11
Berita Utama Opini Apresiasi Puisi Cerpen Sosok Iklan

Berita Utama Opini Apresiasi Puisi Cerpen Sosok Iklan · Puisi Cerpen Sosok Iklan. teks : miftachul arifin ( televisi - 2015 ) ilustrasi : eka arief setiawan ( televisi - 2015 ) Desa

  • Upload
    others

  • View
    27

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Berita Utama Opini Apresiasi Puisi Cerpen Sosok Iklan · Puisi Cerpen Sosok Iklan. teks : miftachul arifin ( televisi - 2015 ) ilustrasi : eka arief setiawan ( televisi - 2015 ) Desa

Berita Utama

Opini

Apresiasi

Puisi

Cerpen

Sosok

Iklan

Page 2: Berita Utama Opini Apresiasi Puisi Cerpen Sosok Iklan · Puisi Cerpen Sosok Iklan. teks : miftachul arifin ( televisi - 2015 ) ilustrasi : eka arief setiawan ( televisi - 2015 ) Desa

teks : miftachul arifin ( televisi - 2015 )

ilustrasi : eka arief setiawan ( televisi - 2015 )

Desa Wisata Kaliurang sebagai Mata Pencaharian

majalah kulturpedia2

BERITA UTAMA

Pembimbing :Sefthian Fahis Satay ( Fotografi - 2013 )Pimpinan Redaksi :Miftachul Arifin ( Tlevisi - 2015 )Editor :Adinda Lisa Irmanti ( Desain Interior - 2014 )Redaktur Pelaksana :Rama ( Etnomusikologi - 2014 )Ilustrator :Eka Arief Setiawan ( Televisi - 2015 )Fotografer : Miftachul Arifin ( Televisi - 2015 )

Reporter :Miftachul Arifin ( Televisi - 2015 )Adinda Lisa Irmanti ( Desain Interior - 2014 )Rama ( Etnomusikologi - 2014 )Eka Arief Setiawan ( Televisi - 2015 )

PUNGGAWA KULTURPEDIA

Sebuah perkampungan atau pedesaan selalu identik dengan suasananya yang alami, tenang, dan asri. Hal itu dibuktikan engan masih benyaknya area pertanian dan perkebunan yang juga cukup luas.

Mayoritas penduduk di salah satu daerah lereng Gunung Merapi, Dusun Randu, Kaliurang, Kabupaten Sleman, lebih senang memilih ber-tani. Menurut Wanto selaku Ketua RT setempat, dapat dikatakan seluruh penduduk di Dusun Randu memiliki petak sawah masing-masing. Meski begitu, beberapa orang masih meluangkan waktunya untuk menjadi pekerja di cabang usaha lain. Di antaranya adalah perkebunan dan budidaya.

Perkebunan tersebut berupa kebun salak dan cabai rawit. Sedangkan dalam budidaya, du-lunya terdapat budidaya jamur, yang saat ini telah berfokus hanya pada pembibitan. Pembibitan ini di jalankan dalam bentuk sebuah perusahaan kecil.

Terdapat sebuah kabar yang berhembus di antara para warga, yaitu adanya ide pengubah-an pedesaan ini menjadi sebuah desa wisata. Ide tersebut muncul lebih kurang saat tiga tahun yang lalu. Namun beberapa bulan setelah rencana terse-but dibuat, terjadi sebuah kesulitan yang berasal dari lingkungan di sekitar titik pembuatan wahana pariwisatanya. Hal itu menyebabkan rencana desa wisata dibatalkan.

Kabar rencana pembuatan desa wisata tersebut kembali terdengar baru-baru ini. Dengan timbulnya kembali rencana itu, warga mulai merintis kembali upaya-upaya untuk mendukungnya. Seperti membuat komunitas baru guna mengatur adminis-trasi dari perintisan itu.

Page 3: Berita Utama Opini Apresiasi Puisi Cerpen Sosok Iklan · Puisi Cerpen Sosok Iklan. teks : miftachul arifin ( televisi - 2015 ) ilustrasi : eka arief setiawan ( televisi - 2015 ) Desa

majalah kulturpedia

‘’kalian boleh melupa-kan kami, tapi kami tidak akan melupakan kalian’’, itulah yang merupakan semboyan warga di desa hargo-binangun, pakem, sle-man, di yogyakarta.

Ramah tamah wargadi salah-satu desa yang berada di bawah kaki gunung merapi ini membuahkan hasil yang manis, dengan antusias masyarakat dari berbagai daerah untuk mengikuti live in yang merupakan sebuah konsep wisata tinggal bersama yang dirintis oleh pak wanto, yang merupakan ketua RT di desa tersebut.

Pengunjung tidak hanya menikmati sensasi alam yang luar biasa, tetapi juga mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan warga, mulai dari kegiatan bertani, beter-nak, mencuci sampai dengan ikut makan sesuai dengan jenis menu yang biasa di komsumsi warga setiap hari, seperti sayur, tempe, dan sambel yang di miliki. Tidak hanya itu, terdapat juga berbagai paket tambahan apabila pengun-jung ingin merasakan hal yang lebih, seperti bermain gamelan, seni janur, tari, dan berbagai ob-jek wisata di sekitar merapi.

Konsep live in ini mulai di terapkan semenjak keluarnya pak wanto sebagai salah-satu anggota event organizer, dengan mengadopsi konsep-konsep yang di dapatkannya dulu sewaktu bekerja di event organizer, konsep live in juga baru mulai oktober 2015, dan untuk sistem promosin-ya masih menggunakan sistem getuk tular(dari mulut ke mulut), blog, serta mengajukan proposal di sekolah-sekolah.

Desa wisata juga sudah sempat di kampanyekan tiga tahun lalu, namun belum sempat terealisasi karna penggagas pertama belum sempat men-jalankannya. semenjak itulah pak wanto membentuk sebuah komunitas untuk mencanangkan desa ini sebagai desa wisata. dengan meluangkan waktu untuk membersihkan sungai setelah dari sawah di sore hari, dan membangun berbagai sara-na dan prasarana penunjang.

Konsep desa wisata sangat di rasakan manfaatn-ya oleh warga sekitar, karena dengan banyaknya pengunjung yang datang ke daerah ini, akan membantu masyarakat dari segi ekonomi, mulai dari rumah warga yang di tempati tinggal bersama, penyewaan villa, pedagang-pedagang, pengolah tempat wisata, sampai tukang parkir. bukan hanya itu tetapi juga anggaran-anggaran untuk kegiatan sosial juga meningkat, seperti kegiatan sosial kemanu-siaan, sosial masayrakat, dan

belaJar saMbil berMain Dengan hiDuP bersaMa

teks : rama ( etnomusikologi - 2014 )

foto : miftachul arifin ( televisi - 2015 )

sosial religi, seperti renovasi tempat ibadah, dan memberikan bantuan-bantuan ketika terjadi bencana.

3

OPINI

J

Page 4: Berita Utama Opini Apresiasi Puisi Cerpen Sosok Iklan · Puisi Cerpen Sosok Iklan. teks : miftachul arifin ( televisi - 2015 ) ilustrasi : eka arief setiawan ( televisi - 2015 ) Desa

Yogyakarta- Udara sejuk yang dirasakan saat berada di salah satu desa yang ter-letak di Pakem, Sleman membawa manfaat terhadap beberapa sumber daya yang bisa dikembangkan pada lokasi ini. Pengaruh le-tak yang berdekatan dengan Gunung Mer-api mendukung pertumbuhan jamur karena membutuhkan kelembaban yang stabil.

Usaha pembibitan jamur yang berdiri pada tahun 2003 / 2004 dahulunya merupakan budidaya jamur yang dibangun dari usaha turun-temurun. Untuk modal sendiri meng-gunakan dana pribadi dari sang pengusaha.

“ Merintis usaha jamur ini dibutuhkan keule-tan dan ketekunan yang besar , sebab sejak proses penanaman sangat perlu dikontrol oleh kita. Mulai dari penyiraman di-tambah jika cuaca tidak stabil antara musim penghujan dan kemarau. Sebab, tumbuhan jamur sangat memerlukan kelembaban yang konsisten,” ungkap Sarminah, salah satu karyawan UD Kuping Gajah.

Pengiriman jamur sudah menjangkau dari pulau Sumatera hingga ke pulau Kalimatan. Dan jumlah pengirimannya mencapai 500 botol dalam waktu sekali kirim.

Terdapat jenis jamur yang disediakan pada pembibitan ini yaitu : Jamur Tiram, Jamur Kuping , dan Jamur Lhing-Zi. Pemesanan terbanyak adalah jenis jamur Tiram karena jamur ini merupakan jenis jamur yang bisa di konsumsi dan pengolahannya sesuai den-gan selera. Jamur ini dibandrol dengan har-ga Rp. 10.000/ kg. Berbeda dengan Jamur Lhing- Zhi yang merupakan jenis jamur yang berkhasiat sebagai obat. Manfaatnya yaitu bisa meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, Menjaga dan memper-tahankan vitalitas tubuh sehingga tetap sehat dan bugar, meningkatkan dan meme-lihara proses metabolisme tubuh, mening-katkan kandungan o2 dalam darah ½ lebih

besar dari biasanya, mencegah sedini mungkin pertumbahan kanker dan tumor dalam tubuh, membersih-kan senyawa – senyawa yang bersi-fat racun dalam tubuh. Menurunkan kandungan gula dan kolestrol dalam darah, dan GoO meningkatkan kiner-ja jantung.

Kelebihan dari produk ini karena menggunakan pupuk , perangsang jamur dan ditambahkan dengan rempah – rempah sehingga produk-sin jamurnya lebih kenyal dan lebih putih.

Usaha pembibitan jamur “ UD Kuping Gajah “ ini dimiliki oleh swasta bukan dari penduduk desa namun untuk keseluruhan pekerja / karyawannya merupakan warga penduduk asli Dusun Randu, , Desa Hargobinangun, Pakem, Sleman, DIY.

bibit JaMur Kualitas nO 1

“ karena panen jamur ini harus rutin

dikerjak an setiap pagi hari, jadi ya

harus bisa telaten. “

majalah kulturpedia4

APRESIASI

teks : adinda lisa irmanti ( dsain interior - 2014)

foto : miftachul arifin ( televisi - 2015 )

Page 5: Berita Utama Opini Apresiasi Puisi Cerpen Sosok Iklan · Puisi Cerpen Sosok Iklan. teks : miftachul arifin ( televisi - 2015 ) ilustrasi : eka arief setiawan ( televisi - 2015 ) Desa

majalah kulturpedia

puisi

5

suasana Pagi Di DesaKuoleh : d ino goY

Saat malam terdengar suara jangkrik yang menderik

Saling bersautan tertata rapi bagaikan alunan musik

Semakin mendekat, telingaku semakin terpekik

Kupergi menjauh karena mereka juga tak mau terusik..

Begitulah yang terdengar setiap malam didesaku

Hanya suara jangkrik dan hembusan angin yang bertalu

Sedikit bisa mengobati suasana hati yang sedang pilu

Mengingatkan masa-masa kecil yang telah lama berlalu..

Begitu indah suasana alam saat pagi di desaku

Masih terdengar suara kokok ayam membangunkanku

Burung-burung bernyanyi meledek lang-kahku

Tupai berlompatan dari dahan kedahan diatasku..

Semilir sejuknya berhembus udara dipa-gi hari

Dihangatkan senyuman ramah sang mentari

Dinginnya embun membasuh wajah yang baru terbangun dari mimpi

Menetes di dedaunan berkilauan meny-ilaukan hati..

Kurasakan terpaan angin yang berhem-bus disaat siang

Saat duduk dibawah pohon hijau yang rindang

Bersandar di pohon sambil mata terus memandang

Sambil meresapi saat hembusan angin segar mulai datang

Begitulah gambaran tentang keindahan alam desaku

Yang perlahan mulai memudar seiring waktu

Bertambahnya banyak pemukiman-pemukiman baru

Menggantikan kesederhanaan keinda-han di desaku..

Page 6: Berita Utama Opini Apresiasi Puisi Cerpen Sosok Iklan · Puisi Cerpen Sosok Iklan. teks : miftachul arifin ( televisi - 2015 ) ilustrasi : eka arief setiawan ( televisi - 2015 ) Desa

CERpEN

Pagi hari di sebuah perkampungan, dimana suasa-na damai nan sejuk berpadu dengan lukisan alam yang indah nan hijau penuh ketenangan. Di sana orang-orang berlalu lalang. Beberapa memanggul sebuah wadah berjaring dari rotan berisikan buah-buah aren. Sebagian lagi membawa wadah kosong dan berjalan menuju ke salah satu petak kebun teh, untuk memanen pucuk daun tanaman itu. Anak-anak pun berlarian kesana-kemari, bermain den-gan lincah dan ceria. Sungguh sebuah tempat yang permai, asri, serta dipenuhi kearifan lokal. Mas-yarakat yang juga saling menghormati dan ramah.

Namun di pagi itu pula, ada sekelebat pe-mandang yang berbeda sedang terlihat. Dima-na tetes embun dan kabut kelabu pagi yang baru saja bertemu, merasa terusik dengan kehadiran-nya saat itu. Sesuatu hal yang jarang terjadi oleh seluruh masyarakat di sana tengah berlangsung. Tatkala seorang mahasiswa suatu perguruan ting-gi baru saja sampai di depan sebuah rumah. Ia datang pagi itu untuk menemui pemilik salah satu rumah yang memang disewakan untuk pengun-jung. Ia akan tinggal di sana. Ia bukanlah orang yang senang meluangkan waktu untuk bergaul dengan orang lain yang dianggapnya tidak memiliki kaitan dengan apa yang sedang atau akan dia kerjakan.

“Emmm…Selamatpagi,pak…bu…Permisi…adakahseseorang di dalam?” Soni mengetok-ngetok pintu kayu rumah itu sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.

“Oh ya ya nak… Sebentar!!” Teriak sebuahsuara yang terdengar nyaring namun ramah dari dalam rumah. Pintu pun dibuka. “Ada perlu apa ya, mas?? Kok masih pagi-pagi begini sudah bert-amu?” Muncul wajah dari seorang wanita paruh baya dari dalam rumah. Terlihat dari wajahnya yang begitu damai dan ramah, dengan penampi-lan yang serba sederhana, sama seperti rumah itu.

“Pagi, bu…” Tangan kanannya re-flek terjulur, bersalaman dengan ibu itu. “Ini saya bu, Soni. Soni Panjaitan.” Tangan kanan-nya memegang dada tanda perkenalan.

“Owwhh….. Nak Soni…. Mari mari mari, mari

sineas nOn-literasi

teks : miftachul arifin ( televisi - 2015 )

ilustrasi : ek a arief setiawan ( televisi - 2015 )

masuk dulu nak!” Bujuknya seraya membuka se-makin lebar pintu rumah dan mempersilahkan Soni untuk masuk. “Tunggu sebentar ya nak, ibu pang-gilkan bapak dulu… Sekalian tak buatkan minum.”Ucapnya ramah bersamaan dengan menghilangn-ya ia dari pandangan Soni, masuk ke dalam rumah.

“Ehhndakbu, ndakapa-ap….”BelumselesaiSoni memberikan respon, ibu itu sudah tidak ada. Terlanjur melakukan apa yang diinginkan, pikir Soni.

Beberapa menit berla-lu dan pemilik rumah pun muncul.

“Eehh….nakSoni,sudahtibarupanya.”Sem-bari mengajak bersalaman Soni lalu duduk di kursi ruang tamu. Istrinya, yang tak lain adalah ibu yang tadi membukakan pintu, mengikuti di belakangn-ya dan meletakkan dua buah cangkir kaca berisi teh manis hangat hampir penuh. “Mangga-mang-ga, diminum dulu tehnya, mumpung masih han-gat… cocok buat pagi yang masih sejuk begini.”

“Ya, pak.” Jawab Soni singkat.

Mereka kemudian berbincang sebentar tentang beberapa hal berikut latar belakang Soni. Namun tak banyak yang diungkapkan Soni. Ia me-mang agak tertutup dan bisa dikatakan, introvert. Soni segera pamit meninggalkan ruang tamu menu-ju ke rumah yang disewanya. Rumah itu berada tak terlalu jauh. Hanya beberapa belas meter saja.

Sangat lama dia tinggal di kampung itu sejak pertama kali kedatangannya. Selama itu pula dia san-gat jarang, bahkan hampir belum pernah bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar rumahnya. Komunikasi yang biasa dia lakukan hanya sekadar bertanya ten-tang hal-hal yang dia butuhkan, atau mematuhi beber-apa aturan yang sudah ada di kampung itu. Selain itu, dia tak pernah mau tahu apapun yang terjadi di sana.

Pada suatu ketika, ia tengah dalam keadaan yang benar-benar buntu. Pikirannya mencapai ujung batas, ide dan inspirasi sama sekali tidak ada. Apapun usaha pencarian ide yang dia lakukan, apapun cara yang dia gunakan untuk bisa memunculkan imajinasi,

majalah kulturpedia6

Page 7: Berita Utama Opini Apresiasi Puisi Cerpen Sosok Iklan · Puisi Cerpen Sosok Iklan. teks : miftachul arifin ( televisi - 2015 ) ilustrasi : eka arief setiawan ( televisi - 2015 ) Desa

majalah kulturpedia

segalanya selalu berakhir sia-sia. Sama sekali tak ada perkembangan dari apa yang sedang ia kerjakan.

“Ah ya ampunn….. Kenapa merangkai po-tongan-potongan ini susahnya luar biasa ???” Teriaknya kesal. “Kalau seperti ini terus, jan-gankan tepat waktu, bahkan lewat deadline pun juga nggak akan bisa selesai !!!” Kedua tangan-nya menggebrak-gebrak meja. Ia lalu pergi kel-uar kamar untuk menyalakan TV. Meninggal-kan pekerjaannya yang masih belum selesai.

Sampai suatu hari, ketika ia sudah be-nar-benar frustasi, ia mendengar begitu banyak sekali suara-suara ramai orang-orang di sekitar

rumahnya. Hiruk pikuk banyak orang yang sep-ertinya terdiri dari segala umur. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk keluar rumah, dengan nia-tan awalnya hanya untuk memprotes dan menca-ci maki semua orang yang telah mengganggunya.

“Apa-apaanlagisiitu??Ramebanget!!Padanggaktahuadayangmasihkerjaapadisini!?”

Ia beranjak dari kamarnya, meninggal-kan sesaat pekerjaannya yang masih tetap belum terselesaikan.

“Mending aku keluar sekarang. Sepertinya mere-kaperludiberipelajarandulubarubisadiam!Dasarorang-orangpengganggu…”

Ia keluar rumah, dan melihat semuan-ya terasa begitu berbeda. Tapi ia masih belum mengerti, apa sebenarnya yang membuat begitu banyak orang sangat antusias untuk berkumpul dengan yang lain. Urusannya untuk memprotes tertunda. Kemarahannya agaknya tertunda. Dan ia pun terdiam. Membisu di tempatnya berdiri. Terpa-ku dalam diam penuh kebingungan dan penasaran.

“Aapa semua ini?” Gumamnya. “Ek-spresi dan perilakumereka… seperti sama sekalitanpa beban. Sedang apa pula mereka-mer-eka ini?? Aneh, tapi sekaligus juga menarik.”

Apa yang ia temukan adalah hal yang ber-beda dari anggapannya selama ini. Seluruh susunan alur cerita yang ternyata sangat dibutuhkannya un-

tuk menyelesaikan pekerjaannya ada di kampung itu.

“Astagaa……semuanyaadadisini,lengkapdantersusun. Alurnya, penggambaran ekspresi dan gera-kan-gerakanmereka…Luarbiasa!”Teriaknyadalamhati.

Setelah ia mencoba untuk mulai bersosial-isasi, mulai untuk menjalin komunikasi dengan beber-apa orang di sana, dia baru tahu bahwa ada banyak warga di kampung itu, yang memiliki latar belakang seorang kru film, seorang filmmaker. Masing-masing dari mereka pernah mengalami hal yang sama den-gan orang baru tadi. Juga cara penyelesaian masalah mereka selalu berakhir dengan cara yang sama. Dan semua itu selalu terjadi secara berurutan, beruntun, dan tersusun. Satu persatu secara teratur. Dimulai

CERpEN

7

Page 8: Berita Utama Opini Apresiasi Puisi Cerpen Sosok Iklan · Puisi Cerpen Sosok Iklan. teks : miftachul arifin ( televisi - 2015 ) ilustrasi : eka arief setiawan ( televisi - 2015 ) Desa

dari bagian paling dasar dari pembuatan sebuah film.

“Eh,hai….”Sapaseseorangdaribalikbahuki-rinya. “Kamu toh ternyata yang tinggal di rumah yang itu!?”Menunjukkearah rumah tempat tinggalSoni.

“Emmm, i-iya.” Masih mera-sa bingung dengan apa yang dilihatnya.

“Halohalohaaii…..”Seseorangyanglainmenya-pa dari samping kanannya. “Ada yang baru nih kayak-nya.Kenalanduludongya…”Iamenjulurkantangannya.

Orang yang pertama tadi ialah seorang penu-lis skenario film pendek. Berlanjut dengan orang kedua sampai dengan orang terakhir, yang tak lain ialah Soni sendiri, seorang editor. Lalu kemudian seluruh alur editing film yang ia butuhkan muncul dan mengalir begitu saja dari otaknya. Ia seperti langsung tahu di bagian mana dulu yang harus ia beri penekanan pada konfliknya. Juga di bagian mana yang harus ia buat menjadi sendu dan mengharukan. Semua itu seketi-ka terangkai dan tergambar jelas di dalam otaknya.

“Hei, bung!” Orang pertama yang menyap-anya tadi menepuk pundaknya. “Apa yang kamu pikirkan? Jangan melamun pagi-pagi begini! Ma-sih ramai orang lagi. Entar dikiranya ada apa-apa!”

“Eheheh… Nggak kok. Cuma baru aja da-pet sesuatu yang istimewa. Muncul gitu aja di otakku.” Soni terlihat seperti bersiap akan pergi meninggalkan mereka. Kembali ke dalam rumah.

“Kalau aku boleh menebaknya, pasti itu ber-hubungan dengan pekerjaanmu.” Ada seorang wan-ita berusia tak lebih dari 30an mengatakannya dari belakang Soni. “Editor memang tak bisa ditebak.”

“Ellah, dew…. dew. Memangnya kamutak seperti itu juga ketika menulis naskah?” Tu-kas salah seorang lagi yang beberapa saat yang lalu baru sampai setelah berlari dari kejauhan.

“Udahan deh ya, aku mau pulang du-luan.” Soni lalu berlari kecil ke arah rumahn-ya sambil sesekali menengok ke belakang. Ia segera memasuki rumah. Menutup pintu dan sama sekali tidak keluar sampai malam tiba.

Lewat berbagai komunikasinya dengan para kru perfilman pagi itu, ia berhasil menyele-saikannya. Tepat pukul delapan malam. Selang-kah lebih cepat dari prediksinya dulu. Bahwa semuanya akan selesai dalam waktu tiga minggu.

“Hmm…..Sepertinyaadasatukesalahanyangteramat fatal sudah aku lakukan semenjak memasuki kampung ini.” Ia bergumam sendirian sambil merapikan barang-barangnya. Sekaligus bersiap untuk pergi kel-uar. “Seseorang akan selalu membutuhkan ‘Literasi’.”

Sebuah warung dengan sumber cahaya dari dua buah lampu pijar dan sebuah lampu petromak. Dinding penutup berbahan bambu. Beralaskan pe-tak-petak kayu yang cukup tebal. Begitu sederhana, namun sangat terasa kental keakraban dan kehan-gatan di dalamnya. Orang-orang saling bercengkra-ma, membahas banyak hal tanpa canggung. Tidak ada perbedaan usia tatkala mereka telah menjadi satu dalam jalinan keluarga. Bersama dalam kera-mahtamahan. Mengesampingkan kesibukan dan penat rutinitas sehari-hari. Dan situlah Soni muncul.

Ia akhirnya menyadari kesalahannya dan mulai membuka diri, bergaul dan bersosial-isasi dengan setiap lapisan masyarakat di kam-pung itu. Makan tak makan, lapar tak lapar, per-lu tak perlu, yang penting ikut berkumpul. Maka Literasi pun pada akhirnya memanglah penting.

“Lah, serius ini kamu editor??” Menarik ke belakang lengan kiri Soni. Menunjukkan ekspre-si terkejut dan tidak menyangka. “Ya ampuuunn…..Kenapa nggak bilang dari kemaren-kemaren!?”Menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya.

“Eh, emm…. Iyaa maaf… Aku ini, dari kemarinitu…. masih….” Tergagap-gagap karena masih belumterbiasa dengan pembicaraan yang begitu santai ini.

“Sibuk kan??” Orang yang lainnya lagi men-nyela. “Aku tahu itu. Aku pernah mencoba jadi asis-ten editor beberapa kali, sebelum akhirnya kembali menyutradarai. Aku juga tahu seperti apa rasanya kalau sedang dikejar deadline. Kadang yang seperti itu yang justru membuat seorang editor jadi kurang teliti lah, moodnya rusak, nggak konsen, banyak lah yang jelas. Ya kan?” Soni hanya mengangguk setu-ju. Semua yang dikatakan orang itu benar adan-ya. Apalagi tentang alasannya keluar rumah seju-jurnya adalah karena ia merasa terganggu. Tapi….

“Adabeberapaorangyangbilangkalau…ed-itor itu sama halnya dengan second director. Mun-gkin memang begitu istilah lainnya.” Sahut salah seorang dari empat orang yang baru saja ber-gabung. Dengan santai ia menjelaskan semua itu. “Namaku Defan. Jika kamu sedang memerlukan

majalah kulturpedia8

CERPEN

Page 9: Berita Utama Opini Apresiasi Puisi Cerpen Sosok Iklan · Puisi Cerpen Sosok Iklan. teks : miftachul arifin ( televisi - 2015 ) ilustrasi : eka arief setiawan ( televisi - 2015 ) Desa

majalah kulturpedia

musik latar di filmmu, aku bisa membuatkannya.”

“Yap, kurasa itu memang ada be-narnya.” Satu dari keempat orang terma-suk Defan pun turut berbicara. “Aku Henri. Ti-dak ada kaitannya denganmu si memang, tapi cukup lah untuk berperan mempengaruhi kondisi cahaya di dalam ruangan padat yang gelap gulita.”

Lalu semakin banyak orang yang men-datanginya saat itu. Mereka memperkenalkan diri dan menjelaskan pekerjaan masing-masing. Semua yang telah lengkap kecuali adanya per-an serta dari Soni. Namun Soni masih lebih banyak diam. Ia hanya menjawab seadanya. Singkat, dan selebihnya hanya melempar senyum kecil. Agaknya memang situasi saat itu masih belum terlalu mem-buat Soni nyaman. Mengingat selama ini, menjalin hubungan sosial pun jarang ia lakukan. Terlebih bila langsung berhadapan dengan orang sebanyak itu.

Pada akhirnya, betapa terkejut dirinya setelah tahu nama sebenarnya dari kampung yang selama ini ia tinggali. Namanya ialah “Kampung Seni”. Sebuah nama yang sudah jelas pasti akan diketahui oleh semua orang, seperti apa warga di sana. Na-mun, kemudian Soni melamunkan perilakunya be-berapa hari yang lalu. Saat ia beru datang. Ia sama sekali belum tahu karena memang dia hanya tinggal di sana atas pilihan dari teman-teman dan orang tu-anya dulu. Saat itu ia langsung meng-iyakan untuk tinggal di kampung itu tanpa bertanya apapun. Entah tujuan rekomendasi tempat tinggal yang diteriman-ya atau nama kampung itu. Ia tidak pernah mau tau.

9

CERpEN

Page 10: Berita Utama Opini Apresiasi Puisi Cerpen Sosok Iklan · Puisi Cerpen Sosok Iklan. teks : miftachul arifin ( televisi - 2015 ) ilustrasi : eka arief setiawan ( televisi - 2015 ) Desa

Seni merupakan bagian dari hal penting dalam sebuah kehidupan. Begitu pula dengan yang terjadi pada salah satu daerah di lereng Gunung Merapi, yaitu di Kaliurang. Dua orang tokoh seniman cukup terkenal di wilayah ini, bernama Rendra dan Moko, memiliki karya seni yang ha-nya memanfaatkan kayu dan akar se-bagai bahan, serta terfokus pada peng-gunaan sesuai bentuk dari bahannya. Beberapa di antaranya adalah bangu-nan, meubel, dan kerajinan-keraji-nan lain. Dengan Rendra yang mer-upakan lulusan Jurusan Arsitektur di UTY, merupakan sebuah keuntungan tersendiri bagi karya seninya, dibantu oleh rekannya yaitu Moko.

Mereka berdua adalah warga asli di pedesaan tersebut. Sementa-ra karya-karya mereka dibuat hanya sebagai pemuas kesenangan, keun-tungan finansial didapatkan melalui pemasaran konsep atau rancangan bentuk bendanya. Meski demikian, mereka pun sesungguhnya melaku-kan perkerjaan itu dengan cara keluar dari zona nyaman mayoritas kesibu-kan para penduduk, yaitu di bidang pertanian.

Bukan tanpa permasalahan karya-karya seni tersebut dibuat. Hambatan paling nyata dan terasa yang diungkapkan oleh Rendra ialah jarak jauh dan medan yang ditempuh terk-adang menyulitkan untuk membawa bahan-bahan berukuran besar.

Bertujuan untuk lebih mengembangkan potensi daer-ah yang masih alami, dengan mulai membangun kolam tera-pi, air terjun, dan wahana outbound.

PengraJin Di tengah saWahteks & foto : miftachul arifin ( televisi - 2015 )

majalah kulturpedia10

SOSOK

Page 11: Berita Utama Opini Apresiasi Puisi Cerpen Sosok Iklan · Puisi Cerpen Sosok Iklan. teks : miftachul arifin ( televisi - 2015 ) ilustrasi : eka arief setiawan ( televisi - 2015 ) Desa

majalah kulturpedia11

IRONI

IKLAN