37
BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB TUTUR BAHASA MAGGARAI: KAJIAN LINGUISTIK KEBUDAYAAN RAMBUT KANISIUS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2O15

BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM

DINAMIKA GUYUB TUTUR BAHASA MAGGARAI:

KAJIAN LINGUISTIK KEBUDAYAAN

RAMBUT KANISIUS

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2O15

Page 2: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM

DINAMIKA GUYUB TUTUR BAHASA MAGGARAI:

KAJIAN LINGUISTIK KEBUDAYAAN

RAMBUT KANISIUS

NIM 1090171013

PROGRAM DOKTOR

PROGAM STUDI LINGUISTIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2O15

Page 3: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM

DINAMIKA GUYUB TUTUR BAHASA MAGGARAI:

KAJIAN LINGUISTIK KEBUDAYAAN

Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor

Pada Program Doktor, Program Studi Linguistik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

RAMBUT KANISIUS

NIM 1090171013

PROGRAM DOKTOR

PROGAM STUDI LINGUISTIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2O15

Page 4: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

LEMBARAN PENGESAHAN

DISERTASI INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL, ………….. 2015

Promotor,

Prof. Dr.Drs.Ida Bagus Putra Yadnya, M.A

NIP 195212251979031004

Kopromotor I, Kopromotor II

Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A Prof. Dr. Aron Meko Mbete

NIP 195301071981031002 NIP 19470723 1979031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Linguistik Direktur

Program Pascasarjana Program Pascasarjana

Universitas Udayana Universitas Udayana

Prof. Dr. Aron Meko Mbete Prof. Dr.dr. A.A Raka Sudewi,Sp.S(K)

NIP 19470723 1979031002 NIP 195902151985102001

Page 5: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

Disertasi ini telah diuji pada Ujian Tertutup

Tanggal, 24 April 2015

Panitia Ujian Disertasi, Berdasarkan SK Rektor Universitas

Universitas Udayana, No.187/ UN. 14.14. /HK./2015

Tanggal, 15 April 2015

Ketua : Prof. Dr. I Wayan Simpen, M.Hum

Anggota :

1. Prof. Dr.Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A (Promotor)

2. Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A, (Ko-Promotor I)

3. Prof. Dr. Aron Meko Mbete (Ko-Promotor II)

4. Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum

5. Prof. Drs. I Made Suastra, M.A, Ph.D

6. Dr. A.A. Putu Putra, M. Hum

7. Dr. Kletus Erom, M. Hum

Page 6: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rambut Kanisius

NIM : 109 0171013

Program Studi : Pendidikan Doktor Linguistik Program

Pascasarjana Universitas Udayana

menyatakan bahwa disertasi ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti

ditemukan plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi

sesuai dengan PERMENDIKNAS RI No.17 Tahun 2001dan peraturan perundang-

undangan lainnya yang berlaku.

Denpasar, September 2015

Saya yang membuat pernyataan,

Rambut Kanisius

Page 7: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

UCAPAN TERIMA KASIH

Keberhasilan penulisan sebuah disertasi tidak pernah lepas dari campur

tangan Tuhan sebagai sumber kekuatan yang kekal dan abadi, yang dalam bahasa

Mangarai disapa mori agu ngaran, jari agu dedek „Tuhan Pemilik, Penjadi, dan

Pencipta‟. Penyelesaian disertasi dengan judul “bahasa ritual barong wae dalam

dinamika guyub tutur bahasa Manggarai: Sebuah kajian linguistik lebudayaan”

merupakan perjuangan untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Doktor dalam

bidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali.

Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan ucapan terima kasih

kepada pihak-pihak yang dengan caranya sendiri-sendiri, baik langsung maupun

tidak langsung berusaha membantu penulis untuk memperlancar penyelesaian

penulisan disertasi.

Pertama-tama, penulis dengan tulus dan rasa hormat menyampaikan

ucapan terima kasih dan pengharagaan yang tinggi kepada Prof. Dr. Drs. Ida

Bagus Putra Yadnya, M.A selaku Promotor Utama atas berbagai gagasan teoretis

dan praktis, bimbingan yang amat bermakna, arahan, dan masukan yang sangat

berharga dalam mejadikan disertasi ini bermakna. Demikian juga kepada Prof. Dr.

Made Budiarsa, M.A, selaku Ko-Promotor I, atas segala usulan dan saran serta

arahannya dalam proses pembimbingan disertasi ini, dan kepada Prof. Dr. Aron

Meko Mbete, selaku Ko-Promotor II, atas segala usulan, bimbingan yang padat

makna, dan masukan yang sangat menggugah penulis dalam proses

pembimbingan disertasi ini, terutama menyangkut penajaman analisis bentuk,

Page 8: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

8

makna, dan nilai-nilai yang terkandung dalam wacana ritual barong wae, serta

penajaman kerangka teori dan metodologi penelitian.

Ucapan terima kasih selanjutnya disampaikan kepada Pemerintah Republik

Indonesia, khususnya kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional

melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi atas dukungan dana berupa

Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS); kepada Rektor Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan yang diberikan

kepada penulis untuk mengikuti pendidikan doktor; kepada Direktur Program

Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K),

Asisten Direktur I Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A, Asisten Direktur II, Prof. Made

Sudiana Mahendra, Ph.D, kepada ketua Program Doktor Linguistik, Prof. Dr.

Aron Meko Mbete, Sekretaris Program Doktor Linguistik, Dr. A.A. Putu Putra,

M.Hum., atas segala fasilitas dan kemudahan yang diberikan selama masa

pendidikan doktor berlangsung.

Ucapan terima kasih juga patut disampaikan kepada tim penguji disertasi,

yakni Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum., Prof. Dr. I Wayan Simpen, M.

Hum., Dr. Kletus Erom, M.Hum., Prof. Drs. Made Suastra, M.A., Ph.D., Dr.

A.A. Putu Putra, M.Hum., atas pertanyaan, kritik, saran, sanggahan, serta koreksi

yang diarahkan dalam membangun kualitas disertasi menjadi bermakna.

Ucapan terima kasih dan penghargaan juga patut disampaikan kepada

Prof. Dr. Drs. I Bagus Putra Yadnya, M.A selaku Pembimbing Akademik (PA)

penulis pada program pendidikan Doktor Linguistik, yang di tengah-tengah

kesibukan sebagai promotor, pengajar, dan kesibukan akademik lainnya, masih

Page 9: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

9

menyempatkan diri untuk mendorong dan memotivasi penulis untuk cepat

menyelesaikan program pendidikan doktornya agar dapat ikut berkontribusi bagi

pemecahan masalah-masalah sosial budaya masyarakat NTT melalui perspektif

keilmuan linguistik, khususnya linguistik kebudyaan dan ekolinguistik.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada para dosen

pengajar Program Doktor Linguistik, Prof. Dr. I G.M.Sutjaaja, M.A, Prof. Dr.

Aron Meko Mbete, Prof. Drs. Ketut Artawa, M.A., Ph.D., Prof. Dr. Ni Luh

Sutjiati Beratha, M.A., Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum., Prof. Dr. I

Nengah Sudipa, M.A., Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A., Prof. Dr.

Made Budiarsa, M.A., Prof. Drs. I Made Suastra, M.A., Ph.D., Prof. Dr. I Wayan

Pastika, M.S., Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum., Prof. Dr. I Dewa Komang

Tantra, M.Sc., Dr. Nyoman Sedeng, M.Hum., Dr. Ni Made Danawaty, S.S.,

M.Hum., atas ilmu kelinguistikan yang telah dibagikan selama proses pendidikan

Doktor belangsung.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga

kepada seluruh staff administrasi Program Magister dan doktor Linguistik

Program Pascasarjana Universitas Udayana yang turut mendukung penyelesaian

disertasi ini dengan penuh kekeluargaan, yakni I Ketut Ebuh, S.Sos., I Nyoman

Sadra, S.S., Ida Bagus Suanda, S.Sos., I Gusti Ayu Supadmini, Nyoman Adi

Triani, S.E., Nyoman Sukartini, dan Nyoman Sumerti atas semua jasa

pelayanannya.

Terima kasih yang tulus, rasa hormat, dan penghargan setinggi-tingginya

patut dipersembahkan kepada kedua orang tua penulis, Bapak Paulus Ojung

Page 10: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

10

(Almarhum) dan Mama Ida Ganut yang telah mendidik, membimbing, dan

menyirami doa untuk mendukung keberhasilan penulis pada jenjang pendidikan

yang tertinggi; ungkapan yang sama juga disampaikan kepada adik-adik penulis,

yakni Nikolaus, Lusia , Stefanus, Maria, Pius, Yustina, Yeremias, dan Yasinta

yang senantiasi sabar dan menunggu kesuksesan yang diraih penulis.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada istri

terkasih, Hana Ferderika Yunias, kelima buah cinta, yakni Agnesia Prima Novi

Rambut, Felisiana Sekunda Rambut, S.E., Fransiskus Jefri Samuel., S.H.,

Oktovianus Kevin Ojung, A.Md., David Rikardo Rambut, dan ketiga menantu,

yakni Arselius Tau, Maria Djami, Winaldy S. Blanc serta ketiga cucu yang

tercinta, yakni Anastasia Marsela Riani Rambut, Shivenia Karola Ferderika

Samuel, Gabriel Aleksi Rambut, Maria Belvania Tau yang tidak henti-hentinya

berdoa untuk mendukung penulis dalam rangka penyelesaian studi Doktor di

Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali.

Akhirnya harapan penulis bahwa disertasi ini dapat memberikan sekelumit

sumbangan terhadap pengembangan ilmu linguistik, khususnya linguistik

kebudayaan dan ekolinguistik. Penulis juga menyadari dengan sungguh bahwa

karya ini masih jauh dari harapan ideal karena masih terdapat banyak kekurangan

dan kelemahan. Untuk berbagai saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan

demi penyempurnaan kajian ini.

Denpasar, September 2015

Page 11: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

ABSTRAK

BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB TUTUR

BAHASA MANGGARAI: SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK KEBUDAYAAN

Penelitian ini mengkaji Bahasa Ritual Barong Wae dalam bahasa

Manggarai dengan mengangkat enam masalah yang dirumuskan pada penelitian

ini, yaitu (1) bangunan estetik bahasa ritual barong wae; (2) makna-makna yang

terkandung di dalam bahasa ritual barong wae; (3) nilai-nilai yang terkandung di

dalam bahasa ritual barong wae; (4) imajeri-imajeri dalam bahasa ritual barong

wae; (5) kesenjangan kognitif antara generasi tua (GT) dan generasi muda (GM)

dalam bahasa ritual barong wae; dan (6) pandangan dunia guyub tutur bahasa

Manggarai. Merujuk pada data bahasa ritual tersebut, maka pengambilan data

dilakukan dengan (1) metode observasi dengan teknik mencatat dan menyimak,

dimulai dari rumah adat sampai di tempat ritual itu berlangsung, (2) metode

wawancara dengan teknik merekam ujaran pemimpin ritual dengan digunakan

camera dan handycamp sebagai alat rekam; (3) metode dokumentasi. Analisis

dalam penelitian ini dipandu oleh sejumlah teori dan paradigma linguistik yang

mencakup teori linguistik kebudayaan dan ekolinguistik.

Dalam penlitian ini ditemukan (1) pilar-pilar estetik bahasa ritual barong

wae yang meliputi (a) paralelisme dan (b) metafora; (2) makna-makna yang

terkandung di dalamnya, yakni (a) makna sosial, (b) makna budaya, (c) makna

biologis, (d) makna magis, (e) makna idiologis, (f) makna mitos; (3) nilai-nilai

yang terkandung di dalam bangunan estetik bahasa ritual meliputi: (a) nilai sosial,

(b) nilai magis, (c) nilai budaya, (d) nilai idiologis, (e) nilai biologis, (f) nilai

mitos; (4) imajeri guyub tutur meliputi: (a) imajeri sosial, (b) imajeri budaya; (5)

kesenjangan kognitif antara GT dan GM yang meliputi (a) tataran linguistik,

yakni tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, dan tataran semantik,

(b) penyebab kesenjangan kognitif adalah penyebab eksteren dan penyebab

interern, (c) dampak kesenjangan kognitif; dan (6) pandangan dunia guyub tutur

meliputi (a) pandangan dunia tentang Tuhan dan leluhur; (b) pandangan dunia

tentang sesama; dan (c) pandangan dunia tentang lingkungan.

Kata Kunci: bahasa ritual barong wae, dinamika, guyub tutur, dan bahasa

Manggarai.

Page 12: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

12

ABSTRACT

RITUAL LANGUAGE BARONG WAE IN DYNAMIC OF MANGGARAIAN SPEECH

COMMUNITY: A STUDY OF CULTURAL LINGUISTICS

This study explores ritual language barong wae in Manggaraian language with six

problems that should be researched. Those problems are (1) esthetic form of ritual language

barong wae that consists of (a) parallelism and (b) metaphor, (2) meanings of ritual language

barong wae, (3) value in ritual language barong wae, (4) imagery in ritual language barong

wae, (5) cognitive gap between old generation and young generation in ritual language

barong wae, (6) world view of Manggaraian speaker in ritual language barong wae.

Referring to the data of ritual language texts, the researcher has collected data with using

some methods, that is (a) observation that completed by note taking , (b) interview that

supported by recording which camera and handycamp, and (3) documentary method. The

data were analyzed using a number of theories. Those theories are cultural linguistics, and

ecolinguistics. Those theories are selected to explain the problems of the study.

The results of the study indicates that (1) esthetic form of ritual language barong wae

that consists of (a) paralelism and (b) metaphor; (2) meanings of ritual language barong wae

that consists of (a) social meaning, (b) cultural meaning, (c) biological meaning, (d)

ideological meaning, (e) magical meaning, (f) mythical meaning, (3) value in ritual language

barong wae consists of (a) social value, (b) cultural value, (c) biological value, (d)

ideological value, (e) magical value, (f) mythical value, ( 4) imagery in ritual language

barong wae. It consists of (a) social imagery, and (b) cultural imagery, (5) cognitive gap

between old generation and young generation. (a) It happens on linguistic stages, like

phonology, morphology, syntax, and semantics, (b) factors of cognitive gap (external and

internal factors), (c) Effects of cognitive gap that consists of positive effect and negative

effect, (6) world view of Manggaraian speech community to the environment. It deals with

(a) Lord and ancestors, (b) the same human beings, and (c) environments.

Key words: ritual language barong wae, dynamic, speech community, Manggaraian

language

Page 13: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

13

RINGKASAN

BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB TUTUR BAHASA

MANGGARAI: SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK KEBUDAYAAN

1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang permasalahan

Bahasa ritual barong wae (BRBW) merupakan salah satu laras ritual dalam bahasa

Manggarai (BM). Laras ritual ini biasanya digunakan sebagai sarana komunikasi verbal

dalam berinteraksi manusia dengan Tuhan serta leluhur masyarakat pendukunnya. Selain itu,

laras ritual barong wae merupakan sebuah wacana yang disebut wacana ritual. Wacana itu

terdiri atas dua bagian, yakni wacana renggas dan wacana tudak manuk. Wacana renggas

menggambarkan aktivitas ritual barong wae di rumah adat sedangkan wacana tudak manuk

menggambarkan aktivitas barong wae di tempat air minum.

Di samping itu, laras ritual barong wae memilki sifat-sifat khusus, antara lain ia

bersifat spiritual dan transaksional adat serta bersifat standar yang dikenal sebagai bahasa

beku (frozen language. Penelitian menunujukkan bahwa laras itu memiliki bangunan yang

indah karena dipilari oleh dua bentuk yang indah seperti paralelisme dan metafora. Di dalam

bangunan estetik itu terkandung makna dan nilai, imajeri dan pandangan dunia guyub

tuturnya serta tersirat juga kesenjangan kognitif antara generasi tua dan generais muda.

Laras ini sebagai wacana ritual terdiri atas tiga jenis, yaitu wacana renggas, teing

cepa, dan wacana tudak manuk. Selain itu laras tersebut juga memiliki bangunan yang indah

atau estetik karena dikonstruksi oleh dua pilar estetik, yaitu paralelisem dan metafora. Kedua

pilar estetik itu mengandung beberapa unsur penting, seperti makna, nilai, imajeri, dan

pandangan dunia.

Secara ekolinguistik, BRBW merupakan salah satu sarana komunikasi verbal yang

menggambarkan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan non-fisik.

Berdasarkan pandangan itu, bahasa ritual tentu tidak bisa dipisahkan dari para penuturnya.

Dalam perspektif lingkungan bahasa ritual hadir, digunakan, dan hidup serta berkembang.

Dimensi lingkungan itu, bahasa ritual diberikan ruang dan waktu untuk hidup, berelasi,

berinteraksi, dan hidup saling bergantungan. Dalam ruang dan waktu itu pula bahasa ritual

harus berelasi, beriteraksi, dan hidup bergantung pada manusia yang merupakan salah satu

unsur lingkungan. Manusia adalah pemakai bahasa terdiri atas kelompok tua dan kelompok

muda. Kehidupan bahasa itu sangat bergantung pada kreatifitas penuturnya.

Kenyataan menunjukkan bahwa dalam lingkungan adat laras ritual itu memegang

peranan penting dalam komunikasi. Dalam konteks itu, bahasa ritual sangat terbatas

pemakaiannya. Artinya, hanya kelompok tertentu saja yang bisa menggunakan bahasa ritual,

yaitu kelompok tua yang terdiri atas tu‟a adat dan orang tua lainnya. Karena itu, kelompok

lain, seperti kelompok muda tidak dilibatkan dalam kegiatan ritual itu. Kondisi ini

menciptakan kesenjangan lingual kultural. Generasi muda tidak diberikan kesempatan untuk

berkomunikasi dalam bahasa ritual itu. Oleh karena itu generasi muda sulit untuk memaham

leksikon-leksikon ritual yang menggambarkan relasi dengan Tuhan dan leluhur. Makna

leksikon ritual itu tidak dipahami dengan baik dan benar. Penjelasan tersebut

Page 14: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

14

menggambarkan kesenjangan kognitif antara kelompok tua dan kelompok muda. Leksikon-

leksikon yang mengambarkan lingkungan keadatan seprti robo diganti dengan botol, wunut

atau ijuk diganti dengan sing, siri bongkok atau tiang tengah rumah adat diganti dengan

benton. Butiran-butiran leksikon tersebut tidak dipahami oleh generasi muda.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan penjelasan terdahulu, maka permasalahan penelitian ini adalah (1)

permasalahan umum dan (2) permasalahan khusus. Permasalahan umum merupakan pokok

persoalan yang perlu dibahas secara garis garis adalah Bagaimanakah hakikat BRBW sebagai

salah satu laras ritual dalam BM? Permasalahan khusus ini, yaitu: (1) Bagaimanakah

bangunan estetik BRBW?;(2) Makna-makna apa sajakah yang terkandung dalam wacana

ritual barong wae?; (3) Imajeri apasajakah yang terkandung di dalam BRBW?; (4) Nilai-

nilai apa sajakah yang terkandung dalam BRBW yang berfungsi merawat keharmonisan

sosio-kultural?; (5) Tataran linguistik apasajakah yang menggambarkan kesenjangan kognitif

antara generasi tua dan gnerasi muda di dalam BRBW?; (6) Pandangan dunia guyup tutur

BM apa sajakah yang tercermin dalam BRBW?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini dirancang untuk memerikan gambaran umum tentang

laras ritual barong wae. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan

permasalahan khusus sebagaimana dipaparkan terdahulu, yaitu (1) memerikan bangunan

estetik BRBW yang digunakan dalam ritual barong wae pada GTBM; (2) membedah makna-

makna mitos, ideologis, sosiologis, biologis, magis, dan budaya dalam BRBW; (3)

memerikan imajeri-imajeri yang dalam wacana ritual barong wae; (4) Mendeskripsi nilai-

nilai yang terkandung dalam BRBW yang berfungsi memelihara dan merawat keharmonisan

sosio-ekologis;(5) memerikan kesenjangan kognitif antara Generasi Tua dan Generasi Muda

dalam wacana ritual barong wae; (6) mendeskripsi pandangan dunia GTBM dalam BRBW

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian BRBW memiliki dua sisi kegunaan, yaitu manfaat teoritis dan manfaat

praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan bidang kajian

linguistik yang secara khusus pengembangan linguistik kebudayaan dan ekolinguistik. Hasil

kajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian bahasa ritual

selanjutnya.

Secara praktis, pembahasan ini memiliki manfaat praktis. Sejumlah manfaat praktis

yang dapat diharapkan dari analisis laras ritual adalah: (1) bermanfaat secara praktis dalam

kehidupan masyarakat Manggarai sebagai pendukung bahasa dan budaya, (2) bermanfat bagi

pemerintah (pusat dan daerah).

Bagi pemerintah (pusat dan daerah). Sejumlah manfaat praktis bagi pemerintah yang

dihasilkan dari analisis penelitian ini, yaitu: (1) menyadarkan pemerintah (pusat dan daerah)

bahwa implementasi kebijakan bahasa dan budaya yang sedang dijalankan tidak diimbangi

dengan upaya penyelesaian masalah keterpinggiran bahasa dan budaya daerah (bahasa dan

budaya Manggarai), (2) menyadari bahwa implementasi kebijakan bahasa dan budaya selama

ini cenderung meminggirkan bahasa dan budaya lokal atau daerah, (3) menyadarkan

pemerintah daerah Tk.II untuk merancangkan kebijakan bahasa dan budaya daerah sebagai

Page 15: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

15

penopang bahasa dan budaya nasional, bahasa Indonesia yang selama ini pemerintah daerah

Tk II kurang memperhatikan bahasa dan budaya daerah.

Bagi masyarakat Manggarai yang merupakan penutur bahasa Manggarai (BM). Hasil

analisis ini diharapkan menjadi bekal pengetahuan yang berharga untuk mendorong seluruh

penutur BM pada umumnya, secara khusus generasi penerus, agar selalu berupaya untuk

menjaga dan merawat bahasa dan budaya sebagai warisan agung leluhurnya. Selain itu, hasil

analisis ini dapat meminimalisir pikiran negatif dan sikap anggap remeh generasi muda

terhadap bahasa dan budaya pada umumnya, secara khusus bahasa dan budaya ritual barong

wae.

2. Kajan Pustaka, Konsep, Kerangka Teori

Kajian yang dilakukan Erom pada tahun 2011 yang membahas tentang “Operasi

Formal Antonim dalam BM”. Topik ini membahas paralelisme dalam BM dengan makna

antonim. Kajian Paralelisme dalam BM dengan makna antonim., terutama pada pasangan

kata benda dan kata-kata keterangan arah. Teori paralelisme yang digunakan kajian tersebut

dijadikan rujukan teoretis untuk menganalisis masalah paralelisme dalam peneltian bahasa

ritual barong wae.

Kedua, dilakukan Erom pada tahun 2011 yang berjudul:“Sistem Leksikogrammatikal

dalam bahasa Manggarai (BM)”. Kajian ini menggunakan teori linguistik kebudayaan

sebagai pedoman untuk menjelaskan, menganalisis, menafsir data yang berkaitan dengan

sistem leksikogramatika dalam BM. Ia berpendapat bahwa leksikogramatika itu merupakan

wujud imajeri budaya guyup tutur BM dalam hal memandang masa lampau, masa sekarang,

dan menatap masa depan. Maka dari itu, sistem leksikogramatika terkait dengan bagaimana

guyup tutur BM melihat masa lalu, sekarang.

Ketiga adalah kajian yang dilakukan Erom pada tahun 2010. Penelitian ini

mengangkat masalah sistem pemarkahan nomina bahasa Manggarai dan interelasi sistem

penamaan entitas pada guyup tutur BM. Penelitian ini tidak ada kaitan dengan penelitian

BRBW, terutama masalah dan sasaran kajian yang berfokus pada sistem pemarkahan nomina

dan interelasi sistem penamaan entitas pada GTM. Akan tetapi, penelitian ini menjadi

referensi penelitian BRBW terkait dengan pendekatan teoretis yang digunakannya, yaitu teori

linguistik kebudayaan metode yang digunakannya adalah metode kualitatif.

Keempat, dilakukan Bustan pada tahun 2005. Kajian ini mendeskripsikan korelasi

antara bahasa dan kebudayaan Manggrai dari sudut padang linguistik kebudayaan. Fokus

kajiannya pada masalah bentuk, makna, dan fungsi wacana Budaya Tudak Penti. Namun,

landasan teori linguistik kebudayaan yang berdasarkan pada imajeri manusia seperti yang

diusung Palmer (1996) dan dikembangkan Erom, (2010: 17) kurang mendapat penegasan.

Kelima, dilakukan Erom pada tahun 2004. Kajian ini adalah menelaah Paralelisme

dalam BM.Hasil kajian Paralelisme BM tersebut juga menunjukkan bahwa Paralelisme

menampilka gaya kiasan, gaya indah, dan kesejajaran bentuk dan semantis. Hal yang penting

dalam kajian tersebut adalah Paralelisme dalam BM mencakup tiga aspek Linguistik, yaitu

aspek fonologi, aspek gramatikal, aspek leksikosemantik.

Keenam adalah penelitian Basso (1990). Penelitian ini dirancang untuk

menginvestigasi metafora struktural dalam bahasa Apache. Bahasa ini adalah bahasa asli

(native language) penduduk yang mendiami wilayah Apache Barat, Arizona Timur Tengah.

Page 16: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

16

Fokus kajiannya adalah pada „Penanmaan Bagian Kendaraan Bermotor dalam bahasa Apache

(yang selanjut disebut BA). Penutur BA bagian Barat biasa memetaforakan bagian tubuh

manusia dan binatang dengan tubuh (body) kendaraan bermotor, seperti mobil dan mobil

Pick up. Penelitian menunjukkan bahwa metofora struktural dalam BA memiliki skenario

sebagai berikut. Kap mobil dikiaskan dengan bichih ‟hidung‟, lampu muka mobil disamakan

dengan bidáá „mata‟. Kaca depan diibaratkan dengan bita „dahi‟. Ban depan mobil

diassosiasikan dengan bagian „tangan dan bahu‟. Ban belakang dan ban dalam mobil

dibandingkan dengan bikee ‘kaki‟.

. Ketujuh adalah kajian yang dilakukan Kovecses pada tahun 1987. Kajian ini

dilakukan Kovecses pada 1987 di Inggris. Ia melakukan telaahan tentang metafora ontologis

kemarahan dalam bahasa Ingggris (BI). Hasil penelitian ini menununjukkan bahwa

Kemarahan (anger) diibaratkan sebagai zat cair dalam sebuah wadah. Zat cair itu sifat panas

apabila kena panas, misalnya kena sinar matahari atau apabila dimasak dalam dalam sebuah

periuk.

2.2 Konsep

Konsep-konsep yang digunakan dalam kajian ini mencakup: (1) Bahasa Ritual

Barong Wae, (2) Dinamika Guyup Tutur BM, (3) Bangunan Estetika BRBW, (4) Paralelisme,

(5) Metafora, (6) Makna sosial dan Makna budaya, (7) Nilai Sosial dan Nilai Budaya, (8)

Tataran Linguistik, (9) Kesenjangan Kognitif, (10) Imajeri, (11) Pandangan Dunia, (11)

Linguistik Kebudayaan. Pertama, bahasa ritual barong wae (BRBW) merupakan salah

ragam ritual dalam BM. Ragam ini adalah sarana komunikasi verbal dalam interaksi dengan

Tuhan dan leluhur guyup tutur BM. Kedua, Dinamika Guyup Tutur BM adalah semangat

atau komitmen penutur BM yang secara sadar menggunakan atau berbicara dalam

berinteraksi dengan sesamanya dalam komunikasi setiap hari, khususnya dalam komunikasi

adat. Ketiga, bangunan estetik bahasa adalah simbol verbal yang hadir dalam setiap aktivitas

masyarakat penuturnya dengan gaya yang indah dan kias. Secara pragmatis, Simbol verbal itu

digunakan sebagai sarana komunikasi dalam interaksi sosial-budaya penuturnya (band.

Palmer, 1996:3). Berdasarkan definisi itu, bangunan estetik BRBW adalah sombol verbal

yang digunakan sebagai sarana komunikasi verbal dalam berinteraksi dengan Wujud

Tertinggi dan Leluhur guyup tutur BM dengan gaya indah dan kias. Keempat, Paralelisme

merupakan salah satu figurasi bahasa yang memiliki unsur estetik. Hal ini dipertegas oleh

Kridalaksana (1993: 154) bahwa paralelisme itu adalah pemakaian berulang-ulang ujaran

yang sama dalam bentuk bunyi, tatabahasa, makna, atau gabungan dari kesemuannya.

Selanjutnya, ia mengatakan bahwa paralelisme itu merupakan ciri khas bahasa puisi. Kelima,

Metafora adalah pemakaian kata atau ungkapan lain untuk obyek atau konsep lain

berdasarkan kias atau persamaan. Misalnya kaki gunung, kaki meja berdasakan kias pada

kaki manusia (Kridalaksana, 1993:136). Selanjutnya ia mengatakan bahwa istilah metafora

adalah pemakaian kata atau bentuk lain yang mengacu pada obyek konkrit untuk konsep

abastrak, misalnya namanya harum dibandingkan dengan bunga itu harum, sambutan yang

dingin. Keenam, Makna sosial adalah makna yang diciptakan oleh sekolompok masyarakat

bahasa sebagai pendukungnnya. Makna sosial dalam ujaran-ujaran ritual barong wae adalah

makna yang dibuat berdasarkan kesepakatan kelompok tutur bahasa Manggarai. Makna-

makna ujaran itu berdasarkan konteks sosial. Makna budaya adalah makna yang diciptakan

Page 17: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

17

berdasarkan ujuh konteks budaya masyarakat pendunkung nya. Ketujuh, Nilai sosial

merupakan sesuatu yang mewarnai dan menjiwai tindakan sekelompok masyarakat. Dalam

perspektif Linguistik nilai sosial adalah posisi lambang bahasa dalam sistem semantik suatu

bahasa yang berkaitan dengan aktivitas sosial guyup tuturnya (band.F.de Saussure, dalam

Kridalaksana, 1993:145). Nilai budaya adalah sesuatu yang mengambarkan pikiran atau

gagasan sekelompok masyarakat bahasa. Kedelapan. Tataran linguistik adalah struktur

linguistik yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Kesembilan,

Kesenjangan Kognitif adalah perbedaan pemahaman antara generasi tua (GT) dan generasi

muda (GM) terhadap memaknai bunyi, leksokon, kalimat dalam sebuah wacana ritual

barong wae. Kesepuluh, Imajeri adalah gambaran atau perwujudan mental seseorang

kelompok orang tentang sesuatu atau seseorang. Dari pengertian itu, jelas bahwa imajeri

berada di otak manusia, sedangkan gramatika bahasa merupakan wujud imajeri. Kesebelas,

Pandangan Dunia adalah cara seseorang atau kelompok orang berpikir tentang seseorang atau

sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, Keduabelas, Linguistik Kebudayaan adalah

linguistik antropologi modern yang di dalamnya terdapat linguistik kognitif dipadukan

dengan linguistik aliran Boas, etnosemantik, dan etnografi berbicara (Palmer, 1996:3). Teori

linguistik kebudayaan dirancang untuk mefokuskan kajiannya pada fenomena bahasa dan

kebudayaan penuturnya dan pengetahuan lokal (Mbete, 2010: 6). Dengan kata lain linguistik

kebudayaan merupakan salah satu cabang linguistik yang bersifat interdisipliner yang secara

khusus mengaji korelasi bahasa dan kebudayaan.

2.3 Kerangka Teori

Linguistik kebudayaan merupakan cabang linguistik yang bersifat interidisipliner.

Subdisiplin ini termasuk salah anggota kelompok makrolinguistik. Dalam perspektif

linguistik kebudayaan bahasa adalah permainan simbol verbal yang berdasarkan imageri

penuturnya (Palmer, 1996: 3). Pernyataan teoretis ini dijadikan landasan teori umum

linguistik kebudayaan. Namun teori umum itu dipandang perlu untuk dijabarkan lagi agar

bisa aplikasikan dalam menyelesaikan permasalahan penelitian linguistik kebudayaan, yaitu

penelitian bahasa ritual barong wae. Teori itu dapat direduksi menjadi beberapa sub teori,

yakni teori tanda linguistik yang dimanfaatkan untuk menjelaskan bangunan estetik bahasa

ritual; teori wacana ritual; makan situasional; nilai situasional; imajeri, dan pandangan dunia.

Kelima sub teori linguistik kebudayaan itu menjadi referensi untuk menjelaskan permasalah

penelitian, yakni masalah hakikat bahasa ritual, bangunan estetik, makna dan nilai di dalam,

Imajeri dan pandangan dunia barong wae.

Bagimanapun linguistik kebudayaan memiliki kebertatasan dalam memecahkan

permasalahan penelitian. Karena itu linguistik kebudayaan perlu dibantu oleh

makrolinguistik lainnya. Bedasarkan sifat data peneltian BRBW, maka ekolinguistik

dijadikan mitra kerja dalam menyelesaikan atau memecahkan permasalahan penelitian ini.

Ekolinguistik sebagai ilmu, memiliki teori bahwa hubungan antarpenutur dalam lingkungan

bahasa sangat menentukan keberlangsungan hidup bahasa itu. Kerangka pikir ekolinguistik

ini masih bersifat umum. Untuk bisa diaplikasikan, maka perlu dijabarkan lagi menjadi

beberapa sub teori, yakni teori keberagaman, teori interrelasi dan interdependensi, dan teori

interaksi.

Page 18: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

18

Fakta menunjukkan bahasa adalah sarana komunikasi dalam berinterkasi

antarpenutur. Jikalau interkasi antarapenutur, misalanya penutur tua dan muda tidak terjalin

dengan baik, maka kehidupan bahasa akan sangat terancam. Kadang-kadang hubungan yang

tidak baik itu ditandai dengan perbedaan pengetahuan dan pemahaman antara generasi tua

dan generasi muda tentang bahasa yang digunakan dalam peristiwa kehidupannya. Perbedaan

itu mempengaruhi sikap dan perilaku berbahasa dan berbudaya dalam satu lingkungan bahasa

tertentu. Perbedaan tersebut dipandang sebagai kesenjangan kognitif atau kesenjangan lingual

kultural. Teori interelasi dalam ekolinguistik dapat digunakan untuk menjelaskan permasalah

dalam penelitian ini, yaitu kesenjangan kognitif antara generasi tua dan generasi muda.

Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa teori linguistik kebudayaan dapat digunakan

untuk menjelaskan masalah hakikat BRBW, bangunan estetik, makna dan nilai, imajeri, dan

pandangan dunia. Teori ekolinguistik dimanfaatkan untuk menjelaskan masalah kesenjangan

kognitif antara gen erasi tua dan generasi muda sebagi penutur laras ritual itu.

2.4 Model Penelitian.

Linguistik adalah ilmu yang mengaji tentang bahasa. Kridalaksan membagi limu itu

manjedi dua cabang, yaitu mikrolonguistik yang mencakup: Fonologi, morfologi, sintaksis,

dan semantik dan makrolinguistik mencakup: linguistik kebudayaan, antropologi linguistik,

sosiolinguistik, psikolinguistik, dan ekolingusitik. Linguistik kebudayaan memandang bahasa

sebagai permaiman simbol yang berdasarkan imajeri penuturnya. Definisi bahasa itu

merupakan landasan teori umum linguistik kebudayaan. Pernyataan itu teori umum itu

dijabarkan menjadi beberapa sub teori, seperti teori tanda lingusitik, teori wacana ritual, teori

makna dan situasional, teori imajeri, dan teoripandangan dunia. Kelima sub teori itu

digunakan untuk menjelaskan kelima masalah peneltian BRBW.

bw

Microling.

Linguistics

Macroling.

Cultural Ling. socioling Antro.Ling. Ecoling. Phsyco.ling

Verbal sym. Imagery com.

Ritual lang. bw

Ritual disco. barong wae

Cultural imag.

Situational mean.

Ling.Tool

Ritual Lang.bw

Cogni.Gab

Page 19: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

19

Ket. Bagan : Macroling. = Macrolinguistics

Microling. = Microlinguistics

Cultural ling. = Cultural linguistics

Socioling. = Sociolinguistics

Antro.ling = Aantro linguistics

Psycho.ling .= Psycolinguistics

Ecoling. = Ecolinguistics

Ling. Tool = Linguistic Tool

Cogni.Gab = Cognitive Gab

Verbal sym. = Verbal symbol

Imagery com. = Imagery Mangaraian Community

Ritual ling.bw = Ritual Language barong wae

Ritual disco. = Ritual discourse.

Simbol :

Arah Analisis

Arah saling bergubungan

Kotak Komponen

Ekolinguistik adalah makrolinguistik yang mangaji hubungan bahasa dengan

lingkungan. Makrolingusitik ini memandang bahasa sebagai sarana penghubungan antara

penutur dalam lingkungan bahasa. Definisi ini menjadi kerangka pikir umum ekolinguistik.

Teori ini dapat dijabarkan lagi menjadi beberapa sub teori ekolinguistik, yaitu teori

keberagaman, teori interrelasi, interdependensi, dan interaksi, dan teori lingkungan.

.

3.Metode Penelitian

3.1 Pendekatan penelitian

Penelitian ini berdasarkan pendekatan deskripsi kualitatif yang dilatari oleh filsafat

fenomenologi. Dengan demikian data yang terkumpul hampir semua dalam bentuk

pernyataan kualitatif.

3.2 Lokasi peneltian.

Lokasi penelitian adalah kabupaten Manggarai Manggarai Tengah (MT). Kecamatan-

kecamatan di kabupaten MT diseleksi menjadi titik pengamatan peneltian.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini memiliki data kualitatif yang mencakup: (1) data lisan atau primer dan

(2) data tulis atau sekunder. Pertama, data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung

dengan informan baik generasi tua maupun generasi muda dan observasi langsung pada saat

Page 20: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

20

ritual barong wae berlangsung. Kedua data sekunder diperoleh dokumen tertulis berupa teks

dan buku tentang bahasa Manggarai umumnya, bahasa ritual barong wae khususnya.

Data diperoleh melalui dua sumber, yaitu data lisan dan data tulis. Pertama, data lisan

diperoleh dari peristiwa ritual barongwae, secara khusus tuturan dari para pelaku upacara

(pelaku utama) dan wawancara langsung dengan kelompok masyarakat Manggarai yang

secara adat berkedudukan sebagai Tua golo dan Tua Teno atau pemangku adat, para pelaku

ritual khususnya pemimpin pelaksana ritual barongwae. Jumlah pemangku adat yang akan

ditetapakan sebagai nara sumber atau informan utama dalam penelitian ini sangat tergantung

dari jumlah desa-desa adat. Kedua, data tulis diperoleh dari pustaka dan dokumentasi yang

berkaitan dengan tuturan ritual dalam bahasa Manggarai.

3.4 Instrumen

Instrumen penelitian meliputi: Pertama, Peneliti sebagai instrumen utama dalam

penelitian kualitatif. Karena itu peneliti harus “divalidasi‟ seberapa jauh kesiapan melakukan

penelitian sebelum ia pergi ke lapangan. Kedua, Panduan wawancara dalam bentuk

pertanyaan terstruktur yang meliputi (1) pertanyaan pembukaan, misalnya, Siapakah nama

bapak? Sudah berapa lama tinggal di sini? Apa pekerjaan yang secara tetap bapak lakukan?

(2) Pertanyaan berkaitan dengan ritual barongwae. Menurut bapak apa maksud upacara ritual

penti?, Kapan dilakukan ritual penti? Menurut bapak apa maksud ritual barongwae?.

Ketiga,Daftar komponen obsevasi. Misalnya, waktu pelaksanaan ritual barong wae, tempat

mulai ritual barong wae, jumlah perserta dalam ritual barongwae, binatang apa yang

digunakan dalam ritual barong wae, materi apa saja yang digunakan dalam ritual barongwae.

Instrumen apa yang digunakan dalam upacara ritual barongwae. Keempat, agar kerja

penelitian berlangsung sesuai dengan rencana, penelitian ini menggunakan beberapa sarana

teknis yang diperlukan seperti kamera dan handy camp. Selain itu saran teknis lain, seperti

alat tulis menulis yang meliputi buku tulis atau kertas, pensil, tip eks, dan sebagainya.

3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

pertama, Metode pengamatan digunakan untuk mengamati upacara kebudayaan dalam

rangka mendata bentuk lingual berupa tuturan lingual. Kedua metode wawancara

dimanfaatkan untuk menjaring berbagai data pelengkap mengenai tuturan ritul, misalnya saat

penuturan, siapa penuturnya, dan maksud atau tujuan penuturnya. Ketiga adalah metode

kepustakaan

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode dan teknik analisis data BRBW mencakup: transkrip, penyeleksian,

pengklasifikasi atau pengelompokan, penerjemahan, dan interpretasi. Pertama, peneliti

mendengarkan rekaman ujaran ritual barong wae yang disampaikan di tempat air minum.

Kegiatan ini dilakukan berulang-ulangkali dengan tujuan untuk mendapatkan data yang

akurat. Hasil transkrip ini disusun menjadi sebuah teks barong wae yang lengkap. Kedua,

peneliti membaca, mempertimbangkan, dan memilih salah satu wacana ritual barongwae dari

ke duapuluhlima wacana yang telah ditranskrip. Wacana BRBW itu direvisi yang kemudian

menjadi data lengkap sebagai wacana representasi untuk selanjutnya dianalisis. Ketiga, Teks-

Teks barong wae yang ditranskrip dan teks yang diperoleh melalui wawancara dan observasi,

Page 21: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

21

dibaca, dipertimbangkan, dan memilih salah satu teks-teks transkrip untuk dijadikan data

analisis atau menjadi korpus data penelitian. Teks yang diperoleh melalui wawancara dan

observasi menjadi data analisis sekunder atau sebagai data pelengkap. Data itu diklasifikasi

berdasarkan permasalahan penelitiaan. Keempa, Kegiatan penerjemahan dilakukan dengan

menerjemahkan ujaran-ujaran yang membangun wacana ritual barong wae ke dalam bahasa

Indonesia (BIND). Terjemahan teks BRBW tersebut mencakup tiga hal, yaitu terjemahan

glos, terjemahan literal, dan terjemahan bebas. Kelima, Kegiatan interpretasi adalah upaya

menganalisis data yang sudah diklasifikasikan pada bagian terdahulu. Kegiatan interpretasi

sesungguhnya adalah usaha menafasir makna-makna, nilai-nilai yang tersirat dalam bangunan

estetika BRBW. Makna dan nilai yang tersembunyi di balik bangunan estetik BRBW seperti

paralelisme, metafora, dan pantun.

3.5 Metode dan Teknik Penyajian Data

Hasil penelitian disampaikan secara informal. Semuanya disajikan dalam bentuk

narasi. Kemudian hasil itu dianalisis secara kualitatif. Artinya semua permasalahan

dideskripsi secara kualitatif.

4. Hasil Penelitian

4.1 Hakekat Bahasa Ritual Barong Wae

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa Manggarai (BM) merupakan salah satu

anggota rumpun bahasa Austronesia yang masih hidup dan berkembang di Flores barat,

tepatnya di Kabupaten Manggarai. BM ini memiliki beberapa laras, antara lain laras ritual

barong wae. Secara empiris Laras ini digunakan dalam ritual barong wae. Laras tersebut

merupakan wacana ritual yang menggambarkan relasi antara manusia danTuhan serta leluhur.

Wacana ritual itu terdiri atas dua wacana, yakni (1) wacana renggas‟ajakan atau seruan‟ di

rumah adat, dan wacana tudak manuk „doa persembahan ayam‟ di tempat air minum

Laras ritual tersebut merupakan sebuah bangunan estetik yang di dalamnya

terkandung: makna, nilai, imajeri, pandangan dunia guyup tuturnya, dan tergambar pula

kesenjangan kognitif antara generasi tua dan generasi muda BM. Bangunan estetik itu dipilari

oleh bentuk, yaitu paralelisme dan metafora.

4.2 Bangunan Estetika Bahasa Ritual Barong Wae

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk bahasa ritual barong wae. merupakan

sebuah bangunan estetik. Bangunan estetik dibentuk oleh dua pilar estetik yaitu paralelisme

dan metafora. Berkaitan dengan paralelisem ada beberapa aspek linguistik yang dianalisi,

yaitu (1) Aspek fonologis, (2) aspek gramatikal, dan (3) aspek lesikogramatikal.Tujuan

analisis itu adalah untuk mendapatkan makna dan nilai, iamjeri, dan pandangan dunia guyub

tutur bahasa Manggarai

. Kedua adalah metafora. Bahasa kiasan atau metafora adalah permaiman simbol verbal

yang dilandasi oleh imajeri guyub tutur bahasa itu (Palmer 1996: 227), Selanjutnya Palmer

mengemukakan bahwa metafora dapat dirinci menjadi tiga jenis, yakni (1) metafora

struktural, (2) metafora ontologi, dan (3) metafora orientasional. Analisis ketiga jenis

metafora dalam laras ritual barong wae bertujuan mencari makna dan nilai, imajeri dan

pandangan dunia yang terkadung dalam bahasa ritual barong wae

Page 22: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

22

4.3 Makna Bahasa Ritual Barong Wae

Hasil penelitian menujukkan bahwa BRBW memiliki seperangkat makna yang

ditentukan oleh konteks pemakaiannya. Makna-makna itu adalah makna sosial, makna

budaya, makna mitos, makna idiologis, makna magis, dan makna biologis. Pertama, makna

sosial mecakup beberapa makna, yaitu makana persatuan, makna penghormatan, makna jati

diri kelompok tutur bahasa Manggarai, makna kesetiaan.

Kedua, makna budaya Makna budaya itu meliputi beberapa makna yang merupkan

redusi dari makna tersebut, yaitu makna kesopanan, makna Kesucian, makna kejujuran.

Ketiga, di samping makna budaya tersebut di atas, di dalam ujaran ritual barong wae

terkandung pula makna magis. Makna magis adalah penggunaan bunyi, kata, kalimat yang

berkaitan dengan kekuatan magis. Kekuatan itu tidak bisa dilihat dengan mata dan tidak bisa

diphami oleh akal sehat manusia. Keempat, makna biologis. Di dalam ujaran-ujaran ritual

barong wae terdapat makna biologis yang berkaitan dengan sifat ilahi Tuhan dan sifat

kebapaan leluhur yang dikemas dalam bunyi, kata, dan kalimat. Kelima, makna ideologis

dalam ujaran-ujaran termasuk ujaran-ujaran BRBW tersirat ide-ide kekuasaan dari penutur

adat barong wae dan keyakinan masyarakat Manggarai tentang Tuhan. Keenam, makna mitos

di dalam laras ritual barong wae berkaitan dengan kekuasaanTuhan dan roh-roh leluhur,

khususnya roh-roh leluhur yang mendiami tempat air minum.

4.4 Nilai Bahasa Ritual Barong Wae

Hasil penelitian menunjukkan bahwa laras ritual barong wae memiliki beberapa jenis

nilai, yaitu nilai sosial, nilai budaya, nilai biologis, nilai idiologis, nilai magis, dan nilai

mitos. Nilai-nilai itu dipandang sebagai penutun kehidupan manusia.Pertama, nilai sosial ini

meliputi nilai kebersamaan, nilai ketaatan, nilai jati diri kelompok, dan kekerabatan.

Kedua, nilai budaya mencakup beberapa jenis, yaitu Nilai sakral, nilai kejujuran, nila

kesucian, dan nilai pemujaan.Ketiga, Nilai biologis adalah eksistensi Tuhan dan leluhur dan

manusia. Tuhan dipandang sebagi seorang bapak yang Maha bijaksana, mahapengasih dan

penyayang, mahakuasa, dsb. Leluhur, secara budaya adalah seorang ayah bijaksana, setia,

sabar, dan figur yang pantas dihormat.. Ketiga nilai magis di dalam laras ritual barong wae

adalah kekuatan atau daya magis dari Tuhan dan leluhur. Kekuatan magi situ dalam bentuk

bercana alam, penyakit yang menimpa warga kampung. Hal itu terjadi apabila warga

mengungkapkan kata-kata kotor waktu ritual itu berlangsung. Keempat nilai mitos dalam

ritual barong wae adalah gambaran sifat kasih, bijaksana dari Tuhan dan leluhur. Kelima nilai

idiologis dalam laras ritual barong wae adalah ideologi politik tetua adat untuk

mempertahankan kedudukannhya sebagai tua adat warga.

4.5 Imajeri Guyup Tutur Bahasa Ritual Barong Wae

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Imajeri guyub tutur bahasa Manggarai dalam

laras ritual adalah perwujudan atau gambaran mental seseorang tentang sesuatu atau

seseorang yang berawal dari perbandingan pengalaman konseptual yang langsung dari organ

pancaindra manusia. Pancaindra itu sebagian besar berada di luar tubuh manusia, seperti

mata, telinga, hidung, kulit, kecuali lidah berada di dalam rongga mulut (Palmer, 1996: 47).

Page 23: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

23

Imajeri itu meliputi beberapa jenis yaitu imajeri sosisal dan imajeri budaya. Pertama,

imajeri sosial guyub tutur BM merupakan imaji yang mengambarkan kreativitas sosial

historis untuk membentuk sikap aktif dalam melakukan kegiatan bersama di dalam

masyarakat Manggarai. Imajeri sosial meliputi: yaitu imajeri persatuan, imajeri

penghormatan, imajeri kesetiaan atau solidaritas, imajeri musyawarah, imajeri identitas.

Kedua, imajeri budya adalah gambaran atau citra diri penutur BM, sikap mental penutur BM

yang terungkap dalam sikap dan perilaku tutur dan kultur. Perilaku tutur dan kultur dapat

dilihat pada saat bercakap atau berbicara atau berdoa dengan Tuhan dan Leluhur pada saat

kegiatan ritual adat dilaksanakan. Imajeri budaya memiliki beberpa jenis, yaitu imajeri

Kesakralan, imajeri kesucian, imajeri Kejujuran, imajeri kesopanan, imajeri religious. Ketiga,

imajeri-imajeri yang lain mencakup: imajeri metafora, imajeri paralelisme, imajeri idiologis,

imajeri biologis, imajeri magis, dan imajeri mitos.

4.7 Pandangan Dunia Guyup Tutur Bahasa Manggarai

Hasil kajian ini menunjukkan bahwa pandangan dunia yang tersirat di dalam laras

ritual barong wae adalah cara berpikir, cara hidup, dan cara pandangan masyarakat

Manggarai tentang alam sekitarnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Robin Ridington

(1991:249) menyebutkan bahwa pandangan dunia penutur tidak dapat dipahami tanpa bahasa.

Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa pandangan dunia berhubungan dengan pikiran manusia

yang mana bahasa sebagai media penyalur pikiran itu. Adalah benar bahwa semua jenis

tindakan atau aktivitas dalam komunikasi manusia sebagai ekspresi pikiran dimediasi oleh

bahasa. Di sisi lain, tindakan simbolis, non-linguistik, dan produksi budaya seperti seni lukis,

arsitektur, masakan,upacara keagaman, dan produksi ekonomi, dsb. dipengaruhi oleh

pandangan dunia penuturnya (Palmer,1996:113).

Pandangan dunia masyarakat Manggarai tersirat di dalam wacana ritual barong wae,

yakni wacana pembukaan atau Renggas dan wacana doa di tempat air minum atau tudak

manuk. Pandangan dunia guyub tutur bahasa Manggarai itu terbungkus dalam bentuk

paralelisme dan metafora. Pandangan itu mencakup beberapa komponen dalam lingkungan

alam. Komponen-komponen itu adalah Tuhan atau wujud tertinggi yang dalam bahasa

manggarai disebut mori agu ngaran jari agu dedek dan leluhur atau empo ata pa’ang ble,

komponen sesama manusia, komponen alam yang meliputi air, tumbuh-tumbuhan, binatang,

dan materi, misalnya daun sirih, buah pinang, nasi persebahan, telur dan lain sebagainya.

4.6 Kesenjangan Kognitif antara Gnerasi Tua dan Generasi Muda dalam Bahasa

Rutiual Barong Wae

Hasil kajian menunjukkan bahwa Kesenjangan kognitif antara generasi tua (GT) dan

generasi muda (GM) dalam laras ritual barong wae adalah perbedaan pemahaman,

pengetahuan tentang laras ritual itu. Kesenjangan itu terjadi pada tataran linguistik, seperti.

fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.

Selain itu, hasil kajian menunjukkan pula bahwa kesenjangan itu disebabkan oleh

beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah hal-hal

yang datangnya dari luar, sedangkan faktor internal adalah hal-hal yang memicu terjadinya

kesenjangan yang berasal dari dalam bahasa dan budaya itu sendiri.

Page 24: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

24

Hasil kajian menunjukkan pula bahwa kesenjangan itu dapat membawa dampak atau

akibat pada kelompok penutur bahasa Manggara yaitu generasi tua dan generasi muda.

Dampat-dampak itu adalah dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif adalah

pengaruh yang berguna untuk kepentingan keselamatan ekosistem bahasa dan budaya ritual

barongwae. Kedalam pengetahuan GT dalam hal memaknai ujaran ritual barong wae di atas

mempengaruhi GT untuk selalu setia menjaga dan merawat bahasa dan budaya ritual barong

wae sebagai warisan leluhur. Dampak positif lainnya adalah kedalam pengetahuan kelompok

tua tentang ujaran-ujaran ritual itu mempengaruhi kelompok itu untuk melestarikan ekosistem

bahasa dan budaya ritual

Dampak negatif. Dampak negatif adalah pengaruh kuat yang membawa akibat buruk,

yakni dapat merusak ekosistem bahasa dan budaya ritual barongwae. Dampak kesenjangan

pemahaman GT dan GM dalam memaknai ujaran-ujaran ritual tersebut dapat membawa

kerusakan ekosistem bahasa dan budaya ritual barong wae. Pengaruh negatif itu nampak

pada kedangkalan pengetahuan GM dalam hal member makna pada ujaran-ujaran ritual.

Keterbatasan pemahaman GM dalam memberi makna ujaran-ujaran dalam BRBW dapat

mempengaruhi pikiran dan perasaan yang tidak baik bagi kelompok muda. Pikiran dan

persaan negative itu nampak dalam sikap tidak sopan pada saat pemimpin ritual sedang

bertutur adat. Mereka seringkali tidak memperhatikan penuturan ritual pada pemimpin

bertutur adat.

5. Temuan Penelitian

Penelitian ini menyajikan dua jenis temuan, yakni temuan teoretis dan temuan praktis.

Temuan teoretis meliputi teori wacana ritual yang menjelaskan tentang wacana ritual, teori

tanda linguistik yang menjelaskan bangunan estetik bahasa ritual, teori makna situasional

yang menjelaskan makna dan nilai bahasa ritual, teori imajeri dan pandangan dunia yang

menjelasakan masalah iamjeri dan pandangan dunia, dan teori interelasi dan interdependensi

digunakan untuk menjelaskan kesenjangan kgnitif.

Di samping itu, temuan praktis adalah bahasa ritual itu tampil dalam bentuk sebuah

bangunan estetik yang dikonstruksi oleh dua pilar esetik yaitu paralelisme dan metafora.

Bangunan estetik bahasa ritual mengandung makna dan nilai, imajeri dan pandangan dunia,

dan kesenjangan kognitif antara generasi tua dan generasi muda guyub tutur bahasa

Manggarai. Ditemukan pula bahwa laras ritual tersebut merupakan sebuah wacana ritual yang

meliputi wancana renggas „ajakan pemimpin ritual‟ dirumah adat dan tudak manuk‟undangan

leluhur untuk mengikuti acara di rumah adat‟

6.Simpulan dan saran

6.1 Simpulan.

Bahasa ritual barong wae adalah salah sarana komunikasi verbal yang digunakan

dalam berinteraksi dengan Tuhan dan leluhur dalam upacara ritual barong wae. Laras ritual

itu dipandang sebagai wacana ritual yang terdiri atas dua jenis, yaitu wacana renggas‟seruan

di rumah adat‟ dan wacana dan wacana tudak manuk adalah wacana yang berisikan

Page 25: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

25

undangan kepada leluhur yang menjaga airminum‟ dan mencakup wacana teing cepa

„penyuguhan sirih dan pinang‟ di tempat air minum sebagai tempat ritual barong wae

berlangsung.

Penelitian BRBW memiliki satu permasalahan pokok dan enam permasalah khusu

permasalahan umum penelitian ini adalah Bagaimanakah hakekat BRBW sebagai salah satu

laras ritual dalam BM? Permasalahan khusus ini, yaitu: (1) Bagaimanakah bangunan estetik

dalam wacana ritual barong wae pada GTBM?;(2) Makna-makna mitos, ideologis,

sosiologis, biologis, magis, dan budaya apa sajakah yang terkandung dalam wacana ritual

barong wae?; (3) Imajeri apasajakah yang terkandung dalam wacana ritual barong wae?; (4)

Nilai-nilai apa sajakah yang terkandung dalam wacana ritual barong wae yang berfungsi

merawat keharmonisan sosio-ekologis?; (5) Tataran linguistik apasajakah yang

menggambarkan kesenjangan kognitif antara Generasi Tua dan Generasi Muda dalam

wacana ritual barong wae?; (6) Pandangan dunia guyup tutur BM apa sajakah yang tercermin

dalam BRBW?

Bangunan estetik BRBW. Bangunan estetis itu mencakup dua bentuk, yaitu bentuk

paralelisme, metafora. Kedua bentuk estetis itu adalah (1) hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa paralelisme dalam bahasa ritual barong wae terdapat tiga aspek linguistik penting

yang menggambarkan imajeri budaya dan sosial serta pandangan dunia guyub tutur bahasa

Manggarai. Ketiga aspek itu adalah aspek fonologis, aspek gramatikal dan aspek leksiko

gramatika. (2) hasil penelitian menggambarkan bahwa dalam bahasa ritual barong wae

memiliki tiga jenis metafora. Ketiga metafora itu adalah metafora struktural, metafora

orientasional, metafora ontologis.

Makna-Makna yang terkandung dalam bahasa ritual barong wae. Ulasan di atas

menggambarkan bahwa bahasa ritual barong wae memiliki beberapa jenis makna

berdasarkan pemakaiannya. Karena bahasa ritual ini digunakan dalam upacara adat

barongwae, maka makna yang terkandung di dalamnya sangat ditentukan oleh konteks

pemakaiannya. Makna budaya itu dapat direduksi menjadi beberapa jenis makna yaitu (1)

makna sosial, (2) makna budaya, dan (3) makna ideologis. (4) makna magis, (5) makna

mitos, dan (6) makna biologis. Selain itu, Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam

bangunan estetik bahasa ritual tersebut ada beberapa nilai yaitu nilai sosial, nilai budaya, nilai

ideologis, nilai magis, nilai mitos, dan nilai biologis.

Di samping itu, bahasa ritual barong wae memiliki imajeri dan pandangan dunia

masyarakat Manggarai. Imajeri yang ditemukan dalam bangunan estetik bahasa ritual

meliputi antara lain imajeri budaya, imajeri sosial, dan lain sebagainya. Di samping itu,

pandangan dunia masyarakat Manggarai yang diekspersikan melalui bahasa ritual barong

wae meliputi pandangan tentang Tuhan dan leluhur, pandangan tentang sesama manusia,

pandangan tentang air, dan tumbuh-tumbuhan. Semua hal tersebut di atas dipandu oleh

kerangka pikir analisis linguistik kebudayaan.

Penelitian laras ritual barong wae mengangkat masalah kesenjangan kogintif antara

geneasi tua dan generasi muda. Kesenjangan itu terjadi karena dua hal, yaitu hal yang

datangnya dari luar bahasa dan dari dalam bahasa itu sendiri. Hal yang datang dari dalam

bahasa itu antara lain bahasa ritual bersifat standard yang sulit untuk dimengerti dan bahasa

ritual adalah bahasa yang bersifat spiritual artinya bahasa itu secara khusus digunakan dalam

berinteraksi dengan roh-roh. Pengaruh yang datangnya dari luar adalah kehadiran bahasa lain,

Page 26: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

26

misalnya Hal ini menimbulkan perbedaan pemahaman angtara GT dan GM dan perbedaan itu

dipandang sebagai kesenjangan kognitif. Faktor yang datang dari luar. Kehadirian bahasa

Indonesia, misalnya dapat menimbulkan perbedaan pemahaman antara GT dan GM tentang

laras ritua. Generasi muda lebih cepat menguasai bahasa Indonsia karena bahasa itu adalah

bahasa pengatar ilmu pengetahuan yang mana mereka diwajibkan untuk memakai bahasa itu

setiap hari. Hal ini menyebabkan generasi tersebut tidak memahamai secara baik dan benar

bahasa ritual. Di lain sisi, generasi tua tidak memahami secara baik dan benar bahasa

Indonesia.

6.2 Saran

Pemerintah (baik pusat maupun daerah) direkomendasikan untuk menggunakan hasil

penelitian ini dalam merancangkan dan memprogramkan kebijakan mengenai pelestarian

bahasa dan budaya lokal atau daerah. Program pelestarian itu ditetapkan sebagai peraturan

daerah (PERDA). Pearaturan daerah itu menjadi acuan untuk melaksanakan program yang

direncanakan oleh dinas-dinas terkait di daerah, seperti dinas pendidikan, dinas parawisata.

Di samping pemerintah, para pakar bahasa dan budaya menggunakan hasil penelitian

kini untuk merancangkan dan memprogramkan penelitian-penelitian bahasa local dengan

tujuan untuk memperkaya wawasan kelinguistik, khususnya linguistik kebudayaan dan

ekolinguistik para pakar bahasa dan tujuan yang paling penting adalah memberikan informasi

aktual tentan cara membina serta mengembangankan bahasa local agar tetap hidup

berdampingan dengan bahasa-bahasa lain di lingkungannya.

Tokoh Gereja dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk membuat program

penggunaan bahasa daerah dalam liturgi gereja sehingga injil atau kitab suci yang

disampaikan ada setiap upacara liturgi dapat dipaham oleh setiap umat. Dengan demikian,

umat mampu menghayati isi kitab suci dan dapat dilaksakannya dalam kehidupan setiap hari.

Guru bahasa menjadi unjung tombak pelestarian bahasa lokal. Diharapkan agar hasil

penelitian ini yang menjadi sumber informasi bahasa lokal dapat digunakan oleh untuk

membimbing dan mengajar anak bahasa lokal atau daerah. Anak-anak adalah generasi

penerus bangsa yang perlu dibekali dengan pengetahuan bahasa ibunya sebagai jati diri

bangsa.

Page 27: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

27

Page 28: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

28

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM....................................................................................... i

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................................... ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .......................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................... viii

ABSTRACT ................................................................................................... ix

RINGKASAN ............................................................................................... x

DAFTAR ISI................................................................................................. xxiv

DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xxxi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xxxii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG .............................................. xxxivl

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xxxv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Permasalahan ........................................................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8

1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 9

1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 10

1.4.1 Manfaat Teoretis ................................................................................... 10

1.4.2 Manfaat Praktis ..................................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN

MODEL PENELITIAN ................................................................. 12

2.1 Kajian Pustaka ......................................................................................... 12

2.2 Konsep ..................................................................................................... 27

2.2.1 Bahasa Ritul Barong wae ...................................................................... 28

2.2.2 Dinamika Guyub Tutur BM .................................................................. 28

Page 29: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

29

2.2.3 Bangunan Estetika BRBW(Paralelisme dan Metafora) ........................ 29

2.2.4 Makna Sosial dan Makna Budaya ......................................................... 30

2.2.5 Nilai Sosial dan Nilai Budaya ............................................................... 31

2.2.6 Tataran linguistik .................................................................................. 31

2.2.6 Kesenjangan Kognitif .......................................................................... 31

2.2.7 Imajeri ................................................................................................... 32

2.2.8 Pandangan Dunia .................................................................................. 32

2.2.9 Linguistik Kebudayaan ......................................................................... 32

2.3 Landasan Teori......................................................................................... 33

2.4 Model Penelitian ...................................................................................... 47

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 51

3.1 Pengantar.................................................................................................. 51

3.2 Pendekatan Penelitian .............................................................................. 53

3.3.Lokasi Penelitian ...................................................................................... 54

3.4 Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 56

3.4.1 Jenis Data .............................................................................................. 56

3.4.2 Sumber Data.......................................................................................... 58

3.5 Instrumen Penelitian ................................................................................ 60

3.6 Metode Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 62

3.7 Metode dan Teknik Analisis Data ........................................................... 66

3.8Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ...................................................... 69

BAB IV HAKIKAT BAHASA RITUAL BARONG WAE ....................... 71

4.1 Pengantar.................................................................................................. 71

Page 30: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

30

4.2 Bahasa Ritual Barong wae Sebagai Bagian dari BM .............................. 75

4.3 Wacana Ritual Barong wae ..................................................................... 82

4,3.1 Wacana Renggas ................................................................................... 83

4.3.2 Wacana Tudak Manuk Lalong bakok ................................................... 84

4.3.3 Glos dan Terjemahan ............................................................................ 88

4.4 Bentuk Bahasa Ritual Barong wae ......................................................... 93

4.4.1 Bentuk Paralelisme ............................................................................... 93

4.4.2 Bentuk Metafora ................................................................................... 94

4.6 Simpulan ................................................................................................. 96

BAB V BANGUNAN ESTETIK BAHASA RITUAL BARONG WAE ... 98

5.1 Pendahuluan ............................................................................................. 98

5.2 Paralelisme ............................................................................................... 98

5.2.1 Aspek Fonologis ................................................................................... 99

5.2.2 Bentuk Gramatikal ................................................................................ 108

5.2.3 Bentuk Leksikogramatikal .................................................................... 119

5.3 Metafora .................................................................................................. 125

5.2.3.1 Metafora Struktural ............................................................................ 127

5.2.3.2 Metafora Ontologi .............................................................................. 132

5.2.3.3 Metafora Orientasional ..................................................................... 134

5.5 Simpulan ................................................................................................. 136

BAB VI MAKNA-MAKNA BAHASA RITUAL BARONG WAE ........... 139

6.1 Pendahuluan ............................................................................................. 139

6.2 Makna Sosial ............................................................................................ 139

Page 31: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

31

6.2.1 Makna Persatuan ................................................................................... 140

6,2,2 Makna Penghormatan ........................................................................... 144

6.2.3 Makna Jati Diri GTBM ......................................................................... 145

6.2.4 Makna Kesetiaan ................................................................................... 146

6.3 Makna budaya .......................................................................................... 147

6.3.1 Makna Kesopanan ................................................................................. 148

6.3.2 Makna Kesucian.................................................................................... 151

6.3.3 Makna Kejujuran .................................................................................. 154

6.4 Makna Magis ........................................................................................... 157

6.5 Makna Biologis ........................................................................................ 164

6.6 Makna Ideologis....................................................................................... 171

6.7 Makna Mitos ............................................................................................ 175

6.8 Simpulan .................................................................................................. 180

BAB VII NILAI-NILAI DALAM BAHASA RITUAL BARONG WAE . 185

7.1 Pendahuluan ............................................................................................. 185

7.1.1 Nilai Sosial ............................................................................................ 186

7.2.1.1 Nilai persatuan .................................................................................. 186

7.2.1.2 Nilai Kesetian..................................................................................... 187

7.2.1.3 Nilai Kekerabatan .............................................................................. 188

7.2.1.4 Nilai Penghormatan ........................................................................... 188

7.2.2 Nilai Budaya ......................................................................................... 189

7.2.2.1 Nilai Sakral ........................................................................................ 190

7.2.2.2 Nilai Keagamaan ................................................................................ 191

7.2.2.3 Nilai Kesucian .................................................................................... 193

Page 32: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

32

7.2.3 Nilai Mitos ............................................................................................ 194

7.2.4 Nilai Magis............................................................................................ 195

7.2.5 Nilai Biologis ........................................................................................ 196

7.2.6 Nilai ideologis ....................................................................................... 197

7.3 Peranan Nilai BRBW .............................................................................. 198

7.4 Simpulan .................................................................................................. 199

BAB VIII IMAJERI DALAM BAHASA RITUAL BARONG WAE...... 201

8.1 Pendahuluan ............................................................................................. 201

8.2.1 Imajeri Sosial ........................................................................................ 203

8.2.1.1 Imajeri Persatuan ............................................................................... 203

8.2.1.2 Imajeri Penghormatan ........................................................................ 205

8.2.1.3 Imajeri Kesetiaan ............................................................................... 205

8.2.1.5 Imajeri Identitas ................................................................................. 207

8.2.2 Imajeri Budaya ...................................................................................... 208

8.2.2.1Imajeri Kesakralan .............................................................................. 208

8.2.2.2 Imajeri Kesucian ................................................................................ 209

8.2.2.3 Imajeri Kejujuran ............................................................................... 210

8.2.2.4 Imajeri Kesopanan ............................................................................. 211

8.2.2.5 Imajeri Religius .................................................................................. 212

8.2.3 Imajeri Metafora ................................................................................... 214

8.2.4 Imajer Paralelisme ................................................................................ 215

8.2.5 Iamjeri Puisi…………………………………………………………. . 215

8.2.6 Imajeri Biologis .................................................................................... 217

8.2.7 Imajeri Ideologis ................................................................................... 218

Page 33: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

33

8.2.8 Imajeri Magis ........................................................................................ 220

8.2.9 Imajeri Mitos ......................................................................................... 221

8.3 Simpulan .................................................................................................. 225

BAB IX PANDANGAN DUNIA GTBM DALAM BAHASA RITUAL BARONG WAE

........................................................................................................................ 229

9.1 Pendahuluan ............................................................................................. 229

9.2 Pandang Dunia dalam BRBW ................................................................. 230

9.2.1 Pandangan Dunia pada Wacana Renggas ............................................. 231

9.2.2 Pandangan Dunia pada Wacana Inti ..................................................... 234

9.2.3 Pandangan Dunia pada Ungkapan BRBW ........................................... 254

9.3 Jenis Pandangan Dunia Wacana BRBW.................................................. 257

9.4 Simpulan .................................................................................................. 262

BAB X KESENJANGAN KOGNITIF DALAM BAHAS RITUAL BARONG WAE

........................................................................................................................ 265

10.1 Pendahuluan ........................................................................................... 265

10.2 Kesenjangan Kognitif dalam Tataran Linguistik ................................... 267

10.2.1 Kesenjangan Kognitif dalam Tataran Fonologis ................................ 267

10.2.2 Kesenjangan Kognitif dalam Tataran Morfolgis ................................ 270

10.2.3 Perbedaan Kognitif dalam Tataran Sintaksis ...................................... 276

10.3 Faktor-Faktor Penyebab Kesenjangan Kognitif..................................... 282

10.3.1 Faktor Eksternal .................................................................................. 283

10.3.2 Faktor Internal ..................................................................................... 287

10.4 Dampak Kesenjangan Kognitif .............................................................. 291

10.4.1 Dampak Positif.................................................................................... 291

Page 34: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

34

10.4.2 Dampak Negatif ................................................................................. 292

10.5 Simpulan ................................................................................................ 293

BAB XI TEMUAN PENELITIAN ............................................................. 299

11. 1 Pengantar............................................................................................... 299

11. 2 Temuan teoretis .................................................................................... 299

11. 2 Temuan Empiris .................................................................................... 304

BAB XII SIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 314

12.1 Simpulan ............................................................................................... 314

12.2 Saran ...................................................................................................... 329

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 335

LAMPIRAN.................................................................................................. 340

1) Lampiaran : Peta lokasi penelitian……………………………… 340

2) Lampiaran : Data Wacana ritual barong wae……………………. 341

3) Lampiran : Profil Informan……………………………………… 344

Page 35: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

35

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Renggas: Sebelum melakukan barong wae, pelaku dan peserta berkumpul di

rumah adat (mbaru gendang). (Dok. Rambut Kanisius,2013)

…………………………………………… 84

Gambar 4.2 Teing cepa: penyuguhan sirih pinang kepada wujud tertinggi danLeluhur

pada mata air (wae teku).

(Dok.Rambut kanisius, 2013) …………………………… 85

Gambar 4.3 Teing Tuak: penyuguhan minuman yang disimbol dengan telur mentah (ruha

ta’a) kepada Wujud Tertinggi dan Leluhur pada mata air (wae teku). (Dok.Rambut

Kanisius, 2013)……………… 87

Gambar 4.4 Tudak/Torok: Penyampaian maksud dibuatnya upacara barong waekepada

Wujud Tertinggi dan Leluhur pada air minum (tempat ritual barong wae

berlansung)………………………………. 88

Page 36: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

36

DAFTAR SINGKATAN/LAMBANG

BM : Bahasa Manggarai

BRBW : Bahasa Ritual Barong wae

BI : Bahasa Indonesia

GTBM : Guyub Tutur Bahasa Manggarai

TK.II : Tingkat II

GTM : Guyub Tutur Manggarai

BA : Bahasa Apache

GT : Generasi Tua

GM : Generasi Muda

DTim : Dialek Manggarai Timur

DMT : Dialek Manggarai Tengah

DMB : Dialek Manggarai Barat

DMSH : Dialek Manggarai S-H

RPD : Radio Pemerintah Daerah

BD : Bahasa Daerah

BS : Bahasa sumba

Page 37: BAHASA RITUAL BARONG WAE DALAM DINAMIKA GUYUB … filebidang linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Untuk itu semuanya, penulis berkewajiban menyampaikan

37

BR : Bahasa Ritual

BRB : Bahasa ritual Penti

NTT : Nusa TenggaraTimur

M, NG, J, D : Mori, Ngaran, Jari, Dedek

SPEAKING : Setting, Participant,End, Act Sequence, Key, Instrument, Norms, Genres

A : Pemimpin Ritual

B : Peserta Ritual

A+B : Pemimpin Ritual dan Peserta Ritual

BRP : Bahasa Ritual Penti

……//……. : Lambang paralelisme dalam linguistik

.. -.. : Tanda asonansi bunyi vokal dan aliterasi bunyi konsonan

„--------------„ : Tanda makna