19
TUGAS TERSTRUKTUR BIOFARMASETIKA REVIEW JURNAL “PENGEMBANGAN SEDIAAN DENGAN PELEPASAN DIMODIFIKASI MENGANDUNG FUROSEMID SEBAGAI MODEL ZAT AKTIF MENGGUNAKAN SISTEM MUKOADHESIF” DISUSUN OLEH : Sani Zakkia Alawiyah G1F010009 Rizki Puspitasari G1F010031 Yuni Umi Astuti G1F010043 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

BIOFAR JADI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

biofar

Citation preview

Page 1: BIOFAR JADI

TUGAS TERSTRUKTUR BIOFARMASETIKA

REVIEW JURNAL

“PENGEMBANGAN SEDIAAN DENGAN PELEPASAN DIMODIFIKASIMENGANDUNG FUROSEMID SEBAGAI MODEL ZAT AKTIF

MENGGUNAKAN SISTEM MUKOADHESIF”

DISUSUN OLEH :

Sani Zakkia Alawiyah G1F010009

Rizki Puspitasari G1F010031

Yuni Umi Astuti G1F010043

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2012

Page 2: BIOFAR JADI

BAB IPENDAHULUAN

Bioavailabilitas atau ketersediaan hayati yaitu kecepatan zat aktif dari produk yang diserap di dalam tubuh ke system peredaran darah (rate) dan besarnya jumlah zat aktif dari produk obat ynag dapat masuk ke system peredaran darah (extent) sehingga zat aktif/obat tersedia di tempat kerjanya untuk menimbulkan efek terapi atau penyembuhan (Wibowo, 2009). Bioavaibilitas obat merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menilai efektifitas suatu sediaan farmasi. Kecepatan disolusi dan waktu tinggal obat dalam saluran cerna merupakan faktor yang dapat mempengaruhi bioavaibilitas. Sistem dispersi padat dan sistem penghantaran obat mukoadhesif merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan kecepatan disolusi dan waktu tinggal obat dalam saluran cerna.

Obat yang diberikan secara oral, memiliki keterbatasan dalam hal lamanya obat (residence time) berada dalam saluran pencernaan, khususnya pada daerah-daerah terjadinya absorbsi. Sistem penghantaran obat mukoadhesif yang menghasilkan bentuk sediaan berinteraksi lebih lama dengan mukosa yang terdapat dalam lambung dan usus, merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan waktu tinggal obat dalam lambung. Dengan sistem ini, obat akan ditahan untuk waktu yang lebih lama dalam saluran pencernaan, sehingga diharapkan proses absorpsinya menjadi lebih optimal. Selain itu dengan adanya lokalisasi obat pada suatu daerah absorbsi, akan menyebabkan proses absorbsi obat menjadi lebih efektif.

Selain waktu tinggal obat dalam saluran pencernaan, sifat kelarutan dan permeabilitas obat juga merupakan factor yang mempengaruhi proses absorbsi. Menurut sistem klasifikasi biofarmasetika (BCS), Furosemide merupakan obat kelas IV yang memiliki sifat low solubility dan low permeability. Untuk meningkatkan proses absorbsinya, kecepatan disolusi obat perlu ditingkatkan. Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan disolusi adalah system dispersi padat. Pada penelitian ini akan dibuat sistem penghantaran obat furosemid dengan pelepasan yang dimodifikasi menggunakan sistem mukoadhesif dengan polimer carbopol 934 P, dimana sebelumnya furosemid dibentuk menjadi dispersi padat menggunakan polivinil pirolidon.

Page 3: BIOFAR JADI

BAB IIISI

A. Sifat Fisika Kimia FurosemidFurosemid merupakan obat golongan diuretika kuat yang efektif untuk

pengobatan udem akibat gangguan jantung, hati, atau ginjal dan hipertensi. Furosemid mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C12H11ClN2O5S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan (Anonim, 1995). Pengobatan dengan furosemid sering menimbulkan permasalahan bioavaiabilitas per oral.Nama kimia :Asam-4-kloro-N-furfuril-5 sulfamoilantranilatNama lazim : Furosemidum, FurosemidaRumus kimia : C12H11ClN2O5SBM : 330,74Pamerian :Serbuk hablur; putih atau hampir putih; tidak

berbau; hampir tidak berasaKelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam kloroform

P, larut dalam 75 bagian etanol (95%) P dan dalam 850 bagian eter P; larut dalam larutan alkali hidroksida

Khasiat : diuretikumDosis maksimum : 40 mgTitik lebur : 2060 C (Sutriyo, 2005).

Diuretik kuat terutama bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi elektrolit di Ansa Henle asenden bagian epitel tebal. Pada pemberiannya secara IV obat ini cenderung meningkatkan aliran darah ginjal tanpa disertai peningkatan filtrasi glomerulus. Perubahan hemodinamik ginjal mengakibatkan menurunya reabsorbsi ciran dan elektrolit di tubuli proksimal serta meningkatnya efek awal diuretik. Peningkatan aliran darah ginjal ini relatif hanya berlangsung sebentar, dengan berkurangnya cairan ekstraseluler akibat diuresis, maka aliran darah ke ginjal menurun dan hal ini akan mengakibatkan meningkatnmya reabsorbsi cairan dan elektrolit di tubuli proksimal. Hal yang terakhir ini agaknya merupakan mekanisme kompensasi yang membatasi jumlah yang terlarut yang mencapai bagian epitel dengan demikian akan mengurangi diuresis (Tjay,2002).

Bioavailbilitas furosemid 65%. Diuretik kuat secara cepat diabsorpsi dan dieliminasi melalui sekresi ginjal dan filtrasi glomerulus. Respons diuretik secara cepat setelah pemberian intravena. Lamanya efek bervariasi 2-3 jam. Waktu paruh tergantung fungsi ginjal. Karena furosemid bekerja pada bagain luminal tubulus, respons diuretik berhubungan secara positif dengan sekresinya di urin. Gangguan sekresi dan bersihan obat ini mungkin terjadi bila obat tersebut diberikan

Page 4: BIOFAR JADI

bersamaan dengan obat-obat seperti indometasin dan probenesid, yang akan menghambat sekresi asam lemah di tubulus proksimal.

B. Penghantaran Mukoadhesif Bioadhesi merupakan fenomena yang tergantung pada sifat bioadhesif.

Tahap pertama melibatkan kontak yang rapat antara bioadhesif dan membrane, baik dari permukaan bioadhesif yang memiliki pembasahan bagus maupun dari pengembangan bioadhesif. Pada tahap kedua, setelah diadakan kontak, penetrasi bioadhesif ke dalam celah-celah permukaan jaringan atau antar rantai dari bioadhesif dengan mucus yang terjadi.

Untuk tujuan penghantaran obat, terminologi bioadhesif bermakna terikatnya sistem pembawa obat pada lokasi spesifik biologi. Permukaan biologi tersebut dapat berupa jaringan epitel atau dapat berupa lapisan penutup mukus yang terdapat pada permukaan jaringan. Jika keterikatan tersebut pada permukaan mukus, fenomena ini dikenal dengan mukoadhesif. Pada tingkat molekuler, mukoadhesif dapat dijelaskan berdasarkan interaksi molekul. Interaksi antara dua molekul terdiri dari daya tarik dan daya tolak. Interaksi daya tarik muncul dari daya Vander Walls, daya tarik elektrostatik, ikatan hydrogen, dan interaksi hidrofobik. Interaksi daya toklak terjadi karena tolakan elektrostatik dan tolakan sterik. Mukoadhesif dapat pula berupa interaksi antara suatu permukaan musin dengan suatu polimer sintetik atau polimer alam. Sediaan mukoadhesif ini memanfaatkan sifat bioadhesif dari berbagai polimer larut air, yang akan menunjukkan sifat adhesif pada waktu terjadi hidrasi, kemudian akan menghantarkan obat mencapai sasaran tertentu untuk waktu yang lebih lama dibandingkan sediaan konvensional.

Mukoadhesif adalah polimer sintetik atau alam yang berinteraksi dengan lapisan mucus yang menutupi permukaan epithelial permukaan dan molekul musin yang merupakan konstituen utama dari mukus. Sistem penghantaran obat mukoadhesif memperpanjang waktu tinggal sediaan di lokasi aplikasi atau memperpanjang waktu absorbsi dan memfasilitasi kontak yang rapat antara sediaan dengan permukaan absorpsi sehingga dapat memperbaiki dan atau meningkatkan kinerja terapi obat.  Dalam beberapa tahun terakhir banyak sistem penghantaran obat mukoadhesif telah dikembangkan untuk penggunaan oral, buccal, nasal, rektal, dan rute vagina untuk efek sistemik dan lokal. Adhesi dapat didefinisikan sebagai ikatan yang dihasilkan oleh kontak antara adhesive sensitive-tekanan dan permukaan.

The American Society of testing and materials mendefinisikan sebagai keadaan di mana dua permukaan yang diadakan bersama oleh gaya antarmuka, yang dapat terdiri dari gaya-gaya valensi, aksi atau keduanya saling terkait. Dalam system biologis, bioadhesi dapat dibedakan menjadi empat jenis:

1. Adhesi sel yang normal pada sel normal lain2. Adhesi sel dengan zat asing

Page 5: BIOFAR JADI

3. Adhesi sel yang normal terhadap sel patologis4. Adhesi suatu adhesive/perekat terhadap zat biologisPenggunaan formulasi mukoadhesif oral dapat dicapai dengan

meningkatkan lamanya waktu tinggal obat dalam saluran cerna. Akan tetapi, beberapa faktor fisiologi dapat membatasi penggunaan sistem pemberian ini, diantaranya adalah:

a. Absorpsi obat di saluran cerna dipengaruhi oleh motilitas lambung dan usus. Motilitas lambung yang kuat akan menjadi satu gaya yang dapat melepaskan adhesif.

b. Kecepatan penggantian musin baik pada keadaan lambung kosong maupun penuh dapat membatasi waktu tinggal sediaan mukoadhesif karena jika mukus lepas dari membran, polimer bioadhesif tidak dapat menempel lebih lama.

c. Adanya penyakit yang dapat merubah sifat-sifat fisikokimia dari mukus.

Mekanisme mukoadhesif

Untuk terjadi mukoadhesi, interaksi daya tarik harus lebih besar dari pada tolakan non spesifik. Tiga kategori utama aplikasi sediaan mukoadhesif dalam system penghantaran obat adalah:

1. Memperlama waktu tinggal (kontak). Kemungkinan telah diteliti secara intensif untuk system penghantaran/pelepasan obat terkendali yang diberikan secara oral dan rute pemberian okuler.

2. Kontak intensif dengan membrane pengabsorpsi. Tablet mukoadhesif atau laminat menunjukkan sifat pelepasan obat yang menguntungkan jika digunakan melalui rute bukal. Sediaan dalam bentuk partikel mikro (micro particles) sudah berhasil digunakan pada aplikasi obat melalui nasal. Selain itu, terbuka juga peluang untuk memberikan obat secara rectal dan vaginal.

3. Lokalisasi system penghantaran obat. Dalam beberapa kasus, obat secara preferensial diabsorpsi pada daerah tertentu (spesifik) dari saluran cerna yang juga dinamakan jendela absorpsi (absorption window).

Faktor-faktor yang mempengaruhi mukoadhesi:1. Faktor-faktor yang terkait polymer: berat molekul; Konsentrasi

polimer aktif; Fleksibilitas rantai polimer; konfirmasi spacial; pengembangan

2. Faktor-faktor yang terkait lingkungan: pH polimer-antarmuka substrat; kekuatan terapan; awal waktu kontak

3. Faktor fisiologis: kondisi musin; kondisi penyakit

Page 6: BIOFAR JADI

C. EKSIPIENPemilihan bahan pengikat pada dasarnya tergantung kepada besarnya

daya kohesi (ikat) yang diinginkan untuk membentuk granul dan kompatibel dengan bahan  lainnya khususnya dengan bahan aktif. Penggunaan bahan pengikat berfungsi untuk merekat berbagai jenis  partikel berbeda  membentuk aggregate (kumpulan partikel/granul) lebih besar dan menambah daya kohesi partikel/serbuk, dapat memberikan kekuatan ikatan pada granul dan tablet.

Pembesaran ukuran partikel dapat dicapai dengan cara  granulasi basah, granulasi kering pengompakaan serbuk  /partkel dan granul menjadi tablet. Bahan pengikat sebaiknya mudah larut (dalaam  keadaan dingin) sehingga pelarut yang diperlukan minimal, tidak higroskopis, viscositas sekecil mungkindan mudah pada waktu membasahi  campuran komponen tablet. Penambahan bahan pengikat dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantng sifat bahan aktif :

Penambahan bahan pengikat dalaam bentuk larutan (terlarut) atau terdispersi dalam air. Bahan pengikat yang digunakan dalam bentuk demikian pada umumnya sebagai bentuk sirup atau musilago. Bahan penikat ini biasanya merupakan bahan yang mudah mengembang bila didispersikan ke dalam airdimana konsentrasi penggunaannya disesuaikan  dengan daya kohesi yang diinginkan atau bahan pengikat tersebut larut di dalam air. Bentuk bahan pengikat seperti ini dipergunakan untuk membuat granul dari bahan aktif/obat yang stabil  terhadap pengaruh lembab dan panas.

Penambahan bahan pengikat dalam bentuk kering. Bahan pengikat yang termasuk ke dalam kelompok ini mempunyaai sifat alir yang baik, juga dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, pengembang bahkan  adakalanya sebagai lubrikan. Umumnya bahan pengikat ini  berbentuk granul, biasanya digunakan pada tablet cetak lansung, seperti Laktosa SP, Avicel

Bahan pengikat yang dapat larut dalam air atau  pelarut organic. Penambahan bahan pengikat ini  dapat ditambahkan dalam bentuk larutan atau kering ke dalam  campuran komponen tablet  yang kemudian diaktifkan dengan penambahan pelarut.  Seperti  Polyvinyl pyrolidon (PVP). Penambahan bahan pengikat dalam bentuk larutan akan memberikan daya ikat yang kuat dibandingkan dengan penambahan dalam bentuk kering yang kemudian diaktifkan  dengan penambahan pelarut air atau pelarut organik.

Penambahan bahan pengikat dalam jumlah berlebihan akan menyebabkan granul yang dihasilkan terlalu keras sehingga memerlukan tekanan/kompresi yang besar untuk pengompakannya, disampingitu pada tahap proses pengayakan granul kering akan didapatkan serbuk halus (fine) dalam jumlah yang besar, sehingga sifat alir granul kurang baik. Perbedaan bahan pengikat yang digunakan dapat memberikan pengaruh yann jelas berbeda pada

Page 7: BIOFAR JADI

kecepatan pengeringan , lamanya pengeringan dan kelembaban yang terkandung dalam granul.

Walaupun bahan pengikat dapat memperbaiki penampilan, kekerasan dan friabilitas dari sediaan, biasanya tidak mempengaruhi waktu hancur atau kecepatan disolusi bahan obat, hal ini disebabkan oleh : pengaruh metoda prosesing dan adanya bahaan pengembang. Bahan pengikat yang biasa digunakan bersifat hidrofil seperti gula, polimer alam ataupun sintetis. Bahan pengikat yang berasal dari alam seperti gom, gelatim amylum/amylum hydrolisat, bentuk sintetis seperti povidon (PVP, Kolidon) dan derivat selulosa.

Berikut ini adalah eksipien yang digunakan dalam formulasi mikrogranul mukoadhesif furosemid:

a. Carbopol 934PCarbopol 934 polimer merupakan polimer polyacrylate cross-

linked yang mempunyai stabilitas sangat baik pada viskositas tinggi dan menghasilkan formulasi tebal untuk gel buram, emulsi, krim, dan suspensi. Carbopol 934 merupakan polimer yang memiliki sifat aliran pendek dalam sistem air dan mudah untuk melakukan dispersi.

b. Poli vinil pirolidon K-30 PVP dikenal juga dengan nama Povidon, Kolidon, merupakan

hasil polimerisasi1-vinylpyrolid-2-on, derajat polimerisasi yang dihasilkan bervariasi pada bobot molekulnya berkisar antara 10.000 hingga 70.000 . PVP dapat larut dalam air, alcohol, CHCl3  dan isopropanol.  Granul yang dibuat dengan PVP – alcohol, pengeringannya cepat dapat dilakukan dengan pengeringan udara mengalir, pemakaian khusus pada pembuatan tablet multivitamin yang sensitive terhadap kelembaban.  Penggunaan dapat dalam bentuk larutan atau ditambah dalam bentuk kering kemudian di aktifkan dengan penambahan pelaut. PVP merupakan polimer yang higroskopis (Anonim, 2010).

c. AvicelAvicel memiliki tingkat wicking cepat air dan deformasi elastis

kecil. Kedua sifat memfasilitasi efek kehancurannya. Namun, Avicel memiliki kecenderungan untuk mengembangkan listrik statis dengan kadar air meningkat, kadang-kadang menyebabkan pergoresan atau

Page 8: BIOFAR JADI

pemisahan dalam granulasi tersebut. Hal ini terjadi ketika kadar air dalam Avicel di atas 3%, yang menghasilkan listrik statis selama pencampuran dan kompresi. Hal ini dapat diatasi dengan mengeringkan Avicel untuk menghilangkan kelembaban.  Biasanya Avicel digunakan untuk memfasilitasi disintegrasi efektif dan cepat tablet.

d. Etanol 95%Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus

kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O yang merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol (96 persen) mengandung tidak kurang dari 95,1 persen v / v (92,6 persen m / m) dan tidak lebih dari 96,9 persen v / v (95,2 persen m / m) dari C 2 H 5 OH (MW: 46.07 ) pada 20 ° C, dan air. Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya.

e. AkuadesPemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbauPenyimpanan: dalam wadah tertutup

D. FORMULASIMikrogranul mukoadhesif furosemid dibuat dalam lima formula, dengan

metode granulasi basah (wet granulation method). Kelima formulasi tersebut yaitu:

Tabel 1. Formula mikrogranul mukoadhesif

Komposisi Formula I (%)

Formula II (%)

Formula III (%)

Formula IV (%)

K

DP F-PVPK30 (1:7)*

20 20 20 20 20

Carbapol 934 P ®

20 15 10 5 -

Avicel ® 60 65 70 75 80*Dispersi Padat Furosemid-PVPK30 K: formula control/pembanding

Formulasi sediaan mikrogranul terdiri dari zat aktif dan eksipien-eksipien yang mendukung sediaan tersebut. Dalam jurnal zat aktif yang digunakan adalah

Page 9: BIOFAR JADI

furosemid dan eksipien yang digunakan meliputi bahan pengikat, polimer pelekat, bahan pengisi, dan lain-lain.

Polivinilpirilidon K30 digunakan sebagai bahan pengikat. Polivinilpirilidon K30 dipilih karena memiliki sifat kelarutan dalam air dan kecepatan disolusinya yang baik. Penggunaan polivinilpirilidon sebagai pengikat mempunyai keuntungan yaitu granul memiliki sifat alir yang baik, sudut diam minimum, menghasilkan fines yang lebih sedikit dan daya kompatibilitas yang lebih baik. Dalam penentuan konsentrasi bahan pengikat harus disesuaikan dalam jumlah yang tepat. Hal ini dikarenakan penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak, akan menghasilkan granul yang terlalu keras sehingga mempunyai waktu hancur yang lama. Sebaliknya, kekurangan bahan pengikat akan menghasilkan daya rekat yang lemah sehingga mudah rapuh. Pada kelima formulasi dalam jurnal konsentrasi bahan pengikat disamakan sebanyak 20%.

Carbapol 934 adalah suatu polimer yang dapat digunakan sebagai daya lekat pada permukaan lambung dan usus. Sedangkan avicel merupakan eksipien dalam pembuatan tablet yang dapat digunakan sebagai bahan pengisi, pengikat, pelicin dan penghancur. Penggunaan avicel dapat menghasilkan tablet yang keras dengan tekanan kecil (kompresibilitas baik) dan friabilitas tablet rendah, waktu stabilitas panjang. Selain itu, avicel mampu menghasilkan pembasahan yang cepat dan rata sehingga mendistribusikan cairan penggranul ke seluruh massa serbuk; menghasilkan distribusi warna dan obat yang merata.

E. DATAKelima formulasi mikrogranul mukoadhesif tersebut selanjutnya diuji

disolusi dalam dapar fosfat pH 5,8 dengan menggunakan alat uji disolusi tipe 1 dengan kecepatan 100 rpm dan menghasilkan data sebagai berikut:

Tabel 3 menunjukkan terjadinya peningkatan, kecepatan disolusi furosemid dari sistem dispersi padat dibandingkan furosemid murni. Peningkatan kecepatan disolusi disebabkan akibat terjadinya perubahan bentuk kristal dari furosemid menjadi bentuk yang lebih amorf seperti terlihat pada hasil difraksi

Page 10: BIOFAR JADI

sinar X (gambar 1). Puncak-puncak yang menunjukkan bentuk kristal pada furosemid murni (gambar 1a), tidak terlihat lagi pada disperse padat (gambar 1c).

Berdasarkan tabel 2, data uji wash off baik pada lambung dan usus hasil yang paling baik yaitu formula I yang mengandung carbapol paling tinggi di antara kelima formula yaitu sebesar 20%. Pada formula I didapatkan jumlah granul yang masih menempel paling banyak (99,2±1,09%) setelah dimasukkan ke dalam alat uji desintegrasi. Hal ini menunjukkan pada formula I memiliki daya lekat yang baik pada lambung dan usus.

Pelaksanaan uji wash off yaitu jaringan lambung dan usus ditempelkan pada kaca objek menggunakan lem sianoakrilat dan ujungnya dikunci dengan parafin film. Sejumlah tertentu granul ditempelkan pada mukosa lambung dan usus halus secara merata, kemudian ditempatkan pada tabung kaca dan dimasukkan ke dalam alat uji desintegrasi. Gerakan naik turun alat 30 kali per menit, media yang digunakan cairan lambung buatan dan cairan usus buatan dengan suhu 37±5oC. Jumlah granul yang masih menempel dihitung setiap 30 menit selama 2 jam.

Page 11: BIOFAR JADI

Mikrogranul mukoadesif yang dihasilkan memiliki karakteristik aliran yang baik, uji perolehan kembali yang cukup tinggi (90 – 99 %), kemampuan adhesi pada mukosa lambung dan usus serta adanya pelambatan pelepasan yang sebanding dengan jumlah carbopol 934 P. Sifat alir granul dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya rapat jenis,porositas, bentuk partikel dan kandungan lembab. Sifat alir yang baik akan memudahkangranul memasuki ruang cetakan, sehingga keseragaman bobot dapat terjaga baik.

Gambar 2 menunjukkan bahwa kecepatan disolusi furosemid dalam dispersi padat meningkat dibandingkan dengan furosemid murni. Penghambatan pelepasan furosemid dari mikrogranul mukoadhesif semakin besar dengan peningkatan jumlah carbopol 934 P dalam mikrogranul. Secara fisik terlihat, bahwa semakin besar carbopol, semakin tinggi viskositas lapisan yang terbentuk di sekeliling granul. Terbentuknya lapisan ini menjadi barier pelepasan obat. Pada formula kontrol, terlihat kecepatan disolusi furosemid hampir sama dengan sistem dispersi padat. Kemampuan adhesif mikrogranul pada mukosa lambung dan usus sebanding dengan jumlah carbopol 934P yang digunakan.

Gambar 4 menunjukkan persentase jumlah mikrogranul yang masih melekat pada mukosa lambung dan usus setelah uji wash off semakin kecil sebanding dengan berkurangnya jumlah carbopol 934P yang digunakan. Substitusi carbopol dengan avicel, menurunkan kemampuan adhesif mikrogranul, kemampuan penghambatan pelepasan furosemid.

Page 12: BIOFAR JADI

BAB IIIPENUTUP

KESIMPULAN:

Sistem dispersi padat dan sistem penghantaran obat mukoadhesif merupakan cara yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan kecepatan disolusi dan waktu tinggal obat dalam saluran cerna pada obat furosemide.

Berdasarkan hasil penelitian polivinil pirolidon (PVP K-30) dinilai dapat meningkatkan disolusi furosemid dari sistem dispersi padat.

Berdasarkan hasil penelitian penggunaan polimer carbopol 934 P dapat meningkatkan pelekatan mikrogranul pada mukosa lambung dan usus kelinci, sehingga diharapkan dapat meningkatkan waktu tinggal obat (residence time) dalam saluran pencernaan. Selain itu dapat memperlambat pelepasan furosemid dari mikrogranul, sehingga dapat digunakan untuk sistem penghantaran obat dengan pelepasan dimodifikasi.

Page 13: BIOFAR JADI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. JakartaRowe RC. Selulosa, mikrokristalin. Dalam: Sheskey PG, Owen SC,

editor. Farmasi eksipien. London Chicago: PhP Farmasi Tekan American Pharmaceutical Association, 2006. p. 341-7. 

Sutriyo dkk. 2005. Pengaruh Polivinil Pirolidon Terhadap Laju Disolusi Furosemid Dalam Sistem Dispersi Padat. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.1, April 2005, 30 - 42

Sutriyo dkk. 2008. Pengembangan Sediaan dengan Pelepasan Dimodifikasi Mengandung Furosemid sebagai Model Zat Aktif Menggunakan Sistem Mukoadhesif. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. V, No. 1, April 2008, 01 - 08

Tjay, T.H., Rahardja, K. (2002). Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Halaman 540-541

Wibowo, Agus. 2009. Cerdas Memilih Obat dan Mengenali Penyakit. Lingkar Pena Kreativa. Jakarta