20
BAB VIII PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK A. Tinjauan Umum Pekerjaan pengendalian pada tiap-tiap unit pekerjaan dalam suatu proyek dimaksudkan untuk memperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan perencanaan dan persyaratan yang telah ditentukan. Proses pengendalian tersebut dilakukan oleh owner dan kontraktor, owner dalam hal ini diwakili konsultan supervisi. Mengendalikan atas biaya waktu, dan kualitas pekerjaan serta pengendalian pelaksanaan di lapangan. Pengendalian didasarkan pada gambar rencana dan RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) berupa pengawasan atau pengujian terhadap semua pekerjan yang meliputi bahan dan kualitas pekerjaannya, hasilnya digunakan sebagai kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan yang 81

BAB VIII Pengendalian Proyek

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB VIII Pengendalian Proyek

BAB VIII

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK

A. Tinjauan Umum

Pekerjaan pengendalian pada tiap-tiap unit pekerjaan dalam suatu proyek

dimaksudkan untuk memperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan perencanaan

dan persyaratan yang telah ditentukan. Proses pengendalian tersebut dilakukan

oleh owner dan kontraktor, owner dalam hal ini diwakili konsultan supervisi.

Mengendalikan atas biaya waktu, dan kualitas pekerjaan serta pengendalian

pelaksanaan di lapangan. Pengendalian didasarkan pada gambar rencana dan RKS

(Rencana Kerja dan Syarat-syarat) berupa pengawasan atau pengujian terhadap

semua pekerjan yang meliputi bahan dan kualitas pekerjaannya, hasilnya

digunakan sebagai kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan yang dilakukan olek

kontraktor dan laporan kepada pemilik proyek.

Tindakan pengendalian yang dilakukan dalam proyek pembangunan hotel

mendut meliputi:

1. pengendalian mutu,

2. pengendalian waktu,

3. pengendalian biaya,

4. pengendalian logistik,

5. pengendalian tenaga kerja,

6. pelaporan pelaksanaaan.

81

Page 2: BAB VIII Pengendalian Proyek

82

B. Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu tujuannya agar hasil pekerjaan mempunyai mutu sesuai

dengan yang telah direncanakan. Pengendalian mutu dilakukan baik terhadap

bahan konstruksi maupun kualitas hasil pekerjaan, serta cara pelaksanaan

pekerjaan. Hasil konstruksi yang baik dibuat dari bahan-bahan yang telah

memenuhi persyaratan yang ditentukan. Bahan-bahan yang akan digunakan pada

suatu proyek harus diuji secara visual dan tes laboratorium dengan sepengetahuan

pengawas lapangan/konsultan supervisi dan harus memenuhi persyaratan yang

telah ditentukan.

Pedoman dalam pengendalian mutu adalah spesifikasi bahan dan alat serta

pedoman pelaksanaan. Pengendalian mutu ini meliputi beberapa hal:

a. Pemeriksaan mutu bahan serta pemeriksaan apakah material yang digunakan

pada pelaksanaan sama dengan material yang diuji,

b. Pemeriksaan kuantitas, apakah jumlahnya telah sesuai dengan yang

direncanakan atau tidak,

c. Cara penyimpanan bahan bangunan,

d. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan.

Pengendalian kualitas bahan dilakukan dengan melakukan pengawasan.

Page 3: BAB VIII Pengendalian Proyek

83

1. Pengujian mutu baja tulangan

Pengendalian mutu baja tulangan dilakukan dengan pengujian kuat tarik

baja.

Beton Besi (steel reinforcement).

a) Kecuali dalam gambar ditentukan lain, untuk besi beton Ǿ6, Ǿ8, Ǿ10,

dan Ǿ12 memakai besi polos dengan jenis U24, sedangkan untuk besi

tulangan Ǿ13, Ǿ16, Ǿ19, Ǿ22 dan Ǿ25 menggunakan tulangan deform

(ulir) mutu BJTD 40 dengan batas ukur minimum 40 kgf/mm2 dan kuat

tarik minimum 57 kgf/mm2 (setaraf dengan U-39).

b) Kondisi fisik besi tulangan harus baru dan belum dibengkok, berwarna

abu-abu, tidak berkarat

c) Mempunyai penampang yang sama rata.

d) Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas besi yang diminta, maka

harus ada sertifikat dari laboratorium saat pemesanan maupun secara

periodek, minimum 2 contoh percobaan (stress strain) dan harus

ditentukan dari rumus :

D = 4,029 √ B, atau d = 12,735 √ G

Dimana :

D = diameter pengenal dalam mm

B = berat baja tulangan (N/mm)

G = berat baja tulangan (kg/m

Page 4: BAB VIII Pengendalian Proyek

84

Toleransi berat batang contoh yang diijinkan adalah sebagai berikut :

DIAMETER TULANGAN

BAJA TULANGAN

TOLERANSI BERAT

YANG DIIJINKAN

Ø < 10 mm ± 7 %

10 mm < Ø < 16 mm ± 6 %

16 mm < Ø < 28 mm ± 5 %

Ø > 28 mm ± 4 %

2. Pengujian mutu beton

Pengujian mutu beton dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah

mutu beton yang dihasilkan telah sesuai dengan yang disyaratkan dan untuk

menilai apakah beton sudah cukup keras sehingga dapat dilakukan pemberian

beban-beban pada bidang beton tersebut. Pengujian mutu beton ini hanya

dilakukan terhadap beton ready mix. Beton ready mix yang diguunakan pada

proyek ini diproduksi oleh PT. Karya beton. Pengujian beton ready mix ini

meliputi:

a. Pengujian nilai slump adukan beton

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekentalan (konsistensi)

adukan beton. Kekentalan adukan beton harus disesuaikan dengan cara

transport, cara pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan

tulangan. Kekentalan tersebut bergantung dari berbagai hal antara lain jumlah

dan jenis semen, nilai faktor air semen, jenis dan susunan butiran agregat serta

penggunaan bahan-bahan tambahan (aditive). Pengujian ini dilakukan dengan

menggunakan kerucut abrams sebagai cetakan dan tongkat baja sebagai

pemadatnya. Kerucut abrams ini merupakan kerucut terpacung yang terbuat

Page 5: BAB VIII Pengendalian Proyek

85

dari bahan baja yang berlubang pada kedua ujungnya dengan diameter atasnya

10 cm dan diameter bawahnya 20 cm dengan tinggi 30 cm dan pemadatnya

terbuat dari batang baja yang mempunyai diameter 16 mm dengan panjang 60

cm. Pengujian nilai slump ini dilakukan pada setiap concrete mixer truck yang

mengangkut adukan beton segar tiba dilokasi proyek.

Langkah - langkah pengujian nilai slump ini adalah sebagai berikut:

a) kerucut abrams diletakkan diatas papan atau plat baja yang

permukaannya rata dan tidak menyerap air, dengan lubang yang

berdiameter lebih besar berada dibawah,

b) adukan beton segar untuk keperluan pengujian nilai slump diambil

langsung dari truk pengaduk beton (concrete mixer truk) dengan

menggunakan ember atau alat lain yang tidak menyerap air. Bila

dianggap perlu adukan beton diaduk lagi beberapa saat sebelum

adukan beton tersebut diambil.

c) adukan beton dimasukkan didalam kerucut (di jaga supaya kerucut

tidak bergerak) dalam tiga lapis, tinggi tiap lapis kira-kira 1/3 tinggi

kerucut. Tiap lapis adukan di tusuk-tusuk dengan tongkat baja pemadat

sebanyan 25 kali tusukan. Setelah kerucut terisi 3 lapis dan telah

dipadatkan, permukaan adukan beton diratakan sama rata dengan

permukaan bagian atas kerucut, lalu didiamkan selama 1 menit,

Page 6: BAB VIII Pengendalian Proyek

86

d) setelah didiamkan selama 1 menit, segera tarik kerucut abrams keatas

secara vertikal, penarikan kerucut harus dilakukan dengan cepat dan

hati-hati agar tidak menyentuh benda uji,

e) selanjutnya kerucut diletakkan berdampingan dengan benda uji,

dengan lubang diameter yang besar berada diatas. Lalu tongkat

pemadat diletakkan diatas kerucut dan melintangi bagian atas benda

uji. Lalu ukur penurunan yang terjadi pada tiga titik yang dianggap

cukup mewakili,

f) hasil pengukuran penurunan pada 3 titik tersebut kemudian dirata-

ratakan, nilai inilah yang menunjukkan nilai slump. Nilai slump yang

disyaratkan untuk pengecoran pada proyek ini adalah 10-20 cm.

Semua pengujian memenuhi syarat nilai slump yang ditentukan.

Pembuatan benda uji slump dan pengukuran nilai slump dapat dilihat pada

Gambar 8.1 berikut :

Gambar 8.1 Pengujian slump

Page 7: BAB VIII Pengendalian Proyek

87

b. Pengujian kuat tekan beton

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah adukan beton yang

telah dicor telah memenuhi kekuatan tekan beton karakteristik, jika telah

mengeras. Pengujian ini dilakukan dengan terlebih dahulu membuat benda uji

berebentuk silinder beton dengan menggunakan adukan beton segar dari

concrete mixer truck yang nilai slumpnya telah memenuhi syarat yang telah

ditentukan. Untuk membuat benda uji kuat tekan beton ini digunakan cetakan

silinder yang mempunyai diameter 15 cm dengan tinggi 30 cm. Setelah benda

uji silinder beton siap dicetak dan siap untuk dilakukan pengujian, uji tekan

beton segera dilakukan. Hasil kuat tekan beton bisa dilihat pada lampiran 3.

Pembuatan benda uji pengujian kuat tekan beton ini dapat dilihat pada Gambar

8.2

Gambar 8.2 Pembuatan benda uji kuat tekan

Page 8: BAB VIII Pengendalian Proyek

88

c) Pemeliharaan Beton

Pemeliharaan beton dengan cara menyiram beton yang telah dicor

setelah selang waktu satu jam walaupun di bagian yang lain pekerjaan

pengecoran masih dilakukan. Penyiraman beton kolom harus terus menerus

sampai satu minggu. Penyiraman bertujuan agar beton tidak rusak atau retak –

retak karena penguapan yang besar.

Adapun cara – cara perawatan beton antara lain untuk cara

laboratorium adalah sebagai berikut:

a) Menaruh beton segar di dalam ruangan lembab

b) Menaruh beton segar diatas genangan air.

c) Menaruh beton segar didalam air.

Langkah – langkah perawatan beton dilapangan adalah sebagai

berikut:

a) Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.

b) Menggenangi beton dengan air.

c) Menyirami permukaan beton setiap saat secara terus

menerus.

Page 9: BAB VIII Pengendalian Proyek

89

C. Pengendalian Waktu

Waktu pelaksanan proyek sangat terbatas sehingga diperlukan suatu

kegiatan pengendalian waktu. Kegiatan ini pada dasarnya dilakukan untuk

mengatur rangkaian kegiatan yang ada. Dalam praktek pengendalian waktu

dilakukan dengan cara membandingkan realisasi prestasi/hasil pekerjaan di

lapangan dan rencana prestasi yang telah dibuat. Proses ini dilakukan melalui time

schedule. Dalam time schedule ini tercantum jenis-jenis pekerjaan secara garis

besar, jangka waktu pelaksanaan, bobot rencana pekerjaan dari masing-masing

jenis pekerjaan tiap minggu, bobot total rencana pekerjaan dari semua pekerjaan

tiap minggu dan bobot total realisasi pekerjaan dari semua pekerjaan tiap minggu.

Pada time schedule ini menggambarkan grafik hubungan antara bobot rencana

pekerjaan, bobot realisasi pekerjaan dalam persen dengan waktu pelaksanaan

pekerjaan. Dari grafik ini dapat dibandingkan kurva rencana pelaksanaan

pekerjaan dengan kurva realisasi pelaksanaan pekerjaan sebenarnya . Kurva ini

disebut dan lebih dikenal dengan nama kurva S. Time schedule pada proyek ini

dapat dilihat pada lampiran 4

Page 10: BAB VIII Pengendalian Proyek

90

D. Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan yang tidak

sesuai dengan ketentuan anggaran proyek yang dilaksanakan. Dengan demikian

perlu dilakukan usaha-usaha berikut ini:

1. setiap melakukan kegiatan pelaksanaan selalu berpedoman pada daftar

kuantitas dan harga, serta analisa harga satuan dalam penawaran

2. menjaga disiplin pelaksanaan guna menghindari pengeluaran biaya yang tidak

masuk dalam anggaran yang ada, hal ini bisa terjadi akibat kecerobohan

pelaksanaan sehingga mengakibatkan pembongkaran pekerjaan yang

semestinya tidak perlu terjadi

3. selalu meningkatkan hubungan konsultasi agar kebijakan yang dibuat dapat

menguntungkan kedua belah pihak dan menyesuaikan jenis dan volume

pekerjaan dengan biaya yang dikeluarkan oleh pemilik (owner).

E. Pengendalian Logistik

Dalam pelaksanaan pekerjaan, dukungan logistik sangat membantu

kelancaran proses kegiatan pekerjaan dilapangan. Oleh karena itu diperlukan

suatu pengendalian yang baik pengendalian ini dimaksudkan agar pemanfaatan

sumber daya proyek dapat efektif dan efisien, sehingga terhindar dari pemborosan

sumber daya.

Page 11: BAB VIII Pengendalian Proyek

91

Pengendalian logistik meliputi :

1. Pengendalian bahan bangunan

Penyedian bahan bangunan/material harus disesuaikan terhadap

kebutuhan material pada saat pelaksanaan suatu pekerjaan dan kemajuan

pekerjaan yang ada, sehingga material yang didatangkan tidak berlebihan yang

dapat mengganggu kelancaran pekerjaan dan agar material tidak tercecer akibat

kecerobohan pada saat pengangkutan, penyimpanan, dan pelaksanaan pekerjaan.

Bahan-bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat

yang telah ditentukan. Pengawasan dilakukan terhadap bahan-bahan bangunan

yang masuk dengan cara uji dilapangan atau dilaboratorium baik kualitas

maupun kuantitas.

Untuk memastikan ketersediaan bahan maka pelaksana lapangan

mengadakan kontak terlebih dahulu dengan supplier, hal ini dilakukan sebelum

memulai pekerjaan. Kebutuhan bahan bangunan yang akan dipesan dihitung

terlebih dahulu sesuai dengan gambar kerja yang ada untuk menghindari

kelangkaan bahan dikemudian hari. Pengecekan terhadap bahan yang datang

perlu dilakukan sesuai dengan pesanan yang telah ditentukan untuk mencegah

terjadinya pekerjaan tertunda yang diakibatkan pengawasan yang kurang cermat

terhadap jumlah bahan yang masuk. Untuk menjaga kualitas bahan-bahan dan

peralatan pekerjaan yang ada maka disimpan di gudang yang berlokasi di

proyek.

Page 12: BAB VIII Pengendalian Proyek

92

2. Penyediaan peralatan kerja

Pengendalian ini berupa penyediaan peralatan kerja. Pengendalian

dilakukan untuk mendapatkan optimalisasi penggunaan alat yang digunakan

selama pelaksanaan pekerjaan. Karena setiap pekerjaan mempunyai durasi

waktu yang terbatas maka penyediaan alat dijaga agar peralatan selalu dalam

keadaan siap pakai pada saat dibutuhkan sehingga tidak menimbulkan

keterlambatan pelaksanaan suatu pekerjaan.

F. Pengendalian tenaga kerja

Pengendalian jumlah tenaga kerja juga sangat berpengaruh terhadap

efisiensi pekerjaan. Pengendalian ini menyangkut beberapa jumlah tenaga kerja

yang harus dipekerjakan pada suatu pekerjaan tertentu dan harus disesuaikan

dengan peralatan yang ada. Untuk meningkatkan kualitas pekerja, perlu

diperhatikan keselamatan dan kesehatan kerjanya. Program yang diadakan untuk

mendukung tuntunan di atas adalah K3 (keamanan dan keselamatan kerja) yang

memberikan jaminan ganti rugi terhadap keselamatan semua pekerja, baik karena

kecelakan ringan maupun yang dapat menimbulkan korban jiwa. Program tersebut

akan membuat pekerja akan merasa tenang dan berkonsentrasi dengan pekerjaan

Page 13: BAB VIII Pengendalian Proyek

93

G. Laporan Pelaksanaan

Untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan yang telah dicapai dan sebagai

pertanggungjawaban, maka kontraktor pelaksana memberi laporan tertulis kepada

konsultan supervisi membuat laporan. Laporan yang disusun oleh konsultan

supervisi ada 3 macam, yaitu:

1. Laporan harian

Merupakan yang dibuat setiap hari secara tertulis berdasarkan pengamatan

tentang pekerjaan yang dikerjakan pada hari itu, jumlah tenaga kerja yang

digunakan, macam dan jumlah bahan bangunan yang digunakan, besar volume

pekerjaan yang telah diselesaikan dan hal lain yang terjadi di proyek, misal

kunjungan tamu, keadaan cuaca, dan kejadian khusus lainnya.

2. Laporan mingguan

Laporan ini disusun berdasarkan laporan harian yang disusun pada hari

minggu tersebut. Laporan ini memuat daftar nilai bobot pekerjaan terhadap

keseluruhan pekerjaan.

3. Laporan bulanan

Laporan ini dibuat berdasarkan laporan mingguan selama satu bulan

tersebut. Laporan ini berisi nilai bobot pekerjaan, prestasi pekerjaaan pada bulan

tersebut dan bobot prestasi terhadap seluruh pekerjaan dan ditambah dengan

foto-foto pelaksanaan pekerjaan. Laporan bulanan ditujukan kepada pemberi

tugas dalam bentuk buku yang dijilid rapi.