bahan laporan mikro

Embed Size (px)

Citation preview

laporanmikrobiologi Februari 9, 2010Filed under: sains mya @ 7:41 am

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDalam bidang mikrobiologi, dipelajari mengenai mikroba yang meliputi bakteri, fungi atau mikroorganisme lainnya, baik dalam morfologi dan penampakan koloninya. Karena itu, untuk melihat dengan jelas penampakan mikroba tersebut, terlebih dahulu kita membuat biakan atau piaraan organisme. Sebelumnya, bahan serta peralatan harus dalam keadaan steril, artinya pada bahan dan peralatan yang ingin dipergunakan tidak terdapat mikroba lain yang tidak diharapkan. Proses dari kegiatan steril disebut sterilisasi.Sementara itu, untuk menumbuhkan mikroorganisme yang sudah dibiakkan (murni) digunakan media. Media merupakan campuran dari beberapa zat-zat makanan untuk pertumbuhan mikroba dan berfungsi sebagai nutrisi bagi mikroba tersebut. Media dibedakan berdasarkan fase (sifat fisik media), yaitu media padat, media setengah padat, media cair, dan berdasarkan komposisinya, yaitu media sintesis, media semi sintesis, dan media non sintesis. Dari media tersebut, maka kita dapat mengetahui sifat dan bentuk (koloni) dari mikroba.Pada penelitian ini saya akan membuat piaraan mikroba dengan menggunakan media padat, yaitu agar-agar sebagai tempat pertumbuhan mikroba dan media apel serta kentang untuk mengetahui pertumbuhan organisme dari beberapa macam tanah. Setelah itu mengidentifikasi sifat dan koloni mikroba yang terdapat pada biakan.1.2 Tujuan1. Mengetahui dan mengamati pertumbuhan mikroorganisme pada media apel dan kentang dari berbagai karakteristik tanah.2. Mempelajari teknik / cara dari proses sterilisasi pada alat dan bahan.3. Mempelajari dan mengetahui cara pembuatan media padat Potato Sucrose Agar (PSA).4. Memepelajari teknik / cara penanaman mikroba5. Mengamati sifat pertumbuhan dan bentuk koloni mikroba pada berbagai media.BAB IIKAJIAN TEORI1. I. Pembiakkan MikrobaMikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk, sifat, dan kehidupan jasad hidup mikroba (jasad renik, mikrobia, mikroorganisme). Untuk mempelajari mikroorganisme yang mempunyai ukuran kecil ini diperlukan adanya suatu pengamatan. Pengamatan itu dapat dilakukan dengan pemiaraan (kultur/biakan) mikroorganisme yang berfungsi memudahkan pengamatan.Ada beberapa istilah dalam pembiakkan mikroorganisme:Biakan murniBiakan murni bakteri adalah biakan yang terdiri atas satu spesies bakteri yang ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan tersebut berfungsi sebagai medium pertumbuhan.Piaraan campuran, Piaraan murni Supaya kita mendapatkan satu spesies saja dalam satu piaraan, maka perlulah diadakan suatu piaraan murni (pure culture). Piaraan murni dapat diperoleh dari piaraan campuran (mixed culture) dengan cara sebagai berikut.Kalau kita pertama kali mengadakan piaraan, biasanya yang kita peroleh itu suatu piaraan campuran. Misal, kita ambil bahan (sampel) dari udara, dari tanah, dari kotoran; kalau bahan itu kita sebarkan pada medium steril, akan tumbuhlah beraneka koloni yang masing-masing mempunyi sifat-sifat yang khas. Jika kita mengambil bahan dari salah satu koloni tersebut, kemudian bahan itu kita tanam pada medium baru yang steril, maka bahan itu akan tumbuh menjadi koloni yang murni, asalkan pekerjaan pemindahan itu dilakukan dengan cermat menurut teknik aseptik, yaitu menggunakan alat-alat yang steril dan aturan-aturan laboratorium tertentu. Piaraan yang kita peroleh dengan jalan demikian kita sebut piaraan pertama (primary culture), dan sifatnya murni. Piaraan semacam ini dapat disimpan, tetapi tiap-tiap waktu tertentu harus diadakan peremajaan dengan memindahkannya ke medium baru. Piaraan-piaraan yang diperoleh dari piaraan pertama disebut piaraan turunan (sub-culture).Tiap-tiap laboratorium perlu menyimpan beberapa jenis piaraan murni. Negara-negara yang sudah maju mesti mempunyai koleksi pelbagai piaraan murni; piaraan simpanan itu disebut juga stock culture.

1. II. SterilisasiBahan ataupun peralatan yang dipergunakan di dalam mikrobiologi, harus dalam keadaan steril. Artinya, pada bahan atau peralatan tersebut tidak terdapat mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik akan mengganggu / merusak media ataupun mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan. Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan/pemusnahan bakteri dengan cara membunuh mikroorganisme suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan. Beberapa cara untuk mensterilkan mediuma. Dalam abad 18 orang mensterilkan medium cukup dengan mendidihkan medium tersebut selama beberapa jam. Dengan jalan ini maka matilah semua benih kehidupan. Cara yang demikian ini dilakukan oleh Spallanzani (1729 1799) untuk membuktikan tidak mungkinnya abiogenesis.b. Tyndallisasi. Metode ini berupa mendidihkan medium dengan uap untuk beberapa menit saja. Sehabis didiamkan satu hari selama itu spora-spora sempat tumbuh menjadi bakteri vegetatif maka medium tersebut dididihkan lagi selama beberapa menit. Akhirnya pada hari ketiga, medium tersebut dididihkan sekali lagi. Dengan jalan demikian ini diperolehlah medium yang steril, dan lagi pula, zat-zat organik yang terkandung di dalamnya tidak mengalami banyak perubahan seperti halnya pada (a).c. Dengan autoklaf, yaitu alat serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap. Medium yang akan disterilkan ditempatkan di dalam autoklaf ini selama 15 sampai 20 menit; hal ini bergantung kepada banyak sedikitnya barang yang perlu disterilkan. Medium yang akan disterilkan itu lebih baik ditempatkan dalam beberapa botol yang agak kecil daripada dikumpul dalam satu botol yang besar. Setelah pintu autoklaf ditutup rapat, barulah kran pada pipa uap dibuka, dan temperatur akan terus menerus naik sampai 121o C. Biasanya autoklaf sudah diatur demikian rupa, sehingga pada suhu tersebut, tekanan ada sebesar 15 lbs (pounds) per inch persegi yang berarti 1 atmosfer per 1 cm2. Perhitungan waktu 15 atau 20 menit itu dimulai semenjak termometer pada autoklaf menunjuk 121oC. Setelah cukup waktu, maka kran uap ditutup, dan dengan demikian akan kita saksikan, bahwa suhu mulai turun sedikit demi sedikit, demikian pula manometer. Autoklaf tidak boleh dibuka sekonyong-konyong. Jika diperbuat demikian, maka isi botol yang ada di dalam autoklaf akan meluap ke mana-mana. Baiklah kita menunggu sampai manometer menunjukkan 0, barulah autoklaf kita buka. Pendinginan dilakukan sedikit demi sedikit. Jika medium mengandung vitamin, gelatin atau bangsa gula, maka setelah sterilisasi sependek-pendeknya dalam autoklaf, medium tersebut haruslah segera didinginkan sesudahnya dikeluarkan dari autoklaf. Perbuatan ini perlu untuk menghindarkan terurainya zat-zat tersebut. Medium yang sudah steril dapat disimpan dalam almari es..d. Dengan penyaringan (filtrasi). Medium disaring dengan saringan porselin atau dengan tanah diatom. Dengan jalan ini, maka zat-zat organik tidak akan mengalami penguraian sama sekali. Hanya sayang, virus tak dapat terpisah dengan penyaringan, medium masih perlu dipanasi dalam autoklaf, meskipun tidak selama 15 menit dengan temperatur 121o C. Penyaringan dapat dilakukan juga dengan saringan yang dibuat dari asbes. Saringan ini lebih murah dan lebih mudah penggunaannya daripada saringan porselin. Saringan asbes dapat dibuang setelah dipakai, sedangkan saringan porselin terlalu mahal untuk dibuang, dan terlalu sulit untuk dibersihkan.Pensterilan gelas-gelasGelas, botol, pipa, pipet yang sudah bersih tidak disterilkan di dalam autoklaf, karena barang-barang tersebut akan tetap basah sehabis sterilisasi. Alat-alat dari gelas dimasukkan di dalam oven kering selama 2 3 jam pada temperatur 160o 170o C; hal ini bergantung kepada banyak sedikitnya muatan yang dimasukkan dalam oven. Kapas masih dapat bertahan dalam oven kering selama waktu dan pada temperatur seperti tersebut di atas. Alat-alat yang belum bersih dan belum kering tidak boleh dimasukkan dalam oven kering. Pensterilan alat-alat dapat pula dilakukan dengan gas etilen oksida. Hal ini harus dikerjakan dengan hati-hati, karena ada bahaya letusan.Macam-macam sterilisasi Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba).2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran. Pemanasana. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.d. Uap air panas bertekanan : menggunakan autoklaf Penyinaran dengan UVSinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV. Pemanasan dengan menggunakan sinar gelombang pendek lain seperti sinar-x, sinar gamma dll.3. Sterilisaisi secara kimiawi, biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol, larutan formalin, larutan AMC (campuarn asam klorida dengan garam Hg) dsb. III. Media (Medium)Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba, diperlukan suatu substrat yang disebut media.sedang media itu sendiri sebelum dipergunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain.Media-media yang dapat digunakan dalam uji mikrobiologi ini antara lain:1. PCA (Plate Count Agar): Digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri2. PDA (Potato Dextrose Agar): Digunakan sebagai media pertumbuhan khamir dan kapang3. Pepton: sebagai bahan pengencerPengertian dan FungsiMedia pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.Macam-Macam Media Pertumbuhan1. Medium berdasarkan sifat fisik (bentuk) Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin media menjadi padat. Umumnya dipergunakan untuk bakteri, ragi, jamur dan kadang mikroalge. Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Biasanya untuk mikroba yang banyak memerlukan kandungan air dan hidup anaerobik. Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar/tidak ditambah zat pemadat, contohnya adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth). Biasa dipergunakan untuk kiroglae dan bakteri seperti bakteri dan ragi.2. Medium berdasarkan komposisi (susunan) Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar. Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti, misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang komposisi senyawa penyusunnya. Medium non sintesis/alami yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.3. Medium berdasarkan tujuan penggunaan Media untuk isolasiMedia ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba, misalnya Nutrient Broth, Blood Agar. Media selektif/penghambatMedia selektif yaitu media yang dibuat untuk menekan pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang diinginkan. Media yang hanya cocok untuk species-species tertentu dan tidak cocok untuk species yang lain. Contohnya adalah Luria Bertani medium yang ditambah Amphisilin untuk merangsang E.coli resisten antibotik dan menghambat kontaminan yang peka, Ampiciline. Salt broth yang ditambah NaCl 4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran terhadap garam. Media diperkaya (enrichment)Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar, dll. Media untuk peremajaan kulturMedia umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik.Media ini digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis metabolisme suatu mikroba. Contohnya adalah Kosers Citrate medium, yang digunakan untuk menguji kemampuan menggunakan asam sitrat sebagai sumber karbon. Media untuk karakterisasi bakteriMedia yang digunakan untuk mengetahui kemampuan spesifik suatu mikroba. Kadang-kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan kimia. Contohnya adalah Nitrate Broth, Lactose Broth, Arginine Agar. Media diferensialMedia diferensial yaitu media yang dibuat untuk memudahkan mengenali koloni organisme yang diinginkan. Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna media di sekeliling koloni.Komponen anorganik maupun organic merupakan substrat ataupun medium yang baik bagi kehidupan mikroorganisme. Mikroorganisme penghuni tanah merupakan campuran populasi dari protozoa (amoeba, flagllata, cilliata), bakteri (clostridium, rhizobium), alga (ganggang) seperti alga biru, hijau dan jamur terutama jamur bertingkat rendah seperti jamur lender, berbagai ragi, dan berbagai phyromycetes dan ascomycetes (Dwijoseputro, 1998)IV. Penanaman Mikroba (inokulasi)Pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru minta banyak ketelitian. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang ada sangkut-paut dengan medium dan pekerjaan inokulasi itu benar-benar steril; ini untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak kita inginkan.A. Menyiapkan ruanganRuang tempat inokulasi itu kecil, bersih, dan bebas angin. Dinding ruang yang basah menyebabkan butir-butir debu menempel kepadanya. Pada waktu mengadakan inokulasi, baik sekali jika meja tempat inokulasi itu didasari dengan kain basah. Pekerjaan inokulasi dapat dilakukan juga di dalam suatu kotak berkaca (ent-kas). Dalam laboratorium untuk membuat vaksin, serum dan sebagainya, udara yang masuk ke dalam ruangan itu dilewatkan saringan yang disinari dengan sinar ultra-ungu.B. Pemindahan dengan kata inokulasiUjung kawan inokulasi sebaiknya dari platina atau dari nikrom; ujung itu boleh lurus, boleh juga berupa kolongan yang berdiameter 1 3 mm. Lebih dahulu ujung kawat ini dipijarkan, sedang sisanya sampai tangkai cukup dilewatkan nyala api saja. Setelah dingin kembali, ujung kawat itu disentuhkan suatu koloni. Mulut tabung tempat pemiaraan itu dipanasi juga setelah sumbatnya diambil. Setelah pengambilan inokulum (yaitu sampel bakteri) selesai, mulut tabung dipanasi lagi kemudian disumbat seperti semula. Ujung kawat yang membawakan inokulum tersebut digesekkan pada medium baru atau pada suatu kaca benda, kalau tujuannya memang akan membuat suatu sediaan.C. Pemindahan dengan pipetCara ini dilakukan misalnya pada penyelidikan air minum atau pada penyelidikan susu. Untuk itu diambillah 1 ml contoh untuk diencerkan dengan 99 ml air murni yang steril. Kemudian diambil 1 ml dari enceran ini untuk dicampur-adukkan dengan medium agar-agar yang masih dalam keadaan cair (suhu antara 42 45oC). Lalu agar-agar yang masih encer ini dituangkan di cawan Petri. Setelah agar-agar membeku, maka cawan Petri yang berisi piaraan baru itu disimpan dalam tempat yang aman, misalnya di dalam almari atau di dalam laci.D. Teknik Penanamana. Teknik penanaman dari suspensiTeknik penanaman ini merupakan lajutan dari pengenceran bertingkat. Pengambilan suspensi dapat diambil dari pengenceran mana saja tapi biasanya untuk tujuan isolasi (mendapatkan koloni tunggal) diambil beberapa tabung pengenceran terakhir.a.1. Spread Plate (agar tabur ulas)Spread plate adalah teknik menanam dengan menyebarkan suspensi bakteri di permukaan agar diperoleh kultur murni.a.2. Pour Plate (agar tuang)Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45oC) untuk dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan sel terendam agar (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung oksigen.b. Teknik Penanaman dengan Goresan (Streak)Bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru.b.1 Goresan SinambungGoresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru.b.2 Goresan TB.3 Goresan Kuadran (Streak quadrant)1. V. Identifikasi MikrobaUntuk mengetahui sifat-sifat morfologi bakteri, maka bakteri dapat diperiksa dalam keadaan hidup atau mati. Pemeriksaan morfologi bakteri ini perlu, untuk mengenal nama bakteri. Disamping itu juga perlu pengenalan sifat-sifat fisiologisnya bahkan sifat-sifat fisiologis ini kebanyakan merupakan faktor terentu dalam mengenal nama spesies suatu bakteri. Pemeriksaan bakteri hidup harus dikerjakan dengan hati-hati, lebih-lebih jika yang akan diperiksa itu merupakan bakteri patogen.Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu :1. Suplai zat gizi.Mikroorganisme membutuhkan makanan sama seperti mahkluk lainnya. Jadi dengan adanya zat gizi yang cukup maka pertumbuhan mikroba akan sangat cepat.1. Waktu.Tentu saja seriap makhluk hidup termasuk mikroba membutuhkan waktu untuk berkembang biak. Pertumbuhan bakteri membentuk suatu kurva atau fase logritmik.1. Suhu.Suhu sangat penting bagi pertumbuhan mikroba, apabila suhu naik maka metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat atau apabila suhu naik atau turun sel berhenti melakukan kegiatan metabolisme.1. Nilai pH.Nilai pH untuk pertumbuhan bakteri adalah sekitar atau berkisar antara pH 6,0-8,0.1. Aktifitas air.Semua organisme membutuhkan air pada proses metabolisme. Aktifitas air adalah jumlah air yang terdapat dalam bahan pangan. Jenis mikroba yang berbeda membutuhkan air yang berbeda.1. Ketersediaan Oksigen.Mikroba terbagi atas beberapa kelompok :-Aerobik : membutuhkan udar unutk kegiatan metabolismenya.-Anaerobik : tidak dapat tumbuh dengan adanya oksigen, bahkan oksigen merupakan racun baginya.-Anaerobik fakultatif : dimana oksigen digunakan akan dipergunakan apabila tersedia, jika tidak tersedia maka akan terus anaerobik.-Mikroerofilik : mikroba yang lebih dapat tumbuh dengan kadar oksigen lebih rendah daripada yang di atmosfer.7. Faktor-faktor kimia8. RadiasiFase pertumbuhan bakteri adalah :- Fase lambat : fase adaptasi mikroba dengan media.- Fase log : setelah beradaptasi, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri secara eksponensial.- Fase tetap : dimana mikroba tidak lagi tumbuh. Hal ini terjadi karena zat gizi yang ada telah habis atau penimbunan zat racun sebagai hasil akhir.- Fase menurun : sel-sel yang berada pada fase tetap akhirnya mati bila tiodak dipindahkan ke media lainnya.Mikroba terdiri dari :1. Bakteri : mikroorganisme bersel satu, prokariotik yang paling sederhana. Hidup bebas dan terdapat di mana-mana.2. Jamur : organisme eukariotik yang merupakan organisme pengurai. Ia tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat dikatakan sebagai tumbuhan. Jamur ada yang uniseluler dan ada yang multiseluler.3. Khamir : bagian dari fungi (Jamur) yang tersusun dari satu sel atau uni seluler.4. Kapang : bagian dari fungi yang tersusun atas banyak sel (multiseluler), miseliumnya berwarna-warni sehingga mudah dikenali.

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 Praktikum 1 (Kamis, 14 Januari 2010) Pembiakkan Mikroba Tanah pada Media Apel dan Kentang3.1.1 TujuanMengetahui dan mengamati pertumbuhan mikroorganisme pada media apel dan kentang.3.1.2 Alat dan BahanAlat: 1. Pisau dapur Bahan: 1. Kentang2. Spatula besi 2. Apel3. Bunsen 3. Tanah sawah4. Nampan 4. Tanah lapangan5. Kertas label dan alat tulis 5. Tanah sampah6. mamaLime7. kapas steril8. aluminium foil3.1.3 Cara kerja 1. Mencuci apel dan kentang sampai bersih kemudian merendam apel dan kentang dengan mamaLime selama 3 menit, lalu dicuci kembali setelah itu dikeringkan (angin-angin).2. Mencuci pisau dan spatula sampai bersih lalu mengeringkannya.3. Memanaskan pisau dengan bunsen dan membiarkannya hingga dingin, kemudian melubangi apel dan kentang. Meletakkan 2 spatula tanah di dalamnya kemudian menutupnya dengan kapas steril pada permukaan tanah tersebut.4. Membungkus apel dan kentang dengan aluminium foil pada seluruh permukaannya dengan rapi.5. Setiap selesai melubangi satu buah apel/kentang, pisau dicuci bersih dan dipanaskan (seperti cara kerja di atas).6. Memberi label keterangan pada apel dan kentang lalu meletakkannya di atas nampan dan membiarkannya selama 1 minggu.7. Melakukan pengamatan setelah 1 minggu. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi pada buah.3.1.4 Hasil PengamatanTabel Pembiakkan mikroba TanahMediaSumber MikrobaKeterangan

Tanah1). Warna kentang tidak berubah, tidak berbau, kering, tidak ada mikroba

Lapangan2). Tidak ada perubahan warna, tidak bau, kering tidak ada mikroba

KentangTanah1). Warna kentang kehitaman, berair, bau, kentang menjadi lembek

Sampah2). Warna kentang kehitaman, berair, berbau busuk,lembek, warna tanah menjadi hitam.

Tanah1). Tidak ada perubahan warna, tidak berair (kering), keras, tidak bau.

Sawah2). Tidak ada perubahan warna, tidak berair (kering), keras, tidak bau.

Tanah1).Warna apel berubah coklat, busuk, lembek, lembab, tidak bau, tanah kering.

Lapangan2).Warna apel berubah (hijau-coklat), busuk, lembek, lembab, tidak bau, tanah kering.

ApelTanah1).Warna apel coklat muda dan kehitaman dibagian dekat tanah, basah (berair), bau sampah, busuk, lembek.

Sampah2).Warna apel coklat kehitaman, basah (berair), bau sampah, busuk, lembek.

Tanah1).Warna apel coklat muda, busuk, berair, lembek, bau busuk buah, warna tanah keabu-abuan.

sawah2).Warna apel coklat muda, sangat berair, bau busuk buah, lembek, warna tanah keabuan.

3.2 Praktikum 2 (Kamis, 14 Januari 2010) Sterilisasi Alat3.2.1 TujuanMempelajari teknik/cara dari sterilisasi alat dan bahan.3.2.2 Alat dan BahanAlat: 1. Cawan petri Bahan: 1. mamaLime2. Tabung reaksi 2. Tissue steril3. Jarum ose dan spatula kaca 3. Kertas sampul4. Erlenmeyer 4. Karet gelang5. Autoclave 5. Nampan/baki3.2.3 Cara Kerja1. Mencuci bersih cawan petri, tabung reaksi, jarum ose dan kaca, serta Erlenmeyer dengan mamaLime kemudian mengeringkan alat dengan tissue steril.2. Menutup alat-alat dengan kapas (untuk tabung reaksi dan erlenmeyer menutup bagian atas saja, cawan petri full, jarum ose full) kemudian membungkus alat dengan sampul coklat lalu diikat dengan karet dan memberi label. Menaruh di baki untuk sterilisasi.3. Melakukan sterilisasi dengan autoclave pada T=121 C, p= 1.5 atm, selama 15 menit (dihitung setelah autoclave pertama berbunyi).4. Mengambil dan menyimpan alat setelah jarum pada autoclave menunjukkan angka 0.3.2.4 HasilSterilisasi alat tidak terdapat hasil.3.3 Praktikum 3 (Kamis, 21 Januari 2010) Pembuatan Media Tanam3.3.1 TujuanMempelajari dan mengetahui cara pembuatan media padat Potato Sucrose Agar (PSA).3.3.2 Alat dan BahanAlat: 1. Pisau dapur 7. Erlenmeyer2. Timbangan 8. Cawan petri3. Panci 9. Tabung reaksi4. Kompor 10. Spatula besi5. Kain saring 11. Gelas ukur6. Autoclave 12. BunsenBahan: 1. Kentang2. Aquades3. Agar-agar4. Sukrosa/gula5. Aluminium foil6. Kapas3.3.3 Cara Kerja1. Merebus kentang (yang telah dikupas kulitnya, dicuci, dipotong dadu, dan ditimbang 200 gr) ke dalam 50 mL aquades dan diaduk-aduk selama 30 menit atau sampai airnya habis dan jangan sampai gosong lalu menghaluskan kentang.2. Menyaring ekstrak kentang menggunakan kain saring.3. Memasak 20 gr agar-agar dengan 500 mL aquades dan mengaduknya agar tidak menggumpal kemudian menyaring agar-agar dengan kain saring sebelum dingin.4. Menyampurkan agar-agar dengan ekstrak kentang lalu dididihkan kembali.5. Menambahkan sukrosa/gula setelah mendidih lalu mengaduk sampai rata dan menyaring kembali kemudian menuangkan bahan ke dalam Erlenmeyer.6. Membungkus mulut Erlenmeyer dengan aluminium foil dan ikat dengan karet dan membungkus seluruhnya dengan kertas sampul.7. Melakukan sterilisasi dengan autoclave (T= 121 C, p= 1.5 atm, selama 15 menit).8. Menuang media yang telah disterilisasi ke dalam cawan petri steril dan tabung reaksi steril (tegak dan miring) dengan cara mendekatkan pemanas Bunsen dengan alat (petri dan tabung) kemudian langsung menutup penutupnya (untuk cawan petri) dan kapas (untuk tabung reaksi). Melakukan dengan cepat agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lain dan membiarkan hingga dingin/beku.9. Untuk tabung reaksi media miring, meletakkan tabung reaksi secara miring setelah menuang media.3.3.4 Hasil Dari pembuatan media tanam tidak terdapat hasil.3.4 Praktikum 4 (Kamis, 21 Januari 2010) Penanaman Mikroba dari Media Kentang dan Apel3.4.1 TujuanMempelajari teknik / cara penanaman mikroba3.4.2 Alat dan BahanAlat: 1. Jarum ose Bahan: 1. Media PSA2. Cawan petri 2. Kapas3. Tabung reaksi 3. Kertas label dan alat tulis4. Bunsen3.4.3 Cara Kerja:1. Mengambil ose lalu memanaskannya pada bunsen hingga pijar, dan dingin. Kemudian menginokukasikan media PSA (hasil percobaan 3) dengan mikroba tanah yang terdapat pada media apel dan kentang (percobaan 1).2. Mengambil 1 ose (lurus) dan menggoreskannya (secara halus) dengan bentuk zig-zag pada media tanam (cawan petri dan agar miring), untuk media agar-agar tegak dengan cara menusuk media hingga mendekati dasar, lalu menariknya dengan perlahan, kemudian menutup alat dan memberi label.3. Menginkubasikan mikroba selama 4 hari pada suhu kamar (25 C).4. Mengamati setiap penampakan koloni yang tampak dan mencatatnya.3.4.4 HasilUntuk hasil praktikum 4 sama dengan praktikum 5 (hasil bisa dilihat pada praktikum 5).3.5 Praktikum 5 (Senin, 25 Januari 2010) Identifikasi Mikroba3.5.1 TujuanMengamati sifat pertumbuhan dan bentuk koloni mikroba pada berbagai macam media.3.5.2 Alat dan BahanAlat dan bahan: 1. Cawan petri2. Tabung reaksi3. Alat tulis3.5.3 Cara Kerja1. Melakukan pengamatan setelah 4 hari setelah diinokulasikan.2. Mencatat dan mengamati tekstur (lender, serabut atau titik) dan warna.3. Membuat catatan dalam bentuk tabel identifikasi berdasarkan asal biakan mikroba.3.5.4 HasilTabel Identifikasi Mikroba TanahMediaSumber MikrobaTeksturWarnaKeteranganJenis

CAWANKentangSawah-Berserabut-Berlendir-BerbintikPutih-Berserabut tebal-Lendir tidak banyak-Bintik sedikit-Beruap sedikit-Sifat koloni: sirkuler, tepi rata-tipe koloni: rata/efuseKapangdanBakteri

PETRIKentang Sampah-berserabut-berlendir-berbintikPutih-berserabut sedikit-lendir banyak, menyebar-beruap sedikit-sifat koloni: ireguler, tepi undulate-tipe koloni: rata/efuseKapangDanBakteri

KentangLapang-berserabut-berlendir-tidak berbintikPutih, hijau kehitaman-berserabut banyak, teratur-lendir banyak-beruap sedikit-sifat koloni: --tipe koloni: -Kapang

CAWANApelSawah-berserabut-berlendir-tidak berbintikPutihDanHijau-berserabut sangat banyak-berlendir tebal-beruap sedikitKapang

PETRIApelSampah-berserabut-berlendir-berbintikPutih-berserabut sedikit, sangat tipis-berlendir tebal-beruap sedikit-sifat koloni: sirkuler, tepi rata-tipe koloni: rata/efuseKapangDanBakteri

ApelLapang-berserabut-berlendir-tidak berbintikPutihHitam-berserabut banyak, menyebar-berlendir tipis, sedikit-tidak beruapKapang

AGARKentangSampah-berserabut-berlendir-berbintikPutih-berserabut sedikit-lendir banyak, tebal-bintik sedikit-tidak beruap-piaraan: efus (tipis menyebar)KapangDanBakteri

KentangSawah-tidak berserabut-berlendir-berbintikPutih-tidak berserabut-berlendir sedikit-berbintik banyak-tidak beruap-piaraan: menyebar (dari goresan smpai bbrp millimeter)Bakteri

MIRINGKentangLapang-berserabut-berlendir-berbintikPutih-berserabut sedikit, tipis-berlendir sedikit-berbintik sedikit-tidak beruap-piaraan: beaded (seperti untaian permata)KapangDanBakteri

AGARApelLapang-berserabut-tidak berlendir-tidak berbintikPutih-berserabut sangat sedikit-tidak berlendir-tidak beruapKapang

TEGApelSawah-berserabut-berlendir-tidak berbintikPutih-berserabut sangat sedikit-berlendir tebal-beruap sedikitKapang

AKApelSampah-berserabut-tidak berlendir-tidak berbintikPutih-berserabut sedikit-tak berlendir-tak beruapKapang

BAB IVKESIMPULAN Pengamatan dalam mikrobiologi dapat dilakukan dengan teknik/cara tertentu yang mempunyai susunan/langkah-langkah:- Pembiakkan mikroba- Sterilisasi alat- Pembuatan media tanam- Penanaman mikroba- Identifikasi mikroba Dalam pengidentifikasian bakteri terdapat berbagai macam sifat pertumbuhan koloni bakteri, baik itu koloni yang terdapat dalam cawan petri, agar miring maupun agar tegak. Pada cawan petri, terdapat tipe dan sifat pertumbuhan bakteri yang dapat di identifikasi, yaitu:- Tipe koloni bakteri (elevasi, sifat tepi, permukaan dan bentuk)- Sifat koloni bakteri (struktur permukaan, bentuk dan tepi) Pada piaraan agar miring, terdapat pertumbuhan bakteri dengan beberapa tipe: bentuk fili, ekhinulata, beaded, menyebar, plumose, arboresen, dan rizoid.Dari hasil pengamatan didapat beberapa bentuk piaraan seperti: efus, menyebar dan beaded. Pada piaraan agar tegak, terdapat pertumbuhan bakteri dengan beberapa tipe; bentuk fili, ekhinulata, rizoid, arboresen.DAFTAR PUSTAKASuriawiria, Unus. 1986. Buku Materi Pokok Mikrobiologi modul 1-9. Jakarta: Karunika.http://candyman21.blogspot.com/2009/01/media-agar-dan-penanaman-mikroba.htmlhttp://egamarjuki.wordpress.com/2007/06/08/visualisasi-bakteri/http://n4zer.wordpress.com/mikrobiologihttp://www.e-dukasi.nethttp://ekmon-saurus.blogspot.comKomentar (6)

PEMBUATAN PREPARAT BAKTERI, PEWARNAAN TUNGGAL DAN PEWARNAAN MAJEMUK PEMBUATAN PREPARAT BAKTERI, PEWARNAAN TUNGGAL DANPEWARNAAN MAJEMUK

Tujuan : Mampu mempersiapkan sediaan/film bakteri secara benar.: Mampu melakukan pewarnaan bakteri dengan zat satu macam warna.: Mampu melakukan pewarnaan bakteri dengan zat banyak macam warna.: Mengamati dan menggambar bakteri yang telah diwarnai

A. PENDAHULUANIlmu yang mempelajari bentuk, sifat, kehidupan, penyebaran dan manfaat jasad hidup termasuk mikroba yang lebih lazim disebut dengan mikrobiologi yang di dalamnya mencakup satu kelompok besar jasad hidup yang mempunyai bentuk dan ukuran sangat kecil, serta sifat hidup yang berbeda dengan jasad lain umumnya. Seperti bakteri yang memiliki salah satu sifat penting adalah kemampuan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi struktur internal yaitu endospora. Endospora ini umumnya terbentuk secara tunggal dalam sel guna menanggulangi keadaan lingkungan yang kurang baik. Spora yang sudah masak dilepas oleh sel ke alam sekitarnya. Spora-spora ini dapat dilihat di bawah mikroskop fase kontras dan tampak sebagai bagian yang bercahaya terang baik di dalam atau di luar sel. Spora-spora ini tahan terhadap keadaan fisik atau kimia yang ekstrim seperti suhu, kekeringan, dan bahan-bahan kimia pembasmi kuman dan dapat bertahan dalam keadaan tidur untuk beberapa tahun. Pada saat kondisi memungkinkan, spora-spora tersebut tumbuh menjadi sel-sel vegetatif yang normal.Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi bakteri, fungi, dan khamir dengan menggunakan metode gores, metode tuang, metode sebar, metode pengenceran serta micromanipulator. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah tekhnik cawan tuang dan cawan gores. Kedua metode ini didasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan organisme sedemikian rupa sehingga individu spesies individu spesies dapat dipisahkan dari lainnya.Pemahaman mengenai teknik dasar dalam praktikum mikrobiologi, seperti pengenalan ose serta cara menggunakannya, dan teknik plating sehingga seorang praktikan dapat melakukan praktikum mikrobiologi yang sesuai dengan kaidah serta ketentuan yang berlaku merupakan hal yang terpenting. Berbagai jenis ose yang dikenal serta penggunaannya disesuaikan dengan mikroorganisme yang akan diteliti, baik dalam hal pemindahan maupun pemilihan dari suatu koloni. Teknik plating dan ose merupakan satu kesatuan sehingga keduanya memiliki keterkaitan satu sama lainnya (karena teknik plating dilakukan dengan menggunakan ose). (Hadioetomo, 1993).Dalam pembuatan preparat native alat dan bahan yang digunakan yaitu mikroskop, objek glass, cover glas, kawat ose, bunsen, pipet tetes, koloni mikroba agar miring ( bakteri, kapang, dan khamir ), alkohol 95% dan aquades. Proses pembuatan preparat native bakteri yaitu kawat ose dipijarkan di atas api bunsen, setelah itu ambil koloni bakteri pada agar miring PCA ( Plate Count Agar ) secara hati hati, lalu taruh koloni bakteri tersebut di atas objek glass. Penempatan koloni bakteri tersebut tidak boleh terlalu tebal karena untuk memudahkan pengamatan. Setelah itu tambahkan aquades 1 tetes dengan pipet tetes pada koloni bakteri tersebut lalu ditutup dengan cover glass, lalu diamati di bawah mikroskop dan digambar. proses pembuatan preparat native kapang sistemnya sama yaitu kawat ose dipijarkan di atas api bunsen, setelah itu ambil koloni kapang pada agar miring PDA ( Potatoes Dextrose Agar ) secara hati hati, lalu taruh koloni kapang tersebut di atas objek glass. Penempatan koloni kapang tersebut tidak boleh terlalu tebal karena untuk memudahkan pengamatan. Setelah itu tambahkan aquades 1 tetes dengan pipet tetes pada koloni kapang tersebut lalu ditutup dengan cover glass, lalu diamati di bawah mikroskop dan digambar. (http://masrurenstein.blogspot.com/2009/05/mikrobiologi-umum.html)(23/10/2009).Dalam pembuatan preparat ulas alat dan bahan yang digunakan yaitu mikroskop, objek glass, kawat ose, bunsen, pipet tetes, koloni mikroba agar miring ( bakteri, kapang, dan khamir ), alkohol 95% dan metilen biru. Proses pembuatan preparat ulas bakteri yaitu kawat ose dipijarkan di atas api bunsen, setelah itu ambil koloni bakteri pada agar miring PCA ( Plate Count Agar ) secara hati hati, lalu taruh koloni bakteri tersebut di atas objek glass. Penempatan koloni bakteri tersebut tidak boleh terlalu tebal karena untuk memudahkan pengamatan. Setelah itu tambahkan metilen biru 1 tetes dengan pipet tetes pada koloni bakteri tersebut dan didimakan selama 1 menit, lalu difiksasi dimana fungsi fiksasi yaitu melekatkan mikroba pada obyek glass, memperjelas pengamatan dibawah mikroskop, dan membunuh mikroba. Setelah itu diamati di bawah mikroskop dan digambar. Proses pembuatan preparat ulas kapang yaitu kawat ose dipijarkan di atas api bunsen, setelah itu ambil koloni khamir pada agar miring PDA (Potatoes Dextrose Agar) secara hati hati, lalu taruh koloni kapang tersebut di atas objek glass. Penempatan koloni kapang tersebut tidak boleh terlalu tebal karena untuk memudahkan pengamatan. Setelah itu tambahkan metilen biru 1 tetes dengan pipet tetes pada koloni kapang tersebut dan didimakan selama 1 menit, lalu difiksasi dimana fungsi fiksasi yaitu melekatkan mikroba pada obyek glass, memperjelas pengamatan dibawah mikroskop, dan membunuh mikroba. Setelah itu diamati di bawah mikroskop dan digambar. Proses pembuatan preparat ulas khamir yaitu kawat ose dipijarkan di atas api bunsen, setelah itu ambil koloni khamir pada agar miring PDA (Potatoes Dextrose Agar) secara hati hati, lalu taruh koloni khamir tersebut di atas objek glass. Penempatan koloni khamir tersebut tidak boleh terlalu tebal karena untuk memudahkan pengamatan. Setelah itu tambahkan metilen biru 1 tetes dengan pipet tetes pada koloni khamir tersebut dan didimakan selama 1 menit, lalu difiksasi. Setelah itu diamati di bawah mikroskop dan digambar.(http://masrurenstein.blogspot.com/2009/05/mikrobiologi-umum.html)(23/10/2009).Mikroorganisme yang ada dialam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan (Dwidjoseputro, 1989)Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya (Volk & Wheeler, 1993).Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri. Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (http://blogkita.info/my-kampuz/my-kuliah/mikrobiologi/pembuatan-preparat-pengecatannya/) (23/10/2009) Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah pewarna sederhana dapat diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies (Dwidjoseputro, 1989).Kebanyakan bakteri dapat diwarnai dengan pengecatan sederhana atau pengecatan gram, tetapi beberapa genus anggota dari genus Mycobakterium, bersifat resisten dan hanya dapat dilihat dengan metode tahan asam. Karena M. taberculosis dan M. leprae bakteri yang patogenik bagi manusia, maka pengecatan itu bernilai diagnosa dalam mengidentifikasi mikroorganisme tersebut. Perbedaan sifat antara mycobacterium dengan mikroorganisme lainnya adalah dengan adanya suatu dinding tebal yang berlilin (lipoidal) yang menyebabkan penetrasi oleh zat warna menjadi sulit. Akan tetapi, apabila zat warna sudah dapat masuk, zat warna terssebut jadi tidak mudah dibuang meskipun dengan penggunaan asam alcohol yang kuat sebagai zat pelarutnya. Dengan sifat yang demikian, mikroorganisme yang demikian disebut mikroorganisme tahan-asam dan mokroorganisme lainnya yaitu yang mudah dilarutkan dengan asam alcohol disebut mikroorganisme tidak tahan asam. Metode ini mengunakan tiga macam zat kimia yang berbeda. 1) zat warna primer, yaitu karbon Fuchin, 2) zat peluntur warna, 3) counterstain, yaitu metilen biru (Subandi, 2009).Teknik pewarnaan Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Disebut demikian karena hanya digunakan satu jenis cat pewarna untuk mewarnai organisme. Kebanyakan bakteri telah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofil (suka akan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromofornya bersifat positif). Pewarnaan sederhana ini memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam-macam tipe morfologi (coccus, vibrio, basillus, dsb) dari bahan-bahan lainnya yang ada pasa olesan yang diwarnai (Hadiotomo, 1990). Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina (http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/19/teknik-pewarnaan-mikroorganisme/)(23/10/2009)

B. ALAT DAN BAHAN

1. Pembuatan Preparat BakteriNo Alat No Bahan1 Mikroskop 1 Fuchsin2 Kaca objek 2 Metylen blue3 Jarum ose 3 Alkohol 75%4 Bunsen 5 Baki 6 Tisu 2. Pewarnaan TunggaNo Alat No Bahan1 Mikroskop 1 Preparat bakteri Bacillus dan Sarcina2 Kaca objek 2 Fuchsin3 Jarum ose 3 Gentian violet4 Pipet tetes 4 Methylene blue5 Aquades6 Alcohol7 Kertas hisap

3. Pewarnaan MajemukNo Alat No Bahan1 Mikroskop 1 Preparat bakteri Bacillus dan Sarcina2 Kaca objek 2 Fuchsin / safranin3 Jarum ose 3 Gentian violet4 Pipet tetes 4 Methylene blue5 Aquades6 Alkohol7 Kertas hisap8 Larutan lugol9 Minyak imersiC. CARA KERJA1. Pembuatan Preparat Bakteri Dan Pewarnaan TunggalBersihka atau sterilkan objek glas pakai alkohol

Nyalakan Bunsen dan pijarkan jarum ose

Ambil kultur bakteri sedikit saja

Gesekan pada objek glas

Kalau menggumpal tetesi dengan air dan hisap pake kertas hisap

Fiksasi (dibilas dengan api 3x)

Diamkan sampai kering

Beri pewarnaan (fuchsin atau metylene blue) 20 detik

Bilas dengan air untuk menghilangkan zat warna yang lebih

Amati di mikroskop

2. Pembuatan Pewarnaan Majemuk1. Preparat bakteri tetesi dengan Gentian violet (30 detik)

Bilas aquades

2. Larutan lugol (30 detik)

Bilas aquadesAlkohol 95 % (15 detik)3. Safranin / Fuchsin (30 detik)

Bilas aquadesKeterangan : Gram (+) Ungu, Gram (-) Merah

D. HASIL PENGAMATANa. Pembuatan Preparat Bakteri

Objek Gelas Bacillus Subtillis

Methylene blue

b. Pewarnaan TunggalBakteri Basilus Subtilis Gambar Pengamata di bawah Mikroskop Gambar Sumber Literatur

(http://www.microbelibrary.org/microbelibrary/files/ccImages/Articleimages/Chamberlain/Bacillus%20subtilis%20spores%20fig1.jpg) (26/11/2009)

c. Pewarnaan MajemukBakteri Basilus SubtilisGambar Pengamata di bawah Mikroskop Gambar Sumber Literatur

(http://www.surrey.ac.uk/SBMS/ACADEMICS_homepage/mcfadden_johnjoe/img/bacillus_anthracis_spore_forming.jpg) (26/11/2009)

E. PEMBAHASANMembuat preparat bakteriPada praktikum ini kita membuat preparat bakteri, sebelum membuat preparat bakteri usahakan semua alat dan media yang digunakan tersebut harus steril. Sebelum memindahkan bakteri ke kaca objek kita harus memijarkan dulu jarum ose dan tabung reaksi bakteri, setelah itu ambil sedikit saja bakteri dari biakan induk bakteri lalu gesekan pada kaca objek secara hati- hati. Kalau bakteri terlalu tebal tetesi dengan air, dan sebarkan secara merata.Ose (lup inokulasi) merupakan alat dasar dalam praktikum mikrobiologi yang terbuat dari bahan tertentu seperti kawat platina, namun yang lebih umum digunakan di laboratorium pengajaran dan lebih murah harganya ialah kawat nikrom (nichrome) dengan diameter lingkaran pada ujung lup berkisar antara 2 sampai 4 mm (Hadioetomo, 1993).Sel bakteri berukuran sangat kecil dan tebal lapisan air tipis diantara cover glass dan object glass masih bisa menampung beberapa bakteri bacillus yang ditumpuk vertikal, artinya tebal tersebut masih bisa digunakan sel untuk berenang ke atas dan ke bawah. Jangan menganggap gambar yang terlihat pada mikroskop adalah gambar datar. Kontrol sangatlah penting, meskipun kita sulit untuk mendapatkannya. Akan tetapi lebih baik jika bakteri yang dilihat dapat dibandingkan dengan bakteri lain yang telah diketahui bentuknya dengan pasti (http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/09/kunci-awal-identifikasi-bakteri.html) (23/10/2009)Teknik yang digunakan dalam pembuatan preparat ada berbagai macam tergantung pada spesimen dan penelitian yang dibutuhkan, antara lain :1. Kriofiksasi yaitu suatu metode persiapan dengan menggunakan teknik pembekuan spesimen dengan cepat yang menggunakan nitrogen cair ataupun helium cair, dimana air yang ada akan membentuk kristal-kristal yang menyerupai kaca. Suatu bidang ilmu yang disebut mikroskopi cryo-elektron (cryo-electron microscopy) telah dikembangkan berdasarkan tehnik ini. Dengan pengembangan dari Mikroskopi cryo-elektron dari potongan menyerupai kaca (vitreous) atau disebut cryo-electron microscopy of vitreous sections (CEMOVIS), maka sekarang telah dimungkinkan untuk melakukan penelitian secara virtual terhadap specimen biologi dalam keadaan aslinya.2. Fiksasi yaitu suatu metode persiapan untuk menyiapkan suatu sampel agar tampak realistik (seperti kenyataannya ) dengan menggunakan glutaraldehid dan osmium tetroksida.3. Dehidrasi yaitu suatu metode persiapan dengan cara menggantikan air dengan bahan pelarut organik seperti misalnya ethanol atau aceton.4. Penanaman (Embedding) yaitu suatu metode persiapan dengan cara menginfiltrasi jaringan dengan resin seperti misalnya araldit atau epoksi untuk pemisahan bagian (http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroskop_elektron#Teknik_pembuatan_preparat_yang_digunakan_pada_mikroskop_elektron) (23/11/2009).Bacillus adalah contoh-contoh organisme yang mempunyai kapasitas untuk pertahanan, salah satunya adalah sel vegetatif yang aktif secara metabolik, tipe-tipe sel inaktif secara metabolik disebut spora. Kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan untuk keberlangsungan aktivitas sel vegetatif, biasanya pada saat kurangnya sumber nutrisi karbon, sel ini mempunyai kapasitas untuk mengalami sporogenesis dan memberikan reaksi untuk pembentukan struktur intraseluler baru (endospora) yang dilindungi oleh lapisan yang tidak dapat ditembus air (tahan penetrasi) dikenal sebagai jaket spora (spore coats) (Cappuccino & Sherman, 1983).

Klasifikasi :

Bacillus subtilisKingdom : BacteriaPhylum : FirmicutesClass : BacilliOrder : BacillalesFamily : BacillaceaeGenus : BacillusSpecies : Bacillus subtilis

Sarcina BasilKingdom : BacteriaFilum : FirmicutesKelas : BacilliOrdo : LactobacilalesFamily : SarcinacaceaeGenus : SarcinaSpesies : Sarcina basil

(http://en.wikipedia.org/wiki/Bacillus_subtilis) (15/11/2009)

Membuat pewarnaan tunggal dan pewarnaan majemukTujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri denagn mikroskop, memperjelas bentuk dan ukuran bakteri seperti dinding sel dan vakuol, menghasilkan sifat- sifat fisik dan kimia yang khas dari pada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Pewaranaan gram pertama kali mulai dikembangkan pada tahun 1884 oleh ahli histology yaitu Cristian gram (Capucino dan Sherman.1983)Pengecatan Gram Pengecatan Gram merupakan salah satu teknik pengecatan yang dikerjakan di laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi mikroorganisme. Morfologi mikroskopik mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap pengecatan tertentu (pengecatan Gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan biaya murah serta, dalam kasus tertentu, dapat membantu dokter untuk memulai terapi suatu penyakit tanpa menunggu hasil kultur. Metode pengecatan tersebut pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode pengecatan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp (Dwidjoseputro, 1994).Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, gram-positif dan gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (18531938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. (http: www.wikipedia. Pewarnaan gram. Com) (23/11/09).Teknik pewarnaan gram haruslah sesuai prosedur karena dapat mengakibatkan kesalahan identifikasi data apakah gram positif atau gram negatif sehingga diperlukan adanya praktikum ini dilakukan agar mengetahui jalannya mekanisme pewarnaan gram.Pewarnaan bakteri dilakukan pada isolat staphylococcus aereus adalah gram positif yang berbentuk kokus atau lingkaran sterik dengan diameter sel mencapai 1m, koloninya berbentuk seperti buah anggur (Textbook, 2008). Pada bacillus subtilis, koloninya bergerombol sedikit erpisah-pisah bahkan membentuk rantai panjang (hasil pengamatan). Pada Eschericia coli, koloninya tersusun rantai memanjang. Pada bakteri ini tidak ditemukan endospora, pada saat diwarnai menunujukkan warna merah.(http://qi206.wordpress.com/2008/10/17/mikroumpewarnaan-gram/) (23/11/2009).

F. DAFTAR PUSTAKA

Capuccino. J.G & Natalie S. 1983. Microbiologi A laboratory manual Addison- Dwidjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Malang.Hadiotomo, Ratna Siri., 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia: Jakarta.Volk, Wesley A dan Margareth F. Wheeler., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Wesky- Publishing Company. New yorkSubandi. 2009. Dasar-dasar Mikrobiologi.Gunung Djati Press : Bandung.Erlangga: Jakarta.(http://masrurenstein.blogspot.com/2009/05/mikrobiologi-umum.html) (23/10/2009).(http://blogkita.info/my-kampuz/my-kuliah/mikrobiologi/pembuatan-preparat-pengecatannya/) (23/10/2009)(http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/19/teknik-pewarnaan-mikroorganisme/) (23/10/2009)(http: www.wikipedia. Pewarnaan gram. Com) (23/11/09).(http://qi206.wordpress.com/2008/10/17/mikroumpewarnaan-gram/) (23/11/2009).(http://en.wikipedia.org/wiki/Bacillus_subtilis) (15/11/2009)(http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroskop_elektron#Teknik_pembuatan_preparat_http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/09/kunci-awal-identifikasi-bakteri.html) (23/10/2009)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang mikrobiologiwan apabila akan mendiagnosis suatu penyakit haruslah memeriksa suatu mikroorganisme secara amat terperinci. Untuk memerinci suatu mikroorganisme tersebut maka dapat dilakukan dengan pengecatan bakteri. Pengecatan Gram merupakan salah satu teknik pengecatan yang dikerjakan di laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi mikroorganisme. Morfologi mikroskopik mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap pengecatan tertentu (pengecatan Gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal. Supaya bakteri dapat dilihat dengan mudah dan dipalajari maka tingkat sel kontras itu dapat ditingkatkan dengan cara pewarnaan. Yang dimaksud dengan pewarnaan disini adalah perlakuan dengan zat warna yang mengikat secara selektif baik seluruh sel maupun komponen sel tertentu, sehingga dapat menghasilkan penyerapan cahaya yang jauh lebih besar. Kebanyakan perlakuan pewarnaan dapat membunuh sel oleh karena itu sebelum sel itu difiksasi dengan perlakuan memakai zat kimia yang bertujuan untuk mengurangi perubahan struktur sel yang telah mati. Zat untuk fiksasi yang biasa digunakan adalah asam osmat dan aldehid, terutam glutar aldehid. Salah satu bakteri yang sering diamati dengan menggunakan pewarnaan adalah bakteri gram. Warna yang terlihat di mikroskop adalah menunjukkan jenis bakteri gram tersebut positif atau negative. B. Tujuan Untuk menentukan Gram positif dan Gram negatif II. TINJAUAN PUSTAKA Mikroorganisme yang ada dialam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan (Dwidjoseputro, 1994). Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya (Pelczar & Chan, 1986). Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana (Pelczar & Chan, 1986). Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel microbe atau bagian-bagian sel microbe disebut teknik pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 1986). . Sedangkan pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan pengecatan kapsul. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Pewarnaan gram pertama kali mulai dikembangkan pada tahun 1884 oleh ahli histologi yaitu Cristian Gram (Cappuccino & Sherman, 1983). Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteri- bakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram ( Dwidjoseputro, 1994). Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri (Sutedjo, 1991). Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya pada umumnya adalah Cl-, SO4 -, CH3COO-, COOHCOO?. Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian- bagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (Sutedjo, 1991). Pada bakteri gram positif menunjukkan warna biru ungu dan bakteri gram negatif berwarna merah. Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu : o Zat warna utama (violet kristal) o Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna utama. o Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang digunakan uantuk melunturkan zat warna utama. o Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.

perhitungan koloni bakteri punaceevaPosted by: ceeva on: 18 Januari 2010 In: Uncategorized Comment!LAPORANPRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASARKELOMPOK 5 ROMBONGAN 1DI SUSUN OLEH:CINDY FAULIN . SA1M008027DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANILMU DAN TEKNOLOGI PANGANPURWOKERTO2009ACARA IIPERHITUNGAN KOLONI BAKTERII. PENDAHULUANA. Latar Belakang Mikroorganisme adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dibawah mikroskop. Salah satu jenis mikroorganisme adalah bakteri. Bakteri merupakan organisme uniselular yang tumbuh dengan cara pembelahan biner yaitu satu sel membelah secara simetris. Untuk mempermudah penghitungan koloni diperlukan pengetahuan mengenai morfologi bakteri tersebut sehingga media pertumbuhan yang akan digunakan sesuai dengan sifat bakteri tersebut.Kehadiran mikrobia pada makanan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Ada hasil metabolisme spesies mikrobia tertentu pada makanan dibutuhkan dan digemari oleh manusia. Akan tetapi ada beberapa species yang dapat merusak makanan dengan pembusukan atau menghasilkan toksin yang berbahaya bagi manusia. Setiap produk yang dihasilkan oleh mikrobia tergantung jumlah mikrobia yang terkandung dalam suatu bahan atau lingkungan.Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan, dan proses yang akan diterapkan pada bahan pangan tersebut. Ada beberapa cara untuk mengukur atau menghitung mikrobia yaitu dengan perhitungan jumlah sel, perhitungan massa sel secara langsung, dan pendugaan massa sel secara tak langsung. Perhitungan jumlah sel dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu dengan hitungan mikroskopik, MPN (Most Probable Number), dan hitungan cawan (Fardiaz, 1989). Dari ketiga metode tersebut metode hitungan cawan paling banyak dan mudah digunakan. Oleh karena itulah, pada acara praktikum mikrobiologi dasar untuk perhitungan koloni kali ini menggunakan metode hitungan cawan. B. TujuanMenghitung jumlah koloni bakteri menggunakan metode hitungan cawan.II. TINJAUAN PUSTAKAPerhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji seperti uji kualitatif koliform yang secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga (uji kuantitatif, bisa dengan metode MPN), uji penguat dan uji pelengkap. Waktu, mutu sampel, biaya, tujuan analisis merupakan beberapa faktor penentu dalam uji kualitatif koliform. Bakteri koliform dapat dihitung dengan menggunakan metode cawan petri (metode perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terdapat pada sampel) (Penn, 1991).Fardiaz (1989) menyatakan ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan, yang dapat dibedakan atas beberapa kelompok yaitu :A. Perhitungan jumlah sel1. Hitungan mikroskopik2. Hitungan cawan3. MPN (Most Probable Number)B. Perhitungan massa sel secara langsung1. Volumetrik2. Gravimetrik3. Kekeruhan (turbidimetri)C. Perhitungan massa sel secara tidak langsung1. Analisis komponen sel2. Analisis produk katabolisme3. Analisis konsumsi nutrienDari metode-metode tersebut, metode hitungan cawan paling banyak digunakan. Hal ini disebabkan metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba karena:1. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung2. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel dengan penampakan pertumbuhan yang spesifik.Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikrobia yang masih hidup pada metode agar, sehingga sel mikrobia tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1993).Metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu :1. Metode tuang (pour plate)2. Metode permukaan (surface / spread plate)Pada perhitungan menggunakan metode cawan, diperlukan suatu pengenceran agar jumlah koloni mikrobia yang ada pada cawan dapat dihitung dan sesuai standar, yaitu berjumlah 30 300 per cawan. Pengenceran dilakukan secara decimal yntuk memudahkan perhitungan.Perhitungan metode cawan menggunakan rumus sebagai berikut :Faktor pengenceran = pengenceran x jumlah yamg ditumbuhkanJumlah koloni (SPC) = jumlah koloni x Untuk melaporkan suatu analisis mikrobiologi digunakan suatu standar yang disebut Standard Plate Count yang menjelaskan cara menghitung koloni pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni dalan suatu contoh.Cara menghitung koloni pada cawan adalah sebagai berikut :1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 sampai 300.2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan, dapat dihitung sebagai satu koloni.3. suatu deretan (rantai) kolini yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni.Sedangkan data yang dilaporkan sebagai SPC harus mengikuti peraturan sebagai berikut :1. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka, yaitu angka pertama dibelakang koma dan angkan kedua dibelakang koma. Jika angka ketiga sama dengan atau lebih besar dari 5, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua.2. Jika semua pengenceran yang dibuat untuk menanam menghasilkan angka kurang dari 30 pada cawan petri, hanya jumlah koloni pada pengenceran yang terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya pengenceran, tapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan.3. Jika semua pengenceran yang dibuat untuk menanam menghasilkan angka lebih besar dari 300 pada cawan petri, hanya jumlah koloni pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 300 dikalikan dengan besarnya pengenceran, tapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan.4. Jika cawan dari dua tingkat pengenceran menghasilkan koloni dengan jumlah antara 30 dan 300, dan perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran tersebut lebih kecil atau sama dengan 2, yang digunakan adalaha rata-ratanya. Jika perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran tersebut lebih besar dari 2, yang dilaporkan hanya hasil terkecil.5. Jika digunakan dua cawan Petri (duplo) per pengenceran, data yang diambil harus dari kedua cawan tersebut, meskipun salah satunya tidak memenuhi syarat diantara 30 dan 300.Koloni adalah kumpulan dari mikrobia yang memilki kesamaan sifat-sifat seperti bentuk, susunan, permukaan, dan sebagainya. Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh di permukaan medium adalah (Dwidjoseputro, 1978) :1. Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya serupa suatu titik, namun ada pula yang melebar sampai menutup permukaan medium.2. Bentuk. Ada koloni yang bulat, ada yang memanjang. Ada yang tepinya rata, ada yang tidak rata.3. Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata saja dengan permukaan medium, ada pula yang timbul yaitu menjulang tebal di atas permukaan medium.4. Halus kasarnya permukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada yang permukaannya kasar dan tidak rata.5. Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat, ada yang permukaannya suram.6. Warna. Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan.7. Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang keras dan kering.Pada praktikum ini, bakteri yang akan dihitung koloninya adalah Escherichia Coli yang merupakan bakteri gram negative berbentuk batang, bersifat anaerobic fakultatif. Ukurannya berkisar pada 0,6 x 2,0-3,0 m (Pelczar, 1986). E. Coli secara normal terdapat didalam usus besar dan termasuk bakteri kolform.Bakteri koliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri koliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain dengan kata lain merupakan bakteri indikator sebagai tanda bahwa adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan koliform fecal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Keuntungan mendeteksi koliform adalah jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain (Hadioetomo, 1993).Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya pencemaran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk-produk susu. Ada beberapa jenis E. Coli yang bersifat invasif atau meracuni makanan, Contoh E. Coli ini yaitu E. Coli enteropatogenik (EPEC), EIEC (enteroinvasif E. Coli), dan ETEC (enterotoksigenik E. Coli). Selain itu bakteri yang akan dihitung koloninya adalah Lactobacillus acid.Pada saat perhitungan koloni, apabila jumlah koloni yang di temukan kurang dari standart yang telah di tetapkan, maka suatu sample bisa di katakan murni (Dilliello, 2002). Terkadang untuk menghitung kuantitas mikroorganisme pada sample dapat di uji dengan cara menghitung jumlah koloni pada agar. Agar lempengan yang telah ditetapkan, disingkat jumlah penjumlahan pada lempengan (Standart plate count) (Dwisaputro, 2002).Standart plate count (perhitunngan jumlah pada lempengan) sangat berguna dalam hal mengetahui kuantitas mikroorganisme pada suatu tempat atau sampel sehingga bisa di ketahui apakah sampel tersebut murni atau tidak murni (Stanier, 2001).Perhitungan koloni:Pour plate : 1 koloniFaktor pengencerSpread plate : 1 10 koloniFaktor pengencerStandart plate count : 30 300 koloniSyarat : Jika kurang dari 2 : Dipakai pengencer terbesar Jika lebih dari 2 : Dipakai rata-rataPerhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat jika pengenceran dilakukan secara decimal. Semakin tinggi jumlah mikroba yang terdapat di dalam sample, semakin tinggi pengenceran yang harus dilakukan (Fardius, 1992).Kisaran hitungSeperti yang sampai saat ini diketahui bahwa kisaran yang paling tepat dalam menghitung koloni pada cawan adalah 30-300 koloni/cawan atau 25-250 koloni/cawan. Permulaan penentuan kisaran ini berawal dari seorang mikrobiologiwan bernama Nersser (1895) yang menyimpulkan bahwa hitungan cawan yang paling baik adalah cawan yang memiliki 10.000 koloni/cawan yang perhitungannya dilakukan dengan mikroskop pada perbesaran rendah. Tiga tahun kemudian muncul pernyataan bahwa cawan yang mempunyai koloni lebih dari 100 koloni/cawan sebaiknya diabaikan. Selanjutnya pada tahun 1897, Hill menyarankan untuk tidak menghitung cawan yang terlalu banyak jumlah koloninya (overcrowded) karena tidak memberikan hasil yang sesuai dengan kenyataan. Kemudian tahun 1908, orang yang sama menyimpulkan tentang kisaran hitung 40-200 koloni/cawan yang digunakan sebagai landasan pelaporan. Kisaran ini diterima pada Comitee Standard Method of Bacteriology Water Analysis (1915) dan diubah menjadi 30-200 koloni/cawan.Pencetus kisaran hitung 25-250 koloni/cawan dikemukakan oleh Breed dan Dotterrer pada tahun 1916 yang mempublikasikan dalam seminarnya mengenai topik ini. Mereka menentukan kisaran ini berdasarkan alasan supaya hasil perhitungannya tidak menimbulkan kesalahan statistik yang serius. Mereka juga mencatat bahwa jenis bakteri dapat mempengaruhi ukuran koloni dan jumlah koloni yang tumbuh pada cawan. Selain itu komposisi nutrisi dan jarak antar koloni juga mempengaruhi jumlah koloni per cawan karena koloni tetangga mungkin dapat menghambat pertumbuhan atau menstimulus koloni didekatnya (seperti B. bulgaricus yang distimulus oleh adanya molds). Breed dan Dotterrer memakai tiga kali plating tiap pengenceran (triplicate plating) dalam percobaanya dan memilih cawan yang masuk kisaran dari tiap pengenceran. Pada analisa ini cawan yang memiliki jumlah koloni 400 dianggap tidak memenuhi syarat, sedangkan cawan yang memenuhi syarat itu sendiri berjumlah antara 50 dan 200 koloni/cawan. Pencetus lainnya adalah Tomasiewicz (1980) yang menyimpulkan bahwa kisaran hitung untuk plate count dengan ulangan 3 kali (triplicate) yaitu 25-250 koloni/cawan. Kesimpulan ini didapat dari data analisa susu (raw milk) pada tiga eksperimen yang berbeda.USP (United States Pharmacopoeial) merekomendasikan untuk menggunakan kisaran hitung antara 25 dan 250 koloni/cawan untuk bakteri pada umumnya dan Candida albicans. Sedangkan kisaran yang disarankan jika menganalisa jumlah Aspergillus niger adalah 8-80 koloni/cawan. ASTM (American Standard Testing and Methods) menyarankan untuk menggunakan kisaran hitung 20-80 koloni/membran jika menggunakan teknik filtrasi membran, 20-200 koloni/cawan untuk spread plate dan 30-300 koloni/cawan untuk pour plate. FDA BAM (Food and Drug Administration, Bacteriological Analytical Manual) merekomendasikan 25-250 koloni/cawan sebagai kisaran hitung secara keseluruhan. Batas atas kisaran hitung.Istilah untuk menggambarkan jumlah koloni yang melebihi batas atas kisaran hitung adalah TNTC (Too Numerous To Count). ASTM menyarankan untuk melaporkan TNTC sebagai lebih besar dari batas atas, misalnya >200 CFU pada cawan dari pengenceran 1/10, maka pelaporannya adalah >2000 CFU/ml(g). III. BAHAN DAN ALATA. Bahan1. Kultur bakteri dalam medium cair2. Larutan 0,85% NaCl3. Medium NAB. Alat1. Tabung reaksi2. Cawan petri3. Pipet ukur 1 mlIV. PROSEDURE KERJAIV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASANA. Hasil pengamatanPerhitungan Koloni Bakteri (Kelompok 5)No. Pengenceran Jumlah KoloniE_Colli Lactobacillus Asidopillus1. 10 - -2. 10 - -3. 10 241 4644. 104 171 4475. 105 152 292Perhitungan :E.Colli =Pengenceran 10 241 x = 241.000Pengenceran 104 171 x = 1.710.000Pengenceran 105 152 x = 15.200.000Lactobacillus Acid =Pengenceran 10 464 x = 464.000Pengenceran 104 447 x = 4.470.000Pengenceran 105 292 x = 29.200.000 Jumlah koloni (SPC) :Rata2 jumlah bakteri E_Colli pada pengenceran 10104 dan 105= 241+171+1523= 188Jumlah koloni (SPC) E_Colli = 462,67 x 1/10104105 = 188 x 1012Rata2 jumlah bakteri Lactobacillus Acid pada pengenceran 10104 dan 105 =464+ 447+292 = 4013Jumlah koloni (SPC) E_Colli = 401 x 1/10104105 = 401 x 1012B. PembahasanMetode hitungan cawan dilaksanakan dengan mengencerkan sampel suspensi bakteri Escherichia Coli dan Lactobacillus Acid kedalam larutan garam fisiologi (NaCl) 0,85 %. Pengenceran dilakukan agar setelah inkubasi, koloni yang terbentuk pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Dimana jumlah terbaik adalah antara 30 sampai 300 sel mikrobia per ml, per gr, atau per cm permukaan (Fardiaz, 1993). Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, makin sedikit sedikit jumlah meikrobia, dimana suatu saat didapat hanya satu mikrobia pada satu tabung (Waluyo, 2004).Larutan yang digunakan untuk pengenceran harus memilki sifat osmotik yang sama dengan keadaan lingkungan asal mikrobia untuk menghindari rusaknya sel, selain itu juga harus dijaga agar tidak terjadi perbanyakan sel selama pengenceran. Selain menggunakan larutan garam fisiologi (NaCl) 0,85 %, pengenceran juga dapat dilakukan dengan menggunakan larutan fosfat buffer, larutan Ringer, atau akuades. Namun penggunaan akuades sebaiknya dihindari karena dapat mengakibatkan rusaknya sel akibat perbedaan tekanan osmotik, karenanya pelaksanaan pengencerannya harus cepat. Kedalam larutan pengencer juga dapat ditambahkan butir-butir gelas (glass beads) atau pasir putih yang disterilisasi bersama dengan larutan tersebut untuk melarutkan bahan yang sukar larut.Pengenceran yang dilakukan dalam percobaan ini adalah pengenceran desimal yaitu 10-1, 10-2, 10-3, 10-4 dan 10-5. Dan yang diplating dan diamati adalah pengenceran 10-3, 10-4, dan 10-5. Hal ini karena diperkirakan koloni yang terbentuk oleh Escherichia Coli berada pada jumlah yang dapat dihitung pada pengenceran tersebut. Selain itu, perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat jika pengenceran dilakukan secara desimal.Selanjutnya dari masing-masing tabung pengenceran diambil 1 ml untuk dilakukan penanaman atau plating pada media NA secara aseptik. Plating atau penanaman bakteri adalah proses pemindahan bakteri dari medium lama ke medium baru (Dwidjoseputro, 1978). Pada penanaman bakteri dibutuhkan kondisi aseptis atau steril, baik pada alat maupun proses, untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikrobia yang tidak diinginkan. (Fardiaz, 1993).Media NA digunakan karena merupakan media yang paling cocok untuk kultur bakteri. Selanjutnya cawan petri diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 37 C dalam keadaan terbalik. Cawan petri diinkubasi dalam keadaan terbalik untuk menghindari kontaminasi dari air yang mengembun diatas cawan petri yang mungkin menetes jika cawan petri diletakan pada posisi normal. Inkubasi dilakukan selama 2 x 24 jam karena jumlah mikrobia maksimal yang dapat dihitung, optimal setelah masa tersebut yaitu akhir inkubasi. Selama masa inkubasi, sel yang masih hidup akan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung oleh mata.Prinsip perhitungan koloni bakteri adalah semakin tinggi tingkat pengenceran semakin rendah jumlah koloni bakteri. Dengan kata lain tingkat pengenceran berbanding terbalik dengan jumlah koloni bakteri. Berdasarkan hasil pengamatan perhitungan koloni bakteri Escherichia Coli dari kelompok 5 hasil perhitungannya menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran semakin sedikit jumlah bakteri. Namun pada perhitungan koloni bakteri Lactobacillus Acid kelompok 5 mengalami kegagalan, karena jumlah bakteri berbanding lurus dengan tingkat pengenceran. Hal ini disebabkan terjadinya kontaminan yang berasal dari alat yang digunakan, praktikan ataupun udara. Selain itu bisa juga disebabkan oleh kurangnya kecermatan dan ketelitian praktikan baik dalam proses praktikum ataupun perhitungan.Dari hasil didapat bahwa jumlah koloni bakteri yang terdapat dalam 1 ml kultur E. Coli sampel adalah 188 x 1012 koloni. Menurut Dwidjoseputro (1978), Escherichia Coli mengadakan divisio atau pembelahan biner sel setiap 20 menit. Berdasarkan hal itu, maka dapat diperkirakan jumlah E. Coli setelah 2 hari adalah 2 x 272. Sedangkan jumlah koloni bakteri Lactobacillus Acid dari hasil perhitungan adalah 401 x 1012.Metode hitungan cawan juga mempunyai kelemahan, yaitu (Fardiaz, 1993) :1. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.2. Medium dan kondisi yang berbeda mungkin menghasilkan niali yang berbeda3. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung.VI. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanPengenceran merupakan salah satu faktor yang penting dalam penghitungan koloni. B. SaranSebaiknya proses praktikum dilakukan dengan lebih aseptis untuk mengurangi kontaminan agar data yang didapat lebih akurat.VII. DAFTAR PUSTAKADwidjoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan; Jakarta.Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta..1989. Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB; Bogor.Schlegel, H., G. 1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University Press; Yogyakarta.Suriawiria, Unus. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Penerbit Angkasa; Bandung.Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press; Malang.Penanggung Jawab : Cindy Faulin .SA1M008027

Laporan Praktikum Media Kesehatan untuk mempelajari lebih lanjut tentang media bagi mikrobia serta untuk mengetahui jenis-jenis dan cara pembuatannya. I.2. Dasar Teori A. Pengertian Media dan Tujuan Pembuatan Media Media atau perbenihan yaitu campuran bahan-bahan tertentu dengan aquadest yang dapat menumbuhkan bakteri, virus, jamur, atau parasit (binatang bersel satu), pada derajat keasaman dan inkubasi tertentun (Soemarno, 1998). Media merupakan suatu kumpulan zat-zat organik dan anorganik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba dengan syarat-syarat tertentu. Organisme hidup memerlukan nutrisi untuk pertumbuhannya. Subtansi kimia organik dan inorganik diperoleh dari lingkungan dalam berbagai macam bentuk. Nutrien diambil dari likungan kemudian ditransformasikan melalui membran plasma menuju sel. Di sel beberapa nutrisi diolah menghasilkan energi yang digunakan dalam proses seluler (Lim, 1998). Bakteri dalam medium juga memerlukan makanan untuk pertumbuhannya. Bakteri yang tidak punya akar harus berada pada permukaan larutan makanan yang cair. Pertumbuhan bakteri berarti meningkatnya jumlah sel yang konstituen (yang menyusun). Apabila disusun 10 bakteri dalam 1 ml medium yang cocok dan 24 jam kemudian ditemukan 10 juta bakteri tiap milimeternya, maka terjadilah pertumbuhan bakteri. Meningkatnya jumlah bakteri terjadi dengan proses yang disebut dengan pembelahan biner, dimana setiap bakteri membentuk dinding sel baru (Volk, 1993). Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan adalah memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium atau bahan yang akan digunakan. Air sangat penting bagi organisme bersel tunggal sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium sebaiknya menggunakan air suling. Air sadah umumnya mengandung ion kalsium dan magnesium yang tinggi. Pada medium yang mengandung pepton dan ektrak daging, air dengan kualitas air sadah BAB I PENDAHULUAN 2

Klasifikasi Media Media berisi bahan-bahan yang berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi 6, yaitu: 1. Nutrisi : protein/ peptide/ asam amino. Komponen protein yang diperlukan mikroorganisme adalah peptone, tergantung kebutuhannya dapat berupa meat peptone maupunn o n meat peptone(caseind a n soya peptone) ataupun campuran dari keduanya. 2. Energi : Bahan yang dipakai adalah karbohidrat, yang paling banyak digunakan adalah glukosa. 3. Logam dan mineral : dapat dibagi menjadi: komponen Makro contohnya : Na, Cl., Ca, Mg, Fe komponen Mikro contohnya : Zn, Mn, Bi Logam dan mineral terkandung di dalam peptone, buffer dan agar, sehingga seringkali tercantum di dalam komposisi media. 4. Buffer : untuk pertumbuhan mikroorganisme tertentu. Dibutuhkan pada pH yang optimum. BAB I PENDAHULUAN 3 Contoh bahan buffer : fosfat, citrat, asetat dan asam amino spesifik. 5. Indikator : penambahan indikator merupakan cara efektif untuk mendeteksi fermentasi karbohidrat spesifik. 6. Bahan selektif : bahan selektif dapat berupa bahan kimia atau antibiotika yang ditambahkan pada media bertujuan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan sehingga hanya mikroorganisme yang diingankan saja yang dapat tumbuh. Berdasarkan jenis pembuatannya, media digolongkan menjadi 2 yaitu: 1. media racikan : pembuatan komposisi media dengan bahan- bahan dasar yang terpisah atau harus diekstrak terlebih dahulu,digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme dengan kondisi tertentu, atau kebutuhan akan modifikasi komposisi media. Misal, mikroorganisme pada air laut yang memerlukan kadar salinitas lebih tinggi atau mikroorganisme yang diperlakukan terhadap kadar pepton yang tinggi. 2. media instan/ jadi : media ini telah mengandung komposisi standar dan banyak dijual oleh beragam perusahaan kimia di dunia, dengan karakter sebagai berikut: a)bersifat higroskopis, peka terhadap kelembaban, panas & cahaya; b)sangat sensitif terhadap perubahan temperatur; c)pada kemasan disertai dengan petunjuk pembuatan; d)baiknya kondisi media bergantung pada cara penyimpanan yg benar. Menurut konsistensinya (kepadatannya), media dibagi menjadi 3, yaitu: a.Padat (solid ) : adanya penambahan karagenan atau agar, gelatin, silica gel ditempatkan pada plate atau di tabung (miring). Bahan agar yang utama adalah galaktan (komplek karbohidrat yang diekstrak dari alga genusG e li d i u m). Agar akan larut atau cair pada suhu hampir 100oC dan akan cair apabila kurang lebih 43oC BAB I PENDAHULUAN 4

Laporan Praktikum Media Menurut Schlegel (1993) agar merupakan media tumbuh yang ideal yang diperkenalkan melalui metode bacteriaological (Hadioetomo, 1993); b.Setengah padat (semisolid ) : penambahan jumlah agar separuh dari komposisiditempatkan pada tabung (tegak) : untuk melihat motilitas (pergerakan) mikrobia. Contohnya seperti SIM semi solisd agar, Cary and Blair; c.Cair (broth ) : tanpa adanya pemadat seperti agar. Media (broth) misalnya air pepton, bouillon, nutrient broth tarozzi danl ain-lain. Media cair pembuatannya dimasukkan dalam tabung atau labu (Anggraeny, Radita Ning ; 2009). Berdasarkan susunan didalamnya, media terbagi atas : 1. Medium dasar/ basal mineral Medium dasar adalah medium yang mengandung campuran senyawa anorganik. Medium dasar ini selanjutnya ditambah zat lain apabila diperlukan, misalnya sumber karbon, sumber energi, sumber nitrogen, faktor tumbuh, dan faktor lingkungan yang penting seperti pH dan oksigen serta tekanan osmosis. 2. Medium sintetik Medium sintetik adalah medium yang seluruh susunan kimia dan kadarnya telah diketahui dengan pasti. Sebagai contoh adalah medium dasar yang ditambah NH4Cl dengan sumber karbon berupa gas CO2, apabila diinkubasikan dalam keadaan gelap dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri nitrifikasi khemoototrof, misalnya bakteri Nitrosomonas. Bakteri ini memperoleh energi dari oksidasi amonium, selain itu amonium juga berfungsi sebagai sumber nitrogen. Contoh lain adalah medium dengan susunan sama dengan medium 1 tetapi ditambah glukosa. Dalam keadaan aerob merupakan medium untuk perbanyakan jamur dan bakteri yang bersifat heterotrof. Glukosa berfungsi sebagai sumber karbon dan sumber energi. Dalam keadaan anaerob, medium ini dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri fakultatif anaerob maupun anaerob obligat. Energi diperoleh dari hasil fermentasi glukosa. Untuk menumbuhkan mikroba yang memerlukan faktor tumbuh dapat BAB I PENDAHULUAN 5

Laporan Praktikum Media menggunakan medium yang komposisinya sama dengan medium 2 tetapi ditambah asam nikotinat (vitamin) sebagai faktor tumbuh. 3. Medium kompleks Medium kompleks adalah medium yang susunan kimianya belum diketahui dengan pasti. Sebagai contoh medium ini adalah medium dasar yang ditambah glukosa dan ekstrak khamir. Susunan kimia ekstrak khamir tidak diketahui secara pasti, tetapi mengandung berbagai faktor tumbuh yang sering diperlukan oleh mikroba. Medium ini dapat untuk menumbuhkan mikroba khemoheterotrof aerob maupun anaerob baik yang memerlukan maupun yang tidak memerlukan faktor tumbuh. Medium yang juga termasuk medium kompleks adalah yang mengandung ekstrak tanah. 4. Medium diperkaya Medium Medium diperkaya adalah medium yang ditambah zat tertentu yang merupakan nutrisi spesifik untuk jenis mikroba tertentu. Medium ini digunakan untuk membuat kultur diperkaya (enrichment culture) dan untuk mengisolasi mikroba spesifik, dengan cara mengatur faktor lingkungan (suhu, pH, cahaya), kebutuhan nutrisi spesifik dan sifat fisiologinya. Dengan demikian dapat disusun medium diperkaya untuk bakteri yang bersifat khemoheterotrof, khemoototrof, fotosintetik, dan untuk mikroba lain yang bersifat spesifik. (anonim, 2009). BAB I PENDAHULUAN 6

Laporan Praktikum Media Berikut ini adalah kelompok media menurut fungsi dan tujuannnya. 1. Media Transport : melindungi mikroorganisme supaya tetap hidup apabila pemeriksaan terpaksa ditunda. Digunakan untuk penerimaan terpaksa bakteriologi yang menggunakan swab. Contoh sampel: rectal swab, swab tenggorokan, pus (luka/ genitalia) contoh media transport: a)Cary and Blair: mikroorganisme Gram negatif b)Amies : mikroorganisme Gram negatif c)Stuart : mikroorganisme Gram negatif dan Gram positif 2. Media Penyubur : Media yang menguntungkan pertumbuhan mikroorganisme tertentu karena mengandung bahan-bahan tambahan ataupun bahan penghambat yang menekan tumbuhnya kompetitor. Jenis media ini juga bertujuan untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme yang diduga terlalu sedikit dalam bahan sampel, sehingga akan mudah untuk dihitung atau dianalisa lebih lanjut. Berikut beberapa jenis media penyubur NaCl broth untuk mendapatkan Staphylococcus aureus Pepton alkali 1% untuk mendapatkan Vibrio cholerae Seleniteb ro t hu n tu kS a l m o n e ll a d a nS h i g e l l a Muller Kauffman enrichment untukS a lm o n e lla, dan menekan pertumbuhan golonganP r o t e u s Bouillon/ Nutrient Brothu n t u k E. Coli Empedu (bile) sebagai media pemupuk BHI (Brain Heart Infussion)u n t u k Streptococcus, Neisseria Alkali Pepton (pH > 8)u n t u k Vibrio Sp. BAB I PENDAHULUAN 7