114
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada populasi pria lanjut usia. Gejalanya merupakan keluhan yang umum dalam bidang bedah urologi. Hiperplasia prostat merupakan salah satu masalah kesehatan utama bagi pria diatas usia 50 tahun dan berperan dalam penurunan kualitas hidup seseorang. Suatu penelitian menyebutkan bahwa sepertiga dari pria berusia antara 50 dan 79 tahun mengalami hiperplasia prostat. Prevalensi yang pasti di Indonesia belum diketahui tetapi berdasarkan kepustakaan luar negeri diperkirakan semenjak umur 50 tahun 20%-30% penderita akan memerlukan pengobatan untuk prostat hiperplasia. Yang jelas prevalensi sangat tergantung pada golongan umur. Sebenarnya perubahan-perubahan kearah terjadinya pembesaran prostat sudah dimulai sejak dini, dimulai pada perubahan-perubahan mikroskopoik yang kemudian bermanifestasi menjadi kelainan makroskopik (kelenjar membesar) dan kemudian baru manifes dengan gejala klinik. 1

Benigna Prostat Hiperplasi.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ilmu kesehatan

Citation preview

Page 1: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembesaran kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna

pada populasi pria lanjut usia. Gejalanya merupakan keluhan yang umum

dalam bidang bedah urologi. Hiperplasia prostat merupakan salah satu

masalah kesehatan utama bagi pria diatas usia 50 tahun dan berperan dalam

penurunan kualitas hidup seseorang. Suatu penelitian menyebutkan bahwa

sepertiga dari pria berusia antara 50 dan 79 tahun mengalami hiperplasia

prostat.

Prevalensi yang pasti di Indonesia belum diketahui tetapi berdasarkan

kepustakaan luar negeri diperkirakan semenjak umur 50 tahun 20%-30%

penderita akan memerlukan pengobatan untuk prostat hiperplasia. Yang jelas

prevalensi sangat tergantung pada golongan umur. Sebenarnya perubahan-

perubahan kearah terjadinya pembesaran prostat sudah dimulai sejak dini,

dimulai pada perubahan-perubahan mikroskopoik yang kemudian

bermanifestasi menjadi kelainan makroskopik (kelenjar membesar) dan

kemudian baru manifes dengan gejala klinik.

Berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat

ditemukan pada usia 30 – 40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus

berkembang akan terjadi perubahan patologi anatomi. Pada pria usia 50 tahun

angka kejadiannya sekitar 50%, dan pada usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar

50% dari angka tersebut diatas akan menyebabkan gejala dan tanda klinik.1

Adanya hiperplasia ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi saluran kemih

dan untuk mengatasi obstruksi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai

dari tindakan yang paling ringan yaitu secara konservatif (non operatif)

sampai tindakan yang paling berat yaitu operasi.

1

Page 2: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

Maka praktikan memilih kasus Post Operasi Prostatectomy pada pasien yang

menderita Benigna Prostat Hiperplasi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk dapat menerapkan teori keperawatan medikal bedah yang

didapatkan di bangku kuliah untuk diterapkan di Ruang C Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada kasus post prostatectomy

pada penderita benigna prostat hiperplasi.

b. Menentukan masalah dan prioritas masalah yang akan di tindak lanjuti

dalam perencanaan keperawatan pada kasus post prostatektomy pada

penderita benigna prostat hiperplasi.

c. Melakukan perencanaan keperawatan medikal bedah pada kasus

prostatektomy pada penderita benigna prostat hiperplasi.

d. Menerapkan Asuhan Keperawatan medikal bedah pada kasus post

prostatectomy pada pennderita benigna prostat hiperplasi di Ruang C

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

e. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada kasus post

prostatectomy pada pennderita benigna prostat hiperplasi di Ruang C

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

C. Sistematika Penulisan

1. BAB I

Berisi latar belekang yang memnuat alasan mengambil kasus kelolaan,

tujuan memilih kasus keolaan dan sistematika penulisan asuhan

keperawatan.

2. BAB II

Berisi landasan teori baik itu dari segi medis dan keperawatan.

3. BAB III

2

Page 3: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

Berisi pengelolaan kasus, dari pengkajian, perumusan masalah, rencana

asuhan keperawatan, implementasi sampai evaluasi.

4. BAB IV

Berisi pembahasan, yaitu membandingkan konsep atau teori dengan

asuhan keperawatan yang diterapkan.

5. BAB V

Berisi kesimpulan dan saran.

D. Pendekatan Metode.

a. Wawancara

Sumber data wawancara didapat melalui pasien sendiri atau autoanamneses

dan juga berasal dari keluarga pasien atau aloanamnese.

b. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Observasi dilakukan langsung pada pasien dan dilakukan juga pemeriksaan

fisik secara keseluruhan.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan melihat buku-buku reverensi dan juga

berasal dari status pasien.

3

Page 4: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

BAB II

LANDASAN TEORI

A. MEDIS

1. Pengertian

Benigna Prostate Hypertrofia (BPH) sebenarnya adalah suatu keadaan

dimana kelenjar periuretral prostat mengalami hiperplasia yang akan

mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah

(Mansjuoer, 2000).

Benigna Prostate Hypertrofia (BPH) merupakan pembesaran dari kelenjar

prostate, menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan

aliran urinarius (Doengoes,1999).

2. Anatomi dan Fisiologi

Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh

kapsul fibromuskuler,yang terletak disebelah inferior vesika urinaria,

mengelilingi bagian proksimal uretra (uretra pars prostatika) dan berada

disebelah anterior rektum. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat

normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram, dengan jarak basis ke

apex kurang lebih 3 cm, lebar yang paling jauh 4 cm dengan tebal 2,5 cm.

Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus :

a. lobus medius

b. lobus lateralis (2 lobus)

c. lobus anterior

d. lobus posterior

Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior, lobus posterior

akan menjadi satu dan disebut lobus medius saja. Pada penampang, lobus

medius kadang-kadang tak tampak karena terlalu kecil dan lobus lain

tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan

seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat.

4

Page 5: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

Kelenjar prostat di bagi dalam beberapa zona, antara lain adalah: zona

perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior, dan

zona periuretral. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona

transisional yang letaknya proximal dari spincter externus di kedua sisi

dari verumontanum dan di zona periuretral. Kedua zona tersebut hanya

merupakan 2% dari seluruh volume prostat. Sedangkan pertumbuhan

karsinoma prostat berasal dari zona perifer.

Prostat mempunyai kurang lebih 20 duktus yang bermuara dikanan dari

verumontanum dibagian posterior dari uretra pars prostatika. Disebelah

depan didapatkan ligamentum pubo prostatika, disebelah bawah

ligamentum triangulare inferior dan disebelah belakang didapatkan fascia

denonvilliers.

Fascia denonvilliers terdiri dari 2 lembar, lembar depan melekat erat

dengan prostat dan vesika seminalis, sedangkan lembar belakang melekat

secara longgar dengan fascia pelvis dan memisahkan prostat dengan

rektum.

Antara fascia endopelvic dan kapsul sebenarnya dari prostat didapatkan

jaringan peri prostat yang berisi pleksus prostatovesika.

Pada potongan melintang kelenjar prostat terdiri dari :

a. Kapsul anatomi

b. Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan

muskuler

c. Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian :

1) Bagian luar disebut kelenjar prostat sebenarnya.

2) Bagian tengah disebut kelenjar submukosa, lapisan ini disebut juga

sebagai adenomatous zone.

3) Disekitar uretra disebut periurethral gland

Pada BPH kapsul pada prostat terdiri dari 3 lapis :

a. Kapsul anatomis

b. Kapsul chirurgicum, ini terjadi akibat terjepitnya kelenjar prostat

yang sebenarnya (outer zone) sehingga terbentuk kapsul

5

Page 6: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

c. Kapsul yang terbentuk dari jaringan fibromuskuler antara bagian

dalam (innerzone) dan bagian luar (outer zone) dari kelenjar prostat.

BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena

mengandung banyak jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran

pada bagian posterior daripada lobus medius (lobus posterior) yang

merupakan bagian tersering terjadinya perkembangan suatu keganasan

prostat. Sedangkan lobus anterior kurang mengalami hiperplasi karena

sedikit mengandung jaringan kelenjar (Sabiston, 1994).

3. Etiologi

Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya

hiperplasia prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa

hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar

dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua).

R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong (1996), memgungkapkan beberapa teori

atau hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat

adalah:

a. Teori Hormonal

Teori ini dibuktikan bahwa sebelum pubertas dilakukan kastrasi maka

tidak terjadi BPH, juga terjadinya regresi BPH bila dilakukan kastrasi.

Selain androgen (testosteron/DHT), estrogen juga berperan untuk

terjadinya BPH. Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan

keseimbangan hormonal, yaitu antara hormon testosteron dan hormon

estrogen, karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi

testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer dengan

pertolongan enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan

merangsang terjadinya hiperplasia pada stroma, sehingga timbul

dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya

proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk

perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi

relatif testosteron dan estrogen akan menyebabkan produksi dan

6

Page 7: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

potensiasi faktor pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan

terjadinya pembesaran prostat.

Dari berbagai percobaan dan penemuan klinis dapat diperoleh

kesimpulan, bahwa dalam keadaan normal hormon gonadotropin

hipofise akan menyebabkan produksi hormon androgen testis yang

akan mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan makin bertambahnya

usia, akan terjadi penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis)

yang akan menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi

androgen. Hal ini mengakibatkan hormon gonadotropin akan sangat

merangsang produksi hormon estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari

fungsional histologis, prostat terdiri dari dua bagian yaitu sentral

sekitar uretra yang bereaksi terhadap estrogen dan bagian perifer yang

tidak bereaksi terhadap estrogen.

b. Teori Growth Factor (faktor pertumbuhan). Peranan dari growth factor

ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat. Terdapat

empat peptic growth factor yaitu; basic transforming 2, dan 1,

transforming growth factor growth factor, transforming growth factor

epidermal growth factor.

c. Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat karena Berkurangnya

Sel yang Mati

d. Teori Sel Stem (stem cell hypothesis).

Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada

seorang dewasa berada dalam keadaan keseimbangan “steady state”,

antara pertumbuhan sel dan sel yang mati, keseimbangan ini

disebabkan adanya kadar testosteron tertentu dalam jaringan prostat

yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat berproliferasi. Pada

keadaan tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga terjadi

proliferasi lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal sel stem

sehingga menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel

epitel kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan.

7

Page 8: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

e. Teori Dihydro Testosteron (DHT).

Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan

sebagian dari kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah

dan 98% akan terikat oleh globulin menjadi sex hormon binding

globulin (SHBG). Sedang hanya 2% dalam keadaan testosteron bebas.

Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke dalam “target cell” yaitu

sel prostat melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma,

di dalam sel, testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductase

menjadi 5 dyhidro testosteron yang kemudian bertemu dengan reseptor

sitoplasma menjadi “hormone receptor complex”. Kemudian

“hormone receptor complex” ini mengalami transformasi reseptor,

menjadi “nuclear receptor” yang masuk kedalam inti yang kemudian

melekat pada chromatin dan menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA

ini akan menyebabkan sintese protein menyebabkan terjadinya

pertumbuhan kelenjar prostat.

f. Teori Reawakening Lesi pertama bukan pembesaran stroma pada

kelenjar periuretral (zone transisi) melainkan suatu mekanisme

“glandular budding” kemudian bercabang yang menyebabkan

timbulnya alveoli pada zona preprostatik. Persamaan epiteleal budding

dan “glandular morphogenesis” yang terjadi pada embrio dengan

perkembangan prostat ini, menimbulkan perkiraan adanya

“reawakening” yaitu jaringan kembali seperti perkembangan pada

masa tingkat embriologik, sehingga jaringan periuretral dapat tumbuh

lebih cepat dari jaringan sekitarnya, sehingga teori ini terkenal dengan

nama teori reawakening of embryonic induction potential of prostatic

stroma during adult hood.

Selain teori-teori di atas masih banyak lagi teori yang menerangkan

tentang penyebab terjadinya BPH seperti; teori tumor jinak, teori rasial

dan faktor sosial, teori infeksi dari zat-zat yang belum diketahui, teori

yang berhubungan dengan aktifitas hubungan seks, teori peningkatan

8

Page 9: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

kolesterol, dan Zn yang kesemuanya tersebut masih belum jelas

hubungan sebab-akibatnya.

4. Patofisiologi

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars

prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan

peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-

buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi

yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli

berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula,

dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase

kompensasi.

Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan

pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom

(LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatismus.

Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke

dalam fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk

berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravesikal yang

semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali

pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat

menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks

vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan

hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal

ginjal.

Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya

gejala yaitu komponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen

mekanik ini berhubungan dengan adanya pembesaran kelenjar periuretra

yang akan mendesak uretra pars prostatika sehingga terjadi gangguan

aliran urine (obstruksi infra vesikal) sedangkan komponen dinamik

meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang merupakan alpha

adrenergik reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor akan

menghasilkan kontraksi otot polos prostat ataupun kenaikan tonus.

9

Page 10: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi syaraf simpatis, yang

juga tergantung dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik

(Mansjuoer, 2000).

5. Tanda dan Gejala

a. Gejala

Gejala hiperplasia prostat dalam buku Seri Ilmu Bedah, Staf Pengajar,

UNPAD (1999), dibagi atas gejala obstruktif dan gejala iritatif.

Gejala obstruktif disebabkan oleh karena penyempitan uretara pars

prostatika karena didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan

otot detrusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama

saehingga kontraksi terputus-putus. Gejalanya ialah :

1) Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistency)

2) Pancaran miksi yang lemah (Poor stream)

3) Miksi terputus (Intermittency)

4) Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling)

5) Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder

emptying).

Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat

masih tergantung tiga faktor yaitu :

1) Volume kelenjar periuretral

2) Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat

3) Kekuatan kontraksi otot detrusor

Tidak semua prostat yang membesar akan menimbulkan gejala

obstruksi, sehingga meskipun volume kelenjar periuretal sudah

membesar dan elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul

prostat menurun, tetapi apabila masih dikompensasi dengan kenaikan

daya kontraksi otot detrusor maka gejala obstruksi belum dirasakan.

Pemeriksaan derajat beratnya obstruksi prostat dapat diperkirakan

dengan cara mengukur :

a. Residual urine yaitu jumlah sisa urin setelah penderita miksi

spontan. Sisa urin ini dapat dihitung dengan pengukuran langsung

10

Page 11: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

yaitu dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi spontan

atau ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi,

dapat pula dilakukan dengan membuat foto post voiding pada

waktu membuat IVP. Pada orang normal sisa urin biasanya

kosong, sedang pada retensi urin total sisa urin dapat melebihi

kapasitas normal vesika. Sisa urin lebih dari 100 cc biasanya

dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada

penderita prostat hipertrofi.

b. Pancaran urin atau flow rate dapat dihitung secara sederhana yaitu

dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan lamanya miksi

berlangsung (ml/detik) atau dengan alat uroflowmetri yang

menyajikan gambaran grafik pancaran urin. Untuk dapat

melakukan pemeriksaan uroflow dengan baik diperlukan jumlah

urin minimal di dalam vesika 125 sampai 150 ml. Angka normal

untuk flow rata-rata (average flow rate) 10 sampai 12 ml/detik dan

flow maksimal sampai sekitar 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan

flow rate dapat menurun sampai average flow antara 6-8 ml/detik,

sedang maksimal flow menjadi 15 mm/detik atau kurang. Dengan

pengukuran flow rate tidak dapat dibedakan antara kelemahan

detrusor dengan obstruksi infravesikal.

Obstruksi uretra menyebabkan bendungan saluran kemih sehingga

mengganggu faal ginjal karena hidronefrosis, menyebabkan infeksi

dan urolithiasis. Tindakan untuk menentukan diagnosis penyebab

obstruksi maupun menentukan kemungkinan penyulit harus

dilakukan secara teratur.

Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaris

yang tidak sempurna pada saat miksi atau disebabkan oleh karena

hipersensitifitas otot detrusor karena pembesaran prostat

menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering

berkontraksi meskipun belum penuh., gejalanya ialah :

1) Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency)

11

Page 12: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

2) Nokturia

3) Miksi sulit ditahan (Urgency)

4) Disuria (Nyeri pada waktu miksi) (P/UI)

Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus.

Secara klinis derajat berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi :

Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing < 50 ml

Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml

Grade III : Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih

bagian atas + sisa urin > 150 ml 7

Derajat berat gejala klinik prostat hiperplasia ini dipakai untuk

menentukan derajat berat keluhan subyektif, yang ternyata tidak

selalu sesuai dengan besarnya volume prostat. Gejala iritatif yang

sering dijumpai ialah bertambahnya frekuensi miksi yang biasanya

lebih dirasakan pada malam hari. Sering miksi pada malam hari

disebut nocturia, hal ini disebabkan oleh menurunnya hambatan

kortikal selama tidur dan juga menurunnya tonus spingter dan

uretra. Simptom obstruksi biasanya lebih disebabkan oleh karena

prostat dengan volume besar. Apabila vesica menjadi

dekompensasi maka akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir

miksi masih ditemukan sisa urin didalam vesica, hal ini

menyebabkan rasa tidak bebas pada akhir miksi. Jika keadaan ini

berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacetan total, sehingga

penderita tidak mampu lagi miksi. Oleh karena produksi urin akan

terus terjadi maka pada suatu saat vesica tidak mampu lagi

menampung urin sehingga tekanan intravesica akan naik terus dan

apabila tekanan vesica menjadi lebih tinggi daripada tekanan

spingter akan terjadi inkontinensia paradoks (over flow

incontinence). Retensi kronik dapat menyebabkan terjadinya refluk

vesico uretra dan meyebabkan dilatasi ureter dan sistem

pelviokalises ginjal dan akibat tekanan intravesical yang

diteruskam ke ureter dari ginjal maka ginjal akan rusak dan terjadi

12

Page 13: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dapat dipercepat bila ada

infeksi. Disamping kerusakan tractus urinarius bagian atas akibat

dari obstruksi kronik penderita harus selalu mengedan pada waktu

miksi, maka tekanan intra abdomen dapat menjadi meningkat dan

lama kelamaan akan menyebabkan terjadinya hernia, hemoroid.

Oleh karena selalu terdapat sisa urin dalam vesica maka dapat

terbentuk batu endapan didalam vesica dan batu ini dapat

menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Disamping

pembentukan batu, retensi kronik dapat pula menyebabkan

terjadinya infeksi sehingga terjadi systitis dan apabila terjadi refluk

dapat terjadi juga pielonefritis.

b. Tanda

Dalam buku Seri Ilmu Bedah, Staf Pengajar, UNPAD (1999),

menunjukkan bahwa tanda dapat diketahui melalui :

1) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Eamination (DRE)

sangat penting. Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan

gambaran tentang keadaan tonus spingter ani, reflek bulbo

cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan

pada di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat.

Pada perabaan prostat harus diperhatikan :

a) Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya

kenyal)

b) Adakah asimetris

c) Adakah nodul pada prostate

d) Apakah batas atas dapat diraba

e) Sulcus medianus prostate

f) Adakah krepitasi

Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan konsistensi

prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri

simetris dan tidak didapatkan nodul. Sedangkan pada carcinoma

13

Page 14: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan diantara

lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat akan

teraba krepitasi.

Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus

urinaria bagian atas kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila

sudah terjadi pnielonefritis akan disertai sakit pinggang dan nyeri

ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah

terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai diperhatikan untuk

mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa

untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat

menyebabkan gangguan miksi seperti batu di fossa navikularis atau

uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis, condiloma di daerah

meatus.

Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang

terisi penuh dan teraba masa kistus di daerah supra simfisis akibat

retensio urin dan kadang terdapat nyeri tekan supra simfisis.

6. Komplikasi

Menurut Sabiston (1994), dilihat dari sudut pandang perjalanan

penyakitnya, hiperplasia prostat dapat menimbulkan komplikasi sebagai

berikut :

a. Inkontinensia Paradoks

b. Batu Kandung Kemih

c. Hematuria

d. Sistitis

e. Pielonefritis

f. Retensi Urin Akut Atau Kronik

g. Refluks Vesiko-Ureter

h. Hidroureter

i. Hidronefrosis

j. Gagal Ginjal 2

14

Page 15: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

7. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Mansjuoer, 2000. Pemeriksaan diagnostic diantaranya adalah.

Pemeriksaan Laborat

a. Darah :Ureum dan Kreatinin, Elektrolit, Blood urea nitrogen, Prostate

Specific Antigen (PSA), Gula darah

b. Urin : Kultur urin + sensitifitas test, Urinalisis dan pemeriksaan

mikroskopik, Sedimen

c. Pemeriksaan pencitraan

1) Foto polos abdomen (BNO)

Dari sini dapat diperoleh keterangan mengenai penyakit ikutan

misalnya batu saluran kemih, hidronefrosis, atau divertikel

kandung kemih juga dapat untuk menghetahui adanya metastasis

ke tulang dari carsinoma prostat.

2) Pielografi Intravena (IVP)

Pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi defek isian kontras

(filling defect/indentasi prostat) pada dasar kandung kemih atau

ujung distal ureter membelok keatas berbentuk seperti mata kail

(hooked fish). Mengetahui adanya kelainan pada ginjal maupun

ureter berupa hidroureter ataupun hidronefrosis serta penyulit yang

terjadi pada buli – buli yaitu adanya trabekulasi, divertikel atau

sakulasi buli – buli. Foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu

urin.

3) Sistogram retrograd

Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin,

maka sistogram retrograd dapat pula memberi gambaran indentasi.

4) Transrektal Ultrasonografi (TRUS).

Deteksi pembesaran prostat mengukur volume residu urin.

5) MRI atau CT jarang dilakukan. Digunakan untuk melihat

pembesaran prostat dan dengan bermacam – macam potongan.

15

Page 16: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

d. Pemeriksaan lain

1) Uroflowmetri

Untuk mengukur laju pancaran urin miksi.Laju pancaran urin

ditentukan oleh: Daya kontraksi otot detrusor, tekanan intravesica,

resistensi uretra.

Angka normal laju pancaran urin ialah 12 ml/detik dengan puncak

laju pancaran mendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju

pancaran melemah menjadi 6 – 8 ml/detik dengan puncaknya

sekitar 11 – 15 ml/detik. Semakin berat derajat obstruksi semakin

lemah pancaran urin yang dihasilkan.

2) Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies)

Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan

uroflowmetri tidak dapat membedakan apakah penyebabnya adalah

obstruksi atau daya kontraksi otot detrusor yang melemah. Untuk

membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan tekanan

pancaran dengan menggunakan Abrams-Griffiths Nomogram.

Dengan cara ini maka sekaligus tekanan intravesica dan laju

pancaran urin dapat diukur.

3) Pemeriksaan Volume Residu Urin

Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan

cara sangat sederhana dengan memasang kateter uretra dan

mengukur berapa volume urin yang masih tinggal. Pemeriksaan

sisa urin dapat juga diperiksa (meskipun kurang akurat) dengan

membuat foto post voiding atau USG.

4) Pemeriksaan pencitraan : pada pielografi intravena terlihat adanya

lesi defek isian kontras pada dasar kandung kemih atau ujung distal

ureter membelok ke atas berbentuk seperti mata kail. Dengan trans

rectal ultra sonography (TRUS), dapat terlihat prostat yang

membesar.

5) Uroflowmetri : tampak laju pancaran urin berkurang.

16

Page 17: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

6) Mengukur volume residu urin : Pada hiperplasi prostat terdapat

volume residu urin yang meningkat sesuai dengan beratnya

obstruksi (lebih dari 150 ml dianggap sebagai batas indikasi untuk

melakukan intervensi).

8. Penatalaksanaan Medik Hiperplasi prostat yang telah memberikan keluhan

klinik biasanya akan menyebabkan penderita datang kepada dokter.

Derajat berat gejala klinik dibagi menjadi empat gradasi berdasarkan

penemuan pada colok dubur dan sisa volume urin. Derajat satu, apabila

ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur ditemukan penonjolan

prostat, batas atas mudah diraba dan sisa urin kurang dari 50 ml. Derajat

dua, apabila ditemukan tanda dan gejala sama seperti pada derajat satu,

prostat lebih menonjol, batas atas masih dapat teraba dan sisa urin lebih

dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml. Derajat tiga, seperti derajat dua,

hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari 100 ml,

sedangkan derajat empat, apabila sudah terjadi retensi urin total.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi untuk

menentukan berat gangguan miksi yang disebut WHO PSS (WHO prostate

symptom score). Skor ini berdasarkan jawaban penderita atas delapan

pertanyaan mengenai miksi. Terapi non bedah dianjurkan bila WHO PSS

tetap dibawah 15. Untuk itu dianjurkan melakukan kontrol dengan

menentukan WHO PSS. Terapi bedah dianjurkan bila WHO PSS 25 ke

atas atau bila timbul obstruksi. Di dalam praktek pembagian derajat

beratnya hiperplasia prostat derajat I-IV digunakan untuk menentukan cara

penanganan. Pada penderita dengan derajat satu biasanya belum

memerlukan tindakan operatif, melainkan dapat diberikan pengobatan

secara konservatif. Pada penderita dengan derajat dua sebenarnya sudah

ada indikasi untuk melakukan intervensi operatif, dan yang sampai

sekarang masih dianggap sebagai cara terpilih ialah trans uretral resection

(TUR). Kadang-kadang derajat dua penderita masih belum mau dilakukan

operasi, dalam keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan pengobatan

konservatif. Pada derajat tiga, TUR masih dapat dikerjakan oleh ahli

17

Page 18: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

urologi yang cukup berpengalaman melakukan TUR oleh karena biasanya

pada derajat tiga ini besar prostat sudah lebih dari 60 gram. Apabila

diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga reseksi tidak akan selesai

dalam satu jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka. Pada

hiperplasia prostat derajat empat tindakan pertama yang harus segera

dikerjakan ialah membebaskan penderita dari retensi urin total, dengan

jalan memasang kateter atau memasang sistostomi setelah itu baru

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnostik,

kemudian terapi definitif dapat dengan TUR P atau operasi terbuka.

Terapi sedini mungkin sangat dianjurkan untuk mengurangi gejala,

meningkatkan kualitas hidup dan menghindari komplikasi akibat obstruksi

yang berkepanjangan. Tindakan bedah masih merupakan terapi utama

untuk hiperplasia prostat (lebih dari 90% kasus). Meskipun demikian pada

dekade terakhir dikembangkan pula beberapa terapi non-bedah yang

mempunyai keunggulan kurang invasif dibandingkan dengan terapi bedah.

Mengingat gejala klinik hiperplasia prostat disebabkan oleh 3 faktor yaitu

pembesaran kelenjar periuretral, menurunnya elastisitas leher vesika, dan

berkurangnya kekuatan detrusor, maka pengobatan gejala klinik ditujukan

untuk :

a. Menghilangkan atau mengurangi volume prostate

b. Mengurangi tonus leher vesika, otot polos prostat dan kapsul

prostate

c. Melebarkan uretra pars prostatika, menambah kekuatan detrusor

Terdapat beberapa pilihan tindakan terapi didalam penatalaksanaan

hiperplasia prostat benigna yang dapat dibagi kedalam 4 macam golongan

tindakan, yaitu :

a. Observasi (Watchful waiting)

b. Medikamentosa

c. Operatif

d. Invasif minimal

18

Page 19: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

B. KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan

Menurut Doenges, 1999 ;

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan di mana klien terpajan pada

lingkunga bersuhu tinggi, keterbatasan aktivitas / mobilitas

sehubungan kondisi sebelumnya.

b. Sirkulasi

Tanda : peningkatan TD / nadi, (nyeri, obstruksi oleh kalkulus) kulit

hangat dan kemerahan, pucat.

c. Eliminasi

Gejala : riwayat adanya ISK kronis, penurunan haluaran urine, distensi

vesica urinaria, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.

Tanda : oliguria, hematuria, piuruia, perubahan pola berkemih.

d. Makanan / cairan

Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin,

kalsium oksalat / fosfat, ketidakcukupan intake cairan.

Tanda : Distensi abdominal, penurunan / tidak ada bising usus ,

muntah.

e. Nyeri / kenyamanan

Gejala : episode akut nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi batu,

nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan

perubahan posisi atau tindakan lain

Tanda : melindungi, prilaku distraksi, nyeri tekan pada area abdomen

f. Keamanan

Gejala : pengguna alkohol, demam, menggigil.

g. Penyuluhan dan Pembelajaran

Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, ISK,

paratiroidisme, hipertensi, pengguna antibiotik, antihipertensi, natrium

bikarbonat, allopurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium

dan vitamin.

19

Page 20: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

h. Pemeriksaan diagnostic

Urinalisis, urine 24 jam, kultur urine, survey biokimia, foto Rontgen,

IVP, sistoureteroskopi, scan CT, USG.

2. Diagnosa

Menurut Doenges, 1999:

a. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi b/d tidak mengenal sumber

informasi

b. Nyeri (akut), berhubungan dengan proses inflamasi

c. Ansietas berhubungan dengan, retensi urine.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan, pasca

pembedahan.

e. Retensi urine (akut/kronik) b/d obstruksi mekanik pembesaran

prostat

Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap paasca obstruksi

diuresis dari drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara

kronis.

20

Page 21: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NoDIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA

HASILINTERVENSI RASIONALISASI

1. Kurang pengetahuan

mengenai penyakitnya

berhubungan dengan,

kurangnya informasi,

ditandai :

Setelah dilakukan tindakan

keperawtan pasien diharapkan

dapat menunjukkan

meningkatnya penegetahuan,

dibuktikan :

- Pasien menyatakan

pemahaman kondisi/proses

penyakit dan tindakan.

1. Jelaskan/kuatkan

penjelasan proses

penyakit.

2. Diskusikan mengenai

pengobatan, efek samping

dan reaksinya.

3. Tekankan pentingnya

perawatan oral/kebersihan

gigi.

4. Berikan informasi

mengenai pembatasan

aktivitas.

5. Kaji kebutuhan/dosis

oksigen saat aktivitas

maupun tidak.

- Dapat menurunkan ansietas dan

dapat menimbulkan perbaikan

partisipasi.

- Agar pasien mengetahui

kegunaan, waktu minum obat,

serta efek samping obat.

- Tindakan ini dapat menurunkan

pertumbuhan bakteri di mulut.

- Hal ini dapat membantu pasien

untuk memberikan pilihan dalam

beraktivitas.

- Pasien dan orang terdekat dapat

memberikan sewaktu-waktu

diperlukan.

21

Page 22: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

6. Rujuk untuk evaluasi

perawatan di rumah bila

diindikasikan.

- Memberikan kelanjutan

perawatan dapat mmembantu

menurunkan frekuensi perawatan

di rumah.

2. Nyeri (akut), berhubungan

dengan proses inflamasi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan , maka pasien

diharapkan menunjukkan

kemampuan untuk

memenejemen nyeri,dibuktikan

dengan:

- Pasien mengungkapkan nyeri

yang dirasakan berkurang atau

hilang, baik skala, maupun

durasinya.

- Pasien mampu menerapkan

menejemen nyeri, seperi teknik

napas dalam, relaksasi maupun

distraksi.

- Tekanan darah stabil 120/80

1. Kaji nyeri pasien

setiap 6 jam sekali, baik

skala, intensitas, lokasi,

frekuensi maupun

durasinya.

2. Ajarkan teknik

relaksasi untuk

mengurangi nyeri,

anjurkan agar pasien

memilih teknik yang

disukai dan yang mampu

diterapkan.

3. Kaji tanda-tanda

vital.

4. Anjurkan pasien

- Untuk mengetahui

derajat/tingkat yang dialami

pasien.

- Untuk mengalihkan perhatian

pasien pada nyerinya, sehingga

nyei berkurang.

- Mengetahui tanda-tanda vital.

- Untuk mengurangi nyeri dan

22

Page 23: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

mmHg.

- Pernafasan stabil

16-20x/menit.

- Wajah pasien rileks.

- Tidak ada posisi tubuh yang

melindungi daerah yang nyeri.

- Tidak terjadi kegelisahan atau

ketegangan otot.

untuk menigkatkan

istirahat tirah baring dan

melatih mobilisasi sedikit

demi sedikit.

5. Kolaborasiakan dengan

dokter dalam pemberian

analgetika.

memberikan posisi yang

nyaman.

- Analgetika dapat membantu

dalam menurunkan nyeri.

3. Ansietas berhubungan

dengan, retensi urine,

ditandai :

Do:kegelisahan, kecemasan,

ketidaknyamanan.

Ds:pengungkapan secara

verbal mengenai

kecemasan.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan pasien diharapkan

mampu mengkontrol

ansietasnya, dibuktikan dengan:

- Ansietas berkurang,

menurunnya control agresi.

- Pasien menunjukkan control

terhadap ansietasnya.

- Mengkomunikasikan

kebutuhan dan perasaan

negatif secara tepat.

1. Kaji dan dokumentasi

tingkat keemasan

2. Libatkan keluarga dalam

memberikan support

system.

3. Tawarkan pengalihan

ansietas dengan aktivitas

lain.

4. Dorong pasien untuk

mengungkapkan pikiran

- Untuk mengetahui seberapa

tingkat kecemasan.

- Keluarga sebagai orang terdekat

dapat sebagai tempat

berkeluhkesah.

- Dengan menawarkan kesibukan

lain diharapkan pasien dapat

mengalihkan perhatian dan

ansietas berkurang.

- Mengurangi ansietas dengan

berbagai cerita dengan orang

23

Page 24: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

dan perasaan kepeda

orang yang dipercayai.

yang dipercayai.

4. Resiko tinggi terhadap

kekurangan volume cairan

berhubungan dengan diuresis

pasca obstruksi.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan

kekurangan resiko volume

cairan tidak terjadi, dibuktikan

dengan:

- Keseimbangan elektrolit dan

asam basa.

- Haemogloin dan Hct dalam

batas normal.

- Tidak mengalami haus yang

abnormal.

- Menampilkan hidrasi yang

baik.

- Memiliki asupan cairan oral

dan intravena yang adekuat.

1. Pantau warna, jumlah dan

frekuensi haluaran urine.

2. Pantau perdarahan.

3. Pantau hasil laboratorium,

elektrolit, haemoglobin

dan hematokrit.

4. Pantau haluaran dan

masukan cairan.

5. Anjurkan untuk

menigkatkan masukan

oral.

- Untuk mengetahui seberapa

jumlah kehilangan cairan melelui

urine.

- Apa bila ada pantau

karakteristiknya.

- Hasil laboratorium ini

merupakan indikator dalam

keseimbangan cairan dalam

tubuh.

- Untuk mengetahui

keseimbanagn cairan dalam

tubuh.

- Sebagai rehidrasi pada pasien

dehidrasi.

24

Page 25: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

5. Resiko tinggi terhadap

infeksi berhubungan dengan,

pasca pembedahan.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan tidak ditemukan

adanya infeksi, dibuktikan :

- Menyatakan pemahaman

penyebab/faktor resiko

individu.

- Mengidentifikasi intervensi

untuk mencegah/menurunkan

resiko infeksi.

- Tidak ditemukan tanda-tanda

infeksi:

Suhu tubuh diatas 37,5 0C.

Kemerahan.

Masa atau pembengkakan.

Nyeri dibagian tubuh

manapun.

Perubahan fungsi.

1. Observasi suhu setiap 6

jam sekali.

2. Kaji pentingnya latihan

napas dalam, batuk

efektif, perubahan posisi

sering.

3. Observasi warna dan

karakteristik sputum.

4. Dorong adanya

keseimbangan antara

aktivitas dan istirahat.

5. Periksa sputum ke

laboratorium.

6. Berikan anti microbial

atau antibiotic sesuai

indikasi

- Demam dapat terjadi karena

infeksi.

- Sangat berpengaruh, sehingga

dapat meningkatkan mobilitas

sputum, sehingga tidak beku.

- Apabila berwarna hijau dan bau

menunjukkan infeksi.

- Apabila terjadi keseimbangan

maka dapat menurunkan

kebutuhan oksigen.

- Untuk mengidentifikasi

mikroorganisme penyebab.

- Merupakan penatalaksanaan

medik, dapat diberikan untuk

organism khusus yang

teridentifikasi.

6. Retensi urine (akut/kronik)

b/d obstruksi mekanik

Setelah dilakukan tindakan

keperawata, di harapkan pasien

1. Dorong klien untuk

berkemih setiap 2-4 jam

- Agar kandung kencing tidak

penuh dan melatih klien untuk

25

Page 26: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

pembesaran prostat

Tanda : frekuensi, keragu-

raguan, ketidakmampuan

mengosongkan kandung

kemih, inkontinensia,

distensi kandung kemih,

residu, urine.

dapat menunjukkan:

- berkemih dengan jumlah yang

cukup, tak teraba distensi

kandung kemih, menunjukkan

residu paaska berkemih kurang

dari 50 ml, dengan tidak

adanya tetesan/kelebihan

aliran.

dan bila tiba-tiba

dirasakan.

2. Tanyakan pada klien

tentang inkontinensia

stress.

3. Observasi aliran urine,

perhatikan ukuran dan

kekuatan.

4. Awasi dan catat waktu dan

jumlah setiap berkemih.

5. Perkusi area supra pubik.

6. Dorong masukkan cairan

sampai 3000 ml / hari.

7. Berikan perawaatan

kateter dan perineal.

berkemih segera.

- Untuk mengetahui apakah stress

yang menjadi pemicu susah

BAK>

- Untuk mengetahui aliran dan

kekuatan pancaran urin.

- Sebagai observasi dan sebagai

data.

- Untuk mengetahui apakah

kandung kemih penuh atau tidak.

- Untuk memperlancar produksi

urin.

- Agar tidak terjadi infeksi akibat

alat-alat infasif.

26

Page 27: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

BAB III

PENGELOLAAN KASUS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal Pengkajian : 5 Januari 2009 Jam : 11.00 WIB Oleh : Mita

1. IDENTITAS

A. Pasien

Nama : Bp.B

Usia : 65 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Gedompol, Donorejo, Pacitan

Agama : Islam

Suku / bangsa : Jawa / Indonesia

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Status Perkawinan : Kawin

Tanggal masuk : 31 Desember 2008

NO RM : 08123130

Ruang : C

Diagnosa medis : Benigna Prostat Hiperplasi (BPH)

B. Keluarga / penanggung jawab

Nama : Ny. P

Hubungan : Anak

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Gedompol, Donorejo, Pacitan

27

Page 28: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

2. RIWAYAT KESEHATAN

A. Kesehatah Pasien

Keluhan utama

Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, bekas operasi, nyeri

seperti teriris, skala nyeri 6.

Alasan masuk RS

Pada tanggal 31 Desember 2008 pasien sakit saat kencing, kencing

sering tapi hanya sedikit-sedikit. Lalu pasien dirujuk dari RS terdekat

untuk dioprasi di RS. Bethesda Yogyakarta.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan kurang lebih 2 tahun yang lalu susah kencing, buang

air kecil sering namun hanya sedikit-sedikit dan saat kencing sakit

pasien tidak lamias saat kencing. Pasien sudah pergi ke Rumah Sakit dan

berobat jalan. Pada tanggal 30 Desember 2008, pasien kambuh lalu

periksa ke Rumah Sakit terdekat. Lalu dari Rumah Sakit tersebut

merujuk pasien untuk dioprasi di Rumah Sakit Bethesda. Lalu dengan

dukungan keluarga, pasien pada tanggal 31 Desember 2008 dibawa ke

RS. Bethesda untuk dioprasi. Sampai di RS. Bethesda pasien diterima di

IGD dan dilakukan pemeriksaan dilakukan pemeriksaan laboratorium,

baik CT BT, ureum Creatinin, Elektrolit, Albumin, Globulin. Serta

dilakukan Rontgen Thorak, serta EKG dan dianjurkan untuk opname di

ruang C RS. Bethesda Yogyakarta.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan belum pernah di rawat di rumah sakit.

Pasien mengatakan belum pernah menjalani operasi apapun sebelumnya.

Pasien mengatakan belum pernah mengalami gangguan dalam buang air

kecil sebelum penyakit ini terjadi.

Alergi

Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat, maupun

makanan.

28

Page 29: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

B. Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan ibu dari pasien juga mempunyai riwayat darah

tinggi. Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ditemukan penyakit

menurun seperti diabetes mellitus, hemophilia,dll.

3. POLA FUNGSI KESEHATAN

a. Pola Nutrisi – Metabolis

Sebelum Sakit

Frekuensi : 3x Sehari

Jenis Makanan : Nasi,sayur,lauk

Makanan Pantang : Tidak ada

Kebiasaan Makan : Dirumah

Nafsu Makan : Baik

Minum : 800 cc /Hari

Jenis Minuman : Air putih dan teh

Minuman Pantang : Minuman Beralkohol

Selama Sakit

Jenis Makanan : Nasi, lauk, sayur dan

buah.

Frekuensi : 3 x Sehari

Porsi Yang Dihasilkan : Pasien menghabiskan porsi yang

diberikan.

Banyaknya Minum : 400 cc / Hari, pasien post op hari ke

2

Jenis Minuman

: Air putih

Keluhan : Pasien mengatakan

tidak ada keluhan.

b. Pola Eliminasi

Sebelum Sakit

29

Page 30: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

BAB = Frekuensi : Tidak tentu kadang 2 hari sekali.

Waktu : Tidak tentu.

Warna : Kuning

Konsistensi : Lembek

Posisi Bab : Jongkok.

Keluhan : Pasien mengatakan BAB tidak

teratur.

Upaya yang dilakukan : Pasien mengatakan makan pepaya

tiap hari.

BAK = Frekuensi : 6-8x Sehari

Warna : Kuning keruh

BAU : Khas urin.

Keluhan : Pasien mengatakan saat kencing

sakit dan urin hanya menetes.

Selama Sakit

BAB = Frekuensi : Pasien mengatakan setelah oprasi

belum BAB. ( 6 hari )

Waktu : -

Warna : -

Konsistensi : -

Keluhan : -

BAK = Frekuen : Memakai DC sudah 2 hari, dower

chateter no 24.

Warna : Merah

Jumlah : 500 cc dalam satu hari.

Keluhan : Pasien mengatakan belum terasa

akan kencing.

c. Pola aktivitas istirahat dan tidur

1. Keadaan aktivitas sehari

a. Sebelum sakit

30

Page 31: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

Kebiasaan di rumah dan aktif di masyarakat.

Lingkungan rumah luas dan tidak terdapat tangga.

Sebelum sakit kegiatan dan aktivitas serta kebutuhan dapat

dipenuhi sendiri tanpa bantuan orang lain.

b. Selama sakit

Pasien bed rest total karena masih terpasang drain, post operasi

prostatectomy.

Pasien mengatakan tidak mampu makan sendiri, membutuhkan

bantuan orang lain.

Pasien mengatkan tidak mampu mandi sendiri, membutuhkan

bantuan orang lain.

Hampir semua kebutuhan pasien di bantu oleh orang lain,

pasien membutuhkan bantuan orang lain.

2. Kebutuhan tidur

a. Sebelum sakit

Jumlah jam tidur sehari : 7 jam.

Tidur siang : 1 jam

Tidur malam : 22.00-04.00 ( diutamakan

tidur malam )

Kebiasaan pengantar tidur : Pasien mengatakan tidak

memakai penghantar tidur.

Keluhan dalam hal tidur : Pasien mengatakan tidak

ada gangguan tidur.

b. Selama Sakit

1. Kebutuhan Tidur

Tidur Siang : 3 jam perhari

Tidur Malam : 5 jam perhari

Ada Kesulitan Tidur : Pasien sering terbangun karena

nyeri luka bekas operasi.

31

Page 32: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

Penghantar Untuk Tidur : Pasien tidak memakai penghantar

tidur.

Klien Kesakitan : Pasien merasa nyeri pada luka

bekas operasi.

2. Kebutuhan Istirahat

Klien mengungkapkan perasaan bosan & kurang

istirahat.

e. Pola Kebersihan Diri

Setelah sakit

1. Kebersihan Kulit

Kebiasaan mandi pada pagi dan sore.

Klien mandi menggunakan sabun.

Pasien membutuhkan batuan orang lain untuk memenuhi

kebutuhan kebersihan diri.

2. Kebersihan Rambut

Kebiasaan mencuci rambut menggunakan shampo.

Pasien mengatakan selama di rumah sakit belum keramas.

3. Kebersihan Telinga

Merawat / membersihkan telinga saat mandi dan jika telinga terasa

kotor.

4.Kebersihan Mata

Pasien mengatakan membersihkan mata saat mandi.

5. Kebersihan Mulut

Menggosok gigi 1 x sehari, pagi waktu mandi

Menggosok gigi menggunakan pasta gigi

Klien tidak menggunakan gigi palsu.

Pasien membutuhkan bantuan saat mrnggosok gigi.

32

Page 33: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

6. Kebersihan kuku

Memotong kuku, bila sudah panjang & kotor.

Klien tidak mengalami gangguan pada kuku.

e. Pola persepsi- sensori

Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan

Persepsi diri : hal yang difikirkan oleh pasien saat

ini adalah cepat sembuh.

f. Aspek Mental,Intelektual,sosial,spiritual

1. Intelektual :Pengetahuan tentang penyakit yang diderita cukup.

Pasien mengatakan bahwa ternyata penyakit yang

diderita sudah lama yaitu 6 bulan, dengan tanda dan

gejala kencing keluar sedikit-sedikit dan kadang menetes

serta sakit saat dipakai kencing.

2. Psikologi

Konsep diri : Pasien dapat menyebutkan nama, identitas saat

ditanya.

Ideal diri : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh.

Harga diri : Pasien senang dijenguk oleh keluarga / orang

lain.

Peran diri : Klien mengatakan, saya belum bisa beraktivitas

seperti biasa, aktif dalam organisasi di

masyarakat.

Gambaran diri : Pasien mengatakan dirinya lebih lega setelah

dioperasi.

3. Pola Reproduksi – Seksualitas

Pasien mengatakan mempunyai 4 orang anak.

33

Page 34: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

4. Emosional

Emosianal stabil, klien tenang

5. Komunikasi

Pasien suka bercerita, memakai bahasa jawa.

6. Pola Koping

Pengambilan keputusan dibantu oleh keluarga.

7. Pola Hubungan-Pekerjaan

Hubungan dengan keluarga dan perawat terjalin baik dan akrab.

8. Spiritual

Dalam keadaan sakit klien tidak beribadah.

Pasien mengatakan setiap puasa, dia selalu puasa.

3. PEMERIKSAAN FISIK

1.

Pengukuran tanda vital :Suhu :370 C

Pernafasan :24 x / menit

Nadi :84 x / menit

Tekanan darah :130 / 80 mmHg

Tingkat kesadaran : Compos metis

Keadaan umum : Pasien terbaring diatas tempat tidur

nampak sakit sedang, terpasang

infus di tangan kiri RL 20 tetes per

menit, terpasang drain, terpasang

spoel dengan cairan steril,

terpasang dower catheter. Spoel

berwarna merah.

2. Kepala leher

Bentuk kepala :Bulat

Keadaan rambut :Rambut warna hitam, agak apek,

tidak ada ketombe, tidak rontok,

tdk ada lesi, tidak ada bekas luka,

34

Page 35: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

tidak ada cikatrik, rambut sudah

putih.

Tidak ditemukan adanya finger print.

Mata

Palpebrae : Tampak hitam.

Konjungtiva : Tidak ditemukan adanya radang,

anemi, warna merah muda.

Bola Mata : Tidak ada protusis bola mata,

gerakan bola mata 8 arah. TIO

mata kiri = mata kanan dan kiri

sama.

Kelopak Mata : Dapat menutup sempurna, tidak

ditemukan ptosis, maupun

laopgotalmus.

Ukuran&Bentuk Pupil : Isokar, Bulat, Diameter 3 mm,

Mengecil jika terkena cahaya,

reflek cahaya kanan +, kiri +.

Hidung

Bentuk Hidung : Lubang simetris, septum

ditengah, tidak ada benda asing,

tidak keluar cairan.

Telinga

Tidak ditemukan serumen, pasien dapat mendengar detikan jam

tangan dari jarak 30 cm, tidak ada lesi dan massa, membrane

tympani menimbulkan efek politser.

Mulut

Lidah : Berwarna kemerahan.

Pharix: Tidak dtemukan radang, berwarna merah muda.

35

Page 36: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

Tonsil: T I

Uvula : Simetris

Bibir : Pucat

Leher

Bentuk : Pendek besar, warna coklat, tidak ada massa tidak

terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, tidak terjadi

pembengkakan kelenjar limfe, reflek menelen +.

3. Dada

Inspeksi : Tidak terdapat, lesi, cikatrik,

Palpasi : Tidak terdapat masa, simetris saat bernafas, tidak

terdapat nyeri tekan.

Perekusi : - Batas jantung atas ICS 2 dan bawah 5

- Jantung tidak mengalami pembesaran

- Batas kanan linea sternalis dextra dan batas kiri

media clavikularis sinistra.

- Paru-paru kiri dan kanan terdengar sonor,dan

Jantung terdengar dullness

4. Abdomen

Inspeksi : Terdapat luka bekas jahitan, sepanjang 10 cm

ditutup memakai hepavix. Terpasang drain, tidak

ditemukan cairan yang keluar melalui drain.

Auskultrasi : Peristaltik usus 13x / menit

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan maupun nyeri lepas.

Perkusi :Tidak terdapat massa, perut tidak kembung.

5. Anus dan rectum

Tidak ditemukan haemoroid.

6. Genetalia

Tidak terdapat kelainan pada genetalia, terpasang D. Cateter 3 hari.

Genetalia bersih.

36

Page 37: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

7. Ekstrimitas

Atas:

Anggota gerak atas lengakap, tidak ditemukan polidaktili,

maupun sindaktili.

Terpasang infus RL di tangan kiri 500 ml 20 tts/ menit.

Kekuatan otot baik tangan kanan maupun kiri 5.

Tidak ditemukan oedema.

Bawah:

Anggota gerak bawah lengakap, tidak ditemukan

polodaktili maupun sindaktili.

Kekuatan otot baik tangan kanan maupun kiri 5.

Tidak tedapat oedem.

8. Pemeriksaan Diagnostik

Laboratorium

Darah Tgl 31-12-2008

Jenis Hasil Nilai Normal

Hemoglobin

Leukosit

Eosinofil

Basofil

Segmen

Limfosit

Monosit

Laju endap darah

LED 1 jam

LED 2 jam

Urine

Urine rutin

Warna

BJ

pH

14,80 gr%

10,0 (H) ribu/mmk

9,6 (H) ribu/mmk

0,9 %

60,2%

22,7 %

6,6 %

37,0 (H) mm

70,0 mm

Merah

1-020

6,00

13.50-17.50

4,10-10,9

0-5,0

0.0-2.0

47.0-80.0

13.0-40.0

2.0-11.0

1,0-10,0

-

Kuning

37

Page 38: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

Protein

Sedimen :

Leukosit pucat

Leukosit gelap

Eritrosit

Epitel

Ca oxalat

+

5-8 Lp

1-2 Lp

++

Sedikit

+

-

-

-

-

-

-

Tanggal 4 Januari 2009

Jenis Hasil Nilai Normal

Hematologi

Hemoglobin 10,10 (L) gr% 13,5-17,5

Hematokrit

Leukosit

42,3 %

11,0 (H) ribu/mmk

41-53

4,10-10,9

Radiologi

Tanggal 31 Desember 2008

Thoraks foto

Pulmo dan cor normal.

9. Program pengobatan

Injeksi

1. Ceftazidim 1 gr (1x1)

Antibiotika.

2. Ketorolac 3 cc (2x1)

Analgetika.

38

Page 39: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

Analisa Data

Nama : Bp B

Ruang : Ruang C/4

Tanggal : 5 Januari 2009

No Data Masalah Penyebab

1. DS :

- Pasien mengatakan luka bekas operasi

nyeri.

- pasien mengatakan malam hari sering

terbangun karena nyeri bekas operasi.

- Pasien mengatakan nyeri pada perut

bagian bawah, bekas operasi, nyeri seperti

teriris, skala nyeri 6.

Do:

- Pasien post

operasi hari 5.

Nyeri akut

di abdomen

Terputusnya

kontinuitas

jaringan post

prostatektomy

.

2. Ds :

Do :

- Terdapat luka

bekas operasi pada perut bagian bawah

sepanjang 10 cm, terdapat jahitan dan

ditutup dengan kasa hepavix.

- Terpasang

drain.

- Tangan kiri

terpasang infus RL 20 tetes/menit.

- Suhu 370C.

Risiko

infeksi

Masuknya

mikroorganis

me sekunder

akibat

tindakan

invasif.

39

Page 40: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

- Hasil

pemeriksaan leukosit tanggal 4-01-2009

11,00 ribu/mmk

3. Ds :

- Pasien

mengatakan membutuhkan bantuan orang

lain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

makan.

- Pasien

mengatakan membutuhkan bantuan orang

lain dalam memenuhi kebutuhan toileting.

- Pasein

mengatakan membutuhkan bantuan orang

lain dalam memenuhi kebutuhan

kebersihan diri, mandi.

Do :

- Pasien belum

biperbolehkan turun dari tempat tidur,

karena masih terpasang drainage.

- Pasien

membutuhkan bantuan dalam memenuhi

kebutuhan kebersihan diri, nutrisi dan

toileting.

- Pasien tidak

bisa makan, mandi dan toileting sendiri.

Syndrom

devisit

perawatan

diri

Intoleransi

aktivitas

40

Page 41: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut di abdomen berhubungan dengan

terputusnya kontinuitas jaringan post prostatektomy, ditandai dengan:

DS :

- Pasien mengatakan luka bekas operasi nyeri.

- Pasien mengatakan malam hari sering terbangun karena nyeri bekas

operasi.

- Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, bekas operasi, nyeri

seperti teriris, skala nyeri 6.

Do:

- Pasien post operasi hari 2.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya

mikroorganisme akibat pembedahan, ditandai dengan :

Ds :

Do :

- Terdapat luka bekas operasi pada perut bagian

bawah sepanjang 10 cm, terdapat jahitan dan ditutup dengan kasa

hepavix.

- Terpasang drainage.

- Tangan kiri terpasang infus asering 20 tetes/menit.

- Suhu 370C.

- Hasil pemeriksaan leukosit tanggal 4-01-2009 11,00 ribu/mmk.

3. Syndrom devisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas,

ditandai dengan :

Ds :

41

Page 42: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

- Pasien mengatakan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi makan.

- Pasien mengatakan membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi

kebutuhan toileting.

- Pasein mengatakan membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi

kebutuhan kebersihan diri, mandi.

Do :

- Pasien belum biperbolehkan turun dari tempat tidur,

karena masih terpasang darin.

- Pasien membutuhkan bantuan dalam memenuhi

kebutuhan kebersihan diri, nutrisi dan toileting.

- Pasien tidak bisa makan, mandi dan toileting sendiri.

42

Page 43: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Bp. B

Rang : C/4

Tanggal 06 Januari 2009

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi

1. 6-01-2009, jam : 12.00

Nyeri akut di abdomen

berhubungan dengan terputusnya

kontinuitas jaringan post

prostatektomy, ditandai dengan:

DS :

- Pasien mengatakan luka bekas

operasi nyeri.

- pasien mengatakan malam hari

sering terbangun karena nyeri

bekas operasi.

- Pasien mengatakan nyeri pada

perut bagian bawah, bekas

operasi, nyeri seperti teriris,

6-01-2009, jam : 12.00

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam,

maka pasien diharapkan

menunjukkan kemampuan untuk

memenejemen nyeri,dibuktikan

dengan:

- Pasien mengungkapkan nyeri

yang dirasakan berkurang atau

hilang, baik skala 0-2, maupun

durasinya.

- Pasien mampu menerapkan

menejemen nyeri, seperi teknik

napas dalam, relaksasi maupun

6-01-2009, jam : 12.00

1. Kaji nyeri pasien

setiap 6 jam sekali, baik

skala, intensitas, lokasi,

frekuensi maupun

durasinya.

2. Ajarkan teknik

relaksasi untuk

mengurangi nyeri,

anjurkan agar pasien

nafas dalam.

3. Kaji tanda-tanda

vital.

6-01-2009, jam : 12.00

- Untuk mengetahui

derajat/tingkat yang

dialami pasien.

- Untuk mengalihkan

perhatian pasien pada

nyerinya, sehingga nyei

berkurang.

- Mengetahui tanda-tanda

vital.

- Untuk mengurangi

43

Page 44: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

skala nyeri 6.

Do:

- Pasi

en post operasi hari 5.

distraksi.

- Tekanan darah stabil 120/80

mmHg.

- Pernafasan stabil 16-20x/menit.

- Wajah pasien rileks.

- Tidak ada posisi tubuh yang

melindungi daerah yang nyeri.

- Tidak terjadi kegelisahan atau

ketegangan otot.

4. Anjurkan pasien

untuk menigkatkan

istirahat tirah baring dan

melatih mobilisasi

sedikit demi sedikit.

5. Kolaborasiakan

dengan dokter dalam

pemberian analgetika

Cetorolac 3 cc 2X1.

nyeri dan memberikan

posisi yang nyaman.

- Analgetika dapat

membantu dalam

menurunkan nyeri.

2. Resiko infeksi berhubungan

dengan masuknya mikroorganisme

sekunder akibat tindakan infasive

ditandai dengan :

Ds :

Do :

- Terd

Setelah diakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan infeksi tidak terjadi,

ditandai:

- Suhu tubuh stabil 36,5’ C-

37,5’C.

- Nyeri yang berlebih tidak

1. Obervasi tanda-tanda

inveksi tiap 6 jam

sekali.

2. Observasi vital sign

tiap 6 jam sekali.

- Menetahui apabila

terjadi radang, dapat

dilakukan tindakan

selanjutnya.

- Untuk mengetahui

perubahan tanda-tanda

vital, untuk dapat

44

Page 45: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

apat luka bekas operasi pada

perut bagian bawah sepanjang

10 cm, terdapat jahitan dan

ditutup dengan kasa hepavix.

- Terp

asang drain.

- Tang

an kiri terpasang infus RL 20

tetes/menit.

- Suhu

370C.

- Hasi

l pemeriksaan leukosit tanggal 4-

12-2008 adalah tinggi 11,00

ribu/mmk. (4,10-10,9 ribu/mmk)

terjadi.

- Tidak terjadi pembengkakan di

daerah bekas operasi.

- Tidak terjadi kemerahan pada

daerah bekas luka operasi.

- Tidak terjadi perubahan fungsi.

- Tidak ditemuka adanaya nanah

di luka bekas operasi.

- Angka leukosit dalam batas

normal 4,10-10,9 ribu/mmk.

3. Observasi keluaran

drain setiap hari.

4. Kolaborasi dengan

dokter untuk pemberian

antibiotika Ceftazidim

1x1 gr.

melakukan tindakan

selanjutnya.

- Keluaran Lokhea

dapat sebagai deteksi

apakah terjadi inveksi

atau tidak. Lihat baik

warna, bau,

kekentalannya.

- Antibiotika dapat

bekerja sebagai

antisipasi infeksi.

3. Syndrom devisit perawatan diri

berhubungan dengan intoleransi

aktivitas, ditandai dengan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam

diharapakan semua kebutuhan

1. Kaji pemenuhan nutrisi

pasien.

- Mengetahui apakah

kebutuhan nutrisi sudah

terpenuhi atau belum.

45

Page 46: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

Ds :

- Pasi

en mengatakan membutuhkan

bantuan orang lain untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi

makan.

- Pasi

en mengatakan membutuhkan

bantuan orang lain dalam

memenuhi kebutuhan toileting.

- Pase

in mengatakan membutuhkan

bantuan orang lain dalam

memenuhi kebutuhan kebersihan

diri, mandi.

Do :

- Pasi

en belum biperbolehkan turun

pasien dapat terpenuhi dengan

kriteria:

- Pasien mengatakan semua

kebutuhan dapat terpenuhi

dengan bantuan orang lain.

- Kebutuhan nutrisi pasien dapat

terpenuhi.

- Kebutuhan kebersihan diri

pasien dapat terpenuhi.

- Kebutuhan toileting pasien

dapat terpenuhi.

2. Bantu pasien untuk

memenuhi kebutuhan

nutrisi.

3. Kaji pemenuhan

kebutuhan kebersihan diri

pasien.

4. Bantu pasien dalam

memenuhi kebutuhan

kebersihan diri.

5. Kaji pemenuhan

kebutuhan toileting

pasien.

6. Bantu pasien dalam

memenuhi kebutuhan

toileting.

7. Libatkan keluarga

- Bantuan diberikan

supaya kebutuhan nutisi

paien dapat terpenuhi

dengan baik.

- Mengetahui apakah

kebutuhan kebersihan

diri sudah terpenuhi.

- Bantuan diberikan

supaya kebutuhan

kebersihan diri dapat

terpenuhi dengan baik.

- Mengetahui apakah

kebutuhan toileting

telah terpenuhi.

- Bantuan diberikan

supaya kebuthan

toileting pasien dapat

terpenuhi dengan baik.

- Keluarga sebagai orang

46

Page 47: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

dari tempat tidur, karena masih

terpasang darin.

- Pasi

en membutuhkan bantuan dalam

memenuhi kebutuhan kebersihan

diri, nutrisi dan toileting

membantu pasien dalam

memenuhi kebutuhan

pasien

terdekat diharapakn

selalu mendampingi

dan membantu pasien

dalam memenuhi

kebutuhan pasien.

47

Page 48: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Bp. B

Rang : C/4

Tanggal : 7 Januari 2009

NoDiagnosa

Keperawatan

Waktu

tanggal/jamPerkembangan Ttd

1 Nyeri akut di

abdomen

berhubungan

dengan terputusnya

kontinuitas jaringan

post postatektomy,

ditandai dengan:

DS :

- Pasien

mengatakan luka

bekas operasi

nyeri.

- Pasien

mengatakan

malam hari

sering terbangun

karena nyeri

bekas operasi.

- Pasien

mengatakan

nyeri pada perut

bagian bawah,

bekas operasi,

nyeri seperti

teriris, skala

07/01/09

12.00

12.30

13.00

1330

14.00

13.00

I:

1. Mengajarkan teknik relaksasi

kepada pasien.

- pasien memilih teknik

napas dalam dan pasien

mampu menirukannya.

2. Menganjukan pasien untuk

beristirahat dan melatih

mobilisasi sedikit demi

sedikit.

- Pasien mengikuti

anjuran.

- Pasien sudah mampu

miring kanan dan kiri.

3. Mengukur tanda-tanda vital.

- Nadi : 82x/menit

- Respirasi 25x/menit.

- Tekanan darah: 150/90

mmHg.

4. Mengobservasi tingkat nyeri

pasien.

- Pasien mengatakan nyeri

masih tetap skala 6, seperti

teriris, namun sudah merasa

lebih nyaman dibanding

48

Page 49: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

2.

nyeri 6.

Do:

Pasien post operasi

hari 2.

Resiko infeksi

berhubungan

dengan masuknya

mikroorganisme

sekunder akibat

tindakan invasife,

ditandai dengan :

Ds :

Do :

-

bekas operasi

pada perut

bagian bawah

sepanjang 10 cm,

terdapat jahitan

dan ditutup

dengan kasa

hepavix.

-

-

terpasang infus

14.00

05/01/09

11.30

12.30

14.00

tadi malam.

E :

- S: Pasien mengatakan nyeri

masih tetap skala 6, seperti

teriris, namun sudah merasa

lebih nyaman dibanding

tadi malam.

- O: Pasien sudah mampu

miring kanan dan kiri.

I :

1. Mengkaji tanda-tanda infeksi.

- tidak ditemukan adanya

peningkatan suhu, tidak

terjadi gangguan fungsi, tidak

terdapat masa.

Mengobservasi tanda-tanda

vital.

- suhu : 36,50 C

2. Mengkaji tanda-tanda infeksi.

- tidak ditemukan adanya

kenaikan suhu, tidak

ditemukan adanya kelainan

fungsi, tidak ditemukan

adanya masa dan kemerahan

pada bekas infus.

E:

-S : Pasien mengatakan daerah

bekas operasi tidak sakit saat

49

Page 50: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

RL 20

tetes/menit.

-

-

leukosit tanggal

4-12-2008 adalah

tinggi 11,00

ribu/mmk. (4,10-

10,9 ribu/mmk).

ditekan

- O : tidak ditemukan

tanda-tanda radang,

seperti kenaikan suhu

tubuh, kemerahan, masa,

gangguan fungsi,

maupun push atau nanah

di bekas infuse. Dower

Catheter masih

terpasang. Jumlah

leukosit tinggi : 10,09

ribu/mmk.

3. Syndrom devisit

perawatan diri

berhubungan

dengan intoleransi

aktivitas, ditandai

dengan :

Ds :

-

mengatakan

membutuhkan

bantuan orang

lain untuk

memenuhi

kebutuhan nutrisi

makan.

-

mengatakan

membutuhkan

05/01/09

12.00

12.20

12.30

13.00

I.

1. Mengobservasi pemenuhan

nutrisi pasien.

- Pasien belum makan.

2. Membantu pasien untuk

memenuhi kebutuhan

nutrisi/menyuapi.

- Pasien mau makan, porsi

yang diberikan dapat

dihabiskan.

3. Mengobservasi pemenuhan

kebutuhan kebersihan diri

pasien.

- Pasien mengatakan tadi

pagi sudah mandi, dengan

di lap oleh perawat.

4. Mengobservasi pemenuhan

kebutuhan toileting pasien.

- Pasien mengatakan dari

50

Page 51: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

bantuan orang

lain dalam

memenuhi

kebutuhan

toileting, BAB.

-

mengatakan

membutuhkan

bantuan orang

lain dalam

memenuhi

kebutuhan

kebersihan diri,

mandi.

Do :

-

biperbolehkan

turun dari tempat

tidur, karena

masih terpasang

darin.

- Pasien

membutuhkan

bantuan dalam

memenuhi

kebutuhan

kebersihan diri,

nutrisi dan

toileting

14.00

kemerin belum BAB.

E.

S : pasien mengatakan

mendapatkan batuan dalam

memenuhi kebutuhan nutrisi,

toileting dan aktivitas lain.

O : kebutuhan nutrisi, toileting

dan merubah posisi tidur

terpenuhi dengan bantuan

orang lain.

51

Page 52: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

Nama : Bp. B

Rang : C/4

Tanggal : 08 Januari 2009

No Diagnosa Keperawatan Waktu

tanggal/jam

Perkembangan Ttd

1. Nyeri akut di abdomen

berhubungan dengan

terputusnya kontinuitas

jaringan post

prostatektomy, ditandai

dengan:

DS :

- Pasien mengatakan

luka bekas operasi

nyeri.

- pasien mengatakan

malam hari sering

terbangun karena

nyeri bekas operasi.

- Pasien mengatakan

nyeri pada perut

bagian bawah, bekas

operasi, nyeri seperti

teriris, skala nyeri 4.

- Nyeri bertambah saat

pasien batuk. Nyeri

berkurang saat

pasien tiduran dan

tidak batuk.

08/01/09

07.30

S: Pasien mengatakan

nyeri perut bawah

bekas operasi

berkurang skala 4.

O: Pasien sudah terlihat

lebih rileks dan dapat

miring kekanan dan

kekiri.

A: Nyeri akut pada

abdomen,

berhubungan dengan

terputusnya

kontinuitas jaringan

post postatektomy.

Belum teratasi.

P: lanjutkan intervensi 1-

4!

1. Kaji nyeri pasien setiap

6 jam sekali, baik

skala, intensitas, lokasi,

frekuensi maupun

durasinya.

2. Ajarkan teknik

relaksasi untuk

mengurangi nyeri,

52

Page 53: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

Do:

Pasien post operasi hari

2.

08.00

anjurkan agar pasien

memilih teknik yang

disukai dan yang

mampu diterapkan.

3. Observasi tanda-tanda

vital.

4. Anjurkan pasien untuk

meningkatkan istirahat

tirah baring dan melatih

mobilisasi sedikit demi

sedikit.

5. Kolaborasiakan

dengan dokter dalam

pemberian analgetika

Ketorolac.

I:

1. Mengkaji tingkat nyeri

pasien.

- Pasien mengatakan

perut bagian bawah

nyeri seperti diiris-

iris.

- Pasien mengatakan

nyeri skala 4,

lokasinya diperut

bagian bawah dibekas

operasi. Nyeri

berkurang dibanding

hari kemarin.

- Pasien mengatakan

semalam sudah bisa

53

Page 54: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

09.00

10.00

11.10

13.00

13.30

tidur nyenyak.

2. Berkolaborasi dengan

dokter dalam

memberikan analgetika

Ketorolac

3. Mengobservasi

penerapan teknik

relaksasi kepada

pasien.

- Pasien mampu

menerapkan teknik

relaksasi yang

diajarkan.

4. Menganjurkan pasien

untuk beristirahat dan

melatih mobilisasi

sedikit demi sedikit.

- Pasien mengikuti

anjuran.

5. Mengukur tanda-tanda

vital.

- Nadi : 82 kali/menit.

- Napas : 20

kali/menit.

6. Mengobservasi tingkat

nyeri pasien.

- Pasien mengatakan

nyeri berkurang skala

4, pasien mengatakan

merasa sudah lebih

nyaman.

54

Page 55: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

14.00 E :

- S: Pasien mengatakan

nyeri perut bawah

bekas operasi

berkurang skala 4,

pasein mengatakan

lebih nyaman.

- O:. Pasien sudah terlihat

lebih rileks dan dapat

miring kekanan dan

kekiri.

2. Resiko infeksi

berhubungan dengan

masuknya

mikroorganisme

sekunder akibat

tindakan invasife,

ditandai dengan :

Ds :

Do :

-

operasi pada perut

bagian bawah

sepanjang 10 cm,

terdapat jahitan dan

ditutup dengan kasa

hepavix.

-

-

infus RL 20

tetes/menit.

06/01/09

07.30

S: Pasien mengatakan

tidak sakit saat

didaerah bekas operasi

ditekan.

O: tidak ditemukan tanda-

tanda radang, seperti

kenaikan suhu tubuh,

kemerahan, masa,

gangguan fungsi,

maupun push atau

nanah baik di luka

maupun bekas drain.

Dower catheter masih

terpasang. Leukosit

tinggi 10,09ribu/mmk.

A: Resiko infeksi,

berubungan dengan

masuknya

mikroorganisme akibat

pembedahan dan

55

Page 56: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

-

-

leukosit tanggal 4-12-

2008 adalah tinggi

11,00 ribu/mmk.

(4,10-10,9 ribu/mmk).

08.45

09.00

tinadakan invasif

(terpasang dower

chateter dan infus).

P: lanjutkan Intervensi 1-

4!

1. Obervasi tanda-tanda

inveksi tiap 6 jam

sekali.

2. Observasi vital sign

tiap 6 jam sekali.

3. Observasi luka dan

bekas drain.

4. Kolaborasi dengan

dokter untuk

pemberian antibiotika

Ciprofloxacin 2x1

tablet.

I:

1. Mengkaji tanda-tanda

infeksi.

- tidak ditemukan

adanya peningkatan

suhu, tidak terjadi

gangguan fungsi, tidak

terdapat masa.

Mengobservasi tanda-

tanda vital.

- suhu : 36,50 C

2. Berkolaborasi dengan

dokter dengan

pemberian antibiotika

56

Page 57: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

13.30

14.00

yaitu Ceftizidime 1 gr.

3. Mengkaji tanda-tanda

infeksi.

- tidak ditemukan

adanya kenaikan suhu,

tidak ditemukan

adanya kelainan fungsi,

tidak ditemukan

adanya masa dan

kemerahan pada bekas

infus.

E:

-S : pasien mengatakan

daerah bekas operasi

tidak sakit saat ditekan

- O : tidak ditemukan

tanda-tanda radang,

seperti kenaikan suhu

tubuh, kemerahan,

masa, gangguan fungsi,

maupun push atau

nanah di bekas infuse.

Dower Catheter masih

terpasang. Jumlah

leukosit tinggi : 10,09

ribu/mmk.

3. Syndrom devisit

perawatan diri

berhubungan dengan

intoleransi aktivitas,

ditandai dengan :

06/01/09

07.30

S : pasein mengatakan

masih lemah dan ADL

dibantu oleh perawat

dan keluarga.

O : pasien terlihat lemah,

57

Page 58: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

Ds :

-

membutuhkan

bantuan orang lain

untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi

makan.

-

membutuhkan

bantuan orang lain

dalam memenuhi

kebutuhan toileting,

BAB.

-

membutuhkan

bantuan orang lain

dalam memenuhi

kebutuhan kebersihan

diri, mandi.

Do :

-

biperbolehkan turun

dari tempat tidur,

karena masih

terpasang darin.

Pasien membutuhkan

bantuan dalam

memenuhi kebutuhan

kebersihan diri, nutrisi

dan toileting

terpasang DC dan

infus.

A : sindrom devisit

perawatan diri

berhubngan dengan

intoleransi

aktivitas,dapat teratasi.

P : lanjutkan intervensi 1-

7!

1. Kaji pemenuhan

nutrisi pasien.

2. Bantu pasien untuk

memenuhi

kebutuhan nutrisi.

3. Kaji pemenuhan

kebutuhan

kebersihan diri

pasien.

4. Bantu pasien dalam

memenuhi

kebutuhan

kebersihan diri.

5. Kaji pemenuhan

kebutuhan toileting

pasien.

6. Bantu pasien

dalam memenuhi

kebutuhan toileting.

7. Libatkan keluarga

membantu pasien

dalam memenuhi

58

Page 59: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

08.00

09.00

10.30

11.00

12.00

kebutuhan pasien.

I.

1. Mengobservasi

pemenuhan nutrisi

pasien.

2. Mengobservasi

pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien.

- Pasien mengatakan

tadi pagi sudah

mandi.

3. Mengobservasi

pemenuhan kebutuhan

toileting pasien.

- Pasien mengatakan

belum terasa BAB.

4. Melibatkan keluarga

membantu pasien

dalam memenuhi

kebutuhan pasien

- Keluarga terutama

istri selalu

membantu dalam

memenuhi

kebutuhan pasien.

5. Mengobservasi

penuhan kebutuhan

nutrisi pasien.

- Pasien belum makan

siang.

- Menyuapi pasien

59

Page 60: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

14.00

diatas tempat tidur.

E.

S : pasien mengatakan

mendapatkan batuan

dalam memenuhi

kebutuhan nutrisi,

toileting dan aktivitas

lain.

O : kebutuhan nutrisi,

toileting dan

kebersihan diri

dibantuan keluarga

dan perawat.

60

Page 61: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

Nama : Bp. B

Rang :C/4

Tanggal :9 Januari 2009

No Diagnosa

Keperawatan

Waktu

tanggal/jam

Perkembangan Ttd

1. Nyeri akut di

abdomen

berhubungan dengan

terputusnya

kontinuitas jaringan

post prostatektomy,

ditandai dengan:

DS :

- Pasien mengatakan

luka bekas operasi

nyeri.

- pasien mengatakan

malam hari sering

terbangun karena

nyeri bekas

operasi.

- Pasien mengatakan

nyeri pada perut

bagian bawah,

bekas operasi,

nyeri seperti teriris,

skala nyeri 3.

- Nyeri bertambah

saat pasien batuk.

Nyeri berkurang

saat pasien tiduran

09/01/09

14.00

S: Pasien mengatakan nyeri perut

bawah bekas operasi berkurang

skala 3, pasien sudah mampu

duduk.

O: Pasien sudah mampu duduk.

A: Nyeri akut pada abdomen,

berhubungan dengan

terputusnya kontinuitas

jaringan post postatektomy.

Dapat teratasi.

P: lanjutkan intervensi 1-4!

1. Kaji nyeri pasien setiap 6 jam

sekali, baik skala, intensitas,

lokasi, frekuensi maupun

durasinya.

2. Ajarkan teknik relaksasi

untuk mengurangi nyeri,

anjurkan agar pasien memilih

teknik yang disukai dan yang

mampu diterapkan.

3. Observasi tanda-tanda vital.

4. Anjurkan pasien untuk

meningkatkan istirahat tirah

baring dan melatih

mobilisasi sedikit demi

sedikit.

61

Page 62: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

dan tidak batuk.

Do:

Pasien post operasi

hari 2.

14.15

15.00

18.00

18.15

20.00

I:

1. Mengkaji tingkat nyeri pasien.

- Pasien mengatakan perut

bagian bawah nyeri seperti

diiris-iris.

- Pasien mengatakan nyeri

skala 3, lokasinya diperut

bagian bawah dibekas operasi.

Nyeri berkurang dibanding

hari kemarin.

- Pasien mengatakan sudah

bisa tidur nyenyak.

2. Mengobservasi penerapan

teknik relaksasi kepada

pasien.

- Pasien mampu menerapkan

teknik relaksasi yang

diajarkan.

3. Menganjurkan pasien

untuk beristirahat dan melatih

mobilisasi sedikit demi sedikit.

- Pasien mengikuti anjuran.

4. Mengukur tanda-tanda

vital.

- Nadi : 82 kali/menit.

- Napas : 20 kali/menit.

5. Mengobservasi tingkat nyeri

pasien.

- Pasien mengatakan nyeri

berkurang skala 3, pasien

mengatakan merasa sudah

62

Page 63: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

21.00 lebih nyaman.

E :

- S: Pasien mengatakan nyeri

perut bawah bekas operasi

berkurang skala 3, pasein

mengatakan lebih nyaman.

- O: Pasien sudah mampu duduk.

-A : Nyeri akut pada abdomen,

berhubungan dengan

terputusnya kontinuitas

jaringan post postatektomy.

Dapat teratasi.

- P : therapy tetap di lanjutkan dan

dan intervensi di lanjutkan

sampai pasien pulang.

2. Resiko infeksi

berhubungan dengan

masuknya

mikroorganisme

sekunder akibat

tindakan invasive,

ditandai dengan :

Ds :

Do :

-

operasi pada perut

bagian bawah

sepanjang 10 cm,

terdapat jahitan dan

ditutup dengan

kasa hepavix.

07/01/09

14.00

S: Pasien mengatakan tidak sakit

saat didaerah bekas operasi

ditekan.

O: tidak ditemukan tanda-tanda

radang, seperti kenaikan suhu

tubuh, kemerahan, masa,

gangguan fungsi, maupun push

atau nanah baik di luka maupun

bekas drain. Dower catheter

masih terpasang. Leukosit

tinggi 11,00 ribu/mmk.

A: Resiko infeksi, berubungan

dengan masuknya

mikroorganisme akibat

pembedahan dan tindakan

invasif (terpasang dower

63

Page 64: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

-

-

terpasang Infus

asering 20

tetes/menit.

-

-

leukosit tanggal 4-

12-2008 adalah

tinggi 11,00

ribu/mmk. (4,10-

10,9 ribu/mmk).

14.15

14.25

19.15

14.00

chateter dan infus).

P: lanjutkan Intervensi 1-4!

1. Obervasi tanda-tanda inveksi

tiap 6 jam sekali.

2. Observasi vital sign tiap 6 jam

sekali.

3. Observasi luka dan bekas

drain.

I.

1. Mengobservasi tanda-tanda

infeksi.

- tidak ditemukan adanya

peningkatan suhu, tidak terjadi

gangguan fungsi, tidak terdapat

masa.

2. Mengobservasi tanda-tanda

vital.

- suhu : 36,50 C.

3. Mengobservasi tanda-tanda

infeksi.

- tidak ditemukan adanya

kenaikan suhu, tidak ditemukan

adanya kelainan fungsi, tidak

ditemukan adanya kemerahan

dan masa di bekas infus.

8. Memantau hasil leukosit.

- Pemeriksaan Laboratorium

tanggal 4-12-2008= 11,00

ribu/mmk (tinggi).

E:

-S : Pasien mengatakan daerah

64

Page 65: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

bekas opersi saat ditekan tidak

sakit.

- O : tidak ditemukan tanda-tanda

radang, seperti kenaikan suhu

tubuh, kemerahan, masa,

gangguan fungsi, maupun

push atau nanah baik di luka

maupun di sekitar

pemasangan infus. Namun

leukosit tinggi yaitu 11,00

ribu/mmk.

-A: resiko infeksi berhubungan

dengan masuknya

mikroorganisme akibat

pembedahan, dapat teratasi.

- P : therapy dilanjutkan dan

intervensi di lanjutkan sampai

pasien pulang.

3. Syndrom devisit

perawatan diri

berhubungan dengan

intoleransi aktivitas,

ditandai dengan :

Ds :

-

membutuhkan

bantuan orang lain

untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi

07/01/09

14.00

S : pasein mengatakan sudah

mampu makan sendiri.

O : pasien mengatakan tadi pagi

sudah mandi,dimandikan

anaknya.

A : sindrom devisit perawatan diri

berhubngan dengan intoleransi

aktivitas,dapat teratasi.

P : lanjutkan intervensi 1-7!

1. Kaji pemenuhan nutrisi

pasien.

2. Bantu pasien untuk

65

Page 66: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

makan.

-

membutuhkan

bantuan orang lain

dalam memenuhi

kebutuhan

toileting, BAB.

-

membutuhkan

bantuan orang lain

dalam memenuhi

kebutuhan

kebersihan diri,

mandi.

Do :

-

biperbolehkan

turun dari tempat

tidur, karena masih

terpasang cateter.

Pasien membutuhkan

bantuan dalam

memenuhi kebutuhan

kebersihan diri,

nutrisi dan toileting

14.15

16.00

18.30

memenuhi kebutuhan nutrisi.

3. Kaji pemenuhan kebutuhan

kebersihan diri pasien.

4. Bantu pasien dalam

memenuhi kebutuhan

kebersihan diri.

5. Kaji pemenuhan kebutuhan

toileting pasien.

6. Bantu pasien dalam

memenuhi kebutuhan

toileting.

7. Libatkan keluarga membantu

pasien dalam memenuhi

kebutuhan pasien.

I.

1.Mengobservasi pemenuhan

kebutuhan kebersihan diri pasien,

pasien dimandikan oleh anaknya.

Mengobservasi pemenuhan nutrisi

pasien.

- Pasien belum makan.

- Pasien mengatakan sudah

mampu untuk makan sendiri.

- .

2. Mengobservasi pemenuhan

kebutuhan toileting pasien.

- Pasien mengatakan belum

bisa BAB.

3. Melibatkan keluarga membantu

pasien dalam memenuhi

kebutuhan pasien

66

Page 67: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

14.00

- Keluarga terutama anak

selalu membantu dalam

memenuhi kebutuhan pasien.

E.

S : pasien mengatakan sudah

mampu untuk makan sendiri.

O : kebutuhan nutrisi dapat

dipenuhi sendiri, namun

kebutuhan kebersihan diri

masih mendapatkan bantuan

sebagian.

A : syndrome devisit perawatan

diri berhubungan dengan

intoleransi aktivitas, dapat

teratasi.

P : Apa bila pasien masih

membutuhkan bantuan maka

lanjutkan intervensi. Apabila

blader trining berhasil, maka

chateter dapat dilepas.

67

Page 68: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan Laporan pendahuluan dengan Asuhan Keperawatan yang dibuat

sesuai kasus yang diterima.

1. Pada teori diagnosa yang didapatkan

a. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi b/d tidak mengenal sumber

informasi

b. Nyeri (akut), berhubungan dengan proses inflamasi

c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

diuresis pasca obstruksi.

d. Ansietas berhubungan dengan, retensi urine.

e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan, pasca pembedahan.

f. Retensi urine (akut/kronik) b/d obstruksi mekanik pembesaran prostat.

Diagnosa pada kasus yang didapatkan:

a. Nyeri akut pada abdomen, berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

jaringan post prostatectomy.

b. Resiko infeksi, berubungan dengan masuknya mikroorganisme akibat

pembedahan dan tindakan invasive (terpasang dower chateter dan infus).

c. Syndrome devisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.

2. Diagnosa keperawatan pada teori yang tidak ada pada kasus:

a. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi b/d tidak mengenal sumber

informasi

b. Nyeri (akut), berhubungan dengan proses inflamasi

c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

diuresis pasca obstruksi.

68

Page 69: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

d. Resistensi uretra yang meningkat berhubungan dengan hiperplasia prostat

jinak atau ganas.

e. Ansietas berhubungan dengan, retensi urine.

Diagnosa ini tidak muncul dalam kasus karena pada kasus pasien sudah

menjalani operasi prostatectomy, sedangkan dalam teori adalah diagnosa pre

operasi.

3. Diagnosa keperawatan pada kasus yang tidak ada pada teori:

a. Nyeri akut pada abdomen, berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

jaringan post prostatectomy.

b. Resiko infeksi, berubungan dengan masuknya mikroorganisme akibat

pembedahan dan tindakan infasiv (terpasang dower chateter dan infus).

c. Syndrome devisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.

69

Page 70: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

a. Nyeri akut pada abdomen, berhubungan dengan terputusnya

kontinuitas jaringan post prostatektomy.

Diagnosa ini dapat teratasi dengan terapi pengobatan analgetika

Ketorolac injeksi dan. Dan teknik napas dalam yang dapat pasien

terapkan.

b. Resiko infeksi, berubungan dengan masuknya mikroorganisme akibat

pembedahan tindakan infasif .

Suhu dalam batas normal 36,50C, namun hasil leukosit masih tinggi

yaitu 11,00 ribu/mmk, dengan terapi Ceftazidime injeksi 2x1 gr. Tidak

ditemukan tanda-tanda infeksi, yaitu dolor, tumor, kalor, rubor dan

fungsiolaesa.

c. Syndrom devisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi

aktivitas.

Dapat teratasi, karena pasien sudah mampu untuk duduk setelah drain

dilepas. Serta keluarga sanagat membantu dalam membantu pasien

untuk mencukupi kebutuhannya.

B. Saran

Untuk masalah yang belum teratasi

Dari ke tiga diagnosa semua dapat teratasi, namun perlu dilanjutkan di

rumah yaitu menjaga kebersihan, terutama di daerah luka harus selalu

diperhatikan supaya tidak terjadi infeksi setelah pasien pulang.

70

Page 71: Benigna Prostat Hiperplasi.doc

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylin, E. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Mansjuoer Akan, Suprohaita, Wardhani W.I, Setiowulan W. 2000. Kapita Selekta

Kedokteran, 3rd edition,Jakarta : Media Aesculapius FK-UI,

R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong .1996. Buku Ajar Ilmu Bedah, Penerbit

Kedokteran, EGC, Jakarta.

Sabiston, David C. 1994.Hipertrofi Prostat Benigna, Buku Ajar Bedah bagian 2,

EGC,.Jakarta

Seri Ilmu Bedah, Staf Pengajar, 1999. UNPAD, Materi Kuliah Bedah, Edisi I,

Bandung Ofsset. Bandung

71