26
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BALANTIDOSIS ( Balantidium coli ) Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Parasitologi Dosen pengampu : Ns. Anisah Ardiana, M.Kep Oleh Kelompok 5: Chandra Aji Permana 072310101062 Moch. Salman A. 082310101071 Ivan syah N. 092310101037 Hendik S. 092310101054

Balantidium Coli

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dffd

Citation preview

Page 1: Balantidium Coli

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

BALANTIDOSIS ( Balantidium coli )

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Parasitologi

Dosen pengampu : Ns. Anisah Ardiana, M.Kep

Oleh

Kelompok 5:

Chandra Aji Permana 072310101062

Moch. Salman A. 082310101071

Ivan syah N. 092310101037

Hendik S. 092310101054

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: Balantidium Coli

KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat, taufik

serta hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan Klien Balantidosis

” dapat selesai disusun.

Adapun penyusunan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Parasitologi.

Tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Sujono Kardis, Sp.J. selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Jember.

2. Ns. Anisah Ardiana, M.Kep selaku dosen pengajar mata kuliah Parasitologi Program

Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.

3. serta pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa kami

sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, Oleh karena itu,

kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Dan semoga makalah ini

bermanfaat bagi para pembaca.

Jember, 2 Maret 2013

Penyusun

Page 3: Balantidium Coli

Balantidium coli

Klasifikasi

Sub Kingdom  : Protozoa

Filum               : Sarcomastigophora

Sub filum         : Sarcodina

Kelas              : Kinetofragminophorasida

Ordo               : Trichostomatorida

Famili              : Balantidiidae

Genus              : Balantidium

Spesies            : Balantidum coli

Habitat             : sekum

Induk seman    : babi

Morfologi dan Siklus hidup

Morfologi

Balantidium ini merupakan protozoa usus manusia yang paling besar. Memiliki dua

bentuk tubuh yaitu, trofozoit dan kista.

a. Bentuk trofozoit seperti kantung, panjangnya 50-200 mμ, lebarnya 40-70 mμ dan

berwarna abu-abu tipis. Silianya tersusun secara longitudinal dan spiral sehingga

geraknya melingkar, sitostoma yang bertindak sebagai mulut pada B. coli terletak di

daerah peristoma yang memiliki silia panjang dan berakhir pada sitopige yang

berfungsi sebagai anus sederhana. Ada 2 vakuola kontraktil dan 2 bentuk nukleus.

Bentuk nukleus ini terdiri dari makronukleus dan mikronukleus. Makronukleus

berbentuk seperti ginjal, berisi kromatin, bertindak sebagai kromatin

somatis/vegetatif. Mikronukleus banyak mengandung DNA, bertindak sebagai

nukleus generatif/seksual dan terletak pada bagian konkaf dari makronukleus. 

Page 4: Balantidium Coli

 gambar tropozoid Balantidium coli

b. Bentuk kista lonjong atau seperti bola, ukurannya 45-75 mμ, warnanya hijau

bening, memiliki makronukleus, memiliki vakuola kontraktil dan silia. Kista tidak

tahan kering, sedangkan dalam tinja yang basah kista dapat tahan berminggu-

minggu. 

Page 5: Balantidium Coli

  gambar kista Balantidium coli

Tropozoit hidup dalam mukosa dan sub mukosa usus besar, terutama di daerah sekum

bagian terminal daripada illeum. Bergerak ritmis dengan perantaraan cilia. Tropozoit

tidak dapat lama hidup di luar badan, tetapi kista tetap hidup selama beberapa

minggu. Kista yang dapat hidup di luar badan adalah bentuk infektif. Bila tertelan

oleh hospes baru, maka dinding kista hancur dan trofozoit yang dilepaskan masuk

dinding usus, dan memperbanyak diri.

Siklus Hidup

Stadium kista dan tropozoit dapat berlangsung di dalam satu jenis hospes. Hospes

alamiah adalah babi, dan manusia merupakan  hospes insidentil. Jika kista infektif

tertelan di dalam usus besar akan berubah menjadi bentuk tropozoit. Di lumen usus

atau dalam submukosa usus, tropozoit tumbuh dan memperbanyak diri (multiplikasi).

Jika lingkungan usus kurang sesuai bagi tropozoit akan berubah menjadi kista.

Page 6: Balantidium Coli

Gambar.siklus hidup

Stadium kista parasit yang bertanggung jawab dalam proses penularan balantidiasis

(1).  Umumnya kista tertelan melalui kontaminasi pada makanan dan air (2).  Setelah

tertelan, terjadi excystation pada usus halus, dan tropozoit berkoloni di usus besar

(3)Tropozoit dalam lumen usus besar binatang dan manusia, dimana memperbanyak

diri dengan cara pembelahan binary fission (4).  Tropozoit menjadi kista infektif (5). 

Beberapa tropozoit menginvasi ke dinding usus besar dan berkembang, beberapa

kembali ke lumen dan memisahkan diri.  Kista matang keluar bersama tinja (1). (lihat

siklus hidup)

Reproduksi

Berlangsung secara binary transverse fission (belah diri melintang), yaitu tropozoit

melakukan pembelahan diri dan secara konjugasi, dimana 2 tropozoit membentuk

kista bersama, dan kemudian bertukar material dari inti dan berpisah kembali menjadi

2 tropozoit baru.

Page 7: Balantidium Coli

Patologi dan Gejala Klinis

Pada umumnya balantidiasis tidak menampakkan gejala klinis, dan infeksi pada

manusia terjadi karena makan kista infektif yang tertelan bersama air atau makanan

yang telah tercemar tinja babi atau penderita lainnya. Pada usus besar (utamanya)

menimbulkan ulserasi, sehingga menimbulkan perdarahan dan pembentukan lendir di

tinja penderita. Penderita tidak mengalami demam pada kasus balantidiosis usus

besar.

Mukosa dan submukosa usus diinvasi dan dirusak oleh jasad yang memperbanyak

diri. Invasi berhasil dengan bantuan fermen-fermen sitolitik dan penerobosan secara

mekanik. Parasit memperbanyak diri dengan membentuk sarang dan abses kecil yang

kemudian pecah menjadi ulkus yang lonjong dan tidak teratur dengan pinggiran

merah yang menggaung. Dengan kelainan mulai dari hiperemi cataral yang sederhana

sampai pada ulkus yang jelas. Masing-masing tukak mungkin terpisah dengan

mukosa yang normal atau hiperemik di antaranya atau ulkus-ulkus itu menjadi satu

dengan sinus-sinus yang saling berhubungan.

Pada semua kasus berakibat fatal terdapat ulkus multipel dan difus dan terdapat

gangren. Sediaan histologik menunjukkan daerah-daerah hemoragik, infiltrasi sel

bulat, abses, ulkus nekrotik, dan terdapat invasi parasit, reaksi utama ialah sel inti satu

yang menyolok kecuali bila ada infeksi bakteri yang sekunder. Pada waktu

eksaserbasi pada infeksi yang kronis terdapat ulkus-ulkus kecil dan tidak jelas.

Mukosa mengalami peradangan merata dan mungkin terdapat daerah-daerah kecil

yang diliputi suatu membran dan di bawahnya ada jaringan yang terkelupas. Pada

infeksi sedang yang akut mungkin terdapat tinja yang encer sebanyak 6 - 15 x sehari

dengan lendir, darah dan nanah. Pada keadaan kronis mungkin terdapat diare yang

timbul-hilang diselingi oleh konstipasi, nyeri pada colon, anemi dan cachexia.

Page 8: Balantidium Coli

Banyak infeksi berjalan tanpa gejala, dan prognosis tergantung pada hebatnya infeksi

dan reaksi terhadap terapi. Prognosis baik pada infeksi tanpa gejala dan pada infeksi

kronis. Balantidiasis tidak berhasil menyerbu hati. Jumlah infeksi yang kecil dan

kegagalan untuk menimbulkan infeksi secara eksperimen, menunjukkan kekebalan

bawaan yang tinggi pada manusia.

Diagnosis

Secara klinik balantidiasis dapat dikacaukan dengan disentri lain dan demam usus.

Diagnosis tergantung pada berhasilnya menemukan trofozoit dalam tinja encer dan

lebih jarang tergantung pada penemuan kista dalam tinja padat, dan tinja harus

diperiksa beberapa kali, karena pengeluaran parasit dari badan manusia berbeda-beda.

Pada penderita dengan infeksi di daerah sigmoid-rectum, pemakaian sigmoidiskop

berguna untuk mendapatkan bahan pemeriksaan.

Diagnosis laboratorium dapat ditentukan dengan pemeriksaan tinja untuk menemukan

bentuk kista atau tropozoit Balantidium coli.

Pengobatan dan Pencegahan

Obat-obatan yang sering digunakan adalah dari golongan diiodohidroksikinolin

(diiodokin), sediaan arsen (karbarson)dan oksitetrasiklin. Pencegahan dilakukan

dengan menghindari pencemaran makanan dan minuman dari tinja penderita atau

babi. 

Pencegahan dan Pengendalian

Pada balantidiasis, pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan cara :

1. memperbaiki dan menjaga kebersihan pribadi.

2. merawat atau menjaga kesehatan

3. mengawasi atau memantau pengurusan kotoran babi, seperti bagaimana cara

pembuangannya.

Page 9: Balantidium Coli

A. Daur Hidup Balantidium Coli

Siklus hidup Balantidium coli

sebenarnya hampir sama dengan

E. Histolytica, tetapi pada B. coli

kista tidak dapat membelah diri.

Kista akan termakan bersama

dengan makanan atau minuman

yang masuk ke dalam tubuh kita,

lalu akan terjadi ekskistasi di

dalam usus halus dan menjadi

bentuk trofozoit, lalu menuju ke

caecum. Setelah berada di

caecum trofozoit akan berbiak

dan membelah diri secara belah

pasang tranversal. Selain itu

bentuk trofozoit ini akan terbawa

oleh aliran isi usus. Di daerah colon tranversum keadaan kurang menguntungkan bagi

trofozoit sehingga akan terjadi enkistasi. Trofozoit akan berubah menjadi kista lalu kista

tersebut akan keluar bersama dengan tinja

B. Epidemiologi

Terdapat paling banyak di daerah yang beriklim panas. Pada manusia frekwensinya

rendah, sekitar 0,77 % (Belding,1952), pada babi (63-91%) menurut Young, pada tahun

1950. Ada dua spesies yang berbeda, yaitu Balantidium coli, yang dapat ditularkan dari

babi pada manusia dan Balantidium suiis yang tidak dapat ditularkan pada manusia.

Sumber utama yaitu pada manusia yang menderita penyakit. Infeksi dapat timbul dan

meningkat pada manusia yang sering berhubungan dengan babi seperti peternak babi,

pekerja di rumah-rumah pemotongan hewan yang biasanya memotong hewan terutama

Page 10: Balantidium Coli

babi memiliki sanitasi yang buruk, dan tempattempat yang padat seperti di penjara,

rumah sakit jiwa, asrama ,dll.

Di Amerika Serikat, B. coli memiliki distribusi yang luas dengan perkiraan

revalensinya 1%. Di Papua Nugini infeksi meningkat 28% berdasarkan kultur yang

dilakukan pada babi. Epidemi dapat timbul pada pasien di RS Jiwa di Amerika Serikat.

Balantidium coli juga telah dilaporkan banyak pada masyarakat yang memelihara babi.

C. Penyakit akibat Balantidium Coli

Balantidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Balantidium coli. Pada

balantidiasis, pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan cara:

1. memperbaiki dan menjaga kebersihan pribadi.

2. merawat atau menjaga kesehatan

3. mengawasi atau memantau pengurusan kotoran babi, seperti bagaimana cara

pembuangannya.

Kista Balantidium coli berkembang dalam kotoran yang terinfeksi host (inang,

substrat). Akibatnya, Balantidium coli ditularkan oleh fecal-oral route: manusia yang

terinfeksi oleh proses menelan makanan atau air yg terkontaminasi oleh tinja yang berisi

protozoa. Infeksi Balantidium coli yang paling sering asymptomatic, tetapi parasit

dapat menyerang usus besar yang menyebabkan diare, disentri (diare berdarah), radang

usus besar, dan sakit abdominal. Ini adalah kumpulan gejala Balantidiasis, yang dapat

diobati secara efektif dengan antibiotik ; dan dapat dicegah dengan praktik mencuci yg

tangan baik, pengolahan air, pemisahan habitat manusia dan babi, dan pengolahan

sampah yg tepat.

Page 11: Balantidium Coli

Kasus

Tn. A berumur 35 tahun datang kerumah sakit dengan diare sudah lebih dari

tiga hari dengan konsistensi cair, pasien merasakan mual, dan badannya lemas,

sambil terlihat memegang perutnya. Tn. A bekerja sebagai seorang petani dan

memiliki peternakan babi dibelakang rumahnya, setiap hari Tn. A membersihkan

kandang babi dan memberi makan babi yang dilakukannya sendiri. Dari pemeriksaan

tinja ditemukan balantidium coli pada tinja Tn. A.

Page 12: Balantidium Coli

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

1. Pengkajian Data Dasar

a. Biodata Klien

Nama : Tn. A

Umur : 35 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Kota Baru

b. Penanggung Jawab

Nama : Ny. S

Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : SLTP Alamat

: Ibu Kandung

c. Data Medik

Tanggal Berobat : 2 april 2013

Tanggal Pengkajian : 2 april 2013

No Induk Puskesmas : 2193

Diagnosa medic : Balantidosis

2. Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama : BAB encer lebih dari 3 hari yang lalu

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak semalam klien mencret lebih dari 3 x dengan konsistensi cair.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengalami diare tapi tidak terlalu parah makan obat dari warung

saja sudah sembuh, itu terjadi +6 bulan yang lalu.

Page 13: Balantidium Coli

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam keluarga saat ini tidak ada yang menderita sakit dengan

penyakit yang sama.

6. Pengkajian Fisik

Keadaan umum : kesadaran : comphosmenthis

Suhu : 37.50 C

Nadi : 85x/mnt

Pulse : 35x/mnt

Kepala : tidak ada kelainan

Rambut : Distribusi merata, bersih dan tidak rontok

Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis sklera, ikterik,

agak cekung

Hidung : tidak ada kelainan

Telinga : Bersih, simetris dan tidak ada kelainan

Mulut : mulut klien bersih tidak ada pembengkakan gusi

Dada : tidak terdapat kelainan

Inspeksi : simetris, tidak ada pembengkakan

Auskultasi : bising usus 25x/mnt

Perkusi : Timpani

Palpasi : Turgor elastis

Anogenital : terlihat kemerahan

Eksmt. Atas : tidak ada kelainan

Eksmt. Bawah : tidak ada kelainan

7. Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia

a. O2

Tidak ada sesak, kebutuhan O2 terpenuhi

b. Nutrisi

Sebelum sakit: Klien makan 3 x sehari dengan porsi sedang

Page 14: Balantidium Coli

Saat sakit: Klien tidak nafsu makan (tidak menghabiskan porsinya) +

4 sendok makan 1 x makan

c. Cairan dan Elektrolit

Sebelum sakit

Klien minum 8 – 10 x gelas minum air.

Saat sakit

Klien minum 5 – 6 gelas.

d. Eliminasi

Sebelumnya BAB 1 x setiap pagi, dengan konsistensi normal, BAK 2

– 3 x sehari

Saat ini klien BAB lebih dari 3 x dengan konsistensi cair

e. Istirahat Tidur

Sebelumnya klien tidur siang + 2 jam, malam + 8 jam

Namun sejak semalam klien tidur + 3 – 4 jam dan sering terbangun

f. Pengobatan

Puyer diare 3 x 1 bungkus

Parasetamol 3 x ½ tablet jika panas

Oralit 5 bungkus diberikan setiap klien mau minum

3.2. Diagnosa Keperawatan

a. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan

encer.

b. Nyeri berhubungan dengan infeksi bakteri dalam usus

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya

intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan

3.3. Implementasi

1. Kurangnya volume cairan

Page 15: Balantidium Coli

a. Kaji status hidrasi,; ubun-ubun, mata, turgor kulit dan membran mukosa

b. Kaji pengeluaran urine; gravitasi urine atau berat jenis urine (1.005-1.020)

atau sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg per jam

c. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan

d. Monitor tanda-tanda vital

e. Pemeriksaan laboratorium sesuai program; elektrolit, Ht, pH, dan serum

albumin

f. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai protokol (dengan oralit, dan cairan

parenteral bila indikasi)

g. Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program

h. Klien diistirahatkan

2. Nyeri

a. Kaji kondisi umum klien

b. Kaji tanda-tanda vital

c. Kaji tingkat dan karakteristik nyeri

d. Beri kompres hangat di perut

e. Ajarkan metoda distraksi selama nyeri akut

f. Atur posisi yang nyaman yang dapat mengurangi nyeri

g. Kolaborasi untuk pemberian analgesik

h. Kaji respon klien

3. Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimum

a. Timbang berat badan klien setiap hari

b. Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran)

c. Setelah rehidrasi, berikan minuman oral dengan sering dan makanan yang

sesuai dengan diet dan usia dan atau berat badan klien

d. Hindari minuman buah-buahan

e. Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan

f. Berikan makanan bergizi, tinggi kalori, dan bervariasi yang dapat dipilih

Page 16: Balantidium Coli

g. Diskusikan keuntungan dari perilaku makan yang sehat dan konsekuensi dari

ketidakpatuhan.

h. Konsultasikan pada ahli gizi untuk menentukan asupan kalori harian yang

dibutuhkan untuk mencapai berat badan yang diinginkan.

BALANTIDIUM COLI

Page 17: Balantidium Coli

D. Klasifikasi Balantidium Coli

domain : Eukarya

kingdom : Chromalyeolata

superphylum : Alveolata

phylum : Ciliophora

class : Litostomatea

ordo : Vestibulferida

family : Balantiididae

genus : Balantidium

species : Balantidium coli

E. Morfologi Balantidium Coli

Balantidium coli merupakan

protozoa usus manusia yang paling

besar. Memiliki dua bentuk tubuh

yaitu, trofozoit dan kista.

1. 1. Bentuk trofozoit seperti kantung,

panjangnya 50-200 mµ, lebarnya 40-

70 mµ dan berwarna abu-abu tipis.

Silianya tersusun secara longitudinal dan spiral sehingga geraknya melingkar,

sitostoma yang bertindak sebagai mulut pada B. coli terletak di daerah peristoma

yang memiliki silia panjang dan berakhir pada sitopige yang berfungsi sebagai anus

sederhana. Ada 2 vakuola kontraktil dan 2 bentuk nukleus. Bentuk nukleus ini terdiri

dari makronukleus dan mikronukleus. Makronukleus berbentuk seperti ginjal, berisi

kromatin, bertindak sebagai kromatin somatis/vegetatif. Mikronukleus banyak

mengandung DNA, bertindak sebagai nukleus generatif/seksual dan terletak pada

bagian konkaf dari makronukleus.

Page 18: Balantidium Coli

2. Bentuk kistanya lonjong atau seperti bola, ukurannya 45-75 mµ, warnanya

hijau bening, memiliki makronukleus, memiliki vakuola kontraktil dan silia. Kista

tidak tahan kering, sedangkan dalam tinja yang basah kista dapat tahan berminggu-

minggu.

F. Daur Hidup Balantidium Coli

Siklus hidup Balantidium coli

sebenarnya hampir sama dengan

E. Histolytica, tetapi pada B. coli

kista tidak dapat membelah diri.

Kista akan termakan bersama

dengan makanan atau minuman

yang masuk ke dalam tubuh kita,

lalu akan terjadi ekskistasi di

dalam usus halus dan menjadi

bentuk trofozoit, lalu menuju ke

caecum. Setelah berada di

caecum trofozoit akan berbiak

dan membelah diri secara belah

pasang tranversal. Selain itu

bentuk trofozoit ini akan terbawa

oleh aliran isi usus. Di daerah colon tranversum keadaan kurang menguntungkan bagi

trofozoit sehingga akan terjadi enkistasi. Trofozoit akan berubah menjadi kista lalu kista

tersebut akan keluar bersama dengan tinja

G. Epidemiologi

Page 19: Balantidium Coli

Terdapat paling banyak di daerah yang beriklim panas. Pada manusia frekwensinya

rendah, sekitar 0,77 % (Belding,1952), pada babi (63-91%) menurut Young, pada tahun

1950. Ada dua spesies yang berbeda, yaitu Balantidium coli, yang dapat ditularkan dari

babi pada manusia dan Balantidium suiis yang tidak dapat ditularkan pada manusia.

Sumber utama yaitu pada manusia yang menderita penyakit. Infeksi dapat timbul dan

meningkat pada manusia yang sering berhubungan dengan babi seperti peternak babi,

pekerja di rumah-rumah pemotongan hewan yang biasanya memotong hewan terutama

babi memiliki sanitasi yang buruk, dan tempattempat yang padat seperti di penjara,

rumah sakit jiwa, asrama ,dll.

Di Amerika Serikat, B. coli memiliki distribusi yang luas dengan perkiraan

revalensinya 1%. Di Papua Nugini infeksi meningkat 28% berdasarkan kultur yang

dilakukan pada babi. Epidemi dapat timbul pada pasien di RS Jiwa di Amerika Serikat.

Balantidium coli juga telah dilaporkan banyak pada masyarakat yang memelihara babi.

H. Penyakit akibat Balantidium Coli

Balantidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Balantidium coli. Pada

balantidiasis, pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan cara:

4. memperbaiki dan menjaga kebersihan pribadi.

5. merawat atau menjaga kesehatan

6. mengawasi atau memantau pengurusan kotoran babi, seperti bagaimana cara

pembuangannya.

Kista Balantidium coli berkembang dalam kotoran yang terinfeksi host (inang,

substrat). Akibatnya, Balantidium coli ditularkan oleh fecal-oral route: manusia yang

terinfeksi oleh proses menelan makanan atau air yg terkontaminasi oleh tinja yang berisi

protozoa. Infeksi Balantidium coli yang paling sering asymptomatic, tetapi parasit

dapat menyerang usus besar yang menyebabkan diare, disentri (diare berdarah), radang

usus besar, dan sakit abdominal. Ini adalah kumpulan gejala Balantidiasis, yang dapat

diobati secara efektif dengan antibiotik ; dan dapat dicegah dengan praktik mencuci yg

Page 20: Balantidium Coli

tangan baik, pengolahan air, pemisahan habitat manusia dan babi, dan pengolahan

sampah yg tepat.