52
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Maksud dan Tujuan Maksud diadakannya praktek lapangan Endapan Mineral ini adalah untuk melakukan penelitian tentang tipe endapan, Litologi penyusun daerah penelitian, serta zona alterasi pada daerah Sangkaropi. Serta membandingkannya dengan tipe endapan Kuroko yang ada di Jepang. Tujuan dilakukannya praktek lapangan Geologi Eksplorasi ini adalah untuk mengetahui sebaran mineral pada daerah Sangkaropi. Serta kesebandingannya dengan tipe endapan Kuroko. I.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan di lapangan, yaitu : 1. Buku lapangan 2. Kompas geologi 3. Palu geologi 4. Roll meter 5. Luv

bahan laporan lapangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: bahan laporan lapangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Maksud dan Tujuan

Maksud diadakannya praktek lapangan Endapan Mineral ini adalah untuk

melakukan penelitian tentang tipe endapan, Litologi penyusun daerah penelitian, serta

zona alterasi pada daerah Sangkaropi. Serta membandingkannya dengan tipe

endapan Kuroko yang ada di Jepang.

Tujuan dilakukannya praktek lapangan Geologi Eksplorasi ini adalah untuk

mengetahui sebaran mineral pada daerah Sangkaropi. Serta kesebandingannya dengan

tipe endapan Kuroko.

I.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan di lapangan, yaitu :

1. Buku lapangan

2. Kompas geologi

3. Palu geologi

4. Roll meter

5. Luv

6. Peta Daerah penelitian

7. Alat tulis menulis

8. Kantong Sampel

9. Larutan HCl

10.Peralatan pribadi

Page 2: bahan laporan lapangan

I.3. Waktu, Lokasi dan Kesampaian Daerah

Penelitian ini dilakukan selama 1(satu) hari tepatnya pada tanggal 21

April 2012

Daerah penelitian terletak disekitar daerah Sangkaropi, Kecamatan Sesean,

Kabupaten Tana Toraja, Propinsi Sulawesi Selatan

Page 3: bahan laporan lapangan

Gambar 1 : Peta Tunjuk Lokasi Daerah Penelitian

Daerah penelitian berjarak sekitar 330 km dari kota Makassar kearah utara, dan

sekitar 17 Km kearah Timur-laut Kota Rantepao, yang dapat ditempuh sekitar 8 jam

Page 4: bahan laporan lapangan

dengan menggunakan roda empat (bus). Selain dengan roda empat, daerah penelitian

juga dapat dijangkau dengan roda dua ataupun dengan kendaraan tradisional.

I.4. Metode dan Tahapan Penelitian

I. 4. 1. Metode Penelitian

Pada penelitian yang dilakukan adalah penentuan tipe endapan serta zona

alterasi yang terjadi di daerah Sangkaropi dengan menggunakan data hasil

pengambilan data permukaan. Metode penelitian mencakup dua hal, yaitu metode

pada pengambilan data dan metode pada pengolahan data.

Page 5: bahan laporan lapangan

INPUT DATA1. Peta Topografi 1 : 12.5002. Litologi dan Jenis Mineral

PERENCANAAN Penentuan Metode Didasarkan pada ketersediaan data

dan kondisi Geologi

PROCESING Plotting Lokasi pengambilan sampel

Penentuan Zona Alterasi , Tipe Endapan

Pendeskripsian sample Batuan dan Mineral

OUTPUT

Pembuatan Zona Alterasi dan TipeEndapan serta jenis litologi

1. Pembuatan Peta Zona Alterasi dan Mineralisasi2. Penentuan Tipe Endapan3. Pembutan Peta Kerangka Geologi serta

Penampang melintang

1. Peta Zona Alterasi dan Mineralisasi2. Peta Kerangka Geologi3. Tipe Endapan

Zona Alterasi, Tipe Endapan dan Kondisi Geologi Daerah

Penelitian

Gambar 2. Bagan Alur Penyusunan Laporan

Page 6: bahan laporan lapangan

I.4.1.1 Metode Pengambilan Data

Data lapangan berasal dari hasil pendeskripsian batuan dan mineral yang yang

kemudian dilakukan pemplotan jenis litologi serta mineral pada peta dasar skala 1 :

12.500.

I.4.1.2 Metode Pengolahan Data

Langkah awal yang dilakukan pada pengolahan data yaitu penentuan lokasi

pengambilan sample batuan dan mineral kemudian dilakukan pendeskripsian sample

lapangan dan yang terakhir penentuan zona alterasi serta tipe endapan mineral

I. 4. 2. Tahapan penelitian

Tahapan penelitian yang ditempuh, yaitu

1. Tahap Persiapan

Tahapan ini dilakukan sebelum berangkat ke lapangan dengan tujuan agar segala

tindakan yang mengacu pada penelitian selanjutnya dapat terlaksana dengan baik.

Tahap ini terdiri dari :

- Mengurus aspek admnistrasi

- Melakukan studi literatur tentang data geologi secara regional dari hasil

peneliti terdahulu.

- Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan lapangan.

Page 7: bahan laporan lapangan

2. Tahap Penelitian Lapangan

Pada tahapan ini dilakakan pengumpulan data yang meliputi jenis

litologi/batuan, sebaran mineral, kedudukan batuan, struktur geologi dan data lainnya

yang mendukung dalam pembuatan laporan.

3. Tahap Pembuatan Laporan

Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari seluruh rangkaian kegiatan.

Tahapan ini memuat data lapangan yang telah diolah serta ditunjang oleh studi

kepustakaan.

kesimpulan, yang kemudian dibuat dalam bentuk tulisan sebagai laporan.

Persiapan Administrasi

Studi Litratur

Pengambilan DataPendeskripsian

cutting dan inti bor

Sampling

Pengumpulan DataDan

Pengolaahan DataKesimpulan

Penyusunan Laporan

Gambar 3. Bagan Alur Tahapan Penelitian

Page 8: bahan laporan lapangan

I.6 Peneliti Terdahulu

Daerah penelitian telah dipetakan oleh beberapa peneliti terdahulu secara

regional, diantaranya :

1. De Koning knijff tahun 1914, melakukan penelitian tentang Formasi serpih

Tembaga.

2. Brower tahun 1922, menyelidiki tentang hubungan antara Formasi serpih

Tembaga dengan Batugamping Eosen pada kaki Gunung Latimojong bagian

Barat.

3. Djuri dan Sudjatmiko tahun 1974, membuat peta geologi lembar Majene dan

bagian Barat Palopo dengan Skala 1 : 25.000.

4. Jumhani dan Hillman tahun 1979, meneliti tentang urutan stratigrafi daerah

Tana Toraja dan sekitarnya.

5. Sakae Ichihara, Ir. Yahya Sunarya dan Ir. Koswara Yudawinata tahun 1979,

meneliti tentang endapan bijih di daerah Sangkaropi dan Rumanga.

6. Tetsuo Yoshida, Chairullah Hasbullah,dan Tohru Ohtagaki tahun 1982,

meneliti tentang endapan tipe Kuroko di daerah Sangkaropi.

7. Embang Popang Samuel, 1996 Geologi dan zonasi Biostratigrafi satuan Tufa

daerah Batu Tumonga kecamatan Sesean Kabupaten Tana Toraja.

8. Sapta Ika yunita, 1996, Geologi dan zonasi Biostratigrafi Batugamping Suaya

daerah Suaya Kecamatan Sesean Kabupaten Tana Toraja.

Page 9: bahan laporan lapangan

9. Van Bemmelen (1949 dan 1970), membahas mengenai kondisi geologi Pulau

Sulawesi.

10. Sartono dan Astadireja (1981), mengemukakan suatu Laporan Pemetaan

Geologi Kwarter Sulawesi Selatan.

Page 10: bahan laporan lapangan

BAB II

TEORI RINGKAS

II. 1. Asosiasi Batuan

Endapan Tipe Kuroko di temukan pada batuan vulkanik berumur miosen

(green tuff) di daerah Honshu dan Hokkaido Jepang (Gambar 4) dan endapan ini

mirip tipe Kuroko pada batuan Fanerozoik (table 1)

Genetic endapannya berhubungan dengan vulkanik bawah laut (sub-marine

vulkanik) yang berkomposisi dasitik dan riolitik, dan proses runtuhan kaldera

vulkanik. Pembentukan endapan tipe Kuroko berhubungan dengan proses rifting pada

back arc yang dapat menghasilkan sulfide sebagai indikasi vulkanis bimodel mafik-

felsik dalam suatu proses mineralisasi.

Kondisi dan tipe genetic pembentukan endapan tipe Kuroko yang

berhubungan dengan vulkanik bawah laut dari seri batuan vulkanik intermedit-felsik

ditunjukkan pada gambar. 5

II. 2. Mineralisasi dan Pola Alterasi

Bentuk dan pola mineralisasi dan alterasi ditunjukkan dalam gambar 6, yang

dibagi dalam tiga tipe dasar yaitu derajat rendah (Keiko ore) terdiri dari veinlet

kuarsa mengandung pirit dan kalkopirit ; Black ore (Kuroko ore) mengandung galena

massive, sphalerite, dan barit yang mengandung sulfide dan lapisan rijang

Page 11: bahan laporan lapangan

furrigeneous. Mineral lain penyerta yaitu seperti arsenic, emas, perak, dan nikel dan

sulfosalt mineral terutama tetrahydrite-tennantite

Gambar 4. Distribusi Formasi Green Tuff Miosen di Jepang (Sato, 1974)

Page 12: bahan laporan lapangan

Tabel 1. Endapan Sulfida Masive Tipe Kuroko

Page 13: bahan laporan lapangan

Gambar 5. Model Genetik Endapan tipe Kuroko (Franklin, 1981) A. lapisan

intermediet dalam hematite-kuarsa-pyrite, B. Lapisan Sulfida

sedimentasi dalam Kuroko dan Oko ore, C. Zona gypsum (Sekkoko

ore), D. Siliceous zone (Keiko ore).

Pola alterasi dan asosiasi mineral biji tipe Kuroko terlihat pada gambar 7.

yang disertai alterasi zeolit sebagai ciri green tuff dari Jepang dan Sangkaropi Tana

Toraja. Zona dekat kontak stockwork diperkaya oleh Mg-chlorite dan serisit hasil

Page 14: bahan laporan lapangan

alterasi dan silifikasi. Terdapat pada seri alterasi serisit-monmorillonite, dan Fe/Mg

chlorite. Kondisi temperature pembentukan tipe Kuroko sekitar 200-300o C

Gambar 6. Penampang Genetik endapan tipe Kuroko (Franklin, 1981)

Gambar 7. Diagram alterasi host rock endapan Kuroko (Rijima, 1974)

Page 15: bahan laporan lapangan

Tipe endapan Kuroko dicirikan oleh polimetalik yang mengandung Cu-Pb-Zn

yang terbentuk pada gunungapi bawah laut (sub-marine vulkanik) yang bersifat

asam)berumur Miosen dalam seri batuan Green tuff di daerah Jepang.

Zona mineralisasi bijih endapan Kuroko dari bawah ke atas yaitu :

Zona V : lapisan hematite – kuarsa

Zona IV : apatite – barite

Zona III : lapisan massive barit-galena-sphalerite (bijih hitam) disertai

tetrahidrite, pirit, kalkopirit, tennantit dan bornite

Zona II : lapisan massive pirite-kalkopirite (kuning) dan gypsum

Zona I : dissiminasi tuibuh (stockwork) pirit-kalkopirit-kuarsa (siliceous),

gambar 6

Menurut Horikoshi, mekanisme pembentukan endapan tipe Kuroko melalui

beberapa tahap yakni :

Tahap I : letusan freatomagnetik dasar laut dan sedimentasi breksi-tufa

Tahap 2 : naiknya magma dan pembentukan kubah lava

Tahap 3 : letusan uap disisi kubah lava dan sedimentasi breksi vulkanik

Tahap 4 : aktivitas hidrotermal dan pembentukan endapan tipe Kuroko

(gambar 5)

Endapan tipe Kuroko mempunyai 3 seri alterasi yaitu :

1. Seri kaolinit-pirofilit-diapore (AlO(OH)

2. Seri serisit-klorit

Page 16: bahan laporan lapangan

3. seri serisit-klorit-karbonat

BAB II

GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

III. 1. Geomorfologi Regional Daerah Penelitian

Van Bemmelen (1949) mengelompokkan pulau Sulawesi menjadi tujuh

evolusi orogenik, salah satunya adalah orogen pulau Sulawesi Bagian Selatan

(gambar x). yang terdiri dari beberapa unit fisiografi yaitu selat Makassar, dataran

antara teluk Mamuju teluk Mandar, depresi Saddan, pegunungan Latimojong, bagian

tenggara zona Palu daerah kompleks dari lengan tenggara Sulawesi, pegunungan

Verbeek dan daerah pantai timur dari lengan trnggara Sulawesi dan teluk Tulo.

II.1.2 Stratigrafi Regional Daerah Penelitian

Menurut Djuri dan Sujatmiko, 1974 (Peta Geologi Lembar Mejene dan

Bagian Barat Palopo Sulawesi Selatan) batuan tertua yang merupakan alas daerah ini

adalah batuan-batuan yang termetamorfisme sedang seperti serpih, rijang, marmer,

kuarsit dan breksi terkersikan serta beberapa intrusi menengah hingga basa.

Kelompok batuan ini tersingkap dipegungungan Latimojong, sehingga dinamakan

formasi Latimojong. Oleh proses struktur berupa perlipatan kuat sehingga

ketebalannya tidak dapat diketahui. Berdasarkan penarikan radiometri, kelompok

batuan ini berumur Kapur.

Page 17: bahan laporan lapangan

Formasi Latimojong tertindih tidak selaras oleh Formasi Toraja yang terdiri

dari ‘ TET ‘ (Tertiry Eocene Toraja) dan ‘ TETL (Tertiary Eocene Toraja Limestone).

TET tersusun oleh sepih napalan, batugamping, batupasir kuarsa, konglomerat kuarsa

dan setempat-setempat batubara. TETL tersusun oleh batugamping fosil foraminifera

palnktonik. Kedua satuan batuan ini berumur Eosen.

Kegiatan gunung api bawah laut terjadi pada kala Oligosen, batuannya terdiri

dari alairan lava bersusunan basal hingga andesit, breksi vulkanik, batupasir dan

batulanau. Setempat-stempat mengandung feldspatoid. Kebanyakan batuan

terklritisasi dan terkresikkan. Kelompok batuan tersebut dinamakan ‘ TOL ’ (Tertiary

Oligosen Lava).

Diatas TOL diendapkan secara tidak selaras batuan sedimen laut dangkal yang

berasosiasi dengan karbonat. Kelompok batuan tersebut dinamakan ‘ TMB ‘ (Tertiary

Miocene Breccia) yang tersusun oleh napal, batugamping yang tersisip setempat-

setempat mengandung batupasir gampingan, konglomerat dan breksi. Berdasarkan

kandungan fosil palntonik, satuan batuan ini berumur Miosen Awal sampai Miosen

Tengah. Bagian atasnya menjamri dengan satuan batuan ‘ TMC ‘ (Tertiary Miocene

Conglomerate) dan TMPSS (Tertiary Miocene Pliocene Sandstone).

TMC tersusun oleh konglomerat, sedikit batupasir gloukonit dan serpih.

TMPSS tersusun oleh batupasir bersusun andesit, batulanau, konglomerat dan breksi.

Ketebalan batuan ini sekitar 1000 meter dan berumur Miosen Tengah hingga Piosen.

Page 18: bahan laporan lapangan

II.1.3 Strutur Geologi Regional

Perkembangan struktur geologi lengan selatan bagian utara pulau Sulawesi

menurut Van Bemmelen (1949) merupakan geosinklin diserta dengan kegiatan

vulkanik bawah laut dan intrusi gabro yang terjadi selama zaman Kapur. Pegunungan

Latimojong merupakan cekungan muka dimana kegiatan gunung api bawah laut dan

pengedapan material-material terigen. Sedangkan pada pegungungan Verbeek

dibagian timur dijumpai gatugamping Globotuncana serta tidak mengandung material

gunung api serta bebas dari material terigen, hal ini menunjukkan pada zaman Kapur

jalur pegunungan Latimojong merupakan cekungan muka yang terangkat pada bagian

baratnya.

Page 19: bahan laporan lapangan

BAB IV

PENENTUAN TIPE ENDAPAN DAN ZONA ALTERASI

IV.1 Litologi Daerah Penelitian

Adapun litologi penyusun dari daerah penelitian yaitu terdiri atas :

Tufa andesitic-breksi

Sebagian besar terdiri dari tufa andesitik, breksi dan tufa lapilli yang

berinterkalasi dengan tufa pasiran dan tufa halus seperti yang dijumpai pada

stasiun 10 dan hampir keseluruhan dari daerah penelitian ini dijumpai

batuan ini.

Dasite

Berwarna hijau dimana penyebarannya terletak pada lapisan atas dari

breksi – tufa asam

Lava Basalt

Tersingkap setempat-setempat pada endapan Sangkaroopi, dimana

basalt yang berwarna segar hijau gelap-hitam. (stasiun 8 dan 9

Andesitic pyroclastic dan lava

Sebagian besar lava andesitik dan pyroclastik, lava andesitik umumya

berwarna hijau dan massive, dimana batuan andesitik pyroklastik terdiri

atas breksi vulkanik.

Page 20: bahan laporan lapangan

Intrusi Diorit

Intrusi ini biasanya setempat-setempat seperti yang terdapat pada

stasiun 10.

IV. 2. Penentuan Zona Alterasi daerah Penelitian

.

Berdasarkan mineral alterasi, diidentifikasi tipe alterasi yang terjadi pada daerah

penelitian berupa :

1. Tipe Argillic, yang dicirikan oleh kehadiran mineral lempung secara dominan.

2. Tipe propilitik yang dicirikan oleh kelimpahan klorit dan zeolit.

Proses alterasi pada daerah penelitian dipengaruhi oleh cairan magma, terlihat

pada stasiun 8 dan 9 dijumpai proses kloritisasi pada singkapan breksi vulkanik,

dimana disekitarnya dijumpai aliran lava basal porpiri. Alterasi pada breksi vulkanik

ini hanya terjadi pada semennya, sedangkan fragmen penyusunnya tidak menglami

proses alterasi. Pada singkapan breksi vulkanik ini, juga dijumpai adanya retakan-

retakan pada membentuk kekar yang terisi oleh mineral. Setempat-setempat pada

singkapan ini juga dijumpai adanya hematit. Selain proses alterasi, juga dijumpai

mineralisasi pirit yang telah megalami pelapukan.

Pada daerah penelitian juga dijumpai mineral hematit. Keberadaan mineral ini

dapat diakibatkan oleh proses alterasi (hematisasi) dan mineralisasi. Kedua bagian

tersebut dimungkin terjadi, yaitu pada zona black ore hematit yang dijumpai

Page 21: bahan laporan lapangan

kemungkinan terbentuk oleh proses mineralisasi, tetapi pada stasiun 2 (dua), hematit

kemungkinannya terbentuk oleh proses alterasi (hematitisasi) karena dijumpai

mengisi rekahan (kekar) pada bukaan 1 – 5 mm dengan spasi 5 – 40 cm pada batuan

breksi vulkanik.

Keberadaan mineral tersebut diatas yang merupakan mineral berat dikontrol

oleh proses primer dan sekunder berupa porses mineralisasi dan alterasi khususnya

pada hematit. Selaian proses hematisasi, hematit pada rekahan dapat dibentuk oleh

proses pengayaan mineral-mineral yang mengandung oksida besi.

Sebaran mineral pada daerah penelitian juga terdiri dari sebaran mineral silika

yang dijumpai pada stasiun 7 (enam). Keberadaan mineral ini jika dihubungkan

dengan proses vulkanisme (gunung api) dapat disebut sebagai Sinter (suatu endapan

silika yang terbentuk oleh peristiwa gunung api). Penyebaran lateral endapan ini

sekitar 250 meter dan vertikal sekitar 10 meter.

Sebaran mineral klorit yang dijumpai pada staiun 10 (sepuluh) dengan sebaran

lateral sekitar 12 meter dan vertikal sekiar 5 meter, pada stasiun 8 (lima) dengan

penyebaran lateral sekitar 250 meter dan vertikal sekitar 3 meter.

Sebaran mineral logam dijumpai pada stasiun 1 dan 2 yang terletak Pada bagian

tengah dari daerah peneltian serta terdiri dari mineral spalerit, galena, sulfur, pirit,

hematit dan sedikit kalkopirit.

Sebaran mineral kaolin (mineral lempung) dijumpai terletak dibawah

endapan silika. Endapan mineral ini terbentuk dari hasil alterasi mineral feldsfar yang

berasal dari tufa.

Page 22: bahan laporan lapangan

Jika ditinjau model pengendapan oleh Guilbert, 1970, dijelaskan bahwa pada

suatu model “Phorphyry Copper” , menunjukkan semakin tingginya proses

mineralisasi yang terjadi.

Propylitic Zone

Argillic ZonePhyllic Zone

Potassic Zone

Gambar 8. Pola zona alterasi hidrotermal model Phorphyry Copper (Guilbert, 1970)

IV. 3. Tipe Endapan daerah penelitian

Dengan masuring section pada stasiun 1 yang merupakan zona black ore.

Tetsuo Yoshida (dalam Kaharuddin, MS, 2001) menerangkan bahwa daerah

termasuk endapan tipe kuroko. Observasi lapangan menunjukkan bahwa pada daerah

ini didominasi oleh spalerit, galena, sulfur, pirit, hematit dan sedikit kalkopirit serta

mineral sulfida lainnya, mineral tersebut diatas juga merupakan bagian mineral-

mineral yang terdapat pada endapan tipe Kuroko.

Page 23: bahan laporan lapangan

Dibawah ini memperlihatkan penampang sebaran mineral dari stasiun 1

sampai dengan stasiun 10.

Keterangan :

Black Ore Endapan Silika

Endapan Klorit Endapan Kaolin

Breksi Hidrotermal Intrusi

Page 24: bahan laporan lapangan

BAB V

DISKUSI

Sebaran mineral pada daerah penelitian juga terdiri dari sebaran mineral silika

yang dijumpai pada stasiun 7 (enam) setelah makan siang. Keberadaan mineral ini

jika dihubungkan dengan proses vulkanisme (gunung api) dapat disebut sebagai

Sinter (suatu endapan silika yang terbentuk oleh peristiwa gunung api).

Gambar 9. Hubungan tipe cairan pada zona alterasi dan pembentukan endapan sinter.

Endapan sulfida ini terbentuk sistem sulfidasi rendah gambar. 9 (kiri) dimana

cairan berasal dari kedalaman 1-2 km dengan ph yang normal, terjadi reduksi yang

seimbang dimana magma yang tereduksi berasal dari kedalaman yang sangat besar.

Page 25: bahan laporan lapangan

Kemudian terjadi pemanasan (boiling) pada cairan magma yang kemudian naik ke

lapisan permeabel . lalu biji endapan dan mineral gangue mungkin mengalami ubahan

disebabkan karena ph yang netral yang berasal dari mata air panas. Pemanasan uap

air dengan gas CO2 dan H2S yang menyebabkan terjadi penguapan pada zona vadose

ke bentuk uap-air panas, yang berasal dari oksidasi asam dari H2S (Asam sulfur).

Sedangkan gambar 9 (kanan) merupakan endapan sistem sulfidasi yang tinggi

dimana terjadi kenaikan magma volatil pada lingkungan Ephitermal yang kemudian

terjadi penyerapan dengan air meteorik, adanya gas HCl dan SO2 (4 SO2 + 4 H2O = 3

H2SO4 + H2S) dari larutan asam yang tinggi yang menyebabkan pencucian (leaches)

pada lapisan batuan terluar oleh cairan conduit. Mineral berat mungkin terbawa

kedalam pencucian batuan oleh magmatic akhir (late magmatic) dan cairan fluida.

Page 26: bahan laporan lapangan

BAB V

P E N U T U P

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, ditarik kesimpulan :

1. Berdasarkan analisa peta topografi, daerah penelitian merupakan daerah

struktur yang diperlihatkan oleh adanya pelurusan topografi.

2. Endapan mineral pada daerah penelitian berkaiatan dengan proses

vulkanisme.

3. Keberadaan mineral pada daerah penelitian dikontrol oleh proses mineralisasi

dan alterasi.

4. Sebaran mineral pada daerah penelitian terdiri dari sebaran mineral-mineral

sulfida, klorit, kaolin dan silika.

5. Tipe alterasi yang dijumpai pada daerah penelitian berupa argillik dan

propilitik.

6. Jenis Endapan daerah ini dimasukkan dalam Tipe Kuroko yang didominasi

oleh spalerit, galena, sulfur, pirit, hematit dan sedikit kalkopirit serta mineral

sulfida lainnya.

Page 27: bahan laporan lapangan

V. 2 Saran

Dalam penelitian berikutnya, agar dilakukan penelitian yang lebih detail lagi

agar didapatkan data yang mempunyai tingkat validasi data yang tinggi.

Page 28: bahan laporan lapangan

DAFTAR PUSTAKA

Bammelen, R.W. Van, 1970, The Geology Of Indonesia, Volume 1A, General Geology Of Indonesia and Adjacent Archipelagoe, The Haquea Martnus Nijhoff, Nederland.

Djuri & Sujatmiko, 1974 Peta Geologi Lembar Majena dan Bagian Barat Lembar Palopo, Sulawesi Selatan, Departemen Pertambangan dan Energi, Direktoraat janderal Pertambangan Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung,

Evans, Anthony M, 1980, An Introduction To Ore Geology, Vol. 2.

Wedenquist,Jeffrey W.1998. Hydrotermal system in Volcanic arc, Mineral andFuel Resources Departement Geological Survey of Japan

Page 29: bahan laporan lapangan

LAMPIRAN

Page 30: bahan laporan lapangan

DESKRIPSI MINERAL

Pirit, FeS2, dalam keadaan segar berwarna kuning, lapuk berwarna hitam, kilap logam, cerat hitam, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 6 – 6,5, tenacity ductile, sistem kristal isometri. Dijumpai dalam bentuk kristal yang baik (granular). Pada stasium 1 dan 2 mengalami pelapukan yang tinggi, pada zona black ore terlihat masing segar penyebarannya melimpah pada zona black ore. Juga hadir dalam bentuk mineral replacement.

Kalkopirit, CuFeS2, berwarna kuning, , kilap logam, kehijauan, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 4 – 5, tenacity ductile, sistem kristal tetragonal. Dijumpai dalam bentuk kristal yang baik (granular) pada zona black ore dan penyebarannya sangat sedikit.

Spalerit, ZnS2 berwarna hitam, kilap logam, cerat hitam, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 5 – 6, tenacity ductile, sistem kristal isometri. Dijumpai dalam bentuk bubuk (menyebar dalam massa batuan) dan melimpah pada zona balck ore.

Galena, PbS2, berwarna perak/abu-abu, kilap logam, cerat abu-abu, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 3 - 4, tenacity ductile, sistem kristal isometri. Dijumpai dalam bentuk kristal yang tidak terlalu baik dan dijumpai pada zona balck ore.

Sulfur, S2, berwarna kuning, kilap kaca, cerat putih kekuningan, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 2 – 2,5, tenacity brittle, sistem kristal ortorombik. Dijumpai dalam bentuk bubuk yang menyebar dalam massa batuan pada zona balck ore.

Hematit, FeO3, berwarna Coklat, kilap logam, cerat coklat, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 5 – 6,5, tenacity ductile, Dijumpai dalam bentuk massa yang terkonsentrasi. Pada staiun 2 dijumpai mengisi rekahan dan pada zona blacl ore juga mengsisi rekahan pada batuan dengan penyebaran yang lebih besar.

Malachite, Cu2CO3Cu(OH)2, berwarna hijau, kilap damar, cerat hijau, belahan sempurna, pecahan concoidal, kekerasan 3,5 - 4, tenacity brttile, sistem kristal monoklin. Dijumpai dalam sebagai mineral sekunder yang terdapat pada diding singkapan di zona black ore dalam bentuk kristal baik.

Barit, BaSO4, berwarna putih, kilap kaca, cerat putih, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 3 - 4, tenacity Brittle, sistem kristal ortorombik. Dijumpai dalam bentuk kristal yang tidak terlalu baik. Jarang ditemukan dalam bentuk yang insitu, umum hanya berupa massa-massa kecil. Hadir bersama endapan silika pada stasiun 6.

Page 31: bahan laporan lapangan

Klorit, berwarna hijau, kilap sutera, cerat hijau, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 4 - 5, tenacity brittle, Dijumpai dalam bentuk butiran halus dalam suatu massa batuan. Dominan Pada stasiun 1 serta terlihat sangat kompak sedangkan pada stasiun 2 hadir hanya sedikit pada batuan breksi vulkanik

Zeolit, berwarna putih, kilap kaca, cerat putih, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 4 - 5, tenacity brittle, sistem kristal ortorombik. Dijumpai dalam massa yang teragregat dengan kandung air. Tersebar pada stasiun 5.

Page 32: bahan laporan lapangan

Schedule Perjalanan Field Trip Endapan Mineral

tanggal 5 – 7 Desember 2003

Tangal 5 Desember 2003

0800 : Berangkat dari kampus menuju Tana Toraja

1330 – 1400 : Istrirahat (Enrekang) untuk makan siang

1700 : Tiba di Tana Toraja (Sangkaropi)

2130 : Makan Malam

2200 : Diskusi, persiapan Kerja serta Metode Kerja.

0100 - 0600 : Istirahat

Tangal 6 Desember 2003

0700 – 0730 : Sarapan pagi

0800 – 1330 : Pengambilan data/observasi lapangan

1330 - 1400 : Istirahat (makan siang)

1400 - 1600 : Pengambilan data lanjutan

1600 - 1700 : Menuju Base camp

1700 - 1900 : Istirahat, persiapan diskusi

1900 - 2000 : Makan malam

2000- 0100 : Diskusi hasil kerja

0100 – 0700 : Pembuatan Laporan Sementara

Tangal 4 November 2001

0800 – 0830 : Sarapan pagi

0830 - 0900 : Persiapan pulang, pembersihan base camp

0900 - : Menuju Ke Makassar, tiba pukul 1800

Page 33: bahan laporan lapangan

lampiran