Upload
dinhanh
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah pengembangan perangkat pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting pada
materi segitiga dan segi empat untuk SMP. Pengembangannya menggunakan
model ADDIE, yaitu dengan tahap Analysis, Design, Development,
Implementation, dan Evaluation. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut.
a. Tahap Analisis (Analysis)
Analisis yang dilakukan pada tahap awal bertujuan untuk mengetahui
kebutuhan yang diperlukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang
berupa RPP dan LKS yang berkualitas. Analisis tersebut meliputi analisis
kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik siswa.
1) Analisis kebutuhan
Berdasarkan daya serap Ujian Nasional mata pelajaran matematika pada
tingkat SMP/MTs pada tahun ajaran 2014/2015, diketahui bahwa penguasaan
siswa terhadap materi geometri masih kurang, tidak hanya di kabupaten Sleman,
namun di tingkat propinsi dan nasional juga. Padahal, menurut Lampiran
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang SKL, khususnya untuk jenjang
SMP, geometri merupakan kajian yang harus dikuasai siswa sehingga perlu
pengoptimalan kemampuan penguasaan kajian geometri.
67
Berdasarkan hasil wawancara guru matematika di SMP Negeri 2 Kretek,
penguasaan siswa terhadap kajian geometri masih kurang dikarenakan siswa
hanya berorientasi pada menghafal rumus sehingga kesulitan dalam
menyelesaikan masalah yang sedikit dimodifikasi dari contoh yang diberikan.
Salah satu materi dalam kajian geometri adalah segitiga dan segi empat yang
merupakan materi dasar untuk mempelajari materi selanjutnya, seperti bangun
ruang sisi datar. Dengan demikian, perlu adanya perhatian agar siswa menguasai
materi segitiga dan segi empat sebagai bekal penguasaan materi berikutnya
melalui upaya mengkonstruksi pengetahuan menurut dirinya sendiri.
Selain itu, dalam proses pembelajaran siswa kurang dilibatkan secara aktif,
LKS yang digunakannya pun hanya berisikan ringkasan materi dan kumpulan
soal. Hal tersebut kurang efektif digunakan dalam proses belajar-mengajar karena
LKS yang baik adalah LKS yang mampu memfasilitasi siswa untuk memahami
dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui kegiatan-kegiatan yang
dilakukan disertai pengalaman belajar sebelumnya.
Berkenaan dengan hal tersebut, perangkat pembelajaran yang ada
hendaknya perlu dioptimalkan lagi. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan
mengembangkan RPP dan LKS dengan pendekatan dan model pembelajaran yang
bervariasi. Dalam hal ini LKS akan bermanfaat sebagaimana mestinya jika
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Selain itu, LKS juga akan
dapat memfasilitasi siswa dengan baik jika menggunakan pendekatan dan model
pembelajaran yang sesuai. Satu diantara pendekatan yang cocok diterapkan adalah
pendekatan kontekstual karena dapat memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksi
68
pengetahuannya dan satu diantara model pembelajaran yang cocok digunakan
adalah model pembelajaran probing prompting karena dapat memfasilitasi siswa
memahami materi yang sedang dipelajari dengan berbekal pengalaman belajar
sebelumnya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mengembangkan perangkat
pembelajaran berupa RPP dan LKS pada materi segitiga dan segi empat dengan
pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting.
2) Analisis kurikulum
Analisis kurikulum dilakukan untuk menganalisis standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta penjabaran indikator pembelajaran pada materi segitiga
dan segi empat. Analisis ini bertujuan agar perencanaan pengembangan
perangkat pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. Adapun rumusan
indikator pencapaian kompetensi tersebut disajikan pada Tabel 17 berikut.
69
Tabel 1. Rumusan Indikator Pencapaian Kompetensi
Standar Kompetensi
6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya
Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran
6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat
segitiga berdasarkan sisi dan
sudutnya
6.1.1 Menjelaskan jenis-jenis
segitiga berdasarkan sisi-
sisinya
6.1.2 Menjelaskan jenis-jenis
segitiga berdasarkan besar
sudutnya
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat
persegi panjang, persegi,
jajargenjang, belah ketupat,
layang-layang, dan trapesium
6.2.1 Menjelaskan pengertian
persegi panjang, persegi,
jajargenjang, belah ketupat,
layang-layang, dan trapesium
6.2.2 Menjelaskan sifat-sifat segi
empat ditinjau dari sisi, sudut,
dan diagonalnya
6.3 Menghitung keliling dan luas
bangun segitiga dan segi empat
serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah
6.3.1 Menurunkan rumus keliling
bangun segitiga dan segi empat
6.3.2 Menurunkan rumus luas
bangun segitiga dan segi empat
6.3.3 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan menghitung
keliling dan luas bangun
segitiga dan segi empat
Penelitian ini merupakan pengembangan perangkat pembelajaran pada
materi segitiga dan segi empat. Pada materi ini, terdapat sifat-sifat yang akan
digunakan untuk menyelesaikan masalah matematika. siswa diarahkan untuk bisa
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri pada materi segitiga dan segi empat
melalui pengalaman nyata dan pengalaman belajar sebelumnya.
3) Analisis karakteristik siswa
Berdasarkan perkembangan kognitif, siswa SMP berada pada tahap
operasi formal. Siswa sudah bisa memikirkan permasalahan matematika dan dapat
70
menyelesaikannya dengan matematika formal. Meskipun demikian, setiap
individu mempunyai perkembangan kognitif yang berbeda. Dari hasil wawancara
informal yang dilakukan kepada guru matematika, karakteristik siswa SMP
Negeri 2 Kretek adalah sebagai berikut:
a) Siswa mempunyai kemampuan yang berbeda, ada yang mudah paham, ada
juga yang butuh banyak pengulangan dalam menyampaikan materi.
b) Sebagian siswa masih kesulitan dalam memahami permasalahan matematika.
c) Siswa sudah memiliki keberanian dalam bertanya, namun masih perlu lebih
diarahkan
d) Siswa suka berdiskusi kelompok dengan teman sebangkunya.
e) Siswa cukup aktif bergerak sehingga lebih suka beraktivitas dalam
pembelajaran
Berdasarkan karakteristik siswa tersebut, menunjukkan bahwa
kemampuan kognitif siswa berbeda-beda. Namun, perbedaan yang ada bukanlah
masalah dalam pembelajaran. Perbedaan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
berdiskusi kelompok. Selain itu, perlu adanya inovasi baru dalam pembelajaran
agar siswa tidak jenuh dengan proses pembelajaran yang monoton.
Berdasarkan analisis karakteristik tersebut, perlu adanya pendekatan dan
model pembelajaran yang baru yang bisa menambah keaktifan siswa dan
mewadahi diskusi kelompok. Selain itu, perlu adanya perubahan cara
penyampaian materi, yaitu dengan melibatkan siswa untuk menemukan sendiri
konsep matematika. Oleh karena itu, pendekatan dan model pembelajaran yang
71
sesuai adalah pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting
yang disajikan dalam diskusi kelompok.
Berdasarkan hasil analisis di atas, disusunlah perangkat pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting yang
berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) pada materi segitiga dan segi empat.
b. Tahap Perancangan ( Design)
Rancangan umum perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah
berbentuk satu produk yang berisi dua perangkat dengan urutan RPP dan LKS.
Tiap perangkat berisi materi segitiga dan segi empat untuk kelas VII. Rancangan
struktur isi perangkat yang dikembangkan adalah : 1) Bagian awal yang terdiri
dari sampul, identitas, kata pengantar, format perangkat pembelajaran,
kompetensi, dan daftar isi, 2) Bagian isi yang berisi RPP dan LKS dengan
menggunakan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing
prompting, 3) Bagian akhir yang berisi daftar pustaka dari buku-buku referensi
dalam mengembangkan perangkat pembelajaran.
1) Penyusunan rancangan RPP dengan pendekatan kontekstual dan model
pembelajaran probing prompting
Hasil yang diperoleh dalam pembuatan rancangan RPP dengan pendekatan
kontekstual dan model pembelajaran probing prompting adalah sebagai berikut.
72
a) Perancangan banyaknya RPP dan pertemuan
Berdasarkan SK, KD, dan rumusan indikator pencapaian kompetensi,
maka dirancang tiga RPP untuk empat kali pertemuan. Masing-masing RPP
tersebut disusun untuk satu KD dengan satu atau beberapa indikator yang dapat
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Secara rinci, indikator
pencapaian kompetensi untuk tiap RPP disajikan pada Tabel 18 di bawah ini.
Tabel 2. Indikator Pencapaian Kompetensi untuk Tiap RPP
RPP ke- Indikator Pencapaian Kompetensi
1 6.1.1 Menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan sisi-sisinya
6.1.2 Menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya
2
6.2.1 Menjelaskan pengertian persegi panjang, persegi,
jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium
menurut sifatnya.
6.2.2 Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang, persegi, jajargenjang,
belah ketupat, layang-layang, dan trapesium ditinjau dari sisi,
sudut, dan diagonalnya.
3
6.3.1 Menurunkan rumus keliling bangun segitiga dan segi empat
6.3.2 Menurunkan rumus luas bangun segitiga dan segi empat
6.3.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung
keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat
b) Perumusan tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan indikator pencapaian
kompetensi. Adapun rumusan tujuan pembelajaran untuk tiap RPP disajikan
pada Tabel 19 berikut.
73
Tabel 3. Tujuan Pembelajaran untuk Tiap RPP
RPP ke- Tujuan Pembelajaran
1
1. Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan sisi-
sisinya
2. Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar
sudutnya
2
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian persegi panjang, persegi,
jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium
menurut sifatnya.
2. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat persegi panjang, persegi,
jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium
ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya.
3
1. Siswa dapat menurunkan rumus keliling bangun segitiga dan
segi empat
2. Siswa dapat menurunkan rumus luas bangun segitiga dan segi
empat
3. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat
c) Penentuan materi pembelajaran
Materi pembelajaran ditentukan berdasarkan indikator pencapaian
kompetensi. Adapun materi pembelajaran yang disajikan untuk tiap RPP dapat
dilihat pada Tabel 20 berikut.
Tabel 4. Materi Pembelajaran untuk Tiap RPP
RPP ke- Materi Pembelajaran
1
1. Jenis segitiga ditinjau dari panjang sisi-sisinya
2. Jenis segitiga ditinjau dari besar sudutnya
3. Jumlah ukuran sudut-sudut segitiga
4. Sudut luar dan sudut dalam suatu segitiga
2 Jenis-jenis bangun datar segi empat dan sifat-sifatnya
3
1. Keliling segitiga
2. Luas segitiga
3. Keliling bangun datar segi empat
4. Luas bangun datar segi empat
74
d) Penentuan pendekatan dan model pembelajaran
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kontekstual dan model
pembelajaran yang digunakan adalah probing prompting.
e) Perancangan kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam RPP dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir. Pada bagian awal, kegiatan
yang dilakukan adalah (1) guru membuka pelajaran, (2) guru menyampaikan
materi yang akan dipelajari, (3) guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang
akan dilalui, (4) guru menyampaikan apersepsi, (5) guru memberikan motivasi.
Kegiatan inti disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran dengan
model pembelajaran probing prompting dan memuat tujuh komponen utama
pendekatan kontekstual, serta sesuai dengan pembelajaran KTSP. Langkah-
langkah pembelajaran dalam kegiatan inti secara rinci dijelaskan pada Tabel 21.
75
Tabel 5. Langkah-langkah Pembelajaran dalam Kegiatan Inti
Proses Pembelajaran Komponen LKS yang
Memfasilitasi Siswa dalam
Proses Pembelajaran Langkah-langkah probing
prompting
Pembelajaran
KTSP
Menyajikan Situasi Baru:
Guru menyajikan situasi baru
kepada siswa berupa
permasalahan nyata dalam
kehidupan sehari-hari
Eksplorasi “FAKTA” yang memuat
komponen constructivisme
Merumuskan Jawaban:
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
merumuskan jawaban terkait
situasi baru yang diberikan
Eksplorasi “Mari Mengingat” yang
memuat komponen
constructivisme dan
questioning
Mengajukan Persoalan:
Guru mengajukan persoalan
kepada siswa yang sesuai
dengan indikator
Elaborasi “Tantanganku” yang memuat
komponen constructivisme,
questioning, dan modeling
Merumuskan Jawaban:
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
merumuskan jawaban terkait
persoalan yang diberikan
Elaborasi “Aktivitas” yang memuat
komponen inquiry,
questioning learning
community, dan authentic
assessment
Menunjuk Siswa:
Guru menunjuk siswa untuk
mempresentasikan hasil dari
melakukan aktivitas. Guru
mengajukan pertanyaan yang
menggali sesuai dengan
jawaban awal siswa dan
mengajukan pertanyaan yang
menuntun sehingga siswa
dapat memberikan jawaban
sesuai yang diharapkan.
Elaborasi “Aktivitas” yang memuat
komponen inquiry,
questioning learning
community, dan authentic
assessment
Pertanyaan Akhir:
Guru mengajukan pertanyaan
akhir kepada beberapa siswa
yang berbeda untuk
memastikan bahwa indikator
telah dipahami.
Konfirmasi “Aku Mengerti”, “Aku Bisa”,
“Segitiga / Segi Empat dalam
Kehidupan”, dan “Ayo
Berlatih” yang memuat
komponen reflection,
modeling, dan authentic
assessment.
76
Pada kegiatan akhir, kegiatan yang dilakukan adalah (1) siswa
menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari, (2) guru memberikan tugas rumah
kepada siswa atau mengingatkan untuk mempelajari materi berikutnya, (3) guru
menutup kegiatan pembelajaran.
f) Penentuan sumber belajar
Sumber belajar yang digunakan adalah
(1) Dewi Nuharini & Tri Wahyuni. (2008). Matematika: Konsep dan
Aplikasinya untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
(2) Fajar Ihsani. Matematika untuk SMP/MTs Semester 2. Sukoharjo: Maestro.
g) Perancangan prosedur penilaian
Prosedur penilaian yang dirancang dalam pembelajaran yaitu teknik
penilaian yang berupa tes. Dalam hal ini, instrumen tes yang dirancang berbentuk
uraian sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi. Selain itu, pada rubrik
penilaian terdapat kunci dan skor jawaban untuk setiap butir soal.
2) Penyusunan rancangan LKS dengan pendekatan kontekstual dan model
pembelajaran probing prompting
Hasil yang diperoleh dalam pembuatan rancangan LKS dengan
pendekatan kontekstual dengan menyesuaikan langkah-langkah model
pembelajaran probing prompting dan KTSP adalah sebagai berikut.
a) Penyusunan peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS memuat materi-materi yang akan dikembangkan
dalam LKS berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang dijabarkan sesuai
77
dengan SK dan KD. Hasil yang diperoleh dalam penyusunan peta kebutuhan LKS
berupa penentuan banyaknya LKS yang akan dikembangkan, yaitu sebanyak
empat LKS. Peta kebutuhan LKS tersebut dapat dilihat pada Lampiran D.1.
b) Penyusunan kerangka LKS
Penyusunan kerangka LKS didasarkan pada peta kebutuhan LKS yang
telah disusun. Format LKS yang akan dikembangkan terdiri dari: (1) nomor LKS,
(2) judul LKS yang disesuaikan dengan materi pokok yang akan dipelajari, (3)
kolom “FAKTA”, (4) kompetensi yang merupakan pemaparan standar
kompetensi dan kompetensi dasar pada tiap pertemuan, (5) kolom identitas untuk
diisi identitas siswa sehingga memudahkan administrasi, (6) tujuan pembelajaran
yang merupakan pemaparan tujuan pembelajaran dalam setiap pertemuan, (7)
petunjuk umum sebagai petunjuk penggunaan LKS, (8) alat yang diperlukan
untuk mengetahui alat yang akan digunakan selama proses pembelajaran
menggunakan LKS, (9) kolom “Mari Mengingat”, (10) kolom “Tantanganku”,
(11) kolom “Aktivitas”, (12) tujuan aktivitas yang menjabarkan hal yang akan
diperoleh siswa setelah melakukan aktivitas, (13) kolom jawaban untuk
menuliskan jawaban siswa, (14) kolom “Aku Mengerti”, (15) kolom “Aku Bisa”,
(16) kolom “Segitiga/ Segi empat dalam Kehidupan”, dan (17) kolom “Ayo
Berlatih”. Selanjutnya, kolom-kolom yang ada dalam kerangka LKS dijabarkan
lebih rinci pada Tabel 22.
78
Tabel 6. Kerangka LKS yang Dikembangkan Langkah-
langkah
probing
prompting
Komponen
utama
kontekstual
Pembelajaran
KTSP Kerangka LKS
Situasi Baru Constructivisme Eksplorasi “FAKTA”
Merupakan penyajian situasi baru yang
disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari
untuk memfasilitasi siswa mengkonstruksi
pengetahuan menurut dirinya sendiri dan
mengembangkan kemampuan eksplorasi siswa.
Merumuskan
Jawaban
Constructivisme
dan questioning
Eksplorasi “Mari Mengingat”
Merupakan pemberian kesempatan kepada
siswa sebagai langkah awal dalam merumuskan
jawaban terkait situasi baru yang diberikan
dengan cara mengingat materi sebelumnya
yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
Mengajukan
Persoalan
Constructivisme
, questioning,
dan modeling
Elaborasi “Tantanganku”
Merupakan persoalan yang diajukan kepada
siswa untuk diselesaikan setelah melakukan
aktivitas dan sebagai sarana dalam
memfasilitasi siswa mengkonstruksi
pengetahuan menurut dirinya sendiri melalui
pemberian contoh masalah.
Merumuskan
Jawaban dan
Menunjuk
Siswa
Inquiry,
questioning,
learning
community, dan
authentic
assessment
Elaborasi “Aktivitas”
Merupakan kegiatan penemuan sesuai langkah
yang diberikan sebagai sarana dalam
memberikan kesempatan berpikir siswa,
menciptakan masyarakat belajar, dan
melakukan authentic assessment. Dalam kolom
ini, disajikan pertanyaan-pertanyaan untuk
mendapatkan jawaban awal dari siswa untuk
kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan respon
siswa ketika menyajikan hasil pekerjaannya.
Pertanyaan
Akhir
Reflection Konfirmasi “Aku Mengerti”
Merupakan kolom yang digunakan untuk
menuliskan pengalaman belajar siswa yang
baru saja diperoleh setelah melakukan aktivitas.
Pertanyaan
Akhir
Reflection Konfirmasi “Aku Bisa”
Merupakan kolom yang digunakan untuk
menuliskan penyelesaian dari “Tantanganku”
setelah melakukan aktivitas sehingga dapat
diketahui bahwa materi sudah/belum dipahami
oleh siswa.
Pertanyaan
Akhir
Modeling dan
reflection
Konfirmasi “Segitiga / Segi Empat dalam Kehidupan”
Merupakan kolom yang digunakan untuk
menekankan kembali keterkaitan segitiga / segi
empat dalam kehidupan sebagai tindak lanjut
dari “FAKTA” dan memastikan bahwa
indikator telah dipahami oleh siswa.
Pertanyaan
Akhir
Authentic
assessment
Konfirmasi “Ayo Berlatih”
Merupakan kolom yang digunakan untuk
melakukan authentic assessment.
79
Beberapa referensi yang digunakan dalam menyusun perangkat
pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Atik Wintarti, dkk. (2008). Contextual Teaching and Learning Matematika
Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
b. Dewi Nuharini & Tri Wahyuni. (2008). Matematika: Konsep dan Aplikasinya
untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
c. Fajar Ihsani. Matematika untuk SMP/MTs Semester 2. Sukoharjo: Maestro.
d. Sukino & Wilson Simangunsong. (2006). Matematika SMP Jilid 1 Kelas VII.
Jakarta: Erlangga.
e. Tatag Yuli Eko Siswono dan Netti Lastiningsih. (2007). Matematika SMP dan
MTs untuk Kelas VII. Jakarta: Erlangga.
f. Wagiyo, dkk. (2008). Pegangan Belajar Matematika 1 untuk SMP/MTs Kelas
VII. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
g. J. Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou. (2014). Matematika Dasar Bagi
Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
h. John Bird. (2004). Basic Engineering Mathematics 3rd
Edition. (Alih bahasa:
Ir. Refina Indriasari, M.Sc). Jakarta: Erlangga.
c. Tahap pengembangan (Development)
Setelah diperoleh rancangan perangkat pembelajaran, maka tahap
selanjutnya adalah pengembangan. Langkah-langkah pada tahap ini adalah
sebagai berikut:
80
1) Penyusunan perangkat pembelajaran
Penyusunan perangkat pembelajaran berdasarkan pada desain yang telah
dibuat sebelumnya. Perangkat tersebut dikonsultasikan kepada dosen pembimbing
untuk mendapatkan masukan tentang kekurangan dalam perangkat tersebut. Saran
dari dosen pembimbing digunakan untuk merevesi perangkat pembelajaran
sehingga siap untuk divalidasi.
2) Penyusunan instrumen penilaian perangkat
Selama pembuatan perangkat, peneliti juga menyusun instrumen penilaian
perangkat yang digunakan dalam penelitian. Instrumen penelitian yang divalidasi
adalah lembar penilaian RPP dan LKS untuk ahli, lembar observasi, angket
respon siswa, angket respon guru, dan tes hasil belajar. Instrumen yang telah
selesai dibuat, dikonsultasikan kepada dosen pembimbing kemudian divalidasi
kepada dua dosen. Setelah instrumen divalidasi, terdapat beberapa saran sebagai
bahan revisi sehingga instrumen dinyatakan valid dan boleh digunakan untuk
penilaian perangkat pembelajaran dan pengambilan data.
3) Penilaian perangkat pembelajaran
Penilaian perangkat pembelajaran dilakukan oleh dua ahli yaitu dosen
jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY dan dosen Pendidikan Matematika
FKIP UAD.
81
4) Revisi
Dari hasil penilaian tim ahli, diperoleh beberapa saran perbaikan. Saran
tersebut dipertimbangkan untuk digunakan sebagai bahan revisi. Beberapa contoh
revisi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Revisi pada RPP
(1) Melengkapi dan memperjelas materi ajar
Sebelum direvisi:
Gambar 1. Tampilan Materi Ajar yang Perlu Dilengkapi dengan Gambar
Sesudah direvisi:
Gambar 2. Tampilan Materi Ajar Sesudah Dilengkapi dengan Gambar
82
(2) Memperbaiki penulisan yang salah
Sebelum direvisi:
Gambar 3. Tampilan Kesalahan Penulisan pada Materi Ajar
Sesudah direvisi:
Gambar 4. Tampilan Perbaikan Penulisan pada Materi Ajar
(3) Memperbaiki susunan kata yang kurang tepat
Sebelum direvisi:
Gambar 5. Tampilan susunan kata yang kurang tepat pada instrumen
penilaian
83
Sesudah direvisi:
Gambar 6. Tampilan Perbaikan Susunan Kata pada Instrumen Penilaian
(4) Mengganti subjek kalimat pada deskripsi kegiatan
Sebelum direvisi:
Gambar 7. Tampilan Subjek Kalimat pada Deskripsi Kegiatan yang
Perlu Diganti
84
Sesudah direvisi:
Gambar 8. Tampilan Penggantian Subjek Kalimat pada Deskripsi
Kegiatan
(5) Memperinci alokasi waktu
Sebelum direvisi:
Gambar 9. Tampilan Alokasi Waktu yang Perlu Diperinci
85
Sesudah direvisi:
Gambar 10. Tampilan Alokasi Waktu Sesudah Diperinci
(6) Menambah perkiraan jawaban siswa pada kunci jawaban
Sebelum direvisi:
Gambar 11. Tampilan Kunci Jawaban yang Perlu Ditambah Prakiraan
Jawaban Siswa
86
Sesudah direvisi:
Gambar 12. Tampilan Kunci Jawaban Sesudah Ditambah Prakiraan
Jawaban Siswa
(7) Mendistribusikan materi keliling segi empat di pertemuan 2 pada RPP 3 ke
pertemuan 1 pada RPP 3
(8) Memperjelas instrumen penilaian hasil belajar
Sebelum direvisi:
Gambar 13. Tampilan Instrumen Penilaian Hasil Belajar yang Kurang
Jelas
87
Sesudah direvisi:
Gambar 14. Tampilan Instrumen Peniaian Hasil Belajar Sesudah
Diperjelas
b) Revisi pada LKS
(1) Memperbaiki penulisan yang salah
Sebelum direvisi:
Gambar 15. Tampilan Kesalahan Penulisan pada LKS
Sesudah direvisi:
Gambar 16. Tampilan Perbaikan Penulisan
(2) Memperbaiki penggunaan istilah atau pemilihan kata yang kurang tepat
Sebelum direvisi:
Gambar 17. Tampilan Penggunaan Istilah yang Kurang Tepat
Sesudah direvisi:
Gambar 18.Tampilan Perbaikan Penggunaan Istilah
88
(3) Memperjelas pertanyaan sesuai tujuan yang akan dicapai
Sebelum direvisi:
Gambar 19. Tampilan Pertanyaan yang Perlu Diperjelas
Sesudah direvisi:
Gambar 20. Tampilan Pertanyaan Sesudah Diperjelas
89
(4) Memperbaiki tata letak LKS
Sebelum direvisi:
Gambar 21. Tampilan Kolom Tantanganku di Tengah Halaman
90
Sesudah direvisi:
Gambar 22. Tampilan Kolom Tantanganku Selalu di Awal Halaman
91
(5) Memperjelas konten dalam kolom aktivitas
Sebelum direvisi:
Gambar 23. Tampilan Konten yang Kurang Jelas
92
Sesudah direvisi:
Gambar 24. Tampilan Konten Sesudah Diperjelas
(6) Memperjelas keterangan pada kolom “Segitiga & Kehidupan”
Sebelum direvisi:
Gambar 25. Tampilan Kolom “Segitiga & Kehidupan” yang Kurang Jelas
93
Sesudah direvisi:
Gambar 26. Tampilan Kolom “Segitiga & Kehidupan Sesudah Diperjelas
(7) Menambah gambar-gambar hiasan
Sebelum direvisi:
Gambar 27. Tampilan LKS Kurang Menarik
94
Sesudah direvisi:
Gambar 28. Tampilan LKS Sesudah Ditambahkan Gambar
(8) Mendistribusikan materi keliling segi empat pada LKS 4 ke LKS 3
Sebelum direvisi:
Gambar 29. Tampilan judul materi pada LKS 4 sebelum direvisi
Gambar 30. Tampilan Judul Materi pada LKS 3 Sebelum Direvisi
95
Sesudah direvisi:
Gambar 31. Tampilan Judul Materi pada LKS 4sesudah Direvisi
Gambar 32. Tampilan Judul Materi pada LKS 3 Sesudah Direvisi
Setelah produk direvisi, produk dikonsultasikan lagi ke dosen
pembimbing. Setelah produk dikatakan layak, maka dilakukan proses pengolahan
dan produksi perangkat pembelajaran untuk diimplementasikan.
d. Tahap Implementasi (Implementation)
Perangkat pembelajaran yang telah layak, diimplementasikan di SMP
Negeri 2 Kretek kelas VIIB dengan siswa sebanyak 28. Uji coba perangkat
pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 18 April 2016 sampai 4 Mei 2016.
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa RPP dan LKS. RPP hanya
diketahui guru dan peneliti. LKS digunakan secara langsung oleh siswa.
Implementasi dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan rincian pada
Tabel 23.
96
Tabel 7. Pelaksanaan Uji Coba Produk
Pertemuan ke- Hari, Tanggal Waktu
1 20 April 2016 07.00-09.00 WIB
2 27 April 2016 07.00-08.20 WIB
3 29 April 2016 07.00-09.00 WIB
Hasil observasi pembelajaran dengan menggunakan RPP yang
dikembangkan adalah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran.
b. Guru menyampaikan teknik pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada
pertemuan pertama, hal ini tidak terlaksana karena guru hadir terlambat 5
menit sehingga tergesa-gesa untuk mengejar kegiatan selanjutnya.
c. Guru menyampaikan apersepsi sesuai dengan materi yang akan dipelajari.
Pada pertemuan pertama, hal ini tidak terlaksana karena guru hadir terlambat
5 menit sehingga tergesa-gesa untuk mengejar kegiatan selanjutnya.
d. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan
diberikan. Pada pertemuan pertama, hal ini tidak terlaksana karena guru hadir
terlambat 5 menit sehingga tergesa-gesa untuk mengejar kegiatan selanjutnya.
Pada pertemuan ketiga, hal ini tidak terlaksana karena guru lupa untuk
menyampaikan.
e. Guru membagikan LKS kepada semua siswa
f. Guru mengenalkan situasi baru kepada siswa
g. Guru meminta siswa untuk membaca petunjuk dalam LKS.
h. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban
terkait situasi baru yang diberikan
97
i. Guru mengajukan persoalan kepada siswa terkait dengan materi yang sedang
dipelajari
j. Siswa mengerjakan aktivitas yang ada dalam LKS dengan berdiskusi. Pada
pertemuan pertama, siswa terkesan ramai sendiri karena guru belum bisa
mengkondisikan dengan baik.
k. Guru mendampingi siswa dalam diskusi kelompok dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawabannya
Gambar 33. Siswa Diskusi Kelompok dengan Didampingi Guru
l. Siswa menuliskan hasil diskusinya pada tempat yang disediakan dalam LKS
m. Guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa sesuai dengan aktivitas
yang telah dikerjakan dalam LKS
98
n. Guru menunjuk salah satu siswa untuk mempresentasikan jawabannya
Gambar 34. Perwakilan Siswa Mempresentasikan Jawabannya
o. Guru memberikan tanggapan atas jawaban siswa
p. Guru mengajukan pertanyaan akhir kepada seluruh siswa sebagai penguatan
dan menunjukkan bahwa indikator telah dipahami siswa
q. Siswa mencatat dan memperbaiki jawabannya. Pada pertemuan pertama,
kegiatan ini tidak nampak dilakukan siswa karena kurangnya waktu yang
diberikan oleh guru untuk kegiatan ini
r. Guru memberikan motivasi kepada siswa yang belum berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran. Pada pertemuan ketiga, guru tidak memberikan motivasi
karena siswa sudah cukup berpartisipasi aktif
s. Siswa bersama dengan guru menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari
t. Guru memberikan tugas atau pekerjaan rumah kepada seluruh siswa. Pada
pertemuan ketiga, siswa tidak diberi PR, hanya diminta untuk mempersiapkan
diri menghadapi ulangan harian
u. Guru mengingatkan kepada seluruh siswa untuk mempelajari materi
berikutnya
99
Hasil observasi pembelajaran dengan menggunakan LKS yang
dikembangkan adalah sebagai berikut:
a. Siswa melakukan aktivitas sesuai dengan petunjuk dalam LKS
b. Siswa terfasilitasi untuk membangun pengetahuan barunya melalui
pengalaman nyata dalam LKS
c. Siswa dapat menemukan konsep dengan kemampuan mengerjakan aktivitas-
aktivitas pada LKS. Pada pertemuan pertama, kegiatan ini hanya dapat
terlaksana oleh sebagian kecil siswa karena suasana kelas yang kurang
terkondisikan dan bimbingan guru yang masih belum maksimal
d. Adanya tanya jawab antara guru dengan siswa atau siswa dengan guru atau
siswa dengan siswa. Pada pertemuan pertama, tanya jawab antara siswa
dengan guru belum nampak karena siswa belum terbiasa dengan guru yang
bersangkutan
e. Siswa berdiskusi dalam mengerjakan aktivitas pada LKS. Pada pertemuan
pertama, masih dominan siswa yang belum bisa berdiskusi dengan baik dan
hanya mengobrol dengan temannya karena suasana kelas kurang dapat
dikondisikan
f. Siswa antusias dalam pembelajaran menggunakan LKS. Pada pertemuan
pertama, masih dominan siswa yang kurang memperhatikan materi karena
kurangnya kemampuan guru dalam mengkondisikan kelas
g. Kalimat dalam LKS dapat dipahami oleh siswa. Beberapa kalimat ada yang
tidak bisa dipahami siswa sehingga guru harus menjelaskan lebih detail. Hal
100
ini dikarenakan siswa kurang sabar dalam membaca petunjuk pada LKS dan
kurang runtut dalam melakukan kegiatan pada LKS
h. Siswa mudah memahami materi yang diberikan dengan adanya contoh nyata
i. Adanya perwakilan siswa yang menyampaikan hasil perumusan jawaban
melalui aktivitas-aktivitas dalam LKS
j. Siswa dapat mengungkapkan kembali tentang pengalaman belajarnya
k. Siswa dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep yang telah
dipelajari sebelumnya. Ada beberapa permasalahan yang masih sulit
ditangkap dan diselesaikan karena siswa masih ada kendala dalam
menghubungkan hasil aktivitas dalam LKS dengan masalah-masalah tersebut
Hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar pembelajaran berjalan
dengan lancar. Terdapat beberapa kekurangan yang digunakan sebagai data revisi
perangkat pembelajaran, diantaranya adalah penggunaan kalimat yang kurang
jelas pada kolom “Tantanganku 3.1” sehingga siswa merasa kesulitan dalam
memahami maksud permasalahan yang disajikan dan kurangnya keterangan yang
mendukung dalam aktivitas sehingga masih banyak siswa yang bertanya tentang
maksud dari aktivitas yang harus dilakukan.
Pada tahap implementasi, setelah selesai pembelajaran, diadakan ulangan
harian untuk mendapatkan data nilai tes hasil belajar. Ulangan harian
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 4 Mei 2016. Siswa juga diminta untuk
mengisi angket. Selain itu, peneliti meminta guru mengisi angket untuk
mendapatkan data kepraktisan perangkat pembelajaran yang sudah digunakan.
101
e. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Tahap terakhir pada penelitian ini adalah tahap evaluasi. Pada tahap ini
peneliti menganalisis kesalahan-kesalahan yang terjadi saat implementasi yang
tertuang dalam lembar observasi, saran guru, dan analisis kesulitan saat proses
pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang berupa RPP tidak ada revisi
sedangkan LKS perlu beberapa revisi sebagai berikut.
1) Memperjelas penggunaan kalimat dalam “Tantanganku 3.1”
Sebelum direvisi:
Gambar 35. Tampilan Penggunaan Kalimat yang Kurang Jelas
Sesudah direvisi:
Gambar 36. Tampilan Penggunaan Kalimat Sesudah Diperjelas
102
2) Menambah keterangan dalam aktivitas
Sebelum direvisi:
Gambar 37. Tampilan Aktivitas yang Perlu Ditambah Keterangan
Sesudah direvisi:
Gambar 38. Tampilan Aktivitas Sesudah Ditambahkan Keterangan
103
2. Kualitas perangkat pembelajaran
a. Kevalidan
Kevalidan perangkat pembelajaran yang dikembangkan ini dapat diketahui
dari penilaian oleh dua validator, yaitu 1 dosen jurusan Pendidikan Matematika
FMIPA UNY dan 1 dosen Pendidikan Matematika FKIP UAD. Rekapitulasi
penilaian perangkat pembelajaran yang berupa RPP dapat dilihat pada Tabel 24
dan rekapitulasi penilaian perangkat pembelajaran yang berupa LKS dapat dilihat
pada Tabel 25.
Tabel 8. Rekapitulasi Penilaian RPP
Perangkat Aspek
Validator Jumlah
skor
Rata-rata
perolehan
skor
Kriteria 1 2
RPP
Identitas mata
pelajaran 40 48 88 4.4
Sangat
Baik
Rumusan
indikator tujuan
pembelajaran
12 12 24 4 Baik
Pemilihan
materi 12 13 25 4.2 Baik
Pemilihan
model
pembelajaran
16 16 32 4 Baik
Kegiatan
pembelajaran 44 50 94 4.3
Sangat
Baik
Pemilihan
sumber belajar 8 8 16 4 Baik
Penilaian hasil
belajar 16 16 32 4 Baik
Jumlah 311 4.2 Baik
104
Tabel 9. Rekapitulasi Penilaian LKS
Perangkat Aspek
Validator Jumlah
skor
Rata-rata
perolehan
skor
Kriteria 1 2
LKS
Kesesuaian LKS
dengan syarat
didaktik
20 20 40 5 Sangat
Baik
Kesesuaian LKS
dengan syarat
konstruksi
36 38 74 4.1 Baik
Kesesuaian LKS
dengan syarat
teknis
51 52 103 4.3 Sangat
Baik
Kesesuaian LKS
dengan
pendekatan
kontekstual
44 44 88 4.9 Sangat
Baik
Kualitas isi
materi LKS 52 56 108 4.2 Baik
Jumlah 413 44 Sangat
Baik
Berdasarkan penilaian oleh validator, perangkat pembelajaran yang berupa
RPP valid dengan kriteria baik dan memperoleh skor 311 dari skor maksimal 380.
Data hasil penilaian RPP selengkapnya bisa dilihat pada Lampiran B.11.
Perangkat pembelajaran yang berupa LKS valid dengan kriteria sangat baik dan
skor 413 dari skor maksimal 470 Data hasil penilaian LKS selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran B.12.
b. Kepraktisan
Kepraktisan dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan ini dapat
diketahui dari hasil angket respons siswa dan guru sebagai pengguna perangkat
pembelajaran. Selain itu, kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan
juga dapat dilihat dari hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran. Rekapitulasi
penilaian angket respon siswa dapat dilihat pada Tabell 26 berikut.
105
Tabel 10. Rekapitulasi Penilaian Angket Respon Siswa
No. Aspek Perangkat Jumlah
skor
Rata-rata
perolehan
skor
Kriteria
1. Kemudahan LKS 266 3.5 Sangat Baik
RPP 257 3.4 Baik
2. Keterbantuan LKS 344 3.4 Baik
RPP 183 3.7 Sangat Baik
3. Kebermanfaatan LKS 171 3.4 Baik
RPP 181 3.6 Sangat Baik
Total 1402 3.5 Sangat Baik
Berdasarkan perolehan nilai angket respon siswa, perangkat pembelajaran
yang dikembangkan mendapatkan kriteria sangat baik dengan rata-rata perolehan
skor 3.5 dari skor maksimal 4. Jadi, perangkat pembelajaran praktis untuk
digunakan. Data hasil angket respon siswa selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran B.15.
Rekapitulasi penilaian angket respon guru dapat dilihat pada Tabel 27
berikut.
Tabel 11. Rekapitulasi penilaian angket respon guru
No. Aspek Jumlah skor
Rata-rata
perolehan
skor
Kriteria
1. Penyajian Materi 18 3.6 Sangat Baik
2. RPP 16 3.2 Baik
3. LKS 30 3 Baik
Total 64 3.2 Baik
Berdasarkan perolehan nilai angket respon guru, perangkat pembelajaran
yang dikembangkan mendapatkan kriteria baik dengan rata-rata perolehan skor
3,2 dari skor maksimal 4. Jadi, perangkat pembelajaran praktis untuk digunakan.
Data hasil angket respon guru selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.14.
Rekapitulasi hasil observasi dapat dilihat pada Tabel 28.
106
Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Observasi
Pertemuaan ke- Proses
Pembelajaran LKS
1 16 5
2 18 10
3 21 11
Jumlah 55 26
Total 81
Presentase 84.38%
Kriteria Baik
Berdasarkan hasil observasi, perangkat pembelajaran yang dikembangkan
mendapatkan kriteria baik dengan persentase 84,38%. Jadi, perangkat
pembelajaran praktis untuk digunakan. Data hasil observasi selengkapnya bisa
dilihat di Lampiran B.15.
c. Keefektifan
Keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat dilihat dari
hasil tes hasil belajar siswa. Nilai tes hasil belajar menunjukkan bahwa 25 siswa
kelas VIIB yang telah menggunakan perangkat pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual dan model pembelajaran probing prompting memiliki nilai rata-rata
8,13 dan presentase ketuntasan siswa adalah 80% dengan kriteria Baik Jadi,
perangkat pembelajaran efektif untuk digunakan. Data nilai tes hasil belajar
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.17.
107
B. Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan pengembangan perangkat pembelajaran
matematika pada materi segitiga dan segi empat menggunakan pendekatan
kontekstual dan model pembelajaran probing prompting untuk SMP kelas VII.
Pengembangan perangkat pembelajaran segitiga dan segi empat menggunakan
pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting
dikembangkan melalui 5 tahapan pengembangan, yaitu analysis (analisis), design
(perencanaan), development (pengembangan), implementation (implementasi),
dan evaluation (evaluasi). Deskripsi hasil penelitian yang telah diuraikan
sebelumnya memaparkan langkah-langkah pengembangan perangkat
pembelajaran dan hasil yang diperoleh. Hasil dari pengembangan berupa produk
akhir telah diuji kevalidan, kepraktisan, dan keefektifannya. Beberapa hal yang
menjadi temuan dalam penelitian pengembangan perangkat pembelajaran materi
segitiga dan segi empat menggunakan pendekatan kontekstual dan model
pembelajaran probing prompting adalah sebagai berikut.
1. Kevalidan perangkat pembelajaran
Produk berupa perangkat pembelajaran matematika yang telah
dikembangkan memenuhi kriteria valid berdasarkan hasil penilaian oleh validator.
Masing-masing komponen perangkat pembelajaran, yaitu RPP dan LKS telah
mencapai kriteria minimal baik.
Berdasarkan penilaian pada RPP diperoleh skor rata-rata 4,2 dari skor
maksimal 5 dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa RPP yang
dikembangkan telah sesuai dengan prinsip pengembangan RPP seperti yang
108
tercantum pada BSNP tahun 2007. Selain itu, RPP secara teknis telah memenuhi
syarat minimal komponen RPP dan sesuai dengan pedoman penyusunan RPP
menggunakan model pembelajaran probing prompting, yaitu adanya situasi baru
yang diberikan kepada siswa, diberikannya kesempatan berpikir untuk
merumuskan jawaban terkait situasi baru yang diberikan, adanya persoalan yang
diajukan kepada siswa untuk terus menggali pengetahuannya, adanya kesempatan
berpikir untuk merumuskan jawaban, adanya interaksi tanya jawab untuk
menggali dan menuntun siswa, dan adanya pertanyaan akhir untuk memastikan
bahwa siswa telah menguasai indikator pencapaian kompetensi (Siti Mutmainnah,
2013:39-40). Meski telah mencapai kriteria baik, hanya aspek identitas mata
pelajaran dan kegiatan pembelajaran yang mencapai kriteria sangat baik, sehingga
aspek lainnya masih sangat perlu untuk ditingkatkan. Berbagai saran dan masukan
yang diberikan penilai terkait aspek-aspek tersebut telah digunakan untuk
merevisi RPP sehingga diperoleh RPP yang lebih baik dan layak digunakan dalam
pembelajaran.
Sementara itu, berdasarkan penilaian pada LKS diperoleh skor rata-rata
4,4 dari skor maksimal 5 dengan kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa
LKS yang dikembangkan telah memenuhi syarat pengembangan LKS yang baik
(Hendro Darmojo & Jenny R.E. Kaligis, 1992: 41-46). Selain itu, LKS yang
dikembangkan juga telah memenuhi syarat untuk bisa memfasilitasi siswa dalam
proses pembelajaran sesuai dengan komponen-komponen utama dari pendekatan
kontekstual, yaitu adanya kegiatan untuk memfasilitasi siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan menurut dirinya sendiri, adanya dorongan untuk
109
menggali informasi dan pengetahuan siswa melalui pertanyaan, adanya kegiatan
penemuan konsep oleh siswa, adanya masyarakat belajar, adanya pemodelan
dalam konteks kehidupan sehari-hari, adanya umpan balik terkait materi yang
baru saja dipelajari, dan adanya authentic assessment melalui aktivitas-aktivitas
dalam proses pembelajaran (Masnur Muslich, 2007:43).
Meskipun mendapatkan kriteria sangat baik, syarat konstruksi
memperoleh skor paling rendah dibandingkan dengan aspek lain, yaitu 4,1 dari
skor maksimal 5 dengan kriteria baik. Menurut Hendro Darmoji dan Jenny R.E.
Kaligis (1992:41-46), syarat konstruksi berkaitan dengan penggunaan bahasa,
susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran dan kejelasan kalimat yang harus
tepat guna sehingga dapat dimengerti oleh siswa. Hal ini berarti bahwa
penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran dan kejelasan
pada LKS yang dikembangkan tidak sebaik aspek-aspek lainnya. Selain itu, dari
aspek materi juga masih dalam kriteria baik dengan skor 4,2 dari skor maksimal 5.
Hal ini berarti bahwa aspek materi belum sebaik aspek-aspek yang mendapat
kriteria sangat baik. Oleh karena itu, berbagai saran dan masukan terkait syarat
konstruksi dan aspek materi serta aspek lain yang diberikan penilai telah
digunakan sebagai bahan revisi untuk memperoleh LKS yang lebih baik.
2. Kepraktisan perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang dihasilkan telah
memenuhi kriteria praktis berdasarkan respons siswa dan guru serta hasil
observasi keterlaksanaan pembelajaran. Secara umum, respons siswa terhadap
perangkat pembelajaran yang telah digunakan dalam pembelajaran adalah sangat
110
baik dan respons guru adalah baik. sementara itu, pelaksanaan proses
pembelajaran yang diamati juga menunjukkan hasil yang baik. Hal ini berarti
bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan praktis.
Berdasarkan respons yang diberikan oleh siswa diperoleh skor rata-rata
3,5 dari skor maksimal 4 dengan kriteria sangat baik. Hal ini berarti bahwa
perangkat yang dikembangkan membantu, memudahkan, dan memberikan
manfaat kepada siswa dalam memahami materi segitiga dan segi empat. Proses
pembelajaran yang disajikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
menggali dan menuntun serta LKS yang disajikan dengan aktivitas-aktivitasnya
dapat memfasilitasi siswa dengan baik.
Berdasarkan hasil respons yang diberikan guru diperoleh skor 3,2 dari skor
maksimal 4 dengan kriteria baik. Hal ini berarti bahwa 1) materi tersampaikan
kepada siswa dengan baik, 2) penyajian RPP jelas dan runtut, serta langkah-
langkah pembelajaran yang ditempuh bisa melibatkan keaktifan siswa, dan 3)
LKS bisa memfasilitasi siswa dalam memperoleh makna dari pembelajaran yang
telah dilakukan. Sementara itu, hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran
memperoleh persentase 84,38 dengan kriteria baik. Hal ini berarti bahwa kegiatan
belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan apa yang
direncanakan. Dengan demikian, sesuai penjabaran di atas, RPP dan LKS yang
dikembangkan praktis digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan
dengan yang diungkapkan Van den Akker (Rochmad, 2012:70) bahwa perangkat
pembelajaran dikatakan praktis jika adanya nilai guna dan disukai dalam kondisi
normal.
111
3. Keefektifan perangkat pembelajaran
Berdasarkan hasil uji coba lapangan, perangkat pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing
prompting yang dihasilkan telah memenuhi kualifikasi efektif. Secara umum,
persentase ketuntasan siswa dalam tes yang dilakukan pada akhir pertemuan
adalah 80% dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa perangkat
pembelajaran yang dikembangkan dapat memfasilitasi siswa sesuai dengan tujuan
yang dimaksud. Ketercapaian hasil belajar menunjukkan tingkat ketercapaian
tujuan pembelajaran sehingga produk yang dikembangkan dapat dikatakan efektif.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisniawati (2013) bahwa
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual efektif dan penelitian yang
dilakukan oleh Yuriska, dkk (2014) bahwa pembelajaran dengan probing
prompting efektif.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini tidak terlepas dari
beberapa keterbatasan sebagai berikut.
1. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan hanya Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
2. Perangkat pembelajaran yang diimplementasikan hanya pada materi sifat-sifat
bangun datar segi empat, keliling dan luas segitiga, serta keliling dan luas segi
empat
112
3. Implementasi hanya dilakukan pada salah satu sekolah yaitu SMP Negeri 2
Kretek dengan sampel siswa kelas VII B sebanyak 28 siswa
4. Penilaian kevalidan perangkat pembelajaran hanya dengan validitas isi
5. Implementasi pengajaran di dalam kelas seharusnya dilakukan sepenuhnya
oleh guru, namun praktiknya pengajaran dilakukan oleh peneliti dengan
dipantau guru