Upload
sabila-izzati
View
139
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Belerang
2.1.1 Sejarah Belerang
Belerang mempunyai sejarah yang tidak kalah tua dari bahan kimia manapun dan telah berkembang dari bahan kuning menjadi suatu bahan yang sangat bermanfaat dalam peradaban modern. Dalam upacara-upacara praperadaban, bahan ini dibakar untuk mengusir roh-roh jahat dan bahkan pada masa itu pun uapnya sudah digunakan untuk memutihkan kain dan jerami. Selama bertahun-tahun, sebuah perusaan Perancis memonopoli perdagangan belerang dunia dengan menguasai sumber penting yang terdapat di Sisilia. Mungkin karena harganya sangat tinggi dan mungkin karena di Amerika banyak terdapat pirit, penggunaan belerang di Amerika Serikat sedikit sekali sebelum tahun 1914. Walaupun belerang ditemukan di daerah Teluk Meksiko di Amerika Serikat pada tahun 1869, bahan itu sukar ditambang karena adanya lapisan penutup yang terdiri dari pasir hanyut. Sebelum tahun 1914, di Amerika Serikat membuat sebagian besar dari kebutuhan asam sulfatnya dari pirit yang diimpor maupun pirit dalam negeri, serta dari sulfur dioksida. Penambangan belerang di Texas dan Louisiana dengan proses Frasch berkembang sejak tahun 1914, sedemikian rupa sehingga kemudian merupakan sumber terbesar bagi pemenuhan kebutuhan dalam negeri Amerika Serikat dan masuk ke pasar dunia. Pada tahun-tahun terakhir ini, sumber utama untuk pembuatan belerang unsur adalah H2S yang merupakan hasil sampingan dari desulfurisasi gas bumi asam (artinya mengandung belerang) dan minyak bumi asam. Kanada, Perancis, dan Amerika Serikat adalah megara-negara penghasil belerang pulihan yang terbesar.
Pada tahun 1980, produksi belerang dunia, dalam segala bentuknya, berjumlah 54,6 x 106 t1a (100kg) diantara 26,2 persen diproduksi dengan cara Frasch, 32,2 % merupakan hasil pulihan, 5,5% belerang unsur lainnya, dan 36,2% didapat dari sumber-sumber bukan unsur seperti pirit dan gas pabrik logam.
2.1.2 Sifat dan Sumber Belerang
Sifat Belerang
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan nomor atom 16. Belerang merupakan unsur non-logam yang tidak berasa. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Belerang adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam 2 asam amino.
Sulfur (S) : berat atom 32,07, Titik leleh 112,8o C (rhombik), 119,0o C
(monoklin), Titik didih 444,6oC
Sumber Belerang
Belerang merupakan salah satu bahan dasar yang paling penting dalam industri pengolahan kimia. bahan ini terdapat di alam dalam wujud bebas dan dalam keadaan senyawa pada bijih-bijih seperti pirit(FeS2), sfalerit(ZnS) dan kalkopirit(CuFeS2) dan juga terdapat di dalam minyak bumi dan gas bumi(sebagai H2S).
Sebagai bahan baku digunakan sulfur, yang dapat diperoleh dari sulfur alam (penambangan) 56%, dari senyawa-senyawa sulfur seperti pyrite(FeS2) atau batuan sulfida/ sulfat lainnya 19%, dan dari gas buangan industri minyak bumi/ batu bara (H2S, SO2) 25%. 70-85% dari produksi sulfur tersebut digunakan untuk pembuatan asam sulfat.
Penambangan belerang di lakukan di gunung berapi. Di Indonesia penambangan belerang dilakukan di gunung Talagabodas, Kawah Ijen, Gunung Welirang, gununng Dieng, dan Gunung Tangkupan Perahu.
2.1.3 Proses Pengambilan Belerang
Proses pengambilan belerang dari alam dapat dilakukan dengan beberapa cara, berikut ini.
a. Pengambilan sulfur alamiah dari deposit di dalam tanah (proses frasch)
Dasar pengambilan sulfat pada proses ini adalah pencairan S di bawah tanah/laut dengan air panas, lalu memompanya ke atas permukaan bumi menggunakan 3 pipa konsentris 6”, 3” dan 1”.
Air panas 3250 C, 250 psi, dipompakan kedalam batuan S melalui bagian pipa 6”, sehingga S akan meleleh (2350 F). Lelehan S yang lebih berat dari air masuk kebagian bawah antara pipa 3” dan 1”, dan dengan tekanan udara yang dipompakan melalui pipa 1”, air yang bercampur dengan S akan naik keatas sebagai “crude S”, untuk kemudian menjadi “crude bright” atau “refined S”.
Proses ini dilakukan di Gulfcoast (USA), kapasitas 500-800 ton/hari, ke dalam 500-1500 ft, dan pemakaian air 4-6 ton/ton belerang.
b. Pengambilan sulfur alamiah dari deposit gunung berapi (Indonesia)
Deposit S digunung berapi dapat berupa batuan, lumpur sidemen atau lumpur sublimasi, kadarnya tidak begitu tinggi (30-60%) dan jumlahnya tidak begitu banyak (600-1000 juta ton, total).
Di gunung Talagabodas didapat dalam bentuk lumpur dengan kadar S 30-70% dan jumlah deposit 300 juta ton. Tempat-tempat lainnya adalah kawah Ijen, gunung Welirang, gunung Dieng, dan gunung Tangkuban Perahu.
Untuk pemanfaatan sumber ala mini diperlukan peningkatan kadar S terlebih dahulu, anatara lain dengan cara flotasi dan benefication process dengan cara pemanasan. Dalam flotasi dilakukan penambahan air dan frother sehingga S akan terapung dan dapat dipisahkan. Sedangkan dalam ‘benefication process’ S setelah ditambahkan air dan reagen-reagen dipanaskan dalam autoclave selama ½ - ¾ jam pada 3 atm, sehingga partikel kecil S terkumpul, kemudian dilakukan pencucian dengan air untuk menghilangkan tanah, lalu dipanaskan kembali dalam autoclove sehingga terpisah sebagai lapisan S dengan kadar 80-90%.
c. Pengambilan sulfur dari gas buang
Belerang diperoleh dari flue gas asal pembakaran batu bara atau pengilangan minyak bumi yang tidak boleh dibuang ke udara Karena dapat menimbulkan pencemaran udara. Gas-gas tersebut terlebih dahulu diabsorbsi dengan menggunakan etanolamin dan sebagainya, kemudian dipanaskan kembali untuk mendapatkan gasnya kembali untuk diproses lebih lanjut.
Dewasa ini, makin banyak hidrogen sulfida yang disingkirkan dari pemurnian gas bumi asam, gas tanor kokas dan gas kilang minyak dengan cara melarutkannya di dalam larutan kalium karbonat atau etanolamina, diikuti dengan pemanasan untuk regenerasi. Hidrogen sulfida yang dihasilkan dengan cara ini dibakar untuk membuat sulfur dioksida guna menghasilkan asam sulfat. Namun, sebagian besar di antaranya dikonversi menjadi belerang unsur melalui berbagai modifikasi proses Claus, yang reaksinya adalah sebagai berikut :
H2S(g) + 32
O2(g) → SO2(g) + H2O(g) ∆H = -518,8 kJ (1)
Fe2O3
SO2(g) + 2H2S(g) → 3S(l) + H2O(g) ∆H = -142,8 kJ (2)
Penggunaan proses ini dilukiskan pada Gambar 2. Peraturan pencemaran udara mensyaratkan konversi minimum 98 persen, provinsi Alberta di Kanada bahkan menghendaki konversi 99,5 persen. Untuk dapat memenuhi persyaratan baru ini, telah dikembangkan proses untuk membersihkan sisa-sisa belerang dari gas sisa pabrik pemulihan. Salah satu proses yang digunakan untuk mengolah gas sisa itu terlihat pada Gambar 2 kira-kira separuh sari total produksi belerang-unsur dunia dibuat melalui pengolahan gas.
Sumber belerang lain yang ada atau yang potensial adalah gas tanur kokas dan minyak bumi sintetik yang berasal dari pasir ter dan minyak serpih. Pabrik-pabrik pengolahan pasir ter dan minyak serpih sekarang sudah beroperasi di Kanada dan Brazil. Dari batu bara dewasa ini masih sedikit belerang yang dipulihkan. Tetapi usaha-usaha yang dilakukan akhir-akhir ini untuk mengurangi emisi sulfur dioksida melalui pengembangan, bahan bakar bersih batu bara, diperkirakan akan menghasilkan sejumlah besar belerang di masa datang. Teknologi pembersihan batu bara dapat mengeluarkan sekitar separuh dari belerang yang terkandung dalam batu bara, tetapi belerang organik hanya dapat disingkirkan dengan proses gasifikasi likuefaksi dan hidrogenasi. Beberapa proses ini sekarang masih dalam tahap pengembangan. Bila menggunakan bahan bakar yang mengandung belerang, sulfur dioksidanya harus disingkirkan dengan metode pembersihan gas cerobong, atau dengan teknik pembakaran yang dirancang khusus untuk menyingkirkan belerang pada waktu pembakaran.
Lokasi Suhu OC Lokasi Suhu OC1 1049 6 1662 379 7 2083 149 8 2244 258 9 1335 332 10 538
Gambar 2. Unit pemulihan belerang jenis Claus di parbik Okotoks
Umpan gas asam (191.000 std m3/hari, 38OC) terdiri dari 75,1 % H2S 24,7% CO2 dan 0,2% hidrokarbon
d. Pengambilan sulfur dari batuan sulfida/sulfat
Berhubung dengan adanya peraturan pencemaran udara yang ketat, banyak pabrik asam belerang yang dibangun untuk menyingkirkan dan memanfaatkan SO2 yang terdapat di dalam gas yang keluar dari pemanggangan bijih-bijih sulfida, peleburan bijih, dan pembakaran asam bekas pakai dan lumpur asam dari pengilangan minyak. Kadang-kadang sulfur dioksida cair lebih disukai sebagai produk dari sumber ini
Kemampuan pemulihan belerang pada pabrik peleburan tembaga yag konvensional sangat terbatas karena bagian-bagian gas keluarannya ada yang mengandung sulfur dioksida terlalu rendah, sehingga pembuatan asam sulfat dari gas ini tidak ekonomis. Peleburan dengan tanur listrik atau cara kilat dapat menghasilkan sulfur dioksida dalam konsentrasi lebih tinggi, sehingga memungkinkan pemulihan belerang unsur atau asam sulfat dari sini.
Diantara proses-proses untuk pemulihan belerang unsur dari pirit adalah proses peleburan-kilat Outokumpu, proses Orkla dan proses Noranda. Dewasa ini hanya proses Outokumpu yang masih beroperasi secara komersial. Peleburan kilat Outokumpu, serta peleburan kontinu Mitsubishi dan Noranda, juga digunakan untuk melebur bijih tembaga secara kontinu. Proses ini menghasilkan gas yang mengandung sulfur dioksida cukup tinggi untuk pembuatan asam sulfat.
Pada dewasa ini, bijih-bijih pirit dan seng sulfida biasanya dipanggang dalam unggun fluidisasi, walaupun ada beberapa pemanggang kilat dan pemanggang tungku berganda yang masih beroperasi. Lumpur asam dari pengilangan minyak juga telah berhasil diregenarasi dan menghasilkan asam sulfat daur ulang yang bersih. Pemulihan belerang dari gas cerobong pada pabrik-pabrik pembangkit tenaga belum berhasil, kecuali pada beberapa instalasi kecil. Bila diharuskan mengolah gas buangnya, pabrik pembangkit tenaga biasanya mengolah gasnya dengan larutan alkali gamping atau natrium dan membuang limbahnya, biasanya dalam bentuk kalsium sulfat dan sulfit.
Belerang yang berasal dari pemanggangan pirit dan gas buang peleburan di seluruh dunia mencapai 20 x 106 t pada tahun 1980.
2.2 Asam Sulfat
2.2.1 Sejarah Asam Sulfat
Asal-usul pengenalan asam sulfat kurang jelas, tetapi zat ini sudah disebut-sebut sejak abad kesepuluh. Pembuatannya melalui pembakaran belerang dengan salpeter, pertama kali dijelaskan oleh valentinus pada abad kelima belas. Pada tahun 1746, Roebuck dari Brimingham, Inggris, memperkenalkan proses kamar timbal. Proses yang menarik ini, namun sekarang sudah kuno.
Proses kontak pertama kali ditemukan pada tahun 1831 oleh Phillips, seorang Inggris, yang patennya mencangkup aspek-aspek penting dari proses kontak yang modern, yaitu dengan absorbsi sulfur dioksida dan udara melalui katalis, kemudian diikuti oleh absorbsi sulfur triosida di dalam asam sulfat 98,5% sampai 99%. Penemuan Phillips ini tidak terlalu berhasil secara komersial selama 40 tahun, agaknya karena :
1. Belum banyak permintaan terhadap asam kuat2. Pengetahuan tentang reaksi gas dengan bantuan katalis masih terbatas3. Perkembangan teknologi kimia masih lambat
Kebutuhan akan asam kuat baru meningkat bersamaan dengan zat warna, di nama asam itu dibutuhkan untuk pembuatan alizarin dan berbagai bahan pewarna organik lainnya. Pada tahun 1889, diketahui bahwa proses kontak dapat ditingkatkan dengan menggunakan oksigen secara berlebihan di dalam campuran gas reaksi. Proses kontak sekarang telah banyak mengalami penyempurnaan dalam rincinya dan deawasa ini telah merupakan suatu proses industri yang murah, kontinu dan dikendalikan secara otomatis. Semua pabrik asam sulfat yang baru menggunakan proses kontak. Salah satu kelemahan proses kamar yang menyebabkan orang yang tidak memakainya lagi ialah karena proses ini hanya mampu menghasilkan asam sulfat dengan konsentrasi sampai 78% saja. Pemekatannya merupakan suatu operasi yang mahal, sehingga pada tahun 1980, hanya tinggal satu pabrik saja yang menggunakan proses kamar yang masih beroperasi di Amerika Serikat.
2.2.2 Sifat dan Sumber
Sifat Asam sulfat
Asam sulfat adalah suatu asam berbasa dua yang kuat. Di samping
itu asam sulfat merupakan bahan pengoksidasi dan bahan
penhidrasi, lebih-lebih terhadap senyawa organik. Aksi
dehidrasinya sangat penting dalam menyerap air yang terbentuk
dalam konversi kimia seperti nitrasi, sulfonasi, dan esterifikasi,
sehingga hasilnya menjadi lebih besar.
Larutan asam sulfat dapat dipekatkan secara ekonomis sampai
sekitar 93 % berat H2SO4. Asam yang lebih pekat lagi dibuat
dengan melarutkan sulfur trioksida di dalam asam sulfat 98 sampai
99 %. Asam sulfat membentuk bermacam-macam hidrat yang
masing-masing mempunyai titik lebur tertentu. Hidrat ini pulalah
yang menyebabkan adanya ketakteraturan dalam hubungan antara
kekuatan asam sulfat dengan gravitas spesifik dan titik bekunya.
Asam sulfat banyak dijual dalam bentuk berbagai larutan H2SO4 di
dalam air, atau SO3 di dalam H2SO4. Yang tersebut terakhir ini
dinamakan oleum dan dipasarkan atas dasar persen kandungan
SO3 ny. Oleum 20 % berarti mengandung 20 kg SO3 dan 80 kg
H2SO4 100 % (monohidrat), akan menghasilkan berat total 104,5
kg. Larutan asam sulfat di dalam air dijual atas dasar gravitas
spesifiknya, diukur dengan derajat Baume’ (Be’o). Gravitas
spesifik asam sulfat biasanya bertambah secara beraturan sampai
1,844 pada 15oC untuk asam 97 % dan sesudah itu berkurang
sampai menjadi 1,839 pada suhu 15oC untuk asam 100%. Oleh
karena itu, konsentrasi pekat ini, yaitu di atas 95 % harus diukur
dengan menggunakan cara lain selain densitas. Densitas dapat
digunakan untuk konsentrasi sedang saja. Konduktans listrik,
indeks refraksi, transmitan bunyi juga dipakai untuk mengukur
konsentrasi asam secara kontinu di dalam pabrik –pabrik modern.
Oleh karena asam hasil pabrik kontak sudah menggantikan asam
pabrik kamar , kekuatan asam sekarang dinyatakan dengan
menggunakan angka presentase H2SO4. Asam yang biasa
diperdagangkan di Amerika Utara mengandung 93,19% H2SO4
( asam 66oBe’). Kandungan airnya kecil, sehingga biaya
angkutannya lebih murah. Asam ini dapat disimpan dan diangkut
dalam tangki-tangki dan bejana baja. Titik bekunya (-7oC) lebih
rendah dari asam 96 %. Di eropa, biasanya digunakan asam
dengan konsentrasi sedikit lebih tinggi (sekitar 95 % H2SO4).
Asam 98 % dan oleum juga ada , tetapi dalam jumlah yang lebih
kecil. Asam dengan konsentrasi 93 % , H2SO4 sangat cocok untuk
pembuatan pupuk, yang merupakan pemakai tersebar asam sulfat.
Kekuatan normal oleum komersial dibagi dalam tiga kategori ,
masing-masing dinyatakan dalam persen sulfur trioksida: 10 %
sampai 35 %, 40 %, dan 60 %, sam pai 65 %. Titik beku oleum 35
% adalah sekitar 29oC, oleum 40 % sekitar 34oC, sehingga oleum
dengan konsentrasi tersebut kadang-kadang diberi sedikit asam
nitrat ( bila hal ini tidak mengganggu ) untuk mencegah terjadinya
pembekuan pada waktu pengapalan dalam musim dingin.
Pencemaran oleh belerang
Masalah pengurangan pencemaran oleh belerang dan
senyawaannya sudah banyak diteliti dengan harapan bahwa pada
suatu waktu nanti semua belerang itu dapat dipulihkan dan
digunakan kembali. Desulfurasi bahan bakar biasanya
menghasilkan belerang dalam bentuk hidrogen sulfida. Sulfur
dioksida dari peleburan logam nonfero atau pembakaran bahan
bakar paling ekonomis bila dipulihkan sebagai asam sulfat dan
kadang-kadang juga sebagai sulfur dioksida cair, belerang, atau
garam-garam sulfat. Asam sulfat sudah lama dibuat dari gas
berkadar tinggi dari pabrik peleburan yang mempunyai penyaluran
ke pasaran.
Belerang dalam jumlah besar dipulihkan dari fraksi gas atau cairan
ringan migas. Di Amerika serikat, 2,3 x 106 t yang dipulhakn ; 7,0
x 106 t diluahkan dari proses industri terutama peleburan dan hanya
0,8 x 106 t yang dipulihkan. Kebanyakan sumber itu terlalu kecil
terlalu encer, atau terlalu terpencil, sehingga tidak dapat diolah
secara ekonomis. Namun demikian, peraturan pencemaran udara
memaksa pabrik-pabrik peleburan itu untuk memulihkan 90 % dari
belerang yang masuk dam memberi batasan yang ketat mengenai
emisi sulfur dioksida dari pembakaran bahan bakar. Peraturan ini
telah melahirkan berbagai peralatan untuk desulfurasi bahan bakar
dan membangkitkan kembali perhatian terhadap bahan bakar cair
dan gas dari batu bara yang berkadar belerang rendah . Dewasa ini
sudah ada beberapa pabrik perintis untuk memisahkan sulfur
dioksida dari gas-gas limbah pusat pembangkit tenaga listrik.
Emisi dari pabrik-pabrik asam sulfat baru dibatasi pada 2 kg sulfur
dioksida dan 75 kg kabut asam per ton metrik asam yang
dihasilkan. Pemulihan dengan proses Claus tidak pernah mencapai
100 %, karena reaksinya merupakan suatu keseimbangan.
Peraturan mengenai emisi yang diperbolehkan dari pabrek –pabrik
ini berbeda dari satu lokasi ke lokasi lain dan biasanya lebih ketat
untuk pabrik-pabrik besar. Banyak pabrik baru mempunyai sebuah
konverter tambahan dan beberapa unit pembersihan gas dipasang
pada pabrik lama dan baru.
Pabrik untuk peleburan tembaga secara kontinu, seperti proses
outokumpu O4, Mitsubishi, dan Noranda, banyak yang dibangun
dengan pemulihan gas sulfur dioksida berkadar tinggi yang cocok
untuk dikonversi menjadi asam sulfat. Cara demikian dapat
mengurangi pencemaran udara.
Emisi dari instalasi ketel uap baru yang besar dan menggunakan
batu bara, sekarang dibatasi pada 516 g SO2 per 1000 MJ bahan
bakar yang digunakan. Biasanya kelebihan SO2 di atas nilai itu
disingkirkan di dalam pembasuh gas buang dan sulfat dan/atau
sulfit yang diperoleh, dibuang tanpa mencoba memulihkan nilai
belerangnya.
Pencemaran air sungai dan sumber-sumber air minum lainnya
dikendalikan dengan membatasi keasaman, kekeruha, kebutuhan
oksigen dan sebagainya. Pembuangan limbah cair, gas, atau padat
diatur dengan undang-undang federal dan lokal di Amerika Serikat,
dan semuanya ini harus dipatuhi. Untuk setiap jenis penerapan,
harus ada izin pembuangan yang diperoleh dengan susah payah dan
biaya besar.
Walaupun asam sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia akan
melepaskan SO3 pada titik didihnya dan menghasilkan asam
98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk disimpan, dan
merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat
98% umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat.
Terdapat juga asam sulfat dalam berbagai kemurnian. Mutu teknis
H2SO4 tidaklah murni dan seringkali berwarna, namun cocok untuk
digunakan untuk membuat pupuk. Apabila SO3(g) dalam konsentrasi
tinggi ditambahkan ke dalam asam sulfat, H2S2O7 akan terbentuk.
Senyawa ini disebut sebagai asam pirosulfat, asam sulfat berasap,
ataupun oleum. Konsentrasi oleum diekspresikan sebagai %SO3
(disebut %oleum) atau %H2SO4 (jumlah asam sulfat yang
dihasilkan apabila H2O ditambahkan); konsentrasi yang umum
adalah 40% oleum (109% H2SO4) dan 65% oleum (114,6% H2SO4).
H2S2O7 murni terdapat dalam bentuk padat dengan titik leleh 36 °C.
Asam sulfat murni berupa cairan bening seperti minyak, dan oleh
karenanya pada zaman dahulu ia dinamakan 'minyak vitriol'.
Nama sistematis : Asam Sulfat
Nama lain : Minyak vitriol
Rumus Molekul : H2SO4
Massa molar : 98,078 g/mol
Densitas : 1,84 g cm−3
Titik Leleh : 10 °C, 283 K, 50 °F
Titik didih : 290 °C, 563 K, 554 °F
Visakositas : 26,7 cP pada 20°C
Sifat bahaya : Sangat korosif
Asam sulfat merupakan asam kuat, karena mudah menyumbang
sebuah proton kepada air membentuk ion hidronium (H30+) dan
ion bisulfat (HSO4-)
H2SO4(aq) + H20(l) —— H3O+ + HSO4-
Asam sulfat murni berupa cairan kental, tidak berwarna dan tidak
berbau serta mudah terurai menjadi SO2 dan H20 bila dipanaskan.
Pengenceran asam sulfat dengan air menghasilkan panas
eksotermik karena terjadi reaksi :
H2SO4 pekat + H20 —— H30+ + HSO4-
Asam sulfat bersifat pengoksida lemah dalam suasana dingin, tetapi
pengoksida kuat dalam suasana panas.
2X- + 3H2SO4 —— X2 + SO2 + 2H2O + HSO4-
Asam sulfat merupakan asam diprotik kuat
H2SO4 —— H+ + HSO4- (100%)
HSO4- —— H+ + SO4- (10%)
Reaksi dengan air
Reaksi hidrasi asam sulfat sangatlah eksotermik. Selalu tambahkan
asam ke dalam air daripada air ke dalam asam. Air memiliki massa
jenis yang lebih rendah daripada asam sulfat dan cenderung
mengapung di atasnya, sehingga apabila air ditambahkan ke dalam
asam sulfat pekat, ia akan dapat mendidih dan bereaksi dengan
keras. Reaksi yang terjadi adalah pembentukan ion hidronium:
H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4-
HSO4- + H2O → H3O+ + SO4
2-
Karena hidrasi asam sulfat secara termodinamika difavoritkan,
asam sulfat adalah zat pendehidrasi yang sangat baik dan
digunakan untuk mengeringkan buah-buahan. Afinitas asam sulfat
terhadap air cukuplah kuat sedemikiannya ia akan memisahkan
atom hidrogen dan oksigen dari suatu senyawa. Sebagai contoh,
mencampurkan pati (C6H12O6)n dengan asam sulfat pekat akan
menghasilkan karbon dan air yang terserap dalam asam sulfat
(yang akan mengencerkan asam sulfat):
(C6H12O6)n → 6n C + 6n H2O
Efek ini dapat dilihat ketika asam sulfat pekat diteteskan ke
permukaan kertas. Selulosa bereaksi dengan asam sulfat dan
menghasilkan karbon yang akan terlihat seperti efek pembakaran
kertas. Reaksi yang lebih dramatis terjadi apabila asam sulfat
ditambahkan ke dalam satu sendok teh gula. Seketika ditambahkan,
gula tersebut akan menjadi karbon berpori-pori yang mengembang
dan mengeluarkan aroma seperti karamel.
Reaksi lainnya
Sebagai asam, asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan basa,
menghasilkan garam sulfat. Sebagai contoh, garam tembaga
tembaga(II) sulfat dibuat dari reaksi antara tembaga(II) oksida
dengan asam sulfat:
CuO + H2SO4 → CuSO4 + H2O
Asam sulfat juga dapat digunakan untuk mengasamkan garam dan
menghasilkan asam yang lebih lemah. Reaksi antara natrium asetat
dengan asam sulfat akan menghasilkan asam asetat, CH3COOH,
dan natrium bisulfat:
H2SO4 + CH3COONa → NaHSO4 + CH3COOH
Hal yang sama juga berlaku apabila mereaksikan asam sulfat
dengan kalium nitrat. Reaksi ini akan menghasilkan asam nitrat dan
endapat kalium bisulfat. Ketika dikombinasikan dengan asam
nitrat, asam sulfat berperilaku sebagai asam sekaligus zat
pendehidrasi, membentuk ion nitronium NO2+, yang penting dalam
reaksi nitrasi yang melibatkan substitusi aromatik elektrofilik.
Reaksi jenis ini sangatlah penting dalam kimia organik.
Asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan logam via reaksi
penggantian tunggal, menghasilkan gas hidrogen dan logam sulfat.
H2SO4 encer menyerang besi, aluminium, seng, mangan,
magnesium dan nikel. Namun reaksi dengan timah dan tembaga
memerlukan asam sulfat yang panas dan pekat. Timbal dan
tungsten tidak bereaksi dengan asam sulfat. Reaksi antara asam
sulfat dengan logam biasanya akan menghasilkan hidrogen seperti
yang ditunjukkan pada persamaan di bawah ini. Namun reaksi
dengan timah akan menghasilkan sulfur dioksida daripada
hidrogen.
Fe (s) + H2SO4 (aq) → H2 (g) + FeSO4 (aq)
Sn (s) + 2 H2SO4 (aq) → SnSO4 (aq) + 2 H2O (l) + SO2 (g)
Hal ini dikarenakan asam pekat panas umumnya berperan sebagai
oksidator, manakala asam encer berperan sebagai asam biasa.
Sehingga ketika asam pekat panas bereaksi dengan seng, timah,
dan tembaga, ia akan menghasilkan garam, air dan sulfur dioksida,
manakahal asam encer yang beraksi dengan logam seperti seng
akan menghasilkan garam dan hidrogen.
Asam sulfat menjalani reaksi substitusi aromatik elektrofilik
dengan senyawa-senyawa aromatik, menghasilkan asam sulfonat
terkait:[4]
Sumber
Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan
secara alami di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis.
Walaupun demikian, asam sulfat merupakan komponen utama
hujan asam, yang terjadi karena oksidasi sulfur dioksida di
atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit). Bahan baku
utama pembuatan asam sulfat adalah sulfur atau belerang, yang
berwarna kuning. Biasanya ditambang dari pegunungan, seperti di
tangkuban perahu, dieng, atau bromo (ini lokasi - lokasi yang orang
awam biasanya tahu. masih banyak lainnya).
2.2.3 Produksi
Pada waktu masalahnya hanya membuat H2SO4 pada konsentrasi sedang
dari SO2 yang dibangkitkan melalui pembakaran pirit dan pada waktu
energi masih murah, pabrik H2SO4 relatif sederhana. Tetapi setelah harga
energi meningkat tinggi sekali, energi yang banyak yang dihasilkan dari
oksidasi belerang dan sulfur dioksida menjadi suatu komoditi yang amat
berharga. Pabrik – pabrik melakukan berbagai modifikasi besar agar
dapat memanfaatkan energi ini untuk membangkitkan uap bertekanan
tinggi guna pembangkitan tenaga listrik . Dengan demikian, energi dapat
dipulihkan sebanyak – banyaknya, sedang energi yang digunakan dalam
proses dibuat seminimum mungkin. Gabungan antara pabrik kimia dan
system pembangkitan listrik (atau uap) disebut Kogenerasi. Oleh karena
itu, pabrik asam sulfat modern merupakan suatu system pembangkit
tenaga listrik. Fungsi kedua ini tentu saja membuat system operasi pabrik
tersebut menjadi lebih rumit, tetapi biaya produksi asam sulfat menjadi
lebih murah atau rendah. Pabrik – pabrik juga dibuat jauh lebih besar
agar dapat memanfaatkan ekonomi skala besar.
Proses Kamar Timbal (Lead Chamber Process)
Pada tahun 1746, Roebuck dari Birmingham Inggris, memperkenalkan
proses kamar timbal. Proses ini menarik , namun sudah kuno. Pembuatan
asam sulfat dengan menggunakan proses kamar timbal ini telah
digunakan selama lebih kurang 200 tahun.
Proses kamar timbal merupakan proses pertama dari dua proses dalam
pembuatan asam sulfat yang mengandung 62 %-78% H2SO4. Proses ini
menggunakan ruang reaktor yang di lapisi timbal (Pb). Lapisan Pb
bereaksi dengan asam sulfat sehingga membentuk endapan atau lapisan
tipis PbSO4 yang memeudahkan reaksi lebih lanjut dengan asam sulfat.
Gas SO2 dan NO dimasukkan ke menara Glover bersamaan dengan gas-
gas dari menara Gay Lussac, gas yang keluar dari menara Glover
dimasukkan ke dalam kamar timbal dan disemprotkan dengan air
sehingga menghasilkan asam sulfat 60-67%. Hasil ini sebagian
dikembalikan ke menara Glover yang akan menghasilkan asam 77%.
Asam ini sebagian dimasukkan ke dalam menara Gay Lussac untuk
menyerap gas-gas NO dan NO2 (katalisator). Gas yang terserap ini
dimasukkan kembali ke menara Glover kamar timbal berbentuk silindris
volumenya cukup luas. Permukaan dalamnya dilapisi timbal tipis dan
disekat-sekat agar panas dapat ditransfer dengan baik, dinding bagian
luar diberi sirip-sirip. Sehingga di dalam menara ini terjadi pengembunan
uap asam sulfat. Menara Gay Lussac berfungsi untuk memungut kembali
katalisator gas NO dan NO2 di kamar timbal dengan menggunakan asam
sulfat 77%. Penyerapan dilakukan pada suhu rendah antara 40-60°C.
Menara Glover bertugas memekatkan hasil asam sulfat dari kamar
timbal. Pemekatan panas ini perlu panas dan ini dapat diambil dari panas
yang dibawa GHP (gas hasil pembakaran) belerang (400-600°C).
Pembuatan Dengan Proses Kontak
Sampai tahun 1900, belum ada pabrik dengan proses kontak yang
dibangun di Amerika Serikat, walaupun proses ini sudah sangat berperan
di Eropa, di mana terdapat kebutuhan terhadap oleum dan asam
konsentrasi tinggi untuk digunakan pada sulfonasi, terutama pada industri
zat warna . Dalam periode 1900 sampai 1925, banyak pabrik asam
kontak yang dibangun dengan menggunakan platina sebagai katalis .
pada tahun 1930 , proses kontak ini telah dapat bersaing dengan proses
kamar pada segala konsentrasi asam yang di hasilkan. Sejak pertengahan
tahun 1920-an , kebanyakan fasilitas yang baru di bangun dengan
menggunakan proses kontak dengan katalis vanadium.
Proses kontak kemudian mengalami modifikasi secara berangsur –
angsur dan menggunakan absorpsi ganda ( juga disebut katalis ganda ) ,
sehingga hasilnya lebih tinggi dan emisi SO2 yang belum terkonversi dari
cerobong asap berkurang . Baru – baru ini , peraturan pemerintah
Amerika Serikat telah menentukan batas emisi SO2 maksimum yang
diperbolehkan dari pabrik asam dan mengharuskan semua pabrik
menggunakan proses absorbsi ganda , atau kalau tidak dilengkapi dengan
system pembasuhan gas cerobong , sehingga tingkat emisinya setingkat
dengan hasil cara pertama.
Kalor pembakaran belerang dimanfaatkan di dalam ketel uap kalor
limbah atau ketel uap dan ekonomiser guna membangkitkan uap yang
dipakai untuk melebur belerang serta untuk keperluan tenaga disekitar
pabrik . Uap merupakan salah satu hasil pabrik itu. Pabrik – pabrik yang
modern membangkitkan uap pada tekanan 6 MPa , lebih tinggi dari
tekanan 2 MPa yang diperoleh beberapa tahun yang lalu.
Reaksi SO2 menjadi SO3 adalah suatu reaksi eksotermik yang dapat
balik . Tetapan keseimbangan 19 untuk reaksi ini dihitung dari tekanan
bagian sesuai dengan hokum aksi massa dan dapat dinyatakan sebagai :
Kp =PSO3
PSO2x P
O2
12
Nilai Kp telah ditentukan dari percobaan dan nilai ini atas dasar P dalam
atmosfer.
Proses – proses pembuatan Asam Sulfat dilakukan dengan cara :
a. Pembakaran
b. Oksidasi
c. Menaikan Tekanan
d. Absorber
e. Penguapan
f.
Bahan Baku
Katalis
Fungsi katalis dalam setiap reaksi katalitik adalah meningkatkan laju
reaksi. Katalis konversi sulfur dioksida ini biasanya terdiri dari tanah
diatomea , yang disusupi dengan lebih dari 7 % V2O5 katalis komersial
mengandung garam kalium ( sulfat , pirosulfat dan sebagainya )
disamping V2O5. Pada suhu operasi pewaris aktif ialah garam lebur
yang terdapat pori – pori pelet silika.
Belerang
Belerang merupakan salah satu bahan dasar yang paling penting dalam
industri pengolahan kimia . Bahan ini terdapat di alam dalam wujud
bebas dan dalam keadaan senyawa pada bijih – bijih seperti pirit
( FeS2 ) , Sfalerit ( ZnS ) dan Kalkopirit ( CuFeS2 ) . Bahan ini juga
terdapat di dalam minyak dan gas bumi ( sebagai H2S ). Penggunaannya
yang terbesar adalah dalam pembuatan asam sulfat.
Komposisi , sifat fisika dan kimia bahan baku
Asam sulfat terdiri dari sulfur atau belerang dan beberapa
gabungan dari unsur – unsur lainnya. Sekeping sulfur melebur
menjadi cecair merah darah. Apabila terbakar, ia mengeluarkan
nyala berwarna biru.Pada suhu bilik, sulfur adalah satu pepejal
lembut berwarna kuning terang. Walaupun sulfur adalah terkenal
dengan baunya yang tidak menyenangkan - kerap dipadankan
dengan telur-telur busuk - bau tersebut adalah sebenarnya ciri bagi
hidrogen sulfida (H2S); sulfur keunsuran adalah tidak berbau. Ia
terbakar dengan nyalaan biru dan mengeluarkan sulfur dioksida,
yang dikenali kerana bau peliknya yang menyesakkan. Sulfur adalah
tak larut dalam air tetapi larut dalam karbon disulfida dan pada kadar
kelarutan yang kurang sedikit dalam pelarut organik lain seperti
benzena. Keadaan pengoksidaan sulfur yang biasa termasuk −2, +2,
+4 dan +6. Sulfur membentuk sebatian stabil bersama semua unsur
kecuali gas nadir.
Sulfur dalam keadaan pepejal biasanya wujud sebagai siklik berbentuk
mahkota yang terdiri daripada molekul-molekul S8. Sulfur mempunyai
banyak alotrop selain S8. Dengan membuang satu atom daripada mahkota
akan menghasilkan S7, yang yang berperanan dalam warna kuning sulfur
yang unik. Terdapat banyak lagi bentuk cincin lain yang disediakan,
termasuk S12 dan S18. Secara bandingannya, jirannya oksigen yang lebih
ringan hanya wujud dalam dua keadaan yang mempunyai kepentingan
kimia: O2 dan O3. Selenium, analog sulfur yang lebih berat boleh
membentuk cincin tetapi lebih sering dijumpai sebagai satu rangkaian
polimer.
Kristalografi sulfur adalah kompleks. Bergantung kepada keadaan-keadaan
yang tertentu, alotrop sulfur membentuk beberapa struktur hablur berbeza,
antara yang paling terkenal adalah rombus dan monoklinik S8.
Suatu sifat unik ialah kelikatan sulfur yang lebur, iaitu berbeza dengan
kebanyakan cecair lain, ia meningkat dengan suhu oleh
keranapembentukan rangkaian-rangkaian polimer. Bagaimanapun, setelah
menjangkau suhu yang tertentu, kelikatan mula menurun kerana
terdapatnya tenaga yang mencukupi untuk memecahkan rantaian-
rantaian.Sulfur amorfus atau "plastik" boleh dihasilkan melalui
pendinginan segera sulfur yang lebur. Kajian-kajian kristalografi sinar-x
menunjukkan bahawa bentuk amorfus mungkin mempunyai satu struktur
berlingkar dengan lapan atom setiap pusingan. Bentuk ini adalah
metastabil pada suhu bilik dan ia akan beransur-ansur kembali semula
kepada bentuk hablur. Proses ini berlaku dalam tempoh antara beberapa
jam sehinggalah beberapa hari dan boleh dipantaskan dengan
menggunakan mangkin.
3. DESKRIPSI PROSES PEMBUATAN ASAM SULFAT
( Gambar 19.3 )
Pembakaran
Bahan baku biasanya adalah belerang dan berbagai bijih sulfid. Oleh
karena belerang cair biasanya lebih murni dan biaya transpornya lebih
murah , belerang biasanya didatangkan dan disimpan dalam keadaan cair .
zat cair itu dipompakan dalam tangki penimbunan malalui pipa – pipa
berpemanas dan disemprotkan ke dalam tanur dengan menggunakan
pembakar yang hampir serupa dengan yang biasanya dipakai untuk
menyuling minyak bakar.
Pengolahan Gas Bakar
Gas sulfur dioksida hasil pembakaran mungkin mengandung karbon
dioksida, nitrogen dan berbagai ketakmurnian seperti klor , arsen , fluor ,
sedikit debu. Arsen dan fluor hanya ada apabila bahan yang dibakar bukan
belerang unsur. Guna mencegah terjadinya korosi oleh gas dari
pembakaran , biasanya udara untuk pembakaran belerang dan oksidasi SO2
itu dikeringkan dulu sampai kandungan airnya kurang 3 mg/m3.
Penukaran Kalor dan Pendingin
Sebelum gas itu ditumpahkan kedalam konventer tahap pertama , biasanya
suhunya diatur agar mencapai suhu minimum yang diperlukan supaya
katalis dapat meningkatkan kecepatan reaksi dengan cepat , biasanya pada
suhu 425°C sampai 440°C. Gas itu harus didinginkan lagi diantara tahap –
tahap katalis agar menghasilkan konversi yang tinggi.
Konventer
Konversi Kimia sulfur dioksida menjadi sulfur trioksida dirancang untuk
menghasilkan konversi maksimum dengan memperhatikan bahwa :
1. Keseimbangannya merupakan fungsi kebalikan suhu dan fungsi
langsung rasio oksigen terhadap sulfur dioksida.
2. Laju reaksi merupakan fungsi langsung suhu
3. Komposisi gas dan banyaknya katalis mempengaruhi laju konversi
dan kinetika reaksi
4. Penyingkiran sulfur trioksida yang terbentuk sehingga lebih
banyak sulfur dioksida dapat dikonversi
Absorber Sulfur Trioksida
Sudah sejak lama diketahui bahwa asam sulfat dengan konsentrasi 98,5
persen – 99 persen merupakan bahan yang paling efisien untuk digunakan
sebagai penyerap sulfur trioksida, mungkin karena asam dengan
konsentrasi tersebut mempunyai tekanan uap yang jauh lebih rendah dari
kosentrasi – konsentrasi lainnya. Asam dengan konsentrasi tersebut
digunakan pada absorber – antara dan absorber – akhir. Untuk menyerap
SO3 secara hampir sempurna, sebelum gas yang telah terkonversi sebagian
itu masuk kembali ke dalam konvertor dan gas limbah dibuang ke udara.
Dalam hal ini, air tidak dapat digunakan karena kontak langsung antara
sulfur trioksida dan air akan menghasilkan kabut asam yang hampir tidak
mungkin diabsorbsi. Oleh karena asam penyerap itu terus menjadi lebih
pekat, maka harus disediakan fasilitas untuk menyerap bagian asam yang
keluar dari absorber yang akan diresirkulasikan. Asam resirkulasi ini
diencerkan dengan menambahkan asam sulfat encer atau air dalam jumlah
yang diperlukan, sehingga mendinginkan asam penyerap, dan kelebihan
asam yang ada dikeluarkan dari system untuk kemudian dijual.
Blower
Blower digunakan untuk menghembuskan udara atau gas yang
mengandung belerang melalui peralatan pengolahan. Blower ini
ditempatkan di dalam aliran sehingga dapat menangani udara atau gas
yang mengandung sulfur dioksida.
Pompa Asam
Pompa biasanya dibenamkan di dalam tangki pompa yang terbuat dari baja
berlapis bata yang terdapat di dalam daerah proses. Pompa ini dapat
digerakkan dengan motor listrik atau turbin uap.
Pompa Belerang
Digunakan untuk memompakan belerang dari sumur penimbunan ke
dalam atomizer dan pembakar belerang. Pompa ini mempunyai pipa –
pipa penyaluran luar bermantel uap, sehingga belerang tidak menjadi
dingin dan membeku, karena titik lebur belerang adalah 115 C.
Pendingin Asam
Asam yang disirkyulasikan pada menara absorbsi harus didinginkan untuk
mengeluarkan kalor absorbsi dan kalor sensible gas masuk. Asam yang
disirkulasikan pada menara pengering harus pula didinginkan untuk
mengeluarkan kalor pengenceran dan kalor kondensasi kelembapan yang
terdapat di dalam gas atau udara masuk.
Pemurnian Gas
Pabrik yang harus menangani gas sulfur dioksida yang tidak murni,
misalnya gas yang keluar dari pabrik peleburan, pemanggangan bijih besi
dan proses – proses lain, biasanya mempunyai ketel kalor limbah.
Presipitator elektrostatik untuk pengumpulan debu, menara pembasuh dan
pencuci, dan akhirnya presipitator elektrostatik untuk pemisahan kabut
asam seerta sisa debu dan uap. Sesudah itu, gas siap untuk masuk ke dalam
menara pengering.
Bahan Konstruksi
Dalam system pemurnian gas, baja digunakan untuk menangani gas sulfur
dioksida yang mempunyai suhu di atas titik embun asam. Untuk suhu di
bawah titik embun dan untuk zat cair, digunakan timbale, baja berlapis
timbale, dengan lapisan bata atau tidak, baja paduan dan bahan plastic
untuk kondisi operasi tertentu. Pendinginan asam lemah dalam system
pemurnian gas tidak boleh dibuat dari besi cor atau baja karena bahan ini
akan terkorosi dengan cepat.
Pemulihan Asam Sulfat Bekas Pakai
Sebagian besar asam sulfat yang dipakai dipulihkan untuk didaur
ulangkan.asam bekas pakai biasanya disebut dengan asam limbah. Tetapi
istilah ini salah kaprah. Kebanyakan pemakai tidak mengkonsumsi asam
itu, tetapi mengencerkan atau mengkontaminasinya. Sebagian asam ini
dapat dipulihkan dan digunakan kembali dengan biaya lebih murah dari
asam perawan. Sebagian asam ini terpaksa dipulihkan karena ketentuan
lingkungan atau untuk menghidari pengeluaran biaya untuk netralisasi.
Pencemaran Oleh Belerang
Masalah pengurangan pencemaran oleh belerang dan senyawanya sudah
banyak diteliti dengan harapan bahwa pada suatu waktu nanti semua
belerang itu dapat dipulihkan dan digunakan kembali. Desulfurisasi bahan
bakar biasanya menghasilkan belerang dalam bentuk dalam hydrogen
sulfide. Sulfur dioksida dari peleburan non loganm non fero atau
pembakaran bahan bakar paling ekonomis bila dipulihkan sebagai asam
sulfat dan kadang – kadang juga sebagai sulfur dioksida cair, belerang,
atau garam – garam sulfat. Asam sulfat sudah lama dibuat dari gas
berkadar tinggi dari pabrik peleburan mempunyai penyaluran ke pasaran.
Perbandingan antara Proses Kamar Timbal dengan Proses Kontak
Keterangan Proses kontak Proses kamar timbal
Konversi Biaya produksi 98,5 – 99 % 77 – 79%
Biaya produksi Rendah Tinggi
Kualitas produk Lebih pekat Kurang
Proses produksi Satu kali proses dalam
Meningkatkan
konsentrasi asam
Dua kali proses dalam
Meningkatkan
konsentrasi asam
Katalis Vanadium Pentoksida NO dan NO2
Setelah dibandingkan antara proses kontak dengan proses kamar
timbal, maka kebanyakan dari perancangan pabrik asam sulfat memilih Proses
Kontak dengan pertimbangan :
a. Konversi yang tinggi dan kualitas produk lebih pekat.
b. Biaya produksi lebih murah.
c. Umur katalis dapat mencapai 10 tahun dalam pemakaian normal.
d. Proses produksi satu kali proses dalam meningkatkan konsentrasi asam.