahun 1970, Ibu Hj.

Danarsih menawarkan kain batik kepada teman-temannya saat ada acara atau

mendatanginya dari rumah ke rumah, karena menurut beliau teman adalah bagian

penting dari jaringan yang nantinya akan menyebar dari mulut ke mulut.

Memadukan keuletan, keahlian, pengalaman dan jiwa wiraswasta serta

keterbukaan menerima perkembangan mode dan cita rasa, Batik Danar Hadi

berkembang dari sekedar usaha wiraswasta menjadi aset nasional yang kini

1 Wawancara dengan Ibu Asti, staf Museum Batik Danarhadi, Surakarta (27/10/14)

41

42

melayani konsumen batik menengah ke atas, baik konsumen domestik maupun

luar negeri.

Sejak 1975, Batik Danar Hadi telah melebarkan sayap usahanya ke

Ibukota Jakarta dan kota-kota besar lainnya di seluruh pelosok Indonesia dengam

membuka rumah-rumah batik serta outlet lainnya. Sedangkan untuk pabrik

produksi Batik Danar Hadi awalnya berada di Wuryoningratan yang ada di jalan

Slamet Riyadi di belakang museum batik tapi sejak tahun 2014 pindah di daerah

pabelan yang masih satu lokasi dengan SPBU serta masjid Baidullah milik Bapak

H. Santosa Doellah. Selain itu ekspansi usaha dilakukan antara lain di tahun 1981

membuka pabrik pertenunan kain dan finishing yang diberi nama Kusuma Hadi,

jadi bahan baku kain untuk pembatikan diproduksi sendiri kecuali kain-kain tenun

yang berasal dari daerah-daerah tertentu tetap di datangkan langsung dari daerah

asalnya dan pada tahun 1990 mendirikan pabrik pemintalan benang.

Di belakang showroom Batik Danar Hadi yang berada di jalan Slamet

Riyadi, terdapat museum batik dengan 10.000 potong kain batik langka dari

zaman Belanda. Di museun ini juga menampilkan bahan baku pembuatan

malam/lilin batik, bahan baku kain yang akan di batik, berbagai macam canting

dan peralatan membatik lainnya. Museum ini awalnya adalah arsitektur cagar

budaya yang berharga yakni nDalem Wuryaningratan yang didirikan pada tahun

1890, kediaman dari KPH. Wuryaningratan, cucu dari Pakubuwono IX, karena

sudah lama tidak terpakai dan kondisinya yang tidak terawat oleh H. Santosa

Doellah lalu direnovasi menjadi sebuah bangunan yang megah dan dapat

dinikmati kembali oleh masyarakat dengan menghadirkan berbagai macam

43

koleksi kain batik langka dari berbagai daerah. Di lingkungan museum ini juga

didirikan restoran yang bernama SOGA Restaurant & Lounge dengan arsitektur

kolonial perpaduan Belanda dan Jawa. Berbagai macam masakan khas Solo

ditawarkan disini dengan pertunjukkan piano yang menciptakan suasana klasik ala

tempo dulu. Untuk kenyamanan tambahan, pengunjung juga dapat menikmati Wi-

Fi dan Televisi dengan channel lokal dan internasional.

Visi yang ingin dicapai oleh Danar Hadi adalah pada masa millenium

mendatang Batik Danar Hadi akan berusaha lebih keras untuk menembus pasar

mancanegara dengan menjalin kerja sama dengan mitra-mitra usaha batik di Asia

Tenggara.Dalam rangka mencapai visi beberapa hal yang akan dilakukan oleh

Batik Danar Hadi yaitu sebagai berikut, berpegang teguh pada filosofi perusahaan

yang mengakar kuat pada seni tradisional yang diusungnya.Menembus pasar

Internasional yang belum sepenuhnya digarap. Berpijak pada idealisme mendasar

untuk menyumbangkan sesuatu yang bernilai terhadap seni tradisional batik.

Mempresentasikan batik ke dalam berbagai format, mulai dari kebutuhan sehari-

hari, kebutuhan khusus hingga kebutuhan eksklusif.

Batik Danar Hadi tidak hanya memproduksi kain batik lembaran saja, tapi

juga memproduksi berbagai macam produk pakaian dan household berikut

beberapa produk yang dihasilkan oleh Danar Hadi. Kain Jarik dan Selendang,

sejak pertama didirikan Danar Hadi menjual berbagai macam kain jarik, sampai

sekarangpun mereka juga masih memproduksi kain jarik bila ada pesanan. Kain

jarik yang kini diproduksi diseragamkan dengan selendangnya yang terbuat dari

bahan sutera.

44

Produk pakaian wanita yang dihasilkan Danar Hadi cukup beragam, mulai

dari pakaian kasual, semi formal, formal dan busana muslim wanita. Berbagai

jenis ukuran dan bahan digunakan, ada yang sesuai dengan permintaan konsumen

ada pula yang sesuai dengan fungsinya.

Pakaian Pria yang diproduksi oleh Danar Hadi berupa kemeja kasual

maupun formal, serta ada juga pakaian couple atau sarimbitan. Berbagai jenis

ukuran dan bahan digunakan, ada yang sesuai dengan permintaan konsumen ada

pula yang sesuai dengan fungsinya.Danar Hadi juga memproduksi pakaian anak-

anak batik yang motif dan warnanya disesuaikan dengan karakter anak-anak

namun tidak meninggalkan nilai tradisi batik itu sendiri.

Produk Household dan furniture, untuk mengembangkan produknya Danar

Hadi juga memproduksi keperluan rumah tangga yaitu taplak, sarung bantal,

tatakan gelas, tempat tissue dan pelapis kursi pada produk furniture.

Kegiatan produksi PT Batik Danar Hadi dilakukan di dua tempat yang

berbeda yakni untuk produksi kain batiknya berada di Pabelan, Kartasura

sedangkan untuk produksi garmentnya berada di Griya Wuryaningratan,

Surakarta.

Danar Hadi mampu memproduksi kain serta pakaian batik dengan

pengaturan waktu yang efisien. Dengan mesin yang canggih, proses manufaktur

yang terintegrasi, visi dan misi yang membangun, staf yang berpengalaman lebih

dari 30 tahun dan layanan konsumen yang responsif menjadikan Danar Hadi

sebagai salah satu produsen batik terkemuka dan berkualitas, baik batik tulis, cap

maupun batik kombinasi yang diproduksi ekslusif maupun massal. Untuk batik

45

tulis tiap pembatik mampu menyelesaikan 1 kain dalam waktu 2 minggu sampai

1,5 bulan tergantung tingkat kesulitan motifnya, sedangkan untuk batik cap per

hari Danar Hadi mampu menghasilkan puluhan bahkan ratusan lembar kain batik.

Proses produksi batik di Danar Hadi hampir sama dengan proses batik

yang telah ada saat ini, hanya saja bahan baku serta karyawan yang digunakan

adalah yang terpilih atau berkualitas tinggi. Sehingga kain produk yang dihasilkan

pun juga tidak sembarangan. Berikut tahapan proses produksi batik di Danar

Hadi. Tahap pertama dalam proses prouksi batik di Danar Hadi adalah persiapan

bahan baku, yakni kain mori. Tahap selanjutnya yaitu mola, ialah pembuatan pola

pada kain mori yang akan dibatik. Pola ini berbeda-beda tiap produknya. Ada pola

jarik, selendang, sarung, kemeja, longdress dan blus. Nyorek, ialah proses

pemindahan motif batik pada kain mori dengan cara ngeblat. Tahap selanjutnya

adalah pembatikan, yang disebut nglowongi atau menorehkan malam/lilin pada

kain mengikuti gambar motif yang sudah digambarkan pada kain. Sebelumnya

malam/lilin harus dipanaskan sesuai dengan standart pembatikan, yakni tidak

terlalu panas dan tidak terlalu dingin, karena bila terlalu panas garis yang

dihasilkan tidak beraturan dan terlalu besar. Sedangkan apabila malam/lilinnya

terlalu dingin malam tidak akan menembus kain sehingga harus mengulang

pembatikannya di bagian kain sebaliknya atau disebut dengan nerusi. Setelah

nglowongi selesai langkah selanjutnya adalah memberikan isen-isen atau

memberikan isian agar motif yang dihasilkan tidak terlihat kosong. Isen-isen ini

dapat berupa garis, titik, dan bentuk-bentuk lain yang disebut pangot, pacar,

robyong, kembang suruh, pari dan lain sebagainya. Pada tahap ini keahlian dan

keluwesan pembatik sangat menentukan kain batik yang dihasilkan. Setelah

46

pembatik selesai nglowongi, selanjutnya adalah dicek pada tahap quality control

yang pertama. Setelah lolos tahap quality control¸selanjutnya masuk tahap

pewarnaan. Ada dua macam proses pewarnaan yakni colet dan celup, pewarnaan

colet mewarna kain batim dengan melukiskan warna di kain dengan kuas yang

disebut jegul. Pewarnaan celup yakni mewarna kain batik dengan cara dicelup ke

bak yang berisi larutan pewarna. Proses fiksasi dilakukan untuk mengunci warna

batik yang dihasilkan, dengan bahan pengunci waterglass atau sir. Selanjutnya

masuk ke tahap quality control yang kedua untuk mengecek hasil warna apakah

sudah rata atau belum. Setelah lolos tahap quality control selanjutnya kain batik

dilorod, yakni menghilangkan seluruh malam atau lilin yang menempel dikain

dengan direbus air panas. Untuk kain sutera pada tahap pelorodan dicampur

dengan tepung kanji.

Danar Hadi memiliki sejarah panjang dalam memproduksi batik

berkualitas baik untuk semua kesempatan. Berbagai macam merek populer pun

sudah diciptakan seperti Danarhadi, Danadi untuk pakaian muslim wanita, Danar

by Danar Hadi dan Danar Hadi untuk anak-anak. Danarhadi mendistribusikan

produk siap pakai kepada pelanggan dengan memperluas jaringan outlet-outlet

yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia serta beberapa Department Store

termasuk peritel asing terkenal seperti Sogo, Seibu dan Seiyu.

Penelitian ini mengkaji tentang teknik dan proses produksi batik di

Perusahaan Batik Danar Hadi Surakarta pada masa kini dengan pendekatan

desain.Desain adalah kegiatan yang dilakukan manusia untuk menciptakan semua

hal menjadi lebih indah dan menarik dari semua benda yang dipakainya, sesuai

47

dengan pengamatan mereka dengan alam dan kebutuhan manusia. Dilihat dari

lingkup pengerjaannya, desain akan merupakan integrasi dari kegiatan sains

(metode riset, ilmu fisika, matematika, ilmu bahan, ilmu ekonomi, ilmu sosial,

ilmu psikologi, ilmu budaya dan seterusnya). Kemudian juga teknologi (ilmu

konstruksi, teknologi produksi, teknologi mesin, teknologi material dan

seterusnya) dan seni rupa (ilmu bentuk, filsafat, estetika, teknik presentasi dan

seterusnya) (Agus, 1986: 136).

Pembahasan subbab pertama akan membahas mengenai teknik dan proses

produksi batik di PT Batik Danar Hadi pada masa kini yakni pada tahun 2014-

2015. Sub bab kedua akan membahas mengenai keterkaitan antara visual motif

yang dihasilkan dengan teknik batik yang digunakan. Sub bab ketiga akan

membahas tentang latar belakang penentuan/pemilihan teknik produksi batik.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 dan tahun 2015. Mengingat yang

diangkat pada proyek pengkajian ini adalah teknik produksi batik di Danarhadi

pada masa kini, yakni pada tahun 2014 dan tahun 2015. Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan cara observasi langsung yakni ikut serta dalam proses produksi

batik di Danarhadi. Wawancara dengan beberapa karyawan dan staf Danarhadi

seputar teknik dan proses produksi batik di Danarhadi. Membaca beberapa

referensi buku tentang Danarhadi, tentang teknik dan proses batik dan lain

sebagainya.

48

A. Teknik dan Proses Produksi Batik di Perusahaan Batik Danar Hadi

Teknologi adalah ilmu yang mencakup ilmu konstruksi, teknologi

produksi, teknologi mesin, teknologi material dan seterusnya. Pada subab ini akan

membahas tentang teknik produksi batik di perusahaan batik Danar Hadi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 751) teknik adalah cara

membuat sesuatu, cara melaksanakan atau mengerjakan sesuatu yang

berhubungan dengan seni; kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan

hasil industri.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 671) produksi

adalah proses penciptaan atau pengeluaran hasil; proses pembuatan; hasil dari.

Teknik produksi adalah cara kerja untuk menghasilkan sesuatu (produk).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 673) proses adalah urutan

suatu peristiwa yang semakin lama semakin meningkat atau semakin menurun;

rangkaian tindakan perbuatan atau pengolahan yang menghasilkan produk. Proses

adalah teknik produksi yang dapat dilakukan melalui berbagai teknik dengan

memerhatikan daya produksi dan pengulangannya (Nanang, 2006: 41). Dapat

diartikan bahwa proses produksi adalah tahapan atau urutan peristiwa pada

pembuatan suatu produk. Proses produksi batik adalah urutan peristiwa

pembuatan batik yang nantinya akan menghasilkan produk batik yang siap jual.

Perkembangan zaman mempengaruhi perkembangan teknik produksi batik

yang digunakan Danarhadi. Teknik batik yang digunakan pada awal berdirinya

berbeda dengan zaman sekarang baik dari segi pembatikan, pewarnaan, fiksasi

pewarnaan dan pelorodan. Pada tahun 1967, Danarhadi hanya memproduksi batik

dengan teknik batik tulis serta masih menggunakan pewarna alam yang pada

proses pengerjaannya memakan waktu sangat lama. Seiring dengan

49

berkembangnya pewarna sintetis, kini Danarhadi tidak lagi menggunakan

pewarna alam dalam proses produksinya. Hanya bila ada pesanan khusus saja

pewarna alam masih digunakan, dan itupun tidak dikerjakan di Danarhadi.2

Yang dimaksud dengan “teknik membuat batik” : adalah proses-proses

pekerjaan dari permulaan yaitu mori batik sampai menjadi kain batik (Sewan,

1980: 5). Dapat disimpulkan bahwa proses produksi batik termasuk dalam teknik

produksi batik. Tiap teknik produksi batik terdiri dari berbagai macam proses.

Mulai dari proses persiapan bahan, proses pembatikan, proses pewarnaan dan

proses pelorodan.Teknik batik yang diterapkan di Danar Hadi ada 3 yakni, batik

tulis, batik cap dan kombinasi batik tulis dan cap.

1. Batik Tulis

Batik tulis merupakan kain batik yang dibuat dengan canting sebagai alat

untuk memindahkan malam/lilin batik ke kain, yang dituliskan perlahan-lahan

sesuai dengan gambar motif yang sudah ada.3 Kain batik yang dibuat secara

manual atau memanfaatkan keluwesan dan keahlian tangan para pembatik wanita

merupakan batik tulis. Tidak hanya keluwesan dan keahlian, para pembatik juga

dituntut memiliki kreatifitas tinggi dalam memberikan isen-isen pada motif batik

yang diklowongi. Teknik batik tulis ini memiliki kekhasan sendiri dalam segi

bentuk dan garis yang dihasilkan, karena tiap produk batik yang dihasilkan

meskipun jenis motifnya sama tapi hasil goresan malam di tiap kain akan berbeda.

Waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan batik tulis ini juga cukup lama, bisa 2

sampai 3 bulan, tergantung kerumitan dari motif yang akan dibatik.

2 Wawancara dengan Bapak Sigit staf bagian warna di Danar Hadi, Sukoharjo (2014)

3 Wawancara dengan Ibu Supami pembatik di Danar Hadi, Sukoharjo (01/11/2014)

50

Teknik batik tulis yang digunakan di Danar Hadi ada 5 macam teknik

yakni, teknik lorodan, teknik kelengan, teknik pekalongan, teknik remukan

wonogiren dan teknik kombinasi.4

a. Alat dan bahan yang digunakan untuk proses batik tulis, yaitu:

1. Kain

Kain putih yang dijadikan batik mempunyai beberapa istilah atau nama

khusus, yaitu disebut “mori” atau “muslim” atau “cambric” (Sewan,

1980:53). Bahan baku kain di PT Batik Danar Hadi diproduksi sendiri, tapi

ada juga beberapa kain yang didatangkan khusus dari daerah asal

pembuatannya seperti Ulos Padang, ATBM Jepara, kain tenun Harindong dan

masih banyak lagi. Dilihat dari bahan dasarnya, kain mori dapat berasal dari

katun, sutera asli atau sutera tiruan, mori dari katun lebih umum dipakai

(Sewan, 1980:53). Pada jaman dahulu membatik hanya dilakukan di atas kain

mori untuk dibuat jarik, tapi kini membatik juga dapat dilakukan pada kain

sutera, kain tenun, kain polyester, rayon dan bahan lainnya. Tapi berbeda

jenis kain berbeda pula kualitas batik yang dihasilkan karena berbeda tekstur,

daya serapnya terhadap warna dan kelekatannya dengan malam/lilin.

Kain yang digunakan di Danar Hadi adalah kain katun dan kain sutera

antara lain, kain primissima, SAUP, Sateen, Santung, ATM Super, Ulos

Padang, Sutera Crepe, Rubia, Tenun Dobby, Paris, Tenun Harindong, Sifon,

Sutera asli, Mori biru, prima, Hapotex, ATBM Jepara, Thai Silk, Viscouse,

Prima Lasem, RCK, Baron dan Prosbal.5

4 Wawancara dengan Ibu Sri Mulyani karyawan Danar Hadi, Sukoharjo (02/11/2015)

5 Wawancara dengan Bapak Reza staf bagian gudang kain, Sukoharjo 28/10/2014)

51

2. Zat Pewarna Tekstil

Zat pewarna tekstil adalah zat warna tekstil yang dapat memberi warna

pada batik. Dahulu sebelum Indonesia dibanjiri zat warna sintetis, orang-orang

mempergunakan zat warna dari tumbuhan dan binatang. Danarhadi dahulu juga

menggunakan pewarna alami, tapi karena proses pengerjaannya yang lama serta

biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit maka kini Danarhadi lebih memilih

menggunakan pewarna sintetis. Penggunaan pewarna alami bila ada pesanan

khusus saja. Tidak semua zat warna tekstil dapat digunakan untuk batik,

disebabkan antara lain, pada pewarnaan batik dikerjakan tanpa pemanasan karena

batik memakai lilin batik/malam. Lilin batik pada umumnya tidak tahan terhadap

alkali yang kuat. Pada pekerjaan terakhir proses pembuatan batik, ada proses

pelorodan tidak semua zat warna tahan terhadap rebusan air panas (Sewan,

1980:69).

Gambar 3

Gudang Penyimpanan Kain

Foto: Lana Rahmawati, 2014

52

Pewarna sintetis yang digunakan di Danar Hadi antara lain naphtol, remasol dan

indigosol. Zat pengunci warna yang digunakan antara lain naphtol dengan garam

naphtol, remasol dengan waterglass dan indigosol dengan H2O2.6

No

Warna

Material

Jumlah

Satuan

1 Lasem

(Untuk 10 potong kain)

Indigosol IRRD Brown

Indigosol IRK Yellow

Indigosol IBR brown

Nitrit

Air panas

5

35

70

220

10

Gram

Gram

Gram

Gram

Liter

2 Soga

(Untuk 20 potong kain)

Celupan pertama:

Naphtol ASG

Kostik

Garam naphtol

Celupan kedua:

Indigosol IBK Yellow

Indigosol IBR yellow

Nitrit

Air

120

60

360

60

40

200

20

Gram

Gram

Gram

Gram

Gram

Gram

Liter

3 Abu-abu Gajah

(Untuk 8 potong kain)

Indigosol IBR Brown

Indigosol IBL Grey

Nitrit

Air panas

27

27

108

12

Gram

Gram

Gram

Liter

4 Merah Bordo

(Untuk 20 potong kain)

Celupan pertama:

Naphtol AS

Naphtol ASB

Kostik

Garam naphtol

Celupan kedua:

Garam R

ASG

Air

40

80

60

360

120

40

20

Gram

Gram

Gram

Gram

Gram

Gram

Liter

5 Lasem Coklat Buku

(Untuk 12 potong kain)

Indigosol IRK yellow

Indigosol IRRD brown

Nitrit

Air panas

18

36

160

18

Gram

Gram

Gram

Liter

6 Zaitun Indigosol IBL Grey 18 Gram

6 Wawancara dengan Bapak Mulato staf bagian peracikan warna, Sukoharjo, 2014

Tabel 1.

Tabel resep warna

53

(Untuk 7 potong kain) Indigosol IGK Yellow

Nitrit

Air panas

40,5

116

9

Gram

Gram

Liter

7 Hitam

(Untuk 12 potong kain)

Celupan pertama:

Naphtol AS

Naphtol ASBO

Naphtol ASG

Celupan kedua:

Hitam B

Biru B

Air

60

120

40

100

500

20

Gram

Gram

Gram

Gram

Gram

Liter

8 Soga Merah Orange

(Untuk 8 potong kain)

Celupan pertama:

Naphtol ASG

Naphtol ASLB

Naphtol AS

Celupan kedua:

Merah B

Garam naphtol

Air

15

7,5

3,75

40

10

10

Gram

Gram

Gram

Gram

Gram

Liter

9 Orange Soga

(Untuk 12 potong kain)

Celupan pertama:

Naphtol ASLB

NaphtolASOL

Kostik

Garam naphtol

Celupan kedua:

IRK Golden yellow

Garam naphtol

Air

21

126

73,5

441

42

84

15

Gram

Gram

Gram

Gram

Gram

Gram

Liter

10 Hijau Celok Biru

(Untuk 7 potong kain)

Indigosol hijau

Indigosol 04B Blue

Nitrit

Air panas

96

24

240

10

Gram

Gram

Gram

Liter

54

3. Malam/Lilin Batik

Lilin batik adalah bahan yang dipakai untuk menutup permukaan kain

menurut gambar motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak

atau resist terhadap warna yang diberikan pada kain tersebut (Sewan, 1980:58).

Malam terbuat dari beberapa bahan utama seperti Lilin, Gondorukem, Kote,

parafin, minyak, lemak binatang, damar mata kucing dan lain sebagainya. Karena

setiap produsen memiliki campuran bahan pembuat malamnya masing-masing

karena campuran bahan juga berpengaruh dalam hasil batikan. Malam juga

mempunyai jenis yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan bahan bakunya,

antara lain :

a. Malam Carikan atau putihan

Malam ini biasanya digunakan untuk nglowongi, memberikan isen-isen dan

cecekan. Malam ini berwarna agak kuning, mempunyai daya lekat yang sangat

kuat, lentur dan tidak mudah retak.

Gambar 4

Malam Carikan

Foto: Lana Rahmawati, 2015

55

b. Malam Biron

Malam ini biasa digunakan sebagai penutup motif yang sudah diwarna dan

ingin diwarna lain lagi, atau istilahnya mbironi. Malam ini berwarna

berwarna coklat tua, lama mencair tapi mudah membeku dan mudah

meleleh bila terkena panas.

c. Malam Tembokan

Malam ini digunakan sebagai penutup background putih yang bidangnya

sangat luas, agar warnanya tetap putih atau nanti dilorot dan dicelup warna

lagi yang dikenal dengan istilah tutup kelir. Malam ini berwarna coklat

tua, kental, tidak mudah retak, tudak mudah lepas dari kain dan sangat

lengket.

Gambar 5

Malam Biron

Foto: Lana Rahmawati, 2015

56

d. Malam Parafin/Remekan

Malam ini digunakan untuk menimbulkan efek cetak pada kain, efek ini

dihasilkan dari blokan malam pada kain yang selanjutnya diremas-remas agar

retak dan pada saat dicelup warna, akan menimbulkan efek retak-retak pada

kain. Malam ini berwarna putih pucat, keras dan mudah retak atau getas.

Gambar 6

Malam Tembokan

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 7

Malam Remekan/Parafin

Foto: Lana Rahmawati, 2015

57

e. Canting

Canting merupakan alat untuk mengambil malam panas dari wajan untuk

selanjutnya ditorehkan atau digambarkan pada kain mori. Untuk menciduk

malam atau lilinnya terbuat dari bahan tembaga sedangkan untuk

pegangannya terbuat dari kayu yang bertujuan agar tidak panas saat

memegangnya. Saat hendak menorehkan malam di atas kain terlebih dahulu

danting yang sudah berisi malam harus ditiup terlebih dahulu, tujuannya

adalah untuk mengembalikan malam/lilin yang sudah sampai dicucuk canting

agar tidak menetes, untuk menghilangkan cairan malam yang melumuri cucuk

canting agar kualaitas goresannya bagus dan tidak njemblok dan untuk

mengontrol cucuk canting apabila mungkin tersumbat kotoran atau tidak.

Gambar 8

Canting : 1. Canting klowongan, 2. Canting carat, 3. Canting

isen, 4. Canting cecekan, 5. Canting bor

Foto: Lana Rahmawati, 2015

58

Menurut fungsinya canting dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain,

Canting Klowongan atau reng-rengan. Canting ini digunakan untuk

nglowongi/menggambar garis luar motif atau menggambar pola dasarnya atau

istilah Jawanya membuat reng-rengannya terlebih dahulu yang nantinya akan

diberi isen-isen. Canting Carat, canting yang jumlah carat (cucuk) lebih dari

satu. Dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung jumlah caratnya yakni

canting tunggal, canting loron/ganda, canting telon/tiga cucuk, canting

prapatan/empat cucuk, canting liman/lima cucuk, canting byok yang terdiri

dari 7 carat atau lebih biasanya jumlah caratnya ganjil dan canting

renteng/galaran. Canting ini tersusun atas bawah dengan jumlah genap dan

paling banyak adalah 6.Canting Isen, canting ini digunakan untuk mengisi

bidang pola atau motif dengan goresan berupa garis lurus, lengkung, silang,

bunga-bunga kecil dan lain sebagainya. Yang nantinya menjadi pengisi pada

motif agar tidak terlihat kosong.Canting cecekan/titik, canting ini digunakan

untuk membuat titik-titik pada isen-isen. Canting ini memiliki lubang yang

sangat kecil dan hanya bisa digunakan untuk membuat cecekan atau titik-

titik.Canting Bor/Tembokan, canting ini digunakan untuk ngeblok/njemblok

motif yang ingin ditutup dengan cairan malam dengan bidang yang agak

besar dari garis maupun titik, contohnya adalah untuk membuat isen-isen

berbentuk segitiga, setengah lingkaran dan lain sebagainya.

f. Kompor dan Wajan

Kompor dan wajan ini sangat kecil ukurannya, digunakan untuk melelehkan

malam/lilin batik yang akan digunakan untuk membatik. Biasanya

menggunakan bahan bakar minyak tanah, karena setelah dilakukan beberapa

59

percobaan hanya kompor minyak tanah yang memiliki panas stabil dan pas

untuk melelehkan malam. Tapi kini sesuai dengan perkembangan jaman

sudah digunakan juga kompor listrik mengingat sudah langkanya minyak

tanah.

g. Gawangan

Gawangan digunakan sebagai tempat untuk menyampirkan kain. Gawangan

atau yang disebut juga dengan sampiran terbuat dari kayu atau bambu.

Fungsinya adalah untuk menggantungkan kain mori yang akan dibatik,

gawangan ini biasanya terbuat dari bahan ringan yang mudah dipindah-

pindahkan.

Gambar 9

Kompor dan Wajan

Foto: Lana Rahmawati, 2015

60

h. Dingklik

Dingklik atau bangku adalah tempat duduk yang digunakan untuk pembatik.

Tingginya disesuaikan dengan tinggi orang yang membatik. Bangku ini

biasanya terbuat dari kayu atau rotan.

Gambar 10

Gawangan

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 11

Dingklik

Foto: Lana Rahmawati, 2015

61

i. Taplak atau Alas

Taplak biasanya dibuat dari kain bekas atau kain yang tidak terpakai,

fungsinya adalah untuk menutupi paha atau celaan para pembatik dari tetesan

malam batik yang menetes saat proses pembatikan.

b. Proses produksi batik tulis :

1. Teknik Batik Tulis Lorodan

Teknik Lorodan, cara ini hampir sama dengan cara kerokan, dimana

menghilangkan sebagian lilin pada tengah-tengah proses dikerjakan dengan cara

nglorod (Sewan, 1980: 16).Cara ini menghasilkan efek yang berbeda dengan

teknik kerokan, batik yang dibuat dengan cara ini batas antara warna putih dan

soga akan tegas, begitu pula batas antara warna dasar dan gambar sebagian besar

merupakan batas yang tegas. Cara ini lebih cocok untuk lukisan atau corak yang

banyak menggunakan isen garis-garis kecil dan cecek.

Gambar 12

Taplak atau Alas

Foto: Lana Rahmawati, 2015

62

Proses teknik batik lorodan di Danar Hadi:

a) Kain mori di pola sesuai dengan fungsi batik. Pemolaan adalah

menggambarkan pola yang akan dibuat menjadi kain batik ada pola jarik,

pola sarung, pola longdress, pola kemeja, pola blus dan pola selendang.

b) Proses pemindahan motif batik ke kain atau nyorek. Nyorek, adalah proses

pemindahan motif batik dari kertas ke kain dengan cara ngeblat

c) Kain mori dibatik atau nglowongi, proses ini adalah pelekatan lilin batik

ke kain yang merupakan kerangka motif batik. Nglowongi ini ada dua

tahap yang pertama disebut ”ngengrengan” yakni nglowongi pada bagian

Gambar 14

Proses Nyorek

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 13

Proses Pemolaan Kain

Foto: Lana Rahmawati, 2015

63

muka kain, tahap kedua disebut “nerusi” yakni nglowongi pada bagian

belakang kain yang malam/lilinnya tidak tembus

d) Proses quality control. Setelah selesai diklowongi, selanjutnya kain dicek

hasil pemalamannya apakah sudah rapi atau belum pada tahap quality

control. Pada tahap ini bila ada hasil batikan yang kurang rapi atau isen-

isennya belum lengkap maka dikembalikan ke pembatik yang

mengerjakan

Gambar 15

Proses Nglowongi

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 16

Proses Quality Control Pemalaman

Foto: Lana Rahmawati, 2015

64

e) Proses pewarnaan kain batik. Kain yang sudah dibatik lalu diwarna dengan

proses pewarnaan colet, yakni dengan menyoletkan atau melukiskan

warna ke kain dengan alat yang disebut jegul7

f) Proses Quality Control tahap kedua yakni untuk mengecek hasil

pewarnaan apakah sudah rata atau belum dan apakah intensitas warnanya

sudah sesuai dengan pesanan

7 Jegul adalah alat yang terbuat dari batang kayu kelapa atau sejenisnya yang kadang pada bagian

ujungnya diberi spons sebagai alat untuk melukis warna dikain batik

Gambar 17

Proses Pewarnaan Colet

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 18

Proses Quality Control Pewarnaan

Foto: Lana Rahmawati, 2015

65

i) Proses fiksasi, yakni proses penguncian warna dengan bahan pengunci

waterglass agar warna yang dihasilkan tidak mudah luntur

j) Proses nglorod. Nglorod adalah perebusan kain pada air mendidih untuk

menghilangkan seluruh lilin yang menempel dikain batik.

k) Proses mbironi. Mbironi8 adalah menutup bagian motif yang dikehendaki tetap

berwarna dan tetap putih

8Mbironi pada zaman dahulu adalah proses pembatikan yang berfungsi untuk menutup warna biru,

tapi sekarang bukan hanya warna biru yang ditutup malam, bisa warna-warna lain ataupun untuk

menutup bagian yang ingin tetap berwarna putih.

Gambar 20

Proses Nglorod tahap 1

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 19

Proses Fiksasi

Foto: Lana Rahmawati, 2015

66

l) Proses pewarnaan soga atau nyoga. Nyoga adalah memberi warna coklat

pada kain batik. Untuk kain sogan Yogya dan Solo nyoga adalah sebagai

pewarnaan terakhir (Sewan, 1980: 9).

m) Proses fiksasi tahap kedua, karena bahan pewarna yang digunakan adalah

indigosol maka bahan penguncinya menggunakan H2O2 yang direndam

selama kurang lebih 10 menit

Gambar 21

Proses Mbironi

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 22

Proses Nyoga

Foto: Lana Rahmawati, 2015

67

n) Proses perendaman larutan soda abu. Setelah kain direndam di bak fiksasi,

maka selanjutnya kain direndam larutan soda abu kurang lebih 10-15

menit. Ini bertujuan agar nantinya kain batik yang dihasilkan tidak mudah

sobek dan untuk menetralisir kain setelah direndam air keras, agar kain

lemas dan tidak getas

o) Proses nglorod tahap kedua untuk menghilangkan seluruh malam yang

menempel di kain, untuk pelorodan pada kain sutera ditambahkan kanji

Gambar 23

Proses Fiksasi Tahap 2

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 24

Proses Perendaman Larutan Soda Abu

Foto: Lana Rahmawati, 2015

68

pada saat nglorod ini bertujuan untuk menjaga kain sutera agar tidak

modah robek

p) Proses penjemuran kain dilakukan ditempat yang teduh, tidak boleh

terkena sinar matahari langsung, karena ini akan membuat warna kain

menjadi tidak tajam

q) Proses Seleksi atau pelipatan kain batik. Setelah kain kering masuk pada

tahap seleksi dan pelipatan, ini bertujuan untuk memilah-milah kain sesuai

dengan tema dan fungsinya

Gambar 25

Proses nglorod tahap 2

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 26

Proses Penjemuran Kain

Foto: Lana Rahmawati, 2015

69

2. Teknik Batik Tulis Kelengan

Teknik Kelengan, cara ini merupakan cara pewarnaan batik yang hanya

dengan satu warna yang zaman dulu berwarna biru tua. Sebagai variasi

dan perkembangan dari batik kelengan ini, pada suatu saat (sekitar 1964)

terkenal lah apa yang disebut “batik ganefo” yaitu suatu tipe batik

semacam batik kelengan tetapi tidak berwarna biru tua melainkan warna-

warna tajam seperti merah, hijau, violet, oranye dan sebagainya (Sewan,

1980: 13).

Proses produksi batik teknik kelengan di Danar Hadi:

a) Kain mori dipola dan dicorek seperti pada tahapan di atas

b) Kain mori kemudian dibatik atau nglowongi seperti pada tahapan di atas

c) Proses quality control tahap 1 untuk mengecek hasil pembatikan

d) Proses pewarnaan kain dengan teknik pewarnaan celup

e) Proses fiksasi kain direndam dalam larutan H2O2 selama 10 menit

f) Proses quality control tahap 2 untuk mengecek hasil pewarnaan

Gambar 27

Proses Seleksi dan Pelipatan Kain

Foto: Lana Rahmawati, 2015

70

g) Proses nglorod untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel di

kain

h) Proses penjemuran dan setelah kering kain di seleksi pada tahap seleksi

dan pelipatan

3. Teknik Batik Tulis Pekalongan

Teknik Pekalongan, batik cara ini biasanya berwarna cerah dan tajam serta

tidak ada proses medel didalamnya. Cara ini awalnya hanya digunakan

dalam pembuatan sarung saja. Batik Pekalongan pada umumnya berbentuk

sarung, yang mempunyai motif dan cara pembuatan yang khusus (Sewan,

1980:12).

Proses produksi batik teknik pekalongan di Danar Hadi:

a) Kain mori dipola dan dicorek seperti pada tahapan di atas

b) Kain mori kemudian dibatik atau nglowongi seperti pada tahapan di atas

c) Proses quality control tahap 1

d) Proses pewarnaan kain batik dengan teknik colet

e) Proses quality control tahap 2 untuk mengecek hasil pewarnaan

f) Proses nutup kelir. Kain selanjutnya masuk pada tahap nutup kelir9untuk

menutup bagian yang ingin tetap berwarna dengan malam

9Nutup kelir adalah proses penutupan bagian yang ingin tetap berwarna dan yang ingin tetap

berwarna putih. Nutup kelir berbeda dengan mbironi, pada tahap mbironi sebelumnya kain dilorod

tai pada tahap nutup kelir kain tidak dilorod terlebih dahulu

71

g) Proses pewarnaan kain dengan teknik pewarnaan celup menggunakan zat

pewarna naphtol

Gambar 28

Proses Nutup Kelir

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 29

Proses Pewarnaan Celup dengan Naphtol

Foto: Lana Rahmawati, 2015

72

h) Proses fiksasi seperti pada tahap fiksasi dan direndam larutan soda abu

i) Prosesquality control yang kedua untuk mengecek hasil pewarnaan

j) Proses nglorod yang pertama untuk menghilangkan seluruh malam

k) Proses mbironi untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna ataupun

yang ingin tetap putih seperti pada proses mbironi di atas

l) Proses pewarnaan kembali dengan teknik pewarnaan celup. Kain

kemudian masuk pada tahap nglorod yang terakhir untuk menghilangkan

seluruh malam yang menempel di kain

m) Proses penjemuran, setelah kering kain diseleksi dan dilipat

4. Teknik Batik Tulis Remukan Wonogiren

Teknik remukan wonogiren, pertama kain dilipat atau digulung kemudian

dikerjakan agar lilin yang menempel pada kain pecah-pecah, misalnya

dengan diinjak-injak atau dibanting-banting. Bila lilin itu sukar pecah,

sebaiknya lebih dulu direndam sebentar dalam larutan kostik soda (Sewan,

1980: 16). Untuk membuat batik dengan proses ini sebaiknya dipakai jenis

Gambar 30

Proses Penggaraman Naphtol

Foto: Lana Rahmawati, 2015

73

lilin yang mudah pecah. Hasil dari remukan wonogiren ini batik yang

berwarna putih diatas warna dasar dengan pecah-pecah pada gambar

dengan warna soga atau warna lain. Efek pecah-pecah pada gambar itu

dapat dibuat variasi dengan pekerjaan “pecah-celup” sampai dua kali atau

lebih dimana warnanya dibuat makin muda.

Proses produksi batik teknik remukan wonogiren di Danar Hadi:

a) Kain mori dipola dan dicorek

b) Kain kemudian diklowongi atau dibatik

c) Proses nglowongi kemudian kain masuk pada tahap quality control

untuk mengecek hasil pembatikan

d) Proses pewarnaan dengan teknik pewarnaan celup

e) Proses fiksasi dan direndam larutan soda abu

f) Proses peremukan malam. Kain dilipat dan digulung, lalu diinjak-injak

atau dipukul-pukul agar malam pada kain remuk (pecah). Sebelum

diremuk kain direndam dahulu pada bak berisi air selama satu malam,

agar nantinya hasil remukan yang dihasilkan bagus karena malamnya

tidak getas atau lembut.

74

g) Proses nyoga, proses pewarnaan coklat soga

h) Proses fiksasi direndam larutan soda abu

i) Proses quality control untuk mengecek hasil pewarnaan

j) Proses nglorod untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel

di kain

k) Kain dijemur, lalu diseleksi dan dilipat setelah kering

5. Teknik Batik Tulis Kombinasi

Teknik Kombinasi, batik dengan cara ini adalah proses pembuatan batik

yang mengkombinasikan berbagai macam teknik batik. Sebagai contoh

teknik batik remukan wonogiren dikombinasikan dengan teknik batik

lorodan. Hasil kain batik yang dibuat secara proses kombinasi ini ialah

Gambar 31

Proses Peremukan Malam

Foto: Lana Rahmawati, 2015

75

bahwa warna soga dua macam, yang satu sebagai bayangan yang lain

disertai efek pecahan wonogiren ditengah-tengahnya (Sewan, 1980: 18).

Proses produksi batik teknik kombinasi di Danar Hadi:

a) Kain mori dipola dan dicorek

b) Kain selanjutnya diklowongi atau dibatik

c) Kain selanjutnya dicek pembatikannya pada tahap quality control

d) Kain diwarna dengan teknik pewarnaan colet

e) Proses Nutup kelir, untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna atau

yang ingin tetap putih

f) Proses peremukan malam. Kain dilipat dan digulung lalu diinjak-injak

atau dipukul-pukul agar malamnya pecah

g) Proses Nyoga, kain diwarna dengan teknik pewarnaan celup warna soga

kuning atau lasem

h) Kain difiksasi dan direndam dengan larutan soda abu

i) Proses nglorod tahap pertama untuk menghilangkanseluruh malam

j) Proses mbironi, untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna

Gambar 32

Proses Pewarnaan Soga Kuning atau Lasem

Foto: Lana Rahmawati, 2015

76

k) Kain diwarna kembali dengan teknik pewarnaan celup

l) Kain difiksasi dan direndam dalam larutan soda abu

m) Proses nglorod tahap 2

n) Kain dijemur lalu diseleksi dan dilipat

2. Batik Cap

Batik cap adalah kain yang cara pembuatan corak dan motifnya

dengan menggunakan cap atau semacam stempel yang terbuat dari tembaga.

Cap tersebut menggantikan fungsi canting dalam membatik, dengan cap ini

maka satu helai kain dapat diselesaikan dalam waktu singkat (Herry, 2013:

11). Batik cap adalah teknik pembatikan yang menggunakan alat cap untuk

memindahkan malam ke kain sebagai pengganti canting pada batik tulis.10

Batik cap merupakan inovasi baru dari batik tulis. Banyaknya pesanan

konsumen akan kain batik menjadikan batik cap sebagai alternatif untuk

memproduksi kain batik secara massal dan cepat. Motif dan corak batik cap

yang dihasilkan akan selalu sama karena motifnya tidak dibuat dengan tulisan

tangan melainkan sudah ada pada stempel cap. Harga yang ditawarkan batik

cap juga lebih murah dibanding batik tulis karena proses pengerjaannya tidak

memakan waktu lama.

Teknik batik cap yang digunakan oleh Danar Hadi ada 5 teknik, yakni

teknik batik cap bedesan, teknik batik cap kelengan, teknik batik cap

pekalongan, teknik batik cap remukan wonogiren dan teknik batik cap

kombinasi.

10

Wawancara dengan bapak Sri kepala bagian pengecapan, Pabelan (10/11/15)

77

a. Alat dan bahan batik cap :

1. Kain

Kain putih yang dijadikan batik mempunyai beberapa istilah atau nama

khusus, yaitu disebut “mori” atau “muslim” atau “cambric” (Sewan,

1980:53). Bahan baku kain di PT Batik Danar Hadi diproduksi sendiri, tapi

ada juga beberapa kain yang didatangkan khusus dari daerah asal

pembuatannya seperti Ulos Padang, ATBM Jepara, kain tenun Harindong

dan masih banyak lagi. Dilihat dari bahan dasarnya, kain mori dapat berasal

dari katun, sutera asli atau sutera tiruan, mori dari katun lebih umum dipakai

(Sewan, 1980:53).

2. Meja pengecapan

Meja ini terbuat dari kayu yang dipalisi spons atau busa tebal yang basah dan

pada bagian atasnya ditutup dengan kain dan plastik. Tujuannya agar malam

tidak menempel pada meja saat proses pengecapan.

Gambar 33

Meja Pengecapan

Foto: Lana Rahmawati, 2015

78

3. Wajan

Wajan yang digunakan pada batik acap lebih besar dari batik tulis, didalam

wajan ini dilapisi sejenis kain kassa agar malam yang menempel pada

stempel atau cap tidak terlalu banyak.

4. Malam/lilin batik

Lilin batik adalah bahan yang dipakai untuk menutup permukaan kain

menurut gambar motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tersebut

menolak atau resist terhadap warna yang diberikan pada kain tersebut

(Sewan, 1980:58). Malam terbuat dari beberapa bahan utama seperti Lilin,

Gondorukem, Kote, parafin, minyak, lemak binatang, damar mata kucing dan

lain sebagainya.

Gambar 34

Wajan untuk Batik Cap

Foto: Lana Rahmawati, 2015

79

5. Alat cap atau stempel

Alat cap ini terbuat dari tembaga dengan kombinasi besi sebagai permukaannya

yang terdapat motif batik. Alat cap atau disebut pula canting cap adalah

berbentuk stempel yang dibuat dari plat tembaga (Sewan, 1980: 30). Cap ini

berfungsi untuk memindahkan malam dengan motif batik pada permukaan kain

mori, ini sebagai pengganti canting dalam batik tulis. Ada beberapa jenis canting

cap menurut motif yang dihasilkan dan fungsinya:

a. Cap motif tunggal

Alat cap ini hanya terdiri dari satu motif saja yang nantinya pada saat

pengerjaan akan diulang-ulang tanpa aturan tertentu, karena alat capini

tidak seperti yang lainnya. Alat cap ini bermotif utuh tanpa terpotong jadi

peletakannya pada kain mori bebas.

Gambar 35

Malam untuk Batik Cap

Foto: Lana Rahmawati, 2015

80

b. Cap Buketan

Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif buketan pada kain mori.

c. Cap Nitik (anyaman)

Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif berupa anyaman atau seperti

kotak-kotak.

Gambar 36

Stempel Cap Motif Tunggal

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 37

Cap Motif Buketan

Foto: Lana Rahmawati, 2015

81

d. Cap Parang

Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif berbentuk parang.

e. Cap Byur

Alat cap ini berfungsi untuk menghasilkan motif byur atau motif yang

rapat atau kecil.

Gambar 38

Cap Motif Anyaman

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 39

Cap Motif Parang

Foto: Lana Rahmawati, 2015

82

f. Cap Byur Ceceg

Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif kecil-kecil yang terdiri dari

titik.

g. Cap Bola

Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif bulat atau yang disebut bola.

Gambar 40

Cap Motif Byur

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 41

Cap Motif Byur Ceceg

Foto: Lana Rahmawati, 2015

83

h. Cap Pinggiran/Tumpal

Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif pada pinggiran kain atau

yang sering disebut tumpal dalam istilah pembatikan.

Gambar 42

Cap Motif Bola

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 43

Cap Pinggiran/Tumpal

Foto: Lana Rahmawati, 2015

84

i. Cap Pinggiran Tumbak

Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif pinggiran kain yang

berbentuk segitiga atau tumbak.

j. Cap Pinggiran Enggok

Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif pinggiran kain yang

berbentuk lengkung.

Gambar 44

Cap Pinggiran/Tumpal Motif Blabakan

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 45

Cap Pinggiran Motif Tumbak

Foto: Lana Rahmawati, 2015

85

Berdasarkan pada motif batik dan bentuk capnya, maka terdapat

beberapa cara menyusun cap pada permukaan kain, yang disebut jalannya

pencapan.

Beberapa jalannya pencapan (lampah) itu antara lain:

1) Bergeser satu langkah kekanan dan satu langkah kemuka, ini disebut

sistem tubrukan.

2) Bergeser setengah langkah kekanan dan satu langkah kemuka atau satu

langkah ke kanan dan setengah langkah kemuka, ini disebut sistem onda-

ende.

3) Jalannya cap menurut arah garis miring, bergeser satu langkah atau

setengah langkah dari sampingnya, ini disebut sistem parang.

4) Bila jalannya cap digeser melingkar, salah satu sudut dari cap itu tetap

terletak pada satu titik, sistem ini disebut mubeng atau berputar.

Gambar 46

Cap Pinggiran Motif Enggok

Foto: Lana Rahmawati, 2015

86

5) Ada pula untuk mencapai satu rapot motif digunakan dua cap, dan

jalannya pengecapan dua cap tersebut berjalan berdampingan. Ini disebut

sistem mlampah sareng atau berjalan bersama (Sewan, 1980:30-31).

b. Proses Produksi Batik Cap:

1. Batik Cap Bedesan

Teknik Batik Bedesan,cara ini merupakan cara yang digunakan dalam

pembuatan batik secara cepat, jadi cara ini biasanya digunakan dalam

proses pembuatan batik cap. Proses pembuatan batik ini urutan pengerjaan

dibalik dan tidak terdapat pengerjaan ngerok atau nglorod dan mbironi

kain (Sewan, 1980:11). Pada batik cara ini tidak akan terdapat warna biru

karena warna yang dihasilkan nantinya adalah warna hitam dan coklat.

Proses produksi batik teknik bedesan di Danar Hadi:

a) Kain mori celup warna dasar terlebih dahulu, warna yang digunakan

beragam mulai dari merah, hijau, coklat, orange dan lain sebagainya

Gambar 47

Proses Pewarnaan Kain Mori

Foto: Lana Rahmawati, 2015

87

b) Kain difiksasi dengan waterglass agar warnanya tidak luntur

c) Proses pemolaan, yakni pembuatan pola kemeja pada kain sebagai

acuan pengecapan motif batik cap

d) Proses pengecapan batik, yakni pelekatan malam pada kain

menggunakan stempel atau cap.

Gambar 48

Proses Fiksasi Kain Mori

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 49

Proses Pemolaan Kain Mori

Foto: Lana Rahmawati, 2015

88

e) Proses quality control, untuk mengecek kerapihan dan ketepatan dari

hasil batikan cap

f) Proses nyoga. Kain diwarna soga dengan teknik pewarnaan celup

Gambar 50

Proses Pengecapan Batik

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 51

Proses Quality Control

Foto: Lana Rahmawati, 2015

89

g) Kain difiksasi menggunakan H2O2 agar warnanya awet dan tidak

mudah luntur, kain direndam selaam kurang lebih 10 menit

h) Kain direndam dengan larutan soda abu, untuk menetralisir kain

setelah direndam air keras.

Gambar 52

Proses nyoga

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 53

Proses Fiksasi

Foto: Lana Rahmawati, 2015

90

i) Proses quality control yang kedua untuk mengecek hasil pewarnaan

j) Proses nglorod untuk menghilangkan seluruh malam yang ada dikain

Gambar 54

Proses Perendaman Soda Abu

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 56

Proses Nglorod

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 55

Proses Quality Control Hasil Pewarnaan

Foto: Lana Rahmawati, 2015

91

2. Batik Cap Kelengan

Teknik Kelengan, cara ini merupakan cara pewarnaan batik yang hanya

dengan satu warna yang zaman dulu berwarna biru tua. Sebagai variasi

dan perkembangan dari batik kelengan ini, pada suatu saat (sekitar 1964)

terkenal lah apa yang disebut “batik ganefo” yaitu suatu tipe batik

semacam batik kelengan tetapi tidak berwarna biru tua melainkan warna-

warna tajam seperti merah, hijau, violet, oranye dan sebagainya (Sewan,

1980: 13).

Proses produksi batik teknik kelengan di Danar Hadi:

a) Kain mori dipola sesuai dengan fungsinya, seperti pada proses di atas

b) Kain masuk pada tahap pengecapan batik sesuai dengan motif yang telah

ditentukan

c) Proses quality control tahap pertama

d) Kain diwarna dasar dengan teknik pencelupan, untuk memberi warna pada

seluruh kain. Batik kelengan hanya menggunakan satu macam warna saja,

selebihnya akan berwarna putih yakni bagian yang tertutup malam

Gambar 57

Proses Pengecapan Batik

Foto: Lana Rahmawati, 2015

92

e) Kain masuk pada tahap fiksasi, direndam selama 10 menit pada larutan

pengunci warna H2O2

f) Kain direndam pada larutan soda abu selama 10-15 menit

g) Hasil pewarnaan kain dicek pada tahap quality control yang kedua

i) Proses nglorod, untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel di

kain

3. Batik Cap Pekalongan

Teknik Pekalongan, batik cara ini biasanya berwarna cerah dan tajam serta

tidak ada proses medel didalamnya. Cara ini awalnya hanya digunakan

dalam pembuatan sarung saja. Batik Pekalongan pada umumnya berbentuk

sarung, yang mempunyai motif dan cara pembuatan yang khusus (Sewan,

1980:12).

Proses produksi batik teknik pekalongan di Danar Hadi:

a) Kain mori dipola seperti pada proses sebelumnya

b) Kain masuk pada tahap pengecapan batik

c) Kain dicek hasil batikannya pada tahap quality control

d) Kain diwarna dengan teknik pewarnaan colet, karena hanya beberapa

bagian saja yang nantinya akan diwarna pada proses ini

93

e) Nutup kelir, yakni pembatikan yang bertujuan untuk menutup bagian

yang ingin tetap berwarna, tanpa nglorod malam terlebih dahulu

f) Kain diwarna kembali dengan teknik pewarnaan celup

Gambar 58

Proses Pewarnaan Colet

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 59

Proses Nutup Kelir

Foto: Lana Rahmawati, 2015

94

g) Kain difiksasi pada larutan H2O2, direndam selama kurang lebih 10

menit

h) Kain direndam dalam larutan soda abu selama 10-15 menit

i) Kain dicek hasil pewarnaannya pada tahap quality control yang kedua

j) Kain dilorod untuk menghilangkan seluruh malam yang melekat di

kain

4. Batik Cap Remukan Wonogiren

Teknik remukan wonogiren, pertama kain dilipat atau digulung kemudian

dikerjakan agar lilin yang menempel pada kain pecah-pecah, misalnya

dengan diinjak-injak atau dibanting-banting. Bila lilin itu sukar pecah,

sebaiknya lebih dulu direndam sebentar dalam larutan kostik soda (Sewan,

1980: 16). Untuk membuat batik dengan proses ini sebaiknya dipakai jenis

lilin yang mudah pecah. Hasil dari remukan wonogiren ini batik yang

berwarna putih diatas warna dasar dengan pecah-pecah pada gambar

dengan warna soga atau warna lain. Efek pecah-pecah pada gambar itu

dapatt dibuat variasi dengan pengerjaan “pecah-celup” sampai dua kali

atau lebih, dimana warnanya dibuat makin lama makin muda.

Proses produksi batik teknik remukan wonogiren di Danar Hadi:

a) Kain mori dipola sesuai dengan fungsinya

b) Kain dibatik dengan teknik batik cap

c) Hasil batikan dicek pada tahap quality control

d) Kain diwarna dasar dengan teknik pewarnaan celup

e) Kain difiksasi, direndam dalam larutan H2O2 selama kurang lebih 10

menit

95

f) Kain direndam dalam larutan soda abu selama 10-15 menit

g) Kain masuk pada tahap nutup kelir¸yakni untuk menutup bagian yang

sudah diwarna tadi

h) Hasil pewarnaan dicek pada tahap quality control yang kedua

i) Kain dilipat lalu diinjak-injak atau dipukul-pukul agar malam yang

menempel dikain pecah (remuk), sebelum diremuk kain terlebih

dahulu direndam selama semalam agar hasil remukannya lebih bagus

j) Proses nyoga, kain dicelup warna coklat

k) Kain difiksasi selama kurang lebih 10 menit

l) Kain direndam larutan soda abu

m) Proses nglorod untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel

dikain

5. Batik Cap Kombinasi

Teknik Kombinasi, batik dengan cara ini adalah proses pembuatan batik

yang mengkombinasikan berbagai macam teknik batik. Sebagai contoh

teknik batik remukan wonogiren dikombinasikan dengan teknik batik

Gambar 60

Proses Peremukan Malam

Foto: Lana Rahmawati, 2015

96

lorodan. Hasil kain batik yang dibuat secara proses kombinasi ini ialah

bahwa warna soga dua macam, yang satu sebagai bayangan yang lain

disertai efek pecahan wonogiren ditengah-tengahnya (Sewan, 1980: 18).

Proses produksi batik teknik kombinasi di Danar Hadi:

a) Kain mori dipola

b) Kain dicap pada tahap pengecapan batik

c) Kain dicek hasil batikannya pada tahap quality control yang pertama

d) Di beberapa bagian motif diwarna dengan teknik pewarnaan colet

e) Proses Nutup kelir untuk menutup bagian yang telah diwarna

f) Kain dilipat lalu diinjak-injak atau dipukul-pukul agar malam yang

menempel dikain pecah

g) Proses nyoga. Kain dicelup warna soga

h) Kain difiksasi selama kurang lebih 10 menit

i) Kain direndam dalam larutan soda abu selama 10-15 menit

j) Kain dicek akhir pada tahap quality control yang kedua

k) Proses nglorod untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel

di kain

3. Batik Kombinasi Tulis dan Cap

Batik kombinasi tulis dan cap adalah kain batik yang cara

membuatnya khususnya dalam membentuk motif atau corak batik dengan

menggabungkan teknik batik tulis dan cap. Biasanya pada bagian motif

yang besar atau motif utamanya yang dibatik dengan canting dan untuk

97

motif latar belakangnya menggunakan teknik pembatikan menggunakan

stempel atau cap.

Alat dan bahan yang digunakan pada batik cap kombinasi ini sama

dengan alat dan bahan yang digunakan pada batik tulis dan batik cap.

Batik kombiansi ini menyatukan 2 teknik batik di atas.

Teknik batik kombinasi yang digunakan Danarhadi ada 2, yakni

teknik batik kombinasi lorodan dan teknik batik kombinasi pekalongan.

Kedua teknik batik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Proses Produksi Batik Kombinasi Tulis dan Cap

1. Batik Kombinasi Lorodan

Teknik Batik Lorodan, cara ini hampir sama dengan cara kerokan, dimana

menghilangkan sebagian lilin pada tengah-tengah proses dikerjakan

dengan cara nglorod (Sewan, 1980: 16). Cara ini menghasilkan efek yang

berbeda dengan teknik kerokan, batik yang dibuat dengan cara ini batas

antara warna putih dan soga akan tegas, begitu pula batas antara warna

dasar dan gambar sebagian besar merupakan batas yang tegas. Cara ini

lebih cocok untuk lukisan atau corak yang banyak menggunakan isen

garis-garis kecil dan cecek.

Proses produksi batik kombinasi teknik lorodan di Danar Hadi:

a) Kain mori dipola lalu dicorek seperti pada tahapan batik tulis

98

b) Pada motif yang sudah dicorek lalu diklowongi, yakni dibatik dengan

teknik batik tulis

Gambar 61

Proses Pemolaan kain

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 62

Proses Nyorek

Foto: Lana Rahmawati, 2015

99

c) Pada bagian motif yang lain dicap pada tahap pengecapan batik

d) Kain dicek hasil batikannya pada tahap quality control

Gambar 63

Proses Nglowongi

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 64

Proses Pengecapan Batik

Foto: Lana Rahmawati, 2015

100

e) Pada bagian tertentu kain diwarna dengan teknik pewarnaan colet

f) Proses nglorod tahap pertama untuk menghilangkan seluruh malam

Gambar 65

Proses Quality Control

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 66

Proses Pewarnaan Colet

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 67

Proses Nglorod Tahap 1

Foto: Lana Rahmawati, 2015

101

g) Proses mbironi untuk menutup bagian motif yang ingin tetap berwarna dan

yang ingin tetap putih

h) Kain diwarna dasar dengan teknik pewarnaan celup

i) Kain difiksasi selama kurang lebih 10 menit

Gambar 68

Proses Mbironi

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 69

Proses Pewarnaan Celup

Foto: Lana Rahmawati, 2015

102

j) kain direndam dalam larutan soda abu selama 10-15 menit

k) Kain masuk pada tahap quality control yang kedua untuk mengecek hasil

akhir dari pewarnaan kain

Gambar 70

Proses Fiksasi

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 71

Proses Perendaman Larutan Soda Abu

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 72

Proses Quality Control

Foto: Lana Rahmawati, 2015

103

l) Proses nglorod tahap kedua

2. Batik Kombinasi Pekalongan

Teknik Batik Pekalongan, batik cara ini biasanya berwarna cerah dan tajam

serta tidak ada proses medel didalamnya. Cara ini awalnya hanya digunakan

dalam pembuatan sarung saja. Batik Pekalongan pada umumnya berbentuk

sarung, yang mempunyai motif dan cara pembuatan yang khusus (Sewan,

1980:12).

Proses produksi batik kombinasi teknik pekalongan di Danar Hadi:

a) Kain mori dipola dan dicorek

b) Motif yang dikerjakan dengan teknik batik tulis kemudian diklowongi

c) Kain di cap pada tahap pengecapan batik

d) Hasil batikan dicek pada tahap quality control

e) Beberapa bagian motif diwarna dengan teknik pewarnaan colet

f) Nutup kelir, untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna ataupun

yang ingin tetap putih

Gambar 73

Proses Nglorod Tahap 2

Foto: Lana Rahmawati, 2015

104

g) Kain diwarna dasar dengan teknik pewarnaan celup

h) Kain difiksasi selama 10 menit

i) Kain direndam dalam larutan soda abu selama 10-15 menit

j) Proses nglorod tahap pertama

k) Proses nyoga. Kain dicelup warna soga kuning

l) Kain difiksasi selama 10 menit

m) Kain direndam dalam larutan soda abu selama 10-15 menit

n) Kain dicek pada tahap quality control yang kedua untuk mengecek

hasil warna batik

o) Proses nglorod tahap 2

Dari hasil penelitian mengenai 3 teknik dan proses produksi batik di

atas, dapat disimpulkan bahwa batik tulis merupakan batik yang tahap proses

produksinya paling panjang dan rumit. Untuk batik cap efisiensi waktu

pengerjaannya sangat memungkinkan untuk diproduksi secara massal. Batik

tulis walaupun pengerjaannya lama tapi kualitas dan mutu barangnya dijamin

bagus dan tidak ada duanya, karena tiap motif yang dikerjakan secara manual

tentu hasilnya akan berbeda di tiap produk yang dihasilkan. Ini menambah nilai

eksklusif dari batik itu sendiri. Batik cap memang tidak kalah dengan batik tulis

karena motif-motif geometri yang dihasilkan batik cap tentu lebih bagus

dibandingkan dengan proses tulis. Ini membuat batik cap motif geometri banyak

dipesan di Danarhadi sebagai seragam sebuah instansi negeri atau swasta.

105

B. Keterkaitan Teknik Produksi Batik dengan Visual Motif yang

Dihasilkan

Seni rupa adalah ilmu yang mencakup ilmu bentuk, filsafat, estetika,

teknik presentasi dan seterusnya. Pada subab ini akan membahas estetika dari

visual motif batik terkait dengan teknik batik yang diterapkan di Danar Hadi.

Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara

keseluruhan. Motif batik disebut juga corak batik atau pola batik (Sewan, 1980:

212). Dalam sehelai kain batik ada beberapa motif yang terdapat didalamnya, ada

yang berperan sebagai motif utama dan ada pula yang berperan sebagai motif

pendukung. Motif batik yang digunakan di Danar Hadi ada 2 yakni motif

tradisional dan motif kontemporer.

Ornamen motif batik dibedakan lagi menjadi tiga yakni ornamen utama,

ornamen pengisi dan isen. Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang

menentukan dari pada motif tersebut dan pada umumnya ornamen-ornamen utama

itu masing-masing mempunyai arti, sehingga susunan ornamen itu dalam suatu

motif membuat jiwa atau arti dari motif tersebut (Sewan, 1980: 212). Ornamen

pengisi ialah ornamen-ornamen yang berfungsi sebagai pengisi bidang untuk

memperindah motif secara keseluruhan. Ornamen pengisi ini bentuknya lebih

kecil dan lebih sederhana, sedang yang digambarkan dapat berbagai macam

bentuk burung, bentuk binatang sederhana atau bentuk tumbuhan (Sewan, 1980:

278). Isen motif adalah berupa titik-titik, garis, gabungan garis dan titik yang

berfungsi sebagai pengisi bidang ornamen dari motif atau pengisi bidang diantara

ornamen-ornamen tersebut (Sewan, 1980: 212). Isen jumlahnya banyak sekali,

berikut beberapa contoh isen yang masih digunakan sampai sekarang. Cecek-

106

cecek, cecek pitu, sisik melik, cecek sawut, herangan, sisik, robyong, gringsing,

pari, kembang suruh, sawut, galaran, rambutan, sirapan, cacah gori dan lain

sebagainya.

Warna merupakan unsur rupa yang tidak dapat berdiri sendiri, ada

beberapa unsur lain yang mendukung seperti bentuk dan garis. Warna memiliki

peranan penting dalam pembuatan produk batik tulis, karena komposisi warna

yang tepat akan menghasilkan produk batik yang berkualitas. Keindahan bentuk

suatu motif juga tergantung dengan warna yang digunakan (Sadjiman, 2005:27).

Warna yang dihasilkan pada produk batik di PT Batik Danar Hadi saat ini

ada 2 jenis warna yaitu warna kontras dan dimensi value. Produk batik tulis yang

menggunakan warna kontras biasanya juga memadukan gelap dan terang dari

warna kontras tersebut untuk penyeimbang suatu desain batik tulis. Jenis warna

kontras ada 4 jenis komposisi warna kontras diantaranya kontras komplemen,

kontras split komplemen, kontras triad komplemen, kontras tetrad komplemen

dapat dijabarkan sebagai berikut:

Warna kontras adalah warna yang saling berjauhan satu sama lain. Pada

lingkaran warna semakin jauh jarak antara warna satu dengan yang lain maka

warnanya semakin kontras. Ada 4 jenis warna kontras yaitu:

Kontras komplemen (kontras dua warna) adalah dua warna yang saling

berhadapan dalam lingkaran warna disebut komplementer, warna-warna yang

paling kontras, karena dua warna tersebut memiliki jarak paling jauh dalam

lingkaran warna (Sadjiman, 2005:33).

Kontras Split Komplementer adalah warna-warna yang bersebelahan

dalam lingkaran warna yang membentuk segitiga (Tiwi, 2008: 38). Warna yang

107

terdapat pada produk batik tulis ini adalah kuning-merah, kuning biru dan merah-

biru. Warna ini termasuk warna split komplementer karena warna yang

bersebrangan dengan arah menyimpang.

Kontras Triad Komplemen (kontras segi tiga atau kontras tiga warna)

Komposisi warna triad komplementer adalah susunan warna yang berbentuk segi

tiga sama sisi ( Sadjiman, 2005:34).

Kontras Tetrat Komplemen (Kontras Dobel Komplemen atau Kontras

Empat Warna) adalah susunan warna yang berbentuk segi empat sama sisi (

Sadjiman, 2005:34-35).

Pada sub bab ini akan membahas tentang visual motif batik terkait dengan

teknik batik yang digunakan batik Danarhadi. Dari aspek pola motif batik,

struktur motif batik serta komposisi warna motif batik.

1. Visual Motif Batik Tulis

Batik tulis memiliki ciri khas yang berbeda dengan batik dengan teknik

lainnya. Setiap motif yang dihasilkan dari para tangan pembatik akan

berbeda-beda hasilnya, meskipun motifnya sejenis. Visual motif yang

dihasilkanpun juga berbeda antara motif satu dan yang lainnya, ada

karakteristik tersendiri dari tiap teknik yang digunakan.

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menciptakan sebuah

desain motif batik yakni, komposisi motif, struktur motif dan komposisi

warna seperti yang sudah dijelaskan di atas.

108

a) Motif Batik Tulis Lorodan

Gambar 74

Motif Batik Tulis Lorodan dengan Pola Allover dan Komposisi Warna

Tetrat Komplementer

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 75

Motif Batik Tulis Lorodan dengan Pola Panel dan Komposisi

Warna Analogus

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 76

Motif Batik Tulis Lorodan dengan Pola Jumping dan

Komposisi Warna Triad Komplementer

Foto: Lana Rahmawati, 2015

109

Dalam desain motifdi atas ada beberapa komposisi motif diantaranya

desain allover, desain border, desain panel dan desain jumping. Desain motif

allover adalah desain yang bentuk standar dan umum, biasanya layout motif

penuh. Desain Motif border adalah desain yang layout motifnya disalah satu sisi

atau kedua sisinya ada motif garis ataupun yang membentuk garis . Desain Panel

adalah desain yang layout motifnya ada garis atau yang membentuk garis pada

keempat sisinya. Desain Motif Jumping adalah desain yang layout nya penuh ada

border dan ada motif allovernya, biasanya desain dibagi menjadi dua atau tiga

bagian karena ukurannya sangat besar (Doddie, 2009:9-10). Pada batik tulis

umumnya tidak terlalu banyak menggunakan pola allover karena ini anak

memakan waktu pengerjaan yang sangat lama dalam proses pembatikannya.

Struktur motif pada kain batik di atas yakni dengan motif utama

digambarkan lebih besar dari ornamen lainnya. Ornamen utama dalam motif batik

Gambar 77

Motif Batik Tulis Lorodan dengan Pola Border dan Komposisi

Warna Triad Komplementer

Foto: Lana Rahmawati, 2015

110

di atas adalah ornamen bunga, ornamen orang atau figuratif dan ornamen parang.

Ornamen tumbuhan digambarkan secara stilir dari salah satu bagian, misalnya

bunga, sekelompok daun atau kuncup atau rangkaian dari daun dan bunga

(Sewan, 1980: 263). Motif pengisinya yakni bentuk rangkaian daundan batang

atau yang sering disebut dengan lung-lungan. Isen-isen motif yang digunakan

dalam motif tesebut adalah ceceg pitu, ceceg sawut, pari, kembang suruh dan

robyong.

Warna-warna motif di atas merupakan warna tetrad komplemen, adalah

warna kontras yang menggunakan kontras segi empat (double complement).

Semua bentuk segi empat sama sisi yang dapat dibuat dalam lingkaran warna

misalnya merah, hijau, kuning dan biru (Sadjiman, 2005: 34-35).Warna-warna

motif di atas merupakan warna triad komplementer yakni merah, hijau dan krem.

Kontras Triad Komplemen (kontras segi tiga atau kontras tiga warna). Komposisi

warna triad komplementer adalah susunan warna yang berbentuk segi tiga sama

sisi ( Sadjiman, 2005:34). Warna-warna di atas termasuk dalam komposisi warna

analogus, adalah warna-warna yang saling ada hubungan. Berpedoman pada

lingkaran warna (skala hue), semua warna-warna yang berdekatan letaknya pada

lingkaran warna, misalnya merah, merah jingga dan merah ungu (Sadjiman, 2005:

33).

Motif batik lorodan memiliki ciri khas warna yang tidak terlalu banyak

menggunakan warna yang mencolok, warnanya cenderung soft. Dan pola motif

yang digunakan juga beragam mulai dari pola motif allover, border, panel dan

111

jumping. Batas garis atau bidang antara warna putih dari kain dan warna dari

pewarna tekstil terlihat sangat tegas karena adanya proses nglorod dan mbironi.

b) Motif Batik Tulis Kelengan

Gambar 78

Motif Batik Tulis Kelengan dengan Pola Spot dan

Komposisi Warna Value

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 79

Motif Batik Tulis Kelengan dengan Pola Allover dan

Komposisi Warna Value

Foto: Lana Rahmawati, 2015

112

Komposisi desain motif batik di atas merupakan komposisi motif spot,

allover dan border. Desain motif spot adalah desain yang layout motifnya hanya

ada pada beberapa tempat tertentu yang diinginkan seperti pada bagian baju

depan, bawah atau atas biasanya dipakai untuk teknik painting (Doddie, 2009: 9).

Struktur motif batik di atas dengan ornamen utama lung-lungan, parang

dan garing lengkung. Semua gambar motif merupakan motif utama karena

ukurannya sama besar serta jenis motifnya pun sama. Motif pengisinya hanya

beberapa bunga-bunga kecil pada motif parang sebagai penghias pinggiran kain,

sedangkan untuk isen-isennya menggunakan isen-isen pari, ceceg dan kembang

suruh.

Warna dasar kain batik di atas berwarna hitam dan putih serta biru tua dan

putih. Warna-warna motif di atas merupakan komposisi warna dimensi value

adalah dimensi mengenai gelap terang atau tua muda warna dapat disebut dengan

istilah “ brightness” warna (Sadjiman, 2005:42).

Gambar 80

Motif Batik Tulis Kelengan dengan Pola Border dan

Komposisi Warna Value

Foto: Lana Rahmawati, 2015

113

Warna yang digunakan pada motif batik di atas memang hanya 2 warna

yaitu hitam dan putih karena itu ciri khas dari batik kelengan. Pada batik kelengan

penggunaan warna memang sangat minim sekali, hanya warna putih dan warna

pendukung lain seperti hitam atau biru tua. Pola motif pada batik teknik kelengan

juga beragam mulai dari pola motif allover, spot dan border.

c) Motif Batik Tulis Pekalongan

Gambar 81

Motif Batik Tulis Pekalongan dengan Pola Allover dan

Komposisi Warna Tetrat Komplementer

Foto: Lana Rahmawati 2015

Gambar 82

Motif Batik Tulis Pekalongan dengan Pola Mirror dan

Komposisi Warna Tetrat Komplementer

Foto: Lana Rahmawati 2015

114

Komposisi desain motif batik di atas termasuk dalam komposisi motif

alloverdan mirror.Desain motif mirror adalah desain yang layout motifnya

membentuk garis pada kedua belah sisinya ukuran sama persis dan letaknya

berseberangan, berhadapan seperti berdiri didepan cermin dan selalu simetris

(Doddie, 2009:9-10).

Struktur motif batik di atas terdiri dari ornamen utama ornamen bunga dan

burung phoenix. Ornamen burung tipe burung phoenix, digambarkan dengan bulu

panjang dan bergelombang, yaitu pada sayap dan ekor kadang kepalanya

berjambul dan bergelombang pula. Tipe burung phoenix ini terdapat didaerah

pembatikan Pantai Utara seperti Lasem, Pekalongan, Tegal dan Cirebon (Sewan,

1980: 267). Pada motif batik yang kedua ornamen utamanya adalah parang. Pada

motif batik yang ketiga ornamen utamanya adalah burung tipe merak, yaitu pada

kepala terdapat cengger (jengger), sayapnya seperti sayap garuda, bentuk terbuka

ekor dan sayap tidak bergelombang. Ornamen tipe burung merak ini banyak

terdapat di daerah pembatikan Jawa Tengah yaitu Yogya dan Solo (Sewan, 1980:

269). Pada motif batik klasik ornamen tumbuhan pegang peranan baik sebagai

Gambar 83

Motif Batik Tulis Pekalongan dengan Pola Allover dan

Komposisi Warna Tetrat Komplementer

Foto: Lana Rahmawati 2015

115

ornamen pokok maupun sebagai ornamen pengisi, kadang tumbuhan digambarkan

semacam tanaman menjalar, bentuk berlengkung-lengkung bentuk ini disebut

lung-lungan dalam seni ornamentik disebut pilin atau spiral (Sewan, 1980: 263).

Ornamen pengisinya berupa rangkaian daun, batang dan bunga kecil-kecil atau

sering disebut juga lung-lungan. Isen-isennya yang digunakan untuk mengisi

bidang motif batik diatas kebanyakan adalah pari, kembang suruh, ceceg dan

ceceg sawat daun, ceceg, sisik, sisik melik, gringsing dan herangan.

Warna dasar motif batik di atas berwarna merah, ungu, kuning, biru, hijau,

coklat dan orange. Komposisi warna pada motif batik diatas disebut komposisi

warna kontras yang menggunakan tetrat komplemen atau kontras segi empat.

Semua bentuk segi empat sama sisi yang dapat dibuat dalam lingkaran warna,

misalnya merah, hijau, kuning dan biru (Sadjiman, 2005: 34-35).

Batik teknik pekalogan memiliki ciri khas pada warna yang digunakan,

yakni warna-warna yang cerah atau terang. Serta komposisi warna yang

menggunakan lebih dari dua warna. Motif batik pekalongan juga lebih didominasi

oleh motif buketan. Pola motif yang digunakan yakni Allover dan mirror.

d) Motif Batik Tulis Remukan Wonogiren

Gambar 84

Motif Batik Tulis Remukan Wonogiren dengan Pola

Allover dan Komposisi Warna Analogus

Foto: Lana Rahmawati 2015

116

Komposisi desain motif di atas termasuk dalam komposisi desain

alloverdan spot.Struktur motif batik di atas terdiri dari ornamen utama yakni

ornamen parang dan tumbuhan-tumbuhan berupa rangkaian bunga, daun, tangkai

atau yang sering disebut lung-lungan. Dalam motif batik, ornamen tumbuhan

terdapat pada motif semen dan motif geometris (Sewan, 1980: 263). Ornamen

pengisi pada motif batik di atas adalah ornamen “mlinjon” atau yang berbentuk

persegi. Ornamen ini digambarkan lebih kecil dan diisi pada sela-sela antara

ornamen parang dan lung-lungan. Isen-isen yang digunakan pada motif batik

diatas adalah ceceg, pari dan kembang suruh.

Warna dasar dari motif batik di atas adalah coklat, dengan warna bunga

coklat tua, coklat muda dan hitam sedangkan untuk warna parang sendiri adalah

warna coklat muda. Warna-warna di atas termasuk dalam komposisi warna

analogus, adalah warna-warna yang saling ada hubungan. Berpedoman pada

lingkaran warna (skala hue), semua warna-warna yang berdekatan letaknya pada

lingkaran warna, misalnya merah, merah jingga dan merah ungu (Sadjiman, 2005:

Gambar 85

Motif Batik Tulis Remukan Wonogiren dengan Pola Spot

dan Komposisi Warna Value

Foto: Lana Rahmawati 2015

117

33). Warna-warna pada motif batik kedua di atas termasuk dalam komposisi

warna value. Komposisi warna dimensi value adalah dimensi mengenai gelap

terang atau tua muda warna dapat disebut dengan istilah “brightness” warna

(Sadjiman, 2005:42). Value merupakan nilai gelap terang untuk memperoleh

kedalaman karena pengaruh cahaya.

Motif batik teknik remukan wonogiren ciri khasnya terdapat pada motif

pecahan atau remukan yang merupakan hasil dari peremukan malam pada saat

proses pembatikan. Pada remukan malam tersebut menghasilkan efek garis yang

tidak beraturan berwarna soga atau coklat. Warna yang digunakan untuk motif

batik remukan wonogiren cenderung ke warna soga dan hitam. Motifnya pun

menggunakan pola allover dan spot.

e) Motif Batik Tulis Kombinasi

Gambar 86

Motif Batik Tulis Kombinasi dengan Pola Allover dan Komposisi Warna

Analogus

Foto: Lana Rahmawati 2015

118

Motif batik di atas merupakan motif batik alas-alasan. Sumber ide dari

motif di atas adalah hutan dan binatang-binatang yang hidup dihutan seperti gajah,

merak, kupu-kupu dan lain sebagainya. Binatang juga tidak kalah menariknya bila

dijadikan obyek dalam ornamen. Satwa-satwa besar sampai satwa-satwa kecil,

satwa buas sampai satwa jinak digarap untuk dijadikan obyek dari ornamen (Tiwi,

2008: 125). Pada motifbatik kedua adalah motif parang vertigo. Motif batik ini

merupakan pengembangan dari motif parang yang diolah kembali dan pada saat

melihat motif diatas mata akan terasa berputar seperti orang yang sakit vertigo.

Komposisi motif batik di atas merupakan komposisi desain motif allover.

Komposisi desain motif allover, desain motif allover adalah desain yang bentuk

standar dan umum, biasanya layout motif penuh (Doddie, 2009: 9).

Struktur motif batik diatas terdiri dari ornamen utama berupa binatang-

binatang seperti gajah dan merak. Gajah merupakan binatang besar yang

merupakan lambang ilmu pengetahuan dari Dewa Ganesha. Dalam kebudayaan

Jawa, gajah merupakan simbol keperkasaan dan kekuasaan. Hanya raja yang

sudah naik takhta yang diperkenankan mengendarai gajah ketika berperang (Iwet,

Gambar 87

Motif Batik Tulis Kombinasi dengan Pola Allover dan Komposisi Warna

Analogus

Foto: Lana Rahmawati 2015

119

2013:112). Ornamen gajah pada batik klasik merupakan perlambangan dari

keperkasaan, kekuasaan dan keteguhan. Pada motif batik kediua ornamen

utamanya adalah parang. Ornamen pengisi dari motif batik di atas adalah tumbuh-

tumbuhan seperti rumput, bunga dan mlinjon pada motif parang. Sebagai latar

belakang dari motif batik di atas ada motif tanah yang digambarkan retak-retak

menggunakan teknik batik remukan wonogiren. Isen-isen yang digunakan pada

motif batik di atas adalah ceceg, sawut, kembang suruh dan gringsing.

Warna dasar motif batik diatas adalah warna coklat muda, dengan motif

gajah yang berwarna biru tua, coklat muda dan coklat tua. Senada dengan motif

gajah warna merak dan tumbuh-tumbuhannya juga berwarna biru tua, coklat tua

dan coklat muda. Warna-warna di atas termasuk dalam komposisi warna

analogus, adalah warna-warna yang saling ada hubungan. Pada motif batik kedua

warna yang digunakan adalah warna biru tua dan muda. Berpedoman pada

lingkaran warna (skala hue), semua warna-warna yang berdekatan letaknya pada

lingkaran warna, misalnya merah, merah jingga dan merah ungu (Sadjiman, 2005:

33).

Motif batik tulis kombinasi remukan wonogiren dan pekalongan memiliki

ciri khas warna yang digunakan pada motif batik cenderung warna-warni namun

ada efek retakan yang berwarna coklat diantara motif-motif tersebut. Sehingga

menambah nilai keindahan dari motif batik remukan wonogiren yang biasanya

hanya menggunakan warna coklat atau hitam.

Karakteristik keseluruhan dari motif batik tulis adalah, garis yang

dihasilkan tidak bisa lurus atau tegas. Karena hasil batikan dari setiap tangan akan

120

berbeda. motif batik yang dihasilkan pun tidak bisa sama persis pada perulangan

motif selanjutnya. Pola motif yang digunakan juga kebanyakan adalah pola motif

border, spot, jumping (pada kain batik tulis sarung) dan allover. Motif batik tulis

jarang yang menggunakan pola allover, karena akan memakan waktu pengerjaan

yang sangat lama. Struktur motif pada batik tulis juga lebih banyak pada

penggunaan ornamen utama yang lebih besar dan ornamen pengisinya dibuat

lebih kecil dari ornamen utama sebagai pengisi bidang yang kosong. Isen-isen

yang digunakan dalam motif batik tulis juga sangat beragam, semakin tua usia

pembatik maka akan semakin banyak pula variasi isen-isen yang diketahui. Warna

yang digunakan dalam batik tulis cenderung ke warna-warna soga atau coklat,

hitam dan warna-warna yang soft. Batik tulis membutuhkan waktu lama dalam

proses pengerjaannya oleh karena itu nilai ekonomis dari batik tulis sangat tinggi,

karena kualitas dan keindahan batik tulis tidak dapat diduplikasi.

2. Visual Motif Batik Cap

Batik cap merupakan inovasi dari batik tulis, pada prinsipnya sama-sama

kain batik hanya saja proses pengerjaan dan alat untuk membatiknya yang

berbeda. batik cap menggunakan alat cap atau stempel yang terbuat dari plat

tembaga sebagai alat untuk memindahkan malam/lilin pada kain. Harga kain batik

cap juga lebih terjangkau karena cara pembuatannya dapat dilakukan secara

massal dalam waktu yang singkat.

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menciptakan sebuah

desain, yakni pertimbangan pola komposisi motif, struktur motif batik dan

komposisi warna.

121

a. Motif Batik Cap Bedesan

Komposisi desain motif di atas termasuk dalam komposisi desain motif

allover.Pada batik cap lebih banyak menggunakan desain motif allover ini

dikarenakan motif yang dihasilkan oleh stempel cap biasanya merupakan motif

perulangan yang nantinya akan lebih bagus bila satu layout kain penuh.

Struktur motif batik diatas terdiri dari ornamen utamanya adalah ornamen

parang. Motif batik parang biasanya memang hanya terdapat satu oranamen

utama saja yakni parang, ada juga beberapa motif parang yang didalamnya

Gambar 88

Motif Batik Cap Bedesan dengan Pola Allover dan

Komposisi Warna Analogus

Foto: Lana Rahmawati 2015

Gambar 89

Motif Batik Cap Bedesan dengan Pola Allover dan

Komposisi Warna Kontras Komplemen

Foto: Lana Rahmawati 2015

122

terdapat motif tumbuhan tapi itu hanya beberapa. Batik klasik terdapat beberapa

jenis atau bentuk ornamen utama seperti truntum, parang, catleya, ceplok dan

lain sebagainya (Herry, 2013: 49). Ornamen pengisi dari motif batik parang di

atas adalah lingkaran-lingkaran kecil yang biasanya disebut “mlinjon”. Mlinjon

ini terletak di antara deretan motif parang satu dengan yang lainnya. Pada motif

batik kedua ornamen utamanya adalah bunga dan daun. Ornamen pengisinya

adalah bunga dan daun yang dibuat lebih kecil dari ornamen utama.

Warna dasar motif batik diatas adalah warna coklat, dengan motif parang

yang berwarna senada yakni coklat tua dan coklat muda.warna-warna yang

saling berhubungan diatas merupakan komposisi warna analogus. Batik dengan

teknik bedesan memang hanya memiliki dua macam warna saja. Warna motif

batik yang kedua adalah warna kontras antara hitam dan hijau. Kontras

komplemen (kontras dua warna) adalah dua warna yang saling berhadapan

dalam lingkaran warna disebut komplementer, warna-warna yang paling kontras,

karena dua warna tersebut memiliki jarak paling jauh dalam lingkaran warna

(Sadjiman, 2005:33).

Batik bedesan mempunyai ciri khas tidak ada warna putih dari kain mori.

Karena pada tahap awal sebelum pembatikan kain terlebih dahulu telah diwarna.

Biasanya pada batik bedesan kombinasi warnanya adalah hitam dengan warna

cerah lain, seperti hijau, orange, coklat muda dan sebagainya.

123

b. Motif Batik Cap Kelengan

Gambar 90

Motif Batik Cap Kelengan dengan Pola Allover dan Komposisi Warna

Kontras Komplemen

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 91

Motif Batik Cap Kelengan dengan Pola Panel dan Komposisi Warna

Analogus

Lana Rahmawati, 2015

Gambar 92

Motif Batik Cap Kelengan dengan Pola Border dan Komposisi Warna

Value

Lana Rahmawati, 2015

124

Komposisi desain motif diatas adalah komposisi pola motif allover dan

panel. Desain Panel adalah desain yang layout motifnya ada garis atau yang

membentuk garis pada keempat sisinya (Doddie, 2009: 9). Struktur motif batik di

atas terdiri dari ornamen utama yakni ornamen benda-benda geometris seperti

persegi, segitiga, lingkaran dan sebagainya. Ragam hias geometrik lebih banyak

mengungkapkan unsur utamanya sehingga ia seringkali tidak bertolak dari obyek

nyata dalam pengertian mengalihkan bentuk alam (Tiwi, 2008: 102). Sebagai

ornamen pengisinya pada motif batik diatas banyak menggunakan titik-titik dan

bentuk geometri yang dibuat lebih kecil dari ornamen utamanya.

Warna dasar dari motif batik diatas adalah biru tua dan putih serta orange

dan putih. Batik kelengan memang tidak banyak memiiki variasi warna. Warna-

warna di atas termasuk dalam komposisi warna kontras komplemen. Kontras

komplemen (kontras dua warna) adalah dua warna yang saling berhadapan dalam

lingkaran warna disebut komplementer, warna-warna yang paling kontras, karena

dua warna tersebut memiliki jarak paling jauh dalam lingkaran warna (Sadjiman,

Gambar 93

Motif Batik Cap Kelengan dengan Pola Allover dan Komposisi Warna

Value

Lana Rahmawati, 2015

125

2005:33). Pada motif kedua menggunakan komposisi warna analogus, yakni

warna yang digunakan adalah orange dan putih yang saling berhubungan. Motif

batik ketiga dan keempat menggunakan komposisi warna value yakni

menekankan pada efek gelap terang.

Batik cap kelengan ciri khasnya adalah hanya dua warna yakni warna asli

putih dari kain mori dan warna kombinasi lainnya. Tapi pada batik cap ini garis

yang dihasilkan tegas karena pelekatan malamnya menggunakan stempel cap.

c. Motif Batik Cap Pekalongan

Gambar 94

Motif Batik Cap Pekalongan dengan Pola Border dan Komposisi Warna Tetrat

Komplementer

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 95

Motif Batik Cap Pekalongan dengan Pola Panel dan Komposisi Warna Analogus

Foto: Lana Rahmawati, 2015

126

Komposisi desain motif pada motif batik diatas termasuk dalam

komposisi desain motif border dan panel.Struktur motif batik di atas terdiri dari

ornamen utamanya berupa ornamen parang dan lung-lungan bunga serta

tumbuhan. Ornamen pengisinya berupa bidang geometri lingkaran dan persegi

panjang. Ada pula ornamen pengisinya yang menggunakan ornamen parang

dengan isen-isen menggunakan ceceg-ceceg. Isen-isen pada batik cap memang

tidak banyak dan beragam seperti batik tulis.

Warna dasar dari motif batik di atas berwarna biru, hijau, orange, kuning,

putih dan merah. Warna-warna tersebut merupakan komposisi warna tetrat

komplemeter, pada motif batik yang kedua menggunakan komposisi warna

analogus. Warna analogus adalah warna yang saling bersebelahan atau warna

yang saling ada hubungan yakni warna hijau tua, hijau muda, kuning dan orange.

Motif batik cap pekalongan memiliki ciri khas pada keberagaman warna

yang digunakan. Motif batiknya pun juga menggunakan motif-motif yang modern

Gambar 96

Motif Batik Cap Pekalongan dengan Pola Border dan Komposisi Warna Tetrat

Komplementer

Foto: Lana Rahmawati, 2015

127

dan dinamis. Motif batik pekalongan banyak digunakan sebagai bahan blus wanita

atau baju untuk anak-anak karena pemilihan motif dan warnanya yang beragam.

d. Motif Batik Cap Remukan Wonogiren

Komposisi desain motif batik diatas termasuk dalam komposisi desain

alloverdan border. Struktur motif batik di atas terdiri dari ornamen utamanya

berupa motif kupu-kupu yang ditata berulang dan saling silang. Untuk menyusun

Gambar 97

Motif Batik Cap Remukan Wonogiren dengan Pola Allover dan Komposisi

Warna Value

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 98

Motif Batik Cap Remukan Wonogiren dengan Pola Border dan Komposisi

Warna Tetrat Komplementer

Foto: Lana Rahmawati, 2015

128

suatu ornamen dapatlah dipilih satu atau beberapa bentuk untuk dipergunakan

sebagai motif. Motif ini sangat bebas dan mempunyai beragam bentuk mulai dari

yang paling sederhana sampai pada yang sangat rumit dengan susunan teratur

dalam suatu bidang hias (Tiwi, 2008: 84). Ornamen penghias pada motif batik

diatas adalah bunga-bunga yang digambarkan lebih kecil dari ornamen utama.

Motif batik yang kedua ornamen utamanya dalah motif kawung dan buketan

bunga, dengan motif pengisinya berupa rangkaian daun dan tangkai yang

digambarkan kecil-kecil. Isen-isen yang digunakan berupa ceceg-ceceg.

Warna dasar motif batik diatas adalah hitam, dengan warna kupu-kupu

putih lalu diberi efek pecahan malam berwarna soga, membuat warna putihnya

menjadi sedikit kecoklatan. Warna-warna diatas termasuk dalam komposisi warna

value. Komposisi warna dimensi value adalah dimensi mengenai gelap terang atau

tua muda warna dapat disebut dengan istilah “brightness” warna (Sadjiman,

2005:42). Value merupakan nilai gelap terang untuk memperoleh kedalaman

karena pengaruh cahaya. Motif batik kedua menggunakan komposisi warna tetrat

komplementer karena warna-warna yang digunakan adalah warna hijau, ungu,

orange, coklat dan merah.

Motif batik cap remukan wonogiren memiliki ciri khas yakni efek

remukan atau pecah-pecah yang berwarna soga atau coklat. Pada motif batik cap

remukan wonogiren warna yang digunakan lebih beragam, ada warna merah,

kuning, ungu dan hijau berbeda dengan batik tulis yang hanya menggunakan

warna-warna gelap seperti coklat tua dan hitam.

129

e. Motif Batik Cap Kombinasi

Komposisi desain motif batik diatas termasuk dalam komposisi desain

border. Desain Motif border adalah desain yang layout motifnya disalah satu sisi

atau kedua sisinya ada motif garis ataupun yang membentuk garis (Doddie,

2009:9-10).

Struktur motif batik diatas terdiri dari ornamen utama berupa ornamen

bunga dan lung-lungan. Ornamen pengisinya adalah ornamen bunga kecil-kecil

yang disusun membentuk segitiga pada bagian pinggiran kain atau tumpal.

Ornamen bunga kecil-kecil juga diletakkan di bagian atas tumpal yang mengisi

bidang segiempat. Isen-isen yang digunakan berupa ceceg, robyong, kembang

suruh dan pari.

Warna dasar dari motif batik diatas adalah hitam, dengan ornamen bunga

berwarna merah, daun berwarna hijau dan beberapa bagian garis yang berwarna

putih sedikit kecoklatan karena terkena efek pecahan malam yang berwarna soga.

Warna-warna tersebut termasuk dalam komposisi warna Kontras Triad

Komplemen. Kontras Triad Komplemen (kontras segi tiga atau kontras tiga

Gambar 99

Motif Batik Cap Kombinasi dengan Pola Border dan Komposisi Warna Triad

Komplementer

Foto: Lana Rahmawati, 2015

130

warna), komposisi warna triad komplementer adalah susunan warna yang

berbentuk segi tiga sama sisi ( Sadjiman, 2005:34).

Motif batik cap kombinasi ciri khasnya menggunakan warna-warna seperti

batik pekalongan namun ada efek retakan atau pecahan dari teknik remukan

wonogiren.

Karakteristik batik cap adalah garis yang dihasilkan tegas dan lurus,

karena motif yang dihasilkan sudah dibentuk pada stempel cap menggunakan

tembaga. Sehingga dalam perulangan motif selanjutnya dengan tema yang sama

akan sama persis dengan motif sebelumnya. Pola motif yang digunakan dalam

batik cap adalah komposisi desain motif allover karena motif batik cap biasanya

diciptakan untuk di repetisi satu layout kain penuh. Selain komposisi desain

allover batik cap juga menggunakan komposisi border, panel dan spot. Struktur

motif pada batik cap kebanyakan tidak ada ornamen utama dan ornamen pengisi

semuanya adalah oranmen utama, karena ukurannya yang sama besar dan

motifnya yang diulang-ulang. Isen-isen yang digunakan pada batik cap juga

terbatas, tidak seberagam pada batik tulis. Pada batik cap isen-isen yang

digunakan hanya sederhana berupa garis dan titik (cecek). Warna yang digunakan

pada batik cap juga cenderung ke warna-warna yang cerah berbeda dengan batik

tulis yang cenderung ke warna soga atau coklat dan lebih soft.

2. Visual Motif Batik Kombinasi Tulis dan Cap

Batik kombinasi tulis dan cap adalah kain batik yang cara membuatnya

khususnya dalam membentuk motif atau corak batik dengan menggabungkan

teknik batik tulis dan cap. Biasanya pada bagian motif yang besar atau motif

131

utamanya yang dibatik dengan canting dan untuk motif latar belakangnya

menggunakan teknik pembatikan menggunakan stempel atau cap. Batik cap tidak

membutuhkan waktu lama dalam proses pengerjaannya sehingga nilai ekonomis

dari batik cap lebih terjangkau dibandingkan batik tulis.

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menciptakan sebuah

desain, yakni pola motif, strukstur motif dan komposisi warna.

a. Motif Batik Kombinasi Tulis dan Cap Lorodan

Gambar 100

Motif Batik Kombinasi Tulis dan Cap Lorodan dengan Pola Panel dan Komposisi

Warna Analogus

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 101

Motif Batik Kombinasi Tulis Dan Cap Lorodan dengan Pola Panel dan Komposisi Warna

Analogus

Lana Rahmawati, 2015

132

Komposisi desain motif batik diatas termasuk dalam komposisi desain

motif panel. Desain Panel adalah desain yang layout motifnya ada garis atau

yang membentuk garis pada keempat sisinya (Doddie, 2009: 10). Mengingat

produk ini nantinya akan diproduksi untuk jilbab maka penempatan motif

disesuaikan dengan penggunaan jilbab.

Struktur motif batik diatas terdiri dari ornamen utama yakni rangkaian

bunga dan daun. Ornamen pokok pada motif batik ialah meru, pohon hayat,

tumbuhan, garuda, burung, candi atau perahu (Sewan, 1980: 261). Ornamen

pengisinya adalah bentuk rangkaian tangkai dan daun, pada bagian pinngir

ornamen pengisinya adalah motif parang. Isen-isen yang digunakan berupa pari

dan ceceg.

Warna dasar motif batik diatas berwarna coklat muda, dengan bunga

berwarna hitam dan coklat tua, bagian tangkai berwarna putih. Warna-warna

tersebut merupakan warna analogus, adalah warna-warna yang saling ada

hubungan. Berpedoman pada lingkaran warna (skala hue), semua warna-warna

yang berdekatan letaknya pada lingkaran warna, misalnya merah, merah jingga

dan merah ungu (Sadjiman, 2005: 33).

Motif batik kombinasi tulis dan cap lorodan memiliki ciri khas warna

yang digunakan adalah warna-warna yang saling berhubungan yakni, warna

coklat tua, coklat muda dan hitam. Pola motifnya pun kebanyakan panel karena

nantinya kain batik ini akan diproduksi menjadi jilbab.

133

b. Motif Batik Kombinasi Tulis dan Cap Pekalongan

Komposisi desain motif diatas termasuk dalam komposisi desain motif

spot. Desain motif spot adalah desain yang layout motifnya hanya ada pada

beberapa tempat tertentu yang diinginkan, biasanya dipakai untuk teknik painting

(Doddie, 2009: 10).

Struktur motif batik diatas terdiri dari ornamen parang dan buketan

sebagai ornamen utamanya. Ornamen tumbuhan digarap dengan gaya stilasi,

ditandai dengan banyaknya liukan pada gambar bunga dan daun. Ornamen

Gambar 102

Motif Batik Kombinasi Tulis dan Cap Pekalongan dengan Pola Spot dan

Komposisi Warna Tetrat Komplementer

Foto: Lana Rahmawati, 2015

Gambar 103

Motif Batik Kombinasi Tulis dan Cap Pekalongan dengan Pola Panel dan

Komposisi Warna Split Komplementer

Lana Rahmawati, 2015

134

pengisinya adalah ornamen persegi dan titik, serta beberapa bunga-bunga kecil

yang disusun menyebar pada motif buketan. Isen-isen yang digunakan berupa

ceceg, pari, robyong dan sawut ceceg.

Warna dasar motif batik diatas berwarna ungu, dengan motif parang

berwarna merah dan hijau, motif bunga berwarna biru, orange dan kuning, daun

berwarna pink ada juga yang berwarna putih. Warna-warna tersebut termasuk

dalam komposisi warna kontras tetrat komplementer. Kontras Tetrat Komplemen

(Kontras Dobel Komplemen atau Kontras Empat Warna) adalah susunan warna

yang berbentuk segi empat sama sisi ( Sadjiman, 2005:34-35). Motif batik yang

kedua dengan warna dasar biru tua, warna motif merah dan orange termasuk

dalam komposisi warna Split Komplementer. Kontras Split Komplementer adalah

warna-warna yang bersebelahan dalam lingkaran warna yang membentuk segitiga

(Tiwi, 2008: 38). Warna yang terdapat pada produk batik tulis ini adalah kuning-

merah, kuning biru dan merah-biru. Warna ini termasuk warna split

komplementer karena warna yang bersebrangan dengan arah menyimpang.

Batik kombinasi tulis dan cap pekalongan merupakan memiliki ciri khas

warna-warna cerah serta motuf batik yang dihasilkan tersusun harmonis seolah

tidak ada kekakuan antara motif batik tulis dan cap.

Karakteristik dari motif batik kombinasi tulis dan cap adalah terletak dari

adanya layout kain yang diolah dengan teknik batik cap dan motif utamanya

diolah menggunakan teknik batik tulis. Jadi karakter garis dari motif batik

kombinasi tulis dan cap ini ada yang tegas atau kaku dan ada juga yang luwes.

Pola motif batik kombinasi tulis dan cap banyak menggunakan komposisi motif

panel dan spot. Karena produk yang dihasilkan dari teknik batik ini kebanyakan

135

untuk jilbab atau scraf. Struktur motif dari teknik batik kombinasi tulis dan cap ini

adalah ornamen utama biasanya digarap denga teknik batik tulis dan ornamen

pengisinya digarap dengan teknik batik cap. Isen-isen yang digunakan juga tidak

terlalu beargam hanya beberapa isen-isen sederhana seperti robyong,cecek, cecek

sawut dan pari. Warna yang digunakan pada batik kombinasi tulis dan cap juga

beragam perpaduan beberapa warna yang senada atau analogus membuat motif

batik kombinasi tulis dan cap lebih indah.

Dari hasil penelitian mengenai visual motif batik terkait dengan teknik

produksi yang diterapkan di atas, berbagai macam teknik produksi memiliki

karakteristik visualnya masing-masing. Contoh teknik batik remukan wonogiren

yang mempunyai keindahan visual pada motif retakan-retakan malam yang tidak

ada pada teknik batik lainnya. Teknik batik bedesan dan kelengan, walaupun

hanya menggunakan 2 warna saja tapi juga memilki keindahan visualnya

tersendiri. Dari semua visual motif teknik batik di atas visual motif teknik batik

pekalongan memiliki visual motif berwarna-warni dan memiliki motif yang sesuai

dengan trend masa kini.

C. Keterkaitan Teknik dan Proses Produksi, Visual Motif dan Kebutuhan

Produk Batik

Sains adalah ilmu yang mencakup metode riset, ilmu fisika, matematika,

ilmu bahan, ilmu ekonomi, ilmu sosial, ilmu psikologi, ilmu budaya dan

seterusnya. Dalam subab ini akan menjelaskan latar belakang pemilihan teknik

batik terkait dengan kebutuhan produk batik saat ini.

136

Produksi kain batik tentu tidak akan lepas dari teknik dan proses batik yang

digunakan. Ada berbagai macam teknik batik yang digunakan di Danar Hadi,

untuk batik tulis ada Teknik Batik Lorodan, Teknik Batik Kelengan, Teknik Batik

Pekalongan, Teknik Batik Remukan Wonogiren dan Teknik Batik Kombinasi.

Batik cap menggunakan Teknik Batik Bedesan, Teknik Batik Kelengan, Teknik

Batik Pekalongan, Teknik Batik Remukan Wonogiren dan Teknik Batik

Kombinasi. Batik kombinasi tulis dan cap hanya menggunakan 2 teknik batik

yakni, Teknik Batik Lorodan dan Teknik Batik Pekalongan.

Pertimbangan dalam menentukan teknik dan proses produksi batik di

Danarhadi sangat penting dilakukan, karena tiap teknik batik tentu memiliki

karakter, kekurangan dan kelebihan masing-masing. Ada beberapa faktor yang

menjadi pertimbangan dalam menentukan teknik produksi batik yakni, faktor

ekonomi, faktor bahan, faktor kegunaan, faktor estetika, faktor desain motif dan

faktor teknologi.

1. Pertimbangan dalam Menerapkan Teknik Batik tulis

Hal yang harus diperhatikan dalam memproduksi batik tulis adalah

ketelatenan dan kesabaran, oleh karena itu untuk produksi batik tulis tidak dapat

dilakukan secara cepat dan massal. Butuh waktu 2 minggu sampai berbulan-bulan

hanya untuk memproduksi sehelai kain batik tulis.11

Dalam pendapat yang dikemukakan oleh Nanang Rizali pada buku

Tinjauan Desain Tekstil bahwa faktor ekonomi,sosial dan budaya, teknologi

mempengaruhi latar belakang pembuatan produk. Faktor ekonomi tentu akan

melatarbelakangi pemilihan teknik batik tulis , selain itu faktor bahan, faktor

11

Wawancara dengan Ibu Win dan Mbak Tutik, staf bagian perencanaan teknik produksi batik,

Pabelan (08/11/15)

137

estetika dan faktor kegunaan. Faktor Ekonomi, beberapa hal yang mendasari

pemilihan teknik batik tulis untuk diproduksi salah satunya adalah faktor

ekonomi. Sebagai salah satu contoh yakni teknik batik lorodan. Alasan Danar

Hadi memilih teknik batik lorodan untuk diaplikasikan pada motif batik karena

pertimbangan faktor selera konsumen, kebanyakan kain batik tulis dipesan khusus

oleh konsumen dan menggunakan bahan baku yang baik yakni kain tenun jepara.

Untuk pemilihan motif serta warna juga ditentukan oleh pembeli itu sendiri.

Tujuan produk khusus, produk yang bergambar spesifik dapat memuaskan

konsumen, para ahli menyebutnya keinginan (want) (Ristiyanti, 2005:32).

Tentu harga yang ditawarkan untuk sehelai kain batik tulis dengan teknik

lorodan sangat tinggi mengingat proses pengerjaannya yang memakan waktu lama

serta bahan baku yang dipesan konsumen juga bahan yang berkualitas yakni tenun

Jepara. Kain batik tulis di Danar Hadi memang diproduksi eksklusif, jadi harga

yang tinggi sepadan dengan produk yang dihasilkan.

Faktor Bahan, pemilihan bahan baku dalam proses perancangan sangatlah

penting, mengingat karakter dari berbagai jenis bahan tekstil berbeda-beda. Mori

adalah bahan baku batik dari katun. Kualitas mori sangat bermacam-macam. Jenis

mori menentukan kualitas kain bati yang dihasilkan. Jenis kain mori yang

digunakan adalah kain mori primissima (Hamzuri,1994:8).

Bahan baku yang digunakan dalam teknik batik tulis di Danar Hadi

diantaranya adalah sebagai berikut, kain primissima, kain tenun dan kain sutera.

Sebagai contoh teknik batik kelengan, menggunakan bahan baku sifon sutera

karena sifat bahan sifon sutera yang lembut dan tipis. Dipilihlah teknik kelengan

karena proses pewarnaannya hanya sekali sehingga tidak akan merusak struktur

138

kain. selain itu untuk bahan sifon sutera biasanya dipilih motif yang tidak terlalu

rumit dalam pengerjaannya sebagai contoh motif buketan yang memilki motif

bunga dan daun yang besar-besar. Motif yang dihasilkan pun juga tidak terlalu

banyak isen-isen.

Faktor Estetika, aspek estetika adalah pertimbangan gagasan atau sumber

ide dan tema termasuk olahan ragam hias dan warnanya. Juga diperhitungkan

skala proporsi, pengulangan, komposisi dan teknis penampilan desainnya

(Nanang, 2006:41). Sebagai contoh yakni teknik batik remukan wonogiren,

karakteristik dari teknik batik remukan wonogiren adalah adanya motif retakan

atau remukan yang dihasilkan dari peremukan malam pada saat proses pengerjaan

produk batik. Motif retakan ini berwarna coklat tua atau soga sehingga menjadi

ciri khas dari batik remukan wonogiren. Hasil dari proses remukan wonogiren ini

ialah berupa suatu gambar berwarna putih di atas warna dasar dengan pecah-pecah

pada gambar itu dengan warna soga atau warna lain (Sewan, 1980: 16).

Alasan Danar Hadi memilih teknik batik remukan wonogiren untuk

diaplikasikan pada motif batik yang akan diproduksi adalah pertimbangan faktor

estetis. Kain batik yang diaplikasikan dengan teknik ini biasanya digunakan

untuk pameran sehingga tujuan dari diproduksinya kain batik ini adalah untuk

menghasilkan kain batik yang indah untuk dinikmati.

Faktor Kegunaan/Fungsi adalah pemikiran yang berhubungan dengan

fungsional dari pemakaian tekstil (Nanang, 2006: 41). Fungsi dari produk batik

tulis ini adalah untuk pakaian, jarik, sarung dan selendang. Sebagai contoh adalah

teknik batik pekalongan, karakteristik dari teknik batik pekalongan adalah warna

yang digunakan merupakan warna-warna yang cerah dan tajam, sehingga terlihat

139

lebih muda dan modern. Coraknya pun juga sederhana yakni corak buketan atau

lung-lungan.

Pemilihan teknik batik pekalongan biasanya diaplikasikan pada pakaian

anak-anak dan remaja kasual, karena untuk pakaian anak-anak danremaja

diperlukan warna-warna yang cerah sesuai dengankepribadian mereka yang ceria.

disamping itu pemakaian warna yang cerah akan memberikan kesan batik ini

bukanlah hal yang terlalu tua untuk digunakan dalam acara sehari-hari seperti

jalan-jalan dan kuliah atau kerja.

2. Pertimbangan dalam Menerapkan Teknik Batik Cap

Batik cap adalah teknik membatik yang merupakan inovasi dari teknik

batik tulis yang sudah ada sejak zaman dahulu. Batik cap pertama kali dikenalkan

sekitar abad 19 dan dulu alat cap atau stempelnya masih terbuat dari kayu dan

masih snagat sederhana. Tapi kini karena kemajuan teknologi stempel capnya

terbuat dari tembaga yang lebih awet dan motif yang dihasilkanpun lebih detail.

Terciptanya batik cap adalah karena banyaknya permintaan konsumen akan

batik, sedangkan untuk sehelai kain batik tulis memerlukan 2 minggu sampai satu

bulan untuk proses pengerjaannya. Setelah ada teknik batik cap pengerjaan batik

lebih efisien, menghemat waktu dan biaya produksi. Ada beberapa faktor yang

dipertimbangkan dalam menentukan teknik batik tulis, yakni faktor teknologi,

faktor ekonomi, faktor bahan, faktor estetika dan faktor fungsional atau kegunaan.

Alasan Danar Hadi mengaplikasikan teknik batik cap bedesan ini pada

produknya adalah faktor ekonomi yakni efisisen waktu dalam pengerjaannya serta

menghemat biaya produksi. Teknik bedesan ini berbeda dengan teknik lainnya

140

karena tidak ada proses mbironi atau nglorod di tengah proses produksi, jadi

pengerjaannya dibalik kain diwarna terlebih dahulu dengan alat pewarna kain lalu

setelah itu kain baru dibatik.

Faktor Ekonomi,faktor ekonomi meliputi selera konsumen, pemasaran dan

mode yang sedang berkembang di pasaran. Dalam menentukan teknik batik cap,

faktor ekonomi juga sangat penting. Batik cap sendiri diciptakan untuk menekan

biaya produksi agar kain batik yang dihasilkan harganya terjangkau. Sebagai

contoh teknik batik cap pekalongan, karakteristiknya yang berwarna-warni cerah

serta motif yang digunakan adalah motif kontemporer, maka motif batik

pekalongan ini tentu akan banyak diminati konsumen di pasaran. Harganya yang

terjangkau serta coraknya yang uptodate sangat pas dengan selera konsumen.

Bahan baku yang digunakan juga kain primissima, bahan yang cocok untuk

diaplikasikan ke dalam segala model baju.

Faktor Bahan,pemilihan bahan baku dalam proses perancangan sangatlah

penting, mengingat karakter dari berbagai jenis bahan tekstil berbeda-beda. Mori

adalah bahan baku batik dari katun. Kualitas mori sangat bermacam-macam. Jenis

mori menentukan kualitas kain batik yang dihasilkan. Jenis kain mori yang

digunakan adalah kain mori primissima (Hamzuri, 1994:8).

Teknik batik cap kombinasi proses pengerjaannya sangat panjang karena

ada dua teknik batik yang digunakan yakni, teknik batik pekalongan dan teknik

batik remukan wonogiren. Bahan baku yang dipilih untuk teknik ini adalah kain

primissima, selain untuk menekan biaya produksi kain ini dipilih karena seratnya

rapat dan kuat sehingga saat melalui berbagai macam proses batik kain tidak akan

mudah sobek.

141

Faktor Kegunaan/Fungsi adalah pemikiran yang berhubungan dengan

fungsional dari pemakaian tekstil (Nanang, 2006: 41). Karakteristik dari teknik

batik kelengan adalah warna putih atau warna asli dari kain mori terlihat sangat

tegas dengan warna dasar yang gelap yakni hitam. Isen-isen berupa titik dan garis

juga terlihat sangat tegas.

Alasan Danar Hadi teknik batik kelengan untuk diaplikasikan pada motif

di atas karena pertimbangan faktor fungsional, yakni mengingat kain batik ini

nantinya akan diproduksi menjadi kemeja seragam sebuah bank. Motif dan warna

yang digunakan juga tidak terlalu mencolok, karena untuk seragam memang

sebaiknya tidak terlalu banyak warna dan motifnya tidak perlu terlalu rumit.

Faktor Estetis, aspek estetika adalah pertimbangan gagasan atau sumber

ide dan tema termasuk olahan ragam hias dan warnanya. Juga diperhitungkan

skala proporsi, pengulangan, komposisi dan teknis penampilan desainnya

(Nanang, 2006:41). Sebagai contoh yakni teknik batik remukan wonogiren,

karakteristik dari teknik batik remukan wonogiren adalah adanya motif retakan

atau remukan yang dihasilkan dari peremukan malam pada saat proses pengerjaan

produk batik. Motif retakan ini berwarna coklat tua atau soga sehingga menjadi

ciri khas dari batik remukan wonogiren. Hasil dari proses remukan wonogiren ini

ialah berupa suatu gambar berwarna putih di atas warna dasar dengan pecah-pecah

pada gambar itu dengan warna soga atau warna lain (Sewan, 1980: 16).

Alasan Danar Hadi memilih teknik batik remukan wonogiren untuk

diaplikasikan pada motif batik yang akan diproduksi adalah pertimbangan faktor

estetis. Kain batik yang diaplikasikan dengan teknik ini nantinya akan diproduksi

menjadi blus wanita, sehingga bahan yang digunakan adalah kain crepe. Dipilih

142

motif kupu-kupu dan warna yang elegan dengan aksen retakan atau pecahan

malam akan menambah nilai estetis bagi penggunanya.

3. Pertimbangan dalam Menerapkan Teknik Batik Kombinasi Tulis dan Cap

Batik kombinasi tulis dan cap adalah kain batik yang cara membuatnya

khususnya dalam membentuk motif atau corak batik dengan menggabungkan

teknik batik tulis dan cap. Biasanya pada bagian motif yang besar atau motif

utamanya yang dibatik dengan canting dan untuk motif latar belakangnya

menggunakan teknik pembatikan menggunakan stempel atau cap.

Pertimbangan Danar Hadi dalam menentukan teknik batik kombinasi tulis

dan cap adalah pertimbangan faktor estetis dan faktor kegunaan/fungsi. Di pabrik

ini memang tidak terlalu banyak memproduksi batik kombinasi tulis dan cap.

Konsumen lebih suka batik tulis saja atau batik cap saja.

Aspek estetika adalah pertimbangan gagasan atau sumber ide dan tema

termasuk olahan ragam hias dan warnanya. Juga diperhitungkan skala proporsi,

pengulangan, komposisi dan teknis penampilan desainnya (Nanang, 2006:41).

Sebagai contoh yakni teknik batik kombinasi cap tulis pekalongan, karakteristik

teknik pekalongan yang berwarna cerah dan motifnya yang kontemporer membuat

kain batik ini tampak indah bila digarap dengan teknik batik kombinasi tulis dan

cap.

Alasan Danar Hadi menggarap kain batik ini dengan teknik kombinasi tulis

dan cap adalah untuk nilai estetis. Kain batik yang dicap dengan motif parang

ditambah dengan motif buketan dibagian pinggirnya semakin menambah nilai

143

estetis dari kain batik ini. Komposisi warnanya yang cantik cocok untuk

diaplikasikan pada blus kerja atau blus untuk menghadiri acara pernikahan.

Aspek fungsional ada pada setiap produksi batik di Danar Hadi, karena

pabrik ini memang memproduksi batik untuk kebutuhan fungsional. Sebagai

contoh teknik batik kombinasi tulis dan cap lorodan. Karakteristik dari teknik

batik lorodan adalah batas antara warna soga dan putih terlihat tegas, serta antara

warna dasar dengan gambar sebagian besar merupakan batas yang tegas. Garis

serta titik yang dihasilkan pun terlihat sangat jelas.

Kain batik ini diproduksi untuk jilbab persegi dengan motif buketan bunga

yang digarap dengan teknik lorodan, agar warna yang dihasilkan tegas tetapi tidak

terlalu mencolok. Sehingga cocok untuk diaplikasikan dalam berbagai macam

pakaian dan suasana. Bahan baku yang digunakan adalah kain crepe yang tidak

mudah kusut dan memberikan kesan mewah.

Berdasarkan beberapa faktor yang dipertimbangkan untuk menentukan

teknik batik di atas dapat disimpulkan bahwa faktor ekonomi dan kegunaan

merupakan faktor utama dalam menentukan teknik produksi batik. Faktor

ekonomi dan faktor kegunaan merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan,

karena suatu barang yang bernilai guna pasti akan bernilai ekonomi.

Perkembangan teknologi tidak akan mampu menggeser popularitas batik tulis

dimata dunia, karena ditiap proses pengerjaannya ada ketelitian dan kesabaran

untuk menghasilkan produk berkualitas yang tidak akan bisa ditiru oleh alat

secanggih apapun.

144

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian terhadap fokus masalah yang telah ditentukan

dengan metode dan pendekatan penelitian kemudian diperoleh hasil penelitian

sebagai berikut.

Teknik dan proses batik yang diterapkan di Danar Hadi ada 3 yakni teknik

batik tulis, teknik batik cap dan teknik kombinasi tulis dan cap. Ketelitian dan

kualitas produk batik sangat diperhatikan, dengan dilakukannya quality control

berkali-kali pada tiap prosesnya. Teknik batik yang digunakan di Danar Hadi

sangat beragam, mulai dari batik tulis teknik yang digunakan yakni teknik batik

lorodan, teknik batik kelengan, teknik batik pekalongan, teknik batik remukan

wonogiren dan teknik batik kombinasi. Teknik batik cap yang diterapkan di Danar

Hadi yaitu teknik batik bedesan, teknik batik kelengan, teknik batik pekalongan,

teknik batik remukan wonogiren dan teknik batik kombinasi. Teknik batik tulis

dan cap yang diterapkan di Danarhadi ada 2 yakni, teknik batik pekalongan dan

teknik batik lorodan.

Visual motif yang dihasilkan tiap produk batik berbeda sesuai dengan teknik

batik yang diterapkan. Visual motif batik tulis akan berbeda dengan visual motif

batik cap. Teknik batik kelengan dan bedesan memberikan visual motif batik yang

hanya menggunakan 2 warna saja, sedangkan visual motif batik dengan teknik

remukan wonogiren memberikan motif pecah-pecah atau retakan yang tidak bisa

dicapai dengan teknik batik lainnya. Teknik batik pekalongan memberikan

144

145

beragam warna yang cerah pada produk batik yang dihasilkan, motifnya pun juga

sesuai dengan perkembangan zaman.

Latar belakang pemilihan teknik batik ditentukan oleh beberapa faktor yakni,

faktor ekonomi, faktor fungsi/kegunaan, faktor bahan dan faktor estetika. Faktor

ekonomi termasuk di dalamnya selera konsumen, pemasaran dan harga jual.

Faktor fungsi atau kegunaan, yakni untuk apa produk itu dibuat apakah untuk

pakaian, household, furniture, kain jarik, kain sarung dan lain sebagainya tentu

berbeda teknik penggarapannya. Faktor bahan baku yang digunakan, di Danar

Hadi menggunakan bahan baku kain mori, sutera dan tenun tentu tiap kain perlu

penanganan khusus yang mempengaruhi penentuan teknik batik yang akan

diterapkan. Faktor estetika, yakni terkait dengan visual motif yang dihasilkan dari

tiap teknik batik.

Teknik produksi batik sangat terkait dengan ongkos produksi. Sehingga

teknik produksi batik juga menentukan harga produk. Teknik produksi batik juga

terkait dengan visual motif batik yang dihasilkan, terbukti ditiap teknik batik yang

diterapkan menghasilkan visual motif batik memiliki ciri khas masing-masing.

Kualitas sebuah produk dapat dinilai dari visual motif yang dihasilkan. Dalam

menentukan teknik produksi batik juga harus mempertimbangkan beberapa hal

agar batik yang dihasilkan sesuai dengan permintaan pasar. Faktor ekonomi

adalah hal yang utama dalam menentukan teknik produksi batik di Danar Hadi,

karena Danar Hadi adalah perusahaan batik yang profit oriented. Walaupun ada

beberapa faktor lain seperti faktor fungsi atau kegunaan, faktor bahan dan faktor

estetis yang juga menentukan harga dan kualitas produk.

146

B. SARAN

Kajian teknik dan proses batik di Danarhadi ini masih bersifat global masih

banyak yang dapat dikembangkan. Mulai dari rentang waktu penelitian kajian ini

hanya sebatas tahun 2014-2015, masih dapat dikembangkan pada penelitian

berikutnya dengan rentang waktu yang lebih lama atau sejak Danarhadi berdiri

hingga sekarang. Sains yang digunakan dalam penelitian ini masih sebatas sains

ekonomi masih banyak cabang ilmu sains yang dapat dikembangkan untuk

penelitian berikutnya.

Bagi pihak terkait, kajian teknik dan proses batik ini sebagai referensi dalam

meneliti perusahaan batik tidak hanya di wilayah Surakarta saja tapi dapat meluas

ke pulau Jawa atau Indonesia.

147

DAFTAR PUSTAKA

Affanti, Tiwi Bina. 2007. Ornamentik. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa

UNS.

Asti Musman & Ambar B. Arini. 2011. Batik: Warisan Adiluhung Nusantara.

Yogyakarta: Penerbit G-Media.

Bsc, Daryanto. 2010. Batik & Sablon. Semarang: CV. Aneka Ilmu, Anggota

IKAPI.

Djoemena, Nian S., (1990), Ungkapan Sehelai Batik, Its Mystery and Meaning.

Jakarta: Penerbit Djambatan.

Djoemena, Nian S., (1990), Batik dan Mitra, Batik and Its Kind. Jakarta: Penerbit

Djambatan

Doellah, Santoso. 2002. Batik Pengaruh Zaman dan lingkungannya. Surakarta:

Danar Hadi.

The Liang Gie. 1996. Pengantar Filsafat Teknologi. Yogyakarta: Penerbit Andi

Hamzuri. 1994. Batik Klasik. Jakarta: Djambatan

Ramadhan Iwet. 2013. Cerita Batik. Tangerang: Penerbit Literati

Francis Lim. 2008. Filsafat Teknologi: Don Ihde tentang Manusia dan Alat.

Yogyakarta: Kanisius

Lisbijanto, Herry. 2013. Batik. Yogyakarta: Graha Ilmu

148

Lucky Wijayanti dan Rahayu Pratiwi. 2013. Menjadi Perancang dan Perajin

Batik. Surakarta: PT. Tiga Serangkai Putra

Permana, DoddieK. 2009. Desain Tekstil Menggunakan Adobe Photoshop.

Bandung: Informatika

Ristiayanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw. 2005. Perilaku Konsumen.

Yogyakarta: Penerbit Andi

Riyanto dkk. 1997. Katalog Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Besar Penelitian

dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik.

Rizali, Nanang. 2006. Tinjauan Desain Tekstil. Surakarta: LPP Pendidikan dan

UPT Penerbitan dan Percetakan (UNS Press).

Rizali, Nanang. 2012. Metode Perancangan Tekstil. Surakarta: LPP Pendidikan

dan UPT Penerbitan dan Percetakan (UNS Press).

Sachari, Agus. 1986. Desain Gaya dan Realitas. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali

Sachari, Agus (editor). 1986. Paradigma Desain Indonesia. Jakarta: Penerbit CV.

Rajawali

Sri Herlina, (1999), “pewarnaan alami untuk tekstil”, Malang : Pusbang PLH

Susanto, SK Sewan. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Jakarta: Departemen

Perindustrian Republik Indonesia.

Sutopo, H.B . 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS press.

149

Piliang, Amir Y. 2010. ESAI PEMBUKA Pendekatan dalam Penelitian Desain:

Pelbagai Perkembangan Paradigma. Yogyakarta: Percetakan Jalasutra

Walker, John A. 2010. Desain, Sejarah, Budaya; Sebagai Pengantar

Komprehensif. Yogyakarta: Percetakan Jalasutra

Wonoharjo, Surjani. 2010. Dasar-dasar Sains. Jakarta: PT Indeks

Sumber lain : www.danarhadibatik.com

150

LAMPIRAN

151

152

153

154

Gambar 1

Pola Kemeja Batik Tulis

Foto: Lana Rahmawati, 2014

155

Gambar 2

Pola Kemeja Batik Tulis

Foto: Lana Rahmawati, 2014

156

Gambar 3

Pola Selendang Batik Tulis

Foto: Lana Rahmawati, 2014

157

Gambar 4

Pola Blus Batik Tulis

Foto: Lana Rahmawati, 2014

158

Gambar 5

Pola Sarung Batik Tulis

Foto: Lana Rahmawati, 2014

159

Gambar 6

Pola Jarik Batik Tulis

Foto: Lana Rahmawati, 2014

160

Gambar 7

Pola Longdress Batik Tulis

Foto: Lana Rahmawati, 2014

161

Gambar 8

Pola Kemeja Batik Cap

Foto: Lana Rahmawati, 2014

162